• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS TAMALANREA JAYA KOTA MAKASSAR

DENY KURNIAWAN K111 11 392

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(2)
(3)
(4)

RINGKASAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN SKRIPSI, SEPTEMBER 2017 DENY KURNIAWAN

“ FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA JAYA KOTA MAKASSAR ”

(xviii + 84+ 13 tabel + 11 lampiran)

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program yang bertujuan untuk memberikan jaminan kesehatan menyeluruh bagi setiap rakyat indonesia agar rakyat indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Pada proses evaluasi sebelumnya, program JKN masih dianggap belum optimal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional Study yang bertujuan untuk mengetahu hubungan antara variable independen dengan variable dependen. Jumlah sampel 100 responden yang ditentukan dengan teknik accidental sampling dengan menggunakan kuesioner yang disertai wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan JKN (p=0,000), ada hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan JKN (p=0,000), ada hubungan antara pekerjaan dengan pemanfaatan JKN (p=0,037), ada hubungan antara pendapatan dengan pemanfaatan JKN (p=0,039), dan tidak ada hubungan antara fasilitas kesehatan dengan pemanfaatan JKN (p=0,131).

Kesimpulan penelitian ini bahwa tingkat pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dan pendapatan berperngaruh tehadap pemanfaatan JKN sedangkan fasilitas kesehatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan JKN di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

Kata kunci : JKN, BPJS, pemanfaatan pelayanan kesehatan Jumlah Pustaka : 40 (2006-2016).

(5)

ABSTRACT

National Health Insurance (JKN) is a program that aims to provide comprehensive health insurance for every Indonesian people so that the people of Indonesia can live healthy, productive, and prosperous. In the previous evaluation process, JKN program is still considered not optimal. This study aims to determine the factors that affect the community in the utilization of National Health Insurance in the working area of Tamalanrea Jaya’s Health Center Makassar. This research method is quantitative with cross sectional study approach. Number of samples of 100 respondents determined by accidental sampling technique using questionnaires accompanied by interviews. The result of the research shows that there is a correlation between the level of education with the utilization of JKN (p = 0,000), there is a correlation between knowledge with the utilization of JKN (p = 0,000), there is relationship between work with JKN utilization (p = 0,037) JKN (p = 0,039), and there is no correlation between health facility and JKN utilization (p = 0,131). The conclusion of this research is that the level of education, knowledge, occupation and income influenced the utilization of JKN while the health care facility has no significant effect on the utilization JKN at Tamalanrea Jaya’s Health Center Makassar.

Keywords : JKN, BPJS, health care utilization

(6)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas Kasih dan Perkenaan-Nyalah sehingga penulisan Skripsi yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar” dapat terselesaikan dengan baik yang sekaligus menjadi syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Hambatan dan tantangan dihadapi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, namun berkat ketabahan, kesabaran, dan dukungan yang begitu besar dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Secara khusus penulis persembahkan karya ini untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda tercinta Rudy Thung dan Ibunda Anthomina, Kakak Dian Ekawaty, Kakak Devi Novita, serta segenap keluarga. Terima kasih atas segala pengorbanan, dukungan, kasih sayang, didikan dan bantuan moril maupun materil, sehingga Penulis dapat menyelesaikan pen didikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa terselesainya Skripsi ini adalah berkat bantuan yang Penulis terima dari berbagai pihak sehingga melalui kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. drg. H. A. Zulkifli Abdullah, M. Kes. sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin dan para wakil dekan serta seluruh staf atas bantuannya selama penulis mengikuti pendidikan.

(7)

2. Bapak Prof. Dr. dr. Muhammad Syafar, MS selaku Penasehat Akademik selama menuntut ilmu di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

3. Bapak Muh. Yusri Abadi, SKM, M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Ir.

Nurhayani, M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, serta petunjuk yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Tim penguji Bapak Dian Saputra Marzuki, SKM, M.Kes, Bapak Dr.

Darmawansyah, SE, MS, dan Bapak Muh. Fajaruddin Natsir, SKM, M.Kes yang telah banyak memberikan masukan serta arahan guna penyempurnaan penulisan Skripsi ini.

5. Bapak Dr. H. Muh. Alwy Arifin, M.Kes selaku ketua jurusan bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

6. Kepada dosen beserta staf jurusan bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UNHAS yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga kepada penulis selama masa pendidikan.

7. Para dosen FKM UNHAS yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga kepada penulis selama masa pendidikan.

8. Kepala Puskesmas Tamalanrea Jaya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan segenap Pegawai Puskesmas Tamalanrea Jaya yang tak sempat penulis sebutkan satu per satu yang telah

(8)

membantu Penulis dalam melakukan penelitian sehubungan dengan judul Skripsi pada instansi tersebut.

9. Keluarga besar PMK FKM UNHAS yang slalu mendukung penulis dalam doa dan memberikan semangat dalam perkuliahan. Serta teman-teman Blok L37 (Djoker 411), terima kasih telah memberikan bantuan dan telah hadir selama masa perkuliahan yang membuat hari-hari penulis menjadi berkesan.

10. Teman-teman PBL Kel. Pannampu, teman-teman KKN Desa Makkawaru Kec. Mattirobulu Kab. Pinrang Angkatan 88, serta teman-teman magang AKK di BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan atas segala kebersamaan, dukungan doa, motivasi selama ini. Juga teman-teman angkatan 2011 KALASI dan teman-teman HAPSC Jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UNHAS yang memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis.

11. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak sebutkan. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan dan melimpahkan rahmat-Nya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan berkat-Nya kepada kita semua dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Makassar, November 2017

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

RINGKASAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Kesehatan Nasional ... 9

B. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas ... 19

C. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 24

D. Tingkat Pendidikan ... 31

E. Pengetahuan ... 33

F. Pekerjaan ... 34

(10)

G. Pendapatan ... 34

H. Fasilitas Kesehatan ... 35

BAB III KERANGKA KONSEP ... 36

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ... 36

B. Pola Pikir Variabel yang Diteliti ... 39

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ... 42

D. Hipotesis Penelitian ... 45

BAB IV METODE PENELITIAN ... 47

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 47

C. Populasi dan Sampel ... 47

D. Pengumpulan Data ... 49

E. Pengolahan dan Penyajian Data ... 49

F. Analisis Data ... 50

G. Penyajian Data ... 52

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 53

B. Hasil Penelitian ... 53

C. Pembahasan ... 66

D. Keterbatasan Penelitian ... 82

BAB VI PENUTUP ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 83

(11)

DAFTAR PUSTAKA ... xv LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ... 55 Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas

Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ... 55 Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ... 56 Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di

Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ... 57 Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas

Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ... 57 Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan di Puskesmas

Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ... 58 Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Kesehatan di

Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ... 58 Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan JKN di

Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ... 59 Tabel 9 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Pemanfaatan JKN di

Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ... 60 Tabel 10 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Pemanfaatan JKN di

Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ... 61

(13)

Tabel 11 Hubungan Antara Pekerjaan dengan Pemanfaatan JKN di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ... 62 Tabel 12 Hubungan Antara Pendapatan dengan Pemanfaatan JKN di

Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ... 63 Tabel 13 Hubungan Antara Fasilitas Kesehatan dengan Pemanfaatan JKN di

Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016 ... 65

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal dari FKM Unhas LAMPIRAN 2 Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Dinkes Kota

Makassar

LAMPIRAN 3 Surat Izin Penelitian dari FKM Unhas

LAMPIRAN 4 Surat Izin Penelitian dari BKPMD Provinsi Sulawesi Selatan

LAMPIRAN 5 Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Makassar

LAMPIRAN 6 Surat Izin Penelitian dari Dinkes Kota Makassar LAMPIRAN 7 Kuesioner Penelitian

LAMPIRAN 8 Master Tabel

LAMPIRAN 9 Keterangan Master Tabel LAMPIRAN 10 Output Hasil Analisis SPSS LAMPIRAN 11 Riwayat Hidup

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ialah dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Peningkatan pelayanan kesehatan menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan oleh pemerintah pada masa sekarang, sebab kesehatan bukan lagi menjadi kebutuhan sekunder manusia tapi sudah menjadi kebutuhan primer. Dalam Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pemerintah Republik Indonesia mencantumkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal, oleh karena itu agar pemerataan pelayanan kesehatan dapat tercapai, pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan.

Di Indonesia sendiri, pemerataan dalam aspek kesehatan sangat sulit dicapai mengingat kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau yang membuat pembangunan fasilitas kesehatan pada daerah-daerah tertentu masih sangat kurang. Belum lagi ditinjau dari segi ekonomi, dampak dari krisis monter yang mulai terjadi sejak akhir tahun 90-an sejak beberapa tahun terakhir menimbulkan dampak negatif bagi semua sektor. Dampak dari krisis ekonomi berlanjut pada sektor kesehatan, menurunnya daya beli masyrakat serta meningkatnya biaya kesehatan, menyebabkan akses kesehatan yang

(16)

layak masih cenderung mahal dan masyarakat berpenghasilan rendah semakin sulit untuk menjangkau layanan kesehatan yang memadai.

Sistem pembayaran tunai langsung dari kantong konsumen (out of pocket), yang selama ini dikenal masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan dapat memberatkan masyarakat terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Salah satu upaya pemerintah agar terjadi pemerataan terhadap akses pelayanan kesehatan adalah dengan mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Pada tahun 2004 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut. Undang-undang ini mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh rakyat Indonesia dan menunjuk Badan penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagai pelaksana. Salah satu bentuk program dari sistem jaminan ini yaitu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Program ini bertujuan untuk memberikan jaminan kesehatan menyeluruh bagi setiap rakyat indonesia agar rakyat indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Undang-undang ini sesuai dengan sesuai dengan rekomendasi dari resolusi World Health Assembly (WHA) ke-58 tahun 2005 di Jenewa, agar negara mengembangkan sistem pembiayaaan kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat (Putri, 2014).

Jaminan Kesehatan Nasional yang dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan merupakan program dari pemerintah Indonesia yang menggantikan peran Askes yang sebelumnya dilaksanakan oleh PT. Askes (Persero) dan Program

(17)

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan-JPKPT Jamsostek (Persero), sebagai badan penyelenggara jaminan kesehatan pada masyarakat dan diharapkan mampu lebih baik lagi dari Askes yang dulunya belum mampu menjadi penyelenggara jaminan kesehatan yang memberikan pelayanan terpadu dan berkualitas kepada masyarakat (Putri, 2014).

Dewan Jaminan Sosial (DJSN) bersama 13 kementrian dan lembaga telah membuat sasaran pokok beserta dengan kegiatan-kegiatan yang akan dicapai oleh penyelenggara JKN pada tahun 2019. Fokus penyelenggaraan JKN pada tahun 2015-2019 tertuju pada perluasan kepesertaan menuju cakupan semesta (Universal Coverage).

Agar dapat mencapai Universal Coverage terdapat delapan sasaran pokok yang akan dicapai pada tahun 2019, yaitu; BPJS Kesehatan beroperasi dengan baik, seluruh Penduduk Indonesia (yang pada 2019 diperkirakan sekitar 257,5 juta jiwa) mendapat jaminan kesehatan melalui BPJS Kesehatan, paket manfaat medis dan non medis (kelas perawatan) sudah sama, tidak ada perbedaan, untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, jumlah dan sebaran fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk tenaga dan alat-alat) sudah memadai untuk menjamin seluruh penduduk memenuhi kebutuhan medis mereka, semua peraturan pelaksanaan telah disesuaikan secara berkala untuk menjamin kualitas layanan yang memadai dengan harga keekonomian yang layak. Paling sedikit 85% peserta menyatakan puas, baik dalam layanan di BPJS maupun dalam layanan di fasilitas kesehatan yang dikontrak BPJS, paling sedikit 80% tenaga dan fasilitas kesehatan menyatakan puas atau

(18)

mendapat pembayaran yang layak dari BPJS, dan BPJS dikelola secara terbuka, efisien, dan akuntabel (Putri, 2014).

Berdasarkan sasaran pencapaian pada tahun 2019 bahwa seluruh penduduk Indonesia mendapat jaminan kesehatan melalui BPJS Kesehatan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional untuk melihat peluang pencapaian sasaran pada tahun 2019.

Berdasarkan data kementrian kesehatan, sampai dengan Desember 2014 kepersertaan program JKN berjumlah 133.423.653 peserta (52,5%) yang terdiri dari peserta PBI yang berjumlah 95.167.229 dan peserta non PBI berjumlah 38.256.424 peserta. Peserta PBI terdiri dari peserta dengan iuran bersumber dari APBN berjumlah 86.400.000 peserta dan yang bersumber dari ABPD berjumlah 8.767.229 peserta. Sedangkan peserta non PBI terdiri atas pekerja penerima upah berjumlah 24.327.149 peserta, pekerja bukan penerima upah berjumlah 9.052.859 peserta, dan bukan pekerja berjumlah 4.876.416 peserta. Untuk Provinsi dengan cakupan kepesertaan tertinggi adalah Papua Barat dengan 91,5%. Sedangkan provinsi dengan cakupan kepesertaan terendah adalah Kalimantan Utara dengan 31,4% (Kemenkes RI, 2015).

Untuk Provinsi Sulawesi Selatan sendiri sebesar pengguna JKN sebanyak 4.301.539 peserta (46%) Peserta PBI terdiri dari peserta dengan iuran bersumber dari APBN berjumlah 2.944.923 peserta dan yang bersumber dari ABPD berjumlah 47.934 peserta. Sedangkan peserta non

(19)

PBI terdiri atas pekerja penerima upah berjumlah 820.528 peserta, pekerja bukan penerima upah berjumlah 249.555 peserta dan bukan pekerja berjumlah 238.599 peserta (Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan data, masih ada sekitar 47,5% Masyarakat Indonesia yang belum menjadi pengguna JKN. Menurut teori Andersen (dalam Notoatmodjo, 2007) pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen predisposisi, pemungkin, dan kebutuhan seseorang, selanjutnya Andersen, menguraikan komponen predisposisi tersebut dalam 3 faktor, yaitu faktor demografi; terdiri dari usia, jenis kelamin dan status perkawinan.

struktur sosial; terdiri dari tingkat pendidikan, pekerjaan dan ras.

kepercayaan terdiri dari keyakinan, sikap atau pandangan terhadap pelayanan kesehatan. Faktor pemungkin terdiri dari sumber daya keluarga (pendapatan, pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan), kualitas pelayanan dan jarak. Faktor kebutuhan terdiri dari penilaian individu dan penilaian klinik.

Berdasarkan Penelitian Widiawati (2013) di Desa Meranti, program JKN BPJS masih dianggap belum optimal, disebabkan kurangnya informasi sehingga besar masyarakat belum mengetahui dan masih kebingungan terkait program ini. Ditinjau dari tingkat pengetahuan tentang JKN penelitian yang dilakukan oleh Septianingrum dan Sari (2015), di Desa Sobokerto, Ngemplak, Boyolali menyatakan Pengetahuan responden tentang JKN dapat mempengaruhi tindakan sebagai peserta JKN dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Penelitian tersebut menunjukkan sebagian besar ibu

(20)

hamil (66,7% dari total responden) tidak menggunakan kartu BPJS Kesehatan diakibatkan karena rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang Jaminan Kesehatan Nasional, yakni 66,7% responden berpengetahuan kurang.

Yulianto (2008) dalam penelitiannya menyatakan adanya hubungan antara tingkat pendidikan terhadap pemanfaatan kepesertaan Askeskin.

Adanya perbedaan tingkat pendidikan pada diri seseorang juga menyebabkan perbedaan tingkat pengetahuan kesehatan. Rendahnya tingkat pendidikan secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat pengetahuan akan penggunaan pelayanan kesehatan sehingga akan berdampak pada penggunaan Jaminan Kesehatan.

Selain faktor pendidikan dan pengetahuan, tingkat pendapatan juga berpengaruh pada penggunaan asuransi kesehatan, penelitian yang dilakukan oleh Sakinah (2014) menyatakan ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan kesadaran masyarakat dalam berasuransi kesehatan di Kelurahan Poris Gaga, Tangerang. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang semakin tinggi tingkat kesadaran masayarakat yang tinggi dalam berasuransi kesehatan.

Berdasarkan data kunjungan pasien dari Puskesmas Tamalanrea Jaya, sepanjang tahun 2015 dari 8.737 pasien, 3.372 (38,59%) diantaranya masih belum menggunakan asuransi kesehatan dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Untuk bulan Januari tahun 2016, ada sebanyak 445 (47,54%) dar 936 pasien yang belum menggunakan Jaminan Kesehatan. Data tersebut menunjukkan masih kurangnya jumlah pasien yang berobat ke Puskesmas

(21)

Tamalanrea Jaya yang memanfaatkan JKN. Padahal untuk kota Makssar sendiri penggunan BPJS sudah mencapai angka 59% (1,7 juta pengguna).

Berdasarkan data mengenai penggunaan JKN khususnya di wilayah kerja Puskesma Tamalanrea Jaya, maka peneliti tertarik untuk memilih lokasi ini sebagai lokasi penelitian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

b. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

(22)

c. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

d. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

e. Untuk mengetahui pengaruh fasilitas kesehatan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan atau acuan bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan Khususnya Puskemas Tamalanrea Jaya untuk kemudian dijadikan referensi dalam mengevaluasi program JKN.

3. Manfaat Praktis

Menambah wawasan dan pengalaman. Selain itu penelitian ini merupakan salah satu syarat kelulusan di bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Kesehatan Nasional 1. Pengertian

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari program Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN). Berdasarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2004, SJSN diselenggarakan oleh beberapa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yaitu Perusahaan Perseroan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), Perusahaan Perseroan Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen), Perusahaan Perseroan Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI), dan Perusahaan Perseroan Asuransi Kesehatan Indonesia (Askes). Setelah Pembentukan BPJS berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, maka keempat lembaga tersebut bertransformasi menjadi Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Undang-Undang ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Karena merupakan bagian dari SJSN, maka JKN diselenggarakan bersifat wajib (Mandatory) hal ini berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004, yang bertujuan melindungi Penduduk

(24)

Indonesia dalam sistem Asuransi sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2014).

2. Prinsip-Prinsip

Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004, prinsip-prinsip JKN adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Gotong Royong, prinsip ini dapat diartikan bahwa peserta JKN saling membantu dalam menanggung beban biaya jaminan, yang mampu membantu yang kurang mampu, dan yang sehat membantu yang sakit atau yang beresiko tinggi. Hal ini dapat terwujud karena kepersertaan JKN bersifat wajib bagi seluruh penduduk yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan peserta.

b. Prinsip Nirlaba, berarti tujuan utama BPJS adalah memenuhi kepentingan peserta BPJS agar dapat memberikan manfaat bagi peserta, bukan untuk mencari laba/keuntungan.

c. Prinsip Keterbukaan, yang berati ada kemudahan dalam mengakses tentang informasi BPJS. Informasi itu harus lengkap, benar, dan jeelas bagi peserta.

d. Prinsip Kehati-hatian, berkaitan dalam pengelolaan dana dilakukan dengan cermat, teliti, aman, dan tertib.

e. Prinsip Akuntabilitas, berarti dalam melaksanakan program dan dalam pengelolaan dana dilakukan dengan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

(25)

f. Prinsip Portabilitas, jaminan bersifat berkelanjutan sekalipun peserta berpindah tempat tinggal atau pekerjaan selama peserta tetap berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

g. Prinsip Kepesertaan Wajib, yaitu secara bertahap mengharuskan seluruh penduduk Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi peserta.

h. Prinsip Dana Amanat, Sumber dana yang berasal dari iuran peserta merupakan titipan yang akan kembali digunakan untuk kepentingan peserta.

i. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial, hasil yang berupa keuntungan digunakan untuk pengembangan program dan kepentingan peserta.

3. Manfaat JKN

Manfaat JKN seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 adalah pelayanan kesehatan perseorangan yang bukan hanya pelayanan kesehatan yang berupa kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga mencakup pelayanan promotif dan preventif, termasuk obat-obatan dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.

Pelayanan kesehehatan yang dimaksud di sini adalah pelayanan kesehatan yang terdiri atas manfaat medis dan manfaat non medis. Yang dimaksud dengan manfaat medis berupa penyuluhan kesehatan, pemeriksaan penunjang diagnostik, konsultasi, transfusi, tindakan medis dan perawatan, bahan medis habis pakai, obat-obatan, rehabilitasi medis,

(26)

pelayanan kedokteran forensik, serta pelayanan jenasah. Manfaat medis yang diterima peserta JKN ini tidak dipengaruhi oleh besaran iuran yang dibayar peserta. Sedangkan yang termasuk dalam manfaat non medis adalah akomodasi layanan rawat inap dan ambulan yang digunakan untuk pasien rujukan. Manfaat non medis ini berbeda tiap peserta, bergantung pada besaran iuran yang dibayarkan peserta (Perpres No. 12 Tahun 2013).

4. Kepesertaan

Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004, salah satu prinsip dari JKN adalah kepesertaan bersifat wajib, yang artinya seluruh Penduduk Indonesia akan menjadi peserta JKN. Kepesertaan ini akan dilakukan secara bertahap dan diharapkan pada tahun 2019 seluruh penduduk Indonesia sudah menjadi peserta JKN.

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013, kepesertaan JKN terdiri atas:

a. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas:

1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

a) Pegawai Negeri Sipil;

b) Anggota TNI;

c) Anggota Polri;

d) Pejabat Negara;

(27)

e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;

f) Pegawai Swasta; dan

g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima Upah.

2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan

b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.

c) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

5. Prosedur Pendaftaran Peserta

Berdasarkan Informasi pada situs resmi BPJS (http://bpjs- kesehatan.go.id) tata cara pendaftaran peserta JKN dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendaftaran bagi Penerima Bantuan Iuran / PBI

Pendaftaran peserta PBI, yang terdiri atas Fakir Miskin dan Orang Tidak mampu untuk dapat mejadi peserta, pendataan pesrta PBI ini dilakukan oleh lembaga penyelenggara urusan Pemerintahan di bidang statistik (Badan Pusat Statistik) yang diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian Sosial. Peserta PBI juga dapat didaftarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan SK Gubernur/Bupati/Walikota bagi Pemda yang mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN.

(28)

b. Pendafataran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah / PPU

1) Perusahaan/Badan usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta anggota keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan dengan melampirkan berkas berikut:

a) Formulir Registrasi Badan Usaha/Badan Hukum Lainnya.

b) Data-data Migrasi karyawan dan anggota keluarganya dengan format yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan.

2) Perusahaan/Badan Usaha akan menerima nomor Virtual Account (VA) yang digunakan untuk pembayaran ke Bank yang telah bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI).

3) Selanjutnya, Bukti Pembayaran iuran diserahkan ke Kantor BPJS Kesehatan

4) Pencetakkan kartu JKN atau bisa juga mencetak e-ID secara mandiri oleh Perusahaan/Badan Usaha.

c. Pendaftaran bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah/PBPU dan Bukan Pekerja

1) Pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja

a) Calon peserta mendaftar secara perorangan (bukan secara kolektif) di Kantor BPJS Kesehatan

b) Mendaftarkan seluruh anggota keluarga sesuai dengan jumlah anggota yang terdapat pada Kartu Keluarga

c) Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP) dan melampirkan, fotokopi Kartu Keluarga (KK), fotokopi KTP/Paspor (masing-

(29)

masing satu lembar), fotokopi Buku Tabungan salah satu peserta yang ada d idalam Kartu Keluarga, pasfoto 3 x 4 (masing-masing sebanyak 1 lembar).

d) Mendapat Nomor Virtual Account (VA).

e) Melakukan pembayaran iuran ke Bank yang bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI) sesuai dengan Nomor VA.

f) Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS Kesehatan untuk dicetakkan kartu JKN. Selain di Kantor BPJS Kesehatan, pendaftaran dapat melalui Website BPJS Kesehatan

2) Pendaftaran Bukan Pekerja Melalui Entitas Berbadan Hukum (Pensiunan BUMN/BUMD)

Untuk pendaftaran pensiunan yang dana pensiunnya dikelola oleh entitas berbadan hukum dilakukan dengan mengisi formulir registrasi dan formulir migrasi data peserta, dan dapat didaftarkan secara kolektif melalui entitas berbadan hukum.

6. Hak dan Kewajiban Peserta

Hak dan kewajiban peserta JKN berdasarkan Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan No. 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Hak Peserta:

1) Mendapatkan identitas peserta sebagai bukti kepesertaan untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

(30)

2) Mendapatkan Nomor virtual account, yang digunakan pada saat pembayaran iuran.

3) Memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk memperoleh layanan kesehatan, dengan syarat fasilitas kesehatan tersebut telah bekerjasama dengan BPJS.

4) Memperoleh pelayanan promotif, preventif kuratif, dan rehabilitatif termasuk obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis peserta yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS.

5) Menyampaikan pengaduan jika peserta merasa haknya tidak terpenuhi.

6) Mendapatkan informasi yang tepat dan akurat tentang pelayanan kesehatan.

7) Peserta bebas mengikuti program asuransi kesehatan tambahan.

b. Kewajiban Peserta:

1) Membayar iuran sesuai besaran iuran yang telah ditetapkan

2) Melaporkan perubahan data dan status kepesertaan seperti perubahan fasilitas kesehatan tingkat pertama, tempat tinggal, tempat bekerja, golongan, jenis kepesertaan, susunan keluarga, atau ada anggota keluarga tambahan.

3) Melaporkan jika terjadi kerusakan atau kehilangan kartu identitas peserta jaminan kesehatan.

(31)

7. Pembiayaan a. Iuran

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan, yang dimaksud dengan “Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan”.

b. Pembayaran Iuran

Bagi peserta PBI, pembayaran iuran ditanggung oleh pemerintah. Setiap Peserta Non PBI wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI). Untuk Peserta Pekerja Penerima Upah, maka setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya dan menanggung sebagian iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya.

Jika terjadi keterlambatan pembayaran iuran JKN, maka akan dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.

Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran dibayar oleh peserta yang bersangkutan. Pembayarkan iuran JKN dilakukan setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala yang dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulan (Perpres No. 111 tahun 2013).

(32)

c. Besaran Iuran

Berdasarkan Informasi pada situs resmi BPJS (http://bpjs- kesehatan.go.id) besaran iuran bagi pesarta JKN adalah sebagai berikut:

1) Peserta Penerima Bantun Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan, seluruh bulanan ditanggung oleh Pemerintah.

2) Iuran peserta Non PBI untuk Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada Lembaga Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai pemerintah non pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 3% (tiga persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen) dibayar oleh peserta.

Sedangkan untuk Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta sebesar 5% ( lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja dan 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.

3) Jika ada anggota keluarga tambahan bagi peserta Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari gaji atau upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima upah.

(33)

4) Besaran iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah, peserta pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja adalah sebesar:

a) Sebesar Rp. 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat non medis ruang perawatan Kelas III.

b) Sebesar Rp. 42.500,- (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat non medis ruang perawatan Kelas II.

c) Sebesar Rp. 59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat non medis ruang perawatan Kelas I.

5) Besaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari 45% (empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan III/a dengan masa kerja 14 (empat belas) tahun per bulan, ditanggung oleh Pemerintah.

B. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas 1. Pengertian

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping

(34)

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).

2. Tujuan

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).

3. Fungsi

Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang

(35)

dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009).

Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta menduku ng pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber

(36)

pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:

a. Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (privat goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat disebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

(37)

Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi tersebut yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan sektorsektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas 4. Peran Puskesmas

Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Effendi, 2009).

(38)

C. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan suatu hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh individu maupun kelompok.

Pengetahuan tentang faktor kunci mempelajari pemanfaatan pelayanan kesehatan dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencarian pelayanan kesehatan berarti juga mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan (Ilyas, 2006)

Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa perilaku pencarian pengobatan merupakan perilaku individu maupun kelompok untuk malakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan di masyarakat terutama di negara berkembang sangat bervariasi.

2. Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Terdapat berbagai model penggunaan pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku pemanfaatan pelayan kesehatan dalam hal ini pemanfaatan Jaminan Kesehatan. beberapa model-model tersebut antara lain:

a. Model Anderson

Menurut Anderson (1974) yang dikutip dari Notoatmodjo (2012) adalah model sistem kesehtan (health system model) berupa model kepercayaan kesehatan. di dalam model Anderson ini terdapat tiga kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu:

(39)

1) Karakteristik predisposisi (Predisposing characteristics).

Karakterisitik ini menggambarkan bahwa kecenderungan suatu individu menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda disebabkan oleh adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan kedalam tiga kelompok.

a) Ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur

b) Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, ras dan sebaginya.

c) Manfaat-manfaat kesehatan berupa keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

Sehingga Anderson percaya bahwa:

a. Setiap individu yang mempunyai perbedaan karakteristik, tipe dan frekuensi penyakit serta pola penggunaan pelayanan kesehatan.

b. Setiap individu yang mempunyai perbedaan struktur sosial dan gaya hidup akhirnya akan mempunyai perbedaaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.

c. Setiap individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan.

2) Karasteristik Pendukung (Enabling characteristics).

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan

(40)

kesehatan tapi individu tersebut tidak memanfaatkanya karena tidak adanya kemampuan dalam menggunakannya. Kemampuan penggunaanya dipengaruhi oleh kemampuan untuk membayar dengan sumber daya yang ada dalam hal ini sumber daya keluarga dan sumber daya masyarakat.

3) Karakteristik kebutuhan (Need characteristics).

Karakteristik kebutuhan disebut juga sebagai kesakitan karena mewakili kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Suatu tindakan akan terwujud apabila dirasakan ada kebutuhan sehingga kebutuhan merupakan stimulan langsung dalam menggunakan pelayanan kesehatan. kebutuhan (need) di sini dibagi menjadi dua kategori yaitu yang dirasakan secara sujektif oleh individu dan berdasarkan penilaian klinis.

b. Model Andersen dan Anderson

Model penggunaan pelayanan kesehatan lain yang menjelaskan faktor-faktor penentu penggunaan pelayanan kesehatan dikemukakan oleh (Andersen dan Anderson, 1979) dalam Notoatmodjo (2012):

1) Model Demografi

Pada model ini variabel yang digunakan berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan dan besarnya keluarga.

Variabel tersebut digunakan sebagai indikator yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan. Karakteristik

(41)

demografi juga berhubungan dengan karakteristik sosial sperti perbedaan sosial dari jenis kelamin yang berbeda mempunyai ciri- ciri sosial yang berbeda.

2) Model Struktur Sosial

Pada model ini variabel yang digunakan adalah pendidikan, pekerjaan dan kebangsaan. Variabel-variabel tersebut mencerminkan status sosial dari individu atau keluarga di dalam masyarakat dan dapat pula menggambarkan gaya hidup individu dan keluarga dari kedudukan sosial tertentu.

3) Model Sosial Psikologis

Pada model ini variabel yang digunakan adalah ukuran sikap dan keyakinan individu di dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Variabel tersebut mempengaruhi individu untuk mengambil keputusan dan bertindak didalam menggunakan pelayanan kesehatan.

4) Model Sumber Daya Keluarga

Pada model ini variabel yang digunakan adalah pendapatan keluarga dan cakupan asuransi keluarga atau membiyai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya.

Variabel tersebut dapat mengukur kesanggupan dari setiap individu atau keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

(42)

5) Model Sumber Daya Masyarakat

Pada model ini variabel yang digunakan adalah penyediaan pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan yang tersedia. Model sumber daya ini kemudian berfokus pada suplai ekonomi dalam ketersediaan sumber-sumber kesehatan pada masyrakat.

6) Model Organisasi

Pada model ini variabel yang digunakan adalah pencerminan perbedaan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan. Pada umumnya variabel yang biasa digunakan adalah:

a. Gaya praktik pengobatan sendiri (sendiri, rekanan, kelompok)

b. Sifat alamiah dari pelayanan tersebut (pembayaran secara langsung atau tidak)

c. Lokasi dari pelayanan kesehatan (pribadi, rumah sakit atau klinik)

d. Petugas kesehatan yang pertama kali dihubungi oleh pasien (dokter, perawat atau yang lainnya).

c. Model kepercayan kesehatan (The health belief models).

Model kepercayan kesehatan adalah model penjabaran dari model sosio-psikologis yang oleh Becker (1974) dalam Notoatmodjo (2012) dimana ada 4 variabel kunci yang mempengaruhi

(43)

perilakuseseorang dalam bertindak untuk mencegah atau mengobati suatu penyakit, yaitu:

1) Kerentanan yang dirasa (Perceived susceptibility).

Tindakan individu dalam mencari pengobatan atau melakukan upaya pencegahan terhadap suatu penyakit yang didorong oleh persepsi adanya kerentanan terhadap suatu penyakit.

2) Keseriusan yang dirasakan (Perceived seriousness).

Tindakan individu dalam mencari pengobatan dan pencegahan penyakit yang didorong oleh keseriusan penyakit itu sendiri.

3) Manfaat dan rintangan yang dirasakan (Perceived benefit and barriers).

Tindakan yang dilakukan akibat kerentanan dari suatu penyakit tergantung dari manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut.

4) Isyarat atau tanda-tanda (Cues).

Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan diperlukan isyarat berupa faktor-faktor dari luar yang berupa pesan-pesan media massa, nasihat atau anjuran dari teman atau anggota keluarga yang pernah mengalaminya.

(44)

d. Model Green

Teori lain yang digunakan untuk mencoba mengungkapkan determinan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah Program Jaminan Kesehatan Nasional adalah teori yang disampaikan oleh Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012) bahwa tindakanseseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:

1) Faktor Predisposisi (Predisposing factors).

Faktor-faktor ini mencakup mengenai pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor Pemungkin (Enabling factors).

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.

3) Faktor Penguat (Reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap para petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

Berdasarkan uraian tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi seseorang dan masyarakat dalam memanfaatkan program Jaminan Kesehatan Nasional maka dalam penelitian ini akan dibahas lebih

(45)

mendalam adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pendapatan, dan fasilitas kesehatan.

D. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan formal yang ditempuh seseorang pada dasarnya adalah merupakan suatu proses menuju kematangan intelektual, untuk itu pendidikan tidak dapat terlepas dari proses belajar. Dengan belajar pada hakikatnya merupakan upaya penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan luar dan hidup masyarakat. Pendidikan merupakan upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif (Notoatmdjo, 2003 ).

Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi suatu proses pendidikan. Pendidikan telah ada sepanjang peradaban manusia (Gunawan, 2012).

Pendidikan berdasarkan cara mendapatkannya dapat dibagi menjadi 3 jalur pendidikan (Gunawan, 2012) macam yaitu: pendidikan informal, pendidikan nonformal dan pendidikan formal. Pendidikan informal adalah

(46)

kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri dan hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan fomal setelah peserta didik berhasil lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan sebagai pengganti, penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan masyarakat sepanjang hayat (Gunawan, 2012). Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilakukan di sekolah secara teratur, bertingkat, dan mengikuti syarat-syarat tertentu yang sudah disahkan oleh undang-undang. Tingkat pendidikan fomal dibagi atas 3 bagian:

1. Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan awal yang biasanya dilakukan selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah meliputi lulus Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak.

2. Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan yang yang merupakan lanjutan pendidikan dasar meliputi SMP-SMA atau yang dianggap sederajat

3. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi, Akademi, Sekolah Tinggi, Politeknik, dan Institut (Depdiknas, 2008).

(47)

E. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang didapat melalui proses pengindraan terhadap suatu objek. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yanng terdiri dari indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba walaupun sebagian besar pengetahuan diperoleh dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk suatu tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

1. Tahu (Know) merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah karena hanya sebatas mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Memahami (Comprehension) diartikan sebgai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar seperti mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

3. Analisis (Analysis), Kemampuan analisis dapat terlihat melalui kemampuan untuk menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan suatu materi atau objek.

4. Sintesis (Synthesis) adalah kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada karena adanya kemapuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Kemampuan sistesis terlihat dari kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan sesuatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

(48)

5. Evaluasi (Evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan penilaian yang ditentukan sendiri atau menurut kriteria yang sudah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan metode wawancara atau menggunakan kuesioner yang menanyakan materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau objek (Notoatmodjo, 2012).

F. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Bekerja adalah salah satu upaya untuk mendapatkan pamasukan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan.

Tingkat kesejahteraan yang baik dapat meningkatkan akses seseorang ke layanan kesehatan untuk menjaga status kesehatannya agar tetap baik (Indriyani, 2012).Status pekerjaan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

G. Pendapatan

Menurut Reksoprayitno, pendapatan atau income adalah uang yang diterima oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa bunga, dan laba termasuk juga beragam tunjangan, seperti kesehatan dan pensiun.

(Reksoprayitno, 2009)

Ada 3 kategori pendapatan yaitu :

1. Pendapatan berupa uang yaitu segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi.

(49)

2. Pendapatan berupa barang adalah segala pendapatan yang sifatnya reguler dan biasa, akan tetapi selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang dan jasa.

3. Pendapatan yang bukan merupakan pendapatan adalah segala penerimaan yang bersifat transfer redistributive dan biasanya membuat perubahan dalam keuangan rumah tangga. (Sunuharjo, 2009)

H. Fasilitas Kesehatan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013, fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

Fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 terdiri atas 3 tingkatan yaitu :

1. Fasilitas kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar.

2. Fasilitas kesehatan tingkat kedua adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan spesialistik.

3. Fasilitas kesehatan tingkat ketiga adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan spesialisik dan pelayanan kesehatan sub spesialistik.

(50)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan seseorang dalam memanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor langsung dipengaruhi oleh sosio- ekonomi dan budaya. Faktor tidak langsung berpa variabel psikologis (selera, persepsi sehat sakit, harapan, penilaian terhadap provider) dan karakteristik individu meliputi umur jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pendididikan, pendapatan, pekerjaan, fasilitas keshatan, pengetahuan, dan kebutuhan individu, sedangkan variabel dependen adalah pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional.

Menurut Anderson (1974) yang dikutip dari Notoatmodjo (2012) adalah model sistem kesehatan (health system model) berupa model kepercayaan kesehatan. di dalam model Anderson ini terdapat tiga kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu:

1. Karakteristik predisposisi (Predisposing characteristics)

Karakterisitik ini menggambarkan bahwa kecenderungan suatu individu menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda disebabkan oleh adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan kedalam tiga kelompok.

(51)

a. Ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur

b. Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, ras dan sebaginya.

c. Manfaat-manfaat kesehatan berupa keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

Sehingga Anderson percaya bahwa:

a. Setiap individu yang mempunyai perbedaan karakteristik, tipe dan frekuensi penyakit serta pola penggunaan pelayanan kesehatan.

b. Setiap individu yang mempunyai perbedaan struktur sosial dan gaya hidup akhirnya akan mempunyai perbedaaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.

c. Setiap individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan.

2. Karasteristik Pendukung (Enabling characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan tapi individu tersebut tidak memanfaatkanya karena tidak adanya kemampuan dalam menggunakannya. Kemampuan penggunaanya dipengaruhi oleh kemampuan untuk membayar dengan sumber daya yang ada dalam hal ini sumber daya keluarga dan sumber daya masyarakat.

3. Karakteristik kebutuhan (Need characteristics)

(52)

Karakteristik kebutuhan disebut juga sebagai kesakitan karena mewakili kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Suatu tindakan akan terwujud apabila dirasakan ada kebutuhan sehingga kebutuhan merupakan stimulan langsung dalam menggunakan pelayanan kesehatan. kebutuhan (need) di sini dibagi menjadi dua kategori yaitu yang dirasakan secara sujektif oleh individu dan berdasarkan penilaian klinis.

Menurut Benned, 1987 (dalam Artati, 2005) faktor – faktor yang mempengaruhi demand pasien terhadap pelayanan kesehatan adalah:

a. Insiden penyakit yang menggambarkan kejadian penyakit

b. Karakteristik demografi dan sosial budaya yang meliputi status perkawinan, jumlah anggota keluarga, pendidikan dan sistem nilai budaya yang ada pada keluarga atau masyarakat

c. Faktor ekonomi antara lain pendapatan, harga pelayanan medis dan nilai waktu yang dipergunakan untuk mencari pengobatan.

(53)

B. Pola Pikir Variabel yang Diteliti 1. Kerangka Teori

Gambar Ilustrasi Model Anderson (Notoatmodjo, 2012).

Predisposing 

Social Structur  Demography 

Health Beliefs 

Enabling  Need  Health Service 

Use 

Family Resource  Perceived 

Community  Resource 

Evaluated

(54)

2. Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka teori di atas, dapat disusun kerangka pikir penelitian sebagai berikut :

Faktor Predisposisi:

 Tingkat Pendidikan

 Pekerjaan

 Pengetahuan Tentang Asuransi

Kesehatan Pemanfaatan Jaminan

Kesehatan  

Faktor Enabling :

 Pendapatan

 Fasilitas Kesehatan Faktor yang mempengaruhi 

perilaku masyarakat: 

               

       

Variabel Dependen Variabel Independen

(55)

3. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas, dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Keterangan :

: Variabel Independen/ Variabel Bebas

: Variabel Dependen/ Variabel Terikat

Pemanfaatan Jaminan Kesehatan (Y)

Fasilitas Kesehatan (X5) Pengetahuan (X2)

Pekerjaan (X3)

Pendapatan (X4) Tingkat Pendidikan (X1)

(56)

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

Defenisi operasional variabel pada penelitian ini adalah Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Pendapatan, dan Kebutuhan Individu sebagai variabel bebas (independen) dan Penggunaan Jaminan Kesehatan sebagai variabel terikat (dependen).

1. Tingkat Pendidikan

Yang dimaksud dengan tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang saat ini sudah dan/atau sedang dijalani oleh responden. Tingkat pendidikan formal yang dimaksud adalah pendidikan yang dilakukan di sekolah secara teratur, bertingkat, dan mengikuti syarat-syarat tertentu yang sudah disahkan oleh undang-undang (Depdiknas, 2008).

Kriteria Objektif:

Rendah : Jika tingkat pendidikan terakhir responden adalah lebih rendah dari lulus SMU atau yang sederajat.

Tinggi : Jika tingkat pendidikan terakhir responden lebih tinggi dari SMU atau sederajat.

2. Pengetahuan

Yang dimaksud dengan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yaitu arti JKN, penyelenggaraan JKN, Kepesertaan JKN, Manfaat JKN, dan prosedur pendaftaran JKN.

(57)

Kriteria Objektif:

Tingkat Pengetahuan Cukup : Jika responden memperoleh skor jawaban

> nilai median dari 10 pertanyaan yang diajukan.

Tingkat Pengetahuan Kurang : Jika responden memperoleh skor jawaban

≤ nilai median dari 10 pertanyaan yang diajukan.

3. Pekerjaan

Pekerjaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pekerjaan yang sedang dilakukan reponden saat diadakan penelitian.

Kriteria Objektif:

Bekerja : Jika pekerjaan responden adalah sebagai PNS, pegawai swasta, buruh, petani/nelayan, dan pedagang/ wiraswasta (melakukan aktivitas yang untuk mendapatkan upah).

Tidak Bekerja : Jika pekerjaan respoden tidak bekerja, ibu rumah tangga, mahasiswa/ pelajar, dan pensiunan.

4. Pendapatan

Yang dimaksud dengan pendapatan adalah total pemasukan yang diterima dalam kurun waktu 1 bulan.

Kriteria Objektif:

Tinggi : Jika pendapatan > Rp. 2.300.000,00 Rendah : Jika pendapatan ≤ Rp. 2.300.000,00

(58)

5. Fasilitas Kesehatan

Dalam penelitian ini fasilitas kesehatan berupa keramahan petugas, kelengkapan alat dan ketersediaan obat dan peralatan. Penilaian variabel ini menggunakan Skala Likert sesuai jumlah pertanyaan dengan mengggunakan 4 kategori: “Sangat Baik”= 4, “Baik”= 3, “Tidak Baik”=

2, dan “Sangat Tidak Baik”= 1.

Kriteria objektif (Sugiyono, 2003):

Baik : bila skor jawaban responden memenuhi kriteria ≥ 12,5 Kurang baik : bila skor jawaban responden memenuhi kriteria < 12,5 Cara perhitungan kriteria objektif untuk variabel fasilitas kesehatan:

Skor tertinggi jawaban responden = Jumlah pertanyaan x skor tertinggi = 5 x 4

= 20

Skor terendah jawaban responden = Jumlah pertanyaan x skor terendah

= 5 x 1

= 5

Range (R) = skor tertinggi – skor terendah

= 20 – 5

= 15

Interval (I) =

= = 7,5

Maka skor standar = 20 – 7,5 = 12,5

(59)

6. Pemanfaatan Jaminan Keehatan Nasional

Pernyataan responden tentang pernah atau tidak pernah memanfaatkan JKN untuk memperoleh pelayanan kesehatan di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

Kriteria Objektif:

Memanfaatkan : Apabila responden pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan menggunakan JKN di Puskesmas Tamalanrea Jaya.

Tidak Memanfaatkan : Apabila responden tidak pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan menggunakan JKN Tamalanrea Jaya.

D. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Null (Ho)

f. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

g. Tidak ada hubungan antara pengetahuan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

h. Tidak ada hubungan antara pekerjaan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

i. Tidak ada hubungan antara pendapatan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

(60)

j. Tidak ada hubungan antara fasilitas kesehatan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara antara tingkat pendidikan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

b. Ada hubungan antara pengetahuan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

c. Ada hubungan antara pekerjaan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

d. Ada hubungan antara pendapatan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

e. Ada hubungan antara fasilitas kesehatan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.

(61)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan observasional menggunakan desain Cross Sectional dimana penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan identifikasi kepada variabel yang akan diteliti agar dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam memanfaatkan Jaminan Kesehatan Nasional di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar tahun 2016.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 11 November 2016 sampai dengan 11 Desember 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya yang merupakan fasilitas layanan tingkat pertama yang berlokasi di Jl.

Perintis Kemerdekaan IV, Kota Makassar.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan atau univers yang ciri-cirinya atau karakteristik-karakteristiknya dapat diamati untuk ditarik menjadi suatu sampel dalam penelitian (Pasolong, 2012). Oleh karena itu, yang menjadi objek penelitian yaitu seluruh masyarakat yang tercakup dalam wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya yaitu sebanyak 23.455 jiwa.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pada Masyarakat Desa Tanailandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kanapa-Napa Kecamatan Mawasangka Kabupaten

[r]

[r]

[r]

[r]

Bagi peneliti, dapat memberikan gambaran pemahaman tentang pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan pengangguran terhadap kemiskinan pada Provinsi Jawa

Dari hasil analisis diketahui bahwa komunikasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap kebutuhan sosial karyawan, sedangkan iklim kerja dan fungsi kepemimpinan secara

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tidak ada hubungan faktor predisposisi (struktur sosial dan keyakinan) dengan keputusan pasien untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan