BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Pasal 18 ayat (1) UUD1945 dinyatakan, “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten
dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah
yang diatur dengan undang-ungdang”. Pemerintahan daerah provinsi mempunyai Gubernur dan DPRD provinsi, pemerinthan kabupaten mempunyai Bupati dan DPRD kabupaten, dan
pemerintahan daerah kota mempunyai Walikota dan DPRD kota.Secara lebih khusus, Pasal
18 ayat (3) UUD 1945 juga menyebutkan, pemerintahandaerah provinsi, daerah kabupaten,
dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih
melalui pemilihan umum.” Artinya, di setiap pemerintahan daerah kabupaten terdapat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang bersama-sama dengan Kepala Daerah merupakan satu
kesatuan pengertian pemerintahan daerah.
DPRD yang merupakan unsur pelaksana pemerintahan daerah memiliki 3 fungsi,
sebagaimana diatur dalam Pasal 41 UU 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah(selajutnya disebut UU No 32 Tahun 2004)yaitu fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan. Kemudian Pasal 42 UU No 32 Tahun 204 mengatur tugas dan wewenang
DPRD sebagai berikut :
a. membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan bupati/walikota untuk mendapat persetujuan bersama;
c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya, keputusan bupati/walikota APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah.
d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/wakil bupati atau walikota/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur;
e. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah Kabupaten/Kota terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah; dan f. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam pelaksanaan
tugas desentralisasi.
Pengaturan mengenai fungsi, tugas dan wewenang oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) jugadiatur dalam UU Nomor. 27 Tahun 2009 Tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut UU No. 27 Tahun 2009), yang mana
diatur dalam Pasal 343 ayat (1) yang sama persis dengan Pasal 41 dalam UU 32 Tahun 2004
menyatakan DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan sedangkan ayat (2)
menyatakan, “ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dijalankan dalam kerangka representasi rakyat dikabupaten/kota”.
Selanjutnya dalam Pasal 344 ayat (1) UU No. 27 Tahun 2009 juga diatur tentang
tugas dan wewenang DPRD, DPRD Kabupaten/Kota sebagai berikut :
a. membentuk peraturan daerah kabupaten/kotabersama bupati/walikota;
b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan
c. peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan danbelanja daerah kabupaten/kota
yang diajukan olehbupati/walikota;
d. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaanperaturan daerah dan
anggaranpendapatan danbelanja daerah kabupaten/kota;
e. mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentianbupati/walikota dan/atau wakil
bupati/wakil walikotakepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur
f. memilih wakil bupati/wakil walikota dalam hal terjadikekosongan jabatan wakil
bupati/wakil walikota;
g. memberikan pendapat dan pertimbangan kepadapemerintah daerah kabupaten/kota
terhadap rencanaperjanjian internasional di daerah;
h. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan
oleh pemerintahdaerah kabupaten/kota;
i. meminta laporan keterangan pertanggungjawabanbupati/walikota dalam
penyelenggaraan pemerintahandaerah kabupaten/kota;
j. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau dengan
pihak ketigayang membebani masyarakat dan daerah;
k. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerahsesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;dan
l. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diaturdalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam menjalankan tugas dan wewenang tersebut,DPRD dilengkapi dengan hak-hak
seperti yang tercantum pada Pasal 349 ayat (1) dan Pasal 350UU No. 27 Tahun 2009. Hak di
maksud terdiri dari hak-hak DPRD dan hak-hak anggota DPRD.
Hak-hak DPRD yaitu: hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
Hak-hak Anggota DPRD yaitu : mengajukan rancangan perda, mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat, memilih dan dipilih, membela diri, imunitas, mengikuti
orientasi dan pendalaman tugas, protokoler dan, keuangan dan administratif.
Meskipun DPRD telah dilengkapi dengan segala fungsi,tugas dan wewenang diatas
namun dalam pelaksanaannya masih berjalan tidak sebagaimana mestinya terutama dalam
menjalankan fungsi legislasi tersebut.Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa penelitian
1. Penelitian Meri Yarni1 diKabupaten Jambi,dimana disimpulkan bahwa DPRD Kota Jambi dalam menjalankan fungsinya kurang berperan, karena hanya 2,50%
dari Perda tersebut yang rancangan berasal dari DPRD begitu juga dengan DPRD
Kabupaten Muaro Jambi, sedangkan dalam pelaksanaan hak mengadakan
perubahan atas Raperda sudah boleh dikatakan meningkat, karena terlihat lebih
baik dari sebelum adanya perubahan berdasarkan asas-asas pembentukan
perundang-undangan.
2. Penelitian yang dilakukan Prastyo Utomo, Kushandayani, Sulistyowati2, Belumadanya dominasi inisiatif Raperda dari eksekutif lebih tinggi dari pada
DPRDsebagai lembaga legislasi daerah menjadi salah satu factor yang menjadi
kendaladalam pelaksanaan fungsi legislasi DPRD Kota Semarang. Dominasi
tersebut terciptakarena pihak DPRD Kota Semarang lebih memilih sebagai pihak
yang urun rembugsaja yang bukan penggagas dari penyusunan perda tersebut.
Anggota DPRD KotaSemarang memiliki kecenderungan bersifat pasif karena
mereka kurang menguasaidan mampu dalam penyusunan perda tersebut.
1
Meri Yarni Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Jambi dengan judul Fungsi Legislasi DPRD Dalam Kerangka Otonomi (Studi Kasus DPRD Kota Jambi dan DPRDKabupaten Muaro Jambi)diunduh dari internet dengan domain http://ejournal.umm.ac.id/index.php/legality/article/view/289/301 pada tanggal 30 juni
2013. 2
Prastyo Utomo,Kushandayani, Sulistyowati, Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Fisip Undip 2008, Dosen
Selain masalah yang dihadapi oleh beberapa pemerintahan daerah seperti
pemerintahan Jambi dan pemerintahan Kota Semarang seperti penelitian diatas,
permasalahan yang sama juga terjadi dalam pelaksanaan fungsi legislasi DPRD Kabupaten
Sumba Barat Periode 2009-2014. Adapun masalah khusus dalam DPRD Kabupaten Sumba
Barat, yakni dalam penyusunan Raperda, tidak saja memprogramkan pembuatan Raperda
yang baru, tetapi juga melakukan perubahan perda yang lama. Badan Legislasi DPRD juga
kurang efektif, dimana selama ini Rancangan peraturan daerah inisiatif DPRD hanya satu
yaitu tentang kesehatan ibu, bayi dan anak. Badanlegislasi juga kurang melakukan
pengawasan dalam pelaksanaan prolegda oleh pemerintah daerah.
Berdasarkan data dan informasi diatas, permasalahan tersebut tidak lepas dari
berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan fungsi legislasi DPRD tersebut
sehingga pelaksanaan fungsi legislasi yang merupakan fungsi utama dari DPRD seperti yang
di atur pada Pasal 343 UU No. 27 Tahun 2009 belum dilaksanakan sebagaimana
mestinya.Utang Rosidin berpendapat bahwa optimalisasi hak-hak DPRD harus dihidupkan,
dengan demikian produk legislasi dapat ditingkatkan.3Selanjutnya Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa dalam praktiknya, fungsi legislasilah yang dianggap utama.Sedangkan
fungsi pengawasan dan penganggaran adalah fungsi kedua dan ketiga sesuai dengan urutan
penyebutannya dalam undang-undang.4
Dengan demikian, pelaksanaan fungsi legislasi DPRD kabupaten Sumba Barat
periode 2009-2014 menarik untuk dikaji karena dinamika yang ada dalam masyarakat yang
berubah dari tahun ke tahun, masih sangat tinggi dan beragam. Hal ini terlihat dengan
3
Utang Rosidin. Otonomi daerah dan desentralisasi. Pustaka Setia,Bandung:, 2010 hal 51. 4
banyaknya aspirasi masyarakat dari daerah (kecamatan/kelurahan/desa) yang langsung
disampaikan kepada DPRD kabupaten Sumba Barat.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka masalah penelitian ini
adalah bagaimana pelaksanaan fungsi legislasi DPRD Kabupaten Sumba Barat periode
2009-2014?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:Ingin mengetahui pelaksanaan fungsi legislasi DPRD
Kabupaten Sumba Barat Periode 2009-2014.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini adalah:
1. Manfaat Teoritis yaitu: Untuk memperkaya ilmu pengetahuan dibidang hukum, pada
umumnya dan hukum tata negara pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi DPRD
Sebagai bahan masukan bagi DPRDKabupaten Sumba Barat untuk
memperbaiki dan meningkatkan pelaksanaan fungsi legislasi dalam
pembentukan peraturan daerah.
b. Bagi Masyarakat
1) Menjadi bahan pembelajaran bagi praktisi hukum dan kalangan
legislasi DPRD dalam pembentukan peraturan daerah di Kabupaten
Sumba Barat.
2) Memberikan informasi bagi masyarakat tentang bentuk pelaksanaan
fungsi legislasi.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan adalahmetode pendekatan yuridis sosiologis atau
empiris, yaitu untuk mengkaji dan membahas pelaksanaan fungsi legislasi DPRD
Kabupaten Sumba Barat. Karena pada hakekatnya metodologi memberikan pedoman
tentang cara-cara seorang ilmuwan mempelajari, menganalisa dan menghadapi
lingkungan yang dihadapinya5,sehingga dalam penelitian ini akan diperoleh hasil yang benar-benar sesuai dengan fakta yang ada dan berkembang. Pendekatan
normatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membahas peraturan
perundang-undangan yang memberikan amanah kepada DPRD dalam hal legislasi, sedangkan
pendekatan yuridis sosiologis dimaksudkan untuk melihat berlakunya peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang fungsi legislasi DPRD Kabupaten
Sumba Barat, lebih khusus mengkaji tentang pelaksanaan fungsi legislasi DPRD
Kabupaten Sumba Barat dalam penyusunan Raperda.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah penelitian deskriptif.Pada
umumnya penelitian ini mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat
5
terhadap suatu populasi atau daerah tertentu,mengenai sifat-sifat,
karakteristik-karakteristik atau faktor-faktor tertentu.6Dalam hal ini penulis mecoba mengkaji fungsi legislasidari DPRD Kabupaten Sumba Barat dalam pelaksanaan fungsi
legislasi dalam penyusunan Raperda.
3. Sumber Data dan Teknik Pengambil Data
a) Data Primer
Yaitu data-data yang diperoleh secara langsung dari anggota DPRD,
khususnya anggota badan legislasi DPRD Kab. Sumba Barat.
b) Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh melalui study kepustakaan, study terhadap
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang fungsi Legislasi
DPRD.
Data sekunder di bagi menjadi 2 (Dua), yaitu :
(1) Bahan hukum primer antara lain :
a. Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
b. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD,
dan DPRD
c. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan
d. Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah
e. Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten Sumba Barat No 1 Tahun
2009
6
(2) Bahan hukum sekunder, antara lain :
a. Buku-buku terkait
b. Makalah
c. Dan sumber data lain yang relevan.
c) Teknik Pengumpulan Data
1) Pengamatan
Teknik pengumpulan data melalui pengamatan secara partisipatif
tentang kinerja DPRD Kabupaten Sumba Barat yang telah dilakukan
dalam melaksanakan fungsi Legislasi.
2) Wawancara Mendalam
Dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara mendalam (indepth
interview).Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi
secara luas dari tokoh kunci (key informan). Key informan yang
dimaksudkan adalah mereka para pengambil kebijakan.
3) Dokumentasi/Studi Kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen
sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Menurut Winarno
Surachmat, dokumen adalah “sebagai laporan tertulis dari suatu
peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran itu, ditulis
dengan sengaja untuk meneruskan keterangan mengenai peristiwa
tersebut”. Sedangkan menurut Sanafiah Faisal, “dokumen dalam
penelitian ini dapat berupa semua jenis rekaman/catatan lainnya,
seperti surat-surat, memo/nota, pidato-pidato, buku harian, foto-foto,
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan dokumentasi yang
berhubungan dengan pokok masalah.
4. Unit Amatan dan Unit Analisis
Yang menjadi unit amatan dalam penelitian ini adalah DPRD Kabupaten Sumba
Barat Periode2009-2014 dan yang menjadi unit analisis adalah Pelaksanaan Fungsi