• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Public Health Nursing (PHN) atau Perawatan Kesehatan Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Public Health Nursing (PHN) atau Perawatan Kesehatan Masyarakat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Public Health Nursing (PHN) atau Perawatan Kesehatan Masyarakat telah dilaksanakan di Amerika Serikat dalam rangka menurunkan angka kejadian hipertensi melalui kegiatan Million Hearth Initiative. Dalam kegiatan ini Perawat Kesehatan Masyarakat telah memberikan hasil yang positif melalui kemitraan dengan dokter layanan primer serta organisasi kesehatan yang berfokus pada upaya pencegahan dan promosi kesehatan dalam menurunkan angka kejadian hipertensi. (APHN, 2014)

Di Indonesia fokus utama pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah pada individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan atau masyarakat yang berisiko. Hal ini sejalan dengan dengan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang fokus utamanya adalah keluarga. Program ini merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh puskesmas dan perluasan dari upaya kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang kegiatannya berupa kunjungan keluarga untuk pendataan, kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan serta kunjungan keluarga untuk pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2018).

Di Kota Bandung berdasarkan pada misi pertama Dinas Kesehatan Kota Bandung yaitu meningkatkan pelayanan kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan terjangkau telah berupaya mengembangankan inovasi program

(2)

pelayanan kesehatan masyarakat melalui pembentukan Sentra Keperawatan (Nursing Center), Layanan Layad Rawat, pelaksanaan program upaya pengembangan Perawatan Kesehatan Masyarakat (PERKESMAS) serta integrasi pelaksanaan PERKESMAS dengan PISPK. Dengan adanya berbagai inovasi tersebut diharapkan semua lapisan masyarakat di Kota Bandung yang memiliki keterbatasan akibat masalah ekonomi, fisik, dan transportasi mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan , melalui pelayanan kesehatan langsung berupa kunjungan rumah sampai dengan pelayanan rujukan (Dinkes Kota Bandung, 2018).

Dalam rangka menunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan pada masyarakat diperlukan sumber daya kesehatan terutama perawat yang memiliki kompetensi dan kinerja yang baik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 279/Menkes/SK/IV/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas menyatakan bahwa pelaksana utama kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat adalah semua perawat fungsional di Puskesmas, dengan pokok kegiatan melaksanakan pelayanan keperawatan di dalam gedung berupa kegiatan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan luar gedung berupa kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Adapun kegiatan pokok yang dikerjakan oleh perawat pada saat sekarang adalah melakukan pelayanan dalam gedung meliputi asuhan keperawatan terhadap individu, penemuan kasus baru, penyuluhan kesehatan, pemantauan keteraturan berobat, rujukan kasus, konseling keperawatan, kegiatan yang merupakan

(3)

tugas limpah, menciptakan lingkungan terapeutik dan dokumentasi keperawatan. Untuk kegiatan pokok luar gedung, melaksanakan asuhan keperawatan kasus yang memerlukan tindak lanjut di rumah (individu dalam konteks keluarga), asuhan keperawatan keluarga, asuhan keperawatan kelompok khusus, asuhan keperawatan masyarakat didaerah binaan.

Dalam menjalankan peran dan fungsinya, Perawat dituntut harus memiliki kinerja yang baik, agar kualitas pelayanan yang diberikan dapat memberikan kepuasan pada masyarakat. Oleh karena itu, Puskesmas perlu memberikan perhatian pada kinerja perawat agar perawat semakin terdorong untuk melakukan pekerjaannya dengan profesional sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan. Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari pengetahuan, keterampilan dalam bekerja, memiliki tanggung jawab, akun tabilitas, motivasi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Amperaningsih &

Agusanti (2013) bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat , lama kerja, ketersediaan dana dan supervisi dari pimpinan dengan keterlaksanaan program Perkesmas.

Faktor yang mempengaruhi kinerja seorang perawat adalah terkait dengan beban kerja, dimana seorang perawat selain mengerjakan tupoksi utama sebagai pelaksana perkesmas mereka juga diberikan pekerjaan tambahan diluar tupoksinya sebagai seorang perawat. Pekerjaan tambahan tersebut diantaranya sebagai pengelola program, pengelola keuangan, pengelola administrasi rumah tangga puskesmas serta penanggung jawab

(4)

dalam peningkatan mutu layanan puskesmas. Hal ini sesuai dengan penelitian Usman (2016) terdapat hubungan antara kemampuan, beban kerja, disiplin kerja, dan motivasi kerja dengan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Lappade kota pare-pare. Begitupun dengan Silano, Kapantow, &

Josephus (2019) menyatakan dalam penelitiannya terdapat hubungan antara tenaga kesehatan yang memiliki beban kerja berat dengan kinerja petugas kesehatan.

Berdasarkan keterangan dari Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Kesehatan Kota Bandung jumlah perawat yang tercatat dan bekerja di 80 Puskesmas Kota Bandung berjumlah 213 orang PNS dan 222 tenaga kontrak, akan tetapi jumlah tersebut belum merata di semua puskesmas. Sebagai data awal peneliti menemukan berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola program Perkesmas dari 4 puskesmas di Kota Bandung yang terdiri dari Puskesmas Jajaway, Puskesmas Derwati, Puskesmas Cipadung, Puskesmas Panyileukan yang memiliki karakteristik sama dengan Puskesmas Cempaka Arum dimana belum menerapkan pengelolaan keuangan BLUD rata-rata memiliki jumlah perawat antara 3-4 orang. Hal ini berbeda dengan puskesmas yang sudah berstatus BLUD rata - rata memiliki jumlah perawat diatas 7 orang. Kondisi tersebut cukup berdampak pada hasil cakupan program perkesmas yang belum mencapai target yang di tetapkan. Adapun target kunjungan keluarga rawan yang harus di kunjungi tiap bulannya sebanyak 10-20 kepala keluarga, akan

(5)

tetapi pada kenyataanya hanya tercapai 2 kepala keluarga rawan yang di kunjungi.

Pada tahun 2020 Dinas Kesehatan Kota Bandung mewajibkan semua Puskesmas di Kota Bandung untuk menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD, sehingga berpotensi terhadap bertambahnya beban kerja perawat dimana perawat diberikan tanggung jawab sebagai pejabat keuangan, bendahara, panitia pengadaan barang dan jasa serta pengelola aset, sebagai akibat dari kurangnya sumber daya manusia di Puskesmas. Menurut data perhitungan kebutuhan tenaga yang telah dilakukan oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas di empat puskesmas menyatakan bahwa kebutuhan minimal perawat berjumlah 5 orang hal ini juga didukung oleh peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat menyatakan standar ketenagaan Sumber Daya Manusia di Puskesmas perkotaan sebanyak 22 orang dengan jumlah kebutuhan tenaga perawat berjumlah 5 orang hal ini tanpa memperhatikan beban kerja, luas wilayah dan program yang di laksanakan. Selain dari pada itu belum ada penelitian yang melakukan analisis beban kerja terhadap perawat Perkesmas yang dilakasanakan di Puskesmas Kota Bandung. Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan analisis beban kerja perawat dalam pelaksanaan Perawatan Kesehatan Masyarakat (PERKESMAS) di Puskesmas Kota Bandung.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Berdasarkan latar belakang maka penulis merumuskan

(6)

sebagai berikut : “ Bagaimana beban kerja perawat dalam melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas Kota Bandung”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menganalisis beban kerja perawat dalam melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas Kota Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi beban kerja subjektif perawat dalam melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas Kota Bandung

b. Mengidentifikasi beban kerja objektif perawat dalam melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas Kota Bandung.

c. Menganalisis beban kerja subjektif dan objektif perawat dalam melaksanakan Perawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kota Bandung

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memberikan masukan dan referensi ilmu yang berguna dan sebagai bahan pembelajaran dan memperkaya ilmu pengetahuan dari hasil penelitian.

(7)

b. Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian dilapangan khususnya yang berkaitan dengan beban kerja perawat

c. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang analisis kebutuhan Sumber Daya Manusia dalam pelaksanaan Perkesmas di Puskesmas.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi tempat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi pimpinan Puskesmas beserta Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Kesehatan dalam mengambil kebijakan dalam hal pemetaan pembagian pekerjaan, recruitmen sumber daya manusia, pemberian tunjangan kinerja atau remunerasi.

b. Bagi perawat

Menjadi bahan referensi pengembangan ilmu keperawatan terutama dalam bidang manajemen keperawatan untuk mengetahui cara melakukan analisis beban kerja perawat dalam pelaksanaan Perkemas di Puskesmas Kota Bandung.

(8)

E. Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan penelitian ini yang berjudul “analisis beban kerja perawat dalam pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas Kota Bandung”, peneliti membagi menjadi 5 bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan, pada bab ini peneliti membahas tentang gambaran pelaksanaan perkesmas di dunia dan di Indonesia, gambaran cakupan Perkesmas, gambaran beban kerja perawat, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka, pada bab ini berisi landasan teoritis tentang konsep Perkesmas, konsep beban kerja, dan hasil penelitian yang relevan tentang analisis beban kerja dalam pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) di Puskesmas Kota Bandung.

Bab III Metode Penelitian, pada bab ini berisi kerangka konsep, definisi operasional, desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, pengumpulan data, cara pengolahan data, dan analisa data untuk mencari jawaban terhadap tujuan penelitian yaitu tentang gambaran beban kerja perawat dalam pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) di Puskesmas Kota Bandung.

Bab IV Hasil dan Pembahasan, pada bab ini berisi tentang gambaran umum pelaksanaan penelitian, analisa hasil penelitian, serta pembahasan.

Bab V Kesimpulan dan Saran, pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh kegiatan penelitian dan saran yang diberikan oleh peneliti.

Referensi

Dokumen terkait

Berisi landasan konseptual berupa temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang dikaji yaitu Konsep Kebudayaan dan Pergeseran Kebudayaan,

BAB IV TINJAUAN PISTAKA DAN LANDASAN TEORITIKAL Berisi tentang teori pasar modern, tinjauan tata ruang dalam, tata ruang luar, dan tata ruang komunal; tinjauan teori suasana

Pada bab ini berisi tentang studi pustaka atau kajian teori yang manjadi landasan dalam studi pengaruh aktivitas perdagangan dan jasa terhadap kinerja ajlan

Bab II merupakan kajian pustaka yang berisi mengenai teori-teori yang mendukung penelitian dalam menjawab rumusan masalah mengenai pengertian morfologi, pengertian

BAB II berisi tinjauan pustaka yang menjelaskan tentang penelitian- penelitian terkait dengan efek pemanasan pada morfologi dan kristalinitas nanofiber PVA,

Bab II, menjelaskan tentang landasan teori yang mencakup: 1.) Konsep Bimbingan dan Konseling. 2.) Karakteristik Bimbingan dan Konseling Islami. 3.) Kecerdasan Emosi 4.) Program

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang penelitian terdahulu atas permasalahan yang mirip dengan topik yang dipilih, kemudian landasan teori yang berisi tentang

BAB II : Dalam Bab ini, berisi tinjauan pustaka dari berbagai konsep atau kajian dan diambil dari berbagai referensi atau bahan pustaka terdiri dari teori- teori hukum positif serta