• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TM PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK ANALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN TM PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK ANALI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT

NAMA

:

NIM

:

KELAS

:

KELOMPOK

:

ASISTEN

:

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

BAB III

ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT

TUJUAN :

 Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif karbohidrat

 Mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode

A. Pre-lab

1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis karbohidrat dan beri contoh masing-masing 3 ?

Jenis-jenis karbohidrat dapat dibedakan berdasarkan susunan molekulnya. Molekul sederhana, sedikit kopleks dan kompleks. Berdasarkan susunan molekul dan banyaknya atom karbon, hidrogen dan oksigen dibagi menjadi 3 (Campbell, 2015) :

 Monosakarida

Monosakarida adalah jenis karbohidrat yang paling sederhana karena molekulnya hanya terdiri dari beberapa atom C dan tidak dapat lagi diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi jenis karbohidrat yang lain.

Monosakarida + air Tidak bereaksi

Contoh monosakarida : Glukosa, Fruktosa dan Galaktosa

Monosakarida merupakan bentuk akhir yang diserap oleh tubuh. Monosakarida dapat berupa aldosa dan ketosa (Suhardjo, 2009).

 Disakarida

Contoh disakarida : Maltosa, Laktosa, Fruktosa, selobiosa (Suhardjo, 2009).

Laktosa adalah disakarida pereduksi. Selama proses pencernaan, laktosa mengalami proses hidrolisis enzimatik oleh laktase dari sel-sel mukosa usus.

Beberapa sifat lakotsa: Hidrolisis laktosa menghasilkan molekul glukosa dan galaktosa. Hanya terdapat pada binatang mamalia dan manusia, Dapat dperoleh dari hasil samping pembuatan keju. Bereaksi positif terhadap pereaksi fehling, benedict, dan tollens (Sumardjo, 2009).

 Polisakarida

Polisakarida merupakan karbohidrat yang sangat kompleks dikarenakan rantai pembentukannya yang panjang dan padat. Polisakarida merupakan polimer dari monosakarida, dimana rantai penghubungnya terus membentuk ikatan hingga membentuk molekul. Polisakarida digunakan untuk cadangan makanan bagi otot yang dinamakan glikogen pada tubuh manusia. Sedangkan pada tanaman polisakarida disimpan dalam bentuk pati. Polisakarida terdiri dari amilosa dan amilo pektin (Sumardjo, 2009).

(3)

2. Sebutkan dan jelaskan metode-metode yang digunakan untuk uji kualitatif karbohidrat 1. Uji Molisch

Prinsipnya Karbohidrat akan didehidrasi oleh asam sulfat pekat membentuk senyawa furfural atau turunannya. Furfural dan turunannya akan berkondensasi dengan alfanaftol (molish) menghasilkan senyawa kompleks berwarna merah ungu pada bidang batas antara larutan karbohidrat dan H2SO4 pekat. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa fulfural. Uji positifnya jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan alpha-naftol dalam pereaksi molish (Madan, 2013).

2. Uji Benedict

Larutan CuSO4 dalam suasana alkali akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid sehingga CuO atau kupri tereduksi menjadi Cu2O yang berwarna merah bata (endapan). Merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis. Biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan (Madan, 2013).

3. Uji Iodin

Uji iodium digunakan untuk melihat pembentukan polisakarida. Penambahan iodium pada suatu polisakarida akan menyebabkan terbentuknya kompleks absorbsi berwarna spesifik. Amilum atau pati akan menghasilkan warna biru. Hasil yang postif hanya pada penambahan air dan HCl dengan iodine. Amilopektin dengan iodin akan memberi warna merah ungu, sedangkan dengan glikogen dan dekstrin akan membentuk warna merah coklat (Madan, 2013).

4. Uji Seliwanoff

Perubahan fruktosa oleh HCl panas menjadi levulinat dan hidroksimetil furfural, selanjutnya kondensasi hidroksimetil dengan resorsinol akaan menghasilkan senyawa sukrosa yang mudah dihidrolisa menjadi glukosa akan member reaksi positif berwarna oranye. Uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus keton atau disebut juga ketosa. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya (Madan, 2013). 5. Uji Barfoed

Monosakarida akan mereduksi Cu2+ dalam suasana asam lemah (CH3COOH), menghasilkan endapan yang berwarna merah bata dari Cu2O. Digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah orange (Madan, 2013).

6. Uji Fehling

Prinsip dari metode fehling yaitu menggunakan gugus aldehid pada gula untuk mereduksi senyawa Cu2SO4 menjadi Cu2O (enpadan berwarna merah bata) setelah dipanaskan pada suasana basa (Benedict dan Fehling) atau asam (Barfoed) dengan ditambahkan agen pengikat (chelating agent) seperti Na-sitrat dan K-Na-tatrat. Digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi (monosakarida, laktosa, maltosa, dll). Uji positif ditandai dengan warna merah bata (Madan, 2013). 7. Test Moore

(4)

berikatan dengan rantai aldehid yang membentuk aldol aldehid (aldehida dengan cabang gugus alkanol) yang berwarna kekuningan. Pemanasan bertujuan untuk membuka ikatan karbon dengan hydrogen dan menggantikannya dengan gugus – OH (Preiss, 2014).

8. Metode Osazon

Reaksi ini dapat digunakan baik untuk larutan aldosa maupun ketosa, yaitu dengan menambahkan larutan fenilhidrazin, lalu dipanaskan hingga terbentuk kristal berwarna kuning yang dinamakan hidrazon (osazon) (Preiss, 2014).

9. Metode Tollens

Tollen terdiri dari Ag2SO4 yang bila ada gula pereduksi Ag akan direduksi menjadi Ag+ yang akan membentuk cinci perak. Kelemahan dari reaksi Tollen adalah dia bukan cuma bereaksi dengan gula pereduksi tetapi juga bereaksi dengan senyawa keton yang mempunyai gugus metil (Sumardjo, 2009).

3. Bagaimana prinsip analisis karbohidrat menggunakan uji yodium?

Analisis menggunakan uji yodium adalah dengan mereaksikan yodium dengan karbohidrat golongan polisakarida. Menunjukkan warna kompleks yaitu mereaksikannya dengan polisakarida dan akan memberikan warna spesifik yang bergantung pada jenis karbohidratnya. Jika mereaksikan amilosa dengan iodin maka akan meberikan warna biru, jika mereaksikan amilopektin dengan yodium maka akan berwarna merah keunguan (Sinnot, 2007).

4. Jelaskan mekanisme dari uji Barfoed dan sampel apa saja yang bereaksi terhadap reagen Barfoed!

Mekanisme dari uji barfoed ialah Monosakarida tersebut akan mereduksi Cu2+ dalam suasana asam lemah (CH3COOH) dan menghasilkan endapan yang berwarna merah bata dari Cu2O. Digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel. Uji positifnya ditunjukkan dengan terbentuknya sebuah endapan merah orange. Dalam suasana asam ini gula reduksi yang termasuk dalam golongan disakarida memberikan reaksi yang sangat lambat dengan larutan Barfoed sehingga tidak memberikan endapan merah kecuali pada waktu percobaan yang diperlama. Uji ini untuk menunjukkan gula monosakarida karena gula ini bereaksi cepat. Sampel gula jenis monosakarida memiliki waktu yang lebih cepat membentuk warna merah bata pada uji barfoed (Marks, 2008). 5. Jelaskan prinsip dari uji Benedict

(5)

6. Bagaimana mekanisme dari uji Molisch dan berikan contoh reaksinya !

Bahan yang mengandung monosakarida bila direaksikan dengan H2SO4 pekat akan terhidrolisis membentuk furural. Furfural ini akan membentuk persenyawaan dengan naftol ditandai dengan terbentuknya warna violet (cincin). Oleh karena itu, H2SO4 dapat menghidrolisis oligosakarida dan polisakarida (Septorini, 2008).

(6)

B. TINJAUAN BAHAN

1. Reagen Molisch

Pereaksi molisch terbuat dari pelarutan α-naftol dalam pelarut organik seperti etanol, alkohol dan khloroform. Reagen molisch merupakan reagen yang digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat. Reagen molisch merupakan senyawa α-naftol yang dapat diperoleh di etanol 96%. Reagen ini berkerja dengan mengkondensasi molekul aldehid hasil dehidrasi karbohidrat dengan 2 molekul fenol yang akan menghasilkan warna kompleks merah atau ungu (Sumardjo,2009).

2. H2SO4

Asam sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Asam sulfat(H2SO4) merupakan asam kuat yang memiliki 2 atom hidrogen. Asam sulfat banyak digunakan dalam dunia industri dan pendidikan. Asam sulfat biasanya digunakan dalam aki motor. Asam sulfat murni berupa cairan seperti minyak disebut juga minyak vitriol, bersifat korosif, cairan bening tak berwarna dan tak berbau. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Pembuatan asam sulfat menggunakan proses kontak dengan pembakaran belerang dan penambahan senyawa vanadium(V) oksida dalam suhu yang tinggi (Brady, 2008).

3. Larutan Yodium

Yodium merupakan halogen yang reaktivitasnya paling rendah dan paling elektropositif. Larutan yodium merupakan larutan yang berasal dari senyawa yang diencerkan. Dikenal juga dengan larutan lugol. Reaksi saat penambahan lugol pada sampel yang mengandung pati , akan membentuk warna biru gelap atau hitam. Pati yang termasuk adalah amilosa dan amilopektin serta glikol. Logol tidak digunakan dalam mengidentifikasi gula gula sederhana seperti glukosa, fruktosa, maltosa (Khopar, 2007).

4. Reagen Barfoed

Pereaksi ini terbuat dari Cu(CH3COO)2 dan asam asetat glasial yang dilarutkan dalam air. Barfoed adalah reagen kimia yang digunakan untuk mendeteksi adanya monosakarida. Hal ini didasarkan dalam penggunaan tembaga (II) asetat untuk tembaga (I) oksida (CuCO2)yang membentuk endapan merah mata (Flinn, 2011). RCHO + 2Cu2+ + 2H2O RCOOH + Cu2O + 4H+

(Disakarida juga bereaksi, namun sangat lambat). Kelompok aldehid monosakarida biasanya membentuk hemiasetal siklik teroksidasi menjadi karboksilat tersebut. Sejumlah zat yang lain, termasuk natrium klorida, dapat menggangu (Flinn, 2007). 5. Reagen Benedict

Pereaksi ini dibuat dari pencampuran larutan Natrium sitrat dan Na2CO3 dengan larutan CuSO4.5H2O . Reagen benedict adalah suatu reagen kimia yang digunakan dalam uji benedict, nama tersebut diambil dalam ahli kima bernama Stanley Rossister Benedict. Reagen ini digunakan untuk menguji ada atu tidak adanya gula pereduksi dalam sampel. Reaksi yang terjadi saat sampel ditambah reagen ini asalah tembaga sulfat pada reagen akan bereaksi dengan gula pereduksi, apabila positif terdapat gula pereduksi dan terdapat endapan merah bata (Cu+) (Sumardjo, 2009).

(7)

(McMurry, 2011).

Glukosa merupakan gula sederhana yang termasuk monosakarida. Glukosa termasuk golongan aldosa yang berarti memiliki gugus aldehid. Rumus kimia glukosa adalah C6H12O6 , glukosa diperoleh dari hidrolisis sukrosa (gula tebu) atau pati (amilum). Di alam glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Dalam alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun serta mempunyai sifat: Memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan (+52.70). Dapat mereduksi larutan fehling dan membuat larutan merah bata. Dapat mengalami mutarotasi. Dapat difermentasi menghasilkan alkohol (etanol) dengan reaksi sebagai berikut: C6H12O6 --> 2C2H5OH + 2CO2 (McMurry, 2011).

7. Fruktosa

(Madan, 2013).

Fruktosa adalah salah satu contoh dari monosakarida yang banyak di buah dan sayuran. Fruktosa mempunyai rasa lebih manis dari pada gula tebu atau sukrosa. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff, yaitu larutan resorsinol (1,3 dhidroksi-benzena) dalam asam clorida. Disebut juga sebagai gula buah, dperoleh dari hdrolisis sukrosa; dan mempunyai sifat: Memutar bidang polarisasi cahaya ke kiri (-92.4oC). Dapat mereuksi larutan fehling dan membentuk endapan merah bata. Dapat difermentasi (Lyons, 2010).

8. Sukrosa

(Preiss, 2013).

(8)

fruktosa dalam jumlah yang ekuimolekular. Sukrosa bereaks negatif terhadap pereaksi fehling, benedict, dan tollens (Preiss, 2013).

8. Maltosa

(Standsfield, 2007).

Maltosa merupakan disakarida yang biasa dikatakan dengan gula gandum. Maltosa merupakan hasil penyatuan dua molekul glukosa. Maltosa merupakan hasil dari pemecahan pati menggunakan enzim amilase. Maltosa memiliki gugus aldehid dioksida, hal ini menunjukkan pada maltosa sebagai gula pereduks (Standsfield, 2007).

9. Pati

(Gandjar, 2007).

Pati adalah merupakan karbohidrat kopleks yang tidak larut dalam air. Selain itu pati berwujud bubuk putih. Rumus kimia pati adalah (C6H10O5)n >100 . Pati tersusun dari dua macam karbohidrat yaitu amilosa dan amilopektin. Pati merupakan polisakarida dalam tumbuhan dalam beberapa hal di manusia dan hewan bernama glikogen (Gandjar, 2007).

10. Dekstrin

(Suprapti, 2007).

(9)

C. DIAGRAM ALIR 1. Uji Molisch

1 ml sampel

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Dikocok

Diamati perubahan yang terjadi

2. Uji Yodium

1 tetes sampel

Diteteskan diatas cawan petri

Diamati perubahan warna yang terjadi

3. Uji Barfoed

2 tetes reagen Molisch

1 ml H2SO4

Hasil

1 tetes larutan yodium

(10)

5 tetes sampel

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Dipanaskan dalam penangas air Diamati perubahan yang terjadi

Hasil

4. Uji Benedict

2 tetes sampel

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Dipanaskan diatas api bunsen Diamati perubahan yang terjadi

Hasil

1 ml reagen Barfoed

(11)

D. Hasil Percobaan Dan Pengamatan : 1. Uji Molish

a. Tuliskan data hasil uji Molisch

Senyawa Hasil Uji (+/-) Keterangan

Glukosa +++ Positif Karbohidrat Sukrosa ++ Positif Karbohidrat Pati + Positif Karbohidrat

b.Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Molisch dari beberapa sampel dalam percobaan ini!

Tujuan dari dilakukannya uji Molisch ialah untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan karbohidrat dalam suatu bahan. Prinsip uji Molisch adalah reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural. Ketika bereaksi dengan alfa-naftol akan membentuk kompleks warna ungu pada permukaan (Westriningsih, 2010). Reaksi yang terjadi pada uji Molisch adalah:

(Slowinski, 2016).

(12)

Analisa Prosedur

Pertama-tama adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahan yang diperlukan antara lain 3 buah tabung reaksi yang sudah di beri nama sesuai dengan sampel yang digunakan (glukosa, sukrosa, pati) beserta raknya, pipet ukur 10 ml, pipet tetes, bulb, pipet tetes, H2SO4 pekat, reagen Molisch , dan 3 buah sampel yang akan diuji yakni glukosa 5%, sukrosa 5%, dan pati 1%. Setelah semua alat dan bahan siap, maka uji Molisch dapat dimulai. Pertama ambil 1 ml glukosa 5% menggunakan pipet ukusr 10 ml dan dan bulb, karena menggunakan pipet ukur 10 ml, maka hisap glukosa menggunakan bulb hingga cairan glukosa mencapai skala angka 9 pada pipet ukur 10 ml. Kemudian masukkan 1 ml glukosa tersebut ke dalam tabung reaksi glukosa. Cuci pipet ukur tersebut hingga bersih kemudian keringkan. Selanjutnya ambil 1 ml sukrosa 5% menggunakan pipet ukur 10 ml yang sudah dicuci tadi dan menggunakan bulb. Cara mengambil 1 ml sukrosa 5% menggunakan pipet ukur sama dengan saat mengambil 1 ml glukosa 5% yakni dengan menghisap sampai larutan berada pada skala angka 9. Kemudian masukkan 1 ml sukrosa tersebut ke dalam tabung reaksi sukrosa. Cuci pipet ukur tersebut hingga bersih. Gunakan kembali pipet ukur tersebut untuk mengambil sampel pati 1% sebanyak 1 ml. Setelah itu masukkan 1 ml pati tersebut ke dalam tabung reaksi pati. Setelah semua tabung terisi sampel, masukkan 2 tetes reagen Molisch ke dalam masing-masing tabung reaksi menggunakan pipet tetes. Kocok tabung reaksi agar sampel dan reagen benar-benar tercampur. Setelah itu masukkan ketiga tabung tersebut ke dalam rak tabung reaksi. Bawa rak, pipet ukur 10 ml, bulb, serta H2SO4 pekat ke lemari asam. Ambil 3 ml H2SO4 menggunakan pipet ukur 10 ml dan bulb, dalam mengambil H2SO4 lakukan di dalam lemari asam karena pada lemari asam, terdapat blower yang dapat menyedot aroma H2SO4 yang berbahaya apabila terhirup oleh manusia. Setelah itu masukkan masing-masing 1 ml H2SO4 pekat ke dalam masing-masing tabung reaksi. Dalam memasukkan H2SO4 pekat ke dalam tabung reaksi, tabung reaksi harus dimiringkan dan pipet ukur harus ditegakkan agar H2SO4 tidak langsung bereaksi terhadap sampel, dan agar H2SO4 bereaksi perlahan melalui dinding tabung reaksi lalu menjalar menuju sampel. Setelah H2SO4 dimasukkan, perhatikan perubahan yang terjadi pada ketiga sampel. Uji positif ditandai dengan terbentuknya cincin warna ungu pada permukaan.

Analisa Hasil

Sampel yang digunakan untuk uji Molisch adalah glukosa, sukrosa, dan pati. Uji molisch digunakan untuk mengidentifikasi adanya kandungan karbohidrat dalam suatu sampel. Apabila sampel yang diuji mengandung karbohidrat, maka akan terbentuk cincin warna ungu pada permukaan sampel. Berdasarkan uji Molisch yang telah dilakukan, sampel glukosa yang belum ditambahkan reagen apapun berwarna bening sedikit keruh, sampel sukrosa berwarna bening sedikit keruh, dan sampel pati berwarna putih keruh. Kemudian ditambahkan masing-masing 2 tetes reagen Molisch. Lalu setelah ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml pada masing-masing tabung reaksi, warnanya berubah menjadi hitam pada ketiga tabung dan terbentuk cincin ungu pada ketika sampel berikut. Hal ini sesuai dengan literatur, bahwa sampel akan membentuk cincin ungu pada permukaannya karenas glukosa, sukrosa, dan pati merupakan senyawa yang mengandung karbohidrat (Sutomo, 2010).

(13)

a. Tuliskan data hasil uji Yodium! b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Yodium dari beberapa sampel dalam percobaan ini!

Tujuan dilakukannya uji yodium adalah untuk mengidentifikasi pati dalam suatu bahanl. Uji positif akan menghasilkan warna biru pekat pada sampel. Prinsip uji Yodium yakni larutan yodium akan bereaksi dengan pati dengan cara larutan yodium dalam bentuk triiodida dan masuk dalam struktur helikal pati dan menghasilkan warna biru pekat. Mekanisme uji yodium adalah kalium iodida yang dimasukkan pada sampel akan membentuk ion kompleks triiodida. Triiodida tersebut akan masuk ke struktur helikal pati sehingga terbentuk warna biru pekat atau biru kehitaman (Westriningsih, 2010). Reaksi yang terjadi pada uji yodium adalah:

H2O2(aq) + 3 I-(aq) + 2 H+ → I3- + 2 H2O I3-(aq) + 2 S2O32-(aq) → 3 I-(aq) + S4O62-(aq)

(Slowinski, 2016).

Analisa Prosedur

(14)

teteskan masing-masing 1 tetes larutan yodium pada masing-masing sampel, kemudian amati perubahan yang terjadi pada sampel setelah ditetesi larutan yodium. Uji positif akan menghasilkan warna biru pekat atau biru kehitaman pada sampel.

Pembahasan Sampel

Sampel yang digunakan dalam uji yodium adalah dekstrin, maltosa, glukosa, dan pati. Uji yodium digunakan untuk mengidentifikasi adanya kandungan pati dalam suatu sampel. Apabila sampel yang diuji mengandung pati, maka sampel akan berwarna biru pekat atau biru kehitaman. Sebelum ditetesi dengan larutan yodium, sampel dekstrin berwarna bening keruh, sampel maltosa berwarna bening keruh, sampel glukosa berwarna bening keruh, dan sampel pati berwarna putih keruh. Kemudian setelah ditetesi larutan dekstrin yang tadinya berwarna bening keruh, lalu ditetesi larutan yodium, dekstrin menjadi berwarna biru kehitaman pekat yang artinya dekstrin mengandung pati karena saat ditambahkan larutan yodium, dekstrin berubah warna menjadi biru kehitaman. Sedangkan pada sampel maltosa, sebelum ditetesi dengan larutan yodium, sukrosa berwarna bening keruh, namun setelah ditetesi dengan larutan yodium sampel menjadi berwarna cokelat bening kemerahan (karena tercampur dengan larutan yodium yang berwarna coklat kemerahan) yang menandakan bahwa sukrosa tidak mengandung pati karena saat sampel ditetesi dengan larutan yodium tidak mengubah sampel menjadi warna biru pekat maupun biru kehitaman. Setelah itu pada sampel glukosa, sebelum ditetesi dengan larutan yodium, sampel glukosa berwarna bening keruh, namun setelah ditetesi dengan larutan yodium, sampel berwarna cokelat bening kemerahan (karena tercampur dengan larutan yodium yang berwarna cokelat kemerahan) yang menandakan bahwa glukosa tidak mengandung pati karena saat sampel ditetesi dengan larutan yodium tidak mengubah sampel menjadi warna biru pekat maupun biru kehitaman. Dan pada sampel pati, sebelum ditetesi dengan larutan yodium, pati berwarna putih keruh, setelah ditetesi dengan larutan yodium, sampel berubah warna menjadi biru pekat yang menandakan bahwa sampel pati mengandung pati. Sehingga berdasarkan uji Yodium menggunakan 4 sampel yang berbeda yakni dekstrin, maltosa, glukosa, dan pati, yang mengandung pati adalah dekstrin dan pati. Hal tersebut sudah sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa saat dilakukan uji yodium, maka sampel yang mengandung pati akan menunjukkan warna biru pekat atau biru kehitaman (Abdurahman, 2008), dan pada literature lainnya menyatakan yang mengandung pati adalah dekstrin dan pati (Sutomo, 2010).

3. Uji Barfoed

(15)

Senyawa Hasil Uji Keterangan

Glukosa

+

Terdapat endapan merah bata

Fruktosa

+ Merah bata

Maltosa

+

Merah bata

Sukrosa - Biru kehijauan

b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Barfoed dari beberapa sampel dalam percobaan ini!

Uji Barfoed dilakukan untuk mengidentifikasi sampel yang mengandung gugus gula pereduksi dalam suasana asam. Uji positif akan menghasilkan endapan berwarna merah bata. Prinsip uji Barfoed adalah gula pereduksi dicampurkan dengan reagen Barfoed sehingga menghasilkan endapan kupro oksida berwarna merah bata. Mekanisme uji Barfoed adalah Cu2+ yang berada pada reagen Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gugus gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Sedangkan dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dan dengan penambahan resorsinol akan megalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah. Reaksi pada monosakarida lebih cepat daripada senyawa disakarida karena pada senyawa disakarida, senyawa disakarida harus diubah dahulu menjadi monosakarida (Insel, 2010). Reaksi yang terjadi pada uji Barfoed adalah:

(Slowinski, 2016).

Analisa Prosedur

(16)

fruktosa dan sukrosa. Kemudian diperlukan juga rak tabung reaksi, pipet ukur 10 ml, bulb, pipet tetes, air, gelas beker 250 ml, penjepit kayu, penangas air, reagen barfoed, serta sampel yakni glukosa 5%, fruktosa 5%, dan sukrosa 5%. Setelah alat dan bahan siap uji Barfoed dapat dilakukan. Pertama isi gelas beker 250 ml menggunakan air lalu didihkan diatas penangas air. Sambil menunggu air mendidi, ambil glukosa menggunakan pipet tetes kemudian masukkan 5 tetes glukosa ke dalam tabung reaksi glukosa. Cuci pipet tetes hingga bersih agar saat pipet tetes digunakan untuk mengambil sampel lain, sampel tersebut tidak terkontaminasi. Setelah itu ambil fruktosa menggunakan pipet tetes yang telah bersih kemudian masukkan 5 tetes fruktosa ke dalam tabung reaksi fruktosa. Lalu cuci kembali pipet tetes hingga bersih. Setelah itu ambil sukrosa menggunakan pipet tetes lalu teteskan 5 tetes sukrosa ke dalam tabung reaksi sukrosa. Setelah keempat tabung terisi sampel, ambil sebanyak 4 ml reagen Barfoed menggunakan pipet ukur 10 ml. Dalam mengambil 4 ml sampel menggunakan pipet ukur 10 ml, caranya adalah hisap sampel menggunakan bantuan bulb hingga mencapai skala angka 6 pada pipet ukur 10 ml. Kemudian masukkan 1 ml reagen Barfoed ke dalam masing-masing tabung reaksi, kemudian homogenkan dengan menggoyang-goyangkan tabung reaksi. Jika air yang berada di gelas beker sudah mendidih, masukkan ketiga tabung tersebut ke dalam gelas beker tesebut. Lakukan secara hati-hati karena gelas beker sangat panas akibat pemanasan dengan penangas, gunakan penjepit kayu untuk memudahkan peletakkan tabung reaksi ke dalam gelas beker. Biarkan tabung reaksi tersebut dipanaskan menggunakan air mendidih, tunggu hingga seluruh tabung reaksi menghasilkan endapan, namun apabila setelah dilakukan pemanasan cukup lama namun terdapat tabung reaksi yang tetap tidak menunjukkan menghasilkan endapan merah bata maka pemanasan dapat dihentikan. Ambil keempat tabung tersebut secara satu persatu menggunakan penjepit kayu agar tangan tidak panas. Setelah itu jejerkan ketiga tabung tersebut pada rak tabung reaksi lalu perhatian perubahan dan perbedaan masing-masing tabung.

Pembahasan Sampel

Sampel yang digunakan pada uji Barfoed adalah glukosa, fruktosa, maltosa, dan sukrosa. Sebelum ditambahkan reagen Barfoed, semua sampel tersebut berwarna bening kerung. Setelah ditambahkan masing-masing 1 ml reagen Barfoed, semua sampel di dalam tabung berubah warna menjadi biru muda bening. Kemudian sampel tersebut dipanaskan pada air mendidih yang berada di gelas beker 250 ml, yang dipanaskan diatas penangas air. Setelah dilakukan pemanasan, terlihat bahwa dihasilkan endapan merah bata pada tabung reaksi dengan sampel fruktosa, dan dapat diketahui bahwa fruktosa memiliki gugus gula pereduksi. Kemudian sampel glukosa mulai menghasilkan endapan merah bata, dan dapat diketahui bahwa glukosa memiliki gugus gula pereduksi. Sedangkan setelah sekian lama dipanaskan namun tidak ada tanda-tanda terbentuknya endapan merah bata pada sampel sukrosa, yang menandakan bahwa sukrosa tidak mengandung gugus gula pereduksi. Jadi berdasarkan uji yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan yang mengandung gugus gula pereduksi adalah glukosa, fruktosa, dan maltosa. Karena saat dipanaskan ada penangas air terbentuk endapan merah bata pada ketiga sampel tersebut dan hal tersebut juga sudah sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa glukosa dan fruktosa mengandung gugus gula pereduksi (Sumantri, 2007).

(17)

a. Tuliskan data hasil Benedict test! Fruktosa Biru kehijauan Merah bata ++ Maltosa Biru kehijauan Merah bata + Sukrosa Biru kehijauan Biru -b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Benedict dari beberapa sampel dalam

percobaan ini?

Tujuan dari dilakukannya uji Benedict adalah mengidentifikasi adanya gugus gula pereduksi dalam suasana basa. Reagen benedict yang tersusun atas tembaga sulfat, larutan natrium karbobat dan natrium sitrat Uji positif akan menghasilkan endapan berwarna merah bata. Prinsip dari uji Benedict adalah larutan CuSO4 dalam suasana basa akan direaksikan dengan gula pereduksi sehingga CuO tereduksi menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Mekanisme dari uji Benedict adalah glukosa dioksidasi menjadi garam asam glukoranat yang kemudian mereduksi CuO menjadi Cu2O menjadi merah bata. Reaksi yang terjadi pada uji Benedict adalah:

Analisa Prosedur

(18)

homogenkan dengan menggoyang-goyangkan tabung. Setelah semua sampel terisi reagen Benedict, nyalakan api Bunsen menggunakan korek api, usahakan agar api stabil dan tidak goyang-goyang karena terkena angin. Setelah itu ambil tabung reaksi dengan label glukosa, jepit tabung reaksi tersebut dengan penjepit kayu, kemudian letakkan diatas api Bunsen sambil digoyangkan kekiri dan kekanan. Beri jarak antara ujung lidah api dengan ujung tabung agar pemanasan dapat terjadi secara perlahan dan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pemanasan tidak boleh dengan api terlalu dekat/dengan suhu tinggi karena reagen Benedict tidak tahan dengan suhu tinggi. Lakukan pemanasan dengan menggoyangkan tabung ke kanan dan kekiri agar bagian bawah tabung tetap mengenai api namun tidak sepanas pemanasan dengan api Bunsen terus menerus. Lakukan terus menerus hingga terjadi perubahan pada sampel, perubahan yang terjadi adalah sampel berubah warna menjadi merah bata. Apabila sekiranya sudah dipanaskan cukup lama namun tidak terjadi perubahan apa-apa maka pemanasan dapat dihentikan. Uji positif dinyatakan dengan sampel berubah warna menjadi warna merah.

Pembahasan Sampel

(19)

PERTANYAAN

1. Bagaimana membedakan monosakarida dan disakarida dengan menggunakan Barfoed test?

Dalam membedakan monosakarida dan disakarida dapat dilakukan dengan menggunakan Barfoed test. Barfoed test dilakukan dengan meneteskan 5 tetes sampel yang ingin diuji (dari golongan monosakarida dan disakarida) ke dalam tabung reaksi. Kemudian masukkan 1 ml reagen Barfoed ke dalam masing-masing tabung reaksi yang berisi sampel, kemudian dipanaskan pada gelas beker yang berisi air mendidih dan tetap dilakukan pemanasan pada penangas air. pada kondisi asam, monosakarida akan bereaksi membentuk endapan merah bata lebih cepat dari pada disakarida. Monosakarida dapat bereaksi dengan lebih cepat dikarenakan struktur molekul monosakarida yang lebih sederhana dibandingkan dengan struktur disakarida (Winarsi, 2007).

2. Bagaimana mengidentifikasi gula pereduksi sampel pada uji Benedict?

(20)

KESIMPULAN

Prinsip uji Molisch adalah reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural. Ketika bereaksi dengan alfa-naftol akan membentuk kompleks warna ungu pada permukaan. Prinsip uji Yodium yakni larutan yodium akan bereaksi dengan pati dengan cara larutan yodium dalam bentuk triiodida dan masuk dalam struktur helikal pati dan

menghasilkan warna biru pekat. Prinsip uji Barfoed adalah gula pereduksi dicampurkan dengan reagen Barfoed sehingga menghasilkan endapan kupro oksida berwarna merah bata. Prinsip dari uji Benedict adalah larutan CuSO4 dalam suasana basa akan direaksikan dengan gula pereduksi sehingga CuO tereduksi menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Tujuan dilakukannya uji Molisch adalah mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan karbohidrat dalam suatu sampel. Tujuan dilakukannya uji yodium adalah untuk

(21)

Flinn, Batavia. 2011. MSDS. London: Rick & Co Press

Gandjar, Indrawati. 2007. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Lyons, Frank. 2010. Fructose Exposed: The Sweet Truth About Aremica’s Expanding

Waisline and Failing Health. New York: Qulon Press

Madan, R.L. 2013. Organic Chemistry. New Delhi: Tata McGraw-Hill Education Private Ltd Marks, Dawn B. 2008. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC

McMurry. John. 2011. Organic Chemistry Eight edition. Ontario: Brooks/ Cole

Preiss, Jack. 2014. The Biochemistry in Plant Volume 3 Carbohydratess: Structure & Fuction. Amsterdam: Elsevier

Septorini, Ragil. 2008. Perbedaan Kadar Glukosa Pada Onggok Yang Dihidrolisis Dengan Asam Klorida, Asam Sulfat, Dan Asam Oksalat. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang

Sinnot, Michael. 2013. Carbohydrate Chemistry and Biochemistry : Structure and Suhardjo. 2009. Prinsip Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kanisius

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Sastra 1 Fakultas Biosekta. Jakarta: EGC

(22)

Slowinski, Abraham. 2016. Chemical Principles In The Laboratory. Boston: Cengage Learning

Sutomo, Budi. 2010. Makanan Sehat Pendamping Asi. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka Westriningsih. 2010. Intisari Kimia. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET

Referensi

Dokumen terkait

Berangkat dari kondisi tadi, ada kemungkinan terjadi permainan kotor yang bisa saja dilakukan oknum tertentu. Pasalnya menurut Adhi, untuk bisa membuat duplikat kunci

Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, adalah salah satu jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu masyarakat

Sistem pendukung keputusan klinis merupakan adaptasi dari sistem pendukung keputusan yang biasa digunakan untuk mcndukung manajemen bisnis, yakni program komputer yang interaktif

www.aicpa.org. Secara garis besar komponen dari SAS No. 99 adalah: ) Deskripsi dan karakteristik-karakteristik dari fraud. ) Kecurigaan secara profesional (professional scepticism).

Populasi dalam penelitian ini memilki kriteria inklusi antara lain lansia warga Dusun Daleman Gadingharjo Sanden, lansia laki – laki yang berumur antara 46 – 65

Berdasarkan hasil analisis logam berat pada plankton menggunakan ICP-OES diperoleh bahwa logam Pb, Zn, Cr, Cd, Ag, Ni, dan Mn berada di atas standar baku mutu yang

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus ( case study ) dan bersifat kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer yang diperoleh

Hasil penelitian menyatakan bahwa peran MSDM Trans7 di area rekrutmen , training, kompensasi dan benefit pengembangan karier dan promosi, penghargaan, dan