• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF METODE SBAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF METODE SBAR"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF METODE SBAR OLEH PERAWAT PADA KESELAMATAN PASIEN DI

INSTALASI RAWAT INAP PASCA BEDAH DI RSUD DR.

PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh

HARRY ISWANTO NIM. 161000123

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

ANALISIS PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF METODE SBAR OLEH PERAWAT PADA KESELAMATAN PASIEN DI

INSTALASI RAWAT INAP PASCA BEDAH DI RSUD DR.

PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

HARRY ISWANTO NIM. 161000123

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)

i

Judul Skripsi : Analisis Pelaksanaan Komunikasi Efektif Metode SBAR oleh Perawat pada Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Inap Pasca Bedah di RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan Tahun 2020 Nama Mahasiswa : Harry Iswanto

Nomor Induk Mahasiswa : 161000123

Departemen : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Pembimbing:

(Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes) NIP. 196410041991031005

Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) NIP. 196803201993082001

Tanggal Lulus: 26 April 2021

(4)

ii Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 26 April 2021

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M. Kes Anggota : 1. dr. Harry Chrismanda, M.K.M

2. Dr. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M. Kes

(5)

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Komunikasi Efektif Metode SBAR oleh Perawat pada Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Inap Pasca Bedah di RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan Tahun 2020” berseta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara- cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, 26 April 2021

Harry Iswanto

(6)

iv Abstrak

Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu mengahasilkan perubahan sikap pada seseorang yang terlibat dalam memberikan informasi. Komunikasi Efektif Metode SBAR suatu standar sistem komunikasi yang digunakan oleh rumah sakit untuk meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi metode SBAR adalah kerangka komunikasi yang disediakan untuk perawat dan petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi kesehatan pasien. Komunikasi efektif metode SBAR dapat memberikan solusi kepada pihak rumah sakit untuk menghindari terjadinya kesalahan berkomunikasi contohnya pada saat timbang terima pasien, pada saat merujuk pasien ke rumah sakit lain, melaporkan masalah kondisi kritis yang dialami pasien dan melakukan panggilan melalui telepon.

Penelitian yang menggunakan metode pendekatan kualitatif yaitu dengan pendekatan atau wawancara secara mendalam kepada perawat. Analisis data yang digunakan metode analisa domain. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan komunikasi efektif metode SBAR untuk meningkatkan kinerja perawat dalam pemberi asuhan keperawatan yang profesional, mempercepat pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Berkomunikasi efektif metode SBAR ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur-prosedur SBAR yang sudah ditetapkan maka perawat akan menurunkan insiden keselamatan pasien. RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan sudah menerapkan komunikasi efektif metode SBAR pada saat melaporkan kondisi pasien kepada dokter dan teman satu tim atau tenaga medis lainnya. Hasil yang didapatkan dari pelaksanaan komunikasi efektif metode SBAR terlaksananya asuhan keperawatan secara baik, perawat dapat mengetahui informasi dengan benar yang disampaikan dokter atau tenaga kesehatan lain, terlaksananya komunikasi yang baik antara sesama tenaga kesehatan.

Kata kunci: Komunikasi efektif, SBAR, keselamatan pasien

(7)

v Abstract

Effective communication is communication that is able to produce a change in attitude in someone who is involved in providing information. Effective Communication the SBAR method is a standard communication system used by hospitals to improve patient safety. SBAR communication method is a communication framework provided for nurses and health workers in conveying the patient's health condition. Effective communication with the SBAR method can provide solutions to hospitals to avoid communication errors, for example when weighing patients, when referring patients to other hospitals, reporting critical condition problems experienced by patients and making phone calls. Research that uses a qualitative approach is the approach or in-depth interviews with nurses. Data analysis used domain analysis method. The results showed that the use of effective communication with the SBAR method to improve the performance of nurses in providing professional nursing care, accelerated the provision of nursing care to patients. Effective communication of the SBAR method is carried out in accordance with the established SBAR procedures, so nurses will reduce patient safety incidents. Hospital Dr. Pringadi, Medan city, has implemented effective communication using the SBAR method when reporting the patient's condition to doctors and teammates or other medical personnel. The results obtained from implementing effective communication with the SBAR method are the implementation of good nursing care, nurses can find out the correct information conveyed by doctors or other health workers, the implementation of good communication between fellow health workers.

Key words: Effective communication, SBAR, patient safety

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pelaksanan Komunikasi Efektif Metode SBAR oleh Perawat pada Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Inap Pasca Bedah di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2020”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis masih menyadari bahwa dalam penyusunan penulisan ini banyak menalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan dan arahan dari bapak dosen pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyampaikan bahwa penulisaan skripsi ini masih ada kelemahan serta kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

vii

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Depertemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. dr. Harry Chrismanda, M.K.M. dan Alm. Roymond H Simamora, S.Kep, Ners, M.Kep. selaku Dosen Penguji I yang telah membimbing dan memberikan kritik serta secara kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

5. Dr. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M. Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah membimbing dan memberikan kritik serta saran kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

6. dr. Surya Dharma, M.P.H., selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terkhususnya Depertemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan administrasi selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

8. dr. Suryadi Panjaitan, M.kes, Sp.PD., selaku Direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dan seluruh staf RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah membantu penulis dalam memberikan data serta informasi untuk keperluan penelitian ini.

(10)

viii

9. Teristimewa untuk kedua orangtua tercinta (Ishak dan almh. Dewita) yang telah memberikan dukungan, perhatian, nasihat, motivasi serta doa kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

10. Terkhusus untuk kedua orang tua angkat (Suparman dan Kusini) yang telah memberikan dukungan, perhatian, nasihat, motivasi serta do’a kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

11. Terkhusus untuk saudara penulis, (Dody iswandi, S.T dan Evita Putri) yang sudah memberikan semangat kepada penulis.

12. Teman-Teman seperjuangan skripsi (Habib, Rikki, Ges, Egidia, Merlin, Ninna, Kurniawati) yang selalu saling menyemangati satu sama lain dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 26 April 2021

Harry Iswanto

(11)

ix Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Tujuan umum 5

Tujuan khusus 5

Manfaat Penelitian 5

Tinjauan Pustaka 7

Komunikasi Efektif 7

Pengertian komunikasi 7

Pengertian komunikasi efektif 7

Tujuan komunikasi efektif 7

Komunikasi Efektif SBAR 8

Pengertian komunikasi efektif SBAR 8

Manfaat komunikasi efektif SBAR 8

Tujuan komunikasi efektif SBAR 8

Penerapan komunikasi efektif SBAR 9

Hambatan komunikasi efektif SBAR 10

Upaya peningkatan komunikasi efektif 11

Keselamatan Pasien 11

Pengertian keselamatan pasien 11

Tujuan keselamatan pasien 12

Perawat 12

Pengertian perawat 12

Fungsi perawat 12

Rumah Sakit 13

Pengertian rumah sakit 13

(12)

x

Landasan Teori 14

Fokus Penelitian 15

Metode Penelitian 18

Jenis Penelitian 18

Lokasi dan Waktu Penelitian 18

Subjek Penelitian 18

Definisi Konsep 20

Metode Pengumpulan Data 22

Metode Analisis Data 23

Hasil Penelitian dan Pembahasan 25

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 25

Komunikasi Efektif Metode SBAR 29

Pemahaman Perawat terhadap Komunikasi Efektif 32

Kebijakan Komunikasi Efektif Metode SBAR di Rumah Sakit 34

Proses Komunikasi Efektif Metode SBAR Saat Situation 35

Proses Komunikasi Efektif Metode SBAR Saat Background 37

Proses Komunikasi Efektif Metode SBAR Saat Assessment 39

Proses Komunikasi Efektif Metode SBAR Saat Recommendation 41

Hambatan dalam Pelaksanan Komunikasi Efektif Metode SBAR 44

Upaya yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Komunikasi Efektif Metode SBAR 46

Harapan dalam Pelaksanan Komunikasi Efektif Metode SBAR 48

Keterbatasan Penelitian 50

Kesimpulan dan Saran 51

Kesimpulan 51

Saran 52

Daftar Pustaka 54

Lampiran 57

(13)

xi Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Karakteristik Informan Tenaga Paramedis 20 2 Jumlah Tempat Tidur dan Klasifikasi Ruangan Rawat

VIP dan Kelas di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi

Kota Medan 28

3 Jumlah Tempat Tidur dan Perawat di Ruangan Rawat Inap Pasca Bedah Kenanga II (Perempuan) dan Melati III

(Laki-Laki) RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan 29 4 Analisis Komunikasi Efektif Metode SBAR 30

(14)

xii

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Fokus penelitian 16

(15)

xiii

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Surat Izin Penelitian 57

2 Surat Ethical Clearance 58

3 Surat Selesai Survei Pendahuluan 59

4 Surat Selesai Penelitian 60

5 Surat Izin Survei Pendahuluan 61

6 Dokumentasi Penelitian 62

7 Kuesioner Penelitian 64

(16)

xiv Daftar Istilah

RS Rumah Sakit

SBAR Situation, Background, Assessment, Recommendation RSUD Rumah Sakit Umum Daerah

KKPRS Komite Kesehatan Pasien Rumah Sakit KTD Kejadian Tidak Diharapkan

KNC Kejadian Nyaris Cedera KPC Kejadian Potensi Cedera Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan WHO World Health Organization

SNARS Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit

(17)

xv Riwayat Hidup

Penulis bernama Harry Iswanto berumur 25 tahun, dilahirkan di Medan pada tanggal 15 Oktober 1995. Penulis beragama Islam, anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Ishak dan Almh Ibu Dewita.

Pendidikan formal dimulai dari TK Padang Bungo Pada Tahun 2001-2002.

Pendidikan sekolah dasar di Mis Swasta BU Pandan Tapanuli Tengah pada Tahun 2006-2010, sekolah menengah pertama di MTs Swasta BU Pandan Tapanuli Tengah pada Tahun 2010-2013, sekolah menengah atas di MAN Negeri 3 Tapanuli Tengah Tahun 2013-2016, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, 26 April 2021

Harry Iswanto

(18)

1 Pendahuluan

Latar Belakang

Komunikasi merupakan suatu proses hubungan antar manusia yang satu dengan manusia lain. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi hal yang penting untuk mengimplementasikan suatu proses dalam menjalankan asuhan keperawatan itu sendiri (Transyah & Toni, 2018). Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu mengahasilkan perubahan sikap pada seseorang yang terlibat dalam memberikan informasi. Komunikasi dapat menjadi efektif jika pesan yang diterima dapat dimengerti oleh pengirim pesan, pesan yang di terima akan ditindaklanjuti dengan sebuah tindakan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan dalam pelaksanaan tindakan tersebut.

Komunikasi efektif metode SBAR dapat memberikan solusi kepada pihak rumah sakit untuk menghindari terjadinya kesalahan berkomunikasi contohnya pada saat timbang terima pasien, pada saat merujuk pasien ke rumah sakit lain, melaporkan masalah kondisi kritis yang dialami pasien dan melakukan panggilan melalui telepon (Simamora, 2018).

Komunikasi dalam dunia keperawatan profesional merupakan unsur utama perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil optimal dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Peningkatan komunikasi yang efektif merupakan satu dari enam sasaran keselamatan pasien (Pemenkes RI, 2017). Standar keselamatan pasien dilaksankankan dengan melaporkan insiden dengan analisa masalah dan menyelesaikan masalah dengan maksud menekan insiden keselamatan pasien tersebut (UU No. 44 Tahun 2009).

(19)

Insiden keselamatan pasien di dunia umumnya disebabkan oleh kegagalan berkomunikasi yang tidak efektif antara penyedian pelayanan dengan asuhan perawatan, berakibat ancaman keamanan dalam keselamatan pasien yang berakibat 44.000 sampai 98.000 orang meninggal setiap tahun yang disebabkan kesalahan komunikasi (Vinu & Kane, 2016). Menurut data joint commission menyatakan bahwa kesalahan berkomunikasi merupakan penyebab utama terjadinya insiden keselamatan pasien, yang dilaporkan dari tahun 2011-2013.

Menurut data joint commission (2017), pada tahun 2015 di Amerika Serikat 30%

malapraktik dalam kurun waktu 5 tahun terakhir diakibatkan kesalahan berkomunikasi saat memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Kesalahan dalam pelayanan kesehatan tidak hanya ditemukan di internasional saja di Indonesia juga terjadi. Menurut laporan KKP-RS di tahun 2010 diketahui bahwa Kejadian tidak Diharapkan (KTD) sebanyak 21,58% dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC) sebanyak 11,31%. Keselamatan pasien dapat ditingkatkan dengan komunikasi efektif metode SBAR bisa mengurangi risiko kejadian tidak diinginkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC), kejadian potensi cedera (KPC), kejadian tidak cedera (KTC). Dalam hal berkomunikasi perawat mengalami beberapa kekurangan dalam memberikan informasi sehingga dapat membahayakan keselamatan pasien ketika perawat memberikan informasi ke dokter dan tenaga kesehatan lain, dengan komunikasi efektif metode SBAR bisa menurunkan insiden keselamatan pasien.

RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan adalah rumah sakit pemerintah dengan tipe B di kota Medan. Rumah sakit ini sudah menjalankan komunikasi efektif

(20)

3

metode SBAR dalam proses pelayanan keperawatan. Dengan tujuan komunikasi efektif metode SBAR di rumah sakit Dr. Pirngadi Kota Medan dapat meningkatkan keamanan dalam keselamatan pasien, meningkatkan kinerja dalam pemberian asuhan keperawatan, menentukan sistem khusus dalam memberikan informasi, meningkatkan penjelasan dalam memberikan asuhan keperawatan untuk peningkatan perubahan kondisi pasien.

Dari survei pendahuluan yang peneliti lakukan pada RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan, peneliti melakukan wawancara dengan kepala ruangan rawat inap pasca bedah pada bulan Desember 2019, mengatakan bahwa dalam berkomunikasi efektif metode SBAR antara perawat dengan tenaga kesehatan lain belum melaksanakan komunikasi efektif metode SBAR secara maksimal pada saat menginformasikan kepada tenaga kesehatan tentang kondisi kesehatan pasien.

Misalnya pada saat perawat melakukan komunikasi tidak sesuai standar prosedur komunikasi metode SBAR pada saat menginformasikan kondisi pasien terkini, hanya berfokus terhadap hal-hal tertentu saja yang ingin disampaikan perawat kepada tenaga kesehatan. Hal ini dapat berisiko terhadap kesalahan identifikasi pasien, terapi yang akan diberikan kepada pasien dan kesalahan pada saat pemberian obat.

Sesuai dengan penelitian Hia (2018) di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan perawat belum melaksanakan komunikasi SBAR secara makasimal saat melakukan komunikasi efektif hanya menjelasakan hal-hal tententu saja, tanpa adanya melaksanakan komunikasi SBAR sesuai standar operasional prosedur yang sudah ditentukan rumah sakit. Ini juga didukung oleh hasil penelitian Utami dan

(21)

Rezkiki (2017) bahwasannya perawat memahami dengan baik komunikasi efektif dari segi konsep dasarnya saja dan paham terhadap tujuan komunikasi efektif dan prosedur pelaksanaan komunikasi efektif, tapi belum pada pelaksanaanya sewaktu berkomunikasi efektif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pada bulan Desember 2019, belum semua perawat pernah mengikuti sosialisasi dan pelatihan tentang keselamatan pasien. Ada sebagian perawat tidak melaksanakan komunikasi efektif SBAR yang sudah didapatkan saat mengikuti pelatihan keselamatan pasien secara berkelanjutan, hal tersebut yang menyebabkan kurangnya pemahaman perawat terhadap program pelaksanaan komunikasi efektif metode SBAR di rumah sakit. Berakibat akan terjadi insiden keselamatan pasien di sebabkan kurang pemahaman perawat saat memginformasikan kondisi pasien kepada tenaga kesehatan yang lain. Berisiko terhadap kesalahan identifikasi pasien, terapi atau pengobatan yang akan diberikan kepada pasien dan kesalahan pada saat pemberian obat tertentu kepada pasien yang bisa berakibat merugikan pasien dan keluarga pasien dan terutama pada rumah sakit itu sendiri.

Berdasarkan permasalahan ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian analisis pelaksanaan komunikasi efektif metode SBAR oleh perawat pada keselamatan pasien di ruangan rawat inap pasca bedah RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2021.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pemikiran dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(22)

5

1. Bagaimana komunikasi perawat pada saat proses situation?

2. Bagaimana komunikasi perawat pada saat proses background?

3. Bagaimana komunikasi perawat pada saat proses assessment?

4. Bagaimana komunikasi perawat pada saat proses recommendation?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui porses pelaksanaan komunikasi efektif metode SBAR oleh perawat pada keselamatan pasien di instalasi rawat inap pasca bedah RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2021.

Tujuan khusus.

1. Untuk mengidentifikasi situation pada pelaksanaan komunikasi efektif SBAR

2. Untuk mengidentifikasi background pada pelaksanaan komunikasi efektif SBAR

3. Untuk mengidentifikasi assessment pada pelaksanaan komunikasi efektif SBAR

4. Untuk mengidentifikasi recommendation pada pelaksanaan komunikasi efektif SBAR

Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan akan mendapat suatu hal yang berguna bagi semua pihak dan sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat antara lain:

(23)

Manfaat teoritis. Menambah pengetahuan mengenai terkait komunikasi efektif dalam kegiatan keselamatan pasien di ruang rawat inap pasca bedah di rumah sakit, serta dapat menjadi bahan referensi di perpustakaan terkait analisis pelaksanaan komunikasi efektif metode SBAR oleh perawat dalam kegiatan keselamatan pasien serta dapat dijadikan acuan bagi penelitian sejenis nantinya.

Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang terkait dengan komunikasi efektif dalam kegiatan keselamatan pasien di instalasi rawat inap pasca bedah di rumah sakit.

(24)

7

Tinjauan Pustaka

Komunikasi Efektif

Pengertian komunikasi. Komunikasi artinya suatu proses untuk pertukaran informasi untuk mencapai tujuan yang sama (Yarsi, 2014). Proses ini memiliki tujuannya untuk saling mempengaruhi seseorang untuk mencapai pemahaman bersama (Priyoto dan Widyastuti, 2014). Dalam dunia keperawatan, komunikasi merupakan unsur yang penting dalam menentukan asuhan keperawatan dan sasaran perawatan untuk meningkatkan kinerja dalam pemberian asuhan keperawatan.

Komunikasi efektif. Komunikasi efektif adalah pengembangan hubungan antara tenaga kesehatan atau perawat dengan pasien secara efektif dalam kontak sosial yang berlangsung secara baik, menghargai kemampuan dan keunikan masing-masing pihak, dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan pasien secara bersama-sama (Yusuf, 2017).

Tujuan komunikasi efektif. Tujuan komunikasi efektif adalah untuk membantu perawat dalam menjelaskan dan mengambil tindakan dasar untuk memperbaiki kondisi pasien, mengambil keputusan apabila pasien percaya kepada perawat hal yang perlu dilakukan, mengurangi keraguan saat memberikan informasi, dan mempengaruhi orang lain atau lingkungan termasuk dirinya sendiri (Effendy, 2017). Secara singkat tujuan komunikasi efektif adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan komunikator dapat diterima oleh komunikan. Sebagai perawat memiliki tanggung jawab dengan tugas dan

(25)

wewenangnya. Maka komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan agar pelayanaan keperawatan yang diberikan berjalan efektif.

Komunikasi Efektif Metode SBAR

Komunikasi efektif metode SBAR. Suatu standar sistem komunikasi yang digunakan oleh rumah sakit untuk meningkatkan keselamatan pasien.

Komunikasi metode SBAR adalah kerangka komunikasi yang disediakan untuk perawat dan petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi kesehatan pasien.

Manfaat komunikasi efektif metode SBAR. Bermanfaat untuk meningkatkan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan yang profesional, mempercepat pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.

Berkomunikasi efektif metode SBAR ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur- prosedur SBAR yang sudah ditetapkan maka perawat akan menurunkan insiden keselamatan pasien (Tampubolon, 2018). Dengan demikian akan memunculkan kualitas pemberian asuhan keperawatan profesional kepada pasien dan sangat membantu perawat saat berkomunikasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya, untuk memperkecil kesalahan berkomunikasi saat dokter memberi perintah kepada perawat.

Tujuan komunikasi efektif metode SBAR. Menawarkan solusi kepada rumah sakit dan fasilitas perawatan untuk menjembatani kesenjangan dalam berkomunikasi. Pembicaraan kritis dengan panggilan telepon akan membuat perawat atau tenaga kesehatan lebih mendengarakan informasi yang disampaikan oleh dokter, untuk menciptakan hubungan kebersamaan antara perawat dengan dokter, sehingga dapat menurunkan kesalahan saat berkomunikasi sehingga dapat

(26)

9

menekan insiden keselamatan pasien (Pratiwi, 2018). Dengan demikian dokter lebih mendengarkan perawat saat memberikan informasi karena informasi yang diberikan perawat ringkas dan sesuai dengan prosedur komunikasi SBAR. Dokter akan memberi kesempatan kepada perawat untuk menyampaikan saran untuk memberikan asuhan keperawatan ke pasien. Dokter percaya dengan analisa perawat karena perawat dapat menjelaskan kondisi kesehatan pasien dengan baik.

Memperbaiki cara perawat berkomunikasi sama dengan memperbaiki pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dengan berkomunikasi metode SBAR ini perawat memberikan informasi lebih akurat dan efisien sesuai dengan format berkomunikasi SBAR, akan meminimalisir terjadinya kesalahan saat memberikan laporan kepada dokter, sehingga menurunkan insiden keselamatan pasien.

Penerapan komunikasi efektif metode SBAR. Dalam peningkatan keselamatan pasien dirumah sakit, ada beberapa proses komunikasi efektif untuk meningkatkan keselamatan pasien yang dinamakan SBAR. Komunikasi efektif metode SBAR digunakan untuk meningkatkan komunikasi lewat telepon antara perawat dan dokter sehingga dapat berkomunikasikan dengan jelas dan baik, untuk menurunkan insiden keselamatan pasien. Prosedur untuk meningkatkan pengiriman informasi secara personal, meningkatkan komunikasi informasi kritis dan menciptakan kelebihan saat menetapkan prosedur yang telah diharapkan saat berkomunikasi SBAR yaitu Situation, Background, Assessment, dan Recommendation (Fitryasari, 2015).

(27)

Situation. Situation adalah perawat menjelaskan situasi terkini yang terjadi pada pasien. Situation berisi mengenai identitas pasien, diruangan mana pasien mendapatkan perawatan, masalah perawatan dan keluhan utama pasien.

Background. Background adalah perawat memberikan informasi penting yang berhubungan dengan kondisi kesehatan dan latar belakang kondisi pasien pada saat ini. Perawat memberitahu dokter riwayat penyakit dan pengobatan pasien sebelumnya yang diberikan. Perawat menjelaskan riwayat alergi pasien dan tindakan asuhan perawatan yang telah diberikan dan pengobatan yang telah di berikan kepada pasien

Assessment. Assessment adalah perawat akan menjelaskan hasil pemeriksaan kondisi pasien terkini, dan memberikan informasi tersebut meliputi tanda vital pasien (suhu badan, tekanan darah, frekuensi nafas pasien), tingkat kesadaran pasien, nyeri yang dirasakan pasien, dan informasi pasien yang mendukung tentang penyakit pasien.

Recommendation. Recommendation adalah perawat menginformasikan tindakan keperawatan yang seharunya dilakukan berdasarkan hasil situation, background, dan assessment meliputi rencana tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan memberikan solusi yang biasa perawat tawarkan kepada dokter atau tenaga kesehatan lain, mencatat perintah yang diberikan dokter dan mengkonfirmasi ulang perintah yang diberikan dokter.

Hambatan pelaksanaan komunikasi efektif metode SBAR. Hambatan yang dimaksud pada saat berkomunikasi efektif metode SBAR yang dilaksanakan perawat dan tenaga kesehatan lain pada saat menjelaskan kondisi kesehatan pasien

(28)

11

dengan metode komunikasi SBAR tidak sesuai dengan prosedur komunikasi efektif SBAR itu sendiri. Berikut hambatan komunikasi efektif metode SBAR yang bisa terjadi antara perawat dan tenaga kesehatan. Hambatan komunikasi efektif SBAR disebabkan oleh hambatan teknologi, hambatan usia dan fisik dan hambatan pengetahuan yang berakibat komunikasi SBAR tidak dapat terlaksana sesuai prosedurnya.

Upaya peningkatan pelaksanaan komunikasi efektif metode SBAR.

Komunikasi yang efektif bermanfaat dalam kesembuhan pasien, juga berpengaruh terhadap kepuasan pasien dan keluarga pasien dan menjaga hubungan antara tenaga kesehatan lain. Dalam berkomunikasi metode SBAR tentu ada hambatan- hambatan yang muncul, untuk mengurangi hambatan tersebut perlu ada upaya yang dilakukan agar komunikasi metode SBAR berjalan sesuai prosedur yang sudah ditetapkan rumah sakit. Untuk meningakatkan berkomunikasi efektif diperlukannya pelatihan berkomunikasi teknik SBAR dan program komunikasi teknik SBAR terencana dari rumah sakit, untuk meningkatkan pemahaman seorang perawat terhadap komunikasi teknik SBAR.

Keselamatan Pasien

Pengertian keselamatan pasien. Keselamatan ialah suatu keadaan aman dalam kondisi tertentu baik secara fisik, sosial, agama, perkerjaan, psikologis, dan pendidikan terhindar dari ancaman terhadap faktor risiko tersebut. Pasien ialah seorang yang sedang melakukan perawatan masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun secara tidak langsung dari tenaga kesehatan. Keselamatan Pasien di rumah sakit

(29)

adalah suatu sistem di rumah sakit yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pasien yang lebih aman dalam segala sesuatu kemungkinan yang membahayakan kondisi pasien serta meminimalkan tindakan risiko cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melakukan suatu tindakan keperawatan dan tidak melalukan suatu tindakan keperawatan yang harus diambil oleh tenaga kesehatan (Permenkes, 2017).

Tujuan keselamatan pasien. Keselamatan pasien bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dengan cara menerapakan manajemen risiko dalam seluruh aspek pelayanan yang tersediakan di seluruh pelayanan kesehatan yang berada di rumah sakit. Tujuan keselamatan pasien yang disini menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit untuk menjaga kualitas pelayanan kesehatan. Meningkatkan kepercayaan pasien, keluarga pasien dan masyarakat terhadap rumah sakit dan menurunkan kejadian tidak diharapkan di rumah sakit.

Perawat

Pengertian perawat. Perawat ialah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, baik D3 keperawatan maupun S1 keperawatan, yang berwenang untuk memberikan pelayanan kesehatan dan bertanggung jawab untuk peningkatan kesehatan, untuk mencegah penyakit seorang pasien dan memberikan pelayanan terhadap seorang pasien.

Fungsi perawat. Fungsi perawat ialah membatu seorang pasien dalam kondisi sakit maupun seorang pasien dalam keadan sehat dan untuk meningkatkan kualitas kesehatan melalui pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien.

(30)

13

Dalam menjalankan tugasnya perawat juga memiliki beberapa fungsi sebagai berikut ini:

1. Fungsi perawat sebagai independen dalam artian keperawatan tidak tergantung pada perawat lain saat menjalankan pelayanan kesehatan yang dilakukan perawat secara sendiri dan mengambil keputusan sendiri dalam melakukan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien.

2. Fungsi perawat sebagai dependen dalam keperawatan ialah perawat menjalankan tugasnya atas pesan atau perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lain.

3. Fungsi perawat sebagai interdependen dalam keperawatan ialah perawatan yang dilakuan dalam satu kelompok atau satu tim yang

saling ketergantungan dengan satu kelompak yang lain.

Rumah Sakit

Pengertian rumah sakit. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah institusi dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan prima kepada masyarakat secara menyeluruh.

Rumah sakit merupakan tempat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian kesehatan. Berdasarkan permenkes no 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan perorangan secara prima yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat.

(31)

Landasan Teori

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hariyanto (2017) “analisis penerapan komunikasi efektif dengan teknik SBAR terhadap risiko insiden keselamatan pasien di rumah sakit Anton Soedjarwo”. Hasil wawancara peneliti menunjukan bahwa ada beberapa informan memiliki pemahaman baik dan kurang baik saat menjelaskan komunikasi efektif teknik SBAR, dari pernyataan informan yang didapatkan oleh peneliti dari wawancara mendalam kepada perawat, ada beberapa perawat yang menjelaskan dengan baik dan ada perawat yang menjelaskan dengan cukup baik dikarenakan perawat yang masih kurang memahami berkomunikasi efektif teknik SBAR.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santosa dkk (2020), tentang “analisis deskritif penerapan komunikasi efektif dengan teknik SBAR untuk keselamatan pasien perawat pelaksanan rumah sakit di Pati”. Dengan hasil penelitian sabagai berikut pada pertanyaan situation perawat tidak bisa menginformasikan tentang situation sejumlah (8,2%). Pada pertanyaan background didapatkan bahwa perawat yang tidak bisa menjelaskan dengan baik terhadap penyakit yang dialami pasien, dengan jumlah (37,6%). Pada pertanyaan assessment didapatkan bahwa perawat yang tidak bisa menjelaskan hasil analisis terhadap pasien dengan jumlah (22,4%). Pada pertanyaan recommendation didapatkan bahwa perawat yang tidak bisa menjelaskan dengan baik dengan jumlah (17,6%). Menunjukkan bahwa pelaksanaan komunikasi efektif dengan teknik SBAR di Rumah Sakit Pati belum berjalan dengan baik diakibatkan kuranganya pengetahuan perawat berkomunikasi teknik SBAR.

(32)

15

Berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu peneliti dapat mengetahui bahwa dalam pelaksanan komunikasi efektif metode SBAR oleh perawat belum berjalan dengan baik, karena masih banyak perawat yang belum memahami tentang komunikasi efektif metode SBAR sehingga sering terjadi kesalahpahaman informasi yang di sampaikan oleh perawat, dengan demikian bisa terjadi insiden yang tidak diinginkan, dan kurangnya pengetahuan perawat tentang komunikasi efektif metode SBAR ini juga bisa menyebabkan ketidakpercayaan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat, hal ini bisa berdapak kepada ketidakpuasan pasien terhadap rendahnya mutu pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasien.

Undang- undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit berbunyi bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak bagi setiap pasien untuk memperoleh informasi yang meliputi diagnosis pasien dan tata cara tindakan medis yang akan dilakukan kepada pasien dan tujuan tindakan medis tersebut. Pengobatan alternatif yang akan diberikan kepada pasien dan risiko komplikasi yang mungkin terjadi kepada si pasien. Memperoleh komunikasi efektif dan efisien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman diantara perawat dan pasien. Jika terjadi kesalahpahaman saat memberikan informasi antara perawat dan pasien yang menyebabkan ketidakpuasan pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan di rumah sakit, akan ditindaklanjuti sampai masalah tersebut selesai di rumah sakit.

Fokus Penelitian

Fokus penelitian yang dapat terbentuk dari latar belakang dan tujuan penelitian yaitu :

(33)

Gambar 1. Fokus penelitian

Dalam penelitian ini yang dilakukan pada Situation adalah perawat menjelaskanan situasi terkini yang terjadi pada pasien. Perawat memberitahu dokter mengenai identitas pasien, diruangan mana pasien mendapatkan perawatan, dan masalah perawatan dan keluhan utama pasien. Background adalah perawat memberikan informasi penting yang berhubungan dengan kondisi kesehatan dan latar belakang kondisi pasien pada saat ini. Perawat memberitahu dokter riwayat penyakit dan pengobatan pasien sebelumnya yang diberikan. Perawat menjelaskan riwayat alergi pasien dan tindakan asuhan perawatan yang telah diberikan dan pengobatan yang telah di berikan kepada pasien. Assessment adalah perawat akan menjelaskan hasil pemeriksaan kondisi pasien terkini. perawat memberikan informasi tersebut meliputi tanda vital pasien (suhu badan, tekanan darah, frekuensi nafas pasien), tingkat kesadaran pasien, nyeri yang dirasakan pasien, dan informasi pasien yang mendukung tentang penyakit pasien.

Situation Background Assessment STRATEGI PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF SBAR

Recommendation

(34)

17

Recommendation adalah perawat menginformasikan tindakan keperawatan yang seharusnya dilakukan berdasarkan hasil situation, background, dan assessment meliputi rencana tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan memberikan solusi yang biasa perawat tawarkan kepada dokter atau tenaga kesehatan lain, mencatat perintah yang diberikan dokter dan mengkonfirmasi ulang perintah yang diberikan dokter.

(35)

18

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode pendekatan kualitatif yaitu dengan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui hal-hal secara mendalam dari kehidupan seseorang atau sebuah fenomena (Wibowo, 2014). Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui analisis pelaksanaan komunikasi efektif metode SBAR oleh perawat dalam kegiatan keselamatan pasien di instalasi rawat inap pasca bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pringadi Kota Medan Tahun 2020.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di instalasi rawat inap pasca bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pringadi Kota Medan, dilaksanakan Rawat Inap Pasca Bedah Kenanga II (Khusus Perempuan) dan Melati III (Khusus Laki-laki). Ruangan ini dipilih karena sangat mudah terjadi insiden keselamatan pasien saat proses komunikasi efektif SBAR oleh perawat. Sehingga penulis ingin mengulas proses komunikasi efektif metode SBAR oleh perawat pada keselamatan pasien di instalasi rawat inap pasca bedah ini.

Waktu penelitian. Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2019 sampai dengan Maret 2021.

Subjek Penelitian

Informan peneliti. Memilih informan dalam penelitian ini diambil kepada dua prinsip yaitu prinsip kesesuaian (appropriateness) dimana informasi memiliki pengetahuan dan terlibat langsung dalam pelaksanaan komunikasi efektif dalam

(36)

19

kegitan keselamatan pasien dan dengan perinsip kecukupan (adequacy) dimana jumlah informasi ditetapkan dengan kesesuaian atau kecukupan informasi yang diperoleh peneliti. Dengan demikian peneliti melakuakan wawancara mendalam kepada staf yang terkait dalam pelaksanan komunikasi efektif metode SBAR antara lain:

1. Perawat Ruangan Rawat Inap Pasca Bedah Kenanga II (Khusus Laki-laki) 2. Perawat Ruangan Rawat Inap Pasca Bedah Melati III (Khusus Perempuan) 3. Kepala Ruangan Rawat Inap Pasca Bedah Kenanga II (Khusus Laki-laki) 4. Kepala Ruangan Rawat Inap Pasca Bedah Melati III (Khusus Perempuan)

Pelaksanaan penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Febuari s/d Maret 2021 di RSUD Dr. Pringadi Kota Medan dengan mengumpulkan data-data primer dan sekunder. Data Primer didapatkan dari hasi wawancara mendalam kepada 9 (sembilan) orang informan tenaga paramedis. Untuk data-data sekunder diperoleh dari hasil pencarian dokumen-dokumen dari RS yang berkaitan dengan komunikasi efektif SBAR.

Karakteristik informan. Informan dalam penelitian berjumlah 9 (sembilan) orang yang dimana terdiri dari 7 (tujuh) orang perawat pasca bedah, 2 (dua) orang kepala ruangan pasca bedah. Berikut tabel karekteristik informan penelitian:

(37)

Tabel 1

Karakteristik Informan Tenaga Paramedis

Informan Jabatan Jenis

Kelamin Pendidikan Umur Informan A Perawat Melati

III Perempuan D3-Kep 54 tahun

Informan B Perawat Melati

III Perempuan D3-Kep 41 tahun

Informan C Perawat Melati

III Laki-laki S1-Kep 50 tahun

Informan D Kepala Ruangan

Melati III Perempuan S1-Kep 59 tahun Informan E Kepala Ruangan

Kenanga II Perempuan S1-Kep 50 tahun Informan F Perawat

Kenanga II Perempuan D3-Kep 43 tahun Informan G Perawat

Kenanga II Perempuan D3-Kep 37 tahun Informan H Perawat

Kenanga II Perempuan S1-Kep 43 tahun Informan I Perawat

Kenanga II Perempuan D3-Kep 38 tahun

Definisi Konsep

Komunikasi. Komunikasi efektif adalah proses penyampaian informasi dengan tujuan saling memahami informasi yang disampaikan antara pemberi pesan dengan penerima pesan dengan melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemberi pesan.

Komunikasi efektif metode SBAR. Komunikasi efetif metode SBAR adalah kerangka komunikasi antara kenaga kesehatan untuk menginformasikan kondisi pasien terkini. Perawat akan menginformasikan kondisi pasien terkini kepada tenaga kesehatan lain yang bertanggung jawab dengan pasien.

(38)

21

Berdasarkan komponennya komunikasi efetif metode SBAR ini memiliki 4 komponen yaitu sebagi berikut :

Situation. Yaitu cara perawat berkomunikasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lain tentang data-data pasien yang terkini meliputi: nama pasien, tanggal lahir pasien, tanggal masuk pasien di rumah sakit, lama hari rawat pasien, dokter yang bertanggung jawab dengan pasien, perawat yang bertanggung jawab dengan pasien, nama ruangan pasien yang dengan di rawat, nomor tempat tidur pasien, alasan pasien masuk kerumah sakit, diagnosa medis pasien, masalah keperawatan yang dialami pasien dan keluhan utama pada pasien.

Background. Perawat berkomunikasi dengan dokter atau perawat lain untuk menjelaskan kondisi pasien secara lengkap. Perawat akan menyebutkan riwayat penyakit dan pengobatan pasien sebelumnya, riwayat alergi pasien, hasil pemeriksaan pasien dari laboratorium, hasil rontgent pasien, pengobatan dan intervensi keperawatan yang telah dilakukan kepada pasien dan respon pasien terhadap tindakan perawatan dan pengobatan.

Assessment. Perawat berkomunikasi dengan dokter yang bertanggung jawab kepada pasien tentang hasil pemeriksaan yang kondisi pasien terkini.

Informasi yang diberikan kepada dokter tersebut antara lain meliputi: tanda-tanda vital seperti subuh tubuh pasien, tekanan darah pasien, dan frekuensi nafas pasien, tingkat kesadaran pasien, nyeri yang dirasakan pasien, status nutrisi pasien meliputi berat badan pasien, tinggi badan pasien, indeks masa tubuh pasien.

Kemampuan buang air besar dan buang air kecil pasien, keberadaan luka di tubuh pasien terhusus luka decubitus, dan informasi klinis lain yang mendukung.

(39)

Recommendation. Perawat akan menginformasikan kepada dokter yang bertanggung jawab kepada pasien tentang tindakan keperawatan yang seharusnya dilakukan berdasarkan data situation, background, dan assessment yang meliputi rencana tindak lanjut, solusi yang bisa perawat tawarkan kepada dokter, apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien saat itu, dan waktu yang diharapkan perawat saat bemberikan tindakan itu terjadi.

Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan pada jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik pengumpulan data triangulasi yang diartikan pengumpulan data yang menggabungkan beberapa teknik pengumpulan data dan dengan sumber-sumber data yang sudah ada.

Peneliti mengunakan wawancara mendalam yang berpedoman kepada instrumen data yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Observasi digunakan peneliti untuk mengamati pelaksanaan komunikasi efektif metode SBAR oleh perawat pada keselamatan pasien secara langsung di ruang rawat inap pasca bedah di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

Peneliti juga melakukan dokumentasi untuk melengkapi hasil wawancara, untuk itu peneliti juga mengumpulkan berbagai dokumen untuk melengkapi data tentang pelaksanaan komunikasi efektif metode SBAR oleh perawat pada keselamatan pasien di ruangan rawat inap pasca bedah di RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan.

Instrumen penelitian. Instrumen penelitian saat pengumpulan data penelitian mengunakan daftar pertanyaan yang sudah dibuat untuk pedoman saat

(40)

23

melaksanakan wawancara mendalam kepada informan peneliti. Peneliti juga menggunakan telepon genggam untuk merekam, mengambil foto-foto dan buku catatan.

Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis studi kasus dengan pendekatan analisis domain yaitu upaya untuk memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari penelitian tentang situasi sosial yang diteliti atau objek peneliti. Untuk menemukan domain yang ingin diteliti, dengan cara memperoleh pertanyaan grand dan minitour. Peneliti sendiri yang akan menentukan domain tertentu sebagai jalan untuk menentukan penelitian selanjutnya, semakin banyak domain yang di tentukan semakin kuat hasil penelitian yang di dapatkan sesuai permasalahan yang diteliti oleh si peneliti.

Analisis domain digunakan untuk peneliti kualitatif yang bersifat eksplorasi, yang artinya dalam analisis ini informasi yang diperoleh belum mendalam, masih dipermukaan, namun sudah menemukan domain atau kategori dari situasi sosial yang diteliti. pada hakikatnya adalah upaya penelitian untuk memperoleh gambaran umum tentang objek penelitian.

Menurut Spradley dalam Faisal (2007), mengemukakan empat alternatif untuk menetukan fokus penelitian dalam analisis domain:

1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan informasi.

2. Menentukan fokus pada objek-objek tertentu yang di teliti.

3. Menetukan fokus pada memiliki nilai temuan untuk pengembangan IPTEK.

4. Menerapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori

(41)

yang telah ada.

Uji keabsahan data.

1. Triangulasi sumber, adalah menggunakan berbagai sumber data seperti notulen, dokumen, arsip, hasil wawancara dan data lainnya dalam mendukung penelitian.

2. Tringulasi teori, adalah penggunaan teori untuk memastikan bahwa pengambilan sampel telah memenuhi syarat.

Penelitian dengan jelas menggunakan kedua jelas triangulasi tersebut sesuai dengan kebutuhan di dalam proses pengumpulan data. Moleong (2012) berpendapat bahwa triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Oleh sebab itu dengan 2 triangulasi, peneliti dapat me- recheck temuannya dengan jalan membandingakannya melalui berbagai sumber dan teori.

(42)

25

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sejarah RSUD Dr. Pringadi Kota Medan. RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan oleh pemerintah Kolonial Belanda pada tanggal 11 Agustus 1928 dengan nama Gemente Zieken Huis dengan peletakan batu pertama dilakukan oleh Maria Constantia Macky yang merupakan anak dari Walikota Medan saat itu dan kemudian Dr. W. Bays diangkat sebagai Direktur. Rumah sakit ini berlokasi di jalan Prof. H.M. Yamin SH. Nomor 47 Medan.

Rumah sakit ini diambil alih dan berganti nama pada tahun 1942 setelah masuknya Jepang ke Indonesia menjadi Syukuritsu Byusono Ince. Rumah sakit ini dipercayakan kepada putra Indonesia yang memimpin bernama dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro yang akhirnya menjadikan nama rumah sakit ini. Pada Tahun 1947 pada masa Negara Sumatera Timur nama rumah sakit di ganti menjadi Rumah Sakit Kota Medan. Pada masa kepemimpinan dr, Ahmad Sofyan pada tahun 1952, rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Umum Medan.

Pada tahun 1958 Rumah Sakit ini diganti Menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Besar. Pada tahun 1969 pada masa kepemimpinan dr. Zainal Rasyid Siregar, SKM Rumah Sakit ini berganti nama lagi menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Provinsi Medan (Provincial Top Referal Hospital).

Sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.48/XII/GSU Tahun 1972 tentang Rumah Sakit Paru-Paru menjadi bagian Rumah Sakit Umum Pusat Provisi Medan pada Tanggal 26 Januari 1972. Pada tangal 25 Juni 1979, Rumah Sakit Umum Pusat Medan ditetapkan menjadi Rumah Sakit Dr. Pirngadi

(43)

Medan sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 150 Tahun 1979. Pada tanggal 27 Desember 2021 Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan menjadi milik Pemerintah Kota Medan, dan pada bulan April 2009 Rumah Sakit Dr.

Pirngadi Medan berubah menjadi Rumah Sakit Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan resmi menjadi Rumah Sakit Pendidikan Pada Tanggal 10 April 2007 berdasakan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 433/Menkes/SK/IV/2007. RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan telah diakreditasi oleh Tim Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Pusat dan lulus pada tingkat paripurna sesuai dengan Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Nomor: KARS-SERT/624/II/2017 pada tanggal 22 Februari 2017 (Profil RSUD Dr. Pirngadi Medan, 2020).

Motto, visi dan misi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

Motto. Motto Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan ialah Aegroti Salus Lex Suprema yang dapat diartikan kepentingan pasien adalah yang utama.

Visi dan misi. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki visi menjadi rumah sakit pusat rujukan dan unggulan di Sumatera Utara Tahun 2020.

Misi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pringadi Kota Medan terdapat tiga misi yaitu:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, professional, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

2. Meningkatkan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran

(44)

27

serta tenaga kesehatan lain.

3. Mengembangkan manajemen rumah sakit yang profesional.

Ketersedian Sumber Daya Manusia di RSUD Dr. Pringadi Kota Medan pada 31 Desember 2020, sebanyak 1.770 orang yang terdiri dari tenaga PNS sebanyak 1.104 orang (62,37%) dan tenaga non PNS sebanyak 666 orang (37,63%). Dengan rincian sebagai berikut ini:

A. Tenaga PNS

1. Tenaga medis 195 orang (11,02%)

2. Tenaga paramedis keperawatan 469 orang (26,49%) 3. Tenaga paramedis non keperawatan 183 orang (10,34%) 4. Tenaga non medis 257 orang (14,52%)

B. Tenaga Non PNS

1. Tenaga medis 25 orang (1,41%)

2. Tenaga paramedis keperawatan 230 orang (13%) 3. Tenaga paramedis non keperawatan 63 orang (3,56%) 4. Tenaga non medis 348 orang (19,66%)

Tabel 2

Jumlah Tempat Tidur dan Klasifikasi Ruangan Rawat VIP dan Kelas di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Klasifikasi Nama Ruangan Jumlah

Tempat Tidur

Super VIP Anggrek II 1

VIP Anggrek I 5

Kelas I (7 Ruangan) Anggrek I 10

Anggrek II 16

(bersambung)

(45)

Tabel 2

Jumlah Tempat Tidur dan Klasifikasi Ruangan Rawat VIP dan Kelas di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Klasifikasi Nama Ruangan

Jumlah Tempat Tidur

Dahlia I 18

Dahlia II Anak 1

Tulip I.a Obstetri 5

Neo Tulip I.a 2

Tulip I.b Ginekologi, Onkologi, Bedah 2

Tulip II 14

Kelas II (6 ruangan) Dahlia II Anak 6

Tulip I.a Obsetri 4

Neo Tulip I.a 3

Tulip I.b Ginekologi, Onkologi, Bedah 12

Tulip II 13

Tulip III 16

RRG 6

Kelas III (11 ruangan) Dahlia II anak 11

Asoka I 16

Asoka II 22

Kenanga I (neurologi) 14

Flamboyan 17

Tulip I.a Obsetri 4

Neo Tulip I.a 3

Tulip I.b Ginekologi, Onkologi, Bedah 4

Tulip II 16

Tanjung II/ Tahanan 16

Isolasi (5 ruangan) Lili 4

Mawar 25

Matahari 13

Melati I dan Melati II 20

Tulip I.a Kamar 505 8

Khusus (5 Ruangan) HDU 2

ICU 6

ICCU 2

PICU 2

Unit Stroke 2

Total 341

(46)

29

Tabel 3

Jumlah Tempat Tidur dan Perawat di Ruangan Rawat Inap Pasca Bedah Kenanga II (Perempuan) dan Melati III (Laki-Laki) RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Nama Ruangan Jumlah Tempat Tidur Jumlah Perawat

Kenanga II 6 12

Melati III 7 13

Total 13 25

Komunikasi Efektif Metode SBAR

Komunikasi merupakan kata yang universal dengan banyak maknanya.

Dapat diartikan suatu proses penyampain harapan, pesan dan gagasan yang disampaikan oleh pemberi pesan kepada penerima pesan. Komunikasi efektif dalam keperawatan adalah suatu proses pengembangan hubungan antar tenaga kesehatan maupun dengan pasien. Komunikasi efektif dikenal dengan komunikasi efektif metode SBAR. Komunikasi efektif metode SBAR biasanya digunakan perawat untuk menyampaikan kondisi kesehatan pasien terkini. Komunikasi efektif metode SBAR untuk meningkatkan berkomunikasi melalui telepon antara perawat dengan dokter yang bertanggung jawab dengan pasien sehingga dapat berkomunikasi dengan jelas dan baik.

Komunikasi efektif metode SBAR oleh perawat pada keselamatan pasien di rawat inap pasca bedah di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Komunikasi efektif metode SBAR dapat menurunkan terjadinya insiden keselamatan pasien dan dapat meningkatkan pengiriman informasi secara personal, peningkatkan informasi yang kritis dengan menciptakan prosedur yang sudah ditetapkan saat

(47)

berkomunikasi metode SBAR yakni Situation, Background, Assessment, Recommendation.

Tabel 4

Analisis Komunikasi Efektif Metode SBAR

Tahapan Komunikasi Efektif SBAR Keterangan

Situation Menjelaskan situasi terkini yang terjadi pada pasien.

Background Menjelaskan latar belakang penyakit

kondisi pasien terkini.

Assessment Menjelaskan hasil pemeriksaan kondisi pasien terkini.

Recommendation Memberikan informasi tindakan yang harus dilakukan berdasakan data dari hasil Situation, Background, Assessment.

Sumber daya manusia terbesar dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah perawat. Perawat selalu siap membantu pasien setiap saat, perawat bekerja selama 24 jam setiap harinya, yang secara bergiliran atau shift dan terus menerus untuk memberikan asuhan keperawatan yang menyeluruh dan profesional kepada pasiennya. Perawat memiliki peran dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit. Perawat sehari-harinya bertemu langsung dengan pasien dan mempunyai banyak waktu dalam berinteraksi dengan para pasien yang mendapatkan asuhan keperawatanyan.

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dalam hubungan antara sesama manusia. Bagi perawat berkomunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan suatu keutamaan dalam mengimplementasikan proses keperawatan kepada pasien, oleh karena itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup keterampilan intelektual, keterampilan teknis,

(48)

31

dan keterampilan secara interpersonal yang tercermin dalam perilaku ketika berkomunikasi dengan petugas kesehatan maupun dengan para pasien dan keluarga pasien. Komunikasi dalam prosesi keperawatan yang dilakukan perawat sangatlah penting untuk menunjang pelayanan keperawatan itu sendiri, tanpa adanya komunikasi semua asuhan keperawatan sangat sulit dilakukan oleh perawat. Dalam berkomunikasi efektif bertujuan untuk memudahkan perawat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Pembahasan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu variabel proses komunikasi efektit metode SBAR. Berdasakan analisis data kualitatif dari hasil wawancara mendalam terhadap 9 informan penelitian terdapat 8 tema teridentifikasi oleh peneliti sebagai berikut :

1. Pemahaman perawat terhadap komunikasi efektif

2. Bagaimana proses komunikasi efektif SBAR saat situation pada keselamatan pasien

3. Bagaimana proses komunikasi efektif SBAR saat backgraund pada keselamatan pasien

4. Bagaimana proses komunikasi efektif SBAR saat assessment pada keselamatan pasien

5. Bagaimana proses komunikasi efektif SBAR saat recommendation pada keselamatan pasien

6. Hambatan dalam pelaksanaan komunikasi efektif metode SBAR

(49)

7. Upaya yang dilakukan untuk meningakatan pelaksanaan komunikasi efektif SBAR

8. Harapan dan keinginan dalam pelaksanaan komunikasi efektif SBAR Pemahaman Perawat terhadap Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif dalam keperawatan adalah suatu proses pengembangan hubungan yang baik antar tenaga kesehatan maupun dengan pasien untuk mencapai asuhan keperawatan yang optimal. Hasil wawancara mendalam tentang pemahaman komunikasi efektif kepada perawat di rungan pasca bedah sebagai berikut:

“…Komunikasi efektif menurut saya adalah komunikasi dua arah, dimana komunikasi dapat menyampaikan pesan atau informasi, dimana pesan atau informasi yang di sampaikan sesuai dengan harapan pemberi pesan dan bisa dipahami oleh penerima pesan atau informasi” (Informan A).

“..Merupakan penukaran informasi antara pemberi pesan dengan penerima pesan, pemberi informasi akan memberikan informasi ke pada penerima pesan. Penerima pesan akan memberikan informasi tindak lanjut dari pemberi informasi”(Informan B).

“…Komunikasi yang dapat dimengerti oleh penerima pesan dan ditindak lanjuti dengan sebuah perbuatan. Perawat dapat paham dengan informasi yang disampaikan perawat oleh perawat lain, perawat yang mendapat informasi saat mengambil suatu tindakan perawatan sesuai dengan informasi yang sudah di pahaminya”

(Informan I).

“…Komunikasi efektif dikatakan bila tepat sasaran, tepat waktu, akurat, tidak mendua pemahamannya, dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan dengan tujuan mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi dan meningkatkan keselamatan pasien” (Informan D).

“….Komunikasi efektif ialah komunikasi memberikan informasi antara perawat dengan dokter dan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pemahaman yang sama antara perawat dan dokter

(50)

33

untuk melakukan tindakan keperawatan agar tidak terjadi insiden keselamatan pasien di rumah sakit”(Informan E).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di rawat inap pasca bedah RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, menjelaskan dengan baik tentang komunikasi efektif kepada peneliti. Pemahaman perawat dalam menjelaskan komunikasi efektif baik terhadap pengertian komunikasi efektif. Komunikasi efektif ialah informasi yang dapat dimengerti oleh penerima pesan sesuai keinginan pemberi pesan, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi dan bisa menurunkan insiden keselamatan pasien saat berkomunikasi. Komunikasi efektif antara perawat dengan dokter membentukan asuhan keperawatan untuk mencegah terjadinya kejadian yang tidak diinginkan dalam keselamatan pasien. Sesuai dengan hasil penelitian Dewi (2012), bahwa keselamatan pasien di rumah sakit bisa tercapai dengan meningkatkan komunikasi efektif. Komunikasi efektif berfungsi sebagai kegiatan pemberian informasi antara perawat dangan tenaga kesehatan lain untuk menampaikan komunikasi yang diinginkan.

Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang diterima dan dimengerti sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan, pesan dilanjutkan dengan sebuah tindakan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu.

Komunikasi efektif dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur yang sangat penting saat melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang maksimal. Kegiatan komunikasi efektif memberikan informasi dengan jelas mengenai asuhan keperawatan. Dengan dilaksanakan komunikasi efektif dalam asuhan keperawatan akan terjadi hubungan yang baik antara perawat dengan

(51)

pasien. Memungkinkan akan mengurangi kesalahan komunikasi yang dilakukan perawat dengan pasien maupun dengan tenaga kesehatan lain.

Kebijakan Komunikasi Efektif Metode SBAR di Rumah Sakit

Hasil analisis data tentang kebijakan proses dalam berkomunikasi efektif metode SBAR di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Peneliti juga menanyakan tentang kebijaikan komunikasi SBAR kepada informan. Dalam hal ini informan yang diwawancara menyatakan kebijakan berkomunikasi SBAR sangat diperlukan di rumah sakit untuk tanggung jawab perawat saat melaksanakan dan menyampaikan persepsi keperawatan dalam kerjasama dengan tenaga kesehatan lain. Dengan berkomunikasi efektif metode SBAR dengan baik akan mengatasi masalah insiden keselamatan pasien oleh perawat dan tindakan kesehatan lain.

Hasil peneltian Hariyanto (2019), menyatakan bahawa komunikasi metode SBAR harus dipengaruhi oleh kebijakan dan perawat harus mampu berkomunikasi metode SBAR saat menginformasikan kondisi pasien kepada tenaga kesehatan dan dapat mengingatkan perawat yang lupa menggunakan metode SBAR saat memberikan informasi kepada tenaga kesehatan lain. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa kebijakan berkomunikasi metode SBAR di rumah sakit sangat baik untuk menurunkan insiden keselamatan pasien dan perawat menyampaikan informasi pasien terkini kepada tenaga kesehatan dan meningkatkan tanggung jawab perawat dalam berkomunikasi efektif metode SBAR. Maka dari itu perlu dibuat komunikasi efektif metode SBAR di setiap unit perawatan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan untuk menurunkan insiden

(52)

35

keselamatan pasien di setiap ruangan rawat inap yang berada RSUD Dr. Pirngadi kota Medan.

Proses Komunikasi Metode Efektif SBAR Saat Situation

Agar saat berkomunikasi efektif metode SBAR dapat terlaksana dengan baik pada Situation maka perawat harus bisa menjelasakan situasi terkini yang terjadi pada pasien. Perawat bisa melaksankan komunikasi metode SBAR dengan dokter dan tenaga kesehatan untuk tercapainya pemahaman yang sama saat berkomunikasi. Hasil wawancara tentang proses komunikasi efektif SBAR saat Situation dengan informan di ruangan rawat inap pasca bedah RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan diperoleh sebagai berikut:

“…Memberitahu identitas perawat kepada dokter, memberitahu dari ruangan mana perawat, memberitahu identitas pasien kepada dokter, perawat memberitahu alasan meneelpon dokter, memberitahu kondisi pasien yang sedang dalam terapi ke dokter”(Informan B).

“…Pada situasi ini hal yang dilakukan perawat, perawat memberikan salam ke dokter, perawat akan memperkenalkan identitasnya, perawat akan memberitahu dokter nama pasien.

Perawat akan memberitahu kondisi pasien terkini dari tekanan darah, masalah perawatan, dan keluhan utama dari pasien tersebut kepada dokter”. “Contohnya: Selamat pagi dokter, saya perawat dari ruangan melati III ingin melaporkan pasien bernama SH, dengan umur 43 tahun kondisi pasien saat ini pasien mengalami tekanan gula darah 340 mg/dl”(Informan C).

“…perawat memperkenalkan diri sama dokter, mohon izin dokter, mengiformasikan kondisi pasien, atas nama F yang di rawat di ruangan melati III, kondisi pasien saat ini lagi demam dengan suhu 39,3 C”(Informan D).

“…Perawat beri salam ke dokter, perawat perkenalkan diri ke dokter, perawat menjelaskan identitas pasien yang sudah diperiksa (nama pasien, umur, dan ruangan pasien di rawat), seorang perawat memberikan penjelasan kondisi pasien yang sudah di periksa dan alasan memberikan laporan ke dokter” (Informan E).

Gambar

Gambar 1. Fokus penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil bivariat hubungan signifikan antara pelaksanaan komunikasi SBAR dengan kepuasan kerja perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Tahun 2015 (p = 0.000, OR = 29,000).Harapan

Variabel Dependen Kinerja perawat dalam melaksanaka n komunikasi SBAR sesuai SOP melakukan komunikasi SBAR Imbalan adalah semua pengeluara yang dikeluarkan oleh

Berdasarkan hasil analisis hubungan motivasi dengan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover pada perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga, diperoleh hasil bahwa

Peneliti mendapatkan pernyataan dari partisipan mengenai pendapat perawat mengenai pembuatan SOP SBAR, dalam hal ini menunjukan bahwa semua partisipan yang peneliti

Kesimpulan pada penelitian ini adalah role play komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dapat meningkatkan skill komunikasi efektif pada saat melakukan handover dan

LEMBAR PERSETUJUAN Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI SBAR SAAT HANDOVER DI IGD RSUP Dr KARIADI SEMARANG

Menurut Muhdar 2021, rumah sakit dapat menggunakan kerangka komunikasi efektif yaitu komunikasi SBAR Situation, Background, Assesment, Recommendation, pada saat perawat melakukan

Tujuan penerapan evidence based practice berupa pelatihan komunikasi SBAR ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman serta skill perawat dalam melaksanakan komunikasi SBAR