• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Leuwimunding II dan SDN Mirat I Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Leuwimunding II dan SDN Mirat I Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka)."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

PADA MATERI SEGIEMPAT

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Leuwimunding II dan SDN Mirat I Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

ELIS SITI KHOLISOH 0903282

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

(2)

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL

TEACHING

AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

PADA MATERI SEGIEMPAT

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V

SDN Leuwimunding II dan SDN Mirat I Kecamatan

Leuwimunding Kabupaten Majalengka)

Oleh Elis Siti Kholisoh

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Elis Siti Kholisoh 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ELIS SITI KHOLISOH

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Leuwimunding II dan SDN Mirat I Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I,

Dr. Herman Subarjah, M.Si. NIP. 196009181986031003

Pembimbing II,

Drs. Yedi Kurniadi, M.Si. NIP. 195910221989031003

Mengetahui

Ketua Program Studi PGSD S1 Kelas UPI Kampus Sumedang

(4)

i

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

A.Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 8

B.Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 8

C.Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 10

1. Karakteristik Contextual Teaching and Learning ... 11

2. Komponen Contextual Teaching and Learning ... 12

3. Kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning ... 15

D.Komunikasi Matematik ... 16

E. Teori Belajar yang Berkaitan dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning ... 19

1. Teori Konstruktivisme Piaget ... 19

2. Teori Belajar Ausubel ... 20

3. Teori Belajar Van Hiele ... 20

F. Sifat-sifat Segiempat ... 22

G.Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik pada Materi Sifat-sifat Segiempat dengan Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning ... 25

(5)

ii

C.Prosedur Penelitian ... 32

1. Tahap Perencanaan ... 32

2. Tahap Pelaksanaan ... 32

D.Instrumen Penelitian ... 33

1. Soal Kemampuan Komunikasi Matematik ... 33

2. Skala Sikap/Angket ... 38

3. Pedoman Observasi ... 38

4. Jurnal Siswa ... 39

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 39

1. Data Kuantitatif ... 39

2. Data Kualitatif ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

1. Analisis Data Kuantitatif ... 42

2. Analisis Data Kualitatif ... 59

B. Pengujian Hipotesis ... 75

C. Pembahasan ... 79

1. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik ... 79

2. Respon Siswa terhadap Pembelajaran dengan CTL ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 95

(6)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

3.1 Daftar Populasi Penelitian ... 31

3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 33

3.3 Validitas Butir Soal... 34

3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 35

3.5 Koefisien Daya Pembeda ... 36

4.2 Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 44

4.3 Uji Normalitas Data Pretes ... 46

4.4 Uji Homogenitas Data Pretes... 47

4.5 Uji-t Data Pretes ... 48

4.6 Data Hasil Postes Kelas Kontrol... 49

4.7 Data Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 50

4.8 Uji Normalitas Data Postes ... 52

4.15 Rekapitulasi Data Angket Siswa ... 60

4.16 Rekapitulasi Data Jurnal Siswa ... 66

4.17 Persentase Data Observasi Guru di Kelas Kontrol ... 69

4.18 Persentase Data Observasi Guru di Kelas Eksperimen ... 71

4.19 Persentase Data Observasi Siswa di Kelas Kontrol ... 74

4.20 Persentase Data Observasi Siswa di Kelas Eksperimen ... 75

4.21 Uji-t Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 76

(7)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

2.1 Persegi ... 23

2.2 Persegipanjang ... 23

2.3 Belahketupat ... 24

(8)

v

DAFTAR DIAGRAM

Diagram halaman

4.1 Perbandingan Hasil Pretes ... 45

4.2 Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol ... 46

4.3 Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen ... 46

4.4 Perbandingan Hasil Postes ... 51

4.5 Normalitas Data Postes Kelas Kontrol ... 52

4.6 Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen... 52

4.7 Rata-rata Skor Pretes dan Postes ... 55

4.8 Normalitas Skor Gain Kelas Kontrol ... 57

(9)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

LAMPIRAN A ... 95

LAMPIRAN B ... 128

LAMPIRAN C ... 143

LAMPIRAN D ... 155

LAMPIRAN E ... 162

LAMPIRAN F ... 189

LAMPIRAN G ... 195

LAMPIRAN H ... 201

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembangkan

potensi siswa dan membekali siswa dengan keterampilan supaya dapat menjalani

kehidupannya dan menjadi bagian dari masyarakat, bangsa, dan negara.

Sebagaimana definisi pendidikan yang tercantum dalam Undang-undang Republik

Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1

(Depdiknas, 2006: 2),

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan tentunya sangat berguna bagi seseorang untuk dapat bertahan

hidup apalagi di jaman globalisasi seperti sekarang ini. Globalisasi menjadikan

dunia seolah tanpa batas. Globalisasi menyebabkan proses interaksi dan

komunikasi semakin mudah dan cepat.

Dalam era globalisasi ini, seseorang tidak akan berkembang jika hanya

berdiam diri saja. Globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin ketat,

sehingga menuntut setiap orang harus memiliki pemikiran-pemikiran hebat

disertai kemampuan unggul seperti kemampuan komunikasi supaya dapat

bertahan bahkan semakin berkembang. Seseorang yang mempunyai pemikiran/ide

yang hebat akan terhambat jika ia tidak memiliki kemampuan untuk

mengekspresikan ide tersebut baik dalam bentuk rancangan gambar, tulisan

maupun secara lisan supaya dapat dimengerti oleh orang lain. Dalam hidup

bermasyarakat pun seseorang harus dapat berkomunikasi dengan baik supaya

tidak terjadi misscommunication dan terjalin kerjasama yang baik dalam

menyelesaikan setiap permasalahan di masyarakat. Oleh karena itu, kemampuan

berkomunikasi sangat penting dalam menjalani kehidupan dan menghadapi

(11)

2

Menyadari pentingnya kemampuan komunikasi tersebut, maka pendidikan

berusaha supaya setiap siswa dapat berkomunikasi baik secara lisan, tulisan,

maupun gambar. Kemampuan komunikasi tersebut dapat dikembangkan salah

satunya melalui pelajaran matematika. Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006:

8), matematika merupakan bahasa simbol yang sangat padat arti dan bersifat

internasional. Dalam matematika, setiap simbol memiliki arti yang dipahami sama

oleh setiap orang di bagian belahan bumi mana pun, misalnya simbol // mempunyai arti sejajar dan ┴ mempunyai arti tegak lurus. Jadi, melalui matematika, siswa dapat berkomunikasi dengan mudah serta dipahami oleh orang

lain tanpa harus menggunakan banyak kata. Kemampuan komunikasi dalam

matematika disebut komunikasi matematik. Menurut Yeager dan Yeager (Izzati,

2012: 38),

Komunikasi matematik adalah kemampuan untuk mengomunikasikan matematika baik secara lisan, visual, maupun dalam bentuk tertulis, dengan menggunakan kosa kata matematika yang tepat, dan berbagai representasi yang sesuai serta memperhatikan kaidah-kaidah matematik.

Kemampuan komunikasi matematik menjadi salah satu kemampuan yang

harus dimiliki oleh siswa setelah belajar matematika. Sebagaimana salah satu

tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar yang tercantum dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006: 30), yaitu supaya siswa

memiliki kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,

atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

Kemampuan komunikasi matematik penting untuk dimiliki oleh setiap

siswa dalam belajar matematika. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan National

of Council Teams Mathematics (Fachrurazi, 2011: 78),

Kemampuan komunikasi matematik perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi siswa dapat mengorganisasi dan mengonsolidasi berpikir matematikanya, dan siswa dapat mengeksplorasi ide-ide matematika.

Melihat pentingnya kemampuan komunikasi matematik, maka dalam

pembelajaran guru dapat mendorong siswanya untuk selalu berkomunikasi, baik

dengan guru, siswa, maupun dengan sumber belajarnya. Siswa tidak hanya

(12)

3

dalam arti berkomunikasi dengan baik. Dengan cara seperti itu juga diharapkan

siswa lebih termotivasi untuk mengikuti setiap pembelajaran matematika.

Kemampuan komunikasi matematik yang dimiliki siswa dapat dipengaruhi

oleh cara guru dalam menyajikan materi tersebut. Mengingat bahwa matematika

merupakan ilmu yang abstrak dan sarat dengan simbol-simbol, sementara siswa

sekolah dasar juga masih dalam tahap berpikir konkret, maka diperlukan suatu

cara dalam pembelajaran yang dapat memudahkan siswa mudah menerima konsep

matematika dan mengomunikasikan konsep matematika tersebut. Menurut

Maulana (2008), pada umumnya siswa sekolah dasar sedang berada pada tahap

berpikir konkret. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam hal berkomunikasi

pun siswa akan lebih mudah mengomunikasikan sesuatu yang konkret

dibandingkan sesuatu yang abstrak.

Komunikasi matematik harus dapat dikembangkan pada semua materi

matematika, salah satunya adalah geometri. Geometri merupakan konsep yang

abstrak, namun dalam kehidupan sehari-hari banyak terdapat benda-benda yang

berbentuk geometris. Geometri penting untuk diajarkan kepada siswa karena

melalui geometri siswa dapat mengenal lingkungannya. Seperti yang diungkapkan

Maulana (2010: 2), bahwa dengan geometri siswa akan sangat terbantu untuk

memahami, menggambarkan atau mendeskripsikan benda-benda di sekitarnya.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami pula bahwa geometri diajarkan

tidak hanya untuk dipahami, namun harus dapat dikomunikasikan juga baik

melalui gambar maupun penjelasan secara lisan atau tulisan. Dengan demikian,

untuk membantu siswa dalam mengomunikasikan konsep geometri, pembelajaran

harus dikaitkan dengan konteks nyata kehidupan sehari-hari siswa.

Salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang sesuai untuk

mengembangkan kemampuan komunikasi matematik pada materi geometri yaitu

dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Menurut Sanjaya

(2006: 253),

(13)

4

dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa CTL merupakan

suatu bentuk pembelajaran yang mengaitkan materi pelajaran dengan konteks

kehidupan nyata dan memberikan pengalaman belajar yang dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan pembelajaran CTL, siswa dilibatkan

secara aktif dan diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan serta

mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya melalui kegiatan

tanya-jawab, pemodelan, inkuiri dalam diskusi kelompok, dan bahkan sampai kegiatan

merefleksi apa yang telah dipelajari. Dengan demikian, siswa difasilitasi untuk

dapat berkomunikasi baik dengan guru, siswa maupun dengan sumber belajarnya.

Selain itu, dengan menggunakan konteks yang sering dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari, siswa dibimbing untuk mengomunikasikan konsep geometri baik

secara lisan, tulisan maupun gambar.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, pentingnya penelitian ini adalah

menguji penerapan pendekatan CTL terhadap peningkatan kemampuan

komunikasi matematik siswa pada materi segiempat. Selain itu, sebagai upaya

dalam membantu siswa mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya

sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,

dilakukan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching

and Learning terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik siswa pada Materi

Segiempat Penelitian Eksperimen terhadap siswa kelas V SDN Leuwimunding II

dan SDN Mirat I Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah umum dalam

penelitian ini adalah apakah penerapan pendekatan CTL dapat memberikan

pengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa pada materi

segiempat? Secara lebih rinci rumusan masalah tersebut adalah:

1. Apakah pembelajaran CTL dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

(14)

5

2. Apakah pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematik siswa secara signifikan pada materi sifat-sifat

segiempat?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan

komunikasi matematik siswa antara siswa yang mendapat pembelajaran CTL

dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional pada materi sifat-sifat

segiempat?

4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran CTL pada materi sifat-sifat

segiempat?

Penelitian ini difokuskan pada penerapan pendekatan Contextual Teaching

and Learning untuk melihat pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan

komunikasi matematik siswa. Penelitian ini dibatasi pada siswa kelas V sekolah

dasar di Kecamatan Leuwimunding semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Materi dibatasi pada cakupan geometri dengan pokok bahasan memahami

sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun. Materi tersebut lebih difokuskan lagi

yaitu mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar segiempat yang terdiri dari persegi,

persegipanjang, belahketupat dan jajargenjang. Standar kompetensi dan

kompetensi dasar materi yang dikembangkan, yaitu:

Standar Kompetensi : 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun

Kompetensi Dasar : 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar.

Alasan pemilihan materi tersebut pada penelitian ini adalah: (1) materi

segiempat (persegi, persegipanjang, belahketupat dan jajargenjang) banyak

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, (2) keempat bangun datar tersebut

memiliki keterkaitan dari kesamaan sifat-sifat yang dimilikinya karena

keempatnya merupakan kelompok jajargenjang, (3) materi geometri khususnya

segiempat dapat membantu siswa dalam mendeskripsikan lingkungan sekitar dan

(15)

6

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui adanya peningkatan yang signifikan kemampuan komunikasi

matematik siswa dengan pembelajaran CTL pada materi sifat-sifat segiempat.

2. Mengetahui adanya peningkatan yang signifikan kemampuan komunikasi

matematik siswa dengan pembelajaran konvensional pada materi sifat-sifat

segiempat.

3. Mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa

yang signifikan antara siswa yang mendapat pembelajaran CTL dengan siswa

yang mendapat pembelajaran konvensional pada materi sifat-sifat segiempat.

4. Mengetahui respon siswa yang mendapat pembelajaran CTL pada materi

sifat-sifat segiempat.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan

bagi semua pihak, terutama bagi guru, siswa, sekolah, penulis, dan para peneliti

selajutnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Secara rinci manfaat penelitian ini

adalah:

1. Bagi guru, memperoleh masukan dalam rangka meningkatkan kemampuan

komunikasi matematik siswa. Selain itu, guru memperoleh alternatif

menggunakan CTL untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik

pada materi geometri yang lain seperti materi luas dan keliling segiempat.

2. Bagi siswa, mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematik

sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Bagi sekolah, memperoleh sumbangan peningkatan kualitas pembelajaran.

4. Bagi penulis, memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru berdasarkan hasil

temuan dalam penelitian yang telah dilaksanakan dalam usaha

mengembangkan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

matematik siswa.

5. Bagi peneliti dan pihak yang berkepentingan dalam dunia pendidikan,

(16)

7

E. Batasan Istilah

1. Pendekatan adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran

agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa (Maulana, 2008: 88).

2. Berdasarkan definisi-definisi yang disampaikan oleh beberapa ahli, dapat

disimpulkan bahwa CTL adalah suatu bentuk pembelajaran yang mengaitkan

materi pelajaran dengan konteks kehidupan nyata dan memberikan

pengalaman belajar yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Berdasarkan definisi-definisi yang disampaikan oleh beberapa ahli, dapat

disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematik adalah kemampuan

mengomunikasikan gagasan matematika secara lisan, tulisan, dan

mendemonstrasikannya secara visual sehingga diperoleh pemahaman yang

jelas tentang gagasan matematika. Indikator kemampuan komunikasi

matematik yang diukur dalam penelitian ini adalah menghubungkan benda

nyata atau gambar ke dalam ide matematika dan menyatakan situasi

matematika ke dalam gambar.

4. Segiempat merupakan bangun datar yang dibatasi oleh empat ruas garis dan

empat buah sudut. Materi segiempat yang akan dikembangkan dalam penelitian

ini dibatasi pada materi sifat-sifat persegi, persegipanjang, belah ketupat, dan

jajargenjang.

5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan di suatu

sekolah. Dalam penelitian ini, pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran

dengan metode ceramah, tanya-jawab dan penugasan soal-soal dari buku ajar

(17)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Menurut Maulana (2009), metode ini memiliki tujuan untuk melihat hubungan

sebab akibat antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini,

yang menjadi variabel bebasnya adalah pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) dan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi

matematik siswa SD pada materi segiempat.

2. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini pengukuran kemampuan komunikasi matematik

siswa dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Pengukuran tersebut dilakukan

untuk melihat peningkatan kemampuan komunikasi matematik dan melihat

kesetaraan atau perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik dari

kelompok eksperimen yang mendapat pembelajaran CTL dan kelompok kontrol

yang mendapat pembelajaran konvensional. Dengan demikian, desain penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol pretes dan

postes (pretest-posttest control group design). Adapun bentuk desainnya adalah:

� �

� �

(Maulana, 2009: 24)

Keterangan:

A = pemilihan secara acak

0 = pretes dan postes

(18)

31

B.Subjek Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek penenlitian (Maulana,

2009: 25). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD

se-Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka pada level tinggi. Level

tersebut didasarkan pada hasil Ujian Nasional tingkat SD pada mata pelajaran

matematika tahun ajaran 2011/2012. Penentuan populasi didasarkan pada hasil

undian yang dilakukan setelah mengurutkan dan mengelompokkan SD yang ada

di Kecamatan Leuwimunding menjadi tiga level, yaitu level tinggi, sedang, dan

rendah. Daftar populasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1

Sumber: UPTD Pendidikan Kecamatan Leuwimunding 2012

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Maulana,

2009: 26). Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik acak

sederhana melalui pengundian. Tujuan menggunakan teknik acak sederhana

supaya setiap anggota dari suatu populasi memiliki peluang yang sama menjadi

anggota sampel (Maulana, 2009).

Setelah dilakukan pemilihan secara acak, maka sampel dalam penelitian

ini adalah siswa kelas V SDN Leuwimunding II sebagai kelompok eksperimen

(19)

32

C.Prosedur Penelitian

Secara umum penelitian ini terbagi ke dalam dua tahap yang harus

dilakukan, yaitu tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan.

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah mengurus

perijinan ke SD yang menjadi sampel penelitian, mengembangkan perangkat

pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja

Siswa (LKS), serta menyusun instrumen tes dan nontes. Instrumen yang telah

dibuat kemudian dikonsultasikan kepada ahli untuk mengetahui validitas isinya

kemudian dilakukan uji coba instrumen tes. Kegiatan selanjutnya adalah merevisi

perangkat pembelajaran dan instrumen tes dan nontes.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, kegiatan pertama yang dilakukan adalah memberikan

pretes kepada kelas eksperimen dan kontrol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

kemampuan awal komunikasi matematik siswa. Selanjutnya, dilakukan

pembelajaran sesuai jadwal dan materi yang ditetapkan baik di kelas eksperimen

maupun di kelas kontrol.

Selama pembelajaran, dilakukan juga observasi terhadap aktivitas siswa,

sedangkan kinerja mengajar peneliti diobservasi oleh guru kelas atau teman

sejawat. Setiap akhir pembelajaran, siswa diminta mengisi jurnal. Setelah semua

pembelajaran selesai, maka dilaksanakan postes untuk mengukur peningkatan

kemampuan komunikasi matematik siswa. Kemudian, siswa diminta mengisi

angket berupa skala sikap untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran

yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini, berarti dilakukan pengumpulan data baik

data kuantitatif maupun data kualitatif.

Data yang terkumpul selama pembelajaran selanjutnya diolah dan

dianalisis untuk keperluan menjawab rumusan masalah yang diajukan, sehingga

(20)

33

D.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari soal

kemampuan komunikasi matematik, format observasi guru dan siswa, angket, dan

jurnal. Data yang diperoleh dari setiap instrumen diolah dan analisis dengan

menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel.

1. Soal Kemampuan Komunikasi Matematik

Soal kemampuan komunikasi matematik merupakan instrumen tes yang

digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik siswa. Soal

tersebut digunakan pada saat pretes dan postes dengan karakteristik soal yang

identik untuk kelas eksperimen dan kontrol.

Kualitas instrumen yang baik ditentukan berdasarkan validitas, reliabilitas,

tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal.

a. Validitas

Menurut Arikunto (2007), suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat

mengukur apa yang hendak diukur. Dengan demikian, tes yang valid adalah tes

yang dapat mengukur kemampuan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Cara menentukan tingkat validitas soal ialah dengan menghitung koefisien

korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur

lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi,

misalnya dengan nilai ulangan harian pada pokok bahasan yang sama. Koefisien

korelasi diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan formula Pearson pada

program Microsoft Office Excel.

Menurut Arifin (2012: 257), untuk menafsirkan koefisien korelasi dapat

menggunakan kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Interpretasi 0,81 - 1,00 Validitas sangat tinggi 0,61 - 0,80 Validitas tinggi 0,41 - 0,60 Validitas cukup 0,21 - 0,40 Validitas rendah

(21)

34

Berdasarkan hasil uji coba, validitas soal secara umum memiliki koefisien

sebesar 0,82, sehingga dapat diinterpretasi bahwa soal memiliki validitas sangat

tinggi. Sementara untuk validitas setiap butir soal, dapat dilihat pada Tabel 3.3

Reliabilitas dapat dikatakan juga sebagai keajegan atau konsisten. Suatu

tes dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang relatif sama saat diberikan

kepada kelompok yang sama pada kesempatan yang berbeda (Arifin, 2012: 258).

Untuk menentukan reliabilitas soal bentuk uraian digunakan rumus Alpha

Cronbach.

11 = 1 1−

(22)

35

Dengan: 11 = koefisien reliabilitas

k = Banyak butir soal

� 2 = Jumlah varians skor setiap item

�t2 = Varians skor total

Interpretasi koefisien reliabilitas yang diperoleh dapat diklasifikasi

menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177).

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi 0,80 < r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi

0,40 < r11 ≤ 0,60 Reliabilitas sedang

0,20 < r11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah

r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan hasil uji coba soal, diperoleh koefisien korelasi reliabilitas

sebesar 0,83. Jadi, dapat diinterpretasi bahwa soal memiliki reliabilitas sangat

tinggi. Adapun hasl perhitungan reliabilitas hasil uji coba instrumen dapat dilihat

pada Lampiran D.

c. Daya pembeda

Daya pembeda merupakan kemampuan tes dalam membedakan siswa

yang sudah menguasai kompetensi dengan siswa yang belum/kurang menguasai

kompetensi (Arifin, 2012: 133). Untuk menghitung daya pembeda soal bentuk

uraian dapat menggunakan teknik menghitung dua rata-rata (mean), yaitu rata-rata

dari kelompok atas dengan rata-rata dari kelompok bawah untuk setiap butir soal.

Langkah pertama yang dilakukan adalah mengurutkan skor setiap siswa

mulai dari skor tertinggi sampai skor terendah, kemudian menentukan kelompok

atas dan kelompok bawah. Menurut Arifin (2012), jika jumlah siswa lebih dari 30

orang, dapat ditetapkan 27% untuk kelompok tinggi dan 27% untuk kelompok

rendah. Formula yang digunakan adalah:

DP = � � −� �

(23)

36

Keterangan:

DP = koefisien Daya Pembeda

� � = rata-rata skor kelompok atas

� � = rata-rata skor kelompok bawah Skor Maks. = skor maksimum

Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda dapat digunakan

kriteria yang dikembangkan oleh Arifin (2012: 133) sebagai berikut.

Tabel 3.5

Koefisien Daya Pembeda

Koefisien Daya Pembeda Interpretasi 0,40 ke atas Sangat baik

lengkap dapat dilihat pada Lampiran D )

Tabel 3.6

Daya Pembeda Butir Soal

No. Soal Koef. Daya Pembeda Interpretasi

(24)

37

d. Tingkat kesukaran

Tingkat atau indeks kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar

suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks

(Arifin, 2012: 134). Ideks kesukaran tersebut berkisar antara 0,00 sampai 1,00.

Semakin besar indeks kesukaran berarti soal tersebut semakin mudah. Untuk

menghitung tingkat kesukaran soal bentuk uraian, dapat menggunakan rumus

sebagai berikut.

Tingkat kesukaran = −

� � (Arifin, 2012: 135)

Kriteria untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran soal menurut Arifin

(2012: 135), yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.7

soal dapat dilihat pada tabel berikut. (Hasil perhitungan tingkat kesukaran secara

lengkap dapat dilihat pada Lampiran D)

Tabel 3.8

Indeks Kesukaran Butir Soal

No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

(25)

38

Berdasarkan pertimbangan dan hasil konsultasi dengan ahli, maka soal

yang tidak digunakan adalah soal nomor 1a karena soal terlalu mudah, sedangkan

nomor 6c karena soal terlalu sukar. Sementara soal nomor 7a dan 7b merupakan

soal yang memiliki tujuan pembelajaran yang sama dengan soal no 2c. Jadi, soal

yang digunakan adalah soal nomor 1b, 1c, 2a, 2b, 2c, 3a, 3b, 4a, 4b, 5a, 5b, 6a, 6b,

8a, dan 8b. Soal yang digunakan disesuaikan lagi urutan nomornya.

2. Skala sikap/Angket

Asumsi pokok yang mendasari semua skala sikap adalah bahwa, ini

mungkin untuk menemukan sikap-sikap dengan bertanya secara individu untuk

merespon serangkaian pernyataan pilihan (Maulana, 2009: 38). Dalam penelitiaan

ini, skala sikap digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran

dengan menggunakan CTL. Skala sikap tersebut terdiri dari

pernyataan-pernyataan yang positif dan negatif.

3. Pedoman observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara

sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam

situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu

(Arifin, 2012: 153). Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran. Alat yang akan digunakan

dalam observasi adalah lembar observasi guru dan lembar observasi aktivitas

siswa.

Observasi aktivitas siswa dilakukan sebagai salah satu bentuk penilaian

nyata dalam pembelajaran dengan CTL. Observasi ini dilakukan untuk menilai

proses pembelajaran sehingga dapat memberi gambaran perkembangan belajar

siswa dari awal sampai akhir pembelajaran. Sementara itu, observasi guru

dilakukan untuk melihat kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga

dapat menjadi umpan balik terhadap perbaikan kinerja pada pertemuan

(26)

39

4. Jurnal Siswa

Menurut Maulana (2008: 116), “Jurnal merupakan salah satu bentuk

tulisan atau komentar yang disusun oleh siswa tentang kegiatan yang dilakukannya”. Pengisian jurnal dilakukan sebagai bentuk dari kegiatan refleksi yang merupakan salah satu komponen dalam CTL. Melalui jurnal, siswa dapat

menuliskan kesan-kesannya terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

E.Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif

dan data kualitatif. Adapun cara pengolahan dan analisis datanya sebagai berikut.

1. Data kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari nilai pretes dan postes. Nilai pretes

digunakan utuk mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan nilai postes

digunakan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Sementara untuk

mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa sebelum dan

sesudah pembelajaran dapat dihitung melalui skor Gain Normal.

Dalam penelitian ini, teknik pengolahan dan analisis data akan dilakukan

dengan menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel dan Statistical

Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for Windows. Langkah-langkah yang

akan dilakukan dalam mengolah dan menganalisis data kuantitatif adalah sebagai

berikut.

a. Menghitung Statistik Deskriptif

Setelah memperoleh nilai pretes, postes dan skor gain, selanjutnya

ditentukan statististik deskriptif yang meliputi skor tertinggi, skor terendah,

rata-rata, dan simpangan baku. Menurut Hake (Fauzan, 2012: 81), untuk mencari skor

Gain Normal dapat diperoleh dengan rumus:

Gain Normal (g) = � − � �

− � �

Kriteria untuk skor Gain Normal adalah sebagai berikut.

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

(27)

40

b. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data dari setiap data

pada kelompok kontrol dan eksperimen. Untuk uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikasi sebesar 5% (α =

0,05). Jika hasil uji normalitas menunjukkan data berdistribusi normal, maka

langkah selanjutnya adalah menguji homogenitas varians dengan menggunakan

uji parametrik. Sedangkan jika data tidak berdistribusi normal, maka analisis data

dapat dilanjutkan dengan menggunakan statistik non parametrik, yaitu uji

Mann-Whitney U. Priyatno (2011: 8) menyatakan, “Metode statistik non parametrik

adalah metode analisis data tanpa menggunakan parameter tertentu seperti mean,

median, standar deviasi, serta distribusi data tidak harus normal, dan lain-lain”.

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok-kelompok

yang membentuk sampel berasal dari populasi yang sama atau tidak. Uji

homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene pada SPSS 16 dengan taraf signifikasi sebesar 5% (α = 0,05).

d. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji-t dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata dari dua data yang

diuji. Uji-t dilakukan jika syarat normalitas dan homogenitas sudah terpenuhi

(Maulana, 2009).

Jika data diketahui tidak normal, maka langkah selanjutnya yaitu

melakukan uji U (Mann Whitney U) pada Nonparametric tests dengan bantuan

program SPSS I6 for Windows. Jika data diketahui normal tapi tidak homogen,

maka uji perbedaan rata-rata dapat dilakukan dengan uji-t1.

2. Data kualitatif a. Skala sikap/Angket

Skala sikap yang akan digunakan menggunakan Skala Sikap Likert yag

terdiri dari pernyataan-pernyataan positif dan negatif. Ada lima pola jawaban yang

digunakan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju

(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap jawaban dari pernyataan memiliki

(28)

41

Pernyataan positif: SS=5, S=4, R= 3, TS=2, dan STS=1.

Pernyataan negatif: SS=1, S=2, R=3, TS=4, dan STS=5.

Menurut Azizah (2012: 40) untuk menginterpretasi skor respon siswa,

dapat diklasifikasi berdasarkan tiga kategori, yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.9

Data yang diperoleh dari hasil observasi digunakan sebagai data

pendukung terhadap hasil belajar dan respon siswa. Data hasil observasi dianalisis

secara deskriptif sehingga dapat menggambarkan suasana pembelajaran yang

telah dilakukan.

Dalam observasi aktivitas siswa, ada tiga aspek yang diukur, yaitu

partisipasi, kerjasama, dan motivasi. Sementara untuk observasi kinerja guru

diukur pada aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Setiap aspek memiliki

beberapa indikator, sehingga skor total yang diperoleh dihitung berdasarkan

indikator yang muncul. Untuk keperluan analisis, hasil observasi aktivitas siswa

dan kinerja guru diinterpretasi ke dalam kategori sebagai berikut.

BS (Baik Sekali) : indikator yang muncul 81% - 100%

Data yang terkumpul dari jurnal akan dirangkum kemudian dideskripsikan

untuk mengetahui kesan siswa terhadap pembelajaran. Data dari

kesan-kesan siswa digunakan sebagai data pendukung respon siswa sehingga dapat

(29)

90 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada Bab IV, maka dapat

disimpulkan mengenai pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning

terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa pada materi segiempat adalah

sebagai berikut.

1. Pembelajaran CTL dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik

siswa pada materi segiempat secara signifikan. Secara umum peningkatan

kemampuan komunikasi matematik siswa yang mendapat pembelajaran CTL

mencapai kriteria peningkatan sedang. Peningkatan tersebut didukung oleh

aktivitas siswa yang baik, kinerja guru yang sangat bagus dan respon positif

siswa terhadap pembelajaran CTL.

2. Pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

matematik siswa pada materi segiempat secara signifikan. Secara umum

peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mendapat

pembelajaran CTL mencapai kriteria peningkatan rendah. Hasil tersebut

didukung oleh kinerja guru yang optimal dalam menyelenggarakan

pembelajaran dan aktivitas siswa yang baik selama mengikuti pembelajaran.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan komunikasi

matematik siswa antara siswa yang mendapat pembelajaran Contextual

Teaching and Learning dengan siswa yang mendapat pembelajaran

konvensional pada materi segiempat. Oleh karena rata-rata skor gain siswa

yang mendapat pembelajaran CTL lebih besar dari pada rata-rata skor gain

siswa yang mendapat pembelajaran konvensional, maka dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran CTL lebih meningkatkan kemampuan komunikasi

matematik siswa pada materi segiempat secara signifikan. Hal ini disebabkan

(30)

91

membantu siswa mengomunikasikan konsep geometri. Selain itu, siswa

dilibatkan secara aktif dalam pengalaman belajar yang bermakna sehingga

lebih menarik minat dan motivasi siswa.

4. Setelah melakukan pembelajaran dengan CTL, siswa merespon positif terhadap

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik pada

materi sifat-sifat segiempat. Siswa merasa senang karena banyak kegiatan yang

menarik seperti belajar bersama kelompok dan membuat model bangun datar

segiempat dari benda-benda yang ada di sekitar siswa.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab IV, maka

saran yang diajukan kepada beberapa pihak adalah sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Guru dapat menerapkan pembelajaran dengan CTL ini pada materi lain seperti

pengukuran geometri. Selain itu, guru juga harus menyiapkan konteks yang

relevan supaya siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran dan mengetahui

aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Peran guru sebagai fasilitator dan

pembimbing harus lebih diperhatikan lagi supaya setiap siswa lebih percaya

diri dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya terutama

komunikasi matematik lisan.

2. Bagi Siswa

Siswa dapat lebih percaya diri dalam mengembangkan kemampuan

matematiknya baik secara lisan, tulisan maupun gambar.

3. Bagi Sekolah

Sekolah atau kepala sekolah dapat menganjurkan para guru untuk menerapkan

CTL dalam pembelajaran supaya memberikan ‘warna berbeda’ pada

pembelajaran yang biasa diterapkan sehari-harinya.

4. Peneliti lain

Penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk melaksanakan penelitian lanjutan,

seperti menerapkan CTL untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

(31)

92

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, N. (2011). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Melalui Penerapan Pendekatan Creative Problem Solving (CPS) (Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMPN 14 Bandung). Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Azizah (2012). Pengaruh Metode Horisontal (Metris) terhadap Hasil Belajar

Siswa Kelas III pada Materi Perkalian (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas III SD Negeri 3 Arjawinangun Desa Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon). Skripsi pada UPI Sumedang: Tidak

Diterbitkan.

Depdiknas. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Dharma Bakti.

Depdiknas (2006). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Bandung: Fokus Media.

Effendy, O. U. (2003). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Fachrurazi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. [Online].

Tersedia:http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf. [18 Maret 2012]

Fauzan (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer

dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar terhadap Materi Kesebangunan (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Jatihurip dan SDN Cilengkrang di Kabupaten Sumedang). Skripsi pada UPI Sumedang: Tidak Diterbitkan.

Herdian (2010). Kemampuan Komunikasi Matematika. [Online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-komunikasi-matematik/. [12 Oktober 2012]

Izzati, N. (2012). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan

(32)

93

Karyadi (2011). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep

Geometri dengan Menerapkan Pendekatan Contekstual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa MTs NU Al Hikmah Semarang. Skripsi pada

FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Kurniawan, R. (2012). Bangun-bangun Datar Berbentuk Segiempat. [Online]. Tersedia:http://ritokurniawan.wordpress.com/2012/05/8/bangun-bangun-datar-berbentuk-segi-empat/. [2 Februari 2013]

Maulana (2008). Pendidikan Matematika 1. Bandung. Belum Diterbitkan.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian

Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.

Maulana (2010). Dasar-dasar Keilmuan dan Pembelajaran Matematika Sequel 2. Bandung. Belum Diterbitkan.

Muabuai, Y. (2011). Pembelajaran Geometri Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Berbasis Program Cabri Geometry II Plus dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen di SMP Negeri Serui). Tesis pada UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Muhsetyo, G., dkk. (2007). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pitadjeng (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Priyatno, D. (2011). Buku Pintar Statistik Komputer. Yogyakarta: Media Kom.

Rusman (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan

Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah.

Suwangsih, E. dan Tiurlina (2009). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI PRESS.

(33)

94

Tersedia:http://2011.web.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view

=article&id=1867:pendekatan-kontekstual-dalam-pembelajaran-matematika-untuk-meningkatkan-berpikir-kritis-pada-siswa-sekolah-dasar &catid=159:artikel-kontributor. [24 November 2012]

UPTD Pendidikan Kecamatan Leuwimunding. (2012). Laporan Kelulusan Siswa

Kelas VI Tahun Ajaran 2011/2012 Tingkat Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka. Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka.

Van de Walle, J. A. (2006). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Erlangga.

Zanthy, L. S. (2011). Peningkatan Komunikasi Matematis Siswa MTS dengan

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian
Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0.494 yang berarti 49,4% faktor-faktor keputusan pembelian secara online pada ibu muda kelas menengah di Perumahan Johor Indah Permai 1

Pelaksanaan Program dan Kegiatan Ketahanan Pangan Tingkat Kabuaten/Kota Wilayah I (Jawa dan Sumatera).. Badan Ketahanan Pangan,

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fitri Fiddini (2010) dengan judul Gambaran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu yang Bekerja Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Simpulan dari penelitian ini yaitu : (1) Faktor-faktor yang mendorong perempuan memilih bekerja menjadi pedagang pada malam hari di pinggir jalan raya pusat kota

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan Media Power Point dan Outdoor Pada Siswa Kelas X2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012”.. Dalam

Metode yang dilakukan meliputi pengumpulan data citra daun tumbuhan obat, praproses citra, deteksi kontur dengan polygonal approximation, ekstraksi fitur jarak dengan

Kawasan Berikat adalah suatu banguan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang didalamya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan

Uji asam pikrat dalam menganalisis karbohidrat yaitu untuk mengetahui karbohidrat yang bersifat gula pereduksi dengan mereduksi asam pikrat membentuk asam pikramat