• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KAPASITAS KADER PADA PENGETAHUAN BIT MERAH SEBAGAI PENURUN TEKANAN DARAH. *

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENINGKATAN KAPASITAS KADER PADA PENGETAHUAN BIT MERAH SEBAGAI PENURUN TEKANAN DARAH. *"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Edukasi Masyarakat Sehat Sejahtera (EMaSS) : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat

2656-0364 (Online)

Journal Homepage: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/EMaSS/index

PENINGKATAN KAPASITAS KADER PADA PENGETAHUAN BIT MERAH SEBAGAI PENURUN TEKANAN DARAH

Nastitie Cinintya Nurzihan*1, Oktavina Permatasari2

1,2

Universitas Kusuma Husada Surakarta

*e-mail: cn_nastitie@ukh.ac.id

ABSTRACT

The aging process will occur with a decrease in the function of various organs and tissues. Various problems will have an impact on health problems that arise due to the aging process. One of the health problems that are often experienced by the elderly is increased blood pressure or hypertension.

Hypertension in the elderly is mostly isolated systolic hypertension (HST) and is primary hypertension.

Hypertension is also one that plays a role in increasing heart disease and stroke which is the cause of death in the elderly. Various health problems in the elderly are usually caused as a manifestation of the wrong lifestyle and diet, if not addressed, eating will cause serious problems. The tendency for an unhealthy lifestyle such as irregular eating patterns and lack of fiber intake in the elderly makes the elderly more susceptible to disease. Lack of fiber intake is one of the causes of various health problems in the elderly, so it is necessary to have information in choosing the food consumed by the elderly. One of them is red beet which is rich in antioxidants that play a role in systolic and diastolic blood pressure in the elderly. Posyandu cadres have an important role in obtaining information about the health of the elderly. So it is necessary to have further education regarding the benefits generated by consuming red beets in regulating blood pressure. This service aims to increase the capacity of cadres in making red beet juice as a blood pressure-lowering agent in the elderly. Activities were carried out by extension and demonstration processes so as to increase the capacity of cadres. The results of the implementation of community service activities and the evaluation that were attended by 24 cadres showed an increase in the knowledge and skills of the cadres. These results were obtained through the pre-test and post-test of community service activities. Community service activities show effectiveness in the moderate category. So it is necessary to have regular and continuous training activities in increasing the capacity of posyandu cadres to improve the health of the elderly.

Keywords: beet, cadres, hypertension

ABSTRAK

Proses penuaan akan terjadi dengan penurunan fungsi dari berbagi organ dan jaringan berbagai permasalahan akan berdampak pada masalah kesehatan yang timbul akibat proses penuaan. Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh lansia adalah meningkatnya tekanan darah atau hipertensi.

Hipertensi pada lansia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolaso (HST) dan merupakan hipertensi primer. Hipertensi juga merupakan salah satu yang berperan dalam peningkatnya penyakit jantung dan stroke yang menjadi penyebab kematian pada lansia. Berbagai gangguan kesehatan pada lansia biasanya disebabkan sebagai manifestasi akibat gaya hidup dan pola makan yang salah, jika tidak diatasi makan akan menimbulkan masalah yang serius. Kecenderungan gaya hidup yang tidak sehat seperti pola makan yang tidak teratur dan kurangnya asupan serat pada lansia menyebabkan rentannya penyakit yang dialami lansia. Kurangnya asupan serat menjadi salah satu penyebab timbulnya berbagai masalah kesehatan pada lansia, maka perlu adanya informasi dalam pemilihan makanan yang dikonsumsi lansia. Salah satunya adalah bit merah yang kaya akan antioksidan yang berperan dalam tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia. Kader posyandu memiliki peran penting dalam mengupayakan

(2)

informasi mengenai kesehatan pada lansia. Sehingga perlu adanya edukasi lebih lanjut mengenai manfaat yang dihasilkan apabila mengkonsumsi bit merah dalam mengatur tekanan darah. Pengabdian ini bertujuan untuk memberikan peningkatan kapasitas kader dalam pembuatan bit merah sebagai penurun tekanan darah pada lansia. Kegiatan yang dilakukan dengan proses penyuluhan dan demontrasi sehingga dapat meningkatkan kapasitas kader. Hasil pelaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan evaluasi yang diikuti oleh 24 orang kader menunjukkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader. Hasil tersebut didapat melalui pre test dan post test kegiatan pengabdian masyarakat. Kegiatan pengabdian menunjukkan efektivitas dengan kategori cukup. Sehingga perlu adanya kegiatan pelatihan secara rutin dan berkesinambungan dalam peningkatan kapasitas kader posyandu untuk meningkatkan kesehatan lansia.

Kata kunci: Bit, Kader, Hipertensi

I. PENDAHULUAN

Proses penuaan akan terjadi perubahan yang ditandai dengan penurunan fungsi dari berbagai organ dan jaringan. Berbagai permasalahan kesehatan berdampak pada penurunan fungsi tersebut, salah satu masalah kesehatan yang timbul akibat proses penuaan adalah meningkatnya tekanan darah atau hipertensi. Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST) dan pada umumnya merupakan hipertensi primer (Susanto, 2013). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012, hipertensi adalah salah satu yang memegang andil yang penting untuk penyakit jantung dan stroke yang dapat menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomor satu.

Indonesia termasuk negara yang akan masuk ke dalam negara berstruktur penduduk tua dikarenakan persentase penduduk lanjut usia (lansia) yang telah mencapai 7,6% dari total penduduk (Sensus penduduk, BPS 2010) dan diproyeksikan akan meningkat dua kali lipat menjadi 15,77% pada tahun 2035.

Berbagai gangguan kesehatan yang disertai kecatatan tubuh pada golongan usia lanjut sebagai akibat gaya hidup dan pola makan yang salah, jika tidak diatasi maka akan menimbulkan masalah yang serius. Adanya peningkatan jumlah usia lanjut, pola penyakit juga bergeser ke arah penyakit degeneratif yang erat kaitannya dengan bahan makanan yang dikonsumsi (Hanifan, 2016). Kecenderungan gaya hidup yang tidak sehat seperti pola makan yang tidak teratur dan kurangnya asupan serat serta kurangnya aktivitas dan stress pada lansia akan menyebabkan rentannya penyakit yang dialami pada usia lanjut (Akhmadi, 2015).

Kurangnya asupan serat yang merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai masalah kesehatan pada lansia (Raissa T, 2012), maka perlu adanya infromasi lebih lanjut dalam pemilihan bahan makanan yang tepat untuk dikonsumsi lansia. Salah satunya adalah bit merah yang kaya akan zat gizi. Bit merah merupakan pewarna alami dalam pembuatan pangan olahan. Bit merah mengandung pigmen betalain yang merupakan golongan antioksidan (Wirakusumah, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, DP dan Kuntari A (2019) menyebutkan bahwa ada pengaruh pemberian jus bit merah terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan lansia dengan baik

diantaranya meningkatkan cakupan keterjangkauan dan mutu pelayanan bagi lansia dengan

pemberdayaan melalui posyandu lansia. Kader dalam posyandu lansia memiliki peranan yang

sangat penting dalam mengupayakan cakupan dalam kegiatan promosi kesehatan lansia untuk

mengingkatkan kualitas hidup lansia. Untuk itu, perlu adanya edukasi lebih lanjut mengenai

(3)

manfaat yang dihasilkan jika mengkonsumsi bit merah yang baik dalam mengatur tekanan darah.

II. METODE

Kegiatan penyuluhan kepada kader posyandu dalam pembuatan jus bit merah sebagi penurun tekanan darah pada lansia, akan dilakukan pada bulan Desember 2019. Metode penyampaian dilakukan dengan ceramah, demontrasi dan diskusi/tanya jawab. Kegiatan penyuluhan dan demontrasi dilakukan atas kerjasama antara kepala desa dan puskesmas setempat. Pengukuran pengetahuan kader tentang kandungan bit merah dilakukan dua kali yaitu pada saat sebelum dilaksanakannya kegiatan untuk memperolah data dasar dan kemudian pada setelah dilaksanakannya penyuluhan dan demontrasi.

monitoring dan evaluasi berupa kunjungan kembali ke posyandu lansia dimana kader diberikan penyuluhan. Pada proses monitoring kunjungan ke posyandu maka koordinator beserta anggota tim mengevaluasi tingkat pemahaman dan pengetahuan dalam pembuatan jus bit merah yang tepat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pelaksanaan penyuluhan dan evaluasi dalam peningkatan kapasitas kader dilakukan selama beberapa waktu yang diikuti oleh kader dari beberapa kader posyandu lansia yang berjumlah 24 orang, dari hasil pretest dan posttest menunjukkan terjadinya peningkatan kapasitas pengetahuan kader dalam kandungan dan manfaat bit merah sebagi penurun tekanan darah lansia dan juga peningkatan kapasitas peran kader dalam menanggulangi masalah tekanan darah tinggi pada lansia. Rangkaian kegiatan penyuluhan pada kader posyandu lansia mendapatkan respon yang cukup baik dari kepala desan mapun kader posyandu lansia itu sendiri. Kegiatan pretest tentang peningkatan kapasitas kader dalam pembuatan jus bit merah sebagai penurun tekanan darah lansia dilakukan sebelum melakukan penyuluhan dan demonstrasi pembuatan jus bit merah. Hasil pretest tersebut menunjukkan bahwa masih banyak kader posyandu lansia yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai peran kader posyandu dan mengenai bit merah sebagai penurun tekanan darah pada lansia.

Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan dan demontrasi melalui video pembuatan jus bit merah pada lansia. Kader posyandu lansia lebih bisa memahami mengenai kapasitas dan pengetahuan dalam manfaat dan kandungan bit merah sebagai penurunan tekanan darah lansia.

Sasaran yang dilibatkan dalam kegiatan ini adalah kader posyandu yang berjumlah 32 orang.

Pada pelaksanaan kegiatan jumlah kader yang berpartisipasi dalam kegiatan sebanyak 24 orang.

Prosentase kader yang mengikuti kegiatan penyuluhan sebanyak 75 % yang didapatkan dari pembagian antara kader yang hadir dan jumlah kader lansia secara keseluruhan.

Pastisipasi dan kesungguhan kader lansia dalam mengikuti penyuluhan dan demontrasi mengenai pembuatan jus bit merah dari Tim Pengabdian dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat dari prosentase kader yang mengikuti serangkaian kegiatan mulai darp penyuluhan, demontrasi sampai proses evaluasi.

Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan dan pemantauan saat evaluasi dilaksanakan dapat diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Kader posyandu lansia telah meningkatkan kapasitas peran dan pengetahuan kader posyandu

yang terlihat dari hasil tes yang diperoleh sebelum pelaksanaan kegiatan dan setelah

kegiatan berakhir. Nilai pengetahuan tersebut diperoleh sebelum kegiatan penyuluhan dan

demontrasi cukup rendah dengan nilai rata-rata 67 dan setelah kegiatan mengalami

peningkatan dengan nilai 84 dari nilai maksiumum 100

(4)

Gambar 1. Nilai rata-rata test kader.

Efektifitas kegiatan diperoleh dengan nilai N-gain sebesar 0.5 dengan kategori sedang

b. Penjelasan mengenai pembuatan jus bit merah dilakukan dengan demontrasi melalui video agar kader dalam pemahaman bisa mengetahui langkah demi langkah dalam pembuatannya.

Selain itu, dengan adanya video tersebut maka dapat meningkatkan peran kader dalam menyiapkan jus bit merah untuk lansia sebagai penurunan tekanan darah

Posyandu di Desa Wonorejo diselenggarakan oleh anggota masyarakat yang telah menjadi kader kesehatan dengan bimbingan oleh Puskesmas Gondangrejo, Karanganyar. Lokasi pelaksanaan posyandu lansia dilakulan pada salah satu rumah yang memiliki akses yang gampang di gapai oleh lansia. Pada kegiatan penyuluhan tersebut dapat meningkatkan kapasitas kader posyandu dalam pembuatan jus bit merah sebagai penurun tekanan darah pada lansia.

Secara umum sebagian besar kader posyandu sudah memiliki pengetahuan yang cukup dan baik mengenai peran kader dalam menangani penyakit pada lansia yang banyak terjadi yaitu tekanan darah tinggi namun untuk manfaat buh bit merah dalam menunjang kesehatan lansia masih kurang. Pelatihan untuk kader jarang diadakan dalam sebulan sekali atau lebih. Para kader merasa mendapatkan manfaat dari kegiatan pelatihan dimana kader sangat berharap dapat memahami cara mengolahan buah bit merah. Menurut Dwi NI, 2010 menyampaikan bahwa pelatihan yang sistematis dan konsisten merupakan salah satu bentuk insentif non finansial yang dapat membantu motivasi kader dalam menjalankan perannya sebagai tenaga sukarela di bidang kesehatan. Sehingga dengan adanya pelatihan dalam pembuatan jus buah bit dapat menjadikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengenai buah bit. Kader juga akan merasa sangat beruntung jika dilakukan pelatihan dalam meningkatkan kapasitas diri yang berguna bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungan termasuk untuk lansia dalam menjaga kesehatan dari penyakit tekanan darah tinggi yang banyak terjadi pada lansia. Dalam pemantauan kegiatan posyandu oleh petugas kesehatan (Puskesmas) dapat tetap terlaksana secara berkesinambungan agar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rostinah et al., (2015) menyebutkan bahwa pendampingan kader akan lebih berhasil jika petugas kesehatan secara aktif dalam melakukan berbagai peningkatan kapasitas kader posyandu.

67 84

Nilai Rata-Rata

Pretest Posttest

(5)

Kegiatan pelatihan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2014) yang menyatakan bahwa pelatihan pada kader posyandu terbukti memberikan pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta dedikasi kader posyandu. Pada hasil akhir kegiatan dengan pre test dan post test yang dilakukan dalam pelatihan peningkatan kapasitas kader dimana hasil perhitungan menunjukkan efektifitas dengan kategori sedang.

Menurut Fitri & Mardiana (2011) menyebutkan peningkatam hasil evaluasi merupakan pengaruh dari pelatihan yang diberikan pada kader mengenai keterampilan dalam pelaksanaan posyandu.

IV. SIMPULAN

Pelaksanaan pelatihan kader posyandu dalam peningkatan kapasitas dalam pembuatan jus buah bit sebagai penurun tekanan darah lansia mendapatkan respon yang baik oleh para kader dengan prosentase kehadiran 75%. Para kader merasa mendapatkan manfaat dari kegiatan pelatihan dimana kader sangat berharap dapat memahami cara mengolahan buah bit merah dalam meningkatkan kesehatan lansia. Peningkatan kapasitas kader posyandu juga berdampak pada tingkat pengetahuan kader posyandu dengan nilai rata-rata 67 sebelum dilakukan kegiatan dan setelah kegiatan mengalami peningkatan dengan nilai 84 dari nilai maksiumum 100.

V. UCAPAN TERIMA KASIH

Tim pengabdian masyarakat mengucapkan terim kasih kepada LPPM Universitas Kusuma Husada Surakarta untuk dukungan dana internal pengabdian masyarakat, sehingga dapat melaksanakan kegiatan pengabdian yang berguna bagi masyarakat sekitar

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi. (2015). Menjaga Kesehatan Lansia Agar Tetap Prima. Yogyakarta: FK UGM.

Badan Pusat Statistik. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010 – 2035. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Dwi, Nastiti Iswarawanti. (2010). Kader Posyandu Peranan dan Tantangan Pemberdayaan dalam Usaha Peningaktan Gizi. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Vol 13 No 4

Fitri, H & Mardiana. (2011). Pelatihan Terhadap Kader Posyandu. Junal Kesehatan Masyarakat UNNES. 7(1) : 22 – 27.

Hanifan, F., Ruhana, A dan Hidayati, DYN. (2016). Pengaruh Substitusi Umbi Bit (Beta Vulgaris L) terhadap Kadar Kalium, Pigmen Betalain dan Mutu Organik Permen Jeli. Majalah Kesehatan FKUB. 3(4) : 33 – 41.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.

Purnomo, G.A. (2014). Pengaruh Pelatihan Kader Tentang Posyandu Terhadap Kemampuan Pengelolaan Posyandu di Desa Sedangsari Kecamatan Pengasih Kulon Progo. Skripsi.

Yogyakarta: STIKes Aisyiyah Yogyakarta.

Puspita, DD dan Kuntari Astriana. (2019). Efektifitas Pemberian Jus Buah Bit (Beta Vulgaris L) sebagai Minuman Fungsional Penurun Tekanan Darah pada Lansia. Jurnal Riset Sains dan Teknologi. 3(1) : 35 – 40.

Raissa, Talitha. (2012). Asupan Serat dan Cairan, Aktifitas Fisik, serta Gejala Konstipasi pada Usia Lanjut. Skripsi. Institut Pertanian Bogor

Rostinah, Widajanti, L & Wulan, LRK. (2015). Evaluasi Manajemen Pelatihan Kader Posyandu di Puskesmas Paruga Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia. 3(3) : 212 – 221.

Sensus Penduduk, BPS. (2010). Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin. Jakarta:

Badan Pusat Statistik

(6)

Singh, B dan Hathan, SB. (2013). Optimization of Osmotic Dehydration Process of Beetroot (Beta Vulgaris L) in Sugar Solution Using RSM. International Journal of Food Agriculture and Veterinary Sciences. 3(3) : 15 – 21.

Susanto, T. (2013). Keperawatan Gerontik. Jember: Jember University Press Wirakusumah, (2017). Jus Buah dan Sayuran, Jakarta: Penerbit Swadaya

Gambar

Gambar 1. Nilai rata-rata test kader.

Referensi

Dokumen terkait

24 Hasil refleksi siklus 2 menunjukkan: kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa sehingga peran siswa lebih optimal, karena guru menerapkan model

Sedangkan berat umbi per plot perlakuan secara interaksi yang terendah terdapat pada perlakuan D0K0 (55,52 gram), diasumsikan bahwa D0K0 merupakan kontrol atau

Penelitian ini adalah sebuah kajian tentang iklim komunikasi kelompok dan organisasi terhadap motivasi kerja dewan guru (asatidz & asatidzah) di pondok

Selanjutnya Panitia/Pokja ULP akan mengadakan penilaian/evaluasi administrasi dan teknis terhadap surat penawaran yang memenuhi syarat/lengkap pada saat pembukaan penawaran,

[r]

Di Indonesia, pengertian tax haven secara resmi tertuang dalam UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Di Pasal 18 ayat 3c dikatakan bahwa tax haven adalah

Berbagai kriteria telah dikembangkan untuk mengukur kesuksesan sebauh sistem informasi, namun terdapat beberapa kriteria kesuksesan sistem yang paling penting dan berpengaruh

Hasil uji beda rataan respon pemberian pupuk bokashi ampas tebu dan pupuk bokashi enceng gondok terhadap total produksi per sample (g) tanaman kacang kedelai