i
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA
UNTUK PENCEGAHAN KENAKALAN REMAJA
(Studi Kasus di Dusun Karang Talun Desa Mlilir Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Faqihatun Fadilah
NIM: 111-14-387
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
vi
MOTTO
ِىوُدُبْعَيِل َّلَِّإ َشًِْ ْلْاَو َّيِجْلا ُتْقَلَخ اَهَو
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Orang tuaku tercinta bapak Ahmad Qusen dan Ibu Sri Ngatifah yang
selalu memberikan dukungan, kasih sayang, nasihat dan doa restu kepada
penulis.
2. Adik-adikku Muhammad Farhan Majid, Lina Zahrotul Khayati, Ahmad
Saddam Husain, dan Anita Hakim Zunia Cempaka Sari yang senantiasa
memberikan semangat, motivasi, dukungan dan doa kepada penulis.
3. Keluarga besar penulis, atas segala motivasi, dukungan, do’a restu kepada
penulis, sehingga dapat terselesaikan.
4. Bapak Muhammad Tahrir dan Ibu Siti Zulaikah yang selalu memberi
dukungan dan doa kepada penulis.
5. Teman-teman Pondok Pesantren Madrasah Diniyah Al-Ittihadurosyad
yang tidak pernah berhenti memberikan semangat.
6. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan dan bantuanya.
7. Teman-teman satu angkatan tahun 2014 yang telah memberikan semangat
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum wr. wb
Alhamdu lillahi rabbil’ alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada uswah hasanah Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafaatnya. Amin
Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
Untuk Pencegahan Kenakalan Remaja (Studi Kasus di Dusun Karang Talun Desa
Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2018). Skripsi ini
disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana progam studi
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN).
Dalam menyusun skripsi ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M, Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
x ABSTRAK
Fadilah, Faqihatun. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga untuk Pencegahan Kenakalan Remaja (Studi Kasus di Dusun Karang Talun Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2018. Skripsi. Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. Tahun 2018. Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.
Kata kunci: Pendidikan Agama Islam, Keluarga, Remaja, Pencegahan kenakalan Remaja
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan agama Islam dalam keluarga dan pencegahan kenakalan remaja di dusun Karang Talun desa Mlilir kecamatan Bandungan kabupaten Semarang. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana cara pendidikan agama Islam dalam keluarga? 2) bagaimana pencegahan kenakalan remaja?
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus (case study) dan bersifat kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer yang diperoleh dari informan, dan informan utama dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai anak remaja 13-21 tahun di dusun Karang Talun desa Mlilir kecamatan Bandungan kabupaten Semarang. Pengumpulan data ini dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Penegasan Istilah ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II: LANDASAN TEORI ... 10
A. Pendidikan Agama Islam ... 10
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 10
xii
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 12
4. Pendidikan Agama Islam dalam Kelurga ... 13
B. Keluarga ... 15
1. Pengertian Keluarga ... 15
2. Peran Keluarga ... 16
3. Fungsi Keluarga... 17
C. Remaja ... 19
1. Pengertian Remaja ... 19
2. Ciri-ciri Remaja ... 19
3. Remaja dalam Keluarga ... 22
D. Pencegahan Kenakalan Remaja ... 23
1. Pengertian Pencegahna Kenakalan Remaja... 23
2. Faktor-Faktor Kenakalan Remaja... 25
E. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Pencegahan Kenakalan Remaja ... 25
F. KAJIAN PUSTAKA ... 33
BAB III: METODE PENELITIAN ... 35
A.Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 35
B.Lokasi Penelitian ... 35
C.Instrumen Penelitian ... 35
D.Sumber Data ... 36
E.Teknik Pengumpulan Data ... 37
F. Analisis Data ... 39
xiii
H. Tahap-Tahap Penelitan ... 40
BAB IV: PAPARAN DATA DAN ANALISIS ... 41
A. Paparan Data ... 41
1. Diskripsi Dusun Karang Talun ... 41
a. Jumlah Keadaan Penduduk... 41
b. Jumlah Penduduk menurut Pendidikan ... 41
c. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 42
d. Jumlah Data Pernikahan ... 44
e. Jumlah Keluarga yang mempunyai anak remaja ... 45
f. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga ... 49
g. Pencegahan Kenakalan Remaja ... 62
2. Analisis ... 68
a. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga ... 68
b. Pencegahan Kenakalan Remaja ... 75
BAB V: PENUTUP ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk ... ... 41
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk menurut Pendidikan ... ... 41
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian ... 42
Tabel 4.4 Jumlah Pernikahan ... 44
xv
Lampiran-Lampiran
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Verbatim Wawancara
Lampiran 4 Gambar Dokumentasi
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 7 Nota Pembimbing
Lampiran 8 Lembar Konsultasi
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan tempat untuk individu dalam bersosialisasi
pertama. Dalam keluarga individu dapat mengenal hal-hal apapun. Keluarga
juga merupakan tempat pendidikan yang terbaik. Pertama kali seseorang
mengetahui sesuatu hal itu dari keluarga terlebih dahulu. Pendidikan dalam
keluarga sangatlah penting karena ini akan menentukan baik atau buruk
seorang individu tersebut. Pendidikan agama yang baik dalam keluarga
adalah salah satu contoh perhatian orang tua terhadap anak agar dapat tumbuh
dan berkembang menjadi manusia yang bermoral.
Keluarga menurut pendidik merupakan lapangan pendidikan yang
pertama dan pendidikannya adalah orang tua (Jalaluddin, 2012:294). Orang
tua adalah pendidikan utama dalam hal penanaman keimanan bagi anaknya.
Disebut pendidikan utama, karena besar sekali pengaruhnya dan merekalah
yang pertama mendidik anaknya (Tafsir, 2002:8). Jadi keluarga sangat
berperan penting dalam mendidik anak mereka. Dalam QS. Attahrim ayat 6
juga dijelaskan mengenai pendidikan agama islam dalam keluarga.
اَهُّيَأ اَي
اىٌَُهآ َييِرَّلا
اَهْيَلَع ُةَزاَجِحْلاَو ُساٌَّلا اَهُدىُقَو اًزاًَ ْنُكيِلْهَأَو ْنُكَسُفًَْأ اىُق
َىوُسَهْؤُي اَه َىىُلَعْفَيَو ْنُهَسَهَأ اَه َ َّاللَّ َىىُصْعَي َلَّ ٌداَدِش ٌظ َلَِغ ٌتَكِئ َلََه
2
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”
Masa remaja merupakan masa transisi, dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Secara fisik mungkin sudah menyerupai dewasa. Tapi secara
psikis dia belum dewasa. Masa remaja ini berkisar antara umur 12 sampai 20
tahun (Muchtar, 2008:69). Masa remaja adalah masa yang khusus, penuh
gejolak karena pada pertumbuhan fisik terjadi ketidakseimbangan. Hal ini
akan mempengaruhi perkembangan berfikir, bahasa, emosi, dan sosial anak
(Sunarto & Agung Hartanto, 2013:75). Para psikologi umumnya menetapkan
bahwa pada usia remaja ini anak mengalami perkembangan pesat dalam
berbagia segi yaitu: jasmani, pikiran, intelek, perasaan, kehidupan sosial dan
lain-lain (Uhbiyati, 2009:97). Melihat kondisi tersebut apabila didukung
dengan lingkungan yang kurang kondusif akan memicu terjadinya kenakalan
remaja.
Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melawan hukum, anti
sosial, anti susila, dan melanggar norma-norma agama.Apapun bentuk
kenakalan yang dilakukan, remaja memerlukan benteng diri sebagai upaya
penanggulangan remaja. Salah satu bekal yang dimiliki adalah lewat agama
yang dimiliki oleh remaja. Demi menanggulangi kenakalan remaja perlu
diciptakan keharmonisan bersama seluruh bangsa dengan memberikan contoh
keteladanan perilaku yang bagus. Penanaman nilai-nilia akhlakul karimah
dalam remaja secara menyeluruh menjadi tanggung jawab bersama anatara
keluarga, masyarakat, sekolah dan pemerintah sebagai upaya pencegahan
3
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan remaja
adalah tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian
dan kerusakan baik terhadapat dirinya sendiri maupun orang lain yang
dilakukan remaja dibawah umur 20 tahun. Keluarga perlu menanamkan
nilai-nilai islami dalam mendidik anak.
Wilayah bandungan terkenal dengan banyaknya pernikahan dini dan
kenakalan remaja yang terjadi. Menurut informasi yang peneliti peroleh dari
pihak kapolres Bandungan di antara kasus yang terjadi dalam kenakalan
remaja seperti: seks, minuman keras, perkelahiana dan pencurian. Kenakalan
remaja yang terjadi di Bandungan paling tinggi adalah pergaulan bebas atau
seks yang dilakukan oleh anak-anak remaja.
Kasus tentang kenakalan remaja semakin marak dan menarik
perhatian. Permasalahannya semakin meningkat dan mengkhawatirkan.
Salahsatunya adalah kasus penyimpangan seksual yang dilakukan oleh kaum
remaja saat ini banyak menimbulkan dampak negatif serta meresahkan
masyarakat. Salah satunya adalah banyaknya pasangan remaja yang
mengajukan dispensasi pernikahan yang sebagian besar karena persoalan
hamil pranikah. Hal ini dikarenakan pasangan remaja tersebut yang masih
dibawah umur atau belum cukup umur. Namun, karena terjadi kasus hamil
pranikah, maka mereka harus melakukan pernikahan dini sehingga harus
mengajukan dispensasi pernikahan terlebih dahulu ke pihak pengadilan
karena ditolak oleh KUA (kantor urusan agama) akibat kurangnya
persyaratan pernikahan. Menurut informasi yang peneliti peroleh dari pihak
4
yang masih dibawah umur jika ingin menikah harus mengajukan dispensasi
terlebih dahulu ke pengadilan supaya disidang dan diperbolehkan untuk
menikah. Jumlah pernikahan dini di Kecamatan Bandungan mencapai 75%
yang terjadi di kalangan anak remaja.
Di dusun Karang Talun sendiriyang jaraknya tidak terlalu jauh dari
wilayah Bandungan masih banyak terjadi pernikahan dini. Informasi yang
peneliti peroleh dari Kepala Dusun Karang Talun banyak anak remaja
melakukan pernikahan dini, bahkan ada yang melakukan sidang agar bisa
menikah. Mereka semua belum memasuki usia yang di tentukan oleh negara.
Fenomena pernikahan dini banyak terjadi di dusun Karang Talun. Kenakalan
remaja sendiri yang terjadi di dusun Karang Talun salah satunya
minum-minuman keras, perkelahian, pergaulan bebas dan kenakalan remaja. Perilaku
tersebut sangat bertentangan dengan norma agama. Memang itu semua tidak
dapat dipungkiri karena dusun Karang Talun berdekatan dengan
tempat-tempat prostitusi di Bandungan.
Peristiwa-peristiwa tersebut tentu saja sangat memprihatinkan di
dusun Karang Talun yang mayoritas penduduknya beragama muslim
mengalami hal seperti itu. Pendidikan agamapun sudah dilakukan terbukti
dengan adanya mengaji setiap malam di Madrasah Diniyah tersebut.
Kegiatan-kegiatan keagamaan juga sudah dilakukan akan tetapi, fenomena
kenakalan remaja masih tetap terjadi.
Pada Era globalisasi seperti ini para keluarga petani atau orang tua
yang ada di Duusun Karang Talun lebih memilih pondok pesantren sebagai
5
mencegah kenakalan remaja atau terpengaruh dengan kondisi sosial
lingkungan. Namun, ada juga yang tetap bersekolah tapi orang tua harus
ekstra memberikan perhatian yang lebih agar putra putri mereka tidak
terjerumus kedalam pergaulan bebas atau kenakalan remaja.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti masalah ini dengan
mengambil judul “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
KELUARGA UNTUK PENCEGAHAN KENAKALAN REMAJA (Studi
Kasus di Dusun Karang Talun Desa Mlilir Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang Tahun 2018)”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul dan latar belakang diatas, maka penulis kemukakan
beberapa pokok masalah dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah
tersebut adalah:
1. Bagaimana cara Pendidikan Agama Islam dalam keluarga di dusun
Karang Talun, desa Mlilir, Kec. Bandungan, Kab. Semarang?
2. Bagaimana pencegahan kenakalan remaja yang dilakukan di Dusun
Karang Talun, desa Mlilir, Kec. Bandungan, Kab. Semarang tahun
2018?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas, maka tujuan penulisan
skripsi yang penulis capai antara lain:
1. Untuk mengetahui cara Pendidikan Agama Islam dalam keluarga di
6
2. Untuk mengetahui cara pencegahan kenakalan remaja yang dilakukan
di Dusun Karang Talun, Desa Mlilir, Kec. Bandungan, Kab. Semarang
Tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Kegunaan secara teoritis
a. Adanya tulisan ini, diharapkan dapat menjadi salah satu karya
ilmiah yang dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
khususnya tentang faktor pendidikan agama Islam dalam keluarga
yang menjadikan banyak remaja agar tidak terjerumus ke dalam
kenakalan remaja.
b. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis.
2. Kegunaan praktis
a. Bagi penulis, sebagai bahanpembelajaran bagi peneliti dalam
menjalani kehidupan rumah tangga, mendidik anak dan menjaga
keluarga dari perbuatan yang dilarang oleh agama.
b. Bagi Orang Tua di Dusun Karang Talun
1) Menjadi pendidikan bagi orang tua agar dapat mencegah
kenakalan remaja bagi anaknya.
2) Orang tua supaya lebih berhati-hati dalam menjaga dan
7 E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul skripsi
ini, maka ada beberapa istilah yang digunakan penulis yang perlu
dijelaskan dan ditegaskan maksudnya berikut:
1. Cara pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
Pendidikan Islam secara etimologis berasal dari kata bahasa Arab
yang umumnya digunakan untuk menunjukkan istilah pendidikan,
yaitu tarbiyah, ta‟lim, dan ta‟dib. Istilah tarbiyah berasal dari tiga kata,
yaitu: pertama, rabba yarbu, yang artinya bertambah dan tumbuh. Kedua, rabbiya yarba yang artinya menjadi besar. Ketiga, rabba yarabbu yang yang artinya memperbaiki, menguasahi urusan, menuntun, menjaga, dan memelihara (Nahlawi, 1992:31). Istilah ta‟lim
berasal dari kata „allama yang berarti mengajar (pengajaran), yaitu
transfer ilmu pengetahuan (Bawani dan Anshori, 1991:72). Istilah
ta‟dib berasal dari kata addaba yang artinya mendidik yang lebih
tertuju pada penyempurnaan akhlaq atau budi pekerti (Achmadi,
1987:4). Keluarga menurut pendidik merupakan lapangan pendidikan
yang pertama dan pendidikannya adalah orang tua (Jalaluddin,
2012:294). Orang tua adalah pendidikan utama dalam hal penanaman
keimanan bagi anaknya. Disebut pendidikan utama, karena besar sekali
pengaruhnya dan merekalah yang pertama mendidik anaknya (Ahmad
Tafsir, 2002:8). Dari definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa
8
membentuk kepribadian seorang anak atau remaja di Dusun Karang
Talun.
2. Pencegahan Kenakalan Remaja
Apapun bentuk kenakalan yang dilakukan, remaja memerlukan
benteng diri sebagai upaya penanggulangan remaja. Salah satu bekal
yang dimiliki adalah lewat agama yang dimiliki oleh remaja. Demi
menanggulangi kenakalan remaja perlu diciptakan keharmonisan
bersama seluruh bangsa dengan memberikan contoh keteladanan
perilaku yang bagus. Penanaman nilai-nilia akhlakul karimah dalam
remaja secara menyeluruh menjadi tanggung jawab bersama anatara
keluarga, masyarakat, sekolah dan pemerintah sebagai upaya
pencegahan kenakalan remaja (Rifa Hidayah, 2009:261). Penulis
menyimpulkan bahwasanya pencegahan kenakalan remaja adalah
upaya yang harus diperhatikan oleh keluarga. Agar anak remaja
mereka dapat terhindar dari kenakalan remaja dan menjadi pribadi
yang baik dalam kehidupan.
F. Sistematika penulisan
Menurut Moleong (2009:127-148) sistematika penelitian kualitatif
harus memuat:
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.
9
Pada bab ini berisi Pendidikan Agama Islam dalam keluarga dan
pencegahan kenakalan remaja meliputi: pengertian Pendidikan Agama
Islam dalam keluarga, pengertian kenakalan remaja, peran dan fungsi
keluarga dalam memberikan pendidikan agama bagi anak remaja, cara
pencegahan kenakalan remaja di Dusun Karang Talun, Desa Mlilir,
Kec. Bandungan, Kab. Semarang Tahun 2018
3. Bab III Hasil Penelitian
Pada baba 3 ini berisi tentang kondisi keluarga di Dusun Karang
Talun, penerapan pencegahan kenakalan remaja di Dusun Karang
Talun, Desa Mlilir, Kec. Bandungan, Kab. Semarang tahun 2018.
4. Bab IV Analisis Data
Penganalisisan data pada skripsi ini adalah penerapan Pendidikan
Agama Islam dalam keluarga dan cara pencegahan kenakalan remaja
di Dusun Karang Talun, Desa Mlilir, Kec. Bandungan, Kab. Semarang
tahun 2018.
5. Bab V Penutup
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam secara etimologis berasal dari kata bahasa
Arab yang umumnya digunakan untuk menunjukkan istilah pendidikan,
yaitu tarbiyah, ta‟lim, dan ta‟dib. Istilah tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu: pertama, rabba yarbu, yang artinya bertambah dan tumbuh. Kedua, rabbiya yarba yang artinya menjadi besar. Ketiga, rabba yarabbu yang yang artinya memperbaiki, menguasahi urusan, menuntun, menjaga, dan memelihara (Nahlawi, 1992:31). Istilah ta‟lim
berasal dari kata „allama yang berarti mengajar (pengajaran), yaitu
transfer ilmu pengetahuan (Bawani dan Anshori, 1991:72). Istilah
ta‟dib berasal dari kata addaba yang artinya mendidik yang lebih
tertuju pada penyempurnaan akhlaq atau budi pekerti (Achmadi,
1987:4).
Berdasarkan pada ketiga pengertian pendidikan agama Islam
secara etimologi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
11
dalam aspek pengetahuan, sikap, praktis dan akhlaq agar mencapai
kesempurnaan.
Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan
seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal
sesuai dengan ajaran agama Islam (Abdul Majid & Dian Andayani,
2005: 130). Pendidikan Agama Islam adalah mengasuh, membimbing,
mendorong, mengusahakan, menumbuh kembangkan, manusia takwa
(Lisnawati, 2012:1). Menurut D Marimba dalam Mansur (2005:328)
Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut aturan-aturan Islam. Pendidikan Agama
Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk membentuk peserta
didik agar memiliki keseimbangan jasmani dan rohani, serta memiliki
iman, ilmu, dan amal sekaligus (Heri Gunawan, 2014: 9). Jadi
Pendidikan Agama Islam adalah untuk membentuk seseorang menjadi
pribadi yang baik dan mempunyai akhlaqul karimah.
Menurut Syafaat (2008: 175) bahwa Agama Islam adalah agama
universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai
aspek kehidupan, baik dunia maupun akhirat. Salah satu diantaranya
ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan
pendidikan, karena menurut ajaran Islam, pendidikan adalah kebutuhan
hidup manusia dan mutlak yang harus dipenuhi, demi tercapainya
12
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasanya
pendidikan agama Islam wajib diterapkan bagi sebuah keluarga.
Pendidikan adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbangan dan
asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam.
Remaja dapat mengetahui baik buruk yang dilakukanya menurut
agama. Jadi remaja harus dibekali tentang Pendidikan Agama yang
kuat.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Proses mendidik anak atau remaja Pendidikan Agama Islam
mempunyai tujuan. Menurut Gunawan (2014: 10) tujuan Pendidikan
Agama Islam adalah terciptanya orang yang berkepribadian muslim.
Ada beberapa tujuan pendidikan. Tujuan umum ialah pendidikan yang
akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan
pengajaran atau cara lain (Daradjat, 2011:30). Tujuan khusus dari akhir
Pendidikan Agama Islam dapat dipahami dalam QS. Adz- Dzariyat ayat
56:
ِىوُدُبْعَيِل َّلَِّإ َشًِْ ْلْاَو َّيِجْلا ُتْقَلَخ اَهَو
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”
Tujuan diciptakan manusia hanya untuk beribadah dan
13
ajaran-ajaran agama. Sedangkan menurut Nur Ahid (2010: 45) tujuan
Pendidikan Islam biasanya dirumuskan secara padat dan singkat, seperti
terbentuknya “kepribadian muslim”.
Al-Qur’an juga sudah menjelaskan tentang diciptakannya
manusia oleh Allah SWT agar beribadah kepadanya. Jadi pendidikan
agama Islam mempunyai peran yang sangat hebat dalam membentuk
kepribadian seorang remaja, khususnya di era yang modern seperti ini.
c. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Agama mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan
manusia. Menurut Darajat (2001: 56) fungsi agama memberikan
bimbingan hidup, menolong dalam menghadapi kesukaran serta dapat
menentramkan batin.
Fungsi Pendidikan Islam yang sekaligus menjadi suatu proses
pendidikan dalam keluarga, menurut Zakiyah Daradjat dalam Aat
Syafaat (2008: 173-174) antara lain sebagai berikut:
1) Pembekalan, yaitu untuk membimbing anak dalam memiliki
akhlak
2) Penerangan, yaitu membantu anak untuk mengetahui
prinsip-prinsip dan hukum agama agar dalam pelaksanaanya sesuai
dengan ajaran islam.
3) Perbaikan, yaitu untuk menolong anak dalam membina akidah
yang baik dan benar serta pembentukan jiwa keagamaan yang
14
4) Penyadaran, yaitu untuk memberikan penyadaran anak-anak
atau remaja agar memahami dan mampu menjaga kesehatan,
baik jasmani dan rohani.
5) Pengajaran, yaitu untuk menyiapkan peluang dan suasana
praktis untuk mengamalkan nilai-nilai agama dan akhlak dalam
kehidupan.
Pada hakikatnya seorang remaja membutuhkan pendidikan
agama Islam. Ini disebabkan karena agama berfungsi sebagai
pembimbing atau petunjuk dalam kehidupan. Pendidikan agama dapat
membantu remaja dalam menghadapi segala macam persoalan yang
dihadapinya.
d. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
Menurut Mufatihatut Taubah (2015:124-136) dalam pelaksanaan
pendidikan agama dalam keluarga dapat menggunakan pola atau
metode pendidikan Qurani. Adapun pendidikan Qurani yang dapat
dilakukan dalam pendidikan agama dalam keluarga di antaranya
sebagai berikut:
1) Pendidikan keteladanan
Yaitu suatu pola atau metode pendidikan dengan cara
memberikan contoh yang baik kepada anak didik, baik dalam
ucapan maupun perbuatan. Keteladanan merupakan salah satu
metode pendidikan yang diterapkan Rasulullah SAW dan dianggap
paling banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan menyampaikan
15
perilaku Nabi Muhammad SAW, karena dalam dirinya telah ada
keteladanan yang mencerminkan ajaran al-Quran.
2) Pendidikan dengan adat kebiasaan
Setiap manusia yang dilahirkan membawa potensi, salah
satunya berupa potensi beragama. Potensi beragama ini dapat
terbentuk pada diri anak (manusia) melalui 2 faktor, yaitu: faktor
pendidikan Islam yang utama dan faktor pendidikan lingkungan
yang baik. Faktor pendidikan Islam yang bertanggung jawab
penuh adalah bapak ibunya. Faktor lingkungan harus menunjang
terhadap pengajaran tersebut, yakni orang tua senantiasa
memberikan aplikasi pembiasaan ajaran agama dalam lingkungan
keluarganya. Sebab pembiasaan merupakan upaya praktis dan
pembentukan (pembinaan) dan persiapan.
3) Pendidikan dengan nasehat
Pemberi nasihat seharusnya orang yang berwibawa dimata
anak. Pemberi nasihat dalam keluarga tentunya orang tuanya
sendiri selaku pendidik bagi anak. Anak akan mendengarkan
nasihat tersebut, apabila pemberi nasihat juga bisa memberi
keteladanan. Sebab nasihat saja tidak cukup bila tidak diikuti
dengan keteladanan yang baik. Anak tidak akan melaksanakan
nasihat tersebut apabila didapatinya pemberi nasihat tersebut juga
tidak melaksanakannya. Anak tidak butuh segi teoretis saja, tapi
segi praktislah yang akan mampu memberikan pengaruh bagi diri
16 4) Pendidikan dengan Perhatian
Orang tua berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan–
kebutuhan anaknya, baik kebutuhan jasmani ataupun kebutuhan
yang berbentuk ruhani. Di antara kebutuhan anak yang bersifat
ruhani adalah anak ingin diperhatikan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya. Pendidikan dengan perhatian adalah
mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti
perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan moral,
persiapan spiritual dan sosial, disamping selalu bertanya tentang
situasi pendidikan jasmani dan daya hasil ilmiahnya.
5) Pendidikan dengan memberikan hukuman
Hukuman diberikan, apabila metode-metode yang lain
sudah tidak dapat merubah tingkah laku anak, atau dengan kata
lain cara hukuman merupakan jalan terakhir yang ditempuh oleh
pendidik, apabila ada perilaku anak yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam.
2. Keluarga
Pencegahan kenakalan remaja yang difokuskan oleh peneliti adalah
keluarga petani yang ada di Dusun Karang Talun Desa Mlilir Bandungan,
sehingga peneliti tertarik meneliti untuk mengetahui seberapa besar
Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Pencegahan Kenakalan
17 a. Pengertian Keluarga
Menurut Rifa Hidayah (2009: 16) orang tua mempunyai
tanggung jawab untuk mengantarkan putra putrinya menjadi seorang
yang sukses dan bagi orang tua penting memahami dan
memperhatikan perkembangan anak. Keluarga merupakan lingkungan
pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak. Kondisi dan tatacara kehidupan keluarga
merupakan lingkungan yang kondusif bagi anak. Orang tua
memegang peran yang istimewa dalam hal informasi dan cermin
tentang diri seseorang.
Keluarga adalah kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan
anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan
kewajiban masing-masing anggotanya. Keluarga adalah tempat yang
pertama dan yang utama di mana anak-anak belajar. Dari keluarga
mereka memepelajari sifat keyakinan, sifat-sifat mulia, komunikasi
dan interaksi sosial, serta ketrampilan hidup (Helmawati, 2014:42-43).
Keluarga sebagai institusi atau lembaga pendidikan ditunjukkan oleh
hadits nabi yang menyatakan bahwa keluarga merupakan tempat
pendidikan anak paling awal dan yang memberikan warna dominnan
bagi anak. Sejak anak dilahirkan, ia menerima bimbingan kebaikan
dari keluarga yang memungkinkannya berjalan dijalan keutamaan
sekaligus bisa berperilaku dijalan kejelekan sebagai akibat dari
pendidikan yang salah (Roqib, 2009:123). Sikap ini bisa memupuk
18
menyuburkan proses pendidikan dalam lingkungan keluarga
(Mustaqim, 2005: 35).
Suatu keluarga dianggap suatu sistem sosial, oleh karena
memiliki sistem sosial yang ada pokoknya mencakup kepercayaan,
perasaan, tujuan, kaidah-kaidah, kedudukan dan peranan, tingkatan
atau jenjang, sanksi, kekuasaan dan fasilitas (Soekanto, 2004:1).
Jadi dari pengertian di atas bahwasanya keluarga adalah
pendidikan yang pertama bagi seorang anak atau remaja. Dari
keluarga seorang anak dapat belajar. Lebih mengerti mana yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
b. Peran Keluarga
Keluarga merupakan pendidik moral yang pertama dan utama
bagi anak-anak. Orang tua adalah guru moral pertama anak-anak,
pemberi pengaruh yang paling dapat bertahan lama, anak-anak
berganti guru setiap tahunnya, tetapi mereka memiliki satu orang tua
sepanjang masa hidup. Hubungan orang tua anak juga mengandung
signifikansi emosional khusus, yang bisa menyebabkan anak-anak
merasa dicintai dan berharga atau sebaliknya merasa tidak dicintai dan
tidak berharga (Lickona, 2014:42). Perkembangan agama pada
anak-anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil dalam
keluarga. Keluarga harus melakukan pendidikan, mengharuskan orang
tua mendidik anak-anaknya akan iman dan akidah yang betul dan
19
Oleh karena itu, keluarga memiliki peranan yang penting
dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan berpengaruh
positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga yang jelek akan
berpengaruh negatif (Sudarsono, 2006: 125). Jadi peran keluarga
sangat penting dalam memberikan pendidikan agama bagi seorang
anak atau remaja. Keluarga harus berperan lebih untuk memberikan
pendidikan dan pengajaran agama bagi anak remajanya.
c. Fungsi Keluarga
Menurut Koentjraningrat dalam Robbayani (2012:96) lebih
melihat pada pokok fungsi keluarga dari segi keamanan hidup dan
pengasuhan anak. Lebih lanjut Koenjtraningrat mengatakan pada
semua keluarga inti dalam semua masyarakat dunia, kita lihat adanya
dua fungsi pokok yang sama, yaitu:
1) Keluarga inti merupakan kelompok di mana si individu pada
dasarnya dapat menikmati bantuan utama dari sesamanya serta
keamanan dalam hidup.
2) Keluarga inti merupakan kelompok di mana si individu itu, waktu
ia sebagai anak-anak masih belum berdaya, mendapat pengasuhan
dan permulaan dari pendidikannya.
Samsul Nizar dalam Helmawati (2016:44-48) menyatakan bahwa
dalam memberdayakan pendidikan keluarga sangat relevan untuk
dibahas beberapa fungsi keluarga. Selanjutnya ia membagi fungsi
keluarga menjadi delapan fungsi:
20
Fungsi agama dilaksanakan melalui penanaman nilai-nilai
keyakinan berupa iman dan takwa. Penanaman iman dan takwa
mengajarkan kepada anggota keluarga untuk selalu menjalankan
perintah Tuhan Yang Maha esa dan menjauhi larangan-Nya.
b). Fungsi Biologis
Fungsi biologis adalah fungsi pemenuhan kebutuhan agar
keberlangsungan hidupnya tetap terjaga termasuk secara fisik.
Maksudnya pemenuhan kebutuhan yang berhubungan dengan
jasmani manusia.
c). Fungsi Ekonomi
Fungsi ini berhubungan dengan bagaimana pengaturan
penghasilan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan dalam
rumah tangga.
d) Fungsi Kasih Sayang
Fungsi ini menyatakan bagaimana sikap anggota keluarga
harus menyayangi satu sama lain.
e). Fungsi Perlindungan
Setiap anggota keluarga berhak mendapat perlindungan
dari anggota lainnya.
f). Fungsi Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat
penting untuk meningkatkan martabat dan peradaban manusia.
21
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan
makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri untuk memenuhi
semua kebutuhan hidupnya.
h). Fungsi Rekreasi
Manusia tidak hanya perlu memenuhi kebutuhan
biologisnya atau fisiknya saja, tetapi juga perlu memenuhi
kebutuhan jiwa atau rohaninya.
3. Remaja
Menurut Lailia (2017:52-58) ada beberapa karakteristik remaja yaitu:
1) Pengertian Remaja
Remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa
kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa
pembentukan tanggung jawab. Masa remaja ditandai dengan
pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah
terbayangkan dan dialami. Dalam bidang fisik-biologis maupun psikis
atau kejiwaan. Menstruasi pertama bagi wanita dan keluarnya sperma
dalam mimpi basah pertama bagi laki-laki. Istilah asing yang sering
digunakan untuk menunjukkan masa remaja menurut Yulia S.D.
Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1991) antara lain: (a) puberteit, pubertydan (b) adolescentia. Istilah puberty (bahasa inggris) berasal dari istilah latin, pubertas, yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. Pubescence
22
kemaluan (genital), maka pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan.
2) Ciri-Ciri Remaja
Ciri-ciri fisik remaja atau perubahan fisik yang terjadi pada
masa
remaja di antaranya yaitu seperti: karakteristik fisik remaja,
perubahan hormonal remaja, tanda kematangan seksual, serta
reaksi terhadap
menarche/spermarche.
a) Karakteristik Perubahan Fisik Remaja
Pertumbuhan fisik yang dialami remaja diperkirakan pada
usia 18 tahun dan setelah masa itu diperkirakan tidak terjadi
pertumbuhan atau penambahan tinggi badan lagi (Turner dan
Helms, 1995: Papalia, Olds dan Feldman, 2001).
b) Perubahan Hormonal Remaja
Perubahan hormonal merupakan awal dari masa pubertas
remaja yang terjadi sekitar usia 11-12 tahun. Perubahan ini erat
hubungannya dengan perubahan di dalam otak yakni
hypothalamus, suatu bagian organ otak yang bertugas untuk mengkoordinasi atau mengatur fungsifungsi seluruh sistem
jaringan organ tubuh. Salah satu di antaranya, ialah merangsan
hormon luteinizing hormone releasing hormone (LHRH) dan kelenjar pituitary (pituitary gland) untuk melepaskan hormon
23
Hormon gonadotropin ini merangsang gonades (testes dan ovaries) untuk memproduksi hormon seksual. Hormon seks pada remaja wanita disebut estrogen atau estradiol, sedangkan hormon remaja laki-laki disebut androgen atau testosteron. Hal ini yang dianggap sebagai faktor penyebab kematangan seksual
seorang remaja. Hormon androgen atau testosteron bekerja mempengaruhi pertambahan berat badan maupun perubahan
suara, sedangkan hormon estrogen/estradiol mempengaruhi pertumbuhan (makin membesarnya) payudara, uterine
(produksi sel telur), dan perkembangan tulang-tulang (skeletal
development) (Santrock, 1999).
c) Reaksi Remaja Wanita terhadap Menarche
Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih Dirga Gunarsa
(1991) secara umum mengungkapkan 2 jenis reaksi remaja
wanita terhadap datangnya haid pertama (menarche), yaitu reaksi negatif dan reaksi positif. Reaksi negatif, yaitu suatu
pandangan yang kurang baik dari seorang remaja wanita ketika
dirinya memandang terhadap munculnya menstruasi. Ketika
muncul menstruasi pertama, seorang individu akan merasakan
adanya keluhan-keluhan fisiologis (sakit kepala, sakit
pinggang, mual-mual, muntah) maupun kondisi psikologis
yang tidak stabil (bingung, sedih, stres, cemas, mudah
tersinggung, marah, emosional). Hal ini kemungkinan karena
24
yang terjadi pada awal kehidupan seorang remaja wanita, maka
menstruasi dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak baik.
Reaksi positif, yang dimaksud dengan reaksi positif remaja
wanita ialah individu yang mampu memahami, menghargai dan
menerima adanya menstruasi pertama sebagai tanda
kedewasaan seorang wanita. Sikap yang positif akan menjadi
salah satu tolok ukur kedewasaan seseorang (the maturity of personality). Umumnya, mereka yang dewasa ditandai dengan konsep diri (self-concept) yang positif, yakni memiliki kemampuan untuk melihat gambaran diri mengenai kelebihan
dan kekurangan diri sendiri, artinya mereka mampu untuk
mengevaluasi diri (self-awareness).
d) Reaksi Remaja laki-laki terhadap Spermarche
Para ahli seperti Gunarsa dan Gunarsa (1991) dan Berk
(1993) berpendapat para remaja laki-laki akan memiliki sikap
yang beragam yakni ada yang merasa biasa-biasa saja, senang,
gembira, bingung, atau
merasa berdosa. Mereka menganggap positif yaitu bahwa
spermarche
(ejakulasi pertama, nocturno emission) merupakan sesuatu
yang wajar
yang terjadi pada setiap remaja laki-laki. Di sisi lain,
pengalaman tersebut dirasakan sangat menyenangkan
25
berkeinginan untuk dapat mengulangi pengalaman tersebut.
Sedangkan bagi remaja yang merasa terkejut (shock) atau
merasa berdosa (guilty feeling) biasanya dilatarbelakangi oleh kehidupan keluarga yang memegang nilai-nilai agama dan
bersikap kaku dalam pendidikan seks terhadap anak
(puritanisme).
Beberapa pendapat di atas definisi remaja adalah perubahan
dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Dalam hal ini ada
beberapa perubahan yang dialami seorang remaja. Orang tua harus
bisa memberikan pengarah terhadap perubahan yang terjadi pada
anak remaja mereka.
3) Remaja dalam Keluarga
Menurut Dariyo ( 2004: 95-98) ada beberapa ciri remaja dalam
keluarga yaitu:
a) Konflik-konflik Remaja dalam Keluarga
Salah satu ciri perkembangan kehidupan seorang remaja
diwarnai dengan adanya perubahan-perubahan fisiologis maupun
psikologisnya. Hal itu menyebabkan kondisi emosinya mengalami
ketidakstabilan. Akibatnya seringkali remaja banyak mengalami
benturan-benturan dalam lingkungan, misalnya dengan orang tua,
saudara kandung, teman-teman, atau masyarakat. Konflik dalam
diri remaja anataranya:
(1) Konflik pemilihan teman/pacar
26
(3) Konflik dengan saudara kandung
b) Pola Asuh Orang Tua
Baumrind ahli psikologi perkembangan membagi pola asuh
menjadi 3 yakni:
1) Pola asuh otoriter
Ciri-ciri pola asuh ini, menekankan segala aturan
orang tua harus ditaati oleh anak.
2) Pola asuh permisif
Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan dan ketetepan keluarga ditangan anak. Apa yang
dilakukan anak diperbolehkan orang tua.
3) Pola asuh demokratis
Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu
keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan
kedua belah pihak.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwasnya
keluarga sangat mempengaruhi pendididikan seseorang. Dalam hal ini
seorang anak atau remaja mempunyai pembentukan perilaku yang baik
dari keluarga karena diajarkan tentang norma-norma dan mendapatkan
pendidikan agama yang baik.
4. Pencegahan Kenakalan Remaja
a. Pengertian Pencegahan Kenakalan Remaja
Remaja adalah suatu tingkat umur dimana anak-anak tidak lagi
27
anak remaja, orang tua harus bijak, pandai, dan banyak wawasan.
Orang tua juga perlu memahami pada usia remaja, hubungan laki-laki
dan perempuan sudah mulai dekat, misalnya melalui komunikasi di
sekolah dan lingkungan rumah. Menghadapi kedekatan yang
menjerumus kemaksiatan, orang tua harus dapat menciptakan kontrol
yang bisa menghindarkan anak remajanya dari melanggar aturan agama
(Mustaqim, 2005: 35). Remaja (adolascence) adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai
dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo,
2004:13).
Jadi remaja adalah umur yang menjembatani antara umur
anak-anak dan umur dewasa. Dalam hal ini keluarga harus pandai-pandai
dalam mengatur pergaulan anak remajanya.
Juvenile berasal dari kata latin “juvenilis” artinya anak-anak, anak muda, sifat khas remaja. Delinquency berasal dari kata latin
“delinquere” artinya terabaikan, mengabaikan yang kemudian
diperluas menjadi jahat, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut,
pengacau dan lain-lain (Dwi, 2008:5). Menurut Dr. Fuad Hasan,
kenakalan diartikan sebagai perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh
anak remaja yang dimana dilakukan orang dewasa dikualifikasikan
sebagai tindak kejahatan (Sudarsono, 2012: 11). Keluarga merupakan
lingkungan terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan
didalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama. Keluarga
28
baik akan berpengaruh positif bagi anak, sedangkan keluarga yang jelek
akan berpengaruh negatif. Kemungkinan timbulnya delinquency itu sebagain besar dari keluarga (Sudarsono, 2004: 125).
Pencegahan kenakalan remaja dapat membina dan
meningkatkan kualitas keluarga sehingga sehingga kedua orang tua
berkesempatan membina dan mengembangkan kepribadian anak-anak
mereka dengan baik dan membahagiakan. Waktu kedua orang tua di
rumah perlu diintensifkan penggunaannya terutama dalam
berkomunikasi dengan anak-anaknya supaya rasa kasih sayang,
perhatian dan pengarahan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
(Basri, 2004: 18).
Berdasarkan pendapat di atas bahwasanya pencegahan
kenakalan remaja harus dilakukan oleh para keluarga. Agar remaja
dapat berproses menjadi orang yang baik dan membanggakan keluarga.
b. Faktor-Faktor Terjadinya Kenakalan Remaja
Menurut Aat Syafaat sebab terjadinya juvenile delinquency
disebabkan oleh faktor di antaranya:
1) Lemahnya pemahaman nilai-nilai agama
2) Lemahnya ikatan keluarga
3) Anak delinquency kangen keluarga
4) Kondisi keluarga tidak nyaman, lingkungan sekolah tidak
29
Kenakalan remaja dapat disebabkan oleh hal-hal yang berasal
dari luar diri remaja itu sendiri yang berasal dari dalam diri remaja,
seperti perkembangan kepribadian yang terganggu, individu
mempunyai cacat tubuh, individu mempunyai kebiasaan yang mudah
terpengaruh, dan tingkat intelegensi yang rendah. Berasal dari luar
antara lain, lingkungan pergaulan yang kurang baik, kondisi keluarga
yang tidak mendukung terciptanya perkembangan kepribadian anak
yang baik, pengaruh media massa, kurangnya kasih sayang yang
dialami anak-anak, dan kecemburuan sosial atau frustasi terhadap
keadaan sekitar (Dwi, 2008:45)
Beberapa pengertian di atas menunjukkan bahwa sebab-sebab
kenakalan remaja sangat banyak. Oleh itu keluarga atau orang tua harus
pandai- pandai dalam mengontrol pola pergaulan seorang remaja.
Pendidikan agama Islam adalah salah satu kontrol yang baik untuk
mencegah terjadinya seorang remaja melakukan tindakan kenakalan
remaja.
5. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Pencegahan
Kenakalan Remaja
Pendidikan Agama Islam dalam keluarga sangat di perlukan oleh
seorang remaja. Menurut Aaj Sudrajat dalam Republika (24-7-2011), basis
Pendidikan Agama terletak pada keluarga. Di sinilah anak pertama kalinya
anak memperoleh internalisasi nilai, teladan prinsip, dan moral. Hanya,
tidak semua orang tua mampu memberikan transferensi atau pemindahan
30
(Anas Salahudin & Irwanto Alkrienciehie, 2013:238). Orang tua
merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena
dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian
bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga
(Daradjat, 2011:34). Menurut Soekanto ( 2009:23) keluarga batih terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah. Lazimnya keluarga
batih merupakan unit pergaulan hidup yang terkecil dalam masyarat.
Keluarga batih mempunyai peranan-peranan yaitu:
a. Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang
menjadi anggota, di mana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam
wadah tersebut.
b. Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil
memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya.
c. Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah
pergaulan hidup.
d. Keluarga batih merupakan wadah dimana manusia mengalami proses
sosialisasi awal, yakni suatu proses di mana manusia mempelajari dan
mematuhi kiadah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat.
Menurut Muchtar (2008:88-103) ada beberapa peranan orang tua
yang harus dilaksanan demi kesejahteraan anak-anaknya sebagai berikut:.
31
Inilah yang pertama harus dilakukan oleh orang tua terhadap
anaknya yaitu, menanamkan keyakinan bahwa Allah itu Maha Esa
dan memiliki sifat-sifat yang mulia.
2) Melatih mengajarkan Shalat dan Ibadah-Ibadah Lain
اَه ٰىَلَع ْسِبْصاَو ِسَكٌُْوْلا ِيَع َهًْاَو ِفوُسْعَوْلاِب ْسُهْأَو َة َلََّصلا ِنِقَأ َّيٌَُب اَي
ِزىُهُ ْلْا ِمْزَع ْيِه َكِلَٰذ َّىِإ ۖ َكَباَصَأ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Qs. Al
Luqman 17
Anak harus sudah disuruh atau diajarkan shalat ketika
mereka sudah mengenal atau bisa membedakan tangan kanan dan
tangan kiri, ini berarti ketika anak berumur sekitar dua atau tiga
tahun. Pada umur ini anak dikenalkan tata cara shalat atau diajak
bersama-sama mengerjakan shalat.
3) Memperhatikan pergaulan Anak
Orang tua harus mengetahui dengna siapa anak-anaknya
berteman. Orang tua harus mengetahui aktivitas apa saja yang
dilakukan oleh anak-ankanya beserta teman-temannya. Mengikat
silaturahmi atau sering berkomunikasi dengan para orang tua
teman anknya, supaya bisa memantau keadaan dan pergaulan
anak-anak .
Sedangkan menurut Mustaqim (2005:49-95) ada juga
32
a. Menyayangi anak bukan memanjakan
Islam sangat menekankan perilaku kasih sayang terhadap
anak. Oleh karena itu, mendidik anak penuh kasih sayang menjadi
sangat penting.
b. Sikap bijak mendidik anak
Sebagai orang tua harus sungguh-sungguh dalam mendidik,
membimbing, dan memotivasinya. Berhasil atau tidak proses
pendidikan anak juga sangat bergantung pada sikap bijak orang tua
kepada anak.
c. Menjadi orang tua yang ideal di mata anak
Beberapa ciri-ciri orang tua yang ideal bagi anak seperti:
memiliki, kepribadian menarik, terlihat muda, berperilaku baik,
perhatian dan simpatik, jujur, selalu siap membantu anak.
d. Membangun komunikasi efektif dengan anak
Situasi dan kondisi yang efektif untuk membangun
komunikasi seperti saat makan bersama, berlibur bersama dan
berkumpul dirumah.
e. Jangan menghukum fisik anak
Banyak metode dalam mendidik anak tanpa menyakiti,
33
diperkenankan adalah jika orang tua mudah melayangkan tangan ke
pipi anak, memukul anak hingga memar.
f. Menciptakan keluarga harmonis
Salah satu menciptakan keluarga yang harmonis adalah
keutuhan orang tua, anak dibesarkan di lingkungan keluarga yang
utuh, damai, saling memahami dan menghargai, sehingga
menjadikan anak tenang dan tentram.
g. Menjaga kesehatan jasmani dan rohani anak sejak dini
Agar tumbuh menjadi generasi yang kuat dan sehat baik
jasmani ataupun rohani, orang tua harus memperhatikan kesehatan
anak-anaknya dan menjaga mereka dari penyimpangan moral sejak
dini.
h. Membangun percaya diri pada anak
Anak muda sekali merasa rendah diri, tidak mampu, minder,
tidak penting karena banyak hal yang belum mereka ketahui.
Sebaliknya orang tua memberikan kesempatan kepada. Mereka dan
mendorong terus menerus pada suatu aktivitas yang akan mereka
lakukan.
Keluarga yang baik adalah keluarga yang bisa menciptakan
suasana nyaman bagi anak-anak remaja mereka. Remaja agar terhindar
dari kenakalan remaja, maka keluarga khususnya orang tua bisa
34
Meurut Yulia D Gunarsa dan Singgih D Gunarasa dalam Dariyo
(2004: 13-14) masa remaja dibagi antara lain: puberteit, puberty,dan
adolescentia. Istilah puberty berasal dari istilah latin, pubertas yang berarti kelaki-lakian kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda
kelakian. Pubescence dari kata pubis yang berarti rambut (bulu) pada daerah kemaluan (genital), maka pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan. Adolescentia
berasal dari bahasa latin yang berarti masa muda yang terjadi antara 17-30
tahun.
Kartini Kartono (1995: 149) membagi masa remaja atau masa
pubertas bisa dibagi dalam empat fase, yaitu:
1) Masa awal pubertas, disebut pula sebagai masa pueral atau
pra-pubertas.
2) Masa menentang kedua, fase negatif, Trotzalter kedua, periode
Varneinung.
3) Masa pubertas sebenarnya mulai 14 tahun, masa pubertas anak
wanita pada umumnya berlangsung lebih awal dari pada pubertas
anak laki-laki.
4) Fase adolesensi mulai usiam17 tahun sampai 19-21 tahun.
Menurut Gunarsa dan Gunarsa dalam Dariyo (2004: 14) bahwa
secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan individu
yakni:
35
Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa
perubahan-perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal
yang bersifat herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya.
b) Faktor Exogen (nurture)
Pandangan faktor exogen menyatakan bahwa perubahan
dan perkembangan individu sangat di pengaruhi oleh faktor-faktor
dari luar oleh individu itu sendiri.
Sementara tentang berakhirnya masa remaja para ahli
berbeda pendapat, ada yang menyatakan umur 18 tahun, 21 tahun,
dan ada pula yang menentukan sampai 25 tahun. Akan tetapi
sekalipun ada perbedaan dalam menentukan batas akhir masa
remaja, para ahli umumnya mengambil patokan kurang lebih 13-21
tahun sebagai umur atau masa remaja (Djami’atul, 2013:70).
Keluarga dan masyarakat sangat berperan dalam pembinaan
perilaku menyimpang, karena apabila dibiarkan, akan terlahir suatu
remaja yang bergelimangdosa dan penderitaan di dalam
masyarakat (Arifin, 2004: 78). Pada dasarnya kenakalan remaja
menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak
sesuaidengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakat
(Kartini Kartono, 2003: 6-7).
Menurut Vina Dwi (2008, 46-63) kenakalan remaja muncul
bukan karena suatu keadaan dari remaja itu sendiri, melainkan
36
Ada banyak faktor yang menyebabkan seorang remaja melakukan
kenakalan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Faktor keterlibatan dalam Geng anak nakal
b. Faktor pergaulan salah
c. Faktor keluarga
d. Faktor media massa
Menurut M. Arifin dalam Yusriyah (2017: 81-82) penanggulangan
kenakalan remaja dapat dibagi dalam pencegahan yang bersifat umum dan
pencegahan yang bersifat khusus:
(a) Ikhtiar pencegahan yang bersifat umum meliputi:
(1) Usaha pembinaan pribadi remaja sejak masih dalam kandungan
melalui ibunya.
(2) Setelah lahir, maka anak perlu diasuh dan dididik dalam suasana
yang stabil, menggembirakan serta optimisme.
(3) Pendidikan dalam lingkungan sekolah. Sekolah sebagai lingkungan
kenakalan dua sebagai tempat pembentukan anak didik memegang
peranan penting dalam membina mental, agama pengetahuan dan
ketrampilan anak-anak didik. Kesalahan dan kekurangan-
kekurangan dalam tubuh sekolah sebagai tempat mendidik, bisa
menyebabkan adanya peluang untuk timbulnya kenakalan remaja.
(4) Pendidikan di luar sekolah dan rumah tangga. Dalam rangka
mencegah atau mengurangi timbulnya kenakalan remaja akibat
37
instansi tersebut di atas mutlak perlu ditingkatkan.Perbaikan
lingkungan dan kondisi sosial.
(b) Usaha-usaha pencegahan yang bersifat khusus.
Untuk menjamin ketertiban umum, khususnya dikalangan remaja
perlu diusahakan kegiatan-kegiatan pencegahan yang bersifat khusus
dan langsung sebagai berikut: Pengawasan, Bimbingan dan
Penyuluhan. Bimbingan dan penyuluhan secara intensif terhadap orang
tua dan para remaja agar orang tua dapat membimbing dan mendidik
anak-anaknya secara sungguh- sungguh dan tepat agar para remaja
tetap bertingkah laku yang wajar. Pendekatan-pendekatan khusus
terhadap remaja yang sudah menunjukkan gejala-gejala kenakalan perlu
dilakukan sedini mungkin. Sedangkan tindakan represif terhadap
remaja nakal perlu dilakukan pada saat-saat tertentu oleh instansi
Kepolisian R.I bersama Badan Peradilan yang ada. Tindakan ini harus
dijiwai dengan rasa kasih sayang yang bersifat mendidik terhadap
mereka, oleh karena perilaku nakal yang mereka perbuat adalah akibat,
produk dari berbagai faktor intern dan extern remaja yang tidak disadari
dapat merugikan pribadinya sendiri dan masyarakatnya. Jadi tindakan
represif ini harus bersifat pedagogis, bukan bersifat pelanggaran
ataupun kejahatan.
Semua usaha penanggulangan tersebut hendaknya didasarkan atas
sikap dan pandangan bahwa remaja adalah hamba Allah yang masih
38
pribadinya yang membutuhkan bimbingan dari orang dewasa yang
bertanggung jawab. Dalam masyarakat dapat dilihat seringkali orang
salah mengambil sikap menghadapi cobaan suka dan duka ini. Misalnya
dikala suka, orang mabuk kepayang dan lupa daratan. Bermacam
karunia Tuhan yang ada padanya tidak mengantarkan dia kepada
kebaikan tetapi malah membuat manusia jahat.
Menurut penulis pencegahan kenakalan remaja harus dilakukan
oleh orang tua. Agar remaja mempunyai pendidikan dan masa depan
yang baik bagi kehidupannya. Seorang remaja yang baik akan
mendapatkan kehidupan yang baik, tapi sebaliknya jika remaja yang
tidak mendapat pendidikan yang baik.
B. Kajian Pustaka
Untuk mendukung penelaah peneliti yang lebih komprehensif,
maka peneliti berusaha melakukan kajian terhadap beberapa peneliti yang
mempunyai relevansi dengan topik yang ingin diteliti. Dikarenakan
peneliti menggunakan analisis pendidikan agama Islam dalam keluarga
dan pencegahan kenakalan remaja, maka peniliti mengkaji berbagai
pustaka yang berkiatan dengan pendidikan agama Islam dalam keluarga
dan pencegahan kenakalan remaja.
Di antara karya-karya yang mendukung kerelevansian penelitian
adalah:
1. Skripsi yang disusun oleh Fella Eka Febriana Program Studi Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
39
Remaja (Studi Deskriptif di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember)”. Hasil penelitian tersebut Hasil bahwa peran orang tua yang dilakukan oleh para orang tua di Kelurahan
Antirogo yakni dengan menyibukkan anak mereka dengan pendidikan
umum dan pendidikan agama. Adanya bekal ilmu agama yang di dapat
perhatian, nasehat dan bimbingan orang tua diharapkan dapat
membentengi putra – putrinya terhindar dari penggaruh kenakalan
remaja.
2. Skripsi yang disusun oleh R Muhamad Nur Cahyo Program Studi
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2009 “Keluarga dan Pencegahan Kenakalan Remaja (Studi Tentang Penyimpangan
Perilaku Remaja di Kampung Gandekan Lor Yogyakarta)”.
Hasilpenelitian tersebut menyimpulkan bahwa strategi-strategi yang di
gunakan untuk mengantisipasi kenakalan remaja yaitu: peran orang tua,
menerapkan hal-hal yang berharga sebagai tameng bagi anak remaja,
dan menerapkan faktor-faktor dan aspek-aspek keharmonisan terhadap
keluarga. Sehingga berguna untuk mengntisipasi kenakalan remaja.
3. Jurnal yang di susun oleh Mufatihatut Taubah, STAIN Kudus, Jurusan
Pendidikan Agama Islam Tahun 2015“Pendidikan Anak Dalam
Keluarga Perspektif Islam”. Hasil penelitian pendidikan anak yang pertama dan paling utama dalam Islam adalah pendidikan dalam
keluarga yang berperspektif Islam. Pendidikan dalam keluarga yang
40
agama Islam yang diterapkan dalam keluarga yang dimaksudkan untuk
membentuk anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia. Pola atau metode
pendidikan agama dalam Islam pada dasarnya mencontoh pada
perilaku Nabi Muhammad SAW dalam membina keluarga dan
sahabatnya. Karena segala apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW merupakan manifestasi dari kandungan alQur’an.
Perbedaan penelitian ini terhadap beberapa penelitian relevan di
atas adalah penelitian ini khusus membahas tentang bagaimana keluarga
dalam memberikan Pendidikan Agama Islam yang baik agar dapat
mencegah kenakalan remaja di Dusun Karang Talun Desa Mlilir
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
(Moleong, 2011:6). Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa
penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambar atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitien
(seseorang, masyarakat, lembaga dan sebagainya) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tepat sebagaimana adanya.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian skripsi ini dilaksanakan di Dusun Karang Talun,
Desa Mlilir, Kec. Bandungan, Kab. Semarang Tahun 2018.
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
42
data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
temuannya (Sugiyono, 2009:220). Seluruh proses dalam penelitian
yang melakukannya adalah peneliti itu sendiri.
Penelitian ini mengamati 7 keluarga petani yang mempunyai anak
remaja, 2 keluarga petanitidak mempunyai ayah dan 5 keluarga petani
mempunyai keluarga lengkap. Keluarga yang akan diteliti memiliki
anak remaja yang berumur 13-21 tahun, yang akan menjadi informan
yaitu orang tua yang dapat memberikan informansi dan dapat
berargumentasi bertempat tinggal di Dusun Karang Talun Desa Mlilir
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Sumber primer merupakan sumber yang langsung memberikan
data kepada pengumpulan data (Sugiyono, 2009:225). Sedangkan
sumber data primer yang langsung didapat oleh peneliti adalah data
yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung, data ini disebut
juga dengan data asli atau data baru. Sumber data primer ini
diperoleh dari informan, dan informan utama dalam penelitian ini
adalah keluarga petani yang mempunyai anak remaja usia 13-21
tahun di Dusun Karang Talun Desa Mlilir Kecamatan Bandungan
43 2. Data Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang
lain atau dokumen (Sugiyono, 2009:225). Data sekunder adalah
data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari
sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder di sebut juga data tersedia
atau data tertulis. Berkaitan dengan sumber data sekunder, penulis
akan mencari dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan
judul penelitian, data penduduk Dusun Karang Talun, data
pernikahan, data penduduk menurut mata pencarian, data
penduduk menurut pendidikan, data jumlah keluarga yang
mempunyai anak remaja usia 13-21 tahun.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data tentang Pendidikan Agama Islam dalam
keluarga dan pencegahan kenakalan remaja di dusun Karang Talun
peneliti menggunakan beberapa metode:
1. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan adalah salah satu teknik atau
cara menampilkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Raco, 2010:115).
Dalam penelitian ini, penulis melakukan kegiatan pengamatan
44
mempunyai anak remaja berusia 13-21 tahun dan pencagahan
kenakalan remaja seperti: kondisi keluarga dan lingkungan.
Menggunakan teknik observasi berperan pasif, dimana observasi
bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
2. Metode Interview
Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu,
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2011:186). Peneliti secara langsung menemui
narasumber dan memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan
tema yang diangkat kepada keluarga petani yang mempunyai anak
remaja berusia 13-21 tahundi Dusun KarangTalun.
3. Metode Dokumentasi
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009:240). Sejumlah besar
fakta dan data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam
dalam keluarga dan pencegahan kenakalan remaja di Dusun
Karang Talun Desa Mlilir Kec. Bandungan Kab. Semarang dengan
masalah penelitian tersebut. Selain itu juga berupa
dokumen-dokumen yang dimiliki objek penelitian berupa: letak geografis