KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
5. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Pencegahan Kenakalan Remaja
dari luar diri remaja itu sendiri yang berasal dari dalam diri remaja,
seperti perkembangan kepribadian yang terganggu, individu
mempunyai cacat tubuh, individu mempunyai kebiasaan yang mudah
terpengaruh, dan tingkat intelegensi yang rendah. Berasal dari luar
antara lain, lingkungan pergaulan yang kurang baik, kondisi keluarga
yang tidak mendukung terciptanya perkembangan kepribadian anak
yang baik, pengaruh media massa, kurangnya kasih sayang yang
dialami anak-anak, dan kecemburuan sosial atau frustasi terhadap
keadaan sekitar (Dwi, 2008:45)
Beberapa pengertian di atas menunjukkan bahwa sebab-sebab
kenakalan remaja sangat banyak. Oleh itu keluarga atau orang tua harus
pandai- pandai dalam mengontrol pola pergaulan seorang remaja.
Pendidikan agama Islam adalah salah satu kontrol yang baik untuk
mencegah terjadinya seorang remaja melakukan tindakan kenakalan
remaja.
5. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Pencegahan Kenakalan Remaja
Pendidikan Agama Islam dalam keluarga sangat di perlukan oleh
seorang remaja. Menurut Aaj Sudrajat dalam Republika (24-7-2011), basis
Pendidikan Agama terletak pada keluarga. Di sinilah anak pertama kalinya
anak memperoleh internalisasi nilai, teladan prinsip, dan moral. Hanya,
tidak semua orang tua mampu memberikan transferensi atau pemindahan
30
(Anas Salahudin & Irwanto Alkrienciehie, 2013:238). Orang tua
merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena
dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian
bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga
(Daradjat, 2011:34). Menurut Soekanto ( 2009:23) keluarga batih terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah. Lazimnya keluarga
batih merupakan unit pergaulan hidup yang terkecil dalam masyarat.
Keluarga batih mempunyai peranan-peranan yaitu:
a. Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang
menjadi anggota, di mana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam
wadah tersebut.
b. Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil
memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya.
c. Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah
pergaulan hidup.
d. Keluarga batih merupakan wadah dimana manusia mengalami proses
sosialisasi awal, yakni suatu proses di mana manusia mempelajari dan
mematuhi kiadah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat.
Menurut Muchtar (2008:88-103) ada beberapa peranan orang tua
yang harus dilaksanan demi kesejahteraan anak-anaknya sebagai berikut:.
31
Inilah yang pertama harus dilakukan oleh orang tua terhadap
anaknya yaitu, menanamkan keyakinan bahwa Allah itu Maha Esa
dan memiliki sifat-sifat yang mulia.
2) Melatih mengajarkan Shalat dan Ibadah-Ibadah Lain
اَه ٰىَلَع ْسِبْصاَو ِسَكٌُْوْلا ِيَع َهًْاَو ِفوُسْعَوْلاِب ْسُهْأَو َة َلََّصلا ِنِقَأ َّيٌَُب اَي
ِزىُهُ ْلْا ِمْزَع ْيِه َكِلَٰذ َّىِإ ۖ َكَباَصَأ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Qs. Al Luqman 17
Anak harus sudah disuruh atau diajarkan shalat ketika
mereka sudah mengenal atau bisa membedakan tangan kanan dan
tangan kiri, ini berarti ketika anak berumur sekitar dua atau tiga
tahun. Pada umur ini anak dikenalkan tata cara shalat atau diajak
bersama-sama mengerjakan shalat.
3) Memperhatikan pergaulan Anak
Orang tua harus mengetahui dengna siapa anak-anaknya
berteman. Orang tua harus mengetahui aktivitas apa saja yang
dilakukan oleh anak-ankanya beserta teman-temannya. Mengikat
silaturahmi atau sering berkomunikasi dengan para orang tua
teman anknya, supaya bisa memantau keadaan dan pergaulan
anak-anak .
Sedangkan menurut Mustaqim (2005:49-95) ada juga
32
a. Menyayangi anak bukan memanjakan
Islam sangat menekankan perilaku kasih sayang terhadap
anak. Oleh karena itu, mendidik anak penuh kasih sayang menjadi
sangat penting.
b. Sikap bijak mendidik anak
Sebagai orang tua harus sungguh-sungguh dalam mendidik,
membimbing, dan memotivasinya. Berhasil atau tidak proses
pendidikan anak juga sangat bergantung pada sikap bijak orang tua
kepada anak.
c. Menjadi orang tua yang ideal di mata anak
Beberapa ciri-ciri orang tua yang ideal bagi anak seperti:
memiliki, kepribadian menarik, terlihat muda, berperilaku baik,
perhatian dan simpatik, jujur, selalu siap membantu anak.
d. Membangun komunikasi efektif dengan anak
Situasi dan kondisi yang efektif untuk membangun
komunikasi seperti saat makan bersama, berlibur bersama dan
berkumpul dirumah.
e. Jangan menghukum fisik anak
Banyak metode dalam mendidik anak tanpa menyakiti,
33
diperkenankan adalah jika orang tua mudah melayangkan tangan ke
pipi anak, memukul anak hingga memar.
f. Menciptakan keluarga harmonis
Salah satu menciptakan keluarga yang harmonis adalah
keutuhan orang tua, anak dibesarkan di lingkungan keluarga yang
utuh, damai, saling memahami dan menghargai, sehingga
menjadikan anak tenang dan tentram.
g. Menjaga kesehatan jasmani dan rohani anak sejak dini
Agar tumbuh menjadi generasi yang kuat dan sehat baik
jasmani ataupun rohani, orang tua harus memperhatikan kesehatan
anak-anaknya dan menjaga mereka dari penyimpangan moral sejak
dini.
h. Membangun percaya diri pada anak
Anak muda sekali merasa rendah diri, tidak mampu, minder,
tidak penting karena banyak hal yang belum mereka ketahui.
Sebaliknya orang tua memberikan kesempatan kepada. Mereka dan
mendorong terus menerus pada suatu aktivitas yang akan mereka
lakukan.
Keluarga yang baik adalah keluarga yang bisa menciptakan
suasana nyaman bagi anak-anak remaja mereka. Remaja agar terhindar
dari kenakalan remaja, maka keluarga khususnya orang tua bisa
34
Meurut Yulia D Gunarsa dan Singgih D Gunarasa dalam Dariyo
(2004: 13-14) masa remaja dibagi antara lain: puberteit, puberty,dan
adolescentia. Istilah puberty berasal dari istilah latin, pubertas yang berarti kelaki-lakian kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda
kelakian. Pubescence dari kata pubis yang berarti rambut (bulu) pada daerah kemaluan (genital), maka pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan. Adolescentia
berasal dari bahasa latin yang berarti masa muda yang terjadi antara 17-30
tahun.
Kartini Kartono (1995: 149) membagi masa remaja atau masa
pubertas bisa dibagi dalam empat fase, yaitu:
1) Masa awal pubertas, disebut pula sebagai masa pueral atau
pra-pubertas.
2) Masa menentang kedua, fase negatif, Trotzalter kedua, periode
Varneinung.
3) Masa pubertas sebenarnya mulai 14 tahun, masa pubertas anak
wanita pada umumnya berlangsung lebih awal dari pada pubertas
anak laki-laki.
4) Fase adolesensi mulai usiam17 tahun sampai 19-21 tahun.
Menurut Gunarsa dan Gunarsa dalam Dariyo (2004: 14) bahwa
secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan individu
yakni:
35
Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa
perubahan-perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal
yang bersifat herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya.
b) Faktor Exogen (nurture)
Pandangan faktor exogen menyatakan bahwa perubahan
dan perkembangan individu sangat di pengaruhi oleh faktor-faktor
dari luar oleh individu itu sendiri.
Sementara tentang berakhirnya masa remaja para ahli
berbeda pendapat, ada yang menyatakan umur 18 tahun, 21 tahun,
dan ada pula yang menentukan sampai 25 tahun. Akan tetapi
sekalipun ada perbedaan dalam menentukan batas akhir masa
remaja, para ahli umumnya mengambil patokan kurang lebih 13-21
tahun sebagai umur atau masa remaja (Djami’atul, 2013:70). Keluarga dan masyarakat sangat berperan dalam pembinaan
perilaku menyimpang, karena apabila dibiarkan, akan terlahir suatu
remaja yang bergelimangdosa dan penderitaan di dalam
masyarakat (Arifin, 2004: 78). Pada dasarnya kenakalan remaja
menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak
sesuaidengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakat
(Kartini Kartono, 2003: 6-7).
Menurut Vina Dwi (2008, 46-63) kenakalan remaja muncul
bukan karena suatu keadaan dari remaja itu sendiri, melainkan
36
Ada banyak faktor yang menyebabkan seorang remaja melakukan
kenakalan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Faktor keterlibatan dalam Geng anak nakal
b. Faktor pergaulan salah
c. Faktor keluarga
d. Faktor media massa
Menurut M. Arifin dalam Yusriyah (2017: 81-82) penanggulangan
kenakalan remaja dapat dibagi dalam pencegahan yang bersifat umum dan
pencegahan yang bersifat khusus:
(a) Ikhtiar pencegahan yang bersifat umum meliputi:
(1) Usaha pembinaan pribadi remaja sejak masih dalam kandungan
melalui ibunya.
(2) Setelah lahir, maka anak perlu diasuh dan dididik dalam suasana
yang stabil, menggembirakan serta optimisme.
(3) Pendidikan dalam lingkungan sekolah. Sekolah sebagai lingkungan
kenakalan dua sebagai tempat pembentukan anak didik memegang
peranan penting dalam membina mental, agama pengetahuan dan
ketrampilan anak-anak didik. Kesalahan dan kekurangan-
kekurangan dalam tubuh sekolah sebagai tempat mendidik, bisa
menyebabkan adanya peluang untuk timbulnya kenakalan remaja.
(4) Pendidikan di luar sekolah dan rumah tangga. Dalam rangka
mencegah atau mengurangi timbulnya kenakalan remaja akibat
37
instansi tersebut di atas mutlak perlu ditingkatkan.Perbaikan
lingkungan dan kondisi sosial.
(b) Usaha-usaha pencegahan yang bersifat khusus.
Untuk menjamin ketertiban umum, khususnya dikalangan remaja
perlu diusahakan kegiatan-kegiatan pencegahan yang bersifat khusus
dan langsung sebagai berikut: Pengawasan, Bimbingan dan
Penyuluhan. Bimbingan dan penyuluhan secara intensif terhadap orang
tua dan para remaja agar orang tua dapat membimbing dan mendidik
anak-anaknya secara sungguh- sungguh dan tepat agar para remaja
tetap bertingkah laku yang wajar. Pendekatan-pendekatan khusus
terhadap remaja yang sudah menunjukkan gejala-gejala kenakalan perlu
dilakukan sedini mungkin. Sedangkan tindakan represif terhadap
remaja nakal perlu dilakukan pada saat-saat tertentu oleh instansi
Kepolisian R.I bersama Badan Peradilan yang ada. Tindakan ini harus
dijiwai dengan rasa kasih sayang yang bersifat mendidik terhadap
mereka, oleh karena perilaku nakal yang mereka perbuat adalah akibat,
produk dari berbagai faktor intern dan extern remaja yang tidak disadari
dapat merugikan pribadinya sendiri dan masyarakatnya. Jadi tindakan
represif ini harus bersifat pedagogis, bukan bersifat pelanggaran
ataupun kejahatan.
Semua usaha penanggulangan tersebut hendaknya didasarkan atas
sikap dan pandangan bahwa remaja adalah hamba Allah yang masih
38
pribadinya yang membutuhkan bimbingan dari orang dewasa yang
bertanggung jawab. Dalam masyarakat dapat dilihat seringkali orang
salah mengambil sikap menghadapi cobaan suka dan duka ini. Misalnya
dikala suka, orang mabuk kepayang dan lupa daratan. Bermacam
karunia Tuhan yang ada padanya tidak mengantarkan dia kepada
kebaikan tetapi malah membuat manusia jahat.
Menurut penulis pencegahan kenakalan remaja harus dilakukan
oleh orang tua. Agar remaja mempunyai pendidikan dan masa depan
yang baik bagi kehidupannya. Seorang remaja yang baik akan
mendapatkan kehidupan yang baik, tapi sebaliknya jika remaja yang
tidak mendapat pendidikan yang baik.