• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI KEPABEANAN DAN CUKAI (EKSPOR IMPOR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MATERI KEPABEANAN DAN CUKAI (EKSPOR IMPOR)"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI

KEPABEANAN DAN

CUKAI

(EKSPOR IMPOR

)

Oleh :

Winarningsih, S.H. , M.M

(2)

GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN

ESKPOR IMPOR

Defnisi :

Menjual barang keluar negeri

Kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean

atau ke luar negeri

Daerah Pabean : - adalah 12 mil dihitung dari perairan

Indonesia hasil dari Ekspor adalah Devisa.

- adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi

wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya,

serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi aksklusif

dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku

undang-undang ini.

(3)

DAERAH PABEAN

3

200

WILAYAH

REPUBLIK INDONESIA

ZEE 200 MIL

350 LAN

DAS KO

(4)

SIKLUS KONTRAK

DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

4

KONTRAK – INDENT – SALES CONTRACT – L/C

OPENING

BANK LUAR

NEGERI

5

SUPPLIER

BENEFICIARY

BANK DALAM NEGERI

IMPORTIR

4

2

3

1

L /C Advice

ISSUING - BANK

L

/

C

L / C

(5)

DEVISA

Devisa : adalah saldo mata uang asing yang

memiliki kurs resmi di Bank Indonesia.

Sumber-sumber Devisa antara lain :

1.

Hasil penjualan Ekspor

2.

Hutang Luar Negeri atau Pinjaman yang

diperoleh dari Negara Asing

3.

Hadiah atau grant dan bantuan dari

badan-badan atau pemerintah asing

4.

Laba dari penanaman modal di luar negeri

5.

Hasil dari kegiatan Pariwisata

Internasional, dengan demikian

Pemerintah meningkatkan eskpor dengan

alasan untuk memperkuat keadaan devisa

(6)

IMPOR

Defnisi : Kegiatan barang ke dalam daerah pabean

atau ke dalam negeri.

Terhadap barang yang di persyaratkan tata niaga

impor tertentu harus mendapatkan izin dari

Instansi yang melakukan pengaturan Tata Niaga

Impor tersebut.

Terhadap barang impor dipungut Bea Masuk dan Pajak

Dalam Rangka Impor (PPN Impor, PPnBM dan

PPH pasal 22) kecuali yang mendapatkan

fasilitas atau keringanan.

Ciri-Ciri Perdagangan Ekspor Impor

1.

Perdangan antar negara

2.

Menggunaakan mata uang asing

3.

Diperjual belikan secara besar-besaran

4.

Melibatkan banyak instansi dalam negeri

(7)

PROCEDURE

IMPOR

7

PELAYAR

AN

BANK

DALAM

NEGERI

PABEAN

ASURANSI

BANK

LUAR

NEGERI

3

D

E

C

A

F

LUAR NEGERI

DALAM NEGERI

9

7

6

-

8

10

2

(8)

PROCEDURE

EKSPOR

8

D

E

F

G

PRODUSE

N

BANK

DALAM

NEGERI

PELAYAR

AN

KEDUTAAN

ASING

BANK

LUAR

NEGERI

13

C

A

H

LUAR NEGERI

DALAM NEGERI

11

7

3

12

2

1

EKSPORTIR SELLER

B

BUYER IMPORTIR

2

14

4

4 - 10

(9)

MASALAH YANG TIMBUL DALAM

PERDAGANGAN EKSPOR IMPOR

Permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi oleh Eksportir dan Importir dibagi menjadi 2 (dua) sisi yaitu :

1.Masalah Eksternal a. Kepercayaan

b. Pemasaran c. Sistem Quota

d. Keterikatan dalam Organisasi Internasional

e. Kurang pemahaman akan tersedianya kemudahan internasional

2.Masalah Internal

a.Kemampuan / pemahaman terhadap transaksi luar negeri b.Persyaratan-persyaratan tertentu, misal :

Eksportir / Importir harus berbadan hukum

Importir harus memiliki angka pengenal dalam perdagangan, dikenal (API/APIT)

c.Pembiayaan

d.Kekurangmampuan mempersiapkan barang

e.Kelancaran pelaksaan transaksi ekspor impor pada hakekatnya tergantung dari peraturan yang didasarinya.

(10)

TUJUAN KEBIJAKAN

IMPOR

1. Memagari kepentingan Nasional dari

aspek K3LM (Kesehatan, Keselamatan,

Keamanan, Lingkungan hidup dan

Moral bangsa)

2. Melindungi dan meningkatkan

pendapatan petani

3. Mendorong penggunaan produksi

dalam negeri

4. Meningkatkan Ekspor Non Migas

5. Menciptakan perdagangan dan pasar

dalam negeri yang sehat serta iklim

usaha yang kondusif.

(11)

PERANAN BEA DAN CUKAI PADA

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

1.

Harus mengadakan

pengawasan

2.

Memperlancar arus barang

dan dokumen sesuai

tuntutan para importir,

eksportir dan perusahaan

lainnya yang ada kaitan

dengan perdagangan

(12)

Ketentuan umum

dibidang Impor

1. Impor hanya dapat dilakukan oleh

Perusahaan yang telah memiliki

Angka Pengenal Importir (API)

2. Barang yang diimpor harus dalam

keadaan baru

3. Dalam hal tertentu, Menteri

Perdagangan dapat menetapkan

barang yang diimpor dalam

(13)

SYARAT UNTUK MENJADI

IMPORTIR

1. Harus memiliki NPWP, SIUP, TDP

2. Mengurus API ke DEPDAG ( Departemen

Perdagangan )

3. Mengurus NIK ke Bea dan Cukai

Setelah perijinan lengkap, barulah dapat

menjalankan kegiatan impor barang sesuai

prosedur kepabeanan (Self assesment :

membuat PIB, membayar BM / PDRI ke bank,

memenuhi ketentuan).

(14)

KETENTUAN ANGKA PENGENAL

IMPORTIR

( API )

Dasar Hukum

:

Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor

27/M-DAG/PER/5/2012

tanggal 1 Mei 2012 tentang

ketentuan Angka Pengenal Importir

( API )

(15)

JENIS API

Terdiri atas :

a.API – U

1.API – U diberikan hanya kepada perusahaan yang

melakukan impor barang tertentu untuk kelompok/

jenis barang yang tercakup dalam 1 (satu) bagian

(section) dalam Sistem Klasifkasi Barang dengan

tujuan diperdagangkan.

2.Perusahaan pemilik API-U dapat mengimpor

kelompok/jenis barang lebih dari 1 (satu) bagian

(section) apabila :

a)Perusahaan pemilik API-U tersebut mengimpor

barang yang dihasilkan oleh perusahaan di luar

negeri yang memiliki hubungan istimewa; atau

b)Perusahaan pemilik API-U tersebut merupakan

badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

modalnya dimiliki oleh Pemerintah. (

AMANDEMEN

)

(16)

b.API – P

API–P

diberikan

hanya

kepada

perusahaan impor barang untuk

diperdagangkan sendiri sebagai

barang modal, bahan baku, bahan

penolong, dan/atau bahan untuk

mendukung proses produksi dan

dilarang untuk diperdagangkan

atau dipindahtangankan kepada

pihak lain.

(17)

LEMBAGA-LEMBAGA YANG

TERKAIT

17

Pelaksana ekspor impor dapat dibagi dalam 5 (lima)

kelompok sebagai berikut :

1.Kelompok identor

2.Kelompok Importir

3.Kelompok promosi

4.Kelompok Eksportir

5.Kelompok Pendukung / Lembaga-lembaga Terkait

KELOMPOK IDENTOR

Para Pemakai Langsung

Para Pedagang

Para Pengusaha Perkebunan, Industriawan dan

Instansi Pemerintah

KELOMPOK IMPORTIR

Pengusaha Impor

Approved Importir (Appoved Traders)

Importir Umum

(18)

18

KELOMPOK PROMOSI

Kantor Perwakilan dari produsen atau

eksportir asing di negara konsumen atau

importir

Kantor Perwakilan Kamar Dagang dan

Industri yang ada di luar negeri maupun

yang ada di dalam negeri

Misi perdagangan dan pameran dagang

internasinal (trade fair) yang senantiasa

diadakan di pusat perdagangan dunia

seperti Jakarta Fair, Tokyo Fair, Leipzig,

Honnover Fair dan sebagainya.

Badan Pengembangan Ekspor Nasional

(BPEN)

Kantor Bank Devisa di dalam maupun di

luar negeri

Atase

Perdagangan

dan

Trade

Commisioner

Majalah dagang dan Industri ataupun

Trade Directories

(19)

19

KELOMPOK EKSPORTIR

Produsen Eksportir

Confrming House

Pedagang Ekspor (Expor Merchant)

Agen Ekspor (Export Agent)

Wisma Dagang (Trading House)

KELOMPOK

PENDUKUNG / LEMBAGA-LEMBAGA

TERKAIT

1. Bank

a.

Bank Devisa

b. Bank Komersial

2. Badan Usaha Transportasi

a. EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) dan EMPU

(Ekspedisi Muatan Pesawat Udara

b. Freight Forwading

c. PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan)

3. Maskapai Pelayaran Laut/ Maskapai Udara

4. Asuransi

5. Instansi Bea Cukai

6. Departemen Perindustrian dan Perdagangan

7. Kedutaan (Konsulat)

(20)

CARA PEMBAYARAN

EKSPOR IMPOR

20

I. Advance Payment

Beberapa alasan terjadinya Advance Payment :

1. Kepercayaan bahwa importir bahwa barangnya akan diterima

oleh eksportir

2. Keyakinan bahwa di negara eksportir tidak melarang atas

ekspor barang tersebut

3. Keyakinan bahwa pemerintah di negara importir mengijinkan

adanya pembayaran dimuka

4. Bahwa importir mempunyai likuiditas yang cukup

Pembayaran dengan bentuk Advance Payment dapat

dilakukan dengan cara :

a. Ceque

b. Bankers Draft

c. Email Payment order

d. Cable Payment

e. International money order

II. Open Account

Terjadinya Open Account

1.

Kepercayaan

(21)

21

3.Eksport mengirimkan dokumen langsung kepada

impotir

4.Importir dan eksportir yakin tidak ada peraturan di

negaranya yang menghalang-halanginya.

Transaksi yang bersifat open account akan menimbulkan

resiko sbb :

1.Eksporitr tidak mendapatkan perlindungan apakah

importir mau membayar.

2.Bilamana importir tidak membayar sebagai bahan

bukti yang menyulitkan bila terjadi masalah.

3.Biaya dalam menyelesaikan masalah cukup besar.

Alasan eksportir mau mengirim terlebih dahulu

barangnya :

1. Importir memiliki nama baik

2. Adanya kestabilan di Negara Importir

3. karena adanya asuransi kredit

III.Collection Draft

Dokumen yang diserahkan kepada importir atas

dasar :

1. DP (Document againt Payment)

2. DA (Document againt Aceptance)

Keuntungan Importir dengan cara pembayaran

Collection Draft :

1.Importir tidak perlu menyetor sejumlah uang untuk

menjalin pembukaan L/C

(22)

22

3.Tidak perlu membayar sebelum dokumen kepemilikan

diterima importir

Dalam hal ini selain pihak eksportir tetap menanggung

masalah dengan resiko antara lain :

1.Resiko politik di Negara Importir

2.Importir dapat mengulur waktu pembayarannya

3.Importir dapat membatalkan transaksi

4.Eksportir dapat mencari pembeli baru

5.Eksportir membayar tambahan biaya pengepakan

6.Eksportir menanggung demurage

IV.Consigment

Adapun bentuk resiko yang mungkin terjadi :

1.Resiko modal

2. Resiko tidak ada kepastian bagi eksportir untuk

menerima pembayaran

3. Resiko kenakalan importir

4. Resiko bila importir tidak membayar

V.Letter of Credit

Dengan sistem pembayaran bentuk L/C importir dan

eksportir merupakan cara yang paling aman karena :

(23)

23

2. Importir dipastikan bahwa pembayaran dilakukan

oleh Bank bilamana L/C telah dipenuhinya

CARA LAIN PEMBAYARAN :

1. Barter

2. Barter dengan konsinasi

3. Advance Payment

(24)

SALES PEMBUKAAN L/C

SALES CONTRACT

24

BUYER

APLICANT

BANK

PEMBUKA

AN L/C

SELLER

BENEFICIA

RY

BANK

KORESPON

DEN

BANK

PEMBAYA

R

APLICASI L/C LETTER OF CREDIT

PAYING BANK

ISSUING BANK

(25)

KETERANGAN GAMBAR :

25

PARA PELAKU L/C TERDIRI :

1.APLICANT

: Importir yang mengajukan aplic. L/C

2.ISSUING BANK

: Bank yang membuka L/C

3.ADVISING BANK

: Bank yang meneruskan L/C

4.PAYING BANK : Bank yang membayar L/C

5.BENEFICIARY : Eksportir yang menerima L/C

4.LETTER OF CREDIT / LC (KREDIT BERDOKUMEN)

(26)

26

Manfaat L/C

1.Memudahkan pembayaran transaksi ekspor impor dimana eksportir

dan importir belum saling mengenal

2.Pengamanan dana yang disediakan importir/kepastian pembayaran

dan menghindari resiko

3.Menjamin kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan

4.Dimungkinkan eksportir dan importir memperoleh kredit dari bank

Kebaikan dan kelemahan L/C

Kebaikan

:

1.Eksportir merasa terjamin akan pembayaran

2.Eksportir menerima pembayaran segera dari bank pembayar bilamana

semua dokumen sesuai dengan persyaratan L/C diserahkan.

3.Eksportir dapat menggunakan L/C untuk pembayaran selanjutnya

4.Bagi importir tidak diharuskan menyediakan dana sepenuhnya.

5.Bagi importir dengan menggunakan hak kepemilikan dokumen

berdasarkan L/C untuk memperoleh pembayaran selanjutnya.

6.Importir merasa terjamin bahwa banknya akan menolak pembayaran

(27)

27

Kelemahan :

1.Terdapat biaya-biaya bank yang harus dibayarkan oleh importir

sehubungan dengan penanganan L/C.

2.Diperlukan waktu untuk memproses surat-surat yang diperlukan melalui

saluran bank.

3.Bank hanya berkepentingan dalam urusan bank saja yaitu menyangkut

dokumen, sedangkan urusan lainnya bank tidak mau tahu

4.Importir tidak mendapat jaminan bahwa barang yang dipesan dengan

yang sebenarnya dikapalkan.

• Isi dari L/C antara lain memuat :

‾ No, tanggal L/C

‾ Jenis dan sifat L/C

‾ Nama dan alamat pengirim

‾ Nilai valuta yang disediakan

‾ Uraian jumlah jenis, merk tipe barang

‾ Dokumen yang disyaratkan dan dilengkapi

‾ Batas waktu pengapalan/pengiriman

(28)

28

L/C merupakan jaminan tertulis yang diterbitkan Issuing Bank atas

permintaan Applicant untuk :

1.Melakukan pembayaran kepada pihak ketiga (Beneficiary)

2.Memberikan kuasa kepada pihak lain (bank lain) untuk melakukan pembayaran 3.Memberi kuasa bank lain untuk menegosiasi, mengambil alih dan menyerahkan dokumen-dokumen yang ditetapkan asalkan pesyaratan dan kondisi dari L/C dipenuhi

FUNGSI L/C

1.Merupakan perjanjian bank dan bank dalam menyelesaikan transaksi komersial Internasional

2.Memberikan pengamanan kepada pihak-pihak yang tersebut dalam invoice dalam transaksi tersebut

3.Memastikan adanya pembayaran asalkan persyaratan yang diminta L/C telah dipenuhi (sebagai jaminan)

4.Merupakan instrumen yang didasarkan hanya atas dokumen-dokumen dan bukan atas barang-barang dagangan atau jasa-jasa

(29)

Jenis-jenis L/C

29

̶̶ Irrovacable L/C

- Revoeable L/C

̶̶ Comfermid L/C

- Usance L/C

̶̶ Red Clouse L/C

- Transferable L/C

̶̶ Documentary L/C

- Back to back L/C

̶̶ Clean L/C

- Revolving L/C

̶̶ Restricted L/C

- Merchant L/C

Para pihak terlibat L/C

1. Aplicant adalah Importir / opener

2. Opening bank adalah Bank pembuka

3. Advising Bank adalah Bank penyampaian amanat

(30)

30

THE DOCUMENTATIONS

(

MACAM-MACAM DOKUMEN

)

Merupakan seperangkat warkat/surat berharga untuk memenuhi persyaratan dalam transaksi perdagangan Internasional, yang telah tercantum dalam L/C . Dan L/C merupakan kelanjutan dari terbitnya perjanjian tertulis kontrak dagang (Sales Contract), yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (Eksportir dan Importir)

BILL OF LADING (B/L)

Salah satu dokumen yang negosiable dan berharga dalam handling/ negosiasi transaksi eksport . Dan berkaitan dengan pengangkutan barang dengan kapal laut yang disebut marine Bill of Lading atau Ocean Bill of Lading

BATASAN PENGERTIAN B/L

(31)

31

COMMERCIAL INVOICE

Adalah salah satu dokumen penting yang memuat perincian harga barang yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan penjual atas transaksi tertentu dengan pihak pembeli dan juga sebagai bukti transaksi serta alat penagihan atas nilai yang tercantum didalamnya kepada pihak pembeli yang disebut didalam faktur itu.

Dalam Faktur diuraikan secara jelas hal-hal sebagai berikut :

1.Nama dan alamat pembeli sesuai yang ada di L/C

2.Dibuat oleh eksporitr yang nama dan alamatnya sesuai dengan yang ada dalam L/C

3.Jumlah harga dalam Invoice harus tidak melebihi jumlah harga yang ada dalam L/C

4.Perincian jenis, kwalitas barang tertera dalam invoice harus peris sama dengan yang diminta dalam L/C

5.Invoice harus menyebutkan syarat pengapalan, syarat penjualan (FOB, C&F , CIF)

6.Invoice harus ditandatangani dan tidak boleh ditandatangani dengan menggunakan cap /stempel harus asli

7.Dalam Invoice disebut nama kapal, tanggal pengapalan (tanggal BL, nomor dan tanggal L/C serta Issuing Bank (Bank Pembuka L/C)

(32)

32

CERTIFIKAT OF INSURANCE

Untuk mengurangi atau menutupi terjadinya resiko yang tidak diinginkan seperti resiko kehilangan, resiko kebakaran dan resiko tenggelamnya kapal yang sedang memuat barang yang dikirim keluar negeri (Eksport) perlu untuk diasuransikan.

Dan untuk menjaga kerugian yang besar pihak importir mengikat asuransi kerugian yang dicantumkan dalam L/C.

Dengan L/C telah ditegaskan jenis pembayaran yang masing-masing menimbilkan hak dan kewajiban tertentu dalam pembayaran transaksi antara lain :

oFOB (Free On Board), artinya harga yang ditanggung eksportir hanya sampai ke biaya pemuatan ke atas Kapal. Dan setelah itu Eksportir tidak bertanggung jawab lagi dan sudah beralih ke pihak Importir

oC&F (Cost and Freight), yaitu didalam harga telah termasuk harga barang dan biaya tambang (angkutan) sampai ke negara tujuan menjadi tanggung jawab Eksportir. Dan Eksportir tidak mau bertanggung jawab kalau ternyata terjadi musibah kapal di laut dan beralih ke Importir.

oCIF (Cost, Insurance and Freight ) adalah harga barang telah termasuk asuransi dan biaya angkut kapal/tambang, yang telah diselesaikan pembayarannya oleh pihak Eksportir di negaranya dan dalam B/L biasanya tertera FREIGHT PREPAID

Ada beberapa dokumen yang juga harus dipersiapkan yaitu :

CERTIFICATE OF ORIGIN (Surat Keterangan Asal barang)

(33)

33

CERTIFICATE OF INSPECTION

Dokumen ini merupakan keterangan barang tentang keadaan barang yang dibuat oleh Independet Surveyor, juru pemeriksa barang atau badan resmi yang disyahkan oleh Pemerintah dan dikenal oleh dunia perdagangan Internasional.

(34)

PENYERAHAN BARANG DALAM

PERDAGANGAN EKSPOR DAN

IMPOR

Macam-macam cara penyerahan barang dan

akibat-akibatnya bagi ekspor dan impor.

a. Ex Works

“Ex Works” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan

barang, bila dia menempatkan barang-barang itu untuk

pembeli di tempat kediaman penjual atau tempat lain yang

ditentukan (yakni di tempat kerja, pabrik, gudang dll),

belum diurus formalitas ekspornya dan juga tidak dimuat

keatas kendaraan pengangkut manapun

b. Free Carrier

“Free

Carrier”

berarti

bahwa

penjual

melakukan

penyerahan barang-barang, yang sudah mendapat izin

ekspor, kepada pengangkut yang ditunjuk pembeli di

tempat yang disebut. Harus dicatat bahwa pemilihan

(35)

Mempunyai dampak pada kewajiban muat bongkar

barang-barang di tempat itu. Jika penyerahan terjadi

ditempat penjual, maka penjual bertanggung jawab

untuk memuat. Jika penyerahan terjadi ditempat lain,

penjual tidak bertanggung jawab untuk membongkar.

c. Free Alongside Ship

“Free Alongside ship” berarti bahwa penjual melakukan

penyerahan barang-barang, bila barang-barang itu

ditempatkan disamping kapal di pelabuhan pengapalan

yang disebut. Hal ini berarti bahwa pembeli wajib

memikul semua biaya dan semua resiko kehilangan atau

kerusakan atas barang-barang mulai saat itu.

d. Free On Board

“Free on Board” berarti bahwa penjual melakukan

penyerahan barang-barang bila barang-barang melewati

pagar kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut.

(36)

Hal ini terjadi bahwa pembeli wajib memikul semua

biaya dan resiko atas kehilangan atau kerusakan barang

mulai dari titik itu.

e. Cost and Freight

“Cost and Freight” berarti bahwa penjual melakukan

penyerahan barang-barang bila barang-barang melewati

pagar kapal di pelabuhan pengapalan. Penjual wajib

membayar biaya-biaya dan ongkos angkut yang perlu

untuk mengangkut barang-barang itu sampai ke

pelabuhan tujuan yang disebut. Tetapi resiko kehilangan

atau kerusakan atas barang-barang yang terjadi setelah

waktu penyerahan itu berpindah dari penjual kepada

pembeli.

f. Cost Insurance and Freight

“Cost Insurance and Freight” berarti bahwa penjual

melakukan penyerahan barang bila

barang-barang itu melewati pagar kapal di pelabuhan

pengapalan.

(37)

Penjual wajib membayar semua biaya dan ongkos angkut

yang perlu untuk mengangkut barang-barang itu sampai

ke pelabuhan tujuan yang disebut. Tetapi resiko hilang

atau kerusakan atas barang-barang, termasuk setiap

biaya tambahan sehubungan dengan peristiwa yang

terjadi setelah waktu penyerahan itu berpindah dari

penjual kepada pembeli. Namun dengan syarat CIF,

penjual wajib pula menutup asuransi angkutan laut

terhadap resiko rugi atau kerusakan atas barang-barang

yang mungkin diderita pembeli selama barang dalam

perjalanan.

Berkenaan dengan itu, penjual wajib menutup asuransi

dan membayar premi. Pembeli perlu mencatat bahwa

syarat CIF, penjual wajib pula menutup asuransi hanya

dengan syarat pertanggungan minimum. Sekiranya

pembeli mengingini perlindungan yang lebih besar, maka

pembeli perlu mengadakan persetujuan dengan penjual

secara tegas, atau pembeli sendiri harus mengurus

asuransi tambahan itu.

(38)

g. Carriage Paid To

“Carriage Paid To....” berarti bahwa penjual menyerahkan

barang-barang kepada pengangkut yang ditunjuknya

sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar ongkos angkut

yang perlu untuk mengangkut barang-barang itu sampai ke

tempat tujuan yang disebut. Hal ini berarti bahwa pembeli

memikul semua resiko dan membayar setiap ongkos yang

timbul setelah barang-barang yang diserahkan secara

demikian.

“Carriage” berarti setiap orang yang mengadakan kontrak

angkutan, bertanggung jawab melakukan atau menjamin

terlaksananya pengangkut dengan kereta api, jalan darat,

udara, laut, sungai atau dengan kombinasi dari alat angkut

itu.

Sekiranya dipakai pengangkut-pengangkut pengganti untuk

meneruskan pengangkutan sampai ke tempat tujuan yang

dijanjikan, maka risiko (penjual) berakhir bila

(39)

h. Carriage And Insurance Paid To

“Carriage and Insurance Paid To ...” berarti bahwa penjual

menyerahkan barang-barang kepada pengangkut yang

ditunjuknya sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar

ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut

barang-barang itu sampai ke tempat tujuan yang disebut.

Hal ini berarti bahwa pembeli memikul semua resiko dan

membayar. Setiap ongkos yang timbul, setelah

barang-barang yang diserahkan secara demikian. Namun dalam

hal CIP, penjual juga menutup asuransi terhadap resiko

rugi dan kerusakan atas barang yang menimpa pembeli

selama barang dalam perjalanan. Pembeli perlu mencatat

bahwa dengan syarat CIP, penjual dituntut untuk menutup

asuransi hanya dengan syarat minimum. Sekiranya

pembeli mengingini perlindungan yang lebih besar maka

pembeli perlu mengadakan persetujuan dengan penjual

secara tegas, atau pembeli harus mengurus asuransi

tambahan itu.

(40)

“Carrier” berarti setiap orang yang mengadakan kontrak

angkutan, bertanggung jawab melakukan atau menjamin

terlaksananya pengangkutan dengan kereta api, jalan

darat, udara, laut, sungai atau dengan kombinasi dari alat

angkut itu. Sekiranya dipakai pengangkutn-pengangkutan

sampai ke tempat tujuan yang dijanjikan, maka resiko

(penjual) berakhir bila barang-barang telah diserahkan

kepada pengangkutan pertama.

i. Delivered At Fronttier

“Delivered

at

Frontier”

berarti

bahwa

penjual

menyerahkan barang-barang bila barang-barang itu telah

ditempatkan kepada kewenangan pembeli pada saat

datangnya alat angkut, belum dibongkar, sudah diurus

formalitas ekspornya, namun belum diurus formalitas

impornya, di tempat atau pada titik yang disebut di

wilayah perbatasan tetapi belum memasuki wilayah

pabean dari negara yang bertetangga.

(41)

Istilah “Frontier boleh dipakai untuk daerah perbatasan

mana saja, termasuk perbatasan dari negara pengekspor

itu sendiri. Oleh karena itu adalah penting sekali untuk

merumuskan secara tepat tentang perbatasan itu,

dengan selalu menyebut titik dalam syarat itu.

Namun, bila pihak-pihak terkait mengingini penjual

untuk bertanggung jawab membongkar barang-barang

dari alat yang baru sampai itu dan memikul resiko dan

biaya pembongkaran, maka hal ini harus dibuat

sejelas-jelasnya dengan menambahkan dengan kata-kata yang

tegas didalam kontrak jual beli bersangkutan.

j. Delivered Ex Ship

“Delivered Ex Ship” berarti bahwa penjual menyerahkan

barang-barang bila barang-barang itu di tempatkan ke

dalam kewenangan pembeli di atas kapal, belum diurus

formalitas impornya, di pelabuhan tujuan yang disebut.

(42)

Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait

dengan pengangkutan barang-barang itu sampai ke

pelabuhan tujuan yang disebut sebelum dibongkar. Bila

pihak-pihak terkait mengingini penjual memikul biaya dan

resiko pembongkaran barang-barang itu, maka sebaiknya

dipakai syarat DEQ.

k. Delivered Duty Unpaid

“Delivered

Duty

Unpaid”

berarti

bahwa

penjual

menyerahkan barang-barang kepada pembeli, belum diurus

formalitas impornya, dan belum dibongkar dari atas alat

angkut yang baru datang di tempat tujuan yang disebut.

Penjual wajib memikul semua biaya dan resiko yang terkait

dengan pengangkutan barang-barang itu sampai kesana,

kecuali bea masuk (

Istilah ini termasuk tanggung

jawab mengurus formalitas pabean, pembayaran

biaya resmi (formalitas), bea masuk, pajak-pajak

dan biaya lainnya

) yang diperlukan di negara tujuan

(43)

Bea masuk semacam itu harus dipikul oleh pembeli termasuk

semua biaya dan resiko yang disebabkan oleh kegagalan

mengurus formalitas impor pada waktunya. Namun, bila

pihak-pihak terkait mengingini penjua yang akan mengurus

formalitas kepabeanan dan memikul biaya dan resiko yang

ditimbulkannya, termasuk biaya impor lainnya, maka hal ini

harus ditegaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang

jelas di dalam kontrak jual beli.

l.

Delivered Duty Paid

“Delivered Duty Paid” berarti bahwa penjual menyerahkan

barang-barang kepada pembeli sudah diurus formalitas

impornya, namun belum dibongkar dari atas alat angkut yang

baru datang di tempat tujuan yang disebut. Penjual wajib

memikul semua biaya-biaya dan resiko yang terkait dengan

pengangkutan barang itu sampai kesana, termasuk bea

masuk apapun (

Istilah ini termasuk tanggung jawab

mengurus formalitas pabean, pembayaran biaya resmi

(formalitas), bea masuk, pajak-pajak dan biaya

lainnya

) yang diperlukan di negara tujuan.

(44)

Sementara syarat EXW menggambarkan tanggung

jawab yang minimal dari penjual, maka syarat DDP

memberikan gambaran suatu tanggung jawab yang

maksimal kepada penjual. Syarat ini janganlah

dipakai bila secara langsung atau tidak langsung

penjualk tak akan mungkin memperoleh izin impor.

Namun, bila pihak-pihak terkait ingin untuk

mengeluarkan dari tanggung jawab penjual

beberapa jenis biaya yang dikenakan atas impor

barang-barang (

seperti pajak pertambahan

Nilai = VAT

), maka hal ini harus dijelaskan

dengan cara menambahkan kata-kata yang tegas

di dalam kontrak jual beli. Bila pihak-pihak terkait

mengingini pembeli yang akan memikul semua

resiko dan biaya pengimporan ini, maka dipakai

syarat DDU.

(45)

Akibat penyerahan barang terhadap harga

barang (nilai impo

r)

Syarat Penyerahan

Jenis Biaya yang menjadi

tanggung Penjual (pada

umumnya)

a. Loco Gudang

Penjual (Biaya 1

dan 2)

1.

Biaya pembuatan barang (biaya

produksi)

ditambah

biaya

pemeliharaan

selama

dalam

kekuasaan penjual

b. Ex Gudang Penjual

(Biaya 1 s/d 4)

2.

Keuntungan yang

diperhitungkan penjual

c.

Ex Gudang Penjual

di atas alat angkut

( Biaya 1 s/d 5)

3.

Ongkos pengepakan : bahan

embalage,

upah,

ongkos

membuat

merk

pada

pengepakan.

d. Free Alongside Ship

(FAS) (Biaya 1 s/d

8)

4.

Upah

memindahkan

barang

keluar pintu gudang penjual

sendiri

e. Free On Board

(FOB)

( Biaya 1 s/d 10)

5.

Upah menaikkan barang ke atas

alat angkut (ke atas truk, ke atas

gerbong dan lain-lain)

f.

Cost and Freight (C

& F) (Biaya 1 s/d

11/

6.

Ongkos angkut barang dari

gudang penjual sampai di sisi

kapal

di

pelabuhan

muat

(loading port)

(46)

g

C & F Landed / Free

Overside (FOS)

(Biaya 1 s/d 12 )

7.

Ongkos bongkar barang dari

atas alat angkut ke dermaga di

sisi kapal

h. Cost Insurance

Freight (CIF)

Biaya 1 s/d 13)

8.

Biaya ke luar barang seperti bea

ekspor, bea statistik, biaya

administrasi

i.

CIF Cleared

(Biaya 1 s/d 14)

9.

Ongkos

muat

barang

dari

dermaga ke atas kapal (tallying

cost)

j.

Franco Gudang

Pembeli di atas alat

angkut

(Biaya 1 s/d 15)

10. Biaya

administrasi

shipping

documents seperti bea-materai

bill of lading

k.

Franco Gudang

Pembeli

(Biaya 1 s/d 16 )

11. Ongkos angkut dari pelabuhan

muat sampai ke pelabuhan

tujuan

12. Ongkos bongkar barang dari

atas kapal turun ke dermaga di

pelabuhan (destination port)

13. Premi asuransi dari

barang-barang

14. Bea

masuk

dan

bea-impor

lainnya yang berlaku di negara

pembeli pada saat

(47)

Barang sampai di pelabuhan

tujuan termasuk sewa gudang

selama barang berada di gudang

entre-port

15. Ongkos angkut dari gudang

entreport

atau

pelabuhan

lainnya di pelabuhan tujuan

sampai ke gudang yang ditunjuk

oleh pembeli

16. Ongkos menurunkan barang dari

alat angkut dan menyusunnya di

dalam gudang pembeli

(48)

Bentuk – Bentuk

Penyerahan Barang

48

EKSPOR

IMPOR

CFR / CIF

FRANCO

LOCO

FAS

(49)

UNDANG - UNDANG NO. 10 TAHUN 1995

TENTANG KEPABEANAN JO. UNDANG -

UNDANG NO. 17 TAHUN 2006 TENTANG

PERUBAHAN UU NO .10 TAHUN 1995

TENTANG KEPABEANAN

49

POKOK – POKOK PIKIRAN

LATAR BELAKANG

ADANYA TUNTUTAN DAN MASUKAN DARI MASYARAKAT AGAR :

• MEMBERIKAN FASILITASI DAN PERLINDUNGAN PERDAGANGAN DAN INDUSTRI;

MEMPERTEGAS KETENTUAN MENGENAI PIDANA UNTUK MENANGKAL PENYELUNDUPAN;

MEMPERBERAT SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KEPABENAN UNTUK MENIMBULKAN EFEK JERA;

MEMBERIKAN KEWENANGAN KEPADA DJBC UNTUK MENGAWASI PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN;

(50)

LINGKUP PERUBAHAN

50

A. FASILITASI PERDAGANGAN

B. PENGAWASAN

C. SANKSI

D. KEWENANGAN DJBC

(51)

LAIN - LAIN

51

1. SAAT PELUNASAN BEA MASUK YANG TERHUTANG DAN

KEKURANGAN BEA MASUK DAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA

DENDA AKIBAT PENETAPAN PEJABAT :

PASAL 37

,

PASAL 37 A

2. MATA UANG DAN NILAI TUKAR UNTUK PERHITUNGAN DAN

PEMBAYARAN BEA MASUK :

PASAL 30

3. PERUBAHAN

DATA

PEMBERITAHUAN

PABEAN

KARENA

KEKHILAFAN :

PASAL 10C

4. BEA KELUAR :

PASAL 1

,

PASAL 2A

5. PEMBERIAN INFORMASI OLEH DIREKTUR JENDERAL :

PASAL

115B

6. PERUBAHAN

FRASE

PENGADILAN

NEGERI

MENJADI

PENGADILAN NIAGA

” DALAM PASAL YANG MENGATUR HAKI :

PASAL 54

,

PASAL 56

,

PASAL 57

,

PASAL 58

,

PASAL 59

,

PASAL 60

,

PASAL 61

,

PASAL 62

7. PERUBAHAN

KETENTUAN

TENTANG

KEDATANGAN

DAN

KEBERANGKATAN SARANA PENGANGKUTAN :

PASAL 7A

,

PASAL

(52)

KETENTUAN UMUM

52

1. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah

pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar.

2. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah

darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu

di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya

berlaku Undang-Undang Kepabeanan.

3. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di

pelabuhan laut, bandar udara, dan atau tempat lain yang ditetapkan

untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

4. Kantor Pabean adalah Kantor Pelayanan Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan

Undang-undang Kepabeanan

(53)

53

6. Kewajiban Pabean adalah semua kegiatan di bidang kepabeanan yang

wajib dilakukan untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang

Kepabeanan

7. Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam

rangka melaksanakan kewajiban pabean dalam bentuk dan syarat yang

ditetapkan dalam Undang-Undang Kepabeanan

(54)

54

DEARAH PABEAN

KAWASAN

PABEAN

TEMPAT

PENIMBUANAN

TEMPAT

PENIMBUNAN

SEMENTARA

PASAL 43 UU NO. 10 / 1995

TEMPAT PENIMBUNAN

BERIKAT

PASAL 44 UU NO. 10 / 1995

KB

GB

ETP

TBB

TEMPAT PENIMBUNAN

PABEAN

PASAL 48 UU NO. 10 / 1995

YANG SUDAH ADA HANYA/BARU DI SOEKARNO-HATTA

• BARANG TIDAK DIKUASAI

• BARANG DIKUASAI NEGARA

•BARANG MENJADI MILIK NEGARA

DALAM AREAL

PELABUHAN DI LUAR AREAL

PELAB.

TEMPAT LAIN DP 3

SUATU LOKASI DILUAR D. KERJA PENYELENGGARAAN

PELABUHAN YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU DAN MERUPAKAN PERPANJANGAN LINI 1

(55)

PASAL 1

55

TPS

TPS

POS

POS

KANTOR PABEAN

(56)

TEMPAT PENIMBUNAN

BERIKAT (TPB)

56

TPB PENIMBUNAN

KAWASAN PABEAN

TPS

TPB PAMERAN

(57)

TEMPAT-TEMPAT

PENIMBUNAN

57

Ada 3 tempat Penimbunan :

1.Tempat Penimbunan Sementara (Pasal 43)

2.Tempat Penimbunan Berikat (Pasal 44)

3.Tempat Penimbunan Pabean (Pasal 48)

1. TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA (TPS)

Adalah bangunan dan /atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu di kawasan Pabean untuk menimbun barang sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya.

Di setiap kawasan Pabean disediakan tempat penimbunan sementara yang dikelola oleh pengusaha tempat penimbunan sementara.

D i TPS terdapat :

1. Gudang Penimbunan 2. Lapangan Penimbunan

(58)

58

Jangka waktu Penimbunan

Di TPS

yang berada di areal pelabuhan batas maksimum waktu

penimbunan adalah 30 hari sejak tanggal penimbunnanya

Di TPS yang berada di luar area pelabuhan batas maksimum

waktu

penimbunaan

adalah

60

hari

sejak

tanggal

penimbunannya.

Batas maksimum penimbunan tersebut dengan tujuan untuk :

1.Mencegah penimbunan yang berlarut-larut sehingga bisa

menimbulkan stagnasi atau kongesti

2.Kepentingan hak-hak negara agar segera dilunasi

Oleh sebab itu apabila penimbunan melewati batas

tersebut, barang berubah status menjadi barang yang tidak

dikuasai yang artinya :

1.Penimbuannya dipindahkan ke Tempat Penimbunan Pabean

(TPP) dan di pungut sewa gudang

2.Barang tersebut terancam dilelang apabila dalam tempo 60 hari

sejak di TPP belum diselesaikan

(59)

DP3 (DEPOT PETI KEMAS PENGAWASAN

PABEAN)

59

Dalam rangka untuk meningkatkan kelancaran arus barang/peti kemas

dipelabuhan dengan tanpa mengurangi pengamanan penerimaan

keuangan negara Pemerintah memberikan fasilitas kepada kepada dunia

usaha untuk mendirikan Depo Peti Kemas Pengawasan Pabean disingkat

DP3.

Pengertian

DP3 adalah suatu lokasi diluar daerah kerja penyelenggaraan pelabuhan

yang memenuhi persyaratan tertentu dan merupakan perpanjangan

wilayah Lini I yang berfungsi sebagai :

a.Tempat Penimbunan Sementara barang impor yang menggunakan peti

kemas

yang

belum

diselesaikan

kewajiban

pabeannya

dan

pendistribusian barang impor yang telah diselesaikan kewajiban

Pabeannya.

b.Tempat Penimbunan Sementara dan konsolidasi barang/peti kemas

untuk tujuan ekspor

(60)

2. TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT

(TPB)

60

PENGERTIAN

Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu didalam Daerah Pabean yang digunakan untuk menimbun, mengolah, memamerkan, dan/atau menyediakan barang untuk dijual dengan mendapatkan perlakuan khusus di bidang Kepabeanan, Cukai, dan perpajakan yang dapat berbentuk Kawasan Berikat, Pergudangan Berikat, Entreoot untuk tujuan Pameran atau Toko Bebas Bea.

Tujuan pengadaan Tempat Penimbunan Berikat adalah :

1.untuk memberikan fasilitas kepada pengusaha berupa pengangguhan pembayaran bea masuk serta dapat melakukan kegiatan menyimpan, menimbun, memamerkan, menjual, mengemas, mengemas kembali, dan / atau mengolah barang yang brerasal dari luar daerah Pabean tanpa lebih dahulu dipungut bea masuknya.

2.Dapat dijamin adanya kelancaran arus barang dalam kegiatan impor atau ekspor serta peningkatan produksi dalam negeri dalam rangka Pembangunan dan Pengembangan Ekonomi Nasional

Fasilitas ini diberikan :

1.Agar barang dan bahan baku (BB) dekat dengan pabrik

(61)

61

Sesuai dengan fungsi dan tujuannya TPB dapat dikenal menjadi 5 bentuk yaitu : 1.Kawasan Berikat (KB)

2.Pergudangan Berikat (PGB)

3.Entrepot untuk Tujuan Pameran (ETP) 4.Toko Bebas Bea (TBB)

1. KAWASAN BERIKAT

Kawasan Berikat adalah suatu banguan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang didalamya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan rancang bangun, perekayasaaan, penyortiran, pengepakan atas barang dan bahan asal impor dari dalam daerah Pabean Indonesia lainnya yang hasilnya untuk tujuan ekspor

Unsur sebuah tempat disebut KB :

1. Adanya suatu kaeasan dengan batas-batas tertentu

2. Kawasan tersebut terletak dalam wilayah Pabean Indonesia

3.Adanya pemasukan barang baik dari luar maupun dari dalam daerah Pabean

4. Pemasukan barang tersebut tidak dipungut dan pungutan lainnya (ketentuan khusus)

Pengeluaran barang dari TPB atas persetujuan Pejabat Bea dan Cukai untuk :

a.Di Impor untuk dipakai b.Di Olah

c.Di Ekspor sebelum atau sesudah diolah atau

(62)

GUDANG BERIKAT

62

Gudang Berikat adalh suatu bangunan atau texpat dengan bats-batas tertentu yang didalamnya dilakukan kegiatan usaha penimbunan, pengemasan, penyortiran, pengepakan, pemberian merek/label, pemotongan, atau kegiatan lain dalam rangka fungsinya sebagai pusat distribusi barang-barang asal impor untuk tujuan dimasukkan ke Daerah Pabean Indonesia lainnya, Kawasan Berikat atau direekspor tanpa adanya pengolahan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa :

̶̶ Fungsi gudang tersebut hanyalah untuk kegiatan usaha

̶̶ Penimbunan

̶̶ Pengemasan

̶̶ Penyortiran

̶̶ Pengepakan

̶̶ Pemberian merek/label

̶̶ Pemotongan

̶̶Dalam gudang tersebut tidak dilakukan pengolahan, dengan perkataan lain tidak melakukan proses pembuatan barang-barang siap konsumsi

̶̶Barang-barang yang dimasukkan hanyalah barang yang berasal dari LDP

̶̶Setelah melalui kegiatan diatas tujuan akhir barang-barang tersebut adalah untuk :

̶̶Impor ke DPL

̶̶KB

(63)

3. ENTROPOT UNTUK TUJUAN PAMERAN

63

Pengertian

Entropot untuk Tujuan Pameran adalah suatu bangunan atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang didalamnya dilakukan kegiatan usaha penyelenggaraan pameran barang hasil industri asal impor atau barang industri dari dalam daerah Pabean yang menyelenggarakan yang bersifat Internasional. Dari pengertian di atas kriteria sebuah ETP adalah :

1.Suatu Kawasan dengan bats-batas tertentu

2.Kegiatan di kawasan tersebut hanya untuk pameran 3.Yang dipamerkan hasil industri

4.Hasil industri bisa berasal dari import dan dari DPL 5.Penyelenggaraannnya bersifat Interbnasional

4. TOKO BEBAS BEA

(64)

KRITERIA TBB HARUS MEMENUHI

UNSUR-UNSUR SEBAGAI BERIKUT :

64

1. Adanya tempat khusus

2. Fungsinya untuk menimbun, menyediakan barang-barang 3. Asal Import maupun asal DPL

4. Untuk dijual atau menjual 5. Kepada orang yang berhak

Yang berhak membeli barang di TBB adalah : 1. Para anggota Korps Diplomatik

2. Tenaga Ahli bangsa asing yang bekerja pada lembaga-lembaga Internasional

3. Orang yang bepergian ke lLuar Negeri 4. Orang yang tiba dari Luar Negeri

LOKASI :

1. Di Tempat pemberangkatan 2. Di Terminal Kedatangan 3. Di dalam Kota

PEMBATASAN NILAI PEMBELIAN

(65)

TEMPAT PENIMBUNAN

PABEAN (TPP)

65

PENGERTIAN

TPP adalah bangunan dan / atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu yang disediakan oleh pemerintah di kantor Pabean yang berada di bawah pengelolaan DJBC untuk menyimpan barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara dan barang yang menjadi milik negara berdasarkan undang-undang kepabeanaan.

TPP pengeloalaanya dilakukan oleh DJBC

TPP difungsikan hanya untuk menimbun barang-barang yang statusnya :

̶̶ Tidak dikuasai

̶̶ Yang dikuasai negara

̶̶ yang menjadi milik negara

PENGERTIAN BARANG YANG TIDAK DIKUASAI DAPAT BERASAL :

1.Barang di TPS yang melebihi jangka waktu penimbunan yang diperbolehkan

2.Barang yang di TPB yang ijinnnya telah dicabut dan dalam batas waktu 30 hari tidak diselesaikan 3.Barang yang dikirim melalui POS :

̶̶ Yang ditolak si alamat

̶̶ Yang diterima kembali setelah ditolak dari luar dan dialamat tidak diketahui PENGERTIAN BARANG YANG DIKUASAI NEGARA ADALAH:

a. Barang yang impornya dilarang atau dibatasi b. Barang atau sarana pengangkut yang ditinggalkan

c. Barang atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh Pemilik yang tidak dikenal

PENGERTIAN YANG MENJADI MILIK NEGARA ADALAH :

a.Barang yang berasal dari barang yang tidak dikuasai barang tersebut berupa barang yang dilarang impornya

(66)

66

(67)

DASAR PEMUNGUTAN BEA MASUK DAN

BEA KELUAR

67

Barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean diperlakukan

sebagai barang impor dan terhutang bea masuk (pasal 2 ayat 1)

I

M

P

O

R

BARANG IMPOR

DAERAH PABEAN

TERUTANG BEA MASUK

LUAR DAERAH PABEAN

(68)

PENGERTIAN BEA MASUK

68

Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang

kepabeanan yang dikenakan terhadap barang impor

Cara memungut bea masuk :

a.Berdasarkan spesifik : dipungut berdaskan ukuran berat dan takaran

b.Berdasarkan Advalorum (Harga Barang)

Bea masuk dihitung atas dasar harga barang / nilai pabean.

Terdiri dari nilai CIF :

C = Cost – Lihat nilai pada dokumen Invoice

I = Insurance - Lihat pada polis Assuransi

F = Freifgt – Lihat pada dokumen Bill of Lading / BL

Untuk mengitung bea masuk mengggunakan rumus sebagai berikut :

BM = .... (Tarif BM) % x CIF (NDPBM)

Catatan :

NDPBM = Nilai dasar perhitungan bea masuk

(69)

RUMUS : PPh

22

= .... ( Tarif) % x (CIF.

NDPBM) + Bea Masuk

69

PPN = .... ( Tarif) % x (CIF. NDPBM) + Bea Masuk

PPN = PPn BM = .... ( Tarif) % x (CIF. NDPBM) + Bea Masuk

TARIF DAN NILAI PABEAN

Tarif bea masuk (Pasal 12) setinggi-tingginya 40%

dengan pengecualian :

Terhadap :

1.Barang Impor hasil pertanian tertentu

2.Barang Impor yang termasuk daftar Eksklusif

skedul XXI

(GATT)

(70)

TARIF DAN NILAI PABEAN

PASAL 12

70

TARIF BEA

MASUK

SETINGGI-TINGGINYA 40%

PENGECUALIAN

BARANG IMPOR HASIL PERTANIAN TERTENTU

BARANG IMPOR YANG TERMASUK DALAM DAFTAR EKSKLUSIF SKEDUL XXI (GATT)

(71)

71

CONTOH PERHITUNGAN BEA MASUK DAN PAJAK DALAM RANGKA

IMPORT :

(72)

18.125,-PASAL 13 (1)

Tentang Perkecualian

dari Pasal 12 Ayat 1

72

Bea Masuk dapat dikenakan berdasarkan tarif yang besarnya

berbeda dengan yang dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1/

terhadap :

a.Barang Impor yang dikenakan tarif Bea Masuk berdasarkan

perjanjian atau kesepakatan Internasional.

b.Barang Impor bawaan penumpang, awak sarana pengangkut,

pelintas batas, atau barang kiriman melalui pos atau jasa titipan

atau,

(73)

PASAL 14 (1)

Tentang Klasifkasi

Barang

73

1) Untuk penetapan tarif Bea Masuk dan Bea Keluar, barang

dikelompokkan berdasarkan sistem klasifikasi barang.

2) Ketentuan tentang Klasifikasi barang diatur lebih lanjut oleh

Menteri.

Penjelasan Pasal 14

(74)

74

BEA MASUK TAMBAHAN :

1.Bea Masuk Anti Dumping 2.Bea Masuk Imbalan / subsidi

3.Bea Masuk Tindakan Pengamanan 4.Bea Masuk Pembalasan

1.Pengertian Bea Masuk Anti Dumping

Dikenakan terhadap barang Impor dalam hal :

1. Harga Ekspor dari barang tersebut lebih rendah dari nilai normalnya dan 2. Impor Barang tersebut :

a.Menyebabkan kerugian terhadap Industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut

b.Mengancam terjadinya kerugian terhadap Indutri dalam negeri yang memproduksibarang sejenis dengan barang tersebut. dan

c.Menghalani pengembangan Indutri barang sejenis di dalam negeri.

2.Pengertian Bea Masuk Imbalan (subsidi )

Dikenakan terhadap barang Impor dalam hal :

1.Ditemukan adanya subsidi yang diberikan di negara Pengekspor terhadap barang tersebut, dan

2.Impor barang tersebut :

a. Menyebabkan kerugian terhadap Indutri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut

b.Mengancam terjadinya kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut, atau

(75)

75

3. Pengertian Bea Masuk Tindakan Pengamanan

Dikenakan terhadap barang Impor dalam hal :

Terdapat lonjakan barang impor baik secara absolut maupun relatif terhadap barang produksi dalam negeri yang sejenis atau barang yang secara

langsung bersaing, dan lonjakan barang impor tersebut :

a. Menyebabkan kerugian serius terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut dan / atau barang yang secara langsung bersaing, atau

b. Mengancam terjadinya kerugian serius terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dan / atau barang yang secara langsung

bersaing.

4. Pengertian Bea Masuk Pembalasan

(76)

76

CONTOH PERHITUNGAN BEA MASUK

KASUS I

Importir mengimpor 1.250 ton, tepung gandum dari Uni Emirat Arab dengan harga CIF US $ 245., per ton. No pos tarif BTMBI, 11.01.0010,00.,

BM : 5% PPN : 10% PPh 2,5 % Kurs yang berlaku :

NDPBM : US@ 1,- = Rp. 9.388,-Jual : US@ 1,- = Rp. 9.500,-Beli : US@ 1,- = Rp.

9.250,-TUGAS :

1)Hitung besarnya pungutan yang harus dibayar Importir (dijumlahkan) 2)Hitung besarnya kalkulasi harga Impor

Contoh Jawaban : Rumus Bea Masuk :

BM = .... (Tarif BM) % x CIF (NDPBM)

Harga Impor seluruhnya 1250 ton x CIF US $ 245 = US $ 36250 BM = 5% x US $36250 x Rp.

= 5% x Rp.

340.315.000,-= Rp. 17.015.750,- ( I )

RUMUS : PPh22 = .... ( Tarif) % x {(CIF. NDPBM) + Bea Masuk} PPh22 = 2,5% x { (US $ 36250 x Rp. 9388) + Rp. 17.015.750}

= 2,5% x { Rp 340.315.000,; + Rp. 17.015.750 }

= Rp. 8.933.269 ( II )

PPN = .... ( Tarif) % x {(CIF. NDPBM) + Bea Masuk}

= 10% x { (US $ 36250 x Rp. 9.388) + Rp. 17.015.750,-= 10% x {Rp.340.315.000 + Rp. 17.015.750,- }

= 10% x { 357. 330.750}

(77)

77

Jumlah Pungutan = I + II + III

= Rp. 17.015.750,- + Rp. 8.933.269,- + Rp. 35.733.075,-= Rp.

61.682.094,-Jumlah Kalkulasi Harga Impor :

Harga Impor yang harus dibayarkan kepada Eksportir = US $ 36250 x Rp. 9500,- = Rp.

344.375.000,-Jumlah pungutan yang harus dibayar Importir = Rp.

61.682.094,-Jumlah Kalkulasi Impor = Rp.

406.057.094,-Contoh Kasus II

PT. ABC Mengimpor 5 box Handbag terbuat dari kain kanvas dari bangkok Thailand. Pelabuhan bongkar Tanjung Perak Surabaya. Harga transaksi dalam invoice. FOB US $ 12.000 per 1 unit. Biaya angkut (Freight) US $ 600 ditanggung Importir. Biaya asuransi (Insurance) dibuka di Indonesia. Importir mempunyai Angka Pengenal Impor (API)

Hitung :

1.Pungutan pungutan yang harus dibayar/ditanggung importir 2.Kalkulasi harga impor

Catatan :

1.Pada pos tarif 6305.90.900 menunjukkan tarif BM. 10%, PPN 10%, PPh ps. 22 10% 2.Valuta : Kurs NDPBM : Rp. 9.500,- per 1 US $

(78)

78

Jawaban

:

Diketahui : Harga Barang 5 box Handbag x FOB US $ 12000 = 5 x US $60000 Freight US $ 600 ( Ditanggung Importir)

Biaya Asuransi dibuka di Indonesia

CIF = US $ 60.000 + 0 + US $ 600 = US $ 60.600

Rumus Bea Masuk :

BM = .... (Tarif BM) % x CIF (NDPBM)

Harga Impor seluruhnya 5 box x (FOB US $ 1200) = US $ 60.600 BM = 10% x US $ 60.600 x Rp.

= 10% x Rp.

575.700.000,-= Rp. 57.570.000,- ( I )

RUMUS : PPh22 = .... ( Tarif) % x {(CIF. NDPBM) + Bea Masuk} PPh22 = 2,5% x { (US $ 60.600 x Rp. 9500) + Rp. 57.570.000}

= 2,5% x { Rp 575.700.000,- + Rp. 57.570.000,- } = 2,5% x { Rp. 633.270.000,- }

= Rp.

15.831.750,-= Rp. 15.832.000,- ( II )

PPN = .... ( Tarif) % x {(CIF. NDPBM) + Bea Masuk}

= 10% x { (US $ 60.600 x Rp. 9.500) + Rp. 57.570.000,-= 10% x { Rp. 575.700.000 + Rp. 57.570.000,- }

= 10% x { Rp. 633.270.000,- }

(79)

79

Jumlah Pungutan = I + II + III

= Rp. 57.570.000, + Rp. 15.832.000, + Rp. = Rp.

136.729.000,-Jumlah Kalkulasi Harga Impor :

Harga Impor yang harus dibayarkan kepada Eksportir = US $ 60.000 x Rp. 9500,- = Rp.

570.000.000,-Jumlah pungutan yang harus dibayar Importir = Rp.

(80)

706.729.000,-80

PEMBEBASAN DAN KERINGANAN BEA MASUK

(PASAL 25

)

1.Pembebasan Bea masuk diberikan atas Impor :

a)Barang Perwakilan Negara Asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;

b)Barang untuk keperluan badan Internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia;

c)Buku Ilmu Pengetahuan;

d)Barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah untuk umum, amal, sosial, kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana alam;

e)Barang untuk keperluan museum, kebun binatang dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi alam;

(81)

81

g) Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;

h) Barang untuk keperluan khusus tunanetra dan penyandang cacat lainnya;

i) Persenjataan, amunisi, perlengkapan militer dan kepolisian, termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;

j) Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;

k) Barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan;

l) Peti atau kemasan lain yang berisi jenasah atau abu jenasah; m) Barang pindahan;

n) Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas dan

barang kiriman sampai batas nilai pabean dan/atau jumlah tertentu

;

(82)

82

p. Barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian;

q. Barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama dengan kualitas pada saat diekspor

r. Bahan terapi manusia, pengelompokan darah dan bahan penjenisan jaringan.

2

. KERINGANAN BEA MASUK DAPAT DIBERIKAN ATAS IMPOR :

a. Barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri dalam rangka penanaman modal;

b. Mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri;

c. Barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk jangka waktu tertentu;

d. Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran lingkungan;

(83)

83

f. Hasil laut yang ditangkap dengan sarana penangkap yang telah mendapat ijin;

g. Barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan, atau penyusutan volume atau berat karena alamiah antara saat diangkut ke dalam daerah pabean dan saat diberikan persetujuan impor untuk dipakai;

h. Barang oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum;

i. Barang untuk keperluan olahraga yang diimpor oleh induk organisasi olahraga nasioanal;

j. Barang untuk keperluan proyek pemerintah yang dibiayai dengan pinjaman dan/atau hibah dari luar negeri;

(84)

84

SISTIM NILAI PABEAN

Nilai Pabean untuk penghitungan Bea Masuk adalah :

1.Nilai Transaksi dari barang yang bersangkutan

2.Apabila Nilai Transaksi tidak dapat ditentukan maka Nilai Pabean untuk penghitungan Bea masuk ditentukan Nilai Transaksi barang dari Barang Identik

3.Apabila penghitungan Bea Masuk berdasarkan Nilai Transaksi barang Identik tidak dapat ditentukan maka perhitungan Bea Masuk berdasarkan Nilai Transaksi dari Barang Serupa.

4.Apabila penghitungan Bea Masuk tidak dapat ditentukan berdasarkan transaksi dari barang serupa maka penghitungan Bea Masuk berdasarkan Metode Deduksi

5.Apabila penghitungan Bea Masuk tidak dapat ditentukan berdasarkan metode Deduksi maka penghitungannya ditentukan berdasarkan Metode Komputasi

(85)

85

PASAL 15

(1). Nilai Pabean untuk penghitungan bea masuk adalah nilai transaksi dari barang yang bersangkutan.

(2). Dalam hal nilai Pabean untuk penghitungan bea masuk tidak dapat ditentukan berdasarkan nilai transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), nilai pabean untuk penghitungan bea masuk ditentukan berdasarkan nilai transaksi barang dari barang identik.

(3). Dalam hal nilai pabean untuk penghitungan bea masuk tidak dapat ditentukan berdasarkan nilai transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), nilai pabean untuk penghitungan bea masuk ditentukan berdasarkan nilai transaksi dari barang serupa.

(86)

86

(4).

Dalam hal nilai pabean untuk penghitungan bea masuk tidak dapat ditentukan berdasarkan nilai transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), nilai pabean untuk penghitungan bea masuk ditentukan berdasarkan metode deduksi.

(5). Dalam hal nilai pabean untuk penghitungan bea masuk tidak dapat ditentukan berdasarkan nilai transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), metode deduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), nilai pabean untuk penghitungan bea masuk ditentukan berdasarkan metode komputasi.

(6). Dalam hal nilai pabean untuk penghitungan bea masuk tidak

dapat ditentukan berdasarkan nilai transaksi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), metode deduksi

sebagaimana dimaksud pada ayat (4), atau metode komputasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (5), nilai pabean untuk

penghitungan bea masuk ditentukan dengan menggunakan

tata cara yang wajar dan konsisten dengan prinsip dan

ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),

ayat (4) atau ayat (5) berdasarkan data yang tersedia di daerah

pabean dengan pembatasan tertentu.

(87)

87

Penjelasan Pasal 15 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan nilai transaksi yaitu harga yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar oleh pembeli kepada penjual atas barang yang dijual untuk diekspor ke daerah pabean ditambah dengan :

a. biaya yang dibayar oleh pembeli yang belum tercantum dalam harga yang sebenarnya dibayar atay yang seharusnya dibayar berupa :

1. Komisi dan jasa, kecuali komisi pembelian;

2. Biaya pengemas, yang untuk kepentingan pabean, pengemas tersebut menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan barang yang bersangkutan; 3. Biaya pengepakan meliputi biaya material dan upah tenaga kerja

pengepakan;

b. nilai dari barang dan jasa berupa :

1. Material, komponen, bagian dan barang –barang sejenis terkandung dalam barang impor;

2. Peralatan, cetakan dan barang-barang yang sejenis digunakan untuk pembuatan barang impor;

3. Material yang digunakan dalam pembuatan barang impor;

(88)

88

barang impor, yang dipasok secara langsung atau tidak langsung oleh pembeli, dengan syarat barang dan jasa tersebut :

a.Dipasok dengan cuma-Cuma atau dengan harga diturunkan;

b.Untuk kepentingan produksi dan penjualan untuk ekspor barang impor yang dibelinya;

c.Harganya belum termasuk dalam harga yang sebenarnya atau yang seharusnya dibayar dari barang impor yang bersangkutan.

c.Royalti dan biaya lisensi yang harus dibayar oleh pembeli secara langsung atau tidak langsung sebagai persyaratan jual beli barang impor yang dinilai, sepanjang royalti dan biaya lisensi tersebut belum termasuk dalam harga yang sebenarnya dibayar dari barang impor yang bersangkutan;

d.Nilai setiap bagian dari hasil/pendapatan yang diperoleh pembeli untuk disampaikan secara langsung atau tidak langsung kepda penjual, atas penjualan, pemanfaatan, atau pemakaian barang impor yang bersangkutan;

e.Biaya transportasi yang dijual untuk diekspor ke pelabuhan atau tempat impor di daerah pabean;

f.Biaya pemuatan, pembongkaran, dan penanganan yang berkaitan dengan pengangkutan barang impor ke pelabuhan atau tempat impor di daerah pabean;

(89)

89

Ayat (2)

Dua barang dianggap identik apabila keduanya sama dalam segala hal, setidak-tidaknya karakter fisik, kualitas, dan reputasinya sama, serta :

a.Diproduksi oleh produsen yang sama di negara yang sama, atau b.Diproduksi oleh produsen lain di negara yang sama

Ayat (3)

Dua barang dianggap serupa apabila keduanya memiliki karakteristik fisik dan komponen mat

Referensi

Dokumen terkait

Rika Apriyanti Harahap: Audit kepatuhan atas nilai pabean barang impor pada kantor wilayah I..., 2004... Rika Apriyanti Harahap: Audit kepatuhan atas nilai pabean barang impor

bentuk dukungan terhadap pendapatan/harga yang diberikan secara langsung atau tidak langsung untuk meningkatkan ekspor atau menurunkan impor dari atau ke negara ybs..  BMI

HARGA TERENDAH BARANG YANG AKAN DILELANG DITETAPKAN MENTERI JIKA HARGA YANG DITETAPKAN TIDAK TERCAPAI, BARANG DAPAT DIMUSNAHKAN. ATAU UNTUK TUJUAN LAIN ATAS

• Pengangkut yang sarana pengangkutnya akan datang dari: Luar daerah pabean; atau Dalam daerah pabean yang mengangkut barang impor, barang ekspor, dan/atau barang asal

Dalam kasus impor daging sapi pihak pabean bertugas meneliti kebenaran pemberitahuan pabean yang diajukan oleh importir, meneliti perizinan (izin impor dari

Barang Dari Tempat Lain Daerah Pabean (TLDP) ke Tempat Yg Berada Di Bawah.

Pengangkut yang sarana pengangkutannya datang dari luar daerah pabean atau dalam daerah pabean yang mengangkut barang impor, barang ekspor dan/atau barang asal daerah pabean

Untuk menyelesaikan syarat-syarat pabean atas barang tersebut digunakan model D atau PU (Pemberitahuan Umum), yang berkepentingan harus membuat PPUD (Pemberitahuan