• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM kimia organik (5)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM kimia organik (5)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

A. TUJUAN

1. Mengetahui beberapa macam identifikasi karbohidrat B. DASAR TEORI

Nama karbohidrat berasal dari istilah “hidrat dari karbon”, hal ini karena rumus umumnya adalah Cn(H2O)m. Akan tetapi seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, diketahui bahwa sebenarnya karbohidrat bukanlah hidrat dari karbon, tetapi merupakan polihidroksi aldehid atau polhidrksi keton. Karbohidrat merupakan senyawa organik yang paling banyak terdapat di alam. Hampir seluruh tanaman dan hewan mensintesis dan memetabolisme karbohidrat.

a. Klasifikasi Karbohidrat

Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat mempunyai molekul yang berbeda-beda ukurannya, yaitu dari senyawa yang sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga 500.000 bahkan lebih. Berbagai senyawa itu dibagi dalam tiga golongan, yaitu golongan monosakarida, oligosakarida dan polisakarida.

1) Monosakrida

Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberpa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi Hari/tanggal : Senin, 28

April 2014

Kelompok : 4

Nama :Yogi Rakhmawati

NIM :123711034

(2)

lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana adalah gliseraldehida dan dihidroksiaston.1

CHO CH2OH

H C OH C

CH2OH CH2OH

D-gliseraldehida dihidroksiaseton

Gliseraldehida dapat disebut aldotriosa Karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus aldehida. Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus keton.

Struktur rumus monosakrida baru ditentukan pada pertengahan abad kesembilan belas oleh kimiawan-kimiawan seperti Dumas, Berthelot, Fitting, Baeyer, Tollens, Fischer dan Howarth. Monosakarida yang dikaji struktur rumus bangunnya ialah glukosa. Penentuan rumus struktur bangun glukosa itu sesuai dengan zamannya, dimulai dari struktur rumus rantai lurus sampai dengan struktur rumus konformasi.2 Berikut

dikemukakan urutan-urutan struktur rumus bangun glukosa. Reaksi-reaksi kimia dari glukosa antara lain:3

 Glukosa mengadisi HCN, bergabung dengan hidrokulamin membentuk oksim dan dengan fenilhidrasin membentuk fenilhidrason.

 Glukosa mudah teroksidasi oleh perak atau ion tembaga.

1 Anna Poedjiadi dan F.M. Titin Supriyanti, Dasar-Dasar Biokimia, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1994), hlm.24-25

(3)

 Glukosa bila dididihkan dengan alkali kuat akan menghassilkan damar.

1. Struktur rumus bangun rantai lurus (Fitting-Baeyer)

CHO

(HCOH)4

CH2OH

Glukosa

Sebelum ditemukan isomer DL (aktif optika) 2. Struktur rumus bangun isomer aktif-optika (Fisher)

D-glukosa

3. Struktur rumus bangun siklis oksida (Fischer, tahun 1893)

OH HC HCOH

D-α-glukosa HOCH O HCOH

(4)

CH2OH

HO

O D - β - glukosa

Bentuk isomer a- dan b-glukosa diatas hanya dibedakan oleh konfigurasi gugus/radikal pada nomor atom C yang sama (pada C nomor 1). Atom C nomor 1 disebut C anomer. Perbedaan sifat kimia-isik D-α-glikosa dan β-glukosa diperlihatkan oleh Fischer sebagai berikut.

D-α-glikosa β-glukosa -putaran aktif-optika : +112.20

+18,70

-titik lebur : 1460C 1500

-kelarutan dalam air (g/1L) : 83,5 178 4. Struktur rumus bangun heksagonal dan pentagonal

(Haworth, tahun 1937)

OH

C 1 HC

C 2 HCOH

C O 3 HOCH O

C 4 HCOH

C 5 HC

(5)

Pola senyawa piran Pola senyawa D-α-glukosa

CH2OH

C O C O C C C OH C C C HO C C

OH

O O

Senyawa piran D-α-glukosa

OH

C 1 HC

C 2 HCOH

C O 3 HOCH O

C 4 HCOH

C 5 HC

CH2OH

(6)

O HOCH2 O

Gugus fungsional monosakarida yaitu gugus aldehida dan gugus keton yang berfungsi sebagai pereduktif. Monosakarida + peroksida

monosakarida tereduksi 2) Oligosakarida

Oligosakarida merupakan sakarida yang termasuk di-, tri-, atau tetra yang apabila dihidrolisis akan pecah menjadi beberapa monosakarida.4 Senyawa yang

termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas bebrapa molekul monosakrida. Dua molekul monosakarida yang berikatan satu dengan yang lain, membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang lain ialah trisakarida yaitu yang terdiri atas tiga molekul monosakrida dan tetraskarida yang terdiri dari empat molekul monosakarida. Oligosarida yang terdapat banyak di alam adalah disakarida. Contoh, sukrosa, laktosa, maltose dan lain-lain.

3) Polisakarida

Polisakarida adalah polimer yang terbentuk dari pengulangan unit monosakarida terikat bersama oleh

(7)

ikatan glikogen. Amilun dan glikogen terbentuk dari mata rantai α molekul glukosa, dan sellulosa terbentuk dari mata rantai β glukosa.5

Glikogen ialah bentuk D-glukosa simpanan dalam sel hewan, berstruktur seperti amilopektin. Perbedaan antara amilopektin dan glikogen adalah bahwa glikogen lebih bercabang, hanya 8 sampai 12 unit D-glukopiranosa terdapat diantara titik-titik percabangan.6 Glikogen

terutama melimpah dalam hati, jumlahnyan dapat mencapai 8% dari bobot kering organ tersebut.

Polisakarida meliputi : pati, selulosa, dan dekstrin, merupakan substan yang amorph sebagian besar tidak larut dalam air dan tidak berasa mempunyai perumusan (C6H10O5)n.H2O atau (C5H8O4)n.H2O,

dimana n sangat besar. Bila polisakarida dihidrolisis diperoleh gula – gula : C6 atau C5. Gula tebu ( sukrosa ) bila dihidrolisis menghasilkan

dua gugus C6, glukosa, dan fruktosa :

C12H22O11 + H2O  C6H12O6 + C6H12O6

sukrosa glukosa fruktosa

b. Identifikasi Karbohidrat

Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi, terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif.7 Sifat mereduksi ini

disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam molekul karbohidrat. Beberapa identifikasi karbohidrat adalah:

1. Uji Molisch

5Ralph J Fressenden & Joan S. Fressenden, Dasar-dasar Kimia Organik, (Jakarta, Binarupa Aksara, 1997), hlm. 608

6Antony C. Wilbraham dan Michael S. Matta, Introduction to Organic and Biological Chemistry, (Penerbit ITB, 1992), hlm. 122

(8)

Pereaksi ini terdiri atas larutan α naftol dalam alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa kemudian secara hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dengan α naftol. Walaupun reaksi ini tidak spesifik untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis kualitatif karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu bukti bahwa tidak ada karbohidrat.

2. Peraksi Fehling

Pereaksi fehling dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi, jug adapt direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi fehling terdiri atas dua larutan, yaitu larutan fehling A dan larutan fehling B. larutan fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air,

sedangkan larutan fehling B adalah larutan garam KNatartrat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan secara terpisah dan baru dicampur menjelang digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi ini ion Cu ++ diredusi menjadi ion Cu + yang

dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O.

2 Cu + + 2OH- Cu

2O + H2O

Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, larutan yamg terjadi berwarna hijau kekuningan.

3. Pereaksi Benedict

(9)

yang kemudian mengendap sebagai CuO2. Adanya

natriumkarbonat dan natriumsitrat membuat pereaksi benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk senyawa yang mengandung gugus karbonil, -CO-. Senyawa karbonil ini dapat berupa aldehid, -CHO jika gugus karbonilnya terletak di ujung (atom C nomor 1), dan dapat berupa keton, -CO- jika gugus karbonil berada di tengah rantai C, atau paling tidak pada atom C nomor 2. Karena sifat pengoksidasinya lemah, maka tollens tidak dapat mengoksidasi senyawa keton.

Pereaksi tollens ini dapat dibuat dari larutan perak nitrat, AgNO3.

Mula-mula larutan ini direaksikan dengan basa kuat, NaOH(aq),

Bermacam cara dapat ditempuh untuk membuat pereaksi tollens; yang penting larutan ini harus mengandung perak amoniakal. Larutan kompleks perak beramoniak inilah yang dapat mengoksidasi gugus aldehid menjadi asam yang disertai dengan timbulnya cermin perak. Oleh sebab itu, larutan perak amoniakal ini sering ditulis secara sederhana sebagai larutan Ag2O.

RCHO(aq) + Ag2O → RCOOH(aq) + 2Ag(s)

Persamaan reaksi redoks yang sebenarnya adalah : Ag(NH3)2+(aq) + e → Ag(s) + 2NH3(aq)

RCHO(aq) + 3OH-(aq) → RCOOH(aq) + 2H

2O(l) + 2e

(10)

Uji asam pikrat dalam menganalisis karbohidrat yaitu untuk mengetahui karbohidrat yang bersifat gula pereduksi dengan mereduksi asam pikrat membentuk asam pikramat dimana uji positifnya ditandai dengan perubahan warna larutan dari kuning menjadi berwarna merah. 6. Uji Selliwanorf

Uji Seliwanoff adalah sebuah uji kimia yang membedakan gula aldosa dan ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa via gugus fungsi keton/aldehida gula tersebut. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Uji ini didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada aldose.

c.Reaksi yang Terjadi 1. Molisch

Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di permukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel.

2. Fehling

Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent yang digunakan dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4 ) dan

Fehling B (NaOH dan KNa tartarat). Pereaksi fehling akan tereduksi dari Cu2+ menjadi Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu

2O

(11)

2Cu+ + 2 OH  Cu

2O +H2O

3. Benedict

Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict.

(12)

Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, merupakan campuran dari AgNO3 dan amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi

tollens adalah Ag2O yang bila tereduksi akan menghasilakan endapan

perak. Endapan perak ini akan menempel pada tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak. Oleh karena itu Pereaksi Tollens sering juga disebut pereaksi cermin perak.

5. Selliwanorf

Uji Seliwanoff adalah sebuah uji kimia yang membedakan gula aldosa dan ketosa. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Uji ini didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada aldosa. Reagen uji Seliwanoff ini terdiri dari resorsinol dan asam klorida pekat. Asam reagen ini menghidrolisis polisakarida dan oligosakarida menjadi gula sederhana. Ketosa yang terhidrasi kemudian bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat berwarna merah tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan menghasilkan zat berwarna merah muda. Fruktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan uji positif. Sukrosa menghasilkan uji positif karena ia adalah disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa.

(13)

 Asam reagen ini menghidrolisis polisakarida dan oligosakarida

menjadi gula sederhana.

 Ketosa yang terhidrasi kemudian bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat berwarna merah tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan menghasilkan zat berwarna merah muda.

Fruktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan uji positif. Sukrosa menghasilkan uji positif karena ia adalah disakarida yang terdiri dari furktosa dan glukosa.

d. Hidrolisis Polisakarida

Uji hidrolisis polisakarida bertujuan untuk mengetahui apakah suatu bakteri mampu menghasilkan enzim hidrolasse yang mampu mnehgidrolisis polisakarida menjadi monosakarida. Uji ini menggunakan medium starch agar dengan menggunakan iod sebagai indikator. Ketika medium ditetesi dengan iod maka akan terbentuk kompleks biru sampai coklat, namun jika bakteri terrsebut memiliki enzim hidrolase maka akan terbentuk zona bening.

e. Analisis Bahan

- Etanol: cairan, tak berwarna, berbau, mudah terbakar, berbahaya jika kontak langsung dengan mata, kulit, tertelan dan terhirup.

- NaOH: tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, korosif, tidak mudah terbakar, sangat berbahaya jika kontak langsung dengan kulit, mata, tangan, tertelan dan terhirup.

C. ALAT DAN BAHAN Alat :

1. Tabung reaksi

(14)

4. Kertas lakmus 5. Pipet

6. Waterbath Bahan :

1. Glukosa 13. Pereaksi molisch (10 % α-naftol 2. Fruktosa dalam alcohol)

3. Galaktosa 14. Pereaksi benedict

4. Laktosa 15. Pereaksi fehling (A dan B) 5. Suksora 16. Pereaksi tollens

6. Maltose 17. Asam klorida pekat

7. Pati kanji 18. Natrium hidroksida

8. Madu 19. Fenilhidrasin

9. HNO3 20. Aquades

10. Etanol 21. Asam pikrat

11. Pereaksi selliwanorf 22. Larutan iod dalam KI 12. Asam sulfat pekat

D. CARA KERJA

a. Tes Umum karbohidrat dengan Uji Molisch

1. Disiapkan 7 tabung reaksi,masing-masing diisi dengan :

(15)

Ditambahkan 2 tetes pereaksi Molisch (larutan 10% α -naftol dalam alkohol)

Digojog beberapa kali

Tabung reaksi dimiringkan, dialiri dengan 3 ml H2SO4

Disiapkan 6 tabng reaksi, diisi dengan larutan di bawah ini (masing-masing konsentrasi 2 %)

A B C D E F

Masing-masing tabung diisi dengan 5 ml Fehling A dan Fehling B

Digojog

Tabung reaksi ditempatkan dalam penangas air mendidih selama 10 menit

(16)

Diamati dan dicatat, reaksi positif apabila terbentuk endapan merah bata

 Uji Benedict

Disiapkan 4 tabung reaksi, didisi dengan larutan dibawah ini (kosentrasi 2%)

A B C D

Glukosa Fruktosa Maltosa Laktosa Masing-masing tabung reaksi

Disiapkan 4 tabung reaksi, didisi dengan larutan dibawah ini (kosentrasi 2%)

A B C D

Glukosa fruktosa Maltosa Laktosa

Larutan diatas dicapurkan dengan pereksi tollens dengan perbandingan 1:1 Digojog

Dipanaskan dalam penangas air

Diamati, apakah terbentuk cermin perak? (cermin

16 Hasil

(17)

perak akan hilang jika diberi HNO3 pekat )

 Uji Asam Pikrat

Disiapkan 4 tabung reaksi, didisi dengan larutan dibawah ini (kosentrasi 2%)

A B C D

Glukosa Fruktosa Maltosa Laktosa Masing-masing tabung

ditambahkan 1 ml

pereduksi asam pikrt jenuh dan sodium karbonat

Dipanaskan beberapa saat daam waterbath

Diamati perubahan warna,

reaksi positif terbentuk endapan merah

c. Uji adanya Amilum

Disaring setengah bagian cairan dengan kertas saring

Filtrate yang diperoleh diberi label tabung B

Setengah bagian yang tidak disaring diberi label A

Masing-masing diberi 2 tetes larutan iodine dalam KI

Hasil

(18)

Dibandingkan penangas air panas 10 menit Didinginkan

Larutan dinetralkan dengan larutan NaOH 10%, diamati dengan kertas lakmus

Kedua tabung diuji dengan larutan iod dalam KI

Dibandingkan warna yang terbentuk

(19)

Larutan dinetralkan

Masing-masing tabung ditambahkan pereaksi Seliwanof (resosrsinol dalam HCl)

Digojog dan dipanaskan

Perubahan warna yang terjadi diamati dan dibandingkan

(20)

Hasil

Hasil (warna) Tes Karbohidrat Pereduksi

Uji Fehling Uji Benedict Uji Tollens Uji Asam Pikrat Glukosa Merah bata Biru muda Kuning Merah bata

Fruktosa Biru Biru muda Putih Kuning

Maltosa Biru Biru muda Putih Kuning

Laktosa Merah bata Biru muda Kuning Merah bata

(21)

Warna setelah + iod dalam KI

Warna biru Kuning

Hidrolisis Polisakarida

Tabung A B

Nama Larutan Kanji 2 % Larutan Kanji 2 % + 2 tetes HCl pekat Warna setelah + iod

dalam KI

Biru Biru pekat (lakmus

merah menjadi biru)

Hidrolisis Oligosakarida

Tabung A B

Nama Larutan Sukrosa 2 % Larutan Sukrosa 2 % + 2 tetes HCl pekat Warna setelah +

pereaksi Benedict

Bening (lakmus merah menjadi biru)

Biru

Tes Seliwanof

Nama senyawa Warna Larutan setelah + reagen Seliwanof

Glukosa Kuning keemasan

Fruktosa Kuning keemasan

F. PEMBAHASAN

(22)

karena karbohidrat mengandung gugus hidroksil (-OH), gugus aldehida atau gugus keton.

Sir Walter Norman Howarth yaitu ahli kimia inggris berpendapat bahwa pada molekul glukosa kelima atom karbon yang pertama dengan atom oksien dapat membentuk cincin segi enam. Oleh karena itu struktur karbohidrat sebagai bentuk cincin furan atau piran. Berdasarkan hal tersebut maka struktur dan konfigurasi karbohidrat ditulis berdasarkan bentuk cincin sikliknya yaitu: golongan furanosa (karbohidrat mempunyai cincin beranggota lima) dan golongan piranosa (karbohidrat mempunyai cincin beranggota enam).

Adapun yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah sebagai berikut:

1. Uji molisch

Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang ahli botani dari Australia. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat yang membentuk cincin furfural berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu dipermukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel . Dari hasil yang didapat dapat dikatakan bahwa beberapa sampel pada uji molisch bernilai positif, yaitu pada glukosa, laktosa, kanji, madu 50%, dan potongan kertas saring.

2. Uji fehling

Praktikum karbohidrat dengan materi uji fehling (fehling A dan fehling B). Fehling A merupakan larutan CuSO4 dalam air, sedangkan larutan Fehling B

(23)

menyatakan bahwa golongan karbohidrat monosakarida bereaksi positif terhadap larutan fehling, dimana terdapat kegiatan mereduksi larutan fehling di larutan tersebut.

Hal ini terjadi karena pereaksi fehling akan tereduksi dari Cu2+ menjadi

Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu

2O yang meng hasilkan

warna merah bata 2Cu+ + 2OH  Cu2O +H2O

Pereaksi fehling akan mengalami reduksi sehingga tembaga bermartabat dua berubah menjadi tembaga bermartabat satu. Pereaksi fehling ditambah karbohidrat, kemudian dipanaskan, akan terjadi perubahan warna dari biru  hijau

 kuning  kemerah – merahan dan akhirnya terbentuk endapan merah bata bila jumlah karbohidrat pereduksi banyak.

3. Uji Benedict

Uji benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi

Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis. Biasanya

ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah

terjadinya pengendapan CuCO3

Uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan. Namun pada percobaan kali ini tidak ada bahan yang menunjukkan hasil yang positif, hal ini dikarenakan tidak dilakukan pemanasan.

4. Uji Tollens

Uji tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan

senyawa aldehid dan senyawa keton. Pada praktikum ini menggunakan empat

(24)

anion karboksilat . ion Ag+ dalam reagensia tollens direduksi menjadi logam Ag. Namun pada percobaan kali ini ternyata gagal, karena tidak terbentuk cermin perak, larutan glukosa dan laktosa berwarna kuning serta larutan fruktosa dan maltosa berwarna putih. Kemungkinan dalam perbandingan antara larutan dengan pereaksi kurang tepat serta pemanasan yang terlalu lama.

5. Uji Asam Pikrat

Uji asam pikrat ini dilakukan untuk menguji adanya gugus pereduksi. Hasil positif akan memunculkan warna orangeatau kemerahan yang awalnya kuning. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa yang mengandung gugus pereduksi adalah glukosa dan laktosa, sedangkan fruktosa dan maltose tidak. Reaksi yang terjadi dalam uji asam pikrat adalah oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam onat dan pereduksi asam pikrat yang berwarna kuning menjadi asam pikrat yang berwarna merah.

6. Uji terhadap amilum

Dalam percobaan uji terhadap amilum, mengidentifikasikan bahwa kanji yang tanpa disaring menhsalilkan warna larutan kuning dan filtrate larutan kanji menghasilkan warna biru yang mengidentifikasikan bahwa larutan A (kanji tanpa disaring) merupakan amilopektin dan B (filtrat larutan kanji) merupakan amilosa. Hal ini sejalan dengan teori bahwa amilum yang ditambahkan iodin akan menghasilkan warna biru. Percobaan ini untuk memisahkan antara amilosa dan amilopektin.

7. Hidrolisis Polisakarida

(25)

sama seperti warna sampel awal). Iodium yang dipakai disini berfungsi sebagai indikator suatu senyawa polisakarida. Bila suatu senyawa/larutan dipanaskan dan diberi I2 menjadi biru, maka senyawa itu adalah polisakarida. Apabila senyawa itu dipanaskan membentuk koloid, yang jika ditambah I2, warna menjadi bening (tidak berwarna) hal ini menandakan bahwa polisakarida itu telah terhidrolisis sempurna menghasilkan glukosa (monosakarida).8 Dari

percobaan disimpilkan bahwa sampel merupakan polisakarida yang membentuk larutan biru.

8. Hidrolisis Oligosakarida

Sampel pada percobaan ini yaitu sukrosa. Dasar reaksi ini adalah jika diberi asam lalu dipanaskan akan terhidrolisis menjadi 2 molekul-molekul monosakarida. Fungsi masing-masing reagen yaitu HCl sebagai asam yang menghidrolisis disakarida dan Benedict untuk mendeteksi apakah disakarida sudah terhidrolisis atau belum. Penambahan HCl akan mempengaruhi pH larutan, hal ini ditunjukkan dengan perubahan warna. Pada tabung A yang tidak dipanaskan, warna larutan bening yang berarti tidak terjadi hidrolisis sukrosa. Pada tabung B terlihat hasil reaksi positif karena dilakukan pemanasan sehingga terjadi pemutusan ikatan antara fruktosa dan glukosa, glukosa bereaksi positif dengan benedict karena mempunyai gugus karbonil bebas.

Hidrolisis sukrosa menghasilkan glukosa dan fruktosa

C12H22O11 + H2O → 2C6H12O6 + 2C6H12O6

Sukrosa glukosa fruktosa

9. Tes Selliwanorf

Tes selliwanorf Merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus keton atau disebut juga ketosa

(26)

Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya. Namun pada percobaan dihasilkan larutan dengan warna kuning keemasan.

G. SIMPULAN

Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa ini bila dihidrolisa. Secara umum terdapat tiga macam karbohidrat berdasarkan hasil hidrolisisnya, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Didalam dunia hayati, kita dapat mengenal berbagai jenis karbohidrat, baik yang berfungsi sebagai pembangun struktur maupun yang berperan fungsional dalam proses metabolisme. Berbagai uji telah dikembangkan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap keberadaan karbohidrat, mulai dari yang membedakan jenis-jenis karbohidrat dari yang lain sampai pada yang mampu membedakan jenis-jenis karbohidrat secara spesifik. Uji reaksi tersebut meliputi Molisch, Fehling, Benedict, Tollens, Uji Asam Pikrat, Uji terhadap Amilum, Hidrolisis Polisakarida dan Oligosakarida serta Tes Selliwanorf.

H. DAFTAR PUSTAKA

Amirudin. 1978. Kamus Kimia organic. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm.166

Fressenden Ralph J & Joan S. Fressenden. 1997. Dasar-dasar Kimia Organi. Jakarta: Binarupa Aksara. hlm. 608

Hawab, H.M. 2004. Pengantar Biokimia.Malang: Banyumedia Publishing. hlm. 110

(27)

Sasrtrohamidjojo Hardjono. 2005. Kimia Organik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. hlm 47

Wilbraham, Antony C dan Michael S. Matta. 1992. Introduction to Organic and Biological Chemistry. Penerbit ITB. hlm. 122

http://yuleedhys91.blogspot.com/2012/02/uji-karbohidrat.html (diakses: minggu, 4 mei 2014: 11.09)

Semarang, 05 Mei 2014 Mengetahui,

Dosen Pengampu Praktikan

(28)

LAMPIRAN

(29)

(30)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengamatan diperoleh hasil yaitu: pada uji Lucas sampel 1,2 dan 3 adalah alkohol primer; pada uji Asam kromat sampel 1 adalah alkohol primer, sampel 2 adalah alkohol

Telah dilakukan percobaan yang bertujuan untuk mensintesis aspirin dari asam salisilat, Asam asetil salisilat atau aspirin dibuat dari sintesis dengan mereaksikan asam salisilat

Sedangkan reaksi dengan methanol akan menghasilkan metil salisilat Uji terhadap asam salisilat, ”my aspirin”, dan aspirin komersil digunakan untuk menguji kemurnian aspirin,

Prinsip uji ninhidrin adalah menguji ada atau tidaknya protein dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen ninhidrin untuk mengetahui jumlah kadar asam amino bebas yang terkandung

c) Uji benedict hasil positif didapat pada sampel larutan jagung, dedak, fruktosa, glukosa, dan maltosa karena mengandung gula preduksi dan sebagai gula

Percobaan tersebut antara lain Uji Molisch untuk mengetahui kandungan karbohidrat secara kuantitatif, Uji Benedict untuk menentukan gula yang mengandung

dari gugus karboksilat (dalam Asam Asetat Glasial) akan lepas dan OH dari alkohol (dalam Butanol) juga akan lepas membentuk senyawa H 2 O, sehingga terbentuk COO -. dari

Sifat Kimia Asam Asetat Banyak senyawa kimia berguna lain yang terbuat dari asam asetat sebagai salah satu bahan utamanya diantaranya etil asetat yang banyak dipakai sebagai pelarut