• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Kimia Organik Karbohid (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Kimia Organik Karbohid (1)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN A. Judul

Karbohidrat B. Tujuan

Mengenali beberapa sifat monosakarida, disakarida, dan polisakarida

II. TINJAUAN PUSTAKA

(2)

Karbohidrat didefinisikan secara umum sebagai senyawa dengan rumus molekul Cm(H2O)n. Namun, kata karbohidrat umumnya digunakan dalam pengertian lebih terbatas untuk menunjukkan zat yang terdiri atas polihidroksi aldehid dan keton serta turunannya (Pine, 1988).

Nama karbohidrat dikemukakan pertama kali oleh para ahli kimia Perancis. Nama tersebut diberikan untuk golongan senyawa-senyawa organik yang tersusun atas unsur karbon, hidrogen, dan oksigen; dalam senyawa-senyawa ini, dua unsur yang terakhir mempunyai perbandingan 2:1, seperti perbandingan hidrogen dan oksigen pada air. Mereka menganggap senyawa-senyawa ini merupakan hidrat dari karbon yang mempunyai rumus perbandingan Cn(H2O)m ; n = m atau kelipatan urutan bilangan bulat seterusnya. Akhirnya, pada tahun 1880-an disadari bahwa anggapan “hidrat dari karbon” merupakan anggapan yang keliru, dan karbohidrat sebenarnya adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton atau turunan dari keduanya. (Sumardjo, 2009).

Menurut Risnoyatiningsih (2008), karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi manusia selain protein dan lemak. Karbohidrat yang mempunyai rumus empiris (CH2O)n ini juga mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya pemecahan-pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein.

Karbohidrat merupakan makromolekul yang paling banyak ditemukan di alam dengan rumus umum Cn(H2O)n dan banyak terdapat pada tumbuh-tubuhan yang berwarna hijau melalui proses yang disebut dengan photosinethesa dengan menggunaka bantuan energi matahari. Karbohidrat terbentuk pada proses fotosintesis dengan bantuan energi matahari, dengan reaksi kimia :

(3)

Menurut James dkk. (2008), karbohidrat hanya mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen. Dinamakan karbohidrat karena rasio hidrogen terhadap oksigen adalah 2:1, yang sama dengan rasio pada air. Kata sakarida berarti gula, dan nama gula mempunyai akhiran –osa. Semua karbohidrat mengandung gugus fungsional hidroksil –OH yang termasuk kelompok alkohol. Dulu karbohidrat disebut gula alkohol.

Karbohidrat dibagi menjadi beberapa klas atau golongan sesuai dengan sifat-sifatnya terhadap zat-zat penghidrolisis. Karbohidrat atau gula dibagi menjadi empat golongan yaitu :

1. Gula yang sederhana atau monosakarida, kebanyakan adalah senyawa-senyawa yang mengandung lima dan enam atom karbon. Karbohidrat yang mengandung 6 karbon disebut heksosa. Gula yang mengandung 5 karbon disebut pentosa. Kebanyakan gula sederhana adalah merupakan polihidroksi aldehida yang disebut aldosa dan polihidroksi keton disebut ketosa.

2. Oligosakarida, senyawa berisi dua atau lebih gula sederhana yang dihubungkan oleh pembentukan asetal antara gugus aldehida dan gugus keton dengan gugus hidroksil. Bila dua gula digabungkan diperoleh disakarida, bila tiga diperoleh trisakarida dan seerusnya ikatan penggabungan bersama-sama gula ini disebut ikatan glikosida. 3. Polisakarida, di mana di dalamnya terikat lebih dari satu gula

sederhana yang dihubungkan dalam ikatan glikosida. Polisakarida meliputi pati, sellulosa dan dekstrin.

4. Glikosida, dibedakan dari oligo dan polisakarida yaitu oleh kenyataan bahwa mereka mengandung molekul bukan gula yang dihubungkan dengan gula oleh ikatan glikosida (Sastrohamidjojo, 2005).

(4)

Monosakarida merupakan gula sederhana. Monosakarida terdapat dalam bentuk ‘rantai terbuka’ dan bentuk cincin. Kedua bentuk ini dengan mudah saling bertukar bentuk. Di dalam larutan bentuk ‘rantai terbuka’ menutup dan membentuk struktur cincin yang lebih stabil (James dkk., 2008).

Hanya ada tiga monosakarida yang sering terdapat dalam makanan. Monosakarida tersebut adalah glukosa (gula darah atau dekstrosa), fruktosa (gula buah), dan galaktosa. Ketiganya memiliki rumus molekul C6H12O6 dan disebut juga heksosa karena memiliki enam atom karbon. Monosakarida dengan lima atom karbon disebut pentosa, contohnya ribosa dan deoksiribosa. Fruktosa, galaktosa, dan glukosa merupakan isomer- memiliki rumus molekul yang sama tetapi rumus strukturnya berbeda. Jadi ketiganya memiliki sifat kimiawi yang berbeda (James dkk, 2008).

Menurut Marks dkk. (2000), suatu monosakarida, unit gula yang paling kecil, dapat digambarkan sebagai suatu rantai lurus dari atom-atom karbon, yang salah satunya membentuk sebuah gugus karbonil melalui ikatan rangkap dengan oksigen. Karbon lain pada monosakarida biasanya mengandung gugus hidroksil. Apabila gugus karbonilnya adalah suatu aldehida, gula tersebut diberi nama aldosa. Gula dengan sebuah gugus keton disebut ketosa. Pada monosakarida yang paling sering dijumpai, jumlah karbon berkisar dari 3 (disebut triosa) sampai 7 (heptosa). Gula dengan karbon berjumlah 4, 5, 6 masing-masing disebut tetrosa, pentosa, dan heksosa. Menurut James dkk. (2008), semua monosakarida merupakan gula pereduksi karena mudah bereaksi dengan reagen seperti larutan Benedict dan Fehling. Monosakarida akan mereduksi larutan reagen yang berwarna biru menjadi merah bata.

(5)

ketotetrosa; lima atom karbon disebut ketopentosa; enam atom karbon disebut ketoheksosa; tujuh atom karbon disebut ketoheptosa; dan seterusnya.

Monosakarida biasanya memiliki tiga sampai sembilan atom karbon, berdasarkan jumlah atom karbon penyusunnya, monosakarida dibedkan atas triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, heptosa, oktosa, dan nonosa. Monosakarida yang paling banyak ditemukan di alam adalah pentosa dan heksosa. Meskipun demikian, triosa, bebrapa tetrosa, dan beberapa heptosa juga berperanan penting dalam metabolisme hewan, manusia, dna tanaman (Sumardjo, 2009).

Menurut Sumardjo (2009), oligosakarida tersusun atas sedikit “oligos” satuan atau unit monosakarida. Unit-unit penyusun oligosakarida dapat sama, tetapi dapat juga berbeda dan umumnya tersusun atas 2-6 satuan monosakarida. Oligosakarida berupa zat padat berbentuk kristal yang dapat larut dalam air. Oligosakarida yang terdapat di alam adalah disakarida, trisakarida, dan tetrasakarida.

Oligosakarida merupakan polimer dari 2-10 monosakarida. Biasanya bersifat larut dalam air. Oligoskarida yang terdiri dari 2 molekul monosakarida disebut disakarida. Contoh paling umum disakarida adalah sukrosa. Oligosakarida dapat diperoleh dari hasil hidrolisis polisakarida dengan bantuan enzim tertentu atau hidrolisis dengan asam (Risnoyatiningsih, 2008).

Menurut Kuchel dan Ralston (2006), polisakarida adalah polimer yang tersusun atas sejumlah besar monosakarida yang bertautan melalui ikatan glikosidik. Fungsi utamanya adalah sebagai komponen struktural atau sebagai bentuk penyimpanan energi. Polisakarida merupakan karbohidrat yang tersusun lebih dari sepuluh satuan monosakarida dan dapat berantai lurus atau bercabang. Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim tertentu yang kerjanya spesifik. Hidrolisis sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida dan dapat digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida. Contoh: amilum, dekstrin, glikogen, dan sellulosa (Riawan, 1990).

Menurut Untara (2014), glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen.

(6)

reduksinya. Sukrosa tidak mempunyai ujung pereduksi sehingga termasuk dalam gula non pereduksi (Fennema, 1996). Menurut Pontoh (2013), sukrosa merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan dan tumbuhan. Senyawa ini dalam jaringan tumbuhan tertentu seperti tebu dan bit disimpan sebagai cadangan makanan.

Menurut Stansfield, Colome, dan Cano (2003), glukosa adalah monosakarida berkarbon enam (heksosa) yang digunakan sebagai sumber dasar energi oleh kebanyakan sel heterotrofik. Glukosa meru[akan gula utama yang ditranspor pada sel-sel hewan. Menurut Marks dkk. (2000), glukosa merupakan pusat dari semua metabolise. Glukosa adalah bahan bakar universal bagi sel manusia dan merupakan sumber krbon untuk sintesis sebagian besar senyawa lainnya.

Gula fruktosa ditemukan dalam makanan sebagai gula bebas misalnya sebagai madu atau sebagai komponen disakarida sukrosa dalam buah atau permen. Fruktosa juga dapat disintesis dari glukosa melalui jalur poliol. Fruktosa dimetabolis melalui perubahan menjadi zat antara glikolisis (Marks dkk. 2000). Menurut Sumardjo (2009), fruktosa biasanya ditemukan pada berbagai bahan makanan seperti madu dan buah, dan merupakan gula darah penting berasama glukosa dan galaktosa. Fruktosa ini dapat menyebabkan kegemukan dan memiliki rumus struktur :

Menurut Makfoeld (2002), maltosa merupakan disakarida paling sederhana, kedua rantai glukosa dalam bentuk piranosa yang terdiri atas dua molekul glukosa yang dihubungkan dengan ikatan α (1-4) glikosidik. Maltosa adalah gula pereduksi karena memiliki gugus karbonil bebas yang dapat dioksidasi.

(7)

organik lain yang tersebar begitu luas sebagai kandungan tanaman seperti halnya pati. Dalam jumlah besar, pati dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penympanan sementara dari produk fotosintesis. Pati juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun dan umbi. Pati merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Sumardjo, 2009).

Menurut Marks dkk. (2000), uji fehling memiliki 2 pereaksi yang dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang memiliki sifat mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi fehling ini terdiri atas fehling A dan fehling B. Larutan fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan fehling B adalah larutan garam K Nartartat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah. Dalam rekasi ini, ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasan basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Reaksinya :

2 Cu+ + 2OH- Cu2O + H2O

(endapan)

Uji Iod pelarutnya adalah iodin. Iodin membentuk adsorpsi warna yang kompleks dengan polisakarida. Kanji akan menunjukan warna biru bila ditambah iodin. Sementara itu glikogen dan hidrolisa sebagian dari kanji akan bereaksi untuk membentuk warna merah kecoklatan. Iodin terdiri dari larutan iodin sebanyak 30 gr/l dan selulosa, glikogen, kanji, dan inulin sebanyak 10 gr/l (Plummer, 1982).

Menurut Poedjiadi (1994), uji molisch, pereaksinya terdiri atas larutan L-nafbal dalm alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa, kemudian secara hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas anatara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dengan L-naftol. Walaupun reaksi ini tidak spesifik untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis kualitatif karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu bukti bahwa tidak ada karbohidrat.

(8)

adalah NaOH. Selain ditambah NaOH juga dilakukan pemanasan. Hal ini dilakukan supaya reaksi yang terjadi lebih cepat agar dihasilkan warna.

Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil / OH oleh suatu senyawa. Di dalam larutan yang kondisinya asam, karbohidrat jenis polisakarida dan disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya sehingga terjadi kondensasi yang akhrinya membentuk kompleks warna tertentu (Riawan, 1990).

Menurut Plummer (1982), uji Luff adalah uji kimia kualitatif yang bertujuan menguji adanya gugus aldehid (-CHO). Komponen utama reagent Luff adalah CuO. Uji ini dilakukan dengan menambahkan reagen luff pada sampel, kemudian dipanaskan. Reaksi positif pada uji Luff ditandai dengan adanya endapan merah.

III. METODE A. Alat dan bahan

Alat : Bahan :

1. Tabung reaksi 1. Larutan sampel A (glukosa) 2. Rak tabung reaksi 2. Larutan sampel B (fruktosa) 3. Pipet tetes 3. Larutan sampel C (maltosa) 4. Pro pipet 4. Larutan sampel D (amilum) 5. Pipet ukur 5. Larutan sampel E (sukrosa)

6. Bunsen 6. Larutan Iod 0,1 N

7. Korek elektrik 7. Indikator phenolphtalein 8. Gelas beker 8. Reagen Luff

9. Penjepit tabung 9. Reagen Molisch 10. Mesin vortex 10. Larutan H2SO4 pekat

11. Larutan H2SO4 10% 12. Larutan NaOH 10% 13. Fehling A

14. Fehling B 15. Kertas label

B. Cara Kerja 1. Fehling test

(9)

masing-masing tabung reaksi sebanyak 2 ml. Kemudian ditambah Fehling A dan Fehling B masing-masing sebanyak 2 ml. Lalu larutan diteteskan larutan NaOH 10% sebanyak 2 tetes. Setelah itu larutan dipanaskan sampai mendidih. Perubahan warna pada larutan diamati.

2. Moore test

Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Kemudian larutan ditambahkan larutan NaOH 10% sebanyak 5 ml. Lalu larutan dipanaskan hingga mendidih. Setelah dipanaskan, perubahan warna pada larutan diamati. 3. Hidrolisa

Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Kemudian ditambah larutan H2SO4 10% sebanyak 1 ml. Larutan dipanaskan hingga mendidih lalu didinginkan. Setelah dingin, ditambah larutan NaOH 10% sebanyak 2 ml dan indikator PP sebanyak 2 tetes. Kemudian ditambah Fehling A dan Fehling B masing-masing sebanyak 2 ml. Lalu larutan dipanaskan hingga mendidih dan diamati perubahan warnanya.

4. Iod test

Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Kemudian ditambahkan larutan Iod sebanyak 5 tetes dan diamati perubahan warna pada larutan.

5. Molisch test

Masing-masing sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa dan amilum) yang telah disiapkan diambil dan dimasukan ke dalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Lalu ditambahkan reagen Molisch sebanyak 2 ml. Kemudian larutan divortex. Setelah itu, ditambahkan larutan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml dengan hati-hati melalui dinding tabung reaksi.

6. Luff test

(10)

masing-masing tabung reaksi sebanyak 5 ml. Kemudian ditambah reagen Luff sebanyak 2 ml. Lalu larutan dipanaskan hingga mendidih dan perubahan warna pada larutan diamati.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Setelah dilakukan percobaan, hasil Fehling test yang didapatkan sebagai berikut :

Sampel Warna

Warna Dipanaskan

+Fehling A+B

+NaOH

10% Endapan Warna

A

(Glukosa) Bening Biru tua Biru tua Ada Coklat (+) B

(Fruktosa) Bening Biru tua Biru tua Ada Coklat (+) C

(Maltosa) Bening Biru tua Biru tua Ada

Kuning kunyit (+) D

(Amilum)

Keruh

(putih) Biru tua Biru tua Ada Tidak ada (-) E

(11)

Setelah dilakukan percobaan, hasil Moore test yang didapatkan sebagai berikut :

Sampel Warna

Warna Dipanaskan

+NaOH 10% Endapan Warna

A

(Glukosa) Bening Bening

-Coklat kemerahan

(+)

B

(Fruktosa) Bening Bening

-Coklat kekuningan

(+)

C

(Maltosa) Bening Bening

-Coklat kekuningan

(+) D

(Amilum)

Keruh

(putih) Putih keruh

-Kuning bening (+) E

(Sukrosa) Bening Bening - Bening (-)

Setelah dilakukan percobaan, hasil Molisch test yang didapatkan sebagai berikut :

Sampel Warna Warna Ditambah H2SO4

(12)

awal cincin A

(Glukosa) Bening Putih keruh

-Putih keruh, cincin warna ungu didasar Terbentuk B

(Fruktosa) Bening Putih keruh

-Putih keruh, cincin warna ungu didasar Terbentuk C

(Maltosa) Bening Putih keruh

-Putih keruh, cincin warna ungu didasar Terbentuk D (Amilum) Keruh

(putih) Putih keruh - Putih keruh

-E

(Sukrosa) Bening Putih keruh

-Putih keruh, cincin warna ungu

didasar

terbentuk

Setelah dilakukan percobaan, hasil Luff test yang didapatkan sebagai berikut :

Sampel Warna

awal

Warna

Warna Akhir

A (Glukosa) Bening Biru Orange, ada endapan

B (Fruktosa) Bening Biru Hijau kecoklatan, ada endapan C (Maltosa) Bening Biru Jingga, ada endapan

D (Amilum) Putih

keruh Biru

(13)

Setelah dilakukan percobaan, hasil Iod test yang didapatkan sebagai berikut :

Setelah dilakukan percobaan, hasil uji hidrolisa yang didapatkan sebagai berikut :

Warna awal sampel

Warna Endapan Setelah

dipanaska n Awal hidrolisa + Fehlin g A + Fehling B + NaOH 10% Glukosa Bening Ungu

violet Hijau tua Orang e muda Orange muda Orange muda pada permukaan hingga tengah tabung. Ada Sampel Warna Awal Akhir

A (Glukosa) Bening

Orange tua pada permukaan tabung,

kuning pada dasar tabung

B (Fruktosa) Bening

Orange. Pada dasar tabung warna orange

lebih tua

C (Maltosa) Bening kuning

D (Amilum) Bening Ungu kehitaman

E (Sukrosa) Bening

Pada permukaan tabung berwarna orange. Pada dasar tabung berwarna

(14)

endapan orange pada

dasar tabung Fruktosa Bening Ungu

violet

Hijau tua

Orang e muda

Orange tua Coklat pada permukaan tabung, hijau pada tengah tabung, endapan orange tua di dasar tabung. Maltosa Bening Ungu

violet

Hijau tua

Orang e muda

Orange tua Coklat pada permukaan tabung, hijau tua pada tengah tabung, endapan orange tua di dasar tabung Amilum Bening Ungu

violet

Hijau tua

Orang e muda

(15)

muda pada dasar tabung Sukrosa Bening Ungu

violet

Hijau tua

Orang e muda

Orange muda

Merah bata di permukaan

tabung, hijau tua di

tengah tabung, endapan orange di

dasar tabung

B. Pembahasan

Menurut Rahayu (2009), karbohidrat merupakan polimer alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan terdiri atas unsur C,H,O dengan rumus molekul Cn(H2O)n dan berasal dari hidrat dan karbon, karena rumus molekulnya bermacam-macam tetapi tidak berarti semua karbohidrat dapat cocok dengan rumus Cn(H2O)n. Menurut Lehninger (1982), karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton. Nama karbohidrat ini berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari golongan ini mempunyai rumus empiris yang menunjukan bahwa senyawa tersebut adalah karbon dan hidrat dan memiliki nisbah karbon terhadap hidrogen dan terhadap O2 sebagai 1 : 2 : 1.

Pada percobaan ini, dalam menentukan karbohidrat digunakan 6 tipe pengujian yaitu :

1. Uji Fehling

(16)

Fehling B) pada masing-masing tabung dan kemudian dipanaskan, maka glukosa dan sukrosa akan menghasilkan endapan merah bata. Hal yang menyebabkan dihasilkannya endapan merah bata ini karena ini berasal dari Fehling yang memiliki ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan berwarna merah bata (Cu2O). Sedangkan pada sampel amilum yang diuji dengan pereaksi Fehling (Fehling A + Fehling B) dan kemudian dipanaskan larutan akan berwarna biru dengan sedikit endapan merah bata. Hal ini disebabkan karena amilum merupakan polisakarida yang tidak dapat bereaksi positif dengan Fehling. Amilum bukan gula pereduksi yang tidak mempunyai gugus aldehid dan keton bebas, sehingga tidak terjadi oksidasi antara amilum + larutan Fehling, maka tidak terbentuk endapan dan larutan tetap berwarna biru setelah dipanaskan.

Reaksi kimia yang terjadi adalah :

(17)

jingga dan tidak berubah warna. Untuk sampel amilum tidak terdapat endapan dan pada sampel sukrosa endapannya berwarna jingga. Pada sampel amilum dan sukrosa menghasilkan reaksi negatif karena disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan dalam mengukur volume larutan, dan kurang lama proses pemanasannya.

2. Uji Iod

Uji Iod pelarutnya adalah iodin. Iodin membentuk adsorpsi warna yang kompleks dengan polisakarida. Uji Iod digunakan untuk mengetahui suatu larutan apakah termasuk monosakarida, disakarida, atau polisakarida. Suatu larutan termasuk monosakarida apabila berwarna bening, sedangkan bila berwarna merah termasuk disakarida atau oligosakarida, dan termasuk polisakarida bila berwarna biru.

Pada percobaan ini, sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, menunjukan warna akhir orange. Sampel amilum menunjukan warna ungu kehitaman (pekat) yang berarti sampel amilum tersebut banyak mengandung polisakarida. Sampel maltosa menghasilkan warna akhir kuning.

3. Uji Molisch

(18)

Pengocokan pada uji molisch ini dilakukan bertujuan agar larutan yang ditambhakan ke dalam larutan yang lain dapat tercampur merata dan warnanya pun sama. Pengocokan biasanya menggunakan sebuah alat yang disebut vortex, karena apabila dilakukan secara manual terkadang larutan tidak tercampur secara sempurna. Pada Uji Molish ini, larutan H2SO4 pekat berfungsi menghidrolisis ikatan gliserida. Semua sampel ketika ditambah reagen Molisch berubah menjadi putih keruh. Ketika ditambah H2SO4 pekat, sampel glukosa, fruktosa, maltosa, dan sukrosa menghasilkan perubahan warna yang sama yaitu putih keruh dan terdapat cincin warna ungu pada dasar tabung.

4. Uji Moore

(19)

Pada Uji Moore ini sampel glukosa, fruktosa, dan maltosa ketika ditambah larutan NaOH 10% berwarna bening dan setelah dipanaskan berwarnacoklat kemerahan, coklat kekuningan, dan coklat kekuningan. Hal ini menunjukan bahwa reaksi ketiga sampel tersebut positif dan mengandung gugus alkali. Pada sampel sukrosa ketika ditambah larutan NaOH 10% berwarna bening dan setelah dipanaskan sukrosa berwarna bening. Pada amilum ketika ditambah larutan NaOH 10% berwarna putih keruh. Setelah dipanaskan berwarna kuning bening. Hal ini menunjukan reaksi yang negatif. Sukrosa bukan termasuk gula pereduksi.

5. Uji Luff

Menurut Plummer (1982), uji Luff adalah uji kimia kualitatif yang bertujuan menguji adanya gugus aldehid (-CHO). Komponen utama reagent Luff adalah CuO. Uji ini dilakukan dengan menambahkan reagen luff pada sampel, kemudian dipanaskan. Reaksi positif pada uji Luff ditandai dengan adanya endapan merah. Uji Luff atau uji kualitatif digunakan untuk mengetahui ada tidaknya disakarida, apabila setelah dipanaskan larutan berwarna merah bata atau kecoklatan. Demikian itu, menunjukan bahwa larutan tersebut mengandung disakarida. Komponen utama reagen Luff adalah CuO. Uji ini dilakukan dengan menambahkan reagen Luff pada sampel, kemudian dipanaskan. Reaksi positif ditandai dengan adanya endapan merah. Reaksi yang terjadi adalah :

(20)

6. Hidrolisis

Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil / OH oleh suatu senyawa. Di dalam larutan yang kondisinya asam, karbohidrat jenis polisakarida dan disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya sehingga terjadi kondensasi yang akhrinya membentuk kompleks warna tertentu (Riawan, 1990).

(21)

V. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan karbohidrat yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :

1. Glukosa mengandung gugus aldehid, gugus karboksilnya aldosa, merupakan bagian dari karbohidrat, terdapat monosakarida dan bukan merupakan polisakarida.

2. Fruktosa mengandung gugus aldehid, gugus karboksilnya ketosa, bagian dari karbohidrat, terdapat monosakarida dan bukan merupakan polisakarida.

3. Maltosa mengandung gugus aldehid, gugus karboksilnya ketosa, bagian dari karbohidrat, bukan monosakarida dan bukan merupakan polisakarida. 4. Amilum mengandung gugus aldehid, gugus karboksilnya ketosa, bagian

dari karbohidrat, ada monosakaridanya dan merupakan polisakarida. 5. Sukrosa mengandung gugus aldehid, gugus karboksilnya ketosa, bagian

(22)

VI. DAFTAR PUSTAKA

Fennema, O. R. 1996. Food Chemistry Third Edition. University of Wiscorsin Madison. New York

Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden. 1997. Kimia Organik. Erlangga:Jakarta.

Girinda, A. 1986. Biokimia. Gramedia, Jakarta.

Irawan, M.A. 2007. Karbohidrat. Jurnal Sports Science Brief. 1(3):1-4.

Kuchel, P., dan Ralston, G.B. 2006. Biokimia. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Makfoeld, D. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Marks, D.B., Marks, A.D., dan Smith, C.M. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis. Penerbit EGC, Jakarta.

Pine, S.H. 1988. Kimia Organik 2. ITB Press, Bandung.

Plummer, D.T. 1982. An Introduction to Practical Biochemistry. Tata Mc Graw Hill Publishing Company Ltd, New Delhi.

(23)

Pontoh, J. 2013. Penentuan Kandungan Sukrosa pada Gula Aren dengan Metode Enzimatik. Jurnal Chemistry Progress. 6(1):1.

Riawan. 1990. Kimia Organik. Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Risnoyatiningsih, S. 2008. Yellow Sweet Potato Strach Hydrolysis Into Glucose Enzymatically. Jurnal Teknik Kimia. 3(1):1.

Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Stansfield, W.D., Colome, J.S., dan Cano, R.J. 2006. Biologi Molekuler dan Sel.

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I. Penerbit EGC. Jakarta.

Sunarya, Y dan Setiabudi, A. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Kimia 3. Penerbit pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

(24)

LAMPIRAN 1. Uji Molisch

2. Uji Luff setelah dipanaskan

(25)

4. Uji Luff sebelum dipanaskan

5. Uji Fehling setelah dipanaskan

(26)

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Metode rata-rata geometrik lebih tepat digunakan untuk situasi yang melibatkan pertumbuhan, sedangkan metode rata-rata arithmatika lebih tepat digunakan untuk menghitung rata-rata

Mereka umumnya masih buta terhadap seluk-beluk dunia pekerjaan yang akan mereka hadapi, buta pengetahuan tentang i negara tujuan bekerja, juga buta terhadap risiko yang harus

[r]

Faktor-faktor yang akan dianalisis dan dijadikan sebagai variabel yang berpengaruh pada nisbah bagi hasil deposito mudharabah yaitu tingkat inflasi dan kurs (nilai

melodi Saluang Sirompak ini memiliki kedalaman jiwa yang amat emosional sebagai suatu ciri khas yang tidak dimiliki oleh jenis musik tiup tradisi Minangkabau

Tujuan dari penelitian ini yang pertama adalah membuat matematika menjadi mata pelajaran yang menarik minat siswa sekolah dasar khusunya pada materi bangun ruang

Saya/Kami menyatakan bahwa seluruh informasi tersebut diatas diberikan dengan sebenar-benarnya dan Saya/Kami tidak menahan/menyembunyikan informasi yang mempengaruhi PT Chubb

Fokus penelitian merupakan batasan masalah dalam penelitian kualitatif, dalam hal ini penulis menfokuskan penelitian pada praktik ibadah pada mata pelajaran muatan