• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA UNTUK PENCEGAHAN KENAKALAN REMAJA (Studi Kasus di Dusun Karang Talun Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2018) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA UNTUK PENCEGAHAN KENAKALAN REMAJA (Studi Kasus di Dusun Karang Talun Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2018) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pe"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA

UNTUK PENCEGAHAN KENAKALAN REMAJA

(Studi Kasus di Dusun Karang Talun Desa Mlilir Kecamatan

Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Faqihatun Fadilah

NIM: 111-14-387

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

ِىوُدُبْعَيِل َّلَِّإ َشًِْ ْلْاَو َّيِجْلا ُتْقَلَخ اَهَو

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan

manusia melainkan supaya mereka mengabdi

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Orang tuaku tercinta bapak Ahmad Qusen dan Ibu Sri Ngatifah yang

selalu memberikan dukungan, kasih sayang, nasihat dan doa restu kepada

penulis.

2. Adik-adikku Muhammad Farhan Majid, Lina Zahrotul Khayati, Ahmad

Saddam Husain, dan Anita Hakim Zunia Cempaka Sari yang senantiasa

memberikan semangat, motivasi, dukungan dan doa kepada penulis.

3. Keluarga besar penulis, atas segala motivasi, dukungan, do’a restu kepada

penulis, sehingga dapat terselesaikan.

4. Bapak Muhammad Tahrir dan Ibu Siti Zulaikah yang selalu memberi

dukungan dan doa kepada penulis.

5. Teman-teman Pondok Pesantren Madrasah Diniyah Al-Ittihadurosyad

yang tidak pernah berhenti memberikan semangat.

6. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan dan bantuanya.

7. Teman-teman satu angkatan tahun 2014 yang telah memberikan semangat

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum wr. wb

Alhamdu lillahi rabbil’ alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta

salam senantiasa tercurah kepada uswah hasanah Nabi Muhammad SAW yang

kita nantikan syafaatnya. Amin

Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

Untuk Pencegahan Kenakalan Remaja (Studi Kasus di Dusun Karang Talun Desa

Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2018). Skripsi ini

disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana progam studi

Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

Dalam menyusun skripsi ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai

pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M, Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(9)
(10)

x ABSTRAK

Fadilah, Faqihatun. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga untuk Pencegahan Kenakalan Remaja (Studi Kasus di Dusun Karang Talun Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2018. Skripsi. Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. Tahun 2018. Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.

Kata kunci: Pendidikan Agama Islam, Keluarga, Remaja, Pencegahan kenakalan Remaja

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan agama Islam dalam keluarga dan pencegahan kenakalan remaja di dusun Karang Talun desa Mlilir kecamatan Bandungan kabupaten Semarang. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana cara pendidikan agama Islam dalam keluarga? 2) bagaimana pencegahan kenakalan remaja?

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus (case study) dan bersifat kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer yang diperoleh dari informan, dan informan utama dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai anak remaja 13-21 tahun di dusun Karang Talun desa Mlilir kecamatan Bandungan kabupaten Semarang. Pengumpulan data ini dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II: LANDASAN TEORI ... 10

A. Pendidikan Agama Islam ... 10

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 10

(12)

xii

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 12

4. Pendidikan Agama Islam dalam Kelurga ... 13

B. Keluarga ... 15

1. Pengertian Keluarga ... 15

2. Peran Keluarga ... 16

3. Fungsi Keluarga... 17

C. Remaja ... 19

1. Pengertian Remaja ... 19

2. Ciri-ciri Remaja ... 19

3. Remaja dalam Keluarga ... 22

D. Pencegahan Kenakalan Remaja ... 23

1. Pengertian Pencegahna Kenakalan Remaja... 23

2. Faktor-Faktor Kenakalan Remaja... 25

E. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Pencegahan Kenakalan Remaja ... 25

F. KAJIAN PUSTAKA ... 33

BAB III: METODE PENELITIAN ... 35

A.Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 35

B.Lokasi Penelitian ... 35

C.Instrumen Penelitian ... 35

D.Sumber Data ... 36

E.Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Analisis Data ... 39

(13)

xiii

H. Tahap-Tahap Penelitan ... 40

BAB IV: PAPARAN DATA DAN ANALISIS ... 41

A. Paparan Data ... 41

1. Diskripsi Dusun Karang Talun ... 41

a. Jumlah Keadaan Penduduk... 41

b. Jumlah Penduduk menurut Pendidikan ... 41

c. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 42

d. Jumlah Data Pernikahan ... 44

e. Jumlah Keluarga yang mempunyai anak remaja ... 45

f. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga ... 49

g. Pencegahan Kenakalan Remaja ... 62

2. Analisis ... 68

a. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga ... 68

b. Pencegahan Kenakalan Remaja ... 75

BAB V: PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk ... ... 41

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk menurut Pendidikan ... ... 41

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian ... 42

Tabel 4.4 Jumlah Pernikahan ... 44

(15)

xv

Lampiran-Lampiran

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Verbatim Wawancara

Lampiran 4 Gambar Dokumentasi

Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 7 Nota Pembimbing

Lampiran 8 Lembar Konsultasi

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan tempat untuk individu dalam bersosialisasi

pertama. Dalam keluarga individu dapat mengenal hal-hal apapun. Keluarga

juga merupakan tempat pendidikan yang terbaik. Pertama kali seseorang

mengetahui sesuatu hal itu dari keluarga terlebih dahulu. Pendidikan dalam

keluarga sangatlah penting karena ini akan menentukan baik atau buruk

seorang individu tersebut. Pendidikan agama yang baik dalam keluarga

adalah salah satu contoh perhatian orang tua terhadap anak agar dapat tumbuh

dan berkembang menjadi manusia yang bermoral.

Keluarga menurut pendidik merupakan lapangan pendidikan yang

pertama dan pendidikannya adalah orang tua (Jalaluddin, 2012:294). Orang

tua adalah pendidikan utama dalam hal penanaman keimanan bagi anaknya.

Disebut pendidikan utama, karena besar sekali pengaruhnya dan merekalah

yang pertama mendidik anaknya (Tafsir, 2002:8). Jadi keluarga sangat

berperan penting dalam mendidik anak mereka. Dalam QS. Attahrim ayat 6

juga dijelaskan mengenai pendidikan agama islam dalam keluarga.

اَهُّيَأ اَي

اىٌَُهآ َييِرَّلا

اَهْيَلَع ُةَزاَجِحْلاَو ُساٌَّلا اَهُدىُقَو اًزاًَ ْنُكيِلْهَأَو ْنُكَسُفًَْأ اىُق

َىوُسَهْؤُي اَه َىىُلَعْفَيَو ْنُهَسَهَأ اَه َ َّاللَّ َىىُصْعَي َلَّ ٌداَدِش ٌظ َلَِغ ٌتَكِئ َلََه

(17)

2

apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan”

Masa remaja merupakan masa transisi, dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa. Secara fisik mungkin sudah menyerupai dewasa. Tapi secara

psikis dia belum dewasa. Masa remaja ini berkisar antara umur 12 sampai 20

tahun (Muchtar, 2008:69). Masa remaja adalah masa yang khusus, penuh

gejolak karena pada pertumbuhan fisik terjadi ketidakseimbangan. Hal ini

akan mempengaruhi perkembangan berfikir, bahasa, emosi, dan sosial anak

(Sunarto & Agung Hartanto, 2013:75). Para psikologi umumnya menetapkan

bahwa pada usia remaja ini anak mengalami perkembangan pesat dalam

berbagia segi yaitu: jasmani, pikiran, intelek, perasaan, kehidupan sosial dan

lain-lain (Uhbiyati, 2009:97). Melihat kondisi tersebut apabila didukung

dengan lingkungan yang kurang kondusif akan memicu terjadinya kenakalan

remaja.

Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melawan hukum, anti

sosial, anti susila, dan melanggar norma-norma agama.Apapun bentuk

kenakalan yang dilakukan, remaja memerlukan benteng diri sebagai upaya

penanggulangan remaja. Salah satu bekal yang dimiliki adalah lewat agama

yang dimiliki oleh remaja. Demi menanggulangi kenakalan remaja perlu

diciptakan keharmonisan bersama seluruh bangsa dengan memberikan contoh

keteladanan perilaku yang bagus. Penanaman nilai-nilia akhlakul karimah

dalam remaja secara menyeluruh menjadi tanggung jawab bersama anatara

keluarga, masyarakat, sekolah dan pemerintah sebagai upaya pencegahan

(18)

3

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan remaja

adalah tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian

dan kerusakan baik terhadapat dirinya sendiri maupun orang lain yang

dilakukan remaja dibawah umur 20 tahun. Keluarga perlu menanamkan

nilai-nilai islami dalam mendidik anak.

Wilayah bandungan terkenal dengan banyaknya pernikahan dini dan

kenakalan remaja yang terjadi. Menurut informasi yang peneliti peroleh dari

pihak kapolres Bandungan di antara kasus yang terjadi dalam kenakalan

remaja seperti: seks, minuman keras, perkelahiana dan pencurian. Kenakalan

remaja yang terjadi di Bandungan paling tinggi adalah pergaulan bebas atau

seks yang dilakukan oleh anak-anak remaja.

Kasus tentang kenakalan remaja semakin marak dan menarik

perhatian. Permasalahannya semakin meningkat dan mengkhawatirkan.

Salahsatunya adalah kasus penyimpangan seksual yang dilakukan oleh kaum

remaja saat ini banyak menimbulkan dampak negatif serta meresahkan

masyarakat. Salah satunya adalah banyaknya pasangan remaja yang

mengajukan dispensasi pernikahan yang sebagian besar karena persoalan

hamil pranikah. Hal ini dikarenakan pasangan remaja tersebut yang masih

dibawah umur atau belum cukup umur. Namun, karena terjadi kasus hamil

pranikah, maka mereka harus melakukan pernikahan dini sehingga harus

mengajukan dispensasi pernikahan terlebih dahulu ke pihak pengadilan

karena ditolak oleh KUA (kantor urusan agama) akibat kurangnya

persyaratan pernikahan. Menurut informasi yang peneliti peroleh dari pihak

(19)

4

yang masih dibawah umur jika ingin menikah harus mengajukan dispensasi

terlebih dahulu ke pengadilan supaya disidang dan diperbolehkan untuk

menikah. Jumlah pernikahan dini di Kecamatan Bandungan mencapai 75%

yang terjadi di kalangan anak remaja.

Di dusun Karang Talun sendiriyang jaraknya tidak terlalu jauh dari

wilayah Bandungan masih banyak terjadi pernikahan dini. Informasi yang

peneliti peroleh dari Kepala Dusun Karang Talun banyak anak remaja

melakukan pernikahan dini, bahkan ada yang melakukan sidang agar bisa

menikah. Mereka semua belum memasuki usia yang di tentukan oleh negara.

Fenomena pernikahan dini banyak terjadi di dusun Karang Talun. Kenakalan

remaja sendiri yang terjadi di dusun Karang Talun salah satunya

minum-minuman keras, perkelahian, pergaulan bebas dan kenakalan remaja. Perilaku

tersebut sangat bertentangan dengan norma agama. Memang itu semua tidak

dapat dipungkiri karena dusun Karang Talun berdekatan dengan

tempat-tempat prostitusi di Bandungan.

Peristiwa-peristiwa tersebut tentu saja sangat memprihatinkan di

dusun Karang Talun yang mayoritas penduduknya beragama muslim

mengalami hal seperti itu. Pendidikan agamapun sudah dilakukan terbukti

dengan adanya mengaji setiap malam di Madrasah Diniyah tersebut.

Kegiatan-kegiatan keagamaan juga sudah dilakukan akan tetapi, fenomena

kenakalan remaja masih tetap terjadi.

Pada Era globalisasi seperti ini para keluarga petani atau orang tua

yang ada di Duusun Karang Talun lebih memilih pondok pesantren sebagai

(20)

5

mencegah kenakalan remaja atau terpengaruh dengan kondisi sosial

lingkungan. Namun, ada juga yang tetap bersekolah tapi orang tua harus

ekstra memberikan perhatian yang lebih agar putra putri mereka tidak

terjerumus kedalam pergaulan bebas atau kenakalan remaja.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti masalah ini dengan

mengambil judul “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

KELUARGA UNTUK PENCEGAHAN KENAKALAN REMAJA (Studi

Kasus di Dusun Karang Talun Desa Mlilir Kecamatan Bandungan

Kabupaten Semarang Tahun 2018)”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul dan latar belakang diatas, maka penulis kemukakan

beberapa pokok masalah dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah

tersebut adalah:

1. Bagaimana cara Pendidikan Agama Islam dalam keluarga di dusun

Karang Talun, desa Mlilir, Kec. Bandungan, Kab. Semarang?

2. Bagaimana pencegahan kenakalan remaja yang dilakukan di Dusun

Karang Talun, desa Mlilir, Kec. Bandungan, Kab. Semarang tahun

2018?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas, maka tujuan penulisan

skripsi yang penulis capai antara lain:

1. Untuk mengetahui cara Pendidikan Agama Islam dalam keluarga di

(21)

6

2. Untuk mengetahui cara pencegahan kenakalan remaja yang dilakukan

di Dusun Karang Talun, Desa Mlilir, Kec. Bandungan, Kab. Semarang

Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Kegunaan secara teoritis

a. Adanya tulisan ini, diharapkan dapat menjadi salah satu karya

ilmiah yang dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

khususnya tentang faktor pendidikan agama Islam dalam keluarga

yang menjadikan banyak remaja agar tidak terjerumus ke dalam

kenakalan remaja.

b. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis.

2. Kegunaan praktis

a. Bagi penulis, sebagai bahanpembelajaran bagi peneliti dalam

menjalani kehidupan rumah tangga, mendidik anak dan menjaga

keluarga dari perbuatan yang dilarang oleh agama.

b. Bagi Orang Tua di Dusun Karang Talun

1) Menjadi pendidikan bagi orang tua agar dapat mencegah

kenakalan remaja bagi anaknya.

2) Orang tua supaya lebih berhati-hati dalam menjaga dan

(22)

7 E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul skripsi

ini, maka ada beberapa istilah yang digunakan penulis yang perlu

dijelaskan dan ditegaskan maksudnya berikut:

1. Cara pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

Pendidikan Islam secara etimologis berasal dari kata bahasa Arab

yang umumnya digunakan untuk menunjukkan istilah pendidikan,

yaitu tarbiyah, ta‟lim, dan ta‟dib. Istilah tarbiyah berasal dari tiga kata,

yaitu: pertama, rabba yarbu, yang artinya bertambah dan tumbuh. Kedua, rabbiya yarba yang artinya menjadi besar. Ketiga, rabba yarabbu yang yang artinya memperbaiki, menguasahi urusan, menuntun, menjaga, dan memelihara (Nahlawi, 1992:31). Istilah ta‟lim

berasal dari kata „allama yang berarti mengajar (pengajaran), yaitu

transfer ilmu pengetahuan (Bawani dan Anshori, 1991:72). Istilah

ta‟dib berasal dari kata addaba yang artinya mendidik yang lebih

tertuju pada penyempurnaan akhlaq atau budi pekerti (Achmadi,

1987:4). Keluarga menurut pendidik merupakan lapangan pendidikan

yang pertama dan pendidikannya adalah orang tua (Jalaluddin,

2012:294). Orang tua adalah pendidikan utama dalam hal penanaman

keimanan bagi anaknya. Disebut pendidikan utama, karena besar sekali

pengaruhnya dan merekalah yang pertama mendidik anaknya (Ahmad

Tafsir, 2002:8). Dari definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa

(23)

8

membentuk kepribadian seorang anak atau remaja di Dusun Karang

Talun.

2. Pencegahan Kenakalan Remaja

Apapun bentuk kenakalan yang dilakukan, remaja memerlukan

benteng diri sebagai upaya penanggulangan remaja. Salah satu bekal

yang dimiliki adalah lewat agama yang dimiliki oleh remaja. Demi

menanggulangi kenakalan remaja perlu diciptakan keharmonisan

bersama seluruh bangsa dengan memberikan contoh keteladanan

perilaku yang bagus. Penanaman nilai-nilia akhlakul karimah dalam

remaja secara menyeluruh menjadi tanggung jawab bersama anatara

keluarga, masyarakat, sekolah dan pemerintah sebagai upaya

pencegahan kenakalan remaja (Rifa Hidayah, 2009:261). Penulis

menyimpulkan bahwasanya pencegahan kenakalan remaja adalah

upaya yang harus diperhatikan oleh keluarga. Agar anak remaja

mereka dapat terhindar dari kenakalan remaja dan menjadi pribadi

yang baik dalam kehidupan.

F. Sistematika penulisan

Menurut Moleong (2009:127-148) sistematika penelitian kualitatif

harus memuat:

1. Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

(24)

9

Pada bab ini berisi Pendidikan Agama Islam dalam keluarga dan

pencegahan kenakalan remaja meliputi: pengertian Pendidikan Agama

Islam dalam keluarga, pengertian kenakalan remaja, peran dan fungsi

keluarga dalam memberikan pendidikan agama bagi anak remaja, cara

pencegahan kenakalan remaja di Dusun Karang Talun, Desa Mlilir,

Kec. Bandungan, Kab. Semarang Tahun 2018

3. Bab III Hasil Penelitian

Pada baba 3 ini berisi tentang kondisi keluarga di Dusun Karang

Talun, penerapan pencegahan kenakalan remaja di Dusun Karang

Talun, Desa Mlilir, Kec. Bandungan, Kab. Semarang tahun 2018.

4. Bab IV Analisis Data

Penganalisisan data pada skripsi ini adalah penerapan Pendidikan

Agama Islam dalam keluarga dan cara pencegahan kenakalan remaja

di Dusun Karang Talun, Desa Mlilir, Kec. Bandungan, Kab. Semarang

tahun 2018.

5. Bab V Penutup

(25)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam secara etimologis berasal dari kata bahasa

Arab yang umumnya digunakan untuk menunjukkan istilah pendidikan,

yaitu tarbiyah, ta‟lim, dan ta‟dib. Istilah tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu: pertama, rabba yarbu, yang artinya bertambah dan tumbuh. Kedua, rabbiya yarba yang artinya menjadi besar. Ketiga, rabba yarabbu yang yang artinya memperbaiki, menguasahi urusan, menuntun, menjaga, dan memelihara (Nahlawi, 1992:31). Istilah ta‟lim

berasal dari kata „allama yang berarti mengajar (pengajaran), yaitu

transfer ilmu pengetahuan (Bawani dan Anshori, 1991:72). Istilah

ta‟dib berasal dari kata addaba yang artinya mendidik yang lebih

tertuju pada penyempurnaan akhlaq atau budi pekerti (Achmadi,

1987:4).

Berdasarkan pada ketiga pengertian pendidikan agama Islam

secara etimologi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan

(26)

11

dalam aspek pengetahuan, sikap, praktis dan akhlaq agar mencapai

kesempurnaan.

Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan

seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal

sesuai dengan ajaran agama Islam (Abdul Majid & Dian Andayani,

2005: 130). Pendidikan Agama Islam adalah mengasuh, membimbing,

mendorong, mengusahakan, menumbuh kembangkan, manusia takwa

(Lisnawati, 2012:1). Menurut D Marimba dalam Mansur (2005:328)

Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani

berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya

kepribadian utama menurut aturan-aturan Islam. Pendidikan Agama

Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk membentuk peserta

didik agar memiliki keseimbangan jasmani dan rohani, serta memiliki

iman, ilmu, dan amal sekaligus (Heri Gunawan, 2014: 9). Jadi

Pendidikan Agama Islam adalah untuk membentuk seseorang menjadi

pribadi yang baik dan mempunyai akhlaqul karimah.

Menurut Syafaat (2008: 175) bahwa Agama Islam adalah agama

universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai

aspek kehidupan, baik dunia maupun akhirat. Salah satu diantaranya

ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

pendidikan, karena menurut ajaran Islam, pendidikan adalah kebutuhan

hidup manusia dan mutlak yang harus dipenuhi, demi tercapainya

(27)

12

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasanya

pendidikan agama Islam wajib diterapkan bagi sebuah keluarga.

Pendidikan adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbangan dan

asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat

memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam.

Remaja dapat mengetahui baik buruk yang dilakukanya menurut

agama. Jadi remaja harus dibekali tentang Pendidikan Agama yang

kuat.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Proses mendidik anak atau remaja Pendidikan Agama Islam

mempunyai tujuan. Menurut Gunawan (2014: 10) tujuan Pendidikan

Agama Islam adalah terciptanya orang yang berkepribadian muslim.

Ada beberapa tujuan pendidikan. Tujuan umum ialah pendidikan yang

akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan

pengajaran atau cara lain (Daradjat, 2011:30). Tujuan khusus dari akhir

Pendidikan Agama Islam dapat dipahami dalam QS. Adz- Dzariyat ayat

56:

ِىوُدُبْعَيِل َّلَِّإ َشًِْ ْلْاَو َّيِجْلا ُتْقَلَخ اَهَو

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku”

Tujuan diciptakan manusia hanya untuk beribadah dan

(28)

13

ajaran-ajaran agama. Sedangkan menurut Nur Ahid (2010: 45) tujuan

Pendidikan Islam biasanya dirumuskan secara padat dan singkat, seperti

terbentuknya “kepribadian muslim”.

Al-Qur’an juga sudah menjelaskan tentang diciptakannya

manusia oleh Allah SWT agar beribadah kepadanya. Jadi pendidikan

agama Islam mempunyai peran yang sangat hebat dalam membentuk

kepribadian seorang remaja, khususnya di era yang modern seperti ini.

c. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Agama mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan

manusia. Menurut Darajat (2001: 56) fungsi agama memberikan

bimbingan hidup, menolong dalam menghadapi kesukaran serta dapat

menentramkan batin.

Fungsi Pendidikan Islam yang sekaligus menjadi suatu proses

pendidikan dalam keluarga, menurut Zakiyah Daradjat dalam Aat

Syafaat (2008: 173-174) antara lain sebagai berikut:

1) Pembekalan, yaitu untuk membimbing anak dalam memiliki

akhlak

2) Penerangan, yaitu membantu anak untuk mengetahui

prinsip-prinsip dan hukum agama agar dalam pelaksanaanya sesuai

dengan ajaran islam.

3) Perbaikan, yaitu untuk menolong anak dalam membina akidah

yang baik dan benar serta pembentukan jiwa keagamaan yang

(29)

14

4) Penyadaran, yaitu untuk memberikan penyadaran anak-anak

atau remaja agar memahami dan mampu menjaga kesehatan,

baik jasmani dan rohani.

5) Pengajaran, yaitu untuk menyiapkan peluang dan suasana

praktis untuk mengamalkan nilai-nilai agama dan akhlak dalam

kehidupan.

Pada hakikatnya seorang remaja membutuhkan pendidikan

agama Islam. Ini disebabkan karena agama berfungsi sebagai

pembimbing atau petunjuk dalam kehidupan. Pendidikan agama dapat

membantu remaja dalam menghadapi segala macam persoalan yang

dihadapinya.

d. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

Menurut Mufatihatut Taubah (2015:124-136) dalam pelaksanaan

pendidikan agama dalam keluarga dapat menggunakan pola atau

metode pendidikan Qurani. Adapun pendidikan Qurani yang dapat

dilakukan dalam pendidikan agama dalam keluarga di antaranya

sebagai berikut:

1) Pendidikan keteladanan

Yaitu suatu pola atau metode pendidikan dengan cara

memberikan contoh yang baik kepada anak didik, baik dalam

ucapan maupun perbuatan. Keteladanan merupakan salah satu

metode pendidikan yang diterapkan Rasulullah SAW dan dianggap

paling banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan menyampaikan

(30)

15

perilaku Nabi Muhammad SAW, karena dalam dirinya telah ada

keteladanan yang mencerminkan ajaran al-Quran.

2) Pendidikan dengan adat kebiasaan

Setiap manusia yang dilahirkan membawa potensi, salah

satunya berupa potensi beragama. Potensi beragama ini dapat

terbentuk pada diri anak (manusia) melalui 2 faktor, yaitu: faktor

pendidikan Islam yang utama dan faktor pendidikan lingkungan

yang baik. Faktor pendidikan Islam yang bertanggung jawab

penuh adalah bapak ibunya. Faktor lingkungan harus menunjang

terhadap pengajaran tersebut, yakni orang tua senantiasa

memberikan aplikasi pembiasaan ajaran agama dalam lingkungan

keluarganya. Sebab pembiasaan merupakan upaya praktis dan

pembentukan (pembinaan) dan persiapan.

3) Pendidikan dengan nasehat

Pemberi nasihat seharusnya orang yang berwibawa dimata

anak. Pemberi nasihat dalam keluarga tentunya orang tuanya

sendiri selaku pendidik bagi anak. Anak akan mendengarkan

nasihat tersebut, apabila pemberi nasihat juga bisa memberi

keteladanan. Sebab nasihat saja tidak cukup bila tidak diikuti

dengan keteladanan yang baik. Anak tidak akan melaksanakan

nasihat tersebut apabila didapatinya pemberi nasihat tersebut juga

tidak melaksanakannya. Anak tidak butuh segi teoretis saja, tapi

segi praktislah yang akan mampu memberikan pengaruh bagi diri

(31)

16 4) Pendidikan dengan Perhatian

Orang tua berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan–

kebutuhan anaknya, baik kebutuhan jasmani ataupun kebutuhan

yang berbentuk ruhani. Di antara kebutuhan anak yang bersifat

ruhani adalah anak ingin diperhatikan dalam perkembangan dan

pertumbuhannya. Pendidikan dengan perhatian adalah

mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti

perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan moral,

persiapan spiritual dan sosial, disamping selalu bertanya tentang

situasi pendidikan jasmani dan daya hasil ilmiahnya.

5) Pendidikan dengan memberikan hukuman

Hukuman diberikan, apabila metode-metode yang lain

sudah tidak dapat merubah tingkah laku anak, atau dengan kata

lain cara hukuman merupakan jalan terakhir yang ditempuh oleh

pendidik, apabila ada perilaku anak yang tidak sesuai dengan

ajaran Islam.

2. Keluarga

Pencegahan kenakalan remaja yang difokuskan oleh peneliti adalah

keluarga petani yang ada di Dusun Karang Talun Desa Mlilir Bandungan,

sehingga peneliti tertarik meneliti untuk mengetahui seberapa besar

Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Pencegahan Kenakalan

(32)

17 a. Pengertian Keluarga

Menurut Rifa Hidayah (2009: 16) orang tua mempunyai

tanggung jawab untuk mengantarkan putra putrinya menjadi seorang

yang sukses dan bagi orang tua penting memahami dan

memperhatikan perkembangan anak. Keluarga merupakan lingkungan

pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek

perkembangan anak. Kondisi dan tatacara kehidupan keluarga

merupakan lingkungan yang kondusif bagi anak. Orang tua

memegang peran yang istimewa dalam hal informasi dan cermin

tentang diri seseorang.

Keluarga adalah kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan

anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan

kewajiban masing-masing anggotanya. Keluarga adalah tempat yang

pertama dan yang utama di mana anak-anak belajar. Dari keluarga

mereka memepelajari sifat keyakinan, sifat-sifat mulia, komunikasi

dan interaksi sosial, serta ketrampilan hidup (Helmawati, 2014:42-43).

Keluarga sebagai institusi atau lembaga pendidikan ditunjukkan oleh

hadits nabi yang menyatakan bahwa keluarga merupakan tempat

pendidikan anak paling awal dan yang memberikan warna dominnan

bagi anak. Sejak anak dilahirkan, ia menerima bimbingan kebaikan

dari keluarga yang memungkinkannya berjalan dijalan keutamaan

sekaligus bisa berperilaku dijalan kejelekan sebagai akibat dari

pendidikan yang salah (Roqib, 2009:123). Sikap ini bisa memupuk

(33)

18

menyuburkan proses pendidikan dalam lingkungan keluarga

(Mustaqim, 2005: 35).

Suatu keluarga dianggap suatu sistem sosial, oleh karena

memiliki sistem sosial yang ada pokoknya mencakup kepercayaan,

perasaan, tujuan, kaidah-kaidah, kedudukan dan peranan, tingkatan

atau jenjang, sanksi, kekuasaan dan fasilitas (Soekanto, 2004:1).

Jadi dari pengertian di atas bahwasanya keluarga adalah

pendidikan yang pertama bagi seorang anak atau remaja. Dari

keluarga seorang anak dapat belajar. Lebih mengerti mana yang boleh

dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

b. Peran Keluarga

Keluarga merupakan pendidik moral yang pertama dan utama

bagi anak-anak. Orang tua adalah guru moral pertama anak-anak,

pemberi pengaruh yang paling dapat bertahan lama, anak-anak

berganti guru setiap tahunnya, tetapi mereka memiliki satu orang tua

sepanjang masa hidup. Hubungan orang tua anak juga mengandung

signifikansi emosional khusus, yang bisa menyebabkan anak-anak

merasa dicintai dan berharga atau sebaliknya merasa tidak dicintai dan

tidak berharga (Lickona, 2014:42). Perkembangan agama pada

anak-anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil dalam

keluarga. Keluarga harus melakukan pendidikan, mengharuskan orang

tua mendidik anak-anaknya akan iman dan akidah yang betul dan

(34)

19

Oleh karena itu, keluarga memiliki peranan yang penting

dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan berpengaruh

positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga yang jelek akan

berpengaruh negatif (Sudarsono, 2006: 125). Jadi peran keluarga

sangat penting dalam memberikan pendidikan agama bagi seorang

anak atau remaja. Keluarga harus berperan lebih untuk memberikan

pendidikan dan pengajaran agama bagi anak remajanya.

c. Fungsi Keluarga

Menurut Koentjraningrat dalam Robbayani (2012:96) lebih

melihat pada pokok fungsi keluarga dari segi keamanan hidup dan

pengasuhan anak. Lebih lanjut Koenjtraningrat mengatakan pada

semua keluarga inti dalam semua masyarakat dunia, kita lihat adanya

dua fungsi pokok yang sama, yaitu:

1) Keluarga inti merupakan kelompok di mana si individu pada

dasarnya dapat menikmati bantuan utama dari sesamanya serta

keamanan dalam hidup.

2) Keluarga inti merupakan kelompok di mana si individu itu, waktu

ia sebagai anak-anak masih belum berdaya, mendapat pengasuhan

dan permulaan dari pendidikannya.

Samsul Nizar dalam Helmawati (2016:44-48) menyatakan bahwa

dalam memberdayakan pendidikan keluarga sangat relevan untuk

dibahas beberapa fungsi keluarga. Selanjutnya ia membagi fungsi

keluarga menjadi delapan fungsi:

(35)

20

Fungsi agama dilaksanakan melalui penanaman nilai-nilai

keyakinan berupa iman dan takwa. Penanaman iman dan takwa

mengajarkan kepada anggota keluarga untuk selalu menjalankan

perintah Tuhan Yang Maha esa dan menjauhi larangan-Nya.

b). Fungsi Biologis

Fungsi biologis adalah fungsi pemenuhan kebutuhan agar

keberlangsungan hidupnya tetap terjaga termasuk secara fisik.

Maksudnya pemenuhan kebutuhan yang berhubungan dengan

jasmani manusia.

c). Fungsi Ekonomi

Fungsi ini berhubungan dengan bagaimana pengaturan

penghasilan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan dalam

rumah tangga.

d) Fungsi Kasih Sayang

Fungsi ini menyatakan bagaimana sikap anggota keluarga

harus menyayangi satu sama lain.

e). Fungsi Perlindungan

Setiap anggota keluarga berhak mendapat perlindungan

dari anggota lainnya.

f). Fungsi Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat

penting untuk meningkatkan martabat dan peradaban manusia.

(36)

21

Selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan

makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri untuk memenuhi

semua kebutuhan hidupnya.

h). Fungsi Rekreasi

Manusia tidak hanya perlu memenuhi kebutuhan

biologisnya atau fisiknya saja, tetapi juga perlu memenuhi

kebutuhan jiwa atau rohaninya.

3. Remaja

Menurut Lailia (2017:52-58) ada beberapa karakteristik remaja yaitu:

1) Pengertian Remaja

Remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa

kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa

pembentukan tanggung jawab. Masa remaja ditandai dengan

pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah

terbayangkan dan dialami. Dalam bidang fisik-biologis maupun psikis

atau kejiwaan. Menstruasi pertama bagi wanita dan keluarnya sperma

dalam mimpi basah pertama bagi laki-laki. Istilah asing yang sering

digunakan untuk menunjukkan masa remaja menurut Yulia S.D.

Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1991) antara lain: (a) puberteit, pubertydan (b) adolescentia. Istilah puberty (bahasa inggris) berasal dari istilah latin, pubertas, yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. Pubescence

(37)

22

kemaluan (genital), maka pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan.

2) Ciri-Ciri Remaja

Ciri-ciri fisik remaja atau perubahan fisik yang terjadi pada

masa

remaja di antaranya yaitu seperti: karakteristik fisik remaja,

perubahan hormonal remaja, tanda kematangan seksual, serta

reaksi terhadap

menarche/spermarche.

a) Karakteristik Perubahan Fisik Remaja

Pertumbuhan fisik yang dialami remaja diperkirakan pada

usia 18 tahun dan setelah masa itu diperkirakan tidak terjadi

pertumbuhan atau penambahan tinggi badan lagi (Turner dan

Helms, 1995: Papalia, Olds dan Feldman, 2001).

b) Perubahan Hormonal Remaja

Perubahan hormonal merupakan awal dari masa pubertas

remaja yang terjadi sekitar usia 11-12 tahun. Perubahan ini erat

hubungannya dengan perubahan di dalam otak yakni

hypothalamus, suatu bagian organ otak yang bertugas untuk mengkoordinasi atau mengatur fungsifungsi seluruh sistem

jaringan organ tubuh. Salah satu di antaranya, ialah merangsan

hormon luteinizing hormone releasing hormone (LHRH) dan kelenjar pituitary (pituitary gland) untuk melepaskan hormon

(38)

23

Hormon gonadotropin ini merangsang gonades (testes dan ovaries) untuk memproduksi hormon seksual. Hormon seks pada remaja wanita disebut estrogen atau estradiol, sedangkan hormon remaja laki-laki disebut androgen atau testosteron. Hal ini yang dianggap sebagai faktor penyebab kematangan seksual

seorang remaja. Hormon androgen atau testosteron bekerja mempengaruhi pertambahan berat badan maupun perubahan

suara, sedangkan hormon estrogen/estradiol mempengaruhi pertumbuhan (makin membesarnya) payudara, uterine

(produksi sel telur), dan perkembangan tulang-tulang (skeletal

development) (Santrock, 1999).

c) Reaksi Remaja Wanita terhadap Menarche

Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih Dirga Gunarsa

(1991) secara umum mengungkapkan 2 jenis reaksi remaja

wanita terhadap datangnya haid pertama (menarche), yaitu reaksi negatif dan reaksi positif. Reaksi negatif, yaitu suatu

pandangan yang kurang baik dari seorang remaja wanita ketika

dirinya memandang terhadap munculnya menstruasi. Ketika

muncul menstruasi pertama, seorang individu akan merasakan

adanya keluhan-keluhan fisiologis (sakit kepala, sakit

pinggang, mual-mual, muntah) maupun kondisi psikologis

yang tidak stabil (bingung, sedih, stres, cemas, mudah

tersinggung, marah, emosional). Hal ini kemungkinan karena

(39)

24

yang terjadi pada awal kehidupan seorang remaja wanita, maka

menstruasi dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak baik.

Reaksi positif, yang dimaksud dengan reaksi positif remaja

wanita ialah individu yang mampu memahami, menghargai dan

menerima adanya menstruasi pertama sebagai tanda

kedewasaan seorang wanita. Sikap yang positif akan menjadi

salah satu tolok ukur kedewasaan seseorang (the maturity of personality). Umumnya, mereka yang dewasa ditandai dengan konsep diri (self-concept) yang positif, yakni memiliki kemampuan untuk melihat gambaran diri mengenai kelebihan

dan kekurangan diri sendiri, artinya mereka mampu untuk

mengevaluasi diri (self-awareness).

d) Reaksi Remaja laki-laki terhadap Spermarche

Para ahli seperti Gunarsa dan Gunarsa (1991) dan Berk

(1993) berpendapat para remaja laki-laki akan memiliki sikap

yang beragam yakni ada yang merasa biasa-biasa saja, senang,

gembira, bingung, atau

merasa berdosa. Mereka menganggap positif yaitu bahwa

spermarche

(ejakulasi pertama, nocturno emission) merupakan sesuatu

yang wajar

yang terjadi pada setiap remaja laki-laki. Di sisi lain,

pengalaman tersebut dirasakan sangat menyenangkan

(40)

25

berkeinginan untuk dapat mengulangi pengalaman tersebut.

Sedangkan bagi remaja yang merasa terkejut (shock) atau

merasa berdosa (guilty feeling) biasanya dilatarbelakangi oleh kehidupan keluarga yang memegang nilai-nilai agama dan

bersikap kaku dalam pendidikan seks terhadap anak

(puritanisme).

Beberapa pendapat di atas definisi remaja adalah perubahan

dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Dalam hal ini ada

beberapa perubahan yang dialami seorang remaja. Orang tua harus

bisa memberikan pengarah terhadap perubahan yang terjadi pada

anak remaja mereka.

3) Remaja dalam Keluarga

Menurut Dariyo ( 2004: 95-98) ada beberapa ciri remaja dalam

keluarga yaitu:

a) Konflik-konflik Remaja dalam Keluarga

Salah satu ciri perkembangan kehidupan seorang remaja

diwarnai dengan adanya perubahan-perubahan fisiologis maupun

psikologisnya. Hal itu menyebabkan kondisi emosinya mengalami

ketidakstabilan. Akibatnya seringkali remaja banyak mengalami

benturan-benturan dalam lingkungan, misalnya dengan orang tua,

saudara kandung, teman-teman, atau masyarakat. Konflik dalam

diri remaja anataranya:

(1) Konflik pemilihan teman/pacar

(41)

26

(3) Konflik dengan saudara kandung

b) Pola Asuh Orang Tua

Baumrind ahli psikologi perkembangan membagi pola asuh

menjadi 3 yakni:

1) Pola asuh otoriter

Ciri-ciri pola asuh ini, menekankan segala aturan

orang tua harus ditaati oleh anak.

2) Pola asuh permisif

Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan dan ketetepan keluarga ditangan anak. Apa yang

dilakukan anak diperbolehkan orang tua.

3) Pola asuh demokratis

Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu

keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan

kedua belah pihak.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwasnya

keluarga sangat mempengaruhi pendididikan seseorang. Dalam hal ini

seorang anak atau remaja mempunyai pembentukan perilaku yang baik

dari keluarga karena diajarkan tentang norma-norma dan mendapatkan

pendidikan agama yang baik.

4. Pencegahan Kenakalan Remaja

a. Pengertian Pencegahan Kenakalan Remaja

Remaja adalah suatu tingkat umur dimana anak-anak tidak lagi

(42)

27

anak remaja, orang tua harus bijak, pandai, dan banyak wawasan.

Orang tua juga perlu memahami pada usia remaja, hubungan laki-laki

dan perempuan sudah mulai dekat, misalnya melalui komunikasi di

sekolah dan lingkungan rumah. Menghadapi kedekatan yang

menjerumus kemaksiatan, orang tua harus dapat menciptakan kontrol

yang bisa menghindarkan anak remajanya dari melanggar aturan agama

(Mustaqim, 2005: 35). Remaja (adolascence) adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai

dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo,

2004:13).

Jadi remaja adalah umur yang menjembatani antara umur

anak-anak dan umur dewasa. Dalam hal ini keluarga harus pandai-pandai

dalam mengatur pergaulan anak remajanya.

Juvenile berasal dari kata latin “juvenilis” artinya anak-anak, anak muda, sifat khas remaja. Delinquency berasal dari kata latin

“delinquere” artinya terabaikan, mengabaikan yang kemudian

diperluas menjadi jahat, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut,

pengacau dan lain-lain (Dwi, 2008:5). Menurut Dr. Fuad Hasan,

kenakalan diartikan sebagai perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh

anak remaja yang dimana dilakukan orang dewasa dikualifikasikan

sebagai tindak kejahatan (Sudarsono, 2012: 11). Keluarga merupakan

lingkungan terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan

didalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama. Keluarga

(43)

28

baik akan berpengaruh positif bagi anak, sedangkan keluarga yang jelek

akan berpengaruh negatif. Kemungkinan timbulnya delinquency itu sebagain besar dari keluarga (Sudarsono, 2004: 125).

Pencegahan kenakalan remaja dapat membina dan

meningkatkan kualitas keluarga sehingga sehingga kedua orang tua

berkesempatan membina dan mengembangkan kepribadian anak-anak

mereka dengan baik dan membahagiakan. Waktu kedua orang tua di

rumah perlu diintensifkan penggunaannya terutama dalam

berkomunikasi dengan anak-anaknya supaya rasa kasih sayang,

perhatian dan pengarahan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya

(Basri, 2004: 18).

Berdasarkan pendapat di atas bahwasanya pencegahan

kenakalan remaja harus dilakukan oleh para keluarga. Agar remaja

dapat berproses menjadi orang yang baik dan membanggakan keluarga.

b. Faktor-Faktor Terjadinya Kenakalan Remaja

Menurut Aat Syafaat sebab terjadinya juvenile delinquency

disebabkan oleh faktor di antaranya:

1) Lemahnya pemahaman nilai-nilai agama

2) Lemahnya ikatan keluarga

3) Anak delinquency kangen keluarga

4) Kondisi keluarga tidak nyaman, lingkungan sekolah tidak

(44)

29

Kenakalan remaja dapat disebabkan oleh hal-hal yang berasal

dari luar diri remaja itu sendiri yang berasal dari dalam diri remaja,

seperti perkembangan kepribadian yang terganggu, individu

mempunyai cacat tubuh, individu mempunyai kebiasaan yang mudah

terpengaruh, dan tingkat intelegensi yang rendah. Berasal dari luar

antara lain, lingkungan pergaulan yang kurang baik, kondisi keluarga

yang tidak mendukung terciptanya perkembangan kepribadian anak

yang baik, pengaruh media massa, kurangnya kasih sayang yang

dialami anak-anak, dan kecemburuan sosial atau frustasi terhadap

keadaan sekitar (Dwi, 2008:45)

Beberapa pengertian di atas menunjukkan bahwa sebab-sebab

kenakalan remaja sangat banyak. Oleh itu keluarga atau orang tua harus

pandai- pandai dalam mengontrol pola pergaulan seorang remaja.

Pendidikan agama Islam adalah salah satu kontrol yang baik untuk

mencegah terjadinya seorang remaja melakukan tindakan kenakalan

remaja.

5. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Pencegahan

Kenakalan Remaja

Pendidikan Agama Islam dalam keluarga sangat di perlukan oleh

seorang remaja. Menurut Aaj Sudrajat dalam Republika (24-7-2011), basis

Pendidikan Agama terletak pada keluarga. Di sinilah anak pertama kalinya

anak memperoleh internalisasi nilai, teladan prinsip, dan moral. Hanya,

tidak semua orang tua mampu memberikan transferensi atau pemindahan

(45)

30

(Anas Salahudin & Irwanto Alkrienciehie, 2013:238). Orang tua

merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena

dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian

bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga

(Daradjat, 2011:34). Menurut Soekanto ( 2009:23) keluarga batih terdiri

dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah. Lazimnya keluarga

batih merupakan unit pergaulan hidup yang terkecil dalam masyarat.

Keluarga batih mempunyai peranan-peranan yaitu:

a. Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang

menjadi anggota, di mana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam

wadah tersebut.

b. Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil

memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya.

c. Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah

pergaulan hidup.

d. Keluarga batih merupakan wadah dimana manusia mengalami proses

sosialisasi awal, yakni suatu proses di mana manusia mempelajari dan

mematuhi kiadah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam

masyarakat.

Menurut Muchtar (2008:88-103) ada beberapa peranan orang tua

yang harus dilaksanan demi kesejahteraan anak-anaknya sebagai berikut:.

(46)

31

Inilah yang pertama harus dilakukan oleh orang tua terhadap

anaknya yaitu, menanamkan keyakinan bahwa Allah itu Maha Esa

dan memiliki sifat-sifat yang mulia.

2) Melatih mengajarkan Shalat dan Ibadah-Ibadah Lain

اَه ٰىَلَع ْسِبْصاَو ِسَكٌُْوْلا ِيَع َهًْاَو ِفوُسْعَوْلاِب ْسُهْأَو َة َلََّصلا ِنِقَأ َّيٌَُب اَي

ِزىُهُ ْلْا ِمْزَع ْيِه َكِلَٰذ َّىِإ ۖ َكَباَصَأ

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang

baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan

bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang

demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Qs. Al

Luqman 17

Anak harus sudah disuruh atau diajarkan shalat ketika

mereka sudah mengenal atau bisa membedakan tangan kanan dan

tangan kiri, ini berarti ketika anak berumur sekitar dua atau tiga

tahun. Pada umur ini anak dikenalkan tata cara shalat atau diajak

bersama-sama mengerjakan shalat.

3) Memperhatikan pergaulan Anak

Orang tua harus mengetahui dengna siapa anak-anaknya

berteman. Orang tua harus mengetahui aktivitas apa saja yang

dilakukan oleh anak-ankanya beserta teman-temannya. Mengikat

silaturahmi atau sering berkomunikasi dengan para orang tua

teman anknya, supaya bisa memantau keadaan dan pergaulan

anak-anak .

Sedangkan menurut Mustaqim (2005:49-95) ada juga

(47)

32

a. Menyayangi anak bukan memanjakan

Islam sangat menekankan perilaku kasih sayang terhadap

anak. Oleh karena itu, mendidik anak penuh kasih sayang menjadi

sangat penting.

b. Sikap bijak mendidik anak

Sebagai orang tua harus sungguh-sungguh dalam mendidik,

membimbing, dan memotivasinya. Berhasil atau tidak proses

pendidikan anak juga sangat bergantung pada sikap bijak orang tua

kepada anak.

c. Menjadi orang tua yang ideal di mata anak

Beberapa ciri-ciri orang tua yang ideal bagi anak seperti:

memiliki, kepribadian menarik, terlihat muda, berperilaku baik,

perhatian dan simpatik, jujur, selalu siap membantu anak.

d. Membangun komunikasi efektif dengan anak

Situasi dan kondisi yang efektif untuk membangun

komunikasi seperti saat makan bersama, berlibur bersama dan

berkumpul dirumah.

e. Jangan menghukum fisik anak

Banyak metode dalam mendidik anak tanpa menyakiti,

(48)

33

diperkenankan adalah jika orang tua mudah melayangkan tangan ke

pipi anak, memukul anak hingga memar.

f. Menciptakan keluarga harmonis

Salah satu menciptakan keluarga yang harmonis adalah

keutuhan orang tua, anak dibesarkan di lingkungan keluarga yang

utuh, damai, saling memahami dan menghargai, sehingga

menjadikan anak tenang dan tentram.

g. Menjaga kesehatan jasmani dan rohani anak sejak dini

Agar tumbuh menjadi generasi yang kuat dan sehat baik

jasmani ataupun rohani, orang tua harus memperhatikan kesehatan

anak-anaknya dan menjaga mereka dari penyimpangan moral sejak

dini.

h. Membangun percaya diri pada anak

Anak muda sekali merasa rendah diri, tidak mampu, minder,

tidak penting karena banyak hal yang belum mereka ketahui.

Sebaliknya orang tua memberikan kesempatan kepada. Mereka dan

mendorong terus menerus pada suatu aktivitas yang akan mereka

lakukan.

Keluarga yang baik adalah keluarga yang bisa menciptakan

suasana nyaman bagi anak-anak remaja mereka. Remaja agar terhindar

dari kenakalan remaja, maka keluarga khususnya orang tua bisa

(49)

34

Meurut Yulia D Gunarsa dan Singgih D Gunarasa dalam Dariyo

(2004: 13-14) masa remaja dibagi antara lain: puberteit, puberty,dan

adolescentia. Istilah puberty berasal dari istilah latin, pubertas yang berarti kelaki-lakian kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda

kelakian. Pubescence dari kata pubis yang berarti rambut (bulu) pada daerah kemaluan (genital), maka pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan. Adolescentia

berasal dari bahasa latin yang berarti masa muda yang terjadi antara 17-30

tahun.

Kartini Kartono (1995: 149) membagi masa remaja atau masa

pubertas bisa dibagi dalam empat fase, yaitu:

1) Masa awal pubertas, disebut pula sebagai masa pueral atau

pra-pubertas.

2) Masa menentang kedua, fase negatif, Trotzalter kedua, periode

Varneinung.

3) Masa pubertas sebenarnya mulai 14 tahun, masa pubertas anak

wanita pada umumnya berlangsung lebih awal dari pada pubertas

anak laki-laki.

4) Fase adolesensi mulai usiam17 tahun sampai 19-21 tahun.

Menurut Gunarsa dan Gunarsa dalam Dariyo (2004: 14) bahwa

secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan individu

yakni:

(50)

35

Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa

perubahan-perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal

yang bersifat herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya.

b) Faktor Exogen (nurture)

Pandangan faktor exogen menyatakan bahwa perubahan

dan perkembangan individu sangat di pengaruhi oleh faktor-faktor

dari luar oleh individu itu sendiri.

Sementara tentang berakhirnya masa remaja para ahli

berbeda pendapat, ada yang menyatakan umur 18 tahun, 21 tahun,

dan ada pula yang menentukan sampai 25 tahun. Akan tetapi

sekalipun ada perbedaan dalam menentukan batas akhir masa

remaja, para ahli umumnya mengambil patokan kurang lebih 13-21

tahun sebagai umur atau masa remaja (Djami’atul, 2013:70).

Keluarga dan masyarakat sangat berperan dalam pembinaan

perilaku menyimpang, karena apabila dibiarkan, akan terlahir suatu

remaja yang bergelimangdosa dan penderitaan di dalam

masyarakat (Arifin, 2004: 78). Pada dasarnya kenakalan remaja

menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak

sesuaidengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakat

(Kartini Kartono, 2003: 6-7).

Menurut Vina Dwi (2008, 46-63) kenakalan remaja muncul

bukan karena suatu keadaan dari remaja itu sendiri, melainkan

(51)

36

Ada banyak faktor yang menyebabkan seorang remaja melakukan

kenakalan. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Faktor keterlibatan dalam Geng anak nakal

b. Faktor pergaulan salah

c. Faktor keluarga

d. Faktor media massa

Menurut M. Arifin dalam Yusriyah (2017: 81-82) penanggulangan

kenakalan remaja dapat dibagi dalam pencegahan yang bersifat umum dan

pencegahan yang bersifat khusus:

(a) Ikhtiar pencegahan yang bersifat umum meliputi:

(1) Usaha pembinaan pribadi remaja sejak masih dalam kandungan

melalui ibunya.

(2) Setelah lahir, maka anak perlu diasuh dan dididik dalam suasana

yang stabil, menggembirakan serta optimisme.

(3) Pendidikan dalam lingkungan sekolah. Sekolah sebagai lingkungan

kenakalan dua sebagai tempat pembentukan anak didik memegang

peranan penting dalam membina mental, agama pengetahuan dan

ketrampilan anak-anak didik. Kesalahan dan kekurangan-

kekurangan dalam tubuh sekolah sebagai tempat mendidik, bisa

menyebabkan adanya peluang untuk timbulnya kenakalan remaja.

(4) Pendidikan di luar sekolah dan rumah tangga. Dalam rangka

mencegah atau mengurangi timbulnya kenakalan remaja akibat

(52)

37

instansi tersebut di atas mutlak perlu ditingkatkan.Perbaikan

lingkungan dan kondisi sosial.

(b) Usaha-usaha pencegahan yang bersifat khusus.

Untuk menjamin ketertiban umum, khususnya dikalangan remaja

perlu diusahakan kegiatan-kegiatan pencegahan yang bersifat khusus

dan langsung sebagai berikut: Pengawasan, Bimbingan dan

Penyuluhan. Bimbingan dan penyuluhan secara intensif terhadap orang

tua dan para remaja agar orang tua dapat membimbing dan mendidik

anak-anaknya secara sungguh- sungguh dan tepat agar para remaja

tetap bertingkah laku yang wajar. Pendekatan-pendekatan khusus

terhadap remaja yang sudah menunjukkan gejala-gejala kenakalan perlu

dilakukan sedini mungkin. Sedangkan tindakan represif terhadap

remaja nakal perlu dilakukan pada saat-saat tertentu oleh instansi

Kepolisian R.I bersama Badan Peradilan yang ada. Tindakan ini harus

dijiwai dengan rasa kasih sayang yang bersifat mendidik terhadap

mereka, oleh karena perilaku nakal yang mereka perbuat adalah akibat,

produk dari berbagai faktor intern dan extern remaja yang tidak disadari

dapat merugikan pribadinya sendiri dan masyarakatnya. Jadi tindakan

represif ini harus bersifat pedagogis, bukan bersifat pelanggaran

ataupun kejahatan.

Semua usaha penanggulangan tersebut hendaknya didasarkan atas

sikap dan pandangan bahwa remaja adalah hamba Allah yang masih

(53)

38

pribadinya yang membutuhkan bimbingan dari orang dewasa yang

bertanggung jawab. Dalam masyarakat dapat dilihat seringkali orang

salah mengambil sikap menghadapi cobaan suka dan duka ini. Misalnya

dikala suka, orang mabuk kepayang dan lupa daratan. Bermacam

karunia Tuhan yang ada padanya tidak mengantarkan dia kepada

kebaikan tetapi malah membuat manusia jahat.

Menurut penulis pencegahan kenakalan remaja harus dilakukan

oleh orang tua. Agar remaja mempunyai pendidikan dan masa depan

yang baik bagi kehidupannya. Seorang remaja yang baik akan

mendapatkan kehidupan yang baik, tapi sebaliknya jika remaja yang

tidak mendapat pendidikan yang baik.

B. Kajian Pustaka

Untuk mendukung penelaah peneliti yang lebih komprehensif,

maka peneliti berusaha melakukan kajian terhadap beberapa peneliti yang

mempunyai relevansi dengan topik yang ingin diteliti. Dikarenakan

peneliti menggunakan analisis pendidikan agama Islam dalam keluarga

dan pencegahan kenakalan remaja, maka peniliti mengkaji berbagai

pustaka yang berkiatan dengan pendidikan agama Islam dalam keluarga

dan pencegahan kenakalan remaja.

Di antara karya-karya yang mendukung kerelevansian penelitian

adalah:

1. Skripsi yang disusun oleh Fella Eka Febriana Program Studi Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas

(54)

39

Remaja (Studi Deskriptif di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember)”. Hasil penelitian tersebut Hasil bahwa peran orang tua yang dilakukan oleh para orang tua di Kelurahan

Antirogo yakni dengan menyibukkan anak mereka dengan pendidikan

umum dan pendidikan agama. Adanya bekal ilmu agama yang di dapat

perhatian, nasehat dan bimbingan orang tua diharapkan dapat

membentengi putra – putrinya terhindar dari penggaruh kenakalan

remaja.

2. Skripsi yang disusun oleh R Muhamad Nur Cahyo Program Studi

Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2009 “Keluarga dan Pencegahan Kenakalan Remaja (Studi Tentang Penyimpangan

Perilaku Remaja di Kampung Gandekan Lor Yogyakarta)”.

Hasilpenelitian tersebut menyimpulkan bahwa strategi-strategi yang di

gunakan untuk mengantisipasi kenakalan remaja yaitu: peran orang tua,

menerapkan hal-hal yang berharga sebagai tameng bagi anak remaja,

dan menerapkan faktor-faktor dan aspek-aspek keharmonisan terhadap

keluarga. Sehingga berguna untuk mengntisipasi kenakalan remaja.

3. Jurnal yang di susun oleh Mufatihatut Taubah, STAIN Kudus, Jurusan

Pendidikan Agama Islam Tahun 2015“Pendidikan Anak Dalam

Keluarga Perspektif Islam”. Hasil penelitian pendidikan anak yang pertama dan paling utama dalam Islam adalah pendidikan dalam

keluarga yang berperspektif Islam. Pendidikan dalam keluarga yang

(55)

40

agama Islam yang diterapkan dalam keluarga yang dimaksudkan untuk

membentuk anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia. Pola atau metode

pendidikan agama dalam Islam pada dasarnya mencontoh pada

perilaku Nabi Muhammad SAW dalam membina keluarga dan

sahabatnya. Karena segala apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad

SAW merupakan manifestasi dari kandungan alQur’an.

Perbedaan penelitian ini terhadap beberapa penelitian relevan di

atas adalah penelitian ini khusus membahas tentang bagaimana keluarga

dalam memberikan Pendidikan Agama Islam yang baik agar dapat

mencegah kenakalan remaja di Dusun Karang Talun Desa Mlilir

(56)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

(Moleong, 2011:6). Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa

penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang dapat

diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambar atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitien

(seseorang, masyarakat, lembaga dan sebagainya) pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tepat sebagaimana adanya.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian skripsi ini dilaksanakan di Dusun Karang Talun,

Desa Mlilir, Kec. Bandungan, Kab. Semarang Tahun 2018.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

(57)

42

data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

temuannya (Sugiyono, 2009:220). Seluruh proses dalam penelitian

yang melakukannya adalah peneliti itu sendiri.

Penelitian ini mengamati 7 keluarga petani yang mempunyai anak

remaja, 2 keluarga petanitidak mempunyai ayah dan 5 keluarga petani

mempunyai keluarga lengkap. Keluarga yang akan diteliti memiliki

anak remaja yang berumur 13-21 tahun, yang akan menjadi informan

yaitu orang tua yang dapat memberikan informansi dan dapat

berargumentasi bertempat tinggal di Dusun Karang Talun Desa Mlilir

Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Sumber primer merupakan sumber yang langsung memberikan

data kepada pengumpulan data (Sugiyono, 2009:225). Sedangkan

sumber data primer yang langsung didapat oleh peneliti adalah data

yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung, data ini disebut

juga dengan data asli atau data baru. Sumber data primer ini

diperoleh dari informan, dan informan utama dalam penelitian ini

adalah keluarga petani yang mempunyai anak remaja usia 13-21

tahun di Dusun Karang Talun Desa Mlilir Kecamatan Bandungan

(58)

43 2. Data Sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang

lain atau dokumen (Sugiyono, 2009:225). Data sekunder adalah

data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari

sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder di sebut juga data tersedia

atau data tertulis. Berkaitan dengan sumber data sekunder, penulis

akan mencari dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan

judul penelitian, data penduduk Dusun Karang Talun, data

pernikahan, data penduduk menurut mata pencarian, data

penduduk menurut pendidikan, data jumlah keluarga yang

mempunyai anak remaja usia 13-21 tahun.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data tentang Pendidikan Agama Islam dalam

keluarga dan pencegahan kenakalan remaja di dusun Karang Talun

peneliti menggunakan beberapa metode:

1. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan adalah salah satu teknik atau

cara menampilkan data dengan jalan mengadakan pengamatan

terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Raco, 2010:115).

Dalam penelitian ini, penulis melakukan kegiatan pengamatan

(59)

44

mempunyai anak remaja berusia 13-21 tahun dan pencagahan

kenakalan remaja seperti: kondisi keluarga dan lingkungan.

Menggunakan teknik observasi berperan pasif, dimana observasi

bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

2. Metode Interview

Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu,

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu

(Moleong, 2011:186). Peneliti secara langsung menemui

narasumber dan memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan

tema yang diangkat kepada keluarga petani yang mempunyai anak

remaja berusia 13-21 tahundi Dusun KarangTalun.

3. Metode Dokumentasi

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009:240). Sejumlah besar

fakta dan data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk

dokumentasi yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam

dalam keluarga dan pencegahan kenakalan remaja di Dusun

Karang Talun Desa Mlilir Kec. Bandungan Kab. Semarang dengan

masalah penelitian tersebut. Selain itu juga berupa

dokumen-dokumen yang dimiliki objek penelitian berupa: letak geografis

Gambar

Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nelly Marissa (2012) menunjukkan jumlah anggota keluarga penderita TB paru dalam satu rumah sebagian besar lebih

[r]

(Studi Komprehensif Kinerja Power Generation Ditinjau dari Nilai Entropi Siklus Uap dengan Melihat Pengaruh Jumlah Udara Pembakaran).. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Nilai moral tidak terpisah dari nilai-nilai sejenis lainnya setiap nilai dapat memperoleh suatu bobot (K.Bartens, 2001:142-143).Syarat menjadi manusia yang bermoral adalah

Evaluasi yang dilakukan terhadap sistem yang berjalan manual pada PT Cipta Arta Sejahtera Harmoni, ditemukan beberapa permasalahan seperti : prosedur penagihan

2 Atfal M (2016) (16) Hubungan Pengetahuan dan Praktek Penjamah Makanan terhadap Kualitas Bakteriologi pada Peralatan Makan Rumah Makan di Kabupaten Tegal Survey dengan

terhadap loyalitas pelanggan fashion Matahari Department

Pengamatan morfologi bakteri dilakukan dengan mengamati koloni bakteri yang meliputi bentuk koloni, ukuran, margin, elevasi, pertumbuhan pada media miring dan tegak seperti