• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI YANG MEMPENGARUHI KESULITAN PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI YANG MEMPENGARUHI KESULITAN PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Disusun oleh :

Dian Sedyasih Ken Utami 11208241048

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Dian Sedyasih Ken Utami

NIM : 11208241048

Program Studi : Pendidikan Seni Musik

Fakultas : Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri.

Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis oleh

orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan

mengikuti cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya

menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 9 Maret 2016

Penulis,

(5)

Memulaidenganpenuhkeyakinan Menjalankandenganpenuhkeikhlasan Menyelesaikandenganpenuhkebahagiaan

(6)

Skripsi ini dipersembahkan untuk :

Bapak dan Ibu

Terima kasih atas kasih sayang yang begitu tulus sampai sekarang, dukungan dan

doa yang selalu diberikan.

(7)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat, taufik dan

hidayahNya, sehingga dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6

Yogyakarta” dapat berjalan dengan lancar. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagaian dari persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana.

Sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya Tugas Akhir Skripsi ini,

penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Tanpa bantuan tersebut, penulis mungkin tidak dapat

menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, dengan rasa

hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Pujiwiyana, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang senantiasa

meluangkan waktu, memberi bimbingan, dan motivasi dalam penyusunan

skripsi ini;

2. Panca Putri Rusdewanti, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang senantiasa

meluangkan waktu, memberi bimbingan, dan motivasi dalam penyusunan

skripsi ini;

3. Ibu Retna Wuryaningsih, M.Pd.,selaku kepala SMP Negeri 6 Yogyakarta yang

telah memberikan ijin melaksanakan penelitian;

4. Ibu Yustina Sri Ary Wahyuni, S.Pd., selaku guru mata pelajaran seni budaya

(8)

tugas akhir skripsi.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh

karena itu saran dan masukan sangat diharapkan demi peningkatan di masa-masa

yang akan datang. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

maupun bagi para pembaca.

Yogyakarta, 9 Maret 2016

(9)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

(10)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori ... 10

1. Pembelajaran ... 10

a. Tujuan Pembelajaran ... 11

b. Materi Pembelajaran ... 13

c. Strategi Pembelajaran ... 14

d. Media Pembelajaran ... 16

e. Evaluasi Pembelajaran ... 18

2. Kesulitan Belajar ... 20

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar ... 21

4. Mata Pelajaran Seni Budaya ... 24

B. Penelitian yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berpikir ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 30

B. Variabel Penelitian ... 30

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

D. Populasi dan Sampel ... 31

1. Populasi ... 31

2. Sampel ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 34

G. Validitas dan Reliabilitas ... 38

1. Validitas ... 38

2. Reliabilitas ... 39

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 42

1. Data Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta Ditinjau dari Faktor Internal ... 42

1) Faktor Fisiologis ... 42

2) Faktor Psikologis ... 45

2. Data Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta Ditinjau dari Faktor Eksternal ... 50

1) Faktor Sosial ... 50

2) Faktor Non-sosial ... 53

3. Data Faktor-Faktor Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta Ditinjau dari Komponen Pembelajaran ... 58

B. Pembahasan ... 64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 69

B. Implikasi ... 71

C. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(12)

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Faktor Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya

di SMP Negeri 6 Yogyakarta ... 37

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Proses Pembelajaran Seni Budaya di SMP

Negeri 6 Yogyakarta ... 38

Tabel 3. Interpretasi Nilai r ... 40

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam

Aspek Kesehatan ... 42

Tabel 5. Distribusi Freakuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek

Panca Indera ... 44

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Minat 45

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek

Motivasi ... 46

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Bakat 47

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek

Intelegensi ... 49

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek

Keluarga... 50

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek

Sekolah ... 51

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek

Masyarakat Sekitar Lingkungan Siswa ... 52

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek

Keadaan Udara saat Kegiatan Belajar ... 54

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Waktu

Belajar ... 55

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek

(13)

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Pembelajaran dalam Aspek

Tujuan Pembelajaran ... 59

Tabel 18. Distribusin Frekuensi Faktor Kesulitan Pembelajaran dalam Aspek

Materi Pembelajaran ... 60

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Pembelajaran dalam Aspek

Media Pembelajaran ... 61

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Pembelajaran dalam Aspek

Evaluasi Pembelajaran ... 62

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Pembelajaran dalam Aspek

(14)

Gambar 1. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek kesehatan……… 43

Gambar 2. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek panca indera……….…….. 44

Gambar 3. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek minat……….... 46

Gambar 4. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek motivasi………... 47

Gambar 5. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek bakat ……….. 48

Gambar 6. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek intelegensi……….. 49

Gambar 7. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek keluarga……….. 51

Gambar 8. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek sekolah……… 52

Gambar 9. Pie chart faktor kesulitan yang mempengaruhi belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek masyarakat………. 53

Gambar 10. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek keadaan udara………. 54

Gambar 11. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek waktu belajar ……….. 55

Gambar 12. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek media belajar ……….. 57

Gambar 13. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya

Ditinjau dari aspek gedung sekolah……….. 58

Gambar 14. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan pembelajaran seni

(15)

Gambar 16. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan pembelajaran seni

Budaya ditinjau dari aspek media pembelajaran ……….. 61 Gambar 17. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan pembelajaran seni

Budaya ditinjau dari aspek evaluasi pembelajaran………. 62 Gambar 18. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan pembelajaran seni

(16)

Oleh :

Dian Sedyasih Ken Utami 11208241048

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, menggunakan metode survey. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 6 Yogykarta berjumlah 180 siswa. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling acak sederhana, siswa yang menjadi sampel sebanyak 64 siswa. Instrumen pengambilan data menggunakan rumus korelasi Pearson product moment dan untuk menguji tingkat validitas dalam penelitian ini dilakukan uji coba intrumen di kelas yang berbeda. Analisis data menggunakan teknik statistic deskriptif. Perolehan data dengan menggunakan angket faktor kesulitan belajar dan angket proses pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menimbulkan kesulitan belajar yaitu faktor internal terdiri atas faktor fisiologis yang meliputi kesehatan siswa (75%) dan kondisi panca indera (92,2%), faktor psikologis yang meliputi bakat (53,1%) dan intelegensi (54,7%). Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial yang meliputi sekolah (68,75%) serta faktor non-sosial yang meliputi pembagian waktu belajar (67,2%), media belajar (56,25%). Faktor yang menimbulkan kesulitan pembelajaran ditinjau dari komponen pembelajaran adalah tujuan pembelajaran (67,2%), media pembelajaran (84,4%) dan evaluasi pembelajaran (65,6%).

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses tanpa akhir yang diupayakan oleh siapa pun

terutama sebagai tanggung jawab Negara. Sebagai sebuah upaya untuk

meningkatkan kesadaran di ilmu pengetahuan, pendidikan telah ada seiring

dengan lahirnya peradaban manusia. Dalam hal inilah letak pendidikan dalam

masyarakat sebenarnya mengikuti perkembangan corak sejarah manusia.

(Nurani, 2015 : 21)

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1, dinyatakan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan di sini menegaskan bahwa pendidikan hendaknya tercipta sebuah

wadah di mana peserta didik bisa secara aktif mempertajam dan

memunculkan ke permukaan potensi-potensinya sehingga menjadi

kemampuan-kemampuan yang dimiliki secara alamiah. (Latif, 2009 : 110)

Berbicara masalah pendidikan dan perkembangan peradaban manusia,

penanaman peningkatan ilmu pengetahuan disini hanya bisa dilakukan

(18)

masyarakat. Dalam pendidikan terjadi suatu kegiatan belajar dimana kegiatan

belajar tersebut terdapat beberapa hal pokok yang terjadi. Dengan belajar

akan membawa pada perubahan, dan perubahan tersebut terjadi karena

adanya usaha dan kecakapan meraih prestasi dalam proses belajar mengajar

di kelas. Keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada

usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri.

Tujuan pendidikan itu sendiri adalah menciptakan seseorang yang

berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan

untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi

secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu

sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.

Dan salah satu komponen pendidikan yang sangat penting adalah kurikulum

pendidikan.

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan

yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi

rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu

periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini

disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan

dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.

Mengingat pentingnya peningkatan pendidikan, pemerintah Indonesia telah

berusaha keras dalam menyusun kurikulum baru agar terciptanya sumber

daya manusia yang berkualitas. Kurikulum di Indonesia saat ini telah

(19)

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter dan

kompetensi yang mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan

materi menjadi materi ke pendidikan sebagai proses, melalui pendekatan

tematik integratif dan pendekatan scientific dengan pembelajaran contextual

teaching and learning (CTL) dan model pembelajaran discovery learning,

problem dan project based learning. Kurikulum 2013 ini menjanjikan lahirnya

generasi penerus bangsa yang produktif, kreativ, inovatif, dan berkarakter.

Dengan kreativitas, anak-anak bangsa mampu berinovasi secara produktif

untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks.

Tujuan kurikulum 2013 ini dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif

dan inovatif berkesinambungan dengan tujuan pendidikan nasional untuk

membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat.

Saat ini seluruh pembelajaran di semua jenjang pendidikan di

Indonesia menggunakan kurikulum 2013. Namun pada kenyataannya

pembelajaran tersebut masih belum terlaksana dengan baik sesuai dengan

standar isi yang tercantum dalam kurikulum 2013 karena kurangnya

sosialisasi kurikulum 2013 terhadap para guru, sarana dan prasarana

penerapan kurikulum yang belum memadai, sehingga hal ini berdampak

kepada kesiapan siswa dalam menerima kurikulum 2013. Kenyataan ini perlu

diakui oleh sekolah, guru, dan siswa yang sulit menerapkan kurikulum

tersebut dan banyak guru yang belum menerima sosialisasi tentang kurikulum

2013 serta siswa yang belum membiasakan diri dengan pembelajaran

(20)

Ada beberapa kemungkinan permasalahan, kendala, hambatan dan

pendapat yang muncul, mungkin saja penerapan kurikulum 2013 belum

terlaksana dengan baik sesuai materi yang tercantum dalam standar isi dan

tuntutan kurikulum 2013 yang mungkin terlalu sulit bagi siswa, waktu yang

terbatas, sarana dan prasarana yang kurang memadai, metode dan media yang

kurang cocok, atau mungkin lain permasalahannya ada pada siswanya yang

belum terbiasa.

Hal ini seperti yang terlihat di salah satu lembaga pendidikan di

Indonesia yaitu SMP Negeri 6 Yogyakarta. Dari hasil pengamatan yang telah

dilakukan pada saat Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 6

Yogyakarta, dalam kegiatan pembelajaran terutama mata pelajaran seni

budaya masih terdapat banyak kesulitan bagi siswa. Mata pelajaran seni

budaya merupakan salah satu materi pelajaran yang diberikan di sekolah

mulai dari sekolah tingkat dasar sampai tingkat lanjut. Tujuan dari mata

pelajaran seni budaya khususnya pada satuan pendidikan menengah pertama

adalah agar siswa dapat memahami konsep dan pentingnya seni budaya,

menampilkan sikap apresiatif terhadap seni budaya, menampilkan kreativitas

melalui seni budaya, dan menampilkan peran serta dalam seni budaya dalam

tingkat lokal, regional, maupun global.

Mata pelajaran Seni Budaya dalam kurikulum 2013 diajarkan dengan

tujuan untuk menumbuhkembangkan kepekaan rasa estetik dan artistik, sikap

kritis, apresiatif, dan kreatif pada diri setiap peserta didik secara menyeluruh.

(21)

SMP terdiri dari empat aspek yaitu seni rupa, seni musik, seni tari dan seni

teater. Alokasi waktu yang diberikan tiap minggunya sebanyak 2 jam

pelajaran dengan masing-masing lama tiap jamnya 45 menit.

Permasalahan yang muncul di dalam proses pembelajaran ini terjadi di

SMP Negeri 6 Yogyakarta. Kesulitan pembelajaran ini menyebabkan siswa

tidak dapat memahami, mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni.

Dalam proses pembelajaran di kelas masih banyak siswa yang kurang

memperhatikan guru saat menyampaikan materi mata pelajaran seni budaya,

maupun berdiskusi dengan siswa lain di luar materi pembelajaran sehingga

menyebabkan siswa tidak dapat memahami apa yang disampaikan guru di

depan kelas.

Selain itu juga, ada beberapa siswa dari setiap kelas yang tidak hafal

dengan lagu daerah dan tidak banyak mengetahui nama-nama alat musik

tradisional seperti gamelan. Bahkan ada siswa yang tidak hafal dengan syair

dan melodi lagu daerah yang dipilihnya sendiri saat diminta guru untuk

menyanyikan salah satu lagu daerah. Ada pula beberapa siswa yang meminta

untuk tidak menyanyikan lagu daerah, tetapi diganti dengan lagu-lagu pop

dan barat yang sedang tenar di pasaran.

Motivasi siswa terhadap pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 6

Yogyakarta perlu ditingkatkan, oleh karena pelajaran seni budaya sebaiknya

mempunyai bobot yang sama dengan mata pelajaran lain supaya siswa tidak

menganggap mata pelajaran yang satu lebih penting dari mata pelajaran yang

(22)

bahwa mereka akan bersungguh-sungguh dan disiplin dalam mengikuti

pelajaran seni budaya, baik teori mapun praktek sehingga hasil yang akan

mereka peroleh benar-benar maksimal.

Minat sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, pada umumnya

semakin tinggi minat yang ada pada siswa dan dapat disalurkan, serta

mendapat dorongan dengan baik maka minat tersebut akan menjadikan siswa

belajar dengan antusias tinggi.

Apresiasi siswa terhadap mata pelajaran seni budaya dapat

ditumbuhkembangkan dengan metode guru yang tepat. Berbagai hal yang

dapat meningkatkan apresiasi perlu disadari guru sehingga dapat menciptakan

pembelajaran yang membuat siswa apresiatif terhadap mata pelajaran seni

budaya. Guru seni budaya yang kompeten yaitu yang menguasai,

merencanakan, dan melaksanakan strategi pembelajaran seni budaya.

Penguasaan strategi pembelajaran mencakup: strategi pengorganisasian,

strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan pengajaran.

Strategi penyampaian pengajaran merupakan salah satu bagian

penting keterampilan yang perlu dikuasai guru seni budaya. Strategi

penyampaian pengajaran berkaitan dengan keterampilan guru menerapkan

langkah-langkah menyajikan materi pembelajaran, meliputi keterampilan:

menyajikan materi pembelajaran, menerapkan pendekatan atau metode

pembelajaran, menggunakan media pembelajaran dan asesmen sesuai

perencanaan pembelajaran. Selain itu tidak semua guru yang mengajar seni

(23)

seni tari, seni rupa dan seni teater. Yang terjadi pada saat pengamatan

pelajaran seni musik diajarkan oleh guru mata pelajaran lain.

Dari berbagai faktor yang melatarbelakangi di atas, untuk mengatasi

dan meningkatkan mutu pendidikan baik bagi sekolah maupun sumber daya

kualitas siswa sehingga perlu diadakan suatu penelitian. Dalam hal ini,

peneliti tertarik untuk melakukan penilitian ini. Dalam penelitian ini peneliti

mengambil judul: “Faktor-Faktor Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di

SMP Negeri 6 Yogyakarta”. Diharapkan dengan diadakannya penelitian ini dapat mengetahui faktor-faktor kesulitan pembelajaran seni budaya dan

membantu siswa agar lebih baik dalam proses belajarnya.

B. Identifikasi Masalah

1. Penerapan kurikulum pendidikan menengah masih kurang efektif.

2. Kurangnya minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran seni budaya

di sekolah.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka

permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor

kesulitan yang dialami siswa SMP Negeri 6 Yogyakarta dalam pembelajaran

(24)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut, rumusan masalah yang diteliti

adalah sebagai berikut : Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi

kesulitan pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

kesulitan pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

mengembangkan metode pendidikan dan model pembelajaran seni budaya

khusunya.

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman dalam

proses pembelajaran Seni Budaya serta meningkatkan pengetahuan dan

(25)

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat mengetahui faktor-faktor kesulitan pembelajaran

Seni Budaya sekaligus cara untuk mengatasi kesulitan tersebut agar

dapat meningkatkan pembelajaran Seni Budaya di kelas dengan proses

pembelajaran yang lebih variatif dan kreatif sehingga tercapai tujuan

dari mata pelajaran tersebut.

c. Bagi Peserta Didik

Penelitian ini dapat membantu menangani kesulitan belajar dan dapat

meningkatkan kreativitas peserta didik dalam mengapresiasi dan

mengekspresikan karya seni dengan baik. Tidak hanya dalam pelajaran

sehari-hari tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

d. Bagi Sekolah

Penelitian ini sebagai wacana untuk meningkatkan kualitas proses

pembelajaran khususnya Seni Budaya agar tujuan pendidikan dapat

(26)

A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran

Pembelajaran atau proses belajar sering dipahami dengan proses

belajar mengajar yang di dalamnya terjadi interaksi antara guru dengan siswa

dan antar sesama siswa untuk mencapai tujuan yaitu terjadinya perubahan

sikap dan tingkah laku. Sebenarnya belajar bisa saja terjadi tanpa

pembelajaran, namun hasil belajar akan tampak jelas dan mudah untuk

diamati. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa dapat ikut

secara aktif di dalamnya.

Pembelajaran terdapat bermacam-macam komponen. Menurut

Suprapto (2003 :9) komponen pembelajaran antara lain tujuan pembelajaran,

materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran,

pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut

pembelajaran. Winataputra (2007 :21) juga berpendapat bahwa komponen

pembelajaran saling berkaitan satu sama lain. Komponen tersebut antara lain

tujuan, materi, kegiatan dan evaluasi pembelajaran. Hamalik (1999 :66)

berpendapat bahwa unsur-unsur minimal yang harus ada di dalam

pembelajaran adalah seorang siswa/peserta didik, suatu tujuan dan suatu

prosedur kerja untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan

(27)

dalam pembelajaran. Komponen-komponen tersebut yang terdiri dari tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media

pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Untuk menentukan faktor kesulitan

pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan survei pada lima komponen

tersebut.

a. Tujuan Pembelajaran

Salah satu tahapan dalam proses desain pembelajaran adalah

merumuskan dan menulis tujuan-tujuan pembelajaran. Dalam

perencanaan, tujuan memberikan petunjuk untuk memilih isi mata

pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dan

memilih alat-alat bantu pembelajaran dan prosedur pembelajaran serta

menentukan ukuran standar untuk mengukur prestasi siswa. Oleh sebab itu

agar proses pembelajaran di kelas dapat terkonsep dengan baik, maka

seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan

pembelajaran secara jelas dari mata pelajaran yang menjadi tanggung

jawabnya.

Robert F. Mager (dalam Aunurrahman, 2012) mengemukakan

bahwa, “Tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu”. Menurut Aunurrahman (2012 :34) bahwa,

(28)

dirinya sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki sikap, tingkah laku dan kebiasaan yang baik”.

Dari beberapa rumusan para ahli tentang tujuan pembelajaran dapat

disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah upaya membekali siswa

dengan kemampuan-kemampuan yang bersifat pemahaman moral agar

tercapai perubahan perilaku sebagai pribadi yang baik atau positif dan

keterampilan atau kompetensi siswa setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran.

Dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi,

tujuan yang harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk

kompetensi. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang

tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan

menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku

sehari-hari. Dalam kompetensi sebagai tujuan, di dalamnya terdapat beberapa

aspek, yaitu:

1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan dalam bidang kognitif.

2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu.

3. Kemahiran (skill), yaitu kemampuan individu untuk melaksanakan secara praktik tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

4. Nilai (value), yaitu norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu. Nilai inilah yang selanjutnya akan menuntun setiap individu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

5. Sikap (attitude), yaitu pandangan individu terhadap sesuatu. 6. Minat (interest), yaitu kecenderungan individu untuk melakukan

(29)

Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat

tertentu bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002)

mengidentifikasi empat manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:

1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar

mengajar kepada siswa, sehingga dapat melakukan perbuatan

belajarnya secara lebih mandiri.

2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar.

3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media

pembelajaran.

4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.

b. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam proses

belajar mengajar, yang menempati kedudukan yang menentukan

keberhasilan belajar mengajar yang berkaitan dengan ketercapaian tujuan

pembelajaran, serta menentukan kegiatan-kegiatan belajar mengajar.

Menurut Arikunto (dalam Djamarah Syaiful dan Zain, 2006 :43) materi

pembelajaran merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar

mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk

dikuasai oleh siswa. Bahan yang dimaksudkan dapat berupa bahan tertulis

dan tidak tertulis. Panen (2001) mengungkapkan bahwa bahan ajar

merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara

sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran

(30)

Berdasarkan definisi di atas dapat dijabarkan bahwa materi

pembelajaran merupakan komponen pembelajaran yang disusun secara

sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan oleh guru

sebagai bahan belajar bagi siswa dan membantu guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar di kelas. Tanpa materi pembelajaran proses

pembelajaran tidak akan berjalan.

c. Strategi Pembelajaran

Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis

besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah

ditentukan. Jika dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa

diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam

perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan.

Menurut Sanjaya (2009 :126) dalam dunia pendidikan, strategi

diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang

didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan Kemp

(1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari pendapat

tersebut, Dick dan Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi

pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang

digunakan bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa

(31)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan/rangkaian kegiatan yang

termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber

daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti di dalam penyusunan suatu

strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai

pada tindakan.

Prawiradilaga (2007 :33-34) mengklasifikasikan 3 strategi

sebagaimana berikut:

a. Strategi Pengorganisian

Strategi ini merupakan metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pengajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format dan lainnya yang setingkat dengan itu. Strategi pengorganisasian dibedakan menjadi dua yakni, strategi mikro dan makro. Strategi mikro mengacu pada metode untuk pengorganisasian isi pengajaran yang berkisar pada suatu konsep atau prosedur atau

prinsip. Sedangkan makro mengacu pada metode untuk

mengorganisasi isi pengajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep prosedur dan prinsip.

b. Strategi Penyampaian

Strategi ini merupakan metode untuk menyampaikan pengajaran kepada siswa dan untuk menerima, merespon masukan yang berasal dari siswa. Media pengajaran merupakan bidang kajian utama dari strategi ini. Fungsi dari strategi ini terbagi menjadi dua, yaitu menyampaikan isi pengajaran kepada si belajar dan menyediakan informasi yang diperlukan siswa.

c. Strategi Pengelolaan

(32)

Sementara Majid (2014 :10-11) mengklasifikasikan jenis strategi

pembelajaran menjadi lima, yaitu:

a. Strategi Pembelajaran Langsung

Strategi pembelajaran langsung adalah strategi yang berpusat pada guru dan paling sering digunakan dalam proses pembelajaran. Majid (2014 :73) berpendapat bahwa pengajaran langsung berpusat pada guru dan harus menjamin keterlibatan siswa. Guru menyampaikan materi dalam format yang terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan menguji keterampilan pada siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Strategi ini sangat efektif dalam membangun keterampilan tahap demi tahap.

b. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung

Strategi pembelajaran tidak langsung merupakan strategi yang berpusat pada siswa. Strategi ini memperlihatkan keterlibatan yang tinggi dalam proses pembelajaran. Guru beralih fungsi dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung dan sumber personal. Guru merancang lingkungan belajar dan memberikan kesempatan siswa untuk terlibat. c. Strategi Pembelajaran Interaktif

Strategi pembelajaran interaktif juga merupakan strategi yang berpusat pada siswa. Strategi pembelajaran ini merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi antar siswa. Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman, pandangan dan pengetahuan guru atau kelompok, serta mencoba mencari alternative dalam berpikir. Bentuk pembelajaran dalam strategi ini diantaranya adalah diskusi kelompok kecil, dan kerjasama siswa secara berpasangan.

d. Strategi Pembelajaran Melalui Pengalaman

Strategi pembelajaran melalui pengalaman berpusat pada siswa dan berorientasi pada aktivitas. Penekanan dalam strategi ini adalah proses belajar dan bukan hasil belajar.

e. Strategi Pembelajaran Mandiri

Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian dan peningkatan diri. Fokusnya adalah para perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga dapat dilakukan dengan teman sebaya atau sebagai bagian dari kelompok kecil. Strategi ini

digunakan untuk membentuk siswa agar mandiri dan

bertanggungjawab.

d. Media Pembelajaran

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi

(33)

Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan berbagai media

sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan

media bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses

pembelajaran, tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran menjadi lebih

menarik. Media bukan hanya alat atau bahan saja, tetapi hal-hal lain yang

bisa memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan.

Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai

kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media

pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik (Wina, 2009:163).

Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan

sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran.

Rossi dan Breidle (1966: 3) mengemukakan bahwa media pembelajaran

adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan

pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya.

Menurut Rossi alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan

diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran.

Sementara Gerlach dan Ely (1980: 244) menyatakan secara umum

media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang

menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh

pengetahuan, keterampilan dan sikap. Jadi, dalam pengertian yang

dikemukakan Gerlach media bukan hanya alat perantara seperti TV, radio,

(34)

belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata,

simulasi, dan lain sebagainnya yang dikondisikan untuk menambah

pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah

keterampilan.

Selain pengertian di atas, ada juga yang berpendapat bahwa media

pengajaran meliputi perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software). Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan

seperti overhead projector, radio, TV dan sebagainya. Sedangkan software

adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang

terdapat pada transparasi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya,

cerita yang terkandung dalam materi yang disuguhkan dalam bentuk

bagan, grafik, diagram dan lain sebagainya.

e. Evaluasi Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, evaluasi menempati kedudukan yang

penting. Dengan melakukan evaluasi, guru dapat mengukur tingkat

keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukannya, pada tiap kali

pertemuan, setiap semester, setiap tahun bahkan selama berada dalam

satuan pendidikan tertentu. Dimyati dan Mujiono (1995 :175)

mengemukakan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk

memperoleh informasi tentang tingkat keefektifan proses pembelajaran

dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Ketidaktepatan di dalam pelaksanaan evaluasi tidak hanya menyebabkan

(35)

berakibat rendahnya keakuratan di dalam menentukan kompetensi dan

performance belajar siswa.

Kegiatan evaluasi dapat dipertanggungjawabkan apabila memenuhi

prinsip-prinsip evaluasi. Reece dan Walker (1997) mengemukakan bahwa

dengan melaksanakan evaluasi belajar dengan benar sekurang-kurangnya

memungkinkan kita untuk;

1) Mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa, apakah mereka telah merealisaikan tujuan yang ditentukan.

2) Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan, sehingga tindakan perbaikan yang cocok dapat direalisasikan.

3) Merumuskan rangking siswa dalam hal kesuksesan mereka di dalam mencapai tujuan yang telah disepakati.

4) Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi mengajar yang ia gunakan supaya kelebihan dan kekurangan strategi mengajar tersebut dapat ditentukan.

5) Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pelajaran, dan menentukan apakah sumber belajar tambahan perlu digunakan.(Aunurrahman, 2009 :210)

Oleh karena evaluasi merupakan satu kesatuan yang utuh di dalam

proses pembelajaran, maka setiap guru dituntut memiliki kapasitas

kemampuan untuk melaksanakan evaluasi secara tepat agar hasil yang

diperoleh melalui kegiatan evaluasi tersebut mampu memberikan

gambaran yang benar dari tingkat kemampuan siswa. Untuk dapat

melaksanakan evaluasi dengan benar, maka setiap guru dituntut memiliki

pengetahuan tentang berbagai jenis evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi,

dapat memilih jenis-jenis evaluasi sesuai dengan karakteristik dan tujuan

pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran.

(36)

mencakup evaluasi belajar dan evaluasi pembelajaran. Evaluasi hasil

belajar menekankan kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah

perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan.

Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk

memperoleh informasi tentang tingkat keefektifan proses pembelajaran

dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Dengan demikian evaluasi hasil belajar menyatakan baik buruknya hasil

dari kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi pembelajaran menyatakan

baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran.

2. Kesulitan Belajar

Menurut Mulyadi (2003 :5), “Kesulitan adalah kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan,

sehingga memerlukan usaha yang giat untuk mengatasinya. Menurut

Sugihartono (2007 :149), “kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada siswa yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di

bawah norma yang telah ditetapkan”.

Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip oleh Warkitri, dkk (1990 :83)

menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara

prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh.

Selanjutnya mereka menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan

(37)

atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi,

ingatan, perhatian ataupun fungsi motoriknya (Warkitri, 1990 :83).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kesulitan belajar adalah segala sesuatu atau keadaan yang menghambat

seorang siswa dalam proses belajar, memahami serta menguasai ilmu

pengetahuan yang diajarkan sehingga siswa tidak dapat belajar sebagaimana

mestinya. Dengan adanya kesulitan belajar yang dialami siswa akan

berpengaruh pada prestasi belajar siswa yang menurun. Kesulitan belajar

bahkan dapat menyebabkan suatu keputusasaan sehingga memaksa seorang

siswa untuk berhenti di tengah jalan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa faktor

adalah keadaan atau peristiwa yang menyebabkan atau mempengaruhi

terjadinya sesuatu. Pengertian dalam Kamus Besar Psikologi (Chaplin,)

disebutkan, “Faktor adalah salah satu sebab atau kondisi pendahulu yang menimbulkan satu gejala”.

Pendapat lain dari Crozier (2006 :282), “Faktor adalah sebuah elemen atau penyebab yang mempengaruhi prestasi”. Moris (1973 :469) menyebutkan bahwa, “Faktor adalah suatu hal yang aktif memberikan kontribusi dalam sebuah prestasi, hasil atau proses”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor adalah salah satu sebab atau keadaan yang

(38)

Menurut Suryabrata (1984) siswa yang mengalami kesulitan belajar

memiliki ciri-ciri antara lain, “gangguan aktivitas motorik, emosional, prestasi, persepsi, tidak dapat menangkap arti, membuat dan menangkap

simbol, perhatian, tidak dapat memperhatikan dan tidak dapat mengalihkan

perhatian, dan gangguan ingatan”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesulitan dalam kegiatan

belajar. Faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar yaitu faktor

internal yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal

dari luar siswa.

Menurut Hamalik (2005 :117) menyebutkan, “faktor bisa menimbulkan kesulitan belajar digolongkan menjadi empat yaitu faktor dari

diri sendiri, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan dari lingkungan

masyarakat”. Suryabrata (2002 :232) berpendapat bahwa, “faktor internal penyebab kesulitan belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa

yang meliputi kemampuan intelektual, afeksi seperti perasaan dan percaya

diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan

belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan pengindraan seperti melihat,

mendengarkan dan merasakan”.

Pendapat lain dari Slameto (2003) bahwa, “faktor internal yang menimbulkan kesulitan belajar yaitu faktor fisiologis yang mencakup

kesehatan dan cacat tubuh, faktor psikologis yaitu intelegensi, perhatian,

minat, bakat, motif kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor internal

(39)

konsentrasi, pengolahan pesan pembelajaran, rasa percaya diri dan kebiasaan

belajar.

Selain faktor internal yang mempengaruhi kesulitan belajar juga

dipengaruhi oleh faktor eksternal. Suryabrata (2002) membagi faktor ekstern

kesulitan belajar menjadi dua golongan yaitu faktor sosial dan non sosial.

Faktor sosial adalah faktor yang berasal dari manusia baik di lingkungan

keluarga (keadaan ekonomi keluarga dan dukungan orang tua), lingkungan

sekolah (guru sebagai pembimbing siswa, antara siswa dengan siswa) dan

lingkungan masyarakat (keadaan masyarakat,teman sebaya, organisasi

pemuda). Faktor non sosial adalah faktor yang berasal bukan dari manusia

antara lain cuaca, waktu, tempat atau gedungnya dan alat-alat pelajaran.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994 :228-235) faktor eksternal

yang mempengaruhi kesulitan belajar meliputi guru sebagai pembina siswa,

sarana dan prasarana pembelajaran, lingkungan sosial siswa di sekolah,

kebijakan penilaian dan kurikulum sekolah. Pendapat lain dari Aunurrahman

(2013 :188) faktor eksternal penyebab kesulitan belajar adalah guru,

lingkungan sosial (termasuk teman sebaya), kurikulum sekolah, sarana

(tempat belajar) dan prasarana (media belajar).

Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa ada beberapa

faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar diantaranya faktor internal yang

meliputi minat siswa, motivasi siswa, bakat dan intelegensi. Ada pula faktor

eksternal yang meliputi guru, keluarga, sarana dan prasana belajar,

(40)

dan keadaan cuaca. Kedua faktor ini memiliki pengaruh yang cukup besar

dalam mempengaruhi kesulitan belajar siswa.

4. Mata Pelajaran Seni Budaya

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 tahun 2006

tentang Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran Seni (SK-KMP) seni

budaya termasuk dalam kelompok mata pelajaran estetika. Seni budaya

adalah sebuah keahlian dalam mewujudkan ide atau gagasan yang memiliki

nilai estetika. Di dalam proses tersebut, terdapat komponen serta imajinasi

pandangan tentang benda, suasana atau karya yang bisa memunculkan rasa

indah (Sulastianto, 2006). Menurut Kartodirdjo (1987), “Seni budaya merupakan sistem yang koheren karena seni budaya dapat menjalankan

komunikasi efektif, antara lain dengan melalui satu bagian saja dapat

menunjukkan keseluruhannya”. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seni budaya merupakan suatu sistem yang koheren yang

di dalamnya terdapat ide atau gagasan yang memiliki beberapa aspek dalam

nilai estetika.

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah

karena keunikan, kebermaknaan dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan

perkembangan peserta didik yang terletak pada pemberian pengalaman estetik

dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui

pendekatan: “belajar dengan seni”, “belajar melalui seni” dan “belajar tentang

(41)

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan memiliki sifat

multilingual, multidimensional dan multikultural. Multilingual bermakna

pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan

berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai

perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam

kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi),

apresiasi dan kreasi dengan cara memadukan secara harmoni unsur estetika,

logika, kinestetika dan etika. Sifat multikultural mengandung makna

pendidikan seni menumbuhkembagakan kesadaran dan kemampuan apresiasi

terhadap beragam budaya Nusantara dan mancanegara (Permendiknas No.22

Tahun 2006 :452). Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis

yang memungkinkan seorang hidup secara beradab serta toleran dalam

masyarakat dan budaya yang majemuk.

Pembelajaran seni budaya bertujuan agar siswa memahami konsep

dan pentingnya seni budaya, menampilkan sikap apresiasi terhadap seni

budaya, menampilkan kreativitas melalui seni budaya, dan menampilkan

peran serta dalam seni budaya tingkat lokal, regional maupun global.

Pelajaran seni budaya meliputi beberapa aspek antara lain seni rupa, seni

musik, seni tari, dan seni teater.

Sesuai dengan Permendiknas no.22 (2006 :453) disebutkan bahwa

mata pelajaran Seni Budaya meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal,

(42)

b. Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan dan nilai dalam

menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak

dan sebagainya.

c. Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengn dan

tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari.

d. Seni teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir dan olah suara

yang pementasannya memadukan unsur seni musik, seni tari dan seni

peran.

Mata pelajaran Seni Budaya, wajib untuk dilaksanakan di setiap

jenjang pendidikan dasar dan menengah. Hal ini termuat dalam

Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 ayat 1 g, bahwa setiap

kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah wajib memuat mata

pelajaran Seni Budaya. Artinya keempat bidang mata pelajaran Seni Budaya

wajib diajarkan di sekolah, walaupun pemerintah sebenarnya telah mengatur

bahwa minimal satu bidang tersebut diajarkan. Hal ini disesuaikan dengan

ketersediaan SDM dan fasilitas yang mendukung. Dengan demikian, secara

eksplisit mata pelajaran Seni Budaya wajib diajarkan, minimal salah satu

bidang di antara keempat bidang. Dalam penelitian ini seni budaya yang

dipelajari siswa di SMP Negeri 6 Yogyakarta adalah mata pelajaran seni

(43)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan berisi literatur-literatur yang terkait objek

yang diteliti. Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian dari Irwan Pambudi (2013) yang berjudul “Identifikasi Faktor

Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 1 Tanjungsari”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

menimbulkan kesulitan pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 1

Tanjungsari. Faktor yang dimaksud adalah faktor internal dan faktor

eksternal serta komponen pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa faktor yang menimbulkan kesulitan belajar di SMP Negeri 1

Tanjungsari terdiri dari faktor internal yang meliputi faktor fisiologis yaitu

kondisi panca indera dan faktor psikologis yaitu minat, motivasi, dan

bakat. Faktor eksternal yang menimbulkan kesulitan belajar meliputi

faktor sosial keluarga dan sekolah dan faktor non sosial yaitu cuaca,

gedung sekolah dan alat pelajaran. Faktor yang menimbulkan kesulitan

pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi

pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Subjek

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang mengikuti mata pelajaran

seni budaya khususnya seni musik. Penelitian yang dilakukan oleh Irwan

Pambudi ini sebagai acuan peneliti karena penelitian ini sejenis dengan

penelitian yang dilakukan.

(44)

Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran seni musik pada siswa kelas V dan

faktor penghambat apa saja yang dihadapi oleh guru di dalam proses

pembelajaran seni musik pada siswa kelas V di SD Kanisius Jomegatan

Kasihan Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses

pembelajaran di kelas menggunakan metode ceramah, metode tanya

jawab, metode demonstrasi dan metode penugasan serta latihan. Adapun

faktor penghambat dalam proses pembelajaran adalah keterbatasan waktu

dalam satu kali pertemuan, keterbatasan pengetahuan guru tentang teori

musik, serta belum tersedianya media pembelajaran (alat musik) yang

menyebabkan siswa tidak berkembang secara optimal. Subjek dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan

Kasihan Bantul Yogyakarta.

Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang

dilakukan adalah sama-sama melakukan penelitian tentang faktor kesulitan

pembelajaran seni budaya. Hanya saja kedua penelitian sebelumnya

khusus meneliti mata pelajaran seni musik saja. Berdasarkan dari

penelitian sebelumnya penulis menjadikan penelitian tersebut sebagai

(45)

C. Kerangka Pikir

Pendidikan mempunyai peran penting di dalam menentukan

perkembangan dan proses pembentukan individu, menuju kedewasaan yang

sanggup bertanggung jawab terhadap diri masyarakat dan bangsa. Pendidikan

adalah usaha terencana yang dilaksanakan untuk mendukung proses

pembelajaran.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan dapat ditempuh melalui salah

satunya peningkatan kualitas pembelajaran. Pada setiap proses pembelajaran

yang dialami peserta didik tidak selamanya lancar sesuai dengan yang

diinginkan, masih terdapat kesulitan atau hambatan. Ada banyak faktor yang

mempengaruhi proses pembelajaran, berdasarkan pendapat Suryabrata (1982

:21) faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa adalah faktor dari dalam

diri (internal) dan luar (eksternal) siswa.

Faktor internal yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa meliputi

minat siswa, motivasi siswa, bakat siswa dan intelegensi siswa. Faktor

eksternal yang mempengaruhi kesulitan proses pembelajaran siswa adalah

keluarga yang mendukung dan membimbing siswa di luar sekolah, guru

sebagai pembimbing siswa, metode mengajar guru, gedung sekolah dan

alat-alat penunjang dalam belajar seni budaya. Ada pula kondisi lingkungan

masyarakat seperti teman sebaya, waktu belajar, lokasi sekolah dan keadaan

cuaca. Faktor-faktor tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam

(46)

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yang mempunyai sifat

deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk

menguji faktor-faktor tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel

(Creswell, 2010 :5). Menurut Azwar (2012 :5), “penelitian kuantitatif

menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah

dengan metode statistika”. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh

signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel

yang diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survei.

Menurut Suharsimi (1992 :312), “survei merupakan satu jenis

penelitian yang banyak dilakukan oleh peneliti dalam bidang sosiologi, bisnis,

politik, pemerintah dan pendidikan serta digunakan untuk pengumpulan data

yang luas dan banyak”. Dalam rancangan survei, dideskripsikan secara

kuantitatif (angka-angka) kecenderungan, perilaku, atau opini dari

faktor-faktor kesulitan pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta

dengan meneliti siswa sebagai sampel populasi tersebut.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala bervariasi, yang menjadi objek penelitian atau

(47)

Variabel dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi

kesulitan pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat atau lingkungan yang digunakan

untuk melaksanakan kegiatan penelitian. Penelitian dilaksanakan di SMP

Negeri 6 Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2015.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi menurut Sukandar (2006 :47) adalah keseluruhan obyek

penelitian baik terdiri dari benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun

gejalan yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan

sama. Pendapat lain dari Arikunto (2002 :108) bahwa, “populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian”.

Populasi dirumuskan sebagai semua anggota sekelompok orang,

kejadian atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas (Donald Ary, 1982:

189). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa populasi

adalah keseluruhan obyek penelitian baik sekelompok orang, peristiwa dan

benda abstrak yang merupakan sumber data serta telah dirumuskan secara

jelas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP

(48)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti

(Arikunto, 2002 :109). Menurut Sukandar (2006) sampel adalah bagian dari

populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari obyek yang merupakan

sumber data. Dengan demikian sampel adalah sebagian atau wakil dari

populasi yang merupakan sumber data.

Apabila dari jumlah anggota populasi sesudah dipertimbangkan cukup

diambil sebuah sampel, maka hasil pengujian sampel tersebut akan mewakili

anggota populasi. Dalam penelitian ini sampel yang akan diteliti adalah

siswa-siswi kelas VII A, VII B, VII C, VII D, VII E dan VII G SMP Negeri 6

Yogyakarta. Kelas VII F tidak dimasukkan ke dalam populasi karena kelas ini

dijadikan sebagai kelas untuk uji validitas intrumen.

Sampel merupakan sebagian dari populasi, tentu ia harus memiliki

ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya dan juga analisis penelitian ditujukan

pada data sampel sedangkan kesimpulannya nanti akan diterapkan pada

populasi. Sangatlah penting untuk memperoleh sampel yang benar-benar

dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain

sampel harus representatif (Suharsimi, 2002 :111).

Beberapa macam teknik pengambilan sampel yang dapat dipakai

peneliti untuk memperoleh sampel yang akan mewakili populasi tersebut

dengan baik. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan sampel acak atau random sampling ialah bahwa semua

(49)

subjek-subjek di dalam populasi dan tidak terikat untuk dimasukkan ke dalam

sampel.

Menurut Notoatmojo (2003) untuk populasi kecil atau lebih kecil dari

10.000 maka untuk menetapkan jumlah sampel menggunakan formulasi

sederana, yaitu :

Keterangan:

N : besar populasi

n : besar sampel

d : tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan 0.1

Cara pengambilan sampel:

dibulatkan menjadi 64 orang

Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 orang yang diambil dari

kelas VII A yang berjumlah 9 anak, VII B berjumlah 12 anak, VII C

berjumlah 12 anak, VII D berjumlah 11 anak, VII E berjumlah 9 anak dan VII

(50)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2002 :62) merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner.

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi, 2002 :128). Dalam

hal ini yang dimaksud dengan responden adalah orang yang menerima dan

mengisi daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Responden dalam

penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 6 Yogyakarta.

Angket digunakan untuk mengetahui faktor penyebab kesulitan

pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta. Angket ditujukan

kepada responden yaitu siswa-siswi kelas VII yang merupakan sampel

penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu fasilitas alat ukur yang digunakan

untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati peneliti agar

mempermudah pekerjaan dan hasilnya lebih cermat, lengkap serta sistematis.

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah angket atau kuisioner.

Menurut cara memberikan respon, angket dibedakan menjadi dua jenis yaitu

(51)

disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden dapat

memberikan isian sesuai dengan kehendak atau keadaannya (Suharsimi, 2002

:128), sedangkan angket tertutup adalah angket yang sudah disediakan

jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban (Suharsimi, 2002

:129).

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

tertutup. Angket yang pertama adalah angket faktor kesulitan pembelajaran

seni budaya. Butir-butir pada angket digunakan untuk mengetahui

faktor-faktor penyebab kesulitan pembelajaran seni budaya yang dipandang dari

faktor internal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal dari luar diri siswa.

Teknik pelaksanaan pengambilan data dengan cara membagikan angket

secara acak dan untuk masing-masing kelas setiap siswa diberikan 35 butir

soal yang bersifat positif dan bersifat negatif. Instrumen disusun dalam skala

bertingkat dengan alternatif pilihan. Agar data yang diperoleh bersifat

kuantitatif, maka setiap skala diberi skor untuk jawaban sangat setuju (SS) :

4, setuju (S) : 3, tidak setuju (TS) : 2, sangat tidak setuju (STS) : 1.

Angket yang kedua adalah angket proses pembelajaran seni budaya.

Butir-butir angket proses pembelajaran seni budaya dipandang dari

komponen-komponen pembelajaran yaitu tujuan pembelajaran, materi

pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi

pembelajaran. Diberikan 10 butir soal yang bersifat positif dan bersifat

negatif. Setiap skala diberi skor untuk jawaban sangat setuju (SS) : 4, setuju

(52)

Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen faktor kesulitan pembelajaran

seni budaya dan kisi-kisi proses pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 6

(53)
[image:53.595.113.515.162.696.2]

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Faktor Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta

No. Faktor Aspek Indikator No.Item

1

Internal

Fisiologis

Kesehatan siswa pada saat

pembelajaran Seni Budaya 1 (+), 28 (-)

Kesehatan panca indera siswa saat mengikuti pembelajaran Seni Budaya

2 (+)

Psikologis

Sikap siswa terhadap pembelajaran Seni Budaya

3 (-), 26 (+), 29 (+)

Ketertarikan siswa terhadap

pembelajaran Seni Budaya 23 (+), 16 (-) Usaha untuk belajar Seni Budaya 6 (+), 30 (-) Perhatian siswa terhadap

pembelajaran Seni Budaya 5 (+), 20 (-) Pemahaman siswa terhadap

materi Seni Budaya 7 (+), 9 (-) Kemampuan menyelesaikan tugas

Seni Budaya 8 (-), 14 (+) Kecakapan dalam menyelesaikan

tugas Seni Budaya 10 (+), 27 (+) 2

Eksternal

Sosial

Suasana di rumah siswa 11 (+) Keadaan ekonomi keluarga siswa 12 (+) Metode mengajar guru 25 (+) Penguasaan materi guru 13 (+) Hubungan guru dan siswa 15 (+) Kondisi lingkungan masyarakat

sekitar siswa 17 (+)

Nonsosial

Keadaan udara di dalam kelas

saat belajar berlangsung 24 (+)

Pembagian waktu belajar siswa 4 (+) Gedung sekolah tempat belajar

siswa 21 (+), 22 (-)

(54)
[image:54.595.116.512.148.243.2]

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrument Proses Pembelajaran Seni Budaya

No. Variabel Indikator No. Item

1

Desain Pembelajaran

Tujuan pembelajaran 1(-) Materi pembelajaran 2(+), 6(+) Strategi pembelajaran 4(+), 7(+) Media pembelajaran 3(+) Evaluasi pembelajaran 5(+), 8(+)

G. Validitas dan Reliabilitas

Suatu instrumen dinyatakan valid jika instrumen tersebut mampu

mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen yang baik harus memenuhi dua

persyaratan penting, yaitu valid dan reliable (Suharsimi, 2002 :144). Sebelum

penelitian dilaksanakan maka diadakan uji coba intrumen terlebih dahulu

untuk mengetahui validitas dan realibilitas pada instrumen yang akan digunakan.

1. Validitas

Suharsimi (2002 :144) berpendapat bahwa validitas adalah suatu

ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrumen. Validitas dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen

tersebut sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel peneliti

yang dimaksud.

Uji validitas instrumen ini dilakukan pada siswa kelas VII F SMP

Negeri 6 Yogyakarta yang berjumlah 30 siswa. Selanjutnya data uji validitas

(55)

Keterangan:

= koefisien korelasi antara X dan Y

= jumlah subyek

= jumlah skor butir soal

= jumlah skor total

= jumlah kuadrat skor butir soal X

= jumlah kuadrat jumlah total

= jumlah perkalian X dan Y

Setelah dilakukan uji validitas instrumen faktor kesulitan belajar

Seni Budaya, dari 35 butir pernyataan yang diujikan terdapat 30 butir

pernyataan yang dinyatakan valid karena diperoleh nilai validitas r hitung

lebih dari r tabel untuk n= 30 yaitu 0,361 dengan kata lain memiliki nilai

signifikansi yang kurang dari 0,05 dan 5 butir pernyataan dinyatakan tidak

valid karena memiliki nilai signifikansi yang lebih dari 0,05. Pada instrumen

proses pembelajaran, dari 10 butir pernyataan yang diujikan 8 butir

pernyataan dinyatakan valid karena memiliki nilai signifikansi kurang dari

0,05 dan 2 butir pernyataan dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai

signifikansi yang lebih dari 0,05.

2. Reliabilitas

(56)

sesuatu. Apabila datanya sudah benar sesuai dengan kenyataan, maka data

akan tetap sama walaupun berkali-kali di uji cobakan. Dalam hal ini yang

dapat dipercaya adalah datanya bukan instrumennya. Uji reliabilitas dalam

penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut:

Keterangan:

= reliabilitas instrumen

= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= jumlah varians butir

= varians total

Setelah kuisioner reliabilitas instrumen diketahui, selanjutnya angka

[image:56.595.152.499.516.606.2]

tersebut diinterpretasikan dengan tingkat keandalan koefisien korelasi yaitu:

Tabel 3. Interpretasi Nilai r

Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan

program SPSS 17,0 for windows menggunakan rumus Alpha, diperoleh nilai koefisien reliabilitas instrumen faktor kesulitan belajar Seni Budaya sebesar

0,874. Hal ini berarti instrumen penelitian memiliki tingkat reliabilitas yang

(57)

reliabilitas sebesar 0,751. Hal ini berarti intrumen penelitian memiliki tingkat

reliabilitas yang tinggi.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden

atau sumber data lain terkumpul. Data dianalisis menggunakan statistik

deskriptif dengan cara memasukkan seluruh data kemudian diolah secara

statistik deskriptif yang digunakan untuk melaporkan hasil dalam bentuk

distribusi frekuensi dan porsentase (%) dari masing-masing item. Dalam

penelitian ini, menggunakan analisis univariat

Gambar

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Faktor Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrument Proses Pembelajaran Seni Budaya
Tabel 3. Interpretasi Nilai r
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Kesehatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu pemberian pengalaman estetik – melalui kegiatan apresiasi dan kreasi dipandang penting sebagai cara dalam pembelajaran pendidikan seni budaya di

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan prestasi belajar mata pelajaran seni budaya bidang seni musik dengan seni rupa siswa kelas VII

Berdasarkan hasil dan diskusi penelitian mengenai pelaksanaan pembelajaran kurikulum mandiri pada Mata Pelajaran Seni Budaya kelas VII di SMP Negeri 4 Surabaya diberikan

Naskah drama yang akan digunakan sebagai media pembelajaran Seni Budaya kelas VII SMP N 16 Yogyakarta ialah naskah drama Cici Meni.. Upaya memperkenalkan kembali dongeng

Pembuatan media pembelajaran alat musik tradisional menggunakan android pada mata pelajaran seni budaya di SMP Negeri 4 Tulungagung ini merupakan upaya yang

PERAN GURU DALAM MEMOTIVASI SISWA YANG KESULITAN BELAJAR PADA PEMBELAJARAN PKN DI KELAS VIII SMP NEGERI 6

Berdasarkan hasil dan diskusi penelitian mengenai pelaksanaan pembelajaran kurikulum mandiri pada Mata Pelajaran Seni Budaya kelas VII di SMP Negeri 4 Surabaya diberikan saran-saran

JURNAL PENDIDIKAN DAN KONSLEING VOLUME 5 NOMOR 4 TAHUN 2023 664 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu Kelas VIII SMP Negeri 2