• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Kimia Organik Aldehid (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Kimia Organik Aldehid (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK

IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALDEHID DAN

KETON

NAMA : ANDREAS BIMANDA CAHYADI

NIM : 145100100111015

KELOMPOK : A1

KELAS : A

ASISTEN :

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

BAB II

IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON

TUJUAN :

 Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan Fehling

 Memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling

A. Pre-lab

1. Jelaskan perbedaan mendasar antara aldehid dan keton!

Aldehida dan keton adalah senyawa organik yang bergabung atau menbentuk korporasi dengan gugus fungsi karbonil, C=O. Atom karob pada grup ini memiliki 2 sisa tangan/ikatan yang dapat digantikan dengan H, alkil, atau gugus aril. Apabila digantikan dengan H, maka senyawa tersebut adalah Aldehydes dan jika digantikan dengan yang lain selain H, maka senyawa tersebut adalah keton (Hornback, 2006).

Sistem penamaan IUPAC pada aldehid adalah dengan mengganti huruf “a” terakhir pada alkana dan menggantikannya dengan “al” dan pada keton adalah dengan “on” (Hornback, 2006).

2. Jelaskan prinsip uji Tollens !

Tollen terdiri dari Ag2SO4 yang bila ada gula pereduksi Ag akan direduksi menjadi Ag+ yang akan membentuk cinci perak. Kelemahan dari reaksi Tollen adalah dia bukan cuma bereaksi dengan gula pereduksi tetapi juga bereaksi dengan senyawa keton yang mempunyai gugus metil (Wardhana, 2007).

3. Apa fungsi pereaksi fehling pada uji fehling?

Fehling terdiri dari campuran CuSO4 + Asam tartat + Basa. Jika gula tersebut

merupakan gula pereduksi (glukosa, galaktosa, dll) Cu akan berubah menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Berfungsi sebagai oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk mengenali aldehid (Wardhana, 2007).

(3)

1. Pengertian Aldehid

Aldehid mempunyai setidaknya satu atom Hidrogen (H) yang terikat pada gugus karbonilnya. Rumus umus dari aldehid adalah R – COH. Penamaan secara IUPAC pada aldehid adalah dengan mengganti huruf “a” pada alkana menjadi “al” sehinnga menjadi alkanal. Tata cara penamaan adalah rantai terpanjang yang memiliki gugus fungsi karbonil (Hornback, 2006). 2. Pengertian Keton

Keton adalah keluarga hidrokarbon yang bersifat mudah terbakar dan narkotik. Rumus dari keton adalah R – C – O – R. Gugus karbonil pada keton adalah C yang berikatan rangkap dua dengan O. Keton bersifat polar sehingga apabila sampai terbakar harus dipadamkan dengan alkohol atau busa dari senyawa yang bersifat polar karena air tidak akan efektif, namun derajat kepolarannya kurang dari alkohol dan asam organik. Tata cara penamaan IUPAC pada keton adalah dengan mengganti “a” pada alkana menjadi “on” pada keton sehingga menjadi alkanon (Raton, 2013).

3. Tinjauan Bahan a. Aseton

Dikenal juga dengan nama dimetil keton. Tidak berwarna dan memiliki menyengat khas yang harum wangi. Aseton bersifat karbonil, polar, dan larut didalam air, sehingga memerlukan busa dari larutan polar untuk memadamkan apinya. Sangat mudah terbakar. Titik didih 56°C dan secara otomatis terbakar pada suhu 465°C. Aseton juga bersifat narkotik pada konsentrasi tinggi dan bersifat racun apabila terhirup ke dalam pernafasan (Raton, 2013).

b. Glukosa

Glukosa adalah monosakarida berkarbon enam (heksosa) yang digunakan sebagai sumber dasar energi oleh kebanyakan sel heterotrofik (Stansfield, 2006).

c. Fruktosa

Fruktosa (bahasa Inggris: fructose, levulose), atau gula buah, adalah monosakarida yang ditemukan di banyak jenis tumbuhan dan merupakan salah satu dari tiga gula darah penting bersama dengan glukosa dan galaktosa, yang bisa langsung diserap ke aliran darah selama pencernaan. Fruktosa ditemukan oleh kimiawan Perancis Augustin-Pierre Dubrunfaut pada tahun 1847. Fruktosa murni rasanya sangat manis, warnanya putih, berbentuk kristal padat, dan sangat mudah larut dalam air. Fruktosa ditemukan pada tanaman, terutama pada madu, pohon buah, bunga, beri dan sayuran. Di tanaman, fruktosa dapat berbentuk monosakarida dan/atau sebagai komponen dari sukrosa. Sukrosa merupakan molekul disakarida yang merupakan gabungan dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa (Habibana, 2014).

(4)

d. Formalin

Formalin adalah larutan yang terdiri atas 37-40% gas formaldehid. Formalin dapat menyebabkan kanker, iritasi, kontak hipersensitif dan kerusakan paru-paru. Formalin sangat efektif dalam membunuh parasit dan melemahkan kerja mikrobakteria. Formalin harus disimpan ditempat yang gelap pada suhu diatas 4°C (Noga, 2011).

e. Tollens (AgNO3)

Reagen Tollens adalah senyawa perak nitrat yang apabila dipanaskan bersama aldehid akan membentuk asam karboksil dan perak itu sendiri. Dengan dilepaskannya perak dari reagen tollens oleh aldehid, maka reaksi ini juga disebut tes cermin perak untuk aldehid (Mehta, 2005).

f. NH4OH

Ammonium Hidroksida bersifat korosif dan beracun. Dapat

menyebabkan kerusakan pada pengelihatan/mata, kulit, sistem pencernaan dan pernafasan dan dapat menyebabkan rasa terbakar pada paru-paru. Memiliki wujud cair, tidak berwarna, berbau kuat menyengat seperti ammonia, titik didih 27°C, dengan massa molekul 35.04 gram (Meadow, 2008)

g. NaOH

Natrium Hidroksida, atau yang dikenal juga sebagai soda api atau soda gosok berwarna putih, kuat dan padatannya mudah mencair di dalam air, alkohol, etanol dan gliserol (Craig, 2005).

h. Fehling A

Memiliki nama lain tembaga (II) sulfat, pentahidrida. Berwujud cair, memiliki warna biru dan tidak memiliki bau. Tidak dapat terbakar dan

termasuk kedalam senyawa yang stabil. Bersifat racun pada kehidupan air dan tumbuhan (Jackson, 2012).

i. Fehling B

Dapat menyebabkan rasa terbakar pada mata, kulit, pencernaan dan pernafasan karena adanya kandungan natrium hidroksida dan kalium natrium tartrat tetrahidrad. Berwujud cair, tidak berwarna dan tidak berbau. Memiliki pH diatas 12 (Jackson, 2012).

j. Aquades

(5)

C. Diagram Alir 1. Uji Tollens

Dimasukkan kedalam 5 tabung reaksi berbeda

Ditambahkan NH4OH 6M hingga endapan menghilang

Ditambahkan 1 ml sampel

Dipanaskan + 2 menit

Diamati perubahan yang terjadi

2. Uji Fehling

Dimasukkan kedalam 5 tabung reaksi berbeda

Dipanaskan + 2 menit dalam water bath

Diamati perubahan yang terjadi

D. Data Hasil Pengamatan 1. Uji Tollens

No. Nama Reagen Sampel + Reagen Sampel + Reagen Hasil

1 ml larutan AgNO3 5%

Hasil

5 tetes Fehling A

5 tetes NaOH

10 tetes Fehling B

1 ml sampel

(6)

Sampel Tollens +

1. Aseton Bening Bening Bening

-2. Fruktosa

Bening Keruh Hitam + cermin

perak +

3. Glukosa Bening Bening Cermin perak +

4. Sukrosa Bening Bening Keruh

-5. Formalin 1. Aseton Biru muda Biru lebih tua Tetap, Biru lebih tua

-2. Fruktosa Biru muda Coklat Endapan merah bata +

3. Glukosa Biru muda Biru lebih tua Endapan merah bata +

4. Sukrosa Biru muda Biru lebih tua Coklat kekuningan

-5. Formali

n Biru muda Biru lebih tua Endapan merah bata +

E. Pembahasan

(7)

Prinsip dari uji tollens adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu sempel dengan penambahan AgNO3 sebagai reagen Tollens sehingga akan terjadi

rekasi redoks. Uji positif ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding tabung.

Ag2O + 4 NH3 + H2O

2 Ag(NH3)2+-OH

Pereaksi Tollens

b. Analisa Prosedur

Percobaan pertama adalah mengidentifikasi gugus fungsi aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens. Mula-mula yang dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain pipet tetes untuk meneteskan NH4OH, enam buah pipet ukur untuk mengambil larutan AgNO3 5% dan

lima buah sampel, lima buah tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, bunsen burner dan bulb. Bahan yang digunakan antara lain larutan AgNO3 5%, NH4OH 6M, Formaldehid

atau Formalin, Glukosa, Aseton, Fruktosa dan Sukrosa. Setelah semua alat dan bahan siap, kemudian melakukan percobaan, pertama melabeli pipet ukur dan tabung reaksi untuk mempermudah dalam mengenali sampel yang di uji coba dan supaya tidak tertukar. Setelah selesai dengan melabeli, kemudian mengambil 1 ml larutan AgNO3

5% dengan menggunakan pipet ukur dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, masing-masing tabung 1 ml. Pada saat mengambil larutan AgNO3 harus memakai sarung

tangan sebagai salah satu langkah keselamatan. Setelah mengambil larutan AgNO3 5%

dan memasukkannya kedalam semua tabung reaksi, langkah selanjutnya adalah menetesi larutan AgNO3 5% pada tiap-tiap tabung reaksi dengan menggunakan

NH4OH, tujuan dari ditetesi larutan NH4OH adalah untuk mencegah pengendapan ion

perak pada saat dilakukan pemanasan pada suhu tinggi, selain itu juga untuk membentuk suasana basa. Penambahan NH4OH dilakukan secara merata ke semua

tabung reaksi sampai tidak ada endapan atau endapannya hilang. Saat mengambil NH4OH harus menggunakan masker karena berbau menyengat khas amonia.

Selanjutnya adalah penambahan 1 ml sampel kedalam tabung reaksi sesuai dengan label. Sampel yang ditambahkan antara lain aseton, fruktosa, glukosa, sukrosa, dan formaldehid. Setelah ditambahkan, tabung reaksi kemudian dipanaskan sekitar kurang lebih dua menit diatas bunsen burner, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang terjadi antara AgNO3 dengan sampel uji, khusus untuk formaldehid tidak perlu

dipanaskan karena langsung bereaksi membentuk cermin perak pada saat ditambahkan kedalam tabung reaksi. Setelah dipanaskan selama dua menit, kemudian diamati perubahan yang terjadi dan dicatat di data hasil pengamatan.

c. Analisa Hasil

Setelah melakukan percobaan, didapatkan hasil percobaan sebagai berikut. Pada sampel 1 ml aseton, tidak terjadi pembentukan cermin perak, larutan tetap bening meskipun sudah dipanaskan yang menandakan bahwa tidak ada reaksi redoks yang terjadi antara AgNO3 dengan Aseton karena pada dasarnya senyawa keton tidak akan

(8)

dengan pereaksi Tollen’s karena pada aseton tidak memiliki atom H yang terikat langsung pada atom karbon karbonilnya (Sogandi, 2010).

Sampel yang kedua adalah fruktosa. Pada pengujian fruktosa dengan reagen tollens dan pemanasan, terbentuk cermin perak di dinding tabung reaksi, meskipun fruktosa termasuk kedalam golongan keton, namun pada fruktosa terdapat gugus pereduksi yaitu gugus OH yang terikat pada atom C nomer satu-nya sehingga fruktosa dapat berekasi dengan tollens untuk membentuk cermin perak ketika fruktosa

direaksikan dengan fehling bereaksi positif. Ketika fruktosa direaksikan dengan tollens. Fruktosa mengalami tautomerisasi, sehingga katika direaksikan dengan tollens bereaksi positif dengan menghasilkan cermin perak. Fruktosa dapat dioksidasi oleh tollens karena fruktosa mudah teroksidasi dan dalam larutan basa berada dalam kesetimbangan (Wahyuni,2012).

Sampel yang selanjutnya adalah glukosa. Pada pengujian glukosa dengan reagen tollens dan pemanasan, terbentuk cermin perak di dinding tabung reaksi yang menandakan adanya reaksi antara AgNO3 dengan Glukosa, karena glukosa termasuk

kedalam golongan Aldosa atau aldehid sehingga mempunya gugus H yang mudah untuk dioksidasi dan juga mempunya gugus pereduksi OH di atom C nomer satu-nya. Pada percobaan glukosa direaksikan dengan pereaksi tollens, awalnya berwarna bening. Setelah dilakukan pemanasan ± 2 menit menghasilkan cermin perak. Hal ini dikarenakan glukosa (aldehida) bereaksi positif dengan tollens. Penambahan tollens sama fungsinya dengan dengan pada percobaan pertama, yaitu untuk membedakan senyawa aldehida dan keton. Sedangkan fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi (Wahyuni, 2012).

Sampel yang berikutnya adalah sukrosa. Pada pengujian sukrosa dengan menggunakan reagen tollens tidak terbentuk cermin perak pada dinding tabung reaksi meskipun sudah melalui proses pemanasan. Hal ini dikarenakan gugus pereduksi pada sukrosa telah digunakan untuk berikatan oleh glukosa dan fruktosa sehingga sukrosa tidak dapat dioksidasi dan mereduksikan AgNO3 karena gugus pereduksi digunakan

untuk berikatan antara glukosa dengan fruktosa (Marliana, 2012).

Sampel yang terakhir adalah formaldehida atau formalin. Pada pengujian formaldehida dengan reagen tollens langsung terbentuk cermin perak pada dinding tabung reaksi tanpa harus dipanaskan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan

formaldehida merupakan bentuk pertama aldehid atau yang disebut juga metanal sehingga dapat dengan mudah dan cepat untuk dioksidasi oleh AgNO3 untuk

membentuk cermin perak, pada saat formaldehid direaksikan dengan pereaksi Tollen’s menghasilkan larutan bening, dan setelah didiamkan pada dinding tabung terbentuk cermin perak (endapan). Hal ini terjadi karena aldehid dapat mereduksi larutan perak amoniak (larutan AgNO3 dalam larutan NH3 berlebih)., pereaksi perak amoniak ini

yang disebut pereaksi Tollen’s. Dan juga karena formaldehid tanpa gugus alkil adalah paling reaktif diantara aldehid dan keton. Formaldehid mempunyai 2 atom H yang terikat langsung pada atom C karbonil, sehingga mampu mereduksi pereaksi Tollen’s (Sogandi, 2010).

(9)

O O || ||

R – C – H + 2 Ag(NH3)2+-OH

R – C – O +NH4 + 2 Ag + 3 NH3 + H2O

d. Reaksi Tiap Sampel

Reaksi yang terjadi antar aseton dengan AgNO3

+ 2Ag(NH3)2+ -OH

H3C C

CH3 O

aseton

Reaksi yang terjadi antar fruktosa dengan AgNO3

Reaksi yang terjadi antar glukosa dengan AgNO3

Reaksi yang terjadi antar sukrosa dengan AgNO3

Reaksi yang terjadi antar formaldehida dengan AgNO3

formaldehid C

H H

O

+ 2Ag(NH3)2+ -OH H C O+ -NH4 + 2Ag + 3NH3 + H2O

O

Tollen's

(10)

a. Prinsip uji Fehling

Membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan

penambahan reagen fehling A dan fehling B dengan membentuk endapan merah bata sebagai hasil dari adanya reaksi.

b. Analisa Prosedur

Percobaan kedua adalah mengidentifikasi gugus fungsi aldehid dan keton dengan menggunakan uji Fehling. Mula-mula yang dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain pipet tetes untuk meneteskan Fehling A, NaOH dan Fehling, kemudian lima buah pipet ukur untuk mengambil lima buah sampel, lima buah tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, bunsen burner dan bulb. Bahan yang digunakan antara lain larutan Fehling A, Fehling B, NaOH, Formaldehid atau Formalin, Glukosa, Aseton, Fruktosa dan Sukrosa. Setelah semua alat dan bahan siap, kemudian melakukan percobaan, pertama melabeli pipet ukur dan tabung reaksi untuk mempermudah dalam mengenali sampel yang di uji coba dan supaya tidak tertukar. Setelah selesai dengan melabeli, kemudian mengambil Fehling A dengan menggunakan pipet tetes dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, masing-masing tabung reaksi 5 tetes. Setelah mengambil Fehling A dan

memasukkannya kedalam semua tabung reaksi, langkah selanjutnya adalah menetesi Fehling A pada tiap-tiap tabung reaksi dengan menggunakan NaOH sebanyak 5 tetes, kemudian ditambahkan 10 tetes Fehling B. Selanjutnya adalah penambahan 1 ml sampel kedalam tabung reaksi sesuai dengan label. Sampel yang ditambahkan antara lain aseton, fruktosa, glukosa, sukrosa, dan formaldehid. Setelah ditambahkan, tabung reaksi kemudian dipanaskan sekitar kurang lebih dua menit diatas bunsen burner, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang terjadi antara reagen fehling dengan sampel uji, kemudian diamati perubahan yang terjadi dan dicatat di data hasil pengamatan.

c. Analisa Hasil

Setelah melakukan percobaan, didapatkan hasil percobaan sebagai berikut. Pada sampel 1 ml aseton, terjadi perubahan warna dari biru muda menjadi biru tua namun tidak terbentuk endapan merah bata meskipun sudah dipanaskan yang

menandakan bahwa tidak ada reaksi redoks yang terjadi antara reagen Fehling dengan Aseton, aseton direaksikan dengan pereaksi fehling tidak terbentuk endapan hanya terdapat larutan yang terpisah menjadi dua lapisan. Hal ini karena aseton tidak mempunyai atom H yang terikat langsung pada atom C karbonilnya sehingga tidak mengalami oksidasi. Aseton dalam pereaksi fehling tidak dapat mereduksi ion tembaga, sehingga tidak terbentuk endapan (Sogandi, 2010).

Sampel yang kedua adalah fruktosa. Pada pengujian fruktosa dengan reagen Fehling, warna larutan yang sebelumnya biru muda berubah menjadi coklat saat diberi fehling dan berubah terdapat endapan merah bata setelah dipanaskan, hal ini

menandakan bahwa terjadi reaksi redoks diantara fruktosa dengan reagen fehling (Marliana, 2012).

(11)

2Cu2+ + OH -+

H3C C

CH3 O

setelah dipanaskan terbentuk endapan merah bata yang juga menandakan bahwa terjadi reaksi antara fehling dengan glukosa. Pada praktikum dilakukan uji fehling pada monosakarida seperti glukosa dan fruktosa menghasilkan endapan merah bata yang menunjukan hasil yang positif. Hal ini dikarenakan monosakarida mengandung gugus aldehid dan keton, monosakarida pun merupakan reduktor kuat yang akan bereaksi positif dengan pereaksi organik fehling yang merupakan oksidator lemah (Marliana, 2012).

Sampel yang berikutnya adalah sukrosa. Pada pengujian sukrosa dengan menggunakan reagen fehling, warna yang semula biru muda berubah menjadi biru tua dan setelah dipanaskan berubah menjadi coklat kekuningan, namun tidak terbentuk endapan merah bata karena tidak terjadi reaksi antar fehling dengan sukrosa. Uji fehling yang dilakukan pada sukrosa. Sukrosa merupakan dimer dari dua molekul monosakarida yang berbeda yaitu D glukosa(bentuk piran), dan D fruktosa(bentuk furan) melaui ikatan glikosida. Uji fehling pada Sukrosa sebelum dihidolisis

menghasilkan larutan berwarna hijau daun, yang menunjukan hasil yang negatif, hal ini dikarenakan sukrosa tidak dapat mereduksi pereaksi fehling yang tidak memiliki lagi gugus aldehid bebas (Marliana, 2012).

Sampel yang terakhir adalah formaldehida atau formalin. Pada pengujian formaldehida dengan reagen fehling hampir sama dengan glukosa, warna yang semula biru muda berubah menjadi biru tua dan setelah dipanaskan terbentuk endapan

berwarna merah bata, Pada pengujian pereaksi fehling terhadap formaldehid terbentuk endapan berwarna merah bata. Ini berarti formaldehid dapat bereaksi dengan pereaksi fehling. Dimana formaldehid dapat dioksidasi oleh ion Cu2+ dalam pereaksi fehling,

karena formaldehid mempunyai atom hidrogen yang terikat langsung pada karbon karbonilnya. Formaldehid dalam pereaksi fehling akan mereduksi tembaga, sehingga terbentuk endapan Cu2O yang berwarna merah bata (Sogandi, 2010).

d. Reaksi Tiap Sampel

Reaksi yang terjadi antar aseton dengan Fehling

Reaksi yang terjadi antar fruktosa dengan Fehling

(12)

Formaldehid

+ 2Cu2+ + OH

-+ H2O

H C

H O

+

H C

O -O

Cu2O

Reaksi yang terjadi antar sukrosa dengan Fehling

Reaksi yang terjadi antar formaldehida dengan Fehling

F. Pertanyaan

1. Apa fungsi penambahan larutan AgNO3 5% dalam percobaan uji Tollens?

Sebagai reagen dalam uji Tollens yang akan mengoksidasi sampel dan membentuk cermin perak akibat ion Ag+ yang tereduksi menjadi perak sebagai tanda bahwa suatu sampel memiliki gugus aldehid. Uji positif ditandai dengan terbentuknya cermin perak (Hart, 2012).

2. Apa fungsi penambahan larutan NH4OH 6M dalam percobaan uji Tollens?

Untuk mencegah endapan ion perak sebagai oksidasi AgNO3 pada suhu tinggi (untuk mencegah terbentuknya endapan awal dan melepas Ag) dan untuk membuat sampel menjadi basa agar tidak mudah cepat teroksidasi (Hart, 2012).

(13)

Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah praktikan diharapkan dapat

membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan Fehling serta dapat memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling.

Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil yang setidaknya memiliki satu atom H yang terikat pada atom C karbonilnya. Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil yang terikat pada dua gugus alkil atau dua gugus aril.

Prinsip dari uji tollens adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan penambahan AgNO3 sebagai reagen tollens sehingga akan terjadi reaksi

redoks. Uji positif ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding tabung. Prinsip dari uji fehling adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan penambahan reagen fehling a dan fehling b.

Dari percobaan pertama yaitu uji tollens, yang terbentuk cermin perak pada dinding tabung adalah fruktosa, glukosa dan formaldehid. Seperti yang telah diketahui, glukosa termasuk ke dalam golongan gula aldosa atau aldehid sehingga dapat bereaksi dengan tollens membentuk cermin perak, formaldehid merupakan bentuk pertama dari aldehid atau disebut juga metanal, fruktosa termasuk pada golongan gula ketosa, namun masih adanya gugus pereduksi atau gugus OH menyebabkan fruktosa dapat dioksidasi sehingga bereaksi

membentuk cermin perak saat di uji dengan reagen tollens. Pada aseton dan sukrosa, sampel tidak bereaksi karena tidak terbentuknya cermin perak pada dinding tabung reaksi, karena aseton termasuk pada gugus fungsi keton dan pada sukrosa, gugus pereduksi telah hilang digunakan untuk berikatan antara α-D-Glukosa dengan α-D-Fruktosa sehingga tidak ada lagi yang dioksidasi.

Percobaan kedua yaitu uji Fehling, hasil positif diberikan oleh fruktosa, glukosa dan formaldehid, sementara hasil negatif diberikan oleh aseton dan sukrosa. Sama seperti pada percobaan pertama. Hal ini dipengaruhi oleh Faktor gugus H sebagai gugus yang mudah untuk dioksidasi dan gugus OH sebagai gugus pereduksi.

Senyawa aldehid dalam percobaan ini adalah glukosa dan formaldehid, sementara senyawa keton dalam percobaan ini adalah fruktosa dan aseton, sukrosa termasuk kedalam senyawa disakarida.

(14)

Bregovits, G. 2013. Material Safety Data Sheet Water. (http://www.sciencelab.com/msds.php?

msdsId=9927321). Diakses pada tanggal 4 Maret 2015 jam 21:14 (21 Maret 2013)

Craig, Bruce D, David S. Anderson. 2005. Handbook of Corrosion Data. New York: ASM International

Habibana. 2014. Fruktosa. (http://habibana.staff.ub.ac.id/files/2014/08/3.-FRUKTOSA.pdf.)

Diakses pada tanggal 11 Maret 2015 jam 21:16

Hornback, Joseph. 2006. Organic Chemistry. New York: Thompson Brooks Jackson. 2012. Fehling’s Solution. (http://www.labchem.com/tools /msds /

msds/LC14200.pdf.) Diakses pada tanggal 11 Maret 2015 jam 22:01

Meadow, Bishop. 2008. (http://www.ch.ntu.edu.tw/~genchem99/msds/exp21/Ammonium% 20hydroxide%20water%20solution.pdf.) Diakses pada tanggal 11 Maret 2015 jam 21:50

Mehta, Bhupinder, Manju Mehta. 2005. Organic Chemistry. New Delhi: Asoke K. Ghosh Noga, Edward J. 2011. Fish Disease: Diagnosis and Treatment. Philadelphia: Blackwell

Publishing

Raton, Boca. 2013. Hazardous Materials Chemistry. Florida: Taylor & Francis Group Stansfield, William D. 2006. Biologi Molekuler dan Sel. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama Wardhana, Danang Widya. 2007. Bagaimana prinsip kerja Reaksi Fehling, Tollens dan

Benedict. (http://www.chem-is-try.org/tanya_pakar/bagaimana_prinsip_kerja_reaksi_

fehling_tollens_dan_benedict/.) Diakses pada tanggal 11 Maret 2015 jam 21:28

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Hart, Harold. 2012. Organic Chemistry. Belmont: Cengage Learning

Marliana, Ari. 2012. Laporan praktikum uji reaksi karbohidrat. Bandung: Politeknik Negeri Bandung

Sogandi, Gandi. 2010. Percobaan reaksi aldehid dan keton. Banjarmasin: UNLAM

Referensi

Dokumen terkait

Pada Uji Fehling ini, diperoleh hasil ketiga sampel yaitu glukosa, fruktosa, dan maltosa terbentuk endapan merah bata yang menandakan bahwa pada larutan

Setelah itu dilakukan pemanasan di dalam waterbath selama 1 jam, hal ini bertujuan agar reaksi nitrasi antara asam p-fenolsulfonat dengan asam nitrat berlangsung cepat

Berdasarkan percobaan, ketiga sampel yang direaksikan dengan reagen etanol dan larutan fenilhidrazin berubah menjadi larutan yang berwarna kuning dan terbentuk dua

Perbedaan hasil secara teoritis dengna hasil percobaan yang terjadi pada tabung reaksi yang berisi laktosa, glukosa, dan maltose bisa disebabkan oleh kurangnya

Pertama-tama kami memasukkan 7 tetes asam asetat glasial dan 7 tetes etanol ke dalam tabung reaksi,lalu dengan hati-hati kami menambahkan lagi 10 tetes asam sulfat, setelah itu

Adapun cara kerja kelompok lima yaitu reaksi esterfikasi pertama , disiapkan tiga tabung reaksi dengan etanol sebagai alkohol primer , iso propanol sebagai alkohol

-terbentuknya cermin perak menunjukkan positif adanya gugus aldehid Sukrosa + tollens = larutan jernih, tak berwarna setelah dipanaskan, sukrosa = terbentuk cermin perak

Sampel A yang dicampurkan 10 tetes ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL air tidak berubah warna dan dapat larut karena cuka apel memiliki kepolaran yang sama