LAPORAN PRAKTIKUM II
ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA
“Difusi dan Osmosis”
Untuk memenuhi tugas salah satu tugas mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia semester dua dengan dosen mata kuliah dr. Eri T. M. MH, Kes, MH. Rosen,o S.Si, Apt,
Widyatiwi, Apt. M.Si.
20 Maret 2015
Disusun oleh:
Anitha Desiala (P17335114030) Fitri Rizky Nurjannah (P17335114057) Ghina Kholidaturizqi (P17335114036) Nur Hidayah W. (P17335114005) Rafika Zahraeni (P17335114062)
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHETAN KEMENKES BANDUNG
2015
I. Dasar teori
OsmosisOsmosis merupakan difusi air melintasi membran semipermeabel dari daerah dimana air lebih banyak ke daerah dengan air yang lebih sedikit . Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air , yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit, di bawah kondisi yang sama. Energi bebas zuatu zat per unit jumlah, terutama per berat gram molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial kimia. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang berpotensial kimia lebih kecil (Ismail, 2006).Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Masuknya larutan kedalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmosis. Dalam tubuh organisme multiseluler, air bergerak dari satu sel ke sel lainnya dengan leluasa.
Selain air,molekul-molekul yang berukuran kecil seperti O2 dan CO2 juga mudah melewati membran sel.
Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Proses Osmosis akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua sisi membran tersebut telah mencapai keseimbangan(Anonim, 2009).Struktur dinding sel dan membran sel berbeda. Membran memungkinkan molekul air melintas lebih cepat daripada unsur terlarut; dinding sel primer biasanya sangat permeable terhadap keduanya. Memang membran sel tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yangmenimbulkan tekanan. Sel hewan tidak mempunyai dinding, sehingga bila timbultekanan didalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang terjadi saat sel darahmerah dimasukkan dalam air. Sel yang turgid banyak berperan dalam menegakkantumbuhan yang tidak berkayu (Salisbury, 1995).Prinsip osmosis: transfer molekul solvent dari lokasi hypotonic (potensirendah) solution menuju hypertonic solution, melewati membran. Jika lokasihypertonic solution kita beri tekanan tertentu, osmosis dapat berhenti, atau malah berbalik arah (reversed osmosis).Besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk menghentikan osmosis disebut sebagai osmotic press.Jika dijelaskan sebagai konseptermodinamika, osmosis dapat dianalogikan sebagai proses perubahan entrropi.Komponen solvent murni memiliki entropi rendah, sedangkan komponen berkandunagn solut tinggi memiliki entropi yg tinggi juga. Mengikuti Hukum TermoII: setiap perubahan yang terjadi selalu menuju kondisi entropi maksimum, makasolvent akan mengalir menuju tempat yg mengandung solut lebih banyak, sehinggatotal entropi akhir yang diperoleh akan maksimum.Solvent akan kehilangan entropi,dan solut akan menyerap entropi. "Orang miskin akan semakin miskin, sedang yangkaya akan semakin kaya". Saat kesetimbangan tercapai, entropi akan maksimum, ataugradien (perubahan entropi terhadap waktu) = 0.
Faktor yang mempengaruhi Osmosis :
1. Ukuran molekul yang meresap: Molekul yang lebih kecil daripada garis pusat lubang membran akan meresap dengan lebih mudah.
2. Keterlarutan lipid: Molekul yang mempunyai keterlarutan yang tinggi meresap lebih cepat daripada molekul yang kelarutan yang rendah seperti lipid.
3. Luas permukaan membran: Kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas permukaan membran yang disediakan untuk resapan adalah lebih besar.
4. Ketebalan membran: Kadar resapan sesuatu molekul berkadar songsang dengan jarak yang harus dilaluinya. Berbanding dengan satu membran yang tebal, kadar resapan melalui satu membran yang tipis adalah lebih cepat.
5. Suhu: Pergerakan molekul dipengaruhi oleh suhu. Kadar resapan akan menjadi lebih cepat pada suhu yang tinggi dibandingkan dengan suhu yang rendah.
Difusi
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari solid atau fluida.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu:
1. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
3. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.
5. Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat.
Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
Dalam mengambil zat-zat nutrisi yang penting dan mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan, sel melakukan berbagai jenis aktivitas, dan salah satunya adalah difusi. Ada dua jenis difusi yang dilakukan, yaitu difusi biasa dan difusi khusus.
Difusi biasa terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul yang hydrophobic atau tidak berpolar / berkutub. Molekul dapat langsung berdifusi ke dalam membran plasma yang terbuat dari phospholipids. Difusi seperti ini tidak memerlukan energi atau ATP (Adenosine Tri-Phosphate).
Difusi khusus terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul yang hydrophilic atau berpolar dan ion. Difusi seperti ini memerlukan protein khusus yang memberikan jalur kepada partikel- partikel tersebut ataupun membantu dalam perpindahan partikel. Hal ini dilakukan karena partikel- partikel tersebut tidak dapat melewati membran plasma dengan mudah. Protein-protein yang turut campur dalam difusi khusus ini biasanya berfungsi untuk spesifik partikel.
II. Alat dan bahan
• Alat 1 Plastik selofan 2 Benang kasur 3 Gelas kimia 4 Batang pengaduk 5 Tabung reaksi 6 Rak tabung 7 Bunsen 8 Gelas ukur
9 Timbangan analitik 10 Stopwatch
11 Label
• Bahan 1 NaCl 2 Albumin 3 Dextrofan 4 Sukrosa 20%
5 Sukrosa 30%
6 Sukrosa 40%
7 Sukrosa 60%
8 Aquadest 9 AgNO3
10 HNO3
11 Benedict
III. Prosedur kerja
1 Semua alat dan bahan disiapkan.
2 Plastik selofan dipotong dengan ukuran 15x15 cm.
• Proses Difusi NaCl
1 NaCl diambil sebanyak 3 ml menggunakan gelas ukur.
2 NaCl yang telah diambil tadi dimasukkan ke dalam plastik selofan.
3 Plastik selofan yang telah diisi dengan NaCl diikat menggunakan benang kasur, lalu diikatkan kembali pada batang pengaduk dan diberi label.
4 Plastik yang telah diikat dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah diberi aquadest sama banyak.
5 Ditunggu selama 1 jam.
6 Setelah 1 jam, 3 tabung reaksi disiapkan. Tabung reaksi pertama diisi oleh air yang ada dalam gelas kimia, tabung reaksi kedua diisi oleh aquadest, dan tabung reaksi ketiga diisi oleh NaCl.
7 Ketiga tabung reaksi ditambahkan AgNO3. 8 Perubahan yang terjadi diamati.
Albumin
1 Albumin diambil sebanyak 3 ml menggunakan gelas ukur.
2 Albumin yang telah diambil tadi dimasukkan ke dalam plastik selofan.
3 Plastik selofan yang telah diisi dengan Albumin diikat menggunakan benang kasur, lalu diikatkan kembali pada batang pengaduk dan diberi label.
4 Plastik yang telah diikat dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah diberi aquadest sama banyak.
5 Ditunggu selama 1 jam.
6 Setelah 1 jam, 3 tabung reaksi disiapkan. Tabung reaksi pertama diisi oleh air yang ada dalam gelas kimia, tabung reaksi kedua diisi oleh aquadest, dan tabung reaksi ketiga diisi oleh Albumin.
7 Ketiga tabung reaksi ditambahkan HNO3. 8 Perubahan yang terjadi diamati.
Dextrofan
1 Dextrofan diambil sebanyak 3 ml menggunakan gelas ukur.
2 Dextrofan yang telah diambil tadi dimasukkan ke dalam plastik selofan.
3 Plastik selofan yang telah diisi dengan Dextrofan diikat menggunakan benang kasur, lalu diikatkan kembali pada batang pengaduk dan diberi label.
4 Plastik yang telah diikat dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah diberi aquadest sama banyak.
5 Ditunggu selama 1 jam.
6 Setelah 1 jam, 3 tabung reaksi disiapkan. Tabung reaksi pertama diisi oleh air yang ada dalam gelas kimia, tabung reaksi kedua diisi oleh aquadest, dan tabung reaksi ketiga diisi oleh Dextrofan.
7 Ketiga tabung reaksi ditambahkan Benedict dan dipanaskan.
8 Perubahan yang terjadi diamati.
• Proses Osmosis
Sukrosa 20%, 40% dan 60% dalam Aquadest
1 Sukrosa 20%, 40% dan 60% diambil sebanyak 3 ml menggunakan gelas ukur.
2 Sukrosa yang telah diambil tadi dimasukkan ke dalam plastik selofan yang berbeda-beda.
3 Plastik selofan yang telah diisi Sukrosa diikat dan diberi label, lalu ditimbang. Catat berat masing-masing Sukrosa.
4 Sukrosa yang telah ditimbang, diikatkan pada batang pengaduk dan dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi aquadest.
5 Ditunggu selama 1 jam, beratnya ditimbang setiap 15 menit dan dicatat. Saat penimbangan harus dipastikan plastik selofan yang berisi sukrosa telah kering.
Aquades dalam Sukrosa 30% dan 60%
1 Aquadest diambil sebanyak 3 ml menggunakan gelas ukur. Lakukan dua kali.
2 Aquadest yang telah diambil tadi dimasukkan ke dalam plastik selofan yang berbeda.
3 Plastik selofan yang telah diisi Aquadest diikat dan diberi label, lalu ditimbang. Catat berat masing-masing Aquadest.
4 Aquadest yang telah ditimbang, diikatkan pada batang pengaduk dan dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi Sukrosa 30% dan Sukrosa 60%.
5 Ditunggu selama 1 jam, beratnya ditimbang setiap 15 menit dan dicatat. Saat penimbangan harus dipastikan plastik selofan yang berisi Aquadest telah kering.
IV. Data hasil pengamatan
DifusiN O
SAMPEL + AgNO3
1 Air dalam beaker glass Terbentuk endapan warna putih
2 Air suling Tidak terjadi perubahan
3 NaCl 0,9% Terbentuk endapan warna putih
NO SAMPEL + HNO3
1 Air dalam beaker glass Terbentuk koagulasi
2 Air suling Tidak terjadi perubahan
3 Albumin Tidak terjadi perubahan
N O
SAMPEL + BENEDICT + PANAS 1 Air dalam beaker glass Tidak terjadi perubahan 2 Air suling Tidak terjadi perubahan
3 Albumin Tidak terjadi perubahan
Osmosis
NO LAR. SELOFAN LAR. BEAKER GLASS
0’ 15’ 30’ 45’ 60’
1 Sukrosa 20% Aquadest 3,61 7,14 7,55 7,10 7,41
2 Sukrosa 40% Aquadest 3,84 5,39 6,06 6,46 6,64
3 Sukrosa 60% Aquadest 3,96 6,89 7,95 6,86 6,98
NO LAR. SELOFAN LAR. BEAKER GLASS
0’ 15’ 30’ 45’ 60’
1 Aquadest Sukrosa 30% 3,57 5,27 5,49 6,4 6,41
2 Aquadest Sukrosa 60% 3,52 2,56 2,22 2,02 1,96
3