LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KARBOHIDRAT
Oleh: Kelas: E Kelompok: 5
Tio Ruby Anggara 200110150136 Fadhli Rohman 200110150137 Faisal Muhamad Rizal 200110150138 Fauzan Aufarrahman 200110150139 Geraldo Fidelis Sipayung 200110150140
LABORATORIUM FISIOLOGI DAN BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG
I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang banyak dijumpai di alam, merupakan polihidroksi aldehida atau polihidraksi keton yang mengandung unsur-unsur karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O) dengan rumus empiris total (CH2O)n.
Karbohidrat dibagi dalam 3 golongan :
1. Monosakarida, contoh: glukosa, fruktosa, manosa, arabinosa 2. Oligosakarida,contoh: sukrosa,laktosa,maltose
3. Polisakarida,contoh: selullosa,amilum
Pada umumnya karbohidrat berbentuk kristal putih, larut sedikit dalam pelarut organik, tetapi larut sempurna dalam air , kecuali beberapa polisakarida. Karbohidrat mempunyai beberapa sifat penting yakni dapat beroksidasi, bereduksi, berkondensasi, serta dapat membentuk ikatan glikosida.
Semua jenis karbohidrat, baik monosakarida, disakarida, maupun polisakarida akan membentuk cincin berwarna merah-ungu bila larutannya dicampur dengan beberapa tetes larutan alpha-naftol dalam alkohol dan ditambahkan asam sulfat pekat, melalui dinding tabung yang dimiringkan . Sifat ini dipakai sebagai dasar uji kualitatif adanya karbohidrat dalam suatu bahan dan dikenal dengan uji Molisch, yang merupakan uji umum untuk karbohidrat.
Berbagai uji kualitatif dapat dilaksanakan untuk menentukan kehadiran karbohidrat antara lain : Uji Iodium, Uji Molisch, Uji Reduksi, Uji Benedict, Uji Seliwanof, Uji Barfoed, Uji Tauber, Uji Osazon, Hidrolisa Polisakarida dan Uji Bial.
1.2 Maksud dan Tujuan
Mengetahui kehadiran karbohidrat dengan uji kualitatif, Uji Iodium, Uji Molisch, Uji Benedict, Uji Barfoed, dan Hidrolisis Polisakarida.
1.3 Waktu dan Tempat
Hari/tanggal :Selasa, 15 dan 22 Maret 2016 Waktu :07.30 s.d 09.30 WIB
Tempat :Laboraturium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.
II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karbohidrat
Karbohidrat berasal dari pengertian atom karbon yang terhidrasi dengan rumus (CH2O)n. Tetapi pengertian ini sebenarnya sudah tidak tepat lagi karena banyak senyawa karbohidrat yang tidak mengandung atom hidrogen dan oksigen dengan perbandingan 2:1, misalnya gula deoksiribosa yang mempunyai rumus C5H10O4. Disamping itu banyak pula karbohidrat yang mengandung atom lain seperti nitrogen, sulfur dan lain-lain yang menunjukkan tidak sesuainya dengan rumus karbohidrat tersebut. Walaupun demikian, nama karbohidrat ini sampai sekarang masih terus dipergunakan (Girindra, 1990).
Karbohidrat tersebar luas di dalam tumbuhan dan hewan. Dalam tumbuhan, glukosa disintesis dari karbondioksida serta air melalui fotosintesis dan disimpan sebagai pati atau diubah menjadi selulosa yang merupakan kerangka tumbuhan. Hewan dapat mensintesis sebagian karbohidrat dari lemak dan protein, tetapi jumlah terbesar karbohidrat dalam jaringan tubuh hewan berasal dari tumbuhan (Iswari & Yuniastuti, 2006).
Bersama-sama dengan lemak dan protein, karbohidrat memegang peranan dasar bagi kehidupan di bumi ini. Bukan hanya sebagai sumber energi utama bagi makhluk hidup, tetapi juga sebagai senyawa yang menyimpan energi kimia. Pada hewan atau manusia energi disimpan sebagai glikogen dan pada tanaman sebagai pati. Di samping kedua senyawa tersebut, ada pula karbohidrat pembentuk struktur, misalnya selulosa berperanan sebagai komponen utama dinding sel tumbuhan, dan peptidoglikan yang terdapat di dinding sel bakteri. Selain terdapat pada dinding sel bakteri dan tumbuhan, polisakarida juga banyak terdapat pada dinging sel binatang. Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk di dunia khususnya bagi penduduk negara yang sedang berkembang walaupun jumlah kalori yang didapat dihasilkan oleh 1 gram (g) karbohidrat hanya 4 kalori (kal) dibanding lemak. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa,
warna, tekstur, dan lain-lain. Di alam, karbohidrat merupakan hasil sintesa CO2 dan H2O dengan pertolongan sinar matahari dan hijau daun (chlorophyll). Hasil fotosintesa ini kemudian mengalami polimerisasi menjadi pati dan senyawa-senyawa bermolekul besar lain yang menjadi cadangan makanan pada tanaman. Organisme yang dapat mensintesa biomolekuluntuk keperluan hidupnya dari bahan-bahan anorganik (misalnya CO2 dan H2O) disebut organisme autotroph. Sedangkan mikroorganisme pada umumnya, hewan dan manusia yang hanya dapat mempergunakan hasil sintesa organisme autotroph untuk keperluan hidupnya disebut organisme heterotroph (Sudarmadji, 1989).
Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan lignin. Polisakarida seperti pati, banyak terdapat dalam serealia dan umbi-umbian. Sumber karbohidrat utama bagi bahan makanan kita adalaah serealia dan umbi-umbian. Misalanya kandungan pati dalam beras = 78,3%, jagung = 72,4%, singkong = 34,6%, dan talas = 40% (Budianto, 2009).
2.2 Uji Karbohidrat yang Diujikan 2.2.1 Reagen Molisch
Adapun komposisi dari regen molisch adalah larutan 10 g α-naftol di dalam 100 ml 95% etil alkohol. Diluar reagen molisch juga ada penambahan H2SO4 pekat. Alfa-naftol berfungsi sebagai indikator warna untuk memudahkan pengamatan, sedangkan H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida.
2.2.2 Reagen Benedict
Adapun komposisi dari regen benedict adalah 173 g kristal natrium sitrat dan 100 g natrium karbonat dalam 800 ml air hangat. Kemudian ditambahkan kupri sulfta yang telah dilarutkan dalam 100 ml air, diencerkan dengan penambahan air hingga 1 L. Reagen benedict digunakan untuk membuktikan adanya gula reduksi yang akan memberikan warna jingga kecoklatan pada respon positif.
2.2.3 Reagen Barfoed
Adapun komposisi dari reagen barfoed adalah 13,3 g kupri asetat yang telah dilarutkan dalam 200 ml air dan 1,8 ml asam asetat glasial. Larutan tersebut harus selalu dalam keadaan segar. Reagen barfoed digunakan untuk membedakan karbohidrat monosakarida dan disakarida. Bila karbohidrat tersebut termasuk monosakarida maka akan terbentuk endapan merah bata.
2.2.4 Reagen Iodine
Adapun komposisi dari reagen iodin adalah 0,127 g I2 dalam 100 ml air yang mengandung 3 g KI. Diluar dari reagen iodine juga diberikan penambahan berupa HCl encer. (tanya rea). Reagen benedict digunakan untuk membuktikan adanya polisakarida.
2.3 Klasifikasi Karbohidrat
Karbohirat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang mempunyai rumus molekul umum (CH2O)n. Yang pertama lebih dikenal sebagai golongan aldosa dan yang kedua adalah ketosa. Dari rumus umum dapat diketahui bahwa karbohidrat adaalah suatu polimer. Senyawa yang menyusunnya dalah monomer- monomer (Matorharsono, 1998).
Menurut Yazid dan Nursanti (2006) bahwa dari rumus umum karbohidrat, dapat diketahui bahwa senyawa ini adalah suatu polimer yang tersusun atas monomer-monomer. Berdasarkan monomer yang menyusunnya, karbohidrat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida. 2.3.1 Monosakarida
Karbohidrat paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat lain. Bentuk lain dibedakan kembali menurut jumlah atom C yang dimiliki dan sebagai aldosa dan ketosa. Monosakarida yang terpenting adalah glukosa, galaktosa, dan fruktosa (Yazid & nursanti, 2006).
Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan
cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain. Tiga senyawa gula yang penting dalam monosakarida adalah glukosa, fruktosa dan galaktosa.
2.3.2 Disakarida
Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikan satu dengan yang lain, membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang paling banyak terdapat dalam alam ialah disakarida (Poedjiadi & Supriyanti, 2009). Disakarida merupakan karbohidrat yang pada hidrolisis menghasilkan 2 molekul monosakarida yang sama atau berlainan, misalnya sukrosa, maltosa dan laktosa.
Karbohidrat yang tersusun dari dua sampai sepuluh satuan monosakarida. Oligosakarida yang umum adalah disakarida, yang terdiri atas dua satuan monosakarida dan dapat dihidrolisis menjadi monosakarida. Contoh: sukrosa, maltosa, dan laktosa (Yazid & Nursanti, 2006).
2.3.3 Polisakarida
Karbohidrat yang tersusun dari sepuluh satuan monosakarida dan dapat berantai lurus atau bercabang. Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim tertentu yang kerjanya spesifik. Hidrolisis sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida dan dapat digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida. Contoh: amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa.
III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA 3.1 Uji Molisch
3.1.1 Alat dan Bahan a) Tabung Reaksi
b) Pereaksi Molisch dan larutan H2SO4 pekat c) Larutan Sampel
d) Pipet Tetes 3.1.2 Prosedur Kerja
a) Sediakan beberapa tabung reaksi kering dan bersih,
b) Isi se buah tabung dengan 1 mL glukosa 1% + 5 tetes pereaksi Molisch. c) Tambahkan perlahan-lahan melalui dinding tabung sebanyak 3 mL H2SO4
pekat (posisi tabung dimiringkan).
d) Perhatikan warna yang terbentuk pada batas kedua cairan.
e) Cincin Warna ungu kemerah-merahan yang terjadi menandakan reaksi positif.
f) Ulangi percobaan di atas dengan menggunakan sampel yang tersedia. g) Bandingkan hasil reaksi dari masing-masing conto. Catat dan terangkan
hasilnya!
h) Buat kesimpulan dari percobaan tersebut di atas. 3.2 Uji Iodium
3.2.1 Alat dan Bahan a) Plat tetes
b) Pipet
c) Larutan sampel
d) Pereaksi (larutan Iodium encer). 3.2.2 Prosedur Kerja
a) Sediakan plat tetes, isi dengan 1 tetes larutan amilum. b) Tambahkan 1 tetes larutan Iodium encer.
c) Perhatikan warna biru yang terjadi.
d) Ulangi percobaan ini dengan menggunakan larutan sampel lain. 3.3 Uji Benedict
3.3.1 Alat dan Bahan a) Tabung reaksi
b) Larutan contoh: sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa dan arabinosa masing-masing dalam larutan 1%.
c) Pereaksi Benedict d) Alat penangas air e) Pipet tetes
f) Penjepit tabung g) Pengatur waktu 3.3.2 Prosedur Kerja
a) Sediakan tabung reaksi, bersih dan kering.
b) Isi dengan 3 mL larutan Benedict + 3 - 5 tetes glukosa 1%.
c) Campur baik-baik dan panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau dipanaskan langsung di atas api bunsen sampai mendidih. d) Dinginkan dan amati warna yang terjadi dari mulai hijau, hijau kuning,
kuning merah hingga merah bata. Perubahan warna ini memberikan cara semi kuantitatif adanya sejumlah gula yang mereduksi.
e) Ulangi percobaan di atas dengan menggunakan sampel yang tersedia. f) Bila percobaan di atas positif, lakukan pengenceran conto 10 kali. Bila
dengan conto yang diencerkan masih juga positif, lakukan pengenceran conto 100 kali dan seterusnya sampai diperoleh hasil percobaan yang negatif.
g) Bandingkan tabung (a) terhadap (b), catat hasilnya dan terangkan proses kimia yang terjadi!
3.4 Uji Barfoed
3.4.1 Alat dan Bahan a) Tabung reaksi
b) Larutan sampel: Sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa dan masing-masing berkonsentrasi 1%
c) Pereaksi Barfoed d) Alat penangas
e) Pengatur waktu (Timer) f) Penjepit tabung
g) Pipet tetes. 3.4.2 Prosedur Kerja
a) Sediakan tabung reaksi bersih dan kering.
b) Isi dengan 1mL pereaksi Barfoed + 5 tetes glukosa 1%.
c) Panaskan dalam penangas air mendidih selama 3 menit dan idinginkan dalam air mengalir (kran) selama 2 menit.
d) Tambahkan pada tabung 1mL pereaksi warna phospomolibdat sambil dikocok perlahan.
e) Perubahan warna dari hijau kekuning-kuningan menjadi biru tua menunjukkan hasil yang positif adanya monosakarida, catat hasilnya. f) Ulangi percobaan tersebut di atas dengan menggunakan sampel yang
tersedia ( larutan jagung dan dedak), catat hasilnya.
g) Bandingkan hasil reaksi dari masing-masing sampel dan terangkan reaksinya.
3.5 Hidrolisis Polisakarida 3.5.1 Alat dan Bahan
a) Tabung reaksi
b) Larutan sampel (dedak, amilum dan jagung) c) HCl 10%
e) Plat tetes
f) Pereaksi untuk Uji Barfoed dam Uji Benedict g) Larutan Na2 SO3 KH.
3.5.2 Prosedur Kerja
a) Siapkan 3 tabung reaksi bersih dan kering.
b) Masukkan 10 mL larutan sampel (dedak, amilum, dan jagung) ke dalam masing masing tabung + 1 mL HCL 10%.
c) Panaskan dalam penangas air mendidih.
d) Lakukan Uji Iodium setiap 3 menit dengan cara mengambil setetes hidrolisat kedalam plat tetes dan tambahkan setetes Iodium encer.
e) Ulangi Uji ini setiap 3 menit sampai warna Iodium tidak berubah /tetap kuning, reaksi negatife.
f) Dinginkan hidrolisat dan netralkan dengan larutan Na2SO3KH beberapa tetes atau larutan NaOH 2% dengan menggunakan lakmus sebagai indikator.
g) Larutan dibagi 2, yang satu dilakukan uji Benedict dan yang lain dilakukan uji Barfoed, amati hasilnya!
IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN d.1 Hasil Percobaan
d.1.1 Uji Molisch
Sampel Hasil Warna yang terbentuk
Lar. Jagung + (Mengandung karbohidrat)
Cincin berwarna ungu
Lar. Dedak + (Mengandung karbohidrat)
Cincin berwarna ungu
Amilum + Cincin berwarna ungu
Sukrosa + Cincin berwarna ungu
Fruktosa + Cincin berwarna ungu
Glukosa + Cincin berwarna ungu
Maltosa + Cincin berwarna ungu
Keterangan: (+) Termasuk Karbohidrat (- ) Bukan Karbohidrat
d.1.1.1 Gambar Hasil Percobaan Uji Molisch
Sampel Hasil Warna yang terbentuk Lar. Jagung + (Mengandung pati/
amilum)
Terdapat warna ungu
Lar. Dedak + (Mengandung pati/ amilum)
Terdapat warna ungu Amilum + (Termasuk
Polisakarida)
Terdapat warna ungu
Sukrosa - Bening
Fruktosa - Bening
Glukosa - Bening
Maltosa - Bening
Keterangan: (+) Termasuk Polisakarida (-) Bukan Polisakarida
d.1.2.1 Gambar Hasil Percobaan Uji Iodium
d.1.3 Uji Benedict
Sampel Hasil Warna yang terbentuk
Preduksi) Lar. Dedak + (Mengandung Gula
Preduksi)
Kuning Kemerahan
Amilum - Biru
Sukrosa - Biru
Fruktosa + (Sebagai Gula Preduksi) Coklat ke merah bata Glukosa + (Sebagai Gula Preduksi) Merah Bata
Maltosa + (Sebagai Gula Preduksi) Coklat kehijauan Keterangan: (+) Termasuk Gula Pereduksi
(- ) Bukan Gula Pereduksi
d.1.3.1 Gambar Hasil Percobaan Uji Benedict
d.1.4 Uji Barfoed
No Larutan Uji Reaksi (+/-)Hasil pengamatanWarna
1 Lar. Jagung - Biru Muda
2 Lar. Dedak - Biru Muda
3 Amilum
-Biru Muda
5 Fruktosa + (Endapan
Merah Bata) Biru
6 Glukosa + (Endapan
Merah Bata) Biru
7 Maltosa - Biru Muda
Keterangan : (+) Terhidrolisis Menjadi Monosakarida (- ) Tidak Terhidrolisis Menjadi Monosakarida d.1.4.1 Gambar Hasil Percobaan Uji Badfoed
d.1.5 Hidrolisis Polisakarida
Hasil Pengamatan Uji Iodium Waktu
(Menit)
Uji 1 ( Jagung) Uji 2 ( Dedak) Uji 3 (Amilum) Reaksi (+/-) Warna Reaksi (+/-) Warna Reaksi (+/-) Warna
3 + Biru + Kebiruan + Biru
6 + Biru + Kebiruan + Biru
9 + Kebiruan + Kebiruan + Biru
12 + Kebiruan + Kebiruan + Biru
15 + Kebiruan + Kebiruan + Biru
21 - Bening + Kebiruan
24 + Bening
30
Keterangan : (+) belum terhidrolisis (- ) sudah terhidrolisis
Gambar Hasil Pengamatan Uji Iodium
Hasil Uji Barfoed
No Larutan Uji Hasil pengamatan
Reaksi (+/-) Warna
1 Jagung - Biru muda
2 Dedak - Biru muda
3 Amilum - Biru muda
Keterangan : (+) Terhidrolisis Menjadi Monosakarida (- ) Tidak Terhidrolisis Menjadi Monosakarida Gambar Hasil Pengamatan Uji Barfoed
Hasil Uji Benedict
No Larutan Uji Hasil pengamatan
Reaksi (+/-) Warna
1 Jagung + Hijau
2 Dedak + Kuning Kemerahan
3 Amilum - Biru Tosca
d.2 Pembahasan
Uji molisch dilakukan untuk membuktikan karbohidrat secara kualitatif. Pada uji tersebut digunakan tujuh sampel yakni larutan karbohidrat 1% jenis glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa, amilum, larutan jagung dan larutan dedak. Awalnya larutan karbohidrat tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berbeda-beda dan masing-masing kemudian ditetesi dengan pereaksi molisch. Selanjutnya diberikan larutan asam sulfat pekat melalui dinding tabung secara perlahan. Pemberian larutan H2SO4 pekat tersebut bertujuan agar polisakarida terurai menjadi monosakarida sehingga dengan demikian mempercepat terjadinya respon berupa perubahan warna (terbentuk cincin) pada sampel-sampel yang diujikan. Selain itu, pemberian H2SO4 pekat melalui dinding tabung pekat secara perlahan bertujuan untuk menghindari terjadinya eksplosif atau ledakan. Dalam
tabel hasil pengamatan dapat diamati bahwa seluruh tabung reaksi yang diisi sampel semuanya terdapat cincin yang semuanya berwarna ungu.
Uji iodium dengan prinsip bahwa iodium dengan pati(amilosa) dapat membentuk suatu ikatan kompleks yang berwarna biru. Reaksi uji iodiu sebagai berikut:
Karbohidrat (polisakarida) + I2 → warna spesifik.
Pati terdiri atas dua jenis, yang dibedakan berdasarkan reaksinya terhadap iodium, yaitu amilosa berwarna biru, sedangkan amilopektin bewarna kemerahan. (Hartati 2003). Serta, Amilosa memiliki struktrur lurus yang dominan dengan ikatan (1,4)-D-glukosa, sedangkan amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan α-(1,6)-D-glukosa (Winarno 2008).
Menurut Hawab (2003), larutan pati atau glikogen yang struktur makromolekulnya berbentuk heliks dengan larutan iodium akan berwarna merah, biru sampai dengan biru tua. Ada teori yang mengatakan bahwa larutan akan berwarna merah, biru sampai biru tua disebabkan molekul iod terperangkap dalam heliks rantai polimer karbohidrat.
Berdasarkan penguraian diatas dan dibandingkan dengan hasil yang telah didapatkan dari hasil percobaan Sukrosa, Fruktosa, Glukosa, Maltosa berwarna bening (tidak termasuk polisakarida atau reaksi negatif), sedangkan amilum, jagung, dan dedak terdapat warna biru (termasuk polisakarida atau reaksi positif).
Uji benedict adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan CuCo3 pada larutan natrium karbonat (reagen benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan benedict (Zulfikar A, 2010).
Hasil berwarna biru pada larutan menunjukkan reaksi negatif (tidak adanya gula pereduksi), sedangkan reaksi positif dengan adanya warna hijau kebiruan, hijau, kuning, dan endapan merah bata.
Dari hasil percobaan sampel amilum dan sukrosa berwarna biru hal tersebut menunjukkan bahwa sampel tersebut menunjukkan tidak adanya gula pereduksi. Sementara sampel larutan jagung, larutan dedak, fruktosa, glukosa dan maltosa menunjukkan warna masing-masing hijau, kuning kemerahan, coklat kemerahan, merah bata, dan coklat kehijauan. Hal tersebut menjadikan sampel larutan jagung, larutan dedak, fruktosa, glukosa dan maltosa positif mengandung gula pereduksi.
Uji barfoed dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara monosakarida dan disakarida. Jika terbentuk endapan merah bata maka, larutan uji tersebut tergolong larutan karbohidrat monosakarida. Sama halnya dengan uji molisch, uji barfoed juga menggunakan enam sampel larutan karbohidrat 1%. Dari hasil pengamatan, diperoleh bahwa larutan karbohidrat yang membentuk endapan merah kecoklatan adalah fruktosa dan gluksosa dan berwarna biru. Sedangkan yang tidak membentuk endapan adalah larutan jagung, larutan dedak, amilum, sukrosa dan maltosa. reagen barfoed bersifat asam lemah dan hanya direduksi oleh monosakarida.
Hidrolisis polisakarida menggunakan HCl 10%. Dalam hidrolisis polisakarida, pati akan mengalami proses pemutusan rantai oleh enzim atau asam selama pemanasan menjadi molekul – molekul yang lebih kecil. Ada beberapa tingkatan dalam reaksi hidrolisis tersebut. Mula-mula pati pecah menjadi unit rantai glukosa yang lebih pendek (6-10 molekul) yang disebut dekstrin. Dekstrin kemudian pecah lagi menjadi maltose yang kemudian pecah lagi menjadi glukosa. Pada uji ini diuji juga sukrosa yang telah dihidrolisis sebelumnya dengan HCl 10% kemudian dipanaskan selama 30 menit.
Pada percobaan ini juga dilakukan uji iodium. Pada uji iodium ini dimaksudkan untuk menentukan titik akromatik. Titik akromatik adalah titik dimana pati tersebut menunjukan warna yang lebih pudar saat dilakukan penetesan iodine yang menandakan bahwa pati tersebut telah terhidrolisis secara sempurna menjadi unit yang lebih kecil yaitu glukosa. Jadi uji iodium ini dilakukan agar dapat diketahui bahwa polisakarida telah terhidrolisis.
Hasil yang didapat pada uji iodium ini adalah amilum terhidrolisis pada menit ke 18, jagung pada menit ke 21, dan dedak pada menit ke 24. Kemudian hasil hidrolisis (amilum, dedak, jagung) tersebut dilakukan penetralan dengan NaOH 2% yang dilakukan untuk menetralkan HCl yang ditambahkan pada proses pemutusan rantai (hidrolisis). Digunakan kertas lakmus sebagai indicator, apabila lakmus biru tetap biru maka tandanya larutan sudah tidak bersifat asam. Hidrolisat dinetralkan agar pHnya sesuai ketika akan diuji dengan pereaksi benedict.
Pada uji benedict ini dilakukan untuk menegaskan bahwa polisakarida telah terhidrolisis sampai menjadi disakarida, sedangkan sukrosa telah terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Hasil yang didapat adalah positif untuk sampel larutan jagung dan dedak. Dapat disimpulkan sementara bahwa sampel larutan jagung, dedak telah terhidrolisis menjadi disakarida.
Uji berikutnya dalam rangkaian hidrolisis polisakarida adalah uji barfoed, uji barfoed adalah uji untuk mengetahui keberadaan monosakarida. Uji ini dilakukan sebagai penegasan lebih dalam apakah sampel amilum, jagung, dan dedak terhidrolisis sampai menjadi monosakaridanya. Hasil uji barfoed adalah negatif untuk semua sampel. Hidrolisat amilum, jagung, dedak, dan menghasilkan warna biru muda. Hasil ini menunjukkan bahwa sampel amilum, jagung, dan dedak tidak terhidrolisis hingga menjadi monosakaridanya.
KESIMPULAN
Hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
a) Pada uji molisch larutan jagung, dedak, amilum, sukrosa, fruktosa, glukosa, dan maltosan hasilnya positif karena semua sampel tersebut terdapat cincin berwarna ungu.
b) Pada uji iodium larutan jagung, dedak, dan amilum hasilnya positif berwarna ungu karena ketiga sampel tersebut tergantung polisakarida.
c) Uji benedict hasil positif didapat pada sampel larutan jagung, dedak, fruktosa, glukosa, dan maltosa karena mengandung gula preduksi dan sebagai gula pereduksi. Sementara amilum dan sukrosa bukan termasuk gula preduksi karena berwarna biru.
d) Uji barfoed hasilnya sampel fruktosa dan glukosa terdapat endapan merah bata hal tersebut enunjukan bahwa reaksinya adalah positif.
e) Pada hasil uji hidrolisis polisakarida larutan uji (jagung, dedak, amilum) hanya terhidrolisis menjadi disakarida, dan semua sampel larutan jagung, dedak dan amilum tidak terhidrosis menjadi monosakarida.
DAFTAR PUSTAKA
A Ramdhan. 2015. Karbohidrat. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
46684/4/Chapter%20II.pdf. (Diakses pada hari Minggu 27 Maret 2016 pukul 07:00 WIB).
Lehninger, Albert . 1988. Dasar – DasarBiokimiaJilid I. Erlangga: Jakarta.
Louise Emy Violetta. 2013. Laporan Praktikum Karbohidrat. https://www.scribd. com/doc/185681352/Laporan-Praktikum-Karbohidrat. (Diakses pada hari Minggu 27 Maret 2016 pukul 10:00 WIB)
Sumardjo, Darmin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Kedokteran EGC: Jakarta