DALAM HANDOVER (OPERAN JAGA) PADA PERAWAT DI RSUD SALATIGA KOTA SALATIGA
Singgih Aji Prakoso*), Eko Susilo**), Puji Lestari***) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Motivasi merupakan daya penggerak yang menciptakan semangat kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama dan terintegrasi. Dan berpengaruh pada pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover pada perawat di Rumah Sakit. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan Rumah Sakit dan mendorong kerja sama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran bersama.
Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah perawat pelaksana RSUD Salatiga sejumlah 163, pengambilan sampel menggunakan tehnik proportionate random sampling. Didapatkan sampel sebanyak 62 responden. Data dianalisis menggunakan Uji Chi Square. Didapatkan nilai rata-rata motivasi perawat RSUD Salatiga dalam kategori tinggi yaitu 36 (58,1%) dan 39 (62,9%) dengan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam Handover dalam kategori baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value 0,040 (α= 0,05). Ada hubungan motivasi dengan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover pada perawat di RSUD Salatiga.
Diharapkan setiap perawat dapat mencerminkan motivasi dalam dunia kerja (Rumah Sakit) diantaranya berani mengambil tanggung jawab, mencari umpan balik terhadap tindakan yang berkaitan dengan komunikasi dalam handover, melaksanakan tugasnya dengan cara inovatif dan kreatif maka akan berpengaruh pada pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover karena perawat yang mampu berkomunikasi dengan baik akan meningkatkan citra profesionalisme pada dirinya.
Kata Kunci : Motivasi, Pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover pada perawat
ABSTRACT
Motivation is the driving force that creates working motivation of to work together and be integrated. It affect on the implementation of SBAR communication in handover in the nurses at a hospital. This research aims to improve the quality of health services in hospital and to encourage productive creative and cooperation to achieve company goals.
The research design used descriptive and cross sectional approach. The study population was nurses in hospital Salatiga as many as 163, sampling used proportionate random sampling technique. It obtained of 62 respondents as the samples. Data were analyzed by using Chi Square. It gets the average value of nurses motivation in high category as many as 36 (58.1%) and 39 (62.9%) reasons have the implementation of SBAR communication in handover in good category. The results show the p value 0,040 (α = 0.05). There is a correlation between motivation with the implementation of SBAR communication in handover in nurses in salatiga hospital.
Expects each nurse to reflect the motivation in working, such as dare to take responsibility, to look for feedback on the actions related to communication in handover, to carry out their duties innovatively and creatively it which will affect the implementation of SBAR communication in handover because nurses have good communication skills to enhance the image of professionalism in them.
Keywords: Motivation, implementation of the SBAR communication in handover in nurses
PENDAHULUAN Latar Belakang
Patient safety merupakan sistem pelayanan dalam suatu rumah sakit yang memberikan asuhan pasien secara lebih aman. Termasuk pelayanan patient safety diantaranya prosedur pengukuran (assessing) resiko, identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden serta menerapkan
solusi untuk mengurangi serta
meminimalkan risiko termasuk didalamnya meningkatkan komunikasi dengan pasien
(Widajat, 2010). Keamanan dan
keselamatan pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit merupakan salah satu kewajiban perawat (Kusnanto, 2011).
Penanganan kesehatan klien tidak bisa hanya mengandalkan salah satu profesi saja, melainkan memerlukan kerjasama interdisipliner dari profesi kesehatan lain sebagai satu kesatuan tim kesehatan. Perawat dalam pelayanan kesehatan merupakan tenaga kesehatan terdepan dan
paling lama berinteraksi dengan klien. Perawat harus mampu memelihara kerja sama yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan, begitu sebaiknya (Asmadi, 2010).
Kemampuan berkomunikasi
merupakan aspek mendasar dalam keperawatan. Perawat berinteraksi langsung dengan klien selama 24 jam penuh, sehingga terjadi komunikasi. Melalui komunikasi perawat dapat memberikan informasi atau penjelasan kepada klien, membujuk atau melakukan tugas-tugas lainnya. Dalam komunikasi ini perawat diharapkan mampu mempengaruhi dan menyakinkan pihak lain baik klien, tenaga kesehatan lain dan rekan sejawat. Perawat yang dapat berkomunikasi dengan
baik akan meningkatkan citra
profesionalisme pada dirinya (Asmadi, 2010).
Komunikasi hand over atau timbang terima antara shift dan di antara tim perawatan mungkin tidak mencakup semua informasi penting, atau informasi yang
diberikan dapat disalahpahami.
dapat menyebabkan kerusakan serius pada tindakan keperawatan yang diberikan, pengobatan yang tidak tepat dan potensi yang dapat membahayakan pasien. Komunikasi hand over juga berkaitan dengan mentransfer informasi dari satu jenis organisasi kesehatan yang lain atau dari organisasi kesehatan untuk rumah pasien. Berbagi informasi biasanya terdiri dari kondisi saat pasien, perubahan terbaru dalam kondisi, pengobatan yang sedang berlangsung sebuah perubahan yang mungkin atau komplikasi yang terjadi (The Health Foundation Inspiring Improvement, 2011).
Salah satu proses standar berdasarkan
SBAR (Situation, Background,
Assessment, Recommendation) yang
merupakan penggunaan kerangka
komunikasi untuk membakukan
percakapan tentang perawatan pasien antara penyedia pelayanan. Komunikasi
SBAR (Situation, Background,
Assessment, Recommendation) singkatan situasi, latar belakang, penilaian dan rekomendasi. Dengan menggunakan teknik ini dokter dan perawat memungkinkan untuk mendapatkan komunikasi yang jelas, efisien dan aman (CMC Lincoln, 2010).
Implementasi penggunaan komunikasi SBAR di rumah sakit ternyata banyak menemui kendala seperti dokumentasi yang tidak tepat dan pelaksanaannya yang tidak sesuai dengan standar operasional
prosedur yang pada akhirnya
mempengaruhi kualitas dari pelaksanaan komunikasi SBAR. Petugas kurang menyediakan waktu untuk memberi kesempatan pada penerima pesan untuk memberikan konfirmasi apakah pesan dapat diterima dengan baik dan terkadang melakukan interupsi ataupun menyela pembicaraan. Petugas yang melakukan handover juga terkadang tidak memberikan tanda tangan dan nama terang pada lembar handover setelah prosedur handover selesai dilaksanakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi yang efektif diantaranya kepribadian, persepsi, sikap, sistem nilai, bahasa,
pengetahuan, pengalaman dan kebutuhan atau motivasi (Ruky, 2012).
Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan. Dalam diri manusia ada dua jenis motivasi yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. Motivasi sekunder merupakan motivasi yang ditimbulkan karena dorongan dari luar akibat interaksi dengan orang lain atau interaksi sosial (Notoatmodjo, 2012).
Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam operan antar shift jaga di RSUD
Salatiga belum mencantumkan
penggunaan metode komunikasi SBAR
selama operan. Tetapi dalam
pelaksanaannya komunikasi yang
dilakukan oleh petugas ruangan (dokter, perawat dan profesi lain) adalah komunikasi dengan metode SBAR sebagai bentuk pemindahan tanggung jawab dan wewenang untuk beberapa atau semua pelayanan pasien atau kelompok pasien dalam waktu sementara. Kebutuhan dan semua tindakan yang telah dilaksanakan serta hal penting lainnya selama dinas kemudian mengkomunikasikan data hasil kerja menggunakan metode SBAR. Komunikasi akan lebih ringkas, padat dan jelas.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Salatiga dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada 10 perawat dari masing-masing ruangan, didapatkan hasil 6 perawat (60,0%) belum dapat melaksanakan komunikasi SBAR dengan baik (saat melakukan hand over perawat kadang-kadang tidak menyampaikan informasi yang berkaitan dengan kondisi pasien meliputi diagnosa medis, obat yang di berikan, catatan perkembangan pasien, kadang-kadang tidak menyampaikan hasil pengkajian tentang kondisi pasien meliputi masalah pasien, tanda-tanda vital dan kadang-kadang tidak menyampaikan tindakan yang perlu dilakukan meliputi
kesimpulan keperawatan, saran,
mempunyai motivasi kerja yang tinggi (perawat mempunyai keinginan untuk melaksanakan komunikasi SBAR dalam hand over lebih baik dari sebelumnya) dan 2 perawat (33,4%) mempunyai motivasi kerja yang rendah (perawat kurang mempunyai keinginan untuk melaksanakan komunikasi SBAR dalam hand over lebih baik dari sebelumnya).
Rumusan Masalah
Adakah hubungan motivasi dengan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover pada perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga?
Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan motivasi dengan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover pada perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatkan kualitas perawat tentang pelaksanaan komunikasi dalam handover dengan menggunakan metode SBAR.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu keperawatan
khususnya mengenai komunikasi dalam handover menggunakan metode SBAR.
METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi korelasional. Desain ini dipilih karena peneliti mencoba untuk meneliti hubungan motivasi dengan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover pada perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilakukan di RSUD Salatiga Kota Salatiga pada hari sabtu,
minggu dan senin, tanggal 9-11 Januari 2016.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi yang telah diteliti dalam penelitian ini adalah perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga sebanyak 163 orang yang terbagi dalam ruang pavilum 2, pavilum 3, pavilum 4, Anggrek, Cempaka, Dahlia, Flamboyan 1, Flamboyan 2, Flamboyan 3 dan Perinatal.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga, sebanyak 62 orang.
Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara proportionate simple random sampling. Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap wilayah yang ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing wilayah
Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua kuesioner yaitu sebagai berikut: 1) Kuesioner A yang berisikan data demografi dari responden; 2) Kuesioner B yang berisikan data tentang variabel motivasi tentang komunikasi SBAR; 3) Kuesioner C yang berisikan data tentang variabel pelaksanaan komunikasi SBAR
Analisis Data
Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini dihitung dengan rumus distribusi frekuensi. Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan motivasi perawat, dan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover pada perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk hubungan motivasi dengan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover pada perawat di RSUD Salatiga yang diolah dengan menggunakan program pengolahan data Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20.0.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Motivasi Perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Motivasi Perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga
Motivasi n %
Rendah 26 41,9
Tinggi 36 58,1
Jumlah 62 100,0
Gambaran Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover pada Perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan
Komunikasi SBAR dalam Handover pada Perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga
Pelaksanaan
Komunikasi SBAR n %
Kurang 23 37,1
Baik 39 62,9
Jumlah 62 100,0
Hubungan Motivasi dengan Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover pada Perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga
Tabel 3
Hubungan Hubungan Motivasi dengan Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover pada perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga Motivasi Pelaksanaan Komunikasi SBAR χ2 p value
Kurang Baik Total
f % f % f %
Rendah 14 53,8 12 46,2 26 100,0 4,218 0,040 Tinggi 9 25,0 27 75,0 36 100,0
Jumlah 23 37,1 39 62,9 62 100,0
PEMBAHASAN
Gambaran Motivasi Perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga
Hubungan kerja yang ada dalam organisasi adalah hubungan kerja antara karyawan dengan karyawan dan antara karyawan dengan atasan atau pimpinan (Soebroto, 2006). Hubungan antar karyawan adalah hubungan kemanusiaan yang harmonis, tercipta atas kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu demi terpadunya kepentingan bersama. Tujuannya adalah menghasilkan integrasi yang cukup kukuh, mendorong kerja sama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran bersama. Hubungan antar karyawan akan tercipta serta terpelihara dengan baik, jika ada kesediaan melebur keinginan individu demi tercapainya kepentingan bersama yang didasarkan atas saling pengertian, harga-menghargai,
hormat-menghormati, toleransi,
menghargai pengorbanan, dan peranan yang diberikan setiap individu anggota kelompok atau karyawan (Hasibuan, 2011).
Interaksi karyawan dalam lingkungan instansi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan yang akan menimbulkan tingkat kepuasan kerja individu, situasi
lingkungan perusahaan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya antara karyawan yang satu dengan karyawanyang lain tidak terlepas dari interaksi satu sama lainnya demi kelancaran dan keharmonisan kerja. Dengan sarana hubungan yang nyaman akan lebih betah dan senang dalam menyelesaikan tugas. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah usia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga yang termasuk dalam kategori rendah yaitu sebanyak 26 dari 62 responden (41,9%). Hal tersebut ditunjukkan dengan responden yang sebagian besar menjawab “tidak setuju” pada pernyataan yaitu menghindari keinginan mendominasi pembicaraan
dengan pasien untuk mendekatkan diri dan aktif dalam pengambilan keputusan terkait dengan pekerjaan supaya pekerjaan cepat selesai (84,0%).
Dukungan sosial juga sangat
mempengaruhi dalam memotivasi
seseorang, dukungan bisa berwujud informasi finansial pada setiap perawat. Terdapatnya media didalam sebuah Rumah Sakit juga cukup berpengaruh dalam memotivasi setiap perawat RSUD Salatiga
karena media berfungsi untuk
menyampaikan pesan-pesan dari informasi mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasiennya (Sugiyoo, 2009).
Gambaran Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover pada Perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga
Komunikasi SBAR terdiri dari pertanyaan standar dalam empat bagian untuk memastikan bahwa perawat
menyampaikan informasi dengan
sederhana dan lebih terfokus. Komunikasi SBAR memungkinkan perawat untuk berkomunikasi tegas dan efektif, mengurangi pengulangan informasi yang
disampaikan. Komunikasi SBAR
membantu perawat mengantisipasi informasi yang dibutuhkan oleh perawat
shift selanjutnya. Komunikasi
menggunakan SBAR mendukung perawat untuk merumuskan informasi yang lebih tepat dan detail (1000 Livesplus, 2012).
Perawat saat melakukan handover harus menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus), menyampaikan hal-hal yang sudah atau
belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien,menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya dan menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift selanjutnya meliputi kondisi atau keadaan pasien secara umum, tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan, rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan,
penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru (Nursalam, 2011). Salah satu faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan
komunikasi perawat adalah pengetahuan.
Hasil menunjukkan bahwa
pelaksanaan komunikasi SBAR dalam Handover pada Perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga dalam kategori kurang sebanyak 23 dari 62 responden (37,1%). Hal tersebut ditunjukan dengan sebagian besar responden yang menjawab “kadang” pada pernyataan yaitu saat melakukan handover menyampaikan hasil pengkajian masalah tentang masalah utama yang terjadi pada pasien dan saat melakukan hand over menyampaikan tindakan yang perlu dilakukan meliputi kesimpulan keperawatan yang telah diberikan (75,0%).
Seseorang yang mempunyai
pengalaman yang kurang menyenangkan dengan masalah yang akan dipresentasikan oleh seseorang, maka tentunya mereka akan bereaksi dengan sikap yang negatif. Bila ternyata pendengar mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan dengan orang yang akan melakukan presentasi maka tentunya tugas komunikasi tersebut akan lebih berat (Ruky, 2012).
Hubungan Motivasi dengan Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover pada Perawat
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa terdapat motivasi dalam kategori rendah dengan pelaksanaan komunikasi SBAR kurang. Hal ini karena adan beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya yaitu faktor kepribadian. Bila kepribadian pengirim ataupun terutama penerima pesan berbeda secara ekstrem dan keduanya sama sekali tidak berusaha saling menerima perbedaan tersebut maka efektivitas komunikasi akan berada pada titik terendah. Dan untuk motivasi yang dalam kategori rendah dengan pelaksanan komunikasi SBAR baik dikarenakan adanya faktor pengalaman. Seseorang yang mempunyai pengalaman
yang menyenangkan dengan masalah yang akan dipresentasikan oleh seseorang, maka tentunya mereka akan bereaksi dengan sikap yang positif. Pendengar yang mempunyai pengalaman menyenangkan dengan orang yang akan melakukan presentasi maka tentunya tugas komunikasi tersebut akan lebih ringan.
Berdasarkan hasil analisis hubungan motivasi dengan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover pada perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga, diperoleh hasil bahwa responden yang mempunyai motivasi tinggi sebanyak 36 orang dimana yang mempunyai pelaksanaan komunikasi SBAR yang baik yaitu sebanyak 27 orang (75,0%), hal tersebut ditunjukan dengan sebagian besar responden yang menjawab “selalu” pada pernyataan nomor 5 yaitu saat melakukan hand over menyampaikan informasi yang berkaitan dengan obat yang diberikan pada pasien. Lebih banyak dari pada yang mempunyai pelaksanaan komunikasi SBAR yang kurang yaitu sebanyak 9 orang (25,0%). Hal tersebut ditunjukan dengan sebagian besar responden yang menjawab “kadang” pada pernyataan nomor 10 yaitu saat melakukan hand over menyampaikan tindakan yang perlu dilakukan meliputi kesimpulan keperawatan yang telah diberikan.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat diketahui bahwa perawat RSUD Salatiga menunjukkan bahwa tidak semuanya perawat yang mempunyai motifasi rendah pelaksanaan komunikasi SBAR nya rendah bahkan bisa baik, karena ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seperti tingkat kematangan usia, tingkat pengetahuan, lingkungan,
tidak tersedianya waktu dalam
penyampaian informasi dalam handover dan sumberdaya, disposisi, struktur birokrasi. Dan dapat diketahui juga dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa perawat yang mempunyai motivasi tinggi juga bisa mempunyai pelaksanaan komunikasi SBAR yang rendah walaupun tidak keseluruhan, namun hal ini dapat memengaruhi ketidakefektifan dalam
penyampaian komunikasi yang dapat menyebabkan terjadinya kesalah pahaman antara perawat satu dengan perawat yang lain, ketidakefekifan pada tindakan keperawatan yang diberikan, pengobatan yang tidak tepat dan potensi yang dapat membahayakan pasien.
Perawat yang dapat berkomunikasi dengan baik akan meningkatkan citra profesionalisme pada dirinya (Asmadi, 2010). Komunikasi hand over atau timbang terima antara shift dan di antara tim perawatan mungkin tidak mencakup semua informasi penting, atau informasi yang diberikan dapat disalahpahami. Komunikasi hand over juga berkaitan dengan mentransfer informasi dari satu jenis organisasi kesehatan yang lain atau dari organisasi kesehatan untuk rumah pasien. Berbagi informasi biasanya terdiri dari kondisi saat pasien, perubahan terbaru dalam kondisi, pengobatan yang sedang berlangsung sebuah perubahan yang mungkin atau komplikasi yang terjadi (The Health Foundation Inspiring Improvement, 2011).
Keterbatasan Peneliti
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan. Adanya keterbatasan penelitian yaitu dalam pengisian kuesioner. Karena dalam pengisian kuesioner terkadang responden memberikan jawaban yang tidak jujur dan data yang dihasilkan kemungkinan belum dapat mengukur keadaan yang sebenarnya. Namun peneliti sudah berusaha membantu responden dengan menjelaskan dan mengarahkan dalam pengisian kuesioner dengan jelas dan menyampaikan hal-hal yang belum dimengerti oleh responden.
KESIMPULAN
Motivasi perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga sebagian besar kategori tinggi yaitu sebanyak 36 (58,1%) dari 62 responden.
Pelaksanaan komunikasi SBAR dalam Handover pada Perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 39 (62,9%) dari 62 responden.
Ada hubungan motivasi dengan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover pada perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga, dengan p value 0,040 (α = 0,05).
SARAN
Bagi Rumah Sakit, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatkan kualitas perawat tentang pelaksanaan komunikasi dalam handover dengan menggunakan metode SBAR.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu keperawatan
khususnya mengenai komunikasi dalam hand over dengan menggunakan metode SBAR.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
[2] Asmadi, 2010. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
[3] Bastable, 2012. Perawat Sebagai Pendidik, Jakarta : EGC.
[4] Bobak, 2004. Keperawatan
Maternitas. Jakarta : EGC [5] CMC Lincoln, 2010
[6] Effendy, 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya [7] Ghozali, 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi. Keempat, Semarang : Penerbit Universitas Diponegoro.
[8] Handoko, 2008. Manajemen Edisi 2, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
[9] Hasibuan, 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta. Husein Umar
[10]Hastono, 2007. Analisa Data Kesehatan. Jakarta : FKM. UI.
[11]Hendrikus, 2009. Retorika. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
[12]Hidayat, 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data. Surabaya: Salemba.
[13]Kusnanto, 2011. Pengantar Profesi
dan Praktik Keperawatan
Professional. Jakarta : EGC
[14]Marini, 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik Kedokteran. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
[15]Morton, Hebel & Mc Carter, 2009. Epidemiologi dan Biostatistika: Panduan Studi ed. 5 terj, Jakarta : EGC.
[16]Notoatmodjo, 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
[17]Nursalam, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
[18]PKRS, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta [19]Ruky, 2012. Sistem Manajemen
Kinerja. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
[20]Siregar, 2010. Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan. Jakarta : EGC [21]Sugiyono, 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alphabeta
[22]Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS), 2010. Warta RSUD. Bulletin RSUD dr H Soemarno Sosroarmodjo Kuala Kapuas No. 9 tahun IV September 2010.
[23]Wawan dan Dewi, 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan. Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika
[24]WHO, 2007. Patient Safety Solutions. [25]Widajat, 2010. Being a Great and
Sustainable Hospital. Jakarta : PT gramedia Pustaka Utama