MATERI
KEPABEANAN DAN CUKAI
(EKSPOR IMPOR
)
Oleh :
GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN ESKPOR IMPOR
Definisi :
•Menjual barang keluar negeri
•Kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean atau ke luar
negeri
Daerah Pabean : - adalah 12 mil dihitung dari perairan Indonesia hasil dari Ekspor adalah Devisa.
- adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi aksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku undang-undang ini.
DAERAH PABEAN
3
200
WILAYAH
REPUBLIK INDONESIA
ZEE 200 MIL
350
LAN DAS
KO NTI
SIKLUS KONTRAK
DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
4
KONTRAK – INDENT – SALES CONTRACT – L/C OPENING
BANK LUAR
NEGERI
5
SUPPLIER BENEFICIARY BANK DALAM NEGERIIMPORTIR
4
2
3
1
L /C Advice
ISSUING - BANK
L
/
C
L / C
DEVISA
Devisa : adalah saldo mata uang asing yang memiliki kurs resmi di Bank Indonesia.
Sumber-sumber Devisa antara lain :
1. Hasil penjualan Ekspor
2. Hutang Luar Negeri atau Pinjaman yang
diperoleh dari Negara Asing
3. Hadiah atau grant dan bantuan dari
badan-badan atau pemerintah asing
4. Laba dari penanaman modal di luar negeri 5. Hasil dari kegiatan Pariwisata Internasional,
dengan demikian Pemerintah meningkatkan eskpor dengan alasan untuk memperkuat keadaan devisa
IMPOR
Definisi : Kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean atau ke dalam negeri.
Terhadap barang yang di persyaratkan tata niaga impor tertentu harus mendapatkan izin dari Instansi yang melakukan pengaturan Tata Niaga Impor tersebut.
Terhadap barang impor dipungut Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor (PPN Impor, PPnBM dan PPH pasal 22) kecuali yang mendapatkan fasilitas atau keringanan.
Ciri-Ciri Perdagangan Ekspor Impor
1. Perdangan antar negara
2. Menggunaakan mata uang asing
3. Diperjual belikan secara besar-besaran
4. Melibatkan banyak instansi dalam negeri maupun luar
negeri
PROCEDURE IMPOR 9 PELAYARAN BANK DALAM NEGERI
PABEAN
ASURANSI
BANK LUAR NEGERI 3 D EC A F
LUAR NEGERI DALAM NEGERI
9 7
PROCEDURE EKSPOR
10
D E F G
PRODUSEN
BANK DALAM NEGERI
PELAYARAN KEDUTAAN ASING
BANK LUAR NEGERI
13
C A H
LUAR NEGERI DALAM NEGERI 11 7 3 12 2 1 EKSPORTIR SELLER B BUYER IMPORTIR 2 14 4
4 - 10
INSTANSI
EKSPOR ASURANSI
5
8
MASALAH YANG TIMBUL DALAM PERDAGANGAN EKSPOR IMPOR
Permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi oleh Eksportir dan Importir dibagi menjadi 2 (dua) sisi yaitu :
1.Masalah Eksternal a.Kepercayaan
b. Pemasaran c. Sistem Quota
d. Keterikatan dalam Organisasi Internasional
e. Kurang pemahaman akan tersedianya kemudahan internasional
2.Masalah Internal
a.Persiapan-persiapan teknis
b.Kemampuan / pemahaman terhadap transaksi luar negeri c.Persyaratan-persyaratan tertentu, misal :
Eksportir / Importir harus berbadan hukum
Importir harus memiliki angka pengenal dalam perdagangan, dikenal (API/APIT) c.Pembiayaan
d.Kekurangmampuan mempersiapkan barang
e.Kelancaran pelaksaan transaksi ekspor impor pada hakekatnya tergantung dari peraturan yang
didasarinya.
TUJUAN KEBIJAKAN
IMPOR
1.
Memagari kepentingan Nasional dari aspek
K3LM (Kesehatan, Keselamatan, Keamanan,
Lingkungan hidup dan Moral bangsa)
2.
Melindungi dan meningkatkan pendapatan
petani
3.
Mendorong penggunaan produksi dalam
negeri
4.
Meningkatkan Ekspor Non Migas
5.
Menciptakan perdagangan dan pasar dalam
negeri yang sehat serta iklim usaha yang
kondusif.
PERANAN BEA DAN CUKAI PADA
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
1.
Harus mengadakan pengawasan
2.
Memperlancar arus barang dan
dokumen sesuai tuntutan para
importir, eksportir dan perusahaan
lainnya yang ada kaitan dengan
perdagangan Internasional.
KETENTUAN UMUM
DIBIDANG IMPOR
1.
Impor hanya dapat dilakukan oleh
Perusahaan yang telah memiliki Angka
Pengenal Importir (API)
2.
Barang yang diimpor harus dalam keadaan
baru
3.
Dalam hal tertentu, Menteri Perdagangan
SYARAT UNTUK MENJADI
IMPORTIR
1.
Harus memiliki NPWP, SIUP, TDP
2.
Mengurus API ke DEPDAG ( Departemen
Perdagangan )
3.
Mengurus NIK ke Bea dan Cukai
Setelah perijinan lengkap, barulah dapat
menjalankan kegiatan impor barang sesuai
prosedur kepabeanan (Self assesment :
membuat PIB, membayar BM / PDRI ke bank,
memenuhi ketentuan).
KETENTUAN ANGKA PENGENAL
IMPORTIR
( API )
Dasar Hukum :
Peraturan
Menteri
Perdagangan
Nomor 27/M-DAG/PER/5/2012 tanggal
1 Mei 2012 tentang ketentuan Angka
Pengenal Importir ( API )
JENIS API
Terdiri atas :a.
API – U
1.API – U diberikan hanya kepada perusahaan yang melakukan
impor barang tertentu untuk kelompok/jenis barang yang tercakup dalam 1 (satu) bagian (section) dalam Sistem Klasifikasi Barang dengan tujuan diperdagangkan.
2.Perusahaan pemilik API-U dapat mengimpor kelompok/jenis
barang lebih dari 1 (satu) bagian (section) apabila :
a)Perusahaan pemilik API-U tersebut mengimpor barang yang
dihasilkan oleh perusahaan di luar negeri yang memiliki hubungan istimewa; atau
b)Perusahaan pemilik API-U tersebut merupakan badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Pemerintah. (AMANDEMEN)
b.
API – P
API–P
diberikan
hanya
kepada
perusahaan impor barang untuk
diperdagangkan
sendiri
sebagai
barang modal, bahan baku, bahan
penolong, dan/atau bahan untuk
mendukung proses produksi dan
dilarang untuk diperdagangkan atau
dipindahtangankan kepada pihak
lain.
LEMBAGA-LEMBAGA YANG TERKAIT
19
Pelaksana ekspor impor dapat dibagi dalam 5 (lima) kelompok sebagai berikut :
1.Kelompok indentor 2.Kelompok Importir 3.Kelompok promosi 4.Kelompok Eksportir
5.Kelompok Pendukung / Lembaga-lembaga Terkait
KELOMPOK INDENTOR
•Para Pemakai Langsung
•Para Pedagang
•Para Pengusaha Perkebunan, Industriawan dan Instansi Pemerintah
KELOMPOK IMPORTIR
•Pengusaha Impor
•Approved Importir (Appoved Traders)
•Importir Umum
20
KELOMPOK PROMOSI
•
Kantor Perwakilan dari produsen atau
eksportir asing di negara konsumen atau
importir
•
Kantor Perwakilan Kamar Dagang dan
Industri yang ada di luar negeri maupun
yang ada di dalam negeri
•
Misi perdagangan dan pameran dagang
internasinal (trade fair) yang senantiasa
diadakan di pusat perdagangan dunia
seperti Jakarta Fair, Tokyo Fair, Leipzig,
Honnover Fair dan sebagainya.
•
Badan Pengembangan Ekspor Nasional
(BPEN)
•
Kantor Bank Devisa di dalam maupun di
luar negeri
•
Atase
Perdagangan
dan
Trade
Commisioner
•
Majalah dagang dan Industri ataupun
Trade Directories
21
KELOMPOK EKSPORTIR
• Produsen Eksportir
• Confirming House
• Pedagang Ekspor (Expor Merchant)
• Agen Ekspor (Export Agent)
• Wisma Dagang (Trading House)
KELOMPOK PENDUKUNG / LEMBAGA-LEMBAGA TERKAIT
1. Bank
a. Bank Devisa b. Bank Komersial
2. Badan Usaha Transportasi
a. EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) dan EMPU (Ekspedisi Muatan Pesawat Udara
b. Freight Forwading
c. PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) 3. Maskapai Pelayaran Laut/ Maskapai Udara
4. Asuransi
5. Instansi Bea Cukai
6. Departemen Perindustrian dan Perdagangan 7. Kedutaan (Konsulat)
CARA PEMBAYARAN EKSPOR
IMPOR
22
I. Advance Payment
Beberapa alasan terjadinya Advance Payment :
1. Kepercayaan penuh importir bahwa barangnya akan diterima dari eksportir
2. Keyakinan bahwa di negara eksportir tidak melarang atas ekspor barang tersebut
3. Keyakinan bahwa pemerintah di negara importir mengijinkan adanya pembayaran dimuka
4. Bahwa importir mempunyai likuiditas yang cukup
Pembayaran dengan bentuk Advance Payment dapat dilakukan dengan cara :
a. Ceque
b. Bankers Draft
c. Email Payment order d. Cable Payment
e. International money order II. Open Account
Terjadinya Open Account
1. Kepercayaan penuh
23
3. Eksportir kelebihan dana
4.Importir dan eksportir yakin tidak ada peraturan di negaranya yang menghalang-halanginya.
Transaksi yang bersifat open account akan menimbulkan resiko sbb : 1.Eksporitr tidak mendapatkan perlindungan apakah importir mau membayar.
2.Bilamana importir tidak membayar sebagai bahan bukti yang menyulitkan bila terjadi masalah.
3.Biaya dalam menyelesaikan masalah cukup besar. Alasan eksportir mau mengirim terlebih dahulu barangnya :
1. Importir memiliki nama baik
2. Adanya kestabilan di Negara Importir 3. karena adanya asuransi kredit
III.Collection Draft (Wesel inkasso)
Dokumen yang diserahkan kepada importir atas dasar : 1. DP (Document againt Payment)
2. DA (Document againt Aceptance)
Keuntungan Importir dengan cara pembayaran Collection Draft : 1.Importir tidak perlu menyetor sejumlah uang untuk menjalin pembukaan L/C
24
3. Tidak perlu membayar sebelum dokumen kepemilikan diterima importir
Dalam hal ini pihak eksportir tetap menanggung masalah dengan resiko antara lain :
1.Resiko ekonomi dan politik di Negara Importir 2.Importir dapat mengulur waktu pembayarannya 3.Importir dapat membatalkan transaksi
4.Eksportir mencari pembeli baru
5.Eksportir membayar tambahan biaya pengepakan 6.Eksportir menanggung demurage
IV.Consigment
Adapun bentuk resiko yang mungkin terjadi : 1. Resiko modal
2. Resiko tidak ada kepastian bagi eksportir untuk menerima pembayaran
3. Resiko kenakalan importir
25
V. Letter of Credit
Dengan sistem pembayaran bentuk L/C importir dan eksportir merupakan cara yang paling aman karena :
1. Eksportir dipastikan akan ada pembayaran bila dokumen pengapalan sesuai persyaratan dalam L/C telah lengkap
2. Importir dipastikan bahwa pembayaran dilakukan oleh Bank bilamana L/C telah dipenuhinya
CARA LAIN PEMBAYARAN :
1. Barter
2. Barter dengan konsinasi
SALES PEMBUKAAN L/C
SALES CONTRACT
26
BUYER APLICANT
BANK PEMBUKAA
N L/C
SELLER BENEFICIA RY
BANK KORESPOND
EN BANK
PEMBAYAR
APLICASI L/C LETTER OF CREDIT
PAYING BANK
ISSUING BANK
KETERANGAN GAMBAR :
27
PARA PELAKU L/C TERDIRI :
1.APLICANT : Importir yang mengajukan aplic. L/C 2.ISSUING BANK : Bank yang membuka L/C
3.ADVISING BANK : Bank yang meneruskan L/C 4.PAYING BANK : Bank yang membayar L/C
5.BENEFICIARY : Eksportir yang menerima L/C
4.LETTER OF CREDIT / LC (KREDIT BERDOKUMEN)
28
• Manfaat L/C
1.Memudahkan pembayaran transaksi ekspor impor dimana eksportir dan importir belum saling mengenal
2.Pengamanan dana yang disediakan importir/kepastian pembayaran dan menghindari resiko
3.Menjamin kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan
4.Dimungkinkan eksportir dan importir memperoleh kredit dari bank
• Kebaikan dan kelemahan L/C Kebaikan :
1.Eksportir merasa terjamin akan pembayaran
2.Eksportir menerima pembayaran segera dari bank pembayar bilamana semua dokumen sesuai dengan persyaratan L/C diserahkan. 3.Eksportir dapat menggunakan L/C untuk pembayaran selanjutnya 4.Bagi importir tidak diharuskan menyediakan dana sepenuhnya. 5.Bagi importir dengan menggunakan hak kepemilikan dokumen
berdasarkan L/C untuk memperoleh pembiayaan selanjutnya. 6.Importir merasa terjamin bahwa banknya akan menolak pembayaran
29
Kelemahan :
1.Terdapat biaya-biaya bank yang harus dibayarkan oleh importir sehubungan dengan penanganan L/C.
2.Diperlukan waktu untuk memproses surat-surat yang diperlukan melalui saluran bank.
3.Bank hanya berkepentingan dalam urusan bank saja yaitu menyangkut dokumen, sedangkan urusan lainnya bank tidak mau tahu
4.Importir tidak mendapat jaminan bahwa barang yang dipesan dengan yang sebenarnya dikapalkan.
• Isi dari L/C antara lain memuat : ‾ No, tanggal L/C
‾ Jenis dan sifat L/C
‾ Nama dan alamat pengirim ‾ Nilai valuta yang disediakan
‾ Uraian jumlah jenis, merk tipe barang
‾ Dokumen yang disyaratkan dan dilengkapi ‾ Batas waktu pengapalan/pengiriman
30
L/C merupakan jaminan tertulis yang diterbitkan Issuing Bank atas permintaan Applicant untuk :
1.Melakukan pembayaran kepada pihak ketiga (Beneficiary)
2.Memberikan kuasa kepada pihak lain (bank lain) untuk melakukan pembayaran 3.Memberi kuasa bank lain untuk menegosiasi, mengambil alih dan menyerahkan dokumen-dokumen yang ditetapkan asalkan pesyaratan dan kondisi dari L/C dipenuhi
FUNGSI L/C
1.Merupakan perjanjian bank dan bank dalam menyelesaikan transaksi komersial Internasional
2.Memberikan pengamanan kepada pihak-pihak yang tersebut dalam invoice dalam transaksi tersebut
3.Memastikan adanya pembayaran asalkan persyaratan yang diminta L/C telah dipenuhi (sebagai jaminan)
4.Merupakan instrumen yang didasarkan hanya atas dokumen-dokumen dan bukan atas barang-barang dagangan atau jasa-jasa
JENIS-JENIS L/C
31
̶̶ Irrevocable L/C - Revocable L/C
̶̶ Irrevocable Confirmed L/C - Usance L/C
̶̶ Red Clouse L/C - Back to back L/C
̶̶ Revolving L/C - Merchant L/C ̶̶- Transferable L/C - Clean L/C ̶̶ Restricted
̶̶ Documentary L/C
Para pihak terlibat L/C
1. Aplicant adalah Importir / opener
2. Opening bank adalah Bank pembuka
3. Advising Bank adalah Bank penyampaian amanat
32
THE DOCUMENTATIONS
(
MACAM-MACAM DOKUMEN)
Merupakan seperangkat warkat/surat berharga untuk memenuhi persyaratan dalam transaksi perdagangan Internasional, yang telah tercantum dalam L/C . Dan L/C merupakan kelanjutan dari terbitnya perjanjian tertulis kontrak dagang (Sales Contract), yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (Eksportir dan Importir)
BILL OF LADING (B/L)
Salah satu dokumen yang negosiable dan berharga dalam handling/ negosiasi transaksi eksport . Dan berkaitan dengan pengangkutan barang dengan kapal laut yang disebut marine Bill of Lading atau Ocean Bill of Lading
BATASAN PENGERTIAN B/L
33
COMMERCIAL INVOICE
Adalah salah satu dokumen penting yang memuat perincian harga barang yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan penjual atas transaksi tertentu dengan pihak pembeli dan juga sebagai bukti transaksi serta alat penagihan atas nilai yang tercantum didalamnya kepada pihak pembeli yang disebut didalam faktur itu.
Dalam Faktur diuraikan secara jelas hal-hal sebagai berikut : 1.Nama dan alamat pembeli sesuai yang ada di L/C
2.Dibuat oleh eksporitr yang nama dan alamatnya sesuai dengan yang ada dalam L/C
3.Jumlah harga dalam Invoice harus tidak melebihi jumlah harga yang ada dalam L/C
4.Perincian jenis, kwalitas barang tertera dalam invoice harus peris sama dengan yang diminta dalam L/C
5.Invoice harus menyebutkan syarat pengapalan, syarat penjualan (FOB, C&F , CIF)
6.Invoice harus ditandatangani dan tidak boleh ditandatangani dengan menggunakan cap /stempel harus asli
7.Dalam Invoice disebut nama kapal, tanggal pengapalan (tanggal BL, nomor dan tanggal L/C serta Issuing Bank (Bank Pembuka L/C)
34
CERTIFIKAT OF INSURANCE
Untuk mengurangi atau menutupi terjadinya resiko yang tidak diinginkan seperti resiko kehilangan, resiko kebakaran dan resiko tenggelamnya kapal yang sedang memuat barang yang dikirim keluar negeri (Eksport) perlu untuk diasuransikan.
Dan untuk menjaga kerugian yang besar pihak importir mengikat asuransi kerugian yang dicantumkan dalam L/C.
Dengan L/C telah ditegaskan jenis pembayaran yang masing-masing menimbilkan hak dan kewajiban tertentu dalam pembayaran transaksi antara lain :
oFOB (Free On Board), artinya harga yang ditanggung eksportir hanya sampai ke biaya pemuatan ke atas Kapal. Dan setelah itu Eksportir tidak bertanggung jawab lagi dan sudah beralih ke pihak Importir
oC&F (Cost and Freight), yaitu didalam harga telah termasuk harga barang dan biaya tambang (angkutan) sampai ke negara tujuan menjadi tanggung jawab Eksportir. Dan Eksportir tidak mau bertanggung jawab kalau ternyata terjadi musibah kapal di laut dan beralih ke Importir.
oCIF (Cost, Insurance and Freight ) adalah harga barang telah termasuk asuransi dan biaya angkut kapal/tambang, yang telah diselesaikan pembayarannya oleh pihak Eksportir di negaranya dan dalam B/L biasanya tertera FREIGHT PREPAID
Ada beberapa dokumen yang juga harus dipersiapkan yaitu : CERTIFICATE OF ORIGIN (Surat Keterangan Asal barang)
35
CERTIFICATE OF INSPECTION
Dokumen ini merupakan keterangan barang tentang keadaan barang yang dibuat oleh Independet Surveyor, juru pemeriksa barang atau badan resmi yang disyahkan oleh Pemerintah dan dikenal oleh dunia perdagangan Internasional.
PENYERAHAN BARANG DALAM
PERDAGANGAN EKSPOR DAN IMPOR
Macam-macam cara penyerahan barang dan akibat-akibatnya bagi ekspor dan impor.
a. Ex Works
“Ex Works” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang, bila dia menempatkan barang-barang itu untuk pembeli di tempat kediaman penjual atau tempat lain yang ditentukan (yakni di tempat kerja, pabrik, gudang dll), belum diurus formalitas ekspornya dan juga tidak dimuat keatas kendaraan pengangkut manapun
b. Free Carrier
“Free Carrier” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang, yang sudah mendapat izin ekspor, kepada pengangkut yang ditunjuk pembeli di tempat yang disebut. Harus dicatat bahwa pemilihan
Mempunyai dampak pada kewajiban muat bongkar barang-barang di tempat itu. Jika penyerahan terjadi ditempat penjual, maka penjual bertanggung jawab untuk memuat. Jika penyerahan terjadi ditempat lain, penjual tidak bertanggung jawab untuk membongkar.
c. Free Alongside Ship
“Free Alongside ship” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang, bila barang-barang itu ditempatkan disamping kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut. Hal ini berarti bahwa pembeli wajib memikul semua biaya dan semua resiko kehilangan atau kerusakan atas barang-barang mulai saat itu.
d.Free On Board
“Free on Board” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang bila barang-barang melewati pagar kapal di pelabuhan
Hal ini terjadi bahwa pembeli wajib memikul semua biaya dan resiko atas kehilangan atau kerusakan barang mulai dari titik itu.
e. Cost and Freight
“Cost and Freight” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang bila barang-barang melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan. Penjual wajib membayar biaya-biaya dan ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang itu sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut. Tetapi resiko kehilangan atau kerusakan atas barang-barang yang terjadi setelah waktu penyerahan itu berpindah dari penjual kepada pembeli.
f. Cost Insurance and Freight
“Cost Insurance and Freight” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang bila barang-barang itu melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan.
Penjual wajib membayar semua biaya dan ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang itu sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut. Tetapi resiko hilang atau kerusakan atas barang-barang, termasuk setiap biaya tambahan sehubungan dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan itu berpindah dari penjual kepada pembeli. Namun dengan syarat CIF, penjual wajib pula menutup asuransi angkutan laut terhadap resiko rugi atau kerusakan atas barang-barang yang mungkin diderita pembeli selama barang dalam perjalanan.
Berkenaan dengan itu, penjual wajib menutup asuransi dan membayar premi. Pembeli perlu mencatat bahwa syarat CIF, penjual wajib pula menutup asuransi hanya dengan syarat pertanggungan minimum. Sekiranya pembeli mengingini perlindungan yang lebih besar, maka pembeli perlu mengadakan persetujuan dengan penjual secara tegas, atau pembeli sendiri harus
g. Carriage Paid To
“Carriage Paid To....” berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang kepada pengangkut yang ditunjuknya sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang itu sampai ke tempat tujuan yang disebut. Hal ini berarti bahwa pembeli memikul semua resiko dan membayar setiap ongkos yang timbul setelah barang-barang yang diserahkan secara demikian.
“Carriage” berarti setiap orang yang mengadakan kontrak angkutan, bertanggung jawab melakukan atau menjamin terlaksananya pengangkut dengan kereta api, jalan darat, udara, laut, sungai atau dengan kombinasi dari alat angkut itu.
Sekiranya dipakai pengangkut-pengangkut pengganti untuk meneruskan pengangkutan sampai ke tempat tujuan yang dijanjikan, maka risiko (penjual) berakhir bila barang-barang telah diserahkan kepada pengangkut
h. Carriage And Insurance Paid To
“Carriage and Insurance Paid To ...” berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang kepada pengangkut yang ditunjuknya sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang itu sampai ke tempat tujuan yang disebut.
Hal ini berarti bahwa pembeli memikul semua resiko dan membayar. Setiap ongkos yang timbul, setelah barang-barang yang diserahkan secara demikian. Namun dalam hal CIP, penjual juga menutup asuransi terhadap resiko rugi dan kerusakan atas barang yang menimpa pembeli selama barang dalam perjalanan. Pembeli perlu mencatat bahwa dengan syarat CIP, penjual dituntut untuk menutup asuransi hanya dengan syarat minimum. Sekiranya pembeli mengingini perlindungan yang lebih besar maka pembeli perlu mengadakan persetujuan dengan penjual secara tegas,
“Carrier” berarti setiap orang yang mengadakan kontrak angkutan, bertanggung jawab melakukan atau menjamin terlaksananya pengangkutan dengan kereta api, jalan darat, udara, laut, sungai atau dengan kombinasi dari alat angkut itu. Sekiranya dipakai pengangkutn-pengangkutan sampai ke tempat tujuan yang dijanjikan, maka resiko (penjual) berakhir bila barang-barang telah diserahkan kepada pengangkutan pertama.
i. Delivered At Fronttier
“Delivered at Frontier” berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang bila barang-barang itu telah ditempatkan kepada kewenangan pembeli pada saat datangnya alat angkut, belum dibongkar, sudah diurus formalitas ekspornya, namun belum diurus formalitas impornya, di tempat atau pada titik yang disebut di wilayah perbatasan tetapi belum memasuki
Istilah “Frontier boleh dipakai untuk daerah perbatasan mana saja, termasuk perbatasan dari negara pengekspor itu sendiri. Oleh karena itu adalah penting sekali untuk merumuskan secara tepat tentang perbatasan itu, dengan selalu menyebut titik dalam syarat itu.
Namun, bila pihak-pihak terkait mengingini penjual untuk bertanggung jawab membongkar barang-barang dari alat yang baru sampai itu dan memikul resiko dan biaya pembongkaran, maka hal ini harus dibuat sejelas-jelasnya dengan menambahkan dengan kata-kata yang tegas didalam kontrak jual beli bersangkutan.
j. Delivered Ex Ship
“Delivered Ex Ship” berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang bila barang-barang itu di tempatkan ke dalam kewenangan pembeli di atas kapal, belum diurus formalitas impornya, di pelabuhan tujuan yang disebut.
Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan barang-barang itu sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut sebelum dibongkar. Bila pihak-pihak terkait mengingini penjual memikul biaya dan resiko pembongkaran barang-barang itu, maka sebaiknya dipakai syarat DEQ.
k. Delivered Duty Unpaid
“Delivered Duty Unpaid” berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang kepada pembeli, belum diurus formalitas impornya, dan belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru datang di tempat tujuan yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan barang-barang itu sampai kesana, kecuali bea masuk (Istilah ini termasuk tanggung jawab mengurus formalitas pabean, pembayaran biaya resmi (formalitas), bea masuk, pajak-pajak dan biaya lainnya) yang diperlukan di negara tujuan
Bea masuk semacam itu harus dipikul oleh pembeli termasuk semua biaya dan resiko yang disebabkan oleh kegagalan mengurus formalitas impor pada waktunya. Namun, bila pihak-pihak terkait mengingini penjua yang akan mengurus formalitas kepabeanan dan memikul biaya dan resiko yang ditimbulkannya, termasuk biaya impor lainnya, maka hal ini harus ditegaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang jelas di dalam kontrak jual beli.
l. Delivered Duty Paid
“Delivered Duty Paid” berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang kepada pembeli sudah diurus formalitas impornya, namun belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru datang di tempat tujuan yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya-biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan barang itu sampai kesana, termasuk bea masuk apapun (Istilah ini termasuk tanggung jawab mengurus formalitas pabean, pembayaran biaya resmi (formalitas), bea masuk, pajak-pajak dan biaya lainnya) yang diperlukan di negara tujuan.
Sementara syarat EXW menggambarkan tanggung
jawab yang minimal dari penjual, maka syarat
DDP memberikan gambaran suatu tanggung jawab
yang maksimal kepada penjual. Syarat ini
janganlah dipakai bila secara langsung atau tidak
langsung penjualk tak akan mungkin memperoleh
izin impor. Namun, bila pihak-pihak terkait ingin
untuk mengeluarkan dari tanggung jawab penjual
beberapa jenis biaya yang dikenakan atas impor
barang-barang (
seperti pajak pertambahan Nilai =
VAT
), maka hal ini harus dijelaskan dengan cara
menambahkan kata-kata yang tegas di dalam
kontrak jual beli. Bila pihak-pihak terkait
mengingini pembeli yang akan memikul semua
resiko dan biaya pengimporan ini, maka dipakai
syarat DDU.
AKIBAT PENYERAHAN BARANG TERHADAP HARGA BARANG (NILAI IMPOR)
Syarat Penyerahan
Jenis Biaya yang menjadi tanggung Penjual (pada umumnya)
a. Loco Gudang Penjual
(Biaya 1 dan 2) 1. Biaya pembuatan barang (biaya produksi) ditambah biaya
pemeliharaan selama dalam
kekuasaan penjual b. Ex Gudang Penjual
(Biaya 1 s/d 4)
2. Keuntungan yang diperhitungkan penjual
c. Ex Gudang Penjual di atas alat angkut ( Biaya 1 s/d 5)
3. Ongkos pengepakan : bahan
embalage, upah, ongkos membuat merk pada pengepakan.
d. Free Alongside Ship
(FAS) (Biaya 1 s/d 8) 4. Upah memindahkan barang keluar pintu gudang penjual sendiri e. Free On Board (FOB)
( Biaya 1 s/d 10) 5. Upah menaikkan barang ke atas alat angkut (ke atas truk, ke atas gerbong dan lain-lain)
f. Cost and Freight (C
& F) (Biaya 1 s/d 11/ 6. Ongkos angkut barang dari gudang penjual sampai di sisi kapal di pelabuhan muat (loading port)
g C & F Landed / Free Overside (FOS)
(Biaya 1 s/d 12 )
7. Ongkos bongkar barang dari atas alat angkut ke dermaga di sisi kapal
h. Cost Insurance Freight (CIF) Biaya 1 s/d 13)
8. Biaya ke luar barang seperti bea ekspor, bea statistik, biaya administrasi
i. CIF Cleared
(Biaya 1 s/d 14) 9. Ongkos muat barang dari dermaga ke atas kapal (tallying cost)
j. Franco Gudang
Pembeli di atas alat angkut
(Biaya 1 s/d 15)
10. Biaya administrasi shipping
documents seperti bea-materai bill of lading
k. Franco Gudang Pembeli
(Biaya 1 s/d 16 )
11. Ongkos angkut dari pelabuhan muat sampai ke pelabuhan tujuan
12. Ongkos bongkar barang dari atas kapal turun ke dermaga di
pelabuhan (destination port)
13. Premi asuransi dari barang-barang 14. Bea masuk dan bea-impor lainnya
yang berlaku di negara pembeli pada saat
Barang sampai di pelabuhan tujuan termasuk sewa gudang selama barang berada di gudang entre-port
15. Ongkos angkut dari gudang
entreport atau pelabuhan lainnya di pelabuhan tujuan sampai ke gudang yang ditunjuk oleh pembeli 16. Ongkos menurunkan barang dari
alat angkut dan menyusunnya di dalam gudang pembeli
BENTUK – BENTUK PENYERAHAN
BARANG
50
EKSPOR
IMPOR
CFR / CIF
FRANCO LOCO FAS
UNDANG - UNDANG NO. 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN JO. UNDANG - UNDANG NO. 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN UU NO .10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN
51
POKOK – POKOK PIKIRAN
LATAR BELAKANG
ADANYA TUNTUTAN DAN MASUKAN DARI MASYARAKAT AGAR :
• MEMBERIKAN FASILITASI DAN PERLINDUNGAN PERDAGANGAN DAN INDUSTRI;
•MEMPERTEGAS KETENTUAN MENGENAI PIDANA UNTUK MENANGKAL PENYELUNDUPAN;
•MEMPERBERAT SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KEPABENAN UNTUK MENIMBULKAN EFEK JERA;
•MEMBERIKAN KEWENANGAN KEPADA DJBC UNTUK MENGAWASI PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN;
LINGKUP PERUBAHAN
52
A. FASILITASI PERDAGANGAN
B. PENGAWASAN
C. SANKSI
D. KEWENANGAN DJBC
LAIN - LAIN
53
1. SAAT PELUNASAN BEA MASUK YANG TERHUTANG DAN KEKURANGAN BEA MASUK DAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA
DENDA AKIBAT PENETAPAN PEJABAT : PASAL 37, PASAL 37 A
2. MATA UANG DAN NILAI TUKAR UNTUK PERHITUNGAN DAN
PEMBAYARAN BEA MASUK : PASAL 30
3. PERUBAHAN DATA PEMBERITAHUAN PABEAN KARENA
KEKHILAFAN : PASAL 10C
4. BEA KELUAR : PASAL 1, PASAL 2A
5. PEMBERIAN INFORMASI OLEH DIREKTUR JENDERAL : PASAL
115B
6. PERUBAHAN FRASE “PENGADILAN NEGERI” MENJADI
“PENGADILAN NIAGA” DALAM PASAL YANG MENGATUR HAKI :
PASAL 54, PASAL 56, PASAL 57, PASAL 58, PASAL 59, PASAL 60,
PASAL 61, PASAL 62
7. PERUBAHAN KETENTUAN TENTANG KEDATANGAN DAN
KEBERANGKATAN SARANA PENGANGKUTAN : PASAL 7A, PASAL
KETENTUAN UMUM
54
1. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar.
2. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang Kepabeanan.
3. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, dan atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
4. Kantor Pabean adalah Kantor Pelayanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan Undang-undang Kepabeanan
55
6. Kewajiban Pabean adalah semua kegiatan di bidang kepabeanan yang wajib dilakukan untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang Kepabeanan
7. Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka melaksanakan kewajiban pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam Undang-Undang Kepabeanan
56 DEARAH PABEAN KAWASAN PABEAN TEMPAT PENIMBUANAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA
PASAL 43 UU NO. 10 / 1995
TEMPAT PENIMBUNAN
BERIKAT
PASAL 44 UU NO. 10 / 1995
• KB • GB • ETP • TBB
TEMPAT PENIMBUNAN
PABEAN
PASAL 48 UU NO. 10 / 1995
YANG SUDAH ADA HANYA/BARU DI SOEKARNO-HATTA
• BARANG TIDAK DIKUASAI
• BARANG DIKUASAI NEGARA
•BARANG MENJADI MILIK NEGARA
DALAM AREAL
PELABUHAN DI LUAR AREAL
PELAB. TEMPAT
LAIN DP 3
SUATU LOKASI DILUAR D. KERJA PENYELENGGARAAN PELABUHAN YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU DAN MERUPAKAN PERPANJANGAN LINI 1
PASAL 1
57
TPS
TPS
POS POS
KANTOR PABEAN
TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT (TPB)
58
TPB PENIMBUNAN
KAWASAN PABEAN TPS
TPB PAMERAN
TEMPAT-TEMPAT
PENIMBUNAN
59
Ada 3 tempat Penimbunan :
1.Tempat Penimbunan Sementara (Pasal 43) 2.Tempat Penimbunan Berikat (Pasal 44) 3.Tempat Penimbunan Pabean (Pasal 48)
1. TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA (TPS)
Adalah bangunan dan /atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu di kawasan Pabean untuk menimbun barang sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya.
Di setiap kawasan Pabean disediakan tempat penimbunan sementara yang dikelola oleh pengusaha tempat penimbunan sementara.
D i TPS terdapat :
1. Gudang Penimbunan 2. Lapangan Penimbunan
60
Jangka waktu Penimbunan
Di TPS yang berada di areal pelabuhan batas maksimum waktu
penimbunan adalah 30 hari sejak tanggal penimbunnanya
Di TPS yang berada di luar area pelabuhan batas maksimum waktu penimbunaan adalah 60 hari sejak tanggal penimbunannya.
Batas maksimum penimbunan tersebut dengan tujuan untuk :
1.Mencegah penimbunan yang berlarut-larut sehingga bisa menimbulkan stagnasi atau kongesti
2.Kepentingan hak-hak negara agar segera dilunasi
Oleh sebab itu apabila penimbunan melewati batas tersebut, barang berubah status menjadi barang yang tidak dikuasai yang artinya :
1.Penimbuannya dipindahkan ke Tempat Penimbunan Pabean (TPP) dan di pungut sewa gudang
2.Barang tersebut terancam dilelang apabila dalam tempo 60 hari sejak di TPP belum diselesaikan
DP3 (DEPOT PETI KEMAS PENGAWASAN PABEAN)
61
Dalam rangka untuk meningkatkan kelancaran arus barang/peti kemas dipelabuhan dengan tanpa mengurangi pengamanan penerimaan keuangan negara Pemerintah memberikan fasilitas kepada kepada dunia usaha untuk mendirikan Depo Peti Kemas Pengawasan Pabean disingkat DP3.
Pengertian
DP3 adalah suatu lokasi diluar daerah kerja penyelenggaraan pelabuhan yang memenuhi persyaratan tertentu dan merupakan perpanjangan wilayah Lini I yang berfungsi sebagai :
a.Tempat Penimbunan Sementara barang impor yang menggunakan peti kemas yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya dan pendistribusian barang impor yang telah diselesaikan kewajiban Pabeannya.
b.Tempat Penimbunan Sementara dan konsolidasi barang/peti kemas untuk tujuan ekspor
2. TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT (TPB)
62
PENGERTIAN
Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu didalam Daerah Pabean yang digunakan untuk menimbun, mengolah, memamerkan, dan/atau menyediakan barang untuk dijual dengan mendapatkan perlakuan khusus di bidang Kepabeanan, Cukai, dan perpajakan yang dapat berbentuk Kawasan Berikat, Pergudangan Berikat, Entreoot untuk tujuan Pameran atau Toko Bebas Bea.
Tujuan pengadaan Tempat Penimbunan Berikat adalah :
1.untuk memberikan fasilitas kepada pengusaha berupa pengangguhan pembayaran bea masuk serta dapat melakukan kegiatan menyimpan, menimbun, memamerkan, menjual, mengemas, mengemas kembali, dan / atau mengolah barang yang brerasal dari luar daerah Pabean tanpa lebih dahulu dipungut bea masuknya.
2.Dapat dijamin adanya kelancaran arus barang dalam kegiatan impor atau ekspor serta peningkatan produksi dalam negeri dalam rangka Pembangunan dan Pengembangan Ekonomi Nasional
Fasilitas ini diberikan :
1.Agar barang dan bahan baku (BB) dekat dengan pabrik
63
Sesuai dengan fungsi dan tujuannya TPB dapat dikenal menjadi 5 bentuk yaitu : 1.Kawasan Berikat (KB)
2.Pergudangan Berikat (PGB)
3.Entrepot untuk Tujuan Pameran (ETP) 4.Toko Bebas Bea (TBB)
1. KAWASAN BERIKAT
Kawasan Berikat adalah suatu banguan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang didalamya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan rancang bangun, perekayasaaan, penyortiran, pengepakan atas barang dan bahan asal impor dari dalam daerah Pabean Indonesia lainnya yang hasilnya untuk tujuan ekspor
Unsur sebuah tempat disebut KB :
1. Adanya suatu kawasan dengan batas-batas tertentu
2. Kawasan tersebut terletak dalam wilayah Pabean Indonesia
3.Adanya pemasukan barang baik dari luar maupun dari dalam daerah Pabean
4. Pemasukan barang tersebut tidak dipungut dan pungutan lainnya (ketentuan khusus) Pengeluaran barang dari TPB atas persetujuan Pejabat Bea dan Cukai untuk :
a.Di Impor untuk dipakai b.Di Olah
c.Di Ekspor sebelum atau sesudah diolah atau
GUDANG BERIKAT
64
Gudang Berikat adalh suatu bangunan atau texpat dengan bats-batas tertentu yang didalamnya dilakukan kegiatan usaha penimbunan, pengemasan, penyortiran, pengepakan, pemberian merek/label, pemotongan, atau kegiatan lain dalam rangka fungsinya sebagai pusat distribusi barang-barang asal impor untuk tujuan dimasukkan ke Daerah Pabean Indonesia lainnya, Kawasan Berikat atau direekspor tanpa adanya pengolahan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa :
̶̶ Fungsi gudang tersebut hanyalah untuk kegiatan usaha
̶̶ Penimbunan
̶̶ Pengemasan
̶̶ Penyortiran
̶̶ Pengepakan
̶̶ Pemberian merek/label
̶̶ Pemotongan
̶̶Dalam gudang tersebut tidak dilakukan pengolahan, dengan perkataan lain tidak melakukan proses pembuatan barang-barang siap konsumsi
̶̶Barang-barang yang dimasukkan hanyalah barang yang berasal dari LDP
̶̶Setelah melalui kegiatan diatas tujuan akhir barang-barang tersebut adalah untuk :
̶̶Impor ke DPIL
̶̶KB
3. ENTROPOT UNTUK TUJUAN PAMERAN
65
Pengertian
Entropot untuk Tujuan Pameran adalah suatu bangunan atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang didalamnya dilakukan kegiatan usaha penyelenggaraan pameran barang hasil industri asal impor atau barang industri dari dalam daerah Pabean yang menyelenggarakan yang bersifat Internasional. Dari pengertian di atas kriteria sebuah ETP adalah :
1.Suatu Kawasan dengan bats-batas tertentu
2.Kegiatan di kawasan tersebut hanya untuk pameran 3.Yang dipamerkan hasil industri
4.Hasil industri bisa berasal dari import dan dari DPL 5.Penyelenggaraannnya bersifat Interbnasional
4. TOKO BEBAS BEA
KRITERIA TBB HARUS MEMENUHI UNSUR-UNSUR SEBAGAI BERIKUT :
66
1. Adanya tempat khusus
2. Fungsinya untuk menimbun, menyediakan barang-barang 3. Asal Import maupun asal DPL
4. Untuk dijual atau menjual 5. Kepada orang yang berhak
Yang berhak membeli barang di TBB adalah : 1. Para anggota Korps Diplomatik
2. Tenaga Ahli bangsa asing yang bekerja pada lembaga-lembaga Internasional
3. Orang yang bepergian ke lLuar Negeri 4. Orang yang tiba dari Luar Negeri
LOKASI :
1. Di Tempat pemberangkatan 2. Di Terminal Kedatangan 3. Di dalam Kota
PEMBATASAN NILAI PEMBELIAN
TEMPAT PENIMBUNAN PABEAN (TPP)
67 PENGERTIAN
TPP adalah bangunan dan / atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu yang disediakan oleh pemerintah di kantor Pabean yang berada di bawah pengelolaan DJBC untuk menyimpan barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara dan barang yang menjadi milik negara berdasarkan undang-undang kepabeanaan.
TPP pengeloalaanya dilakukan oleh DJBC
TPP difungsikan hanya untuk menimbun barang-barang yang statusnya :
̶̶ Tidak dikuasai
̶̶ Yang dikuasai negara
̶̶ yang menjadi milik negara
PENGERTIAN BARANG YANG TIDAK DIKUASAI DAPAT BERASAL :
1.Barang di TPS yang melebihi jangka waktu penimbunan yang diperbolehkan
2.Barang yang di TPB yang ijinnnya telah dicabut dan dalam batas waktu 30 hari tidak diselesaikan 3.Barang yang dikirim melalui POS :
̶̶ Yang ditolak si alamat
̶̶ Yang diterima kembali setelah ditolak dari luar dan dialamat tidak diketahui PENGERTIAN BARANG YANG DIKUASAI NEGARA ADALAH:
a. Barang yang impornya dilarang atau dibatasi b. Barang atau sarana pengangkut yang ditinggalkan
c. Barang atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh Pemilik yang tidak dikenal PENGERTIAN YANG MENJADI MILIK NEGARA ADALAH :
a.Barang yang berasal dari barang yang tidak dikuasai barang tersebut berupa barang yang dilarang impornya
DASAR PEMUNGUTAN BEA MASUK DAN BEA KELUAR
69
 Barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean diperlakukan sebagai barang impor dan terhutang bea masuk (pasal 2 ayat 1)
I
M
P
O
R
BARANG IMPOR
DAERAH PABEAN TERUTANG BEA MASUK
LUAR DAERAH PABEAN
PENGERTIAN BEA MASUK
70
Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang kepabeanan yang dikenakan terhadap barang impor
Cara memungut bea masuk :
a.Berdasarkan spesifik : dipungut berdaskan ukuran berat dan takaran b.Berdasarkan Advalorum (Harga Barang)
Bea masuk dihitung atas dasar harga barang / nilai pabean. Terdiri dari nilai CIF :
C = Cost – Lihat nilai pada dokumen Invoice I = Insurance - Lihat pada polis Assuransi
F = Freifgt – Lihat pada dokumen Bill of Lading / BL
Untuk mengitung bea masuk mengggunakan rumus sebagai berikut :
BM = .... (Tarif BM) % x CIF (NDPBM) Catatan :
NDPBM = Nilai dasar perhitungan bea masuk
RUMUS : PPH22 = .... ( TARIF) % X (CIF. NDPBM) + BEA MASUK
71
PPN = .... ( Tarif) % x (CIF. NDPBM) + Bea Masuk
PPN = PPn BM = .... ( Tarif) % x (CIF. NDPBM) + Bea Masuk
TARIF DAN NILAI PABEAN
Tarif bea masuk (Pasal 12) setinggi-tingginya 40%
dengan pengecualian :
Terhadap :1.Barang Impor hasil pertanian tertentu
2.Barang Impor yang termasuk daftar Eksklusif
skedul XXI
(GATT)
TARIF DAN NILAI PABEAN PASAL
12
72
TARIF BEA MASUK
SETINGGI-TINGGINYA
40% PENGECUALIAN
BARANG IMPOR HASIL PERTANIAN TERTENTU
BARANG IMPOR YANG TERMASUK DALAM DAFTAR EKSKLUSIF SKEDUL XXI (GATT)
73
CONTOH PERHITUNGAN BEA MASUK DAN PAJAK DALAM RANGKAQ IMPORT :
18.125,-PASAL 13 (1)
TENTANG PERKECUALIAN DARI PASAL
12 AYAT 1
74
Bea Masuk dapat dikenakan berdasarkan tarif yang besarnya berbeda dengan yang dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1/
terhadap :
a.Barang Impor yang dikenakan tarif Bea Masuk berdasarkan perjanjian atau kesepakatan Internasional.
b.Barang Impor bawaan penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, atau barang kiriman melalui pos atau jasa titipan atau,
PASAL 14 (1)
TENTANG KLASIFIKASI BARANG
75
1) Untuk penetapan tarif Bea Masuk dan Bea Keluar, barang dikelompokkan berdasarkan sistem klasifikasi barang.
2) Ketentuan tentang Klasifikasi barang diatur lebih lanjut oleh Menteri.