SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Disusun oleh :
Dian Sedyasih Ken Utami 11208241048
JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Dian Sedyasih Ken Utami
NIM : 11208241048
Program Studi : Pendidikan Seni Musik
Fakultas : Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
Menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis oleh
orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan
mengikuti cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.
Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya.
Yogyakarta, 9 Maret 2016
Penulis,
Memulaidenganpenuhkeyakinan Menjalankandenganpenuhkeikhlasan Menyelesaikandenganpenuhkebahagiaan
Skripsi ini dipersembahkan untuk :
Bapak dan Ibu
Terima kasih atas kasih sayang yang begitu tulus sampai sekarang, dukungan dan
doa yang selalu diberikan.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat, taufik dan
hidayahNya, sehingga dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6
Yogyakarta” dapat berjalan dengan lancar. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagaian dari persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana.
Sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya Tugas Akhir Skripsi ini,
penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Tanpa bantuan tersebut, penulis mungkin tidak dapat
menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, dengan rasa
hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Pujiwiyana, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktu, memberi bimbingan, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini;
2. Panca Putri Rusdewanti, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktu, memberi bimbingan, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini;
3. Ibu Retna Wuryaningsih, M.Pd.,selaku kepala SMP Negeri 6 Yogyakarta yang
telah memberikan ijin melaksanakan penelitian;
4. Ibu Yustina Sri Ary Wahyuni, S.Pd., selaku guru mata pelajaran seni budaya
tugas akhir skripsi.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu saran dan masukan sangat diharapkan demi peningkatan di masa-masa
yang akan datang. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun bagi para pembaca.
Yogyakarta, 9 Maret 2016
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
ABSTRAK ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Batasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori ... 10
1. Pembelajaran ... 10
a. Tujuan Pembelajaran ... 11
b. Materi Pembelajaran ... 13
c. Strategi Pembelajaran ... 14
d. Media Pembelajaran ... 16
e. Evaluasi Pembelajaran ... 18
2. Kesulitan Belajar ... 20
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar ... 21
4. Mata Pelajaran Seni Budaya ... 24
B. Penelitian yang Relevan ... 27
C. Kerangka Berpikir ... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 30
B. Variabel Penelitian ... 30
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
D. Populasi dan Sampel ... 31
1. Populasi ... 31
2. Sampel ... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ... 34
F. Instrumen Penelitian ... 34
G. Validitas dan Reliabilitas ... 38
1. Validitas ... 38
2. Reliabilitas ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 42
1. Data Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta Ditinjau dari Faktor Internal ... 42
1) Faktor Fisiologis ... 42
2) Faktor Psikologis ... 45
2. Data Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta Ditinjau dari Faktor Eksternal ... 50
1) Faktor Sosial ... 50
2) Faktor Non-sosial ... 53
3. Data Faktor-Faktor Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta Ditinjau dari Komponen Pembelajaran ... 58
B. Pembahasan ... 64
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 69
B. Implikasi ... 71
C. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Faktor Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya
di SMP Negeri 6 Yogyakarta ... 37
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Proses Pembelajaran Seni Budaya di SMP
Negeri 6 Yogyakarta ... 38
Tabel 3. Interpretasi Nilai r ... 40
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam
Aspek Kesehatan ... 42
Tabel 5. Distribusi Freakuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek
Panca Indera ... 44
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Minat 45
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek
Motivasi ... 46
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Bakat 47
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek
Intelegensi ... 49
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek
Keluarga... 50
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek
Sekolah ... 51
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek
Masyarakat Sekitar Lingkungan Siswa ... 52
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek
Keadaan Udara saat Kegiatan Belajar ... 54
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek Waktu
Belajar ... 55
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Belajar dalam Aspek
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Pembelajaran dalam Aspek
Tujuan Pembelajaran ... 59
Tabel 18. Distribusin Frekuensi Faktor Kesulitan Pembelajaran dalam Aspek
Materi Pembelajaran ... 60
Tabel 19. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Pembelajaran dalam Aspek
Media Pembelajaran ... 61
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Pembelajaran dalam Aspek
Evaluasi Pembelajaran ... 62
Tabel 21. Distribusi Frekuensi Faktor Kesulitan Pembelajaran dalam Aspek
Gambar 1. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya
Ditinjau dari aspek kesehatan……… 43
Gambar 2. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya
Ditinjau dari aspek panca indera……….…….. 44
Gambar 3. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya
Ditinjau dari aspek minat……….... 46
Gambar 4. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya
Ditinjau dari aspek motivasi………... 47
Gambar 5. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya
Ditinjau dari aspek bakat ……….. 48
Gambar 6. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya
Ditinjau dari aspek intelegensi……….. 49
Gambar 7. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya
Ditinjau dari aspek keluarga……….. 51
Gambar 8. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya
Ditinjau dari aspek sekolah……… 52
Gambar 9. Pie chart faktor kesulitan yang mempengaruhi belajar seni budaya
Ditinjau dari aspek masyarakat………. 53
Gambar 10. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya
Ditinjau dari aspek keadaan udara………. 54
Gambar 11. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya
Ditinjau dari aspek waktu belajar ……….. 55
Gambar 12. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya
Ditinjau dari aspek media belajar ……….. 57
Gambar 13. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar seni budaya
Ditinjau dari aspek gedung sekolah……….. 58
Gambar 14. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan pembelajaran seni
Gambar 16. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan pembelajaran seni
Budaya ditinjau dari aspek media pembelajaran ……….. 61 Gambar 17. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan pembelajaran seni
Budaya ditinjau dari aspek evaluasi pembelajaran………. 62 Gambar 18. Pie chart faktor yang mempengaruhi kesulitan pembelajaran seni
Oleh :
Dian Sedyasih Ken Utami 11208241048
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, menggunakan metode survey. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 6 Yogykarta berjumlah 180 siswa. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling acak sederhana, siswa yang menjadi sampel sebanyak 64 siswa. Instrumen pengambilan data menggunakan rumus korelasi Pearson product moment dan untuk menguji tingkat validitas dalam penelitian ini dilakukan uji coba intrumen di kelas yang berbeda. Analisis data menggunakan teknik statistic deskriptif. Perolehan data dengan menggunakan angket faktor kesulitan belajar dan angket proses pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menimbulkan kesulitan belajar yaitu faktor internal terdiri atas faktor fisiologis yang meliputi kesehatan siswa (75%) dan kondisi panca indera (92,2%), faktor psikologis yang meliputi bakat (53,1%) dan intelegensi (54,7%). Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial yang meliputi sekolah (68,75%) serta faktor non-sosial yang meliputi pembagian waktu belajar (67,2%), media belajar (56,25%). Faktor yang menimbulkan kesulitan pembelajaran ditinjau dari komponen pembelajaran adalah tujuan pembelajaran (67,2%), media pembelajaran (84,4%) dan evaluasi pembelajaran (65,6%).
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses tanpa akhir yang diupayakan oleh siapa pun
terutama sebagai tanggung jawab Negara. Sebagai sebuah upaya untuk
meningkatkan kesadaran di ilmu pengetahuan, pendidikan telah ada seiring
dengan lahirnya peradaban manusia. Dalam hal inilah letak pendidikan dalam
masyarakat sebenarnya mengikuti perkembangan corak sejarah manusia.
(Nurani, 2015 : 21)
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1, dinyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan di sini menegaskan bahwa pendidikan hendaknya tercipta sebuah
wadah di mana peserta didik bisa secara aktif mempertajam dan
memunculkan ke permukaan potensi-potensinya sehingga menjadi
kemampuan-kemampuan yang dimiliki secara alamiah. (Latif, 2009 : 110)
Berbicara masalah pendidikan dan perkembangan peradaban manusia,
penanaman peningkatan ilmu pengetahuan disini hanya bisa dilakukan
masyarakat. Dalam pendidikan terjadi suatu kegiatan belajar dimana kegiatan
belajar tersebut terdapat beberapa hal pokok yang terjadi. Dengan belajar
akan membawa pada perubahan, dan perubahan tersebut terjadi karena
adanya usaha dan kecakapan meraih prestasi dalam proses belajar mengajar
di kelas. Keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada
usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri.
Tujuan pendidikan itu sendiri adalah menciptakan seseorang yang
berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan
untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi
secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu
sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Dan salah satu komponen pendidikan yang sangat penting adalah kurikulum
pendidikan.
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu
periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan
dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Mengingat pentingnya peningkatan pendidikan, pemerintah Indonesia telah
berusaha keras dalam menyusun kurikulum baru agar terciptanya sumber
daya manusia yang berkualitas. Kurikulum di Indonesia saat ini telah
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter dan
kompetensi yang mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan
materi menjadi materi ke pendidikan sebagai proses, melalui pendekatan
tematik integratif dan pendekatan scientific dengan pembelajaran contextual
teaching and learning (CTL) dan model pembelajaran discovery learning,
problem dan project based learning. Kurikulum 2013 ini menjanjikan lahirnya
generasi penerus bangsa yang produktif, kreativ, inovatif, dan berkarakter.
Dengan kreativitas, anak-anak bangsa mampu berinovasi secara produktif
untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks.
Tujuan kurikulum 2013 ini dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif
dan inovatif berkesinambungan dengan tujuan pendidikan nasional untuk
membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat.
Saat ini seluruh pembelajaran di semua jenjang pendidikan di
Indonesia menggunakan kurikulum 2013. Namun pada kenyataannya
pembelajaran tersebut masih belum terlaksana dengan baik sesuai dengan
standar isi yang tercantum dalam kurikulum 2013 karena kurangnya
sosialisasi kurikulum 2013 terhadap para guru, sarana dan prasarana
penerapan kurikulum yang belum memadai, sehingga hal ini berdampak
kepada kesiapan siswa dalam menerima kurikulum 2013. Kenyataan ini perlu
diakui oleh sekolah, guru, dan siswa yang sulit menerapkan kurikulum
tersebut dan banyak guru yang belum menerima sosialisasi tentang kurikulum
2013 serta siswa yang belum membiasakan diri dengan pembelajaran
Ada beberapa kemungkinan permasalahan, kendala, hambatan dan
pendapat yang muncul, mungkin saja penerapan kurikulum 2013 belum
terlaksana dengan baik sesuai materi yang tercantum dalam standar isi dan
tuntutan kurikulum 2013 yang mungkin terlalu sulit bagi siswa, waktu yang
terbatas, sarana dan prasarana yang kurang memadai, metode dan media yang
kurang cocok, atau mungkin lain permasalahannya ada pada siswanya yang
belum terbiasa.
Hal ini seperti yang terlihat di salah satu lembaga pendidikan di
Indonesia yaitu SMP Negeri 6 Yogyakarta. Dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan pada saat Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 6
Yogyakarta, dalam kegiatan pembelajaran terutama mata pelajaran seni
budaya masih terdapat banyak kesulitan bagi siswa. Mata pelajaran seni
budaya merupakan salah satu materi pelajaran yang diberikan di sekolah
mulai dari sekolah tingkat dasar sampai tingkat lanjut. Tujuan dari mata
pelajaran seni budaya khususnya pada satuan pendidikan menengah pertama
adalah agar siswa dapat memahami konsep dan pentingnya seni budaya,
menampilkan sikap apresiatif terhadap seni budaya, menampilkan kreativitas
melalui seni budaya, dan menampilkan peran serta dalam seni budaya dalam
tingkat lokal, regional, maupun global.
Mata pelajaran Seni Budaya dalam kurikulum 2013 diajarkan dengan
tujuan untuk menumbuhkembangkan kepekaan rasa estetik dan artistik, sikap
kritis, apresiatif, dan kreatif pada diri setiap peserta didik secara menyeluruh.
SMP terdiri dari empat aspek yaitu seni rupa, seni musik, seni tari dan seni
teater. Alokasi waktu yang diberikan tiap minggunya sebanyak 2 jam
pelajaran dengan masing-masing lama tiap jamnya 45 menit.
Permasalahan yang muncul di dalam proses pembelajaran ini terjadi di
SMP Negeri 6 Yogyakarta. Kesulitan pembelajaran ini menyebabkan siswa
tidak dapat memahami, mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni.
Dalam proses pembelajaran di kelas masih banyak siswa yang kurang
memperhatikan guru saat menyampaikan materi mata pelajaran seni budaya,
maupun berdiskusi dengan siswa lain di luar materi pembelajaran sehingga
menyebabkan siswa tidak dapat memahami apa yang disampaikan guru di
depan kelas.
Selain itu juga, ada beberapa siswa dari setiap kelas yang tidak hafal
dengan lagu daerah dan tidak banyak mengetahui nama-nama alat musik
tradisional seperti gamelan. Bahkan ada siswa yang tidak hafal dengan syair
dan melodi lagu daerah yang dipilihnya sendiri saat diminta guru untuk
menyanyikan salah satu lagu daerah. Ada pula beberapa siswa yang meminta
untuk tidak menyanyikan lagu daerah, tetapi diganti dengan lagu-lagu pop
dan barat yang sedang tenar di pasaran.
Motivasi siswa terhadap pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 6
Yogyakarta perlu ditingkatkan, oleh karena pelajaran seni budaya sebaiknya
mempunyai bobot yang sama dengan mata pelajaran lain supaya siswa tidak
menganggap mata pelajaran yang satu lebih penting dari mata pelajaran yang
bahwa mereka akan bersungguh-sungguh dan disiplin dalam mengikuti
pelajaran seni budaya, baik teori mapun praktek sehingga hasil yang akan
mereka peroleh benar-benar maksimal.
Minat sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, pada umumnya
semakin tinggi minat yang ada pada siswa dan dapat disalurkan, serta
mendapat dorongan dengan baik maka minat tersebut akan menjadikan siswa
belajar dengan antusias tinggi.
Apresiasi siswa terhadap mata pelajaran seni budaya dapat
ditumbuhkembangkan dengan metode guru yang tepat. Berbagai hal yang
dapat meningkatkan apresiasi perlu disadari guru sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang membuat siswa apresiatif terhadap mata pelajaran seni
budaya. Guru seni budaya yang kompeten yaitu yang menguasai,
merencanakan, dan melaksanakan strategi pembelajaran seni budaya.
Penguasaan strategi pembelajaran mencakup: strategi pengorganisasian,
strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan pengajaran.
Strategi penyampaian pengajaran merupakan salah satu bagian
penting keterampilan yang perlu dikuasai guru seni budaya. Strategi
penyampaian pengajaran berkaitan dengan keterampilan guru menerapkan
langkah-langkah menyajikan materi pembelajaran, meliputi keterampilan:
menyajikan materi pembelajaran, menerapkan pendekatan atau metode
pembelajaran, menggunakan media pembelajaran dan asesmen sesuai
perencanaan pembelajaran. Selain itu tidak semua guru yang mengajar seni
seni tari, seni rupa dan seni teater. Yang terjadi pada saat pengamatan
pelajaran seni musik diajarkan oleh guru mata pelajaran lain.
Dari berbagai faktor yang melatarbelakangi di atas, untuk mengatasi
dan meningkatkan mutu pendidikan baik bagi sekolah maupun sumber daya
kualitas siswa sehingga perlu diadakan suatu penelitian. Dalam hal ini,
peneliti tertarik untuk melakukan penilitian ini. Dalam penelitian ini peneliti
mengambil judul: “Faktor-Faktor Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di
SMP Negeri 6 Yogyakarta”. Diharapkan dengan diadakannya penelitian ini dapat mengetahui faktor-faktor kesulitan pembelajaran seni budaya dan
membantu siswa agar lebih baik dalam proses belajarnya.
B. Identifikasi Masalah
1. Penerapan kurikulum pendidikan menengah masih kurang efektif.
2. Kurangnya minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran seni budaya
di sekolah.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor
kesulitan yang dialami siswa SMP Negeri 6 Yogyakarta dalam pembelajaran
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut, rumusan masalah yang diteliti
adalah sebagai berikut : Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi
kesulitan pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
kesulitan pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
mengembangkan metode pendidikan dan model pembelajaran seni budaya
khusunya.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman dalam
proses pembelajaran Seni Budaya serta meningkatkan pengetahuan dan
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat mengetahui faktor-faktor kesulitan pembelajaran
Seni Budaya sekaligus cara untuk mengatasi kesulitan tersebut agar
dapat meningkatkan pembelajaran Seni Budaya di kelas dengan proses
pembelajaran yang lebih variatif dan kreatif sehingga tercapai tujuan
dari mata pelajaran tersebut.
c. Bagi Peserta Didik
Penelitian ini dapat membantu menangani kesulitan belajar dan dapat
meningkatkan kreativitas peserta didik dalam mengapresiasi dan
mengekspresikan karya seni dengan baik. Tidak hanya dalam pelajaran
sehari-hari tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
d. Bagi Sekolah
Penelitian ini sebagai wacana untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran khususnya Seni Budaya agar tujuan pendidikan dapat
A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran
Pembelajaran atau proses belajar sering dipahami dengan proses
belajar mengajar yang di dalamnya terjadi interaksi antara guru dengan siswa
dan antar sesama siswa untuk mencapai tujuan yaitu terjadinya perubahan
sikap dan tingkah laku. Sebenarnya belajar bisa saja terjadi tanpa
pembelajaran, namun hasil belajar akan tampak jelas dan mudah untuk
diamati. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa dapat ikut
secara aktif di dalamnya.
Pembelajaran terdapat bermacam-macam komponen. Menurut
Suprapto (2003 :9) komponen pembelajaran antara lain tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran,
pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut
pembelajaran. Winataputra (2007 :21) juga berpendapat bahwa komponen
pembelajaran saling berkaitan satu sama lain. Komponen tersebut antara lain
tujuan, materi, kegiatan dan evaluasi pembelajaran. Hamalik (1999 :66)
berpendapat bahwa unsur-unsur minimal yang harus ada di dalam
pembelajaran adalah seorang siswa/peserta didik, suatu tujuan dan suatu
prosedur kerja untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan
dalam pembelajaran. Komponen-komponen tersebut yang terdiri dari tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Untuk menentukan faktor kesulitan
pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan survei pada lima komponen
tersebut.
a. Tujuan Pembelajaran
Salah satu tahapan dalam proses desain pembelajaran adalah
merumuskan dan menulis tujuan-tujuan pembelajaran. Dalam
perencanaan, tujuan memberikan petunjuk untuk memilih isi mata
pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dan
memilih alat-alat bantu pembelajaran dan prosedur pembelajaran serta
menentukan ukuran standar untuk mengukur prestasi siswa. Oleh sebab itu
agar proses pembelajaran di kelas dapat terkonsep dengan baik, maka
seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dari mata pelajaran yang menjadi tanggung
jawabnya.
Robert F. Mager (dalam Aunurrahman, 2012) mengemukakan
bahwa, “Tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu”. Menurut Aunurrahman (2012 :34) bahwa,
dirinya sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki sikap, tingkah laku dan kebiasaan yang baik”.
Dari beberapa rumusan para ahli tentang tujuan pembelajaran dapat
disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah upaya membekali siswa
dengan kemampuan-kemampuan yang bersifat pemahaman moral agar
tercapai perubahan perilaku sebagai pribadi yang baik atau positif dan
keterampilan atau kompetensi siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi,
tujuan yang harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk
kompetensi. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang
tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan
menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku
sehari-hari. Dalam kompetensi sebagai tujuan, di dalamnya terdapat beberapa
aspek, yaitu:
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan dalam bidang kognitif.
2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu.
3. Kemahiran (skill), yaitu kemampuan individu untuk melaksanakan secara praktik tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
4. Nilai (value), yaitu norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu. Nilai inilah yang selanjutnya akan menuntun setiap individu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
5. Sikap (attitude), yaitu pandangan individu terhadap sesuatu. 6. Minat (interest), yaitu kecenderungan individu untuk melakukan
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat
tertentu bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002)
mengidentifikasi empat manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar
mengajar kepada siswa, sehingga dapat melakukan perbuatan
belajarnya secara lebih mandiri.
2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar.
3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran.
4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.
b. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam proses
belajar mengajar, yang menempati kedudukan yang menentukan
keberhasilan belajar mengajar yang berkaitan dengan ketercapaian tujuan
pembelajaran, serta menentukan kegiatan-kegiatan belajar mengajar.
Menurut Arikunto (dalam Djamarah Syaiful dan Zain, 2006 :43) materi
pembelajaran merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar
mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk
dikuasai oleh siswa. Bahan yang dimaksudkan dapat berupa bahan tertulis
dan tidak tertulis. Panen (2001) mengungkapkan bahwa bahan ajar
merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara
sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran
Berdasarkan definisi di atas dapat dijabarkan bahwa materi
pembelajaran merupakan komponen pembelajaran yang disusun secara
sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan oleh guru
sebagai bahan belajar bagi siswa dan membantu guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Tanpa materi pembelajaran proses
pembelajaran tidak akan berjalan.
c. Strategi Pembelajaran
Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Jika dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa
diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Menurut Sanjaya (2009 :126) dalam dunia pendidikan, strategi
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan Kemp
(1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari pendapat
tersebut, Dick dan Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan/rangkaian kegiatan yang
termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti di dalam penyusunan suatu
strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai
pada tindakan.
Prawiradilaga (2007 :33-34) mengklasifikasikan 3 strategi
sebagaimana berikut:
a. Strategi Pengorganisian
Strategi ini merupakan metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pengajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format dan lainnya yang setingkat dengan itu. Strategi pengorganisasian dibedakan menjadi dua yakni, strategi mikro dan makro. Strategi mikro mengacu pada metode untuk pengorganisasian isi pengajaran yang berkisar pada suatu konsep atau prosedur atau
prinsip. Sedangkan makro mengacu pada metode untuk
mengorganisasi isi pengajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep prosedur dan prinsip.
b. Strategi Penyampaian
Strategi ini merupakan metode untuk menyampaikan pengajaran kepada siswa dan untuk menerima, merespon masukan yang berasal dari siswa. Media pengajaran merupakan bidang kajian utama dari strategi ini. Fungsi dari strategi ini terbagi menjadi dua, yaitu menyampaikan isi pengajaran kepada si belajar dan menyediakan informasi yang diperlukan siswa.
c. Strategi Pengelolaan
Sementara Majid (2014 :10-11) mengklasifikasikan jenis strategi
pembelajaran menjadi lima, yaitu:
a. Strategi Pembelajaran Langsung
Strategi pembelajaran langsung adalah strategi yang berpusat pada guru dan paling sering digunakan dalam proses pembelajaran. Majid (2014 :73) berpendapat bahwa pengajaran langsung berpusat pada guru dan harus menjamin keterlibatan siswa. Guru menyampaikan materi dalam format yang terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan menguji keterampilan pada siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Strategi ini sangat efektif dalam membangun keterampilan tahap demi tahap.
b. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung
Strategi pembelajaran tidak langsung merupakan strategi yang berpusat pada siswa. Strategi ini memperlihatkan keterlibatan yang tinggi dalam proses pembelajaran. Guru beralih fungsi dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung dan sumber personal. Guru merancang lingkungan belajar dan memberikan kesempatan siswa untuk terlibat. c. Strategi Pembelajaran Interaktif
Strategi pembelajaran interaktif juga merupakan strategi yang berpusat pada siswa. Strategi pembelajaran ini merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi antar siswa. Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman, pandangan dan pengetahuan guru atau kelompok, serta mencoba mencari alternative dalam berpikir. Bentuk pembelajaran dalam strategi ini diantaranya adalah diskusi kelompok kecil, dan kerjasama siswa secara berpasangan.
d. Strategi Pembelajaran Melalui Pengalaman
Strategi pembelajaran melalui pengalaman berpusat pada siswa dan berorientasi pada aktivitas. Penekanan dalam strategi ini adalah proses belajar dan bukan hasil belajar.
e. Strategi Pembelajaran Mandiri
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian dan peningkatan diri. Fokusnya adalah para perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga dapat dilakukan dengan teman sebaya atau sebagai bagian dari kelompok kecil. Strategi ini
digunakan untuk membentuk siswa agar mandiri dan
bertanggungjawab.
d. Media Pembelajaran
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi
Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan berbagai media
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan
media bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses
pembelajaran, tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran menjadi lebih
menarik. Media bukan hanya alat atau bahan saja, tetapi hal-hal lain yang
bisa memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan.
Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai
kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media
pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik (Wina, 2009:163).
Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan
sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran.
Rossi dan Breidle (1966: 3) mengemukakan bahwa media pembelajaran
adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan
pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya.
Menurut Rossi alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan
diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran.
Sementara Gerlach dan Ely (1980: 244) menyatakan secara umum
media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Jadi, dalam pengertian yang
dikemukakan Gerlach media bukan hanya alat perantara seperti TV, radio,
belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata,
simulasi, dan lain sebagainnya yang dikondisikan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah
keterampilan.
Selain pengertian di atas, ada juga yang berpendapat bahwa media
pengajaran meliputi perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software). Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan
seperti overhead projector, radio, TV dan sebagainya. Sedangkan software
adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang
terdapat pada transparasi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya,
cerita yang terkandung dalam materi yang disuguhkan dalam bentuk
bagan, grafik, diagram dan lain sebagainya.
e. Evaluasi Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, evaluasi menempati kedudukan yang
penting. Dengan melakukan evaluasi, guru dapat mengukur tingkat
keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukannya, pada tiap kali
pertemuan, setiap semester, setiap tahun bahkan selama berada dalam
satuan pendidikan tertentu. Dimyati dan Mujiono (1995 :175)
mengemukakan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk
memperoleh informasi tentang tingkat keefektifan proses pembelajaran
dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Ketidaktepatan di dalam pelaksanaan evaluasi tidak hanya menyebabkan
berakibat rendahnya keakuratan di dalam menentukan kompetensi dan
performance belajar siswa.
Kegiatan evaluasi dapat dipertanggungjawabkan apabila memenuhi
prinsip-prinsip evaluasi. Reece dan Walker (1997) mengemukakan bahwa
dengan melaksanakan evaluasi belajar dengan benar sekurang-kurangnya
memungkinkan kita untuk;
1) Mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa, apakah mereka telah merealisaikan tujuan yang ditentukan.
2) Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan, sehingga tindakan perbaikan yang cocok dapat direalisasikan.
3) Merumuskan rangking siswa dalam hal kesuksesan mereka di dalam mencapai tujuan yang telah disepakati.
4) Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi mengajar yang ia gunakan supaya kelebihan dan kekurangan strategi mengajar tersebut dapat ditentukan.
5) Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pelajaran, dan menentukan apakah sumber belajar tambahan perlu digunakan.(Aunurrahman, 2009 :210)
Oleh karena evaluasi merupakan satu kesatuan yang utuh di dalam
proses pembelajaran, maka setiap guru dituntut memiliki kapasitas
kemampuan untuk melaksanakan evaluasi secara tepat agar hasil yang
diperoleh melalui kegiatan evaluasi tersebut mampu memberikan
gambaran yang benar dari tingkat kemampuan siswa. Untuk dapat
melaksanakan evaluasi dengan benar, maka setiap guru dituntut memiliki
pengetahuan tentang berbagai jenis evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi,
dapat memilih jenis-jenis evaluasi sesuai dengan karakteristik dan tujuan
pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran.
mencakup evaluasi belajar dan evaluasi pembelajaran. Evaluasi hasil
belajar menekankan kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah
perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan.
Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk
memperoleh informasi tentang tingkat keefektifan proses pembelajaran
dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Dengan demikian evaluasi hasil belajar menyatakan baik buruknya hasil
dari kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi pembelajaran menyatakan
baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran.
2. Kesulitan Belajar
Menurut Mulyadi (2003 :5), “Kesulitan adalah kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan,
sehingga memerlukan usaha yang giat untuk mengatasinya. Menurut
Sugihartono (2007 :149), “kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada siswa yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di
bawah norma yang telah ditetapkan”.
Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip oleh Warkitri, dkk (1990 :83)
menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara
prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh.
Selanjutnya mereka menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan
atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi,
ingatan, perhatian ataupun fungsi motoriknya (Warkitri, 1990 :83).
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kesulitan belajar adalah segala sesuatu atau keadaan yang menghambat
seorang siswa dalam proses belajar, memahami serta menguasai ilmu
pengetahuan yang diajarkan sehingga siswa tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya. Dengan adanya kesulitan belajar yang dialami siswa akan
berpengaruh pada prestasi belajar siswa yang menurun. Kesulitan belajar
bahkan dapat menyebabkan suatu keputusasaan sehingga memaksa seorang
siswa untuk berhenti di tengah jalan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa faktor
adalah keadaan atau peristiwa yang menyebabkan atau mempengaruhi
terjadinya sesuatu. Pengertian dalam Kamus Besar Psikologi (Chaplin,)
disebutkan, “Faktor adalah salah satu sebab atau kondisi pendahulu yang menimbulkan satu gejala”.
Pendapat lain dari Crozier (2006 :282), “Faktor adalah sebuah elemen atau penyebab yang mempengaruhi prestasi”. Moris (1973 :469) menyebutkan bahwa, “Faktor adalah suatu hal yang aktif memberikan kontribusi dalam sebuah prestasi, hasil atau proses”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor adalah salah satu sebab atau keadaan yang
Menurut Suryabrata (1984) siswa yang mengalami kesulitan belajar
memiliki ciri-ciri antara lain, “gangguan aktivitas motorik, emosional, prestasi, persepsi, tidak dapat menangkap arti, membuat dan menangkap
simbol, perhatian, tidak dapat memperhatikan dan tidak dapat mengalihkan
perhatian, dan gangguan ingatan”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesulitan dalam kegiatan
belajar. Faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar yaitu faktor
internal yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal
dari luar siswa.
Menurut Hamalik (2005 :117) menyebutkan, “faktor bisa menimbulkan kesulitan belajar digolongkan menjadi empat yaitu faktor dari
diri sendiri, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan dari lingkungan
masyarakat”. Suryabrata (2002 :232) berpendapat bahwa, “faktor internal penyebab kesulitan belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa
yang meliputi kemampuan intelektual, afeksi seperti perasaan dan percaya
diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan
belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan pengindraan seperti melihat,
mendengarkan dan merasakan”.
Pendapat lain dari Slameto (2003) bahwa, “faktor internal yang menimbulkan kesulitan belajar yaitu faktor fisiologis yang mencakup
kesehatan dan cacat tubuh, faktor psikologis yaitu intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motif kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor internal
konsentrasi, pengolahan pesan pembelajaran, rasa percaya diri dan kebiasaan
belajar.
Selain faktor internal yang mempengaruhi kesulitan belajar juga
dipengaruhi oleh faktor eksternal. Suryabrata (2002) membagi faktor ekstern
kesulitan belajar menjadi dua golongan yaitu faktor sosial dan non sosial.
Faktor sosial adalah faktor yang berasal dari manusia baik di lingkungan
keluarga (keadaan ekonomi keluarga dan dukungan orang tua), lingkungan
sekolah (guru sebagai pembimbing siswa, antara siswa dengan siswa) dan
lingkungan masyarakat (keadaan masyarakat,teman sebaya, organisasi
pemuda). Faktor non sosial adalah faktor yang berasal bukan dari manusia
antara lain cuaca, waktu, tempat atau gedungnya dan alat-alat pelajaran.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994 :228-235) faktor eksternal
yang mempengaruhi kesulitan belajar meliputi guru sebagai pembina siswa,
sarana dan prasarana pembelajaran, lingkungan sosial siswa di sekolah,
kebijakan penilaian dan kurikulum sekolah. Pendapat lain dari Aunurrahman
(2013 :188) faktor eksternal penyebab kesulitan belajar adalah guru,
lingkungan sosial (termasuk teman sebaya), kurikulum sekolah, sarana
(tempat belajar) dan prasarana (media belajar).
Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar diantaranya faktor internal yang
meliputi minat siswa, motivasi siswa, bakat dan intelegensi. Ada pula faktor
eksternal yang meliputi guru, keluarga, sarana dan prasana belajar,
dan keadaan cuaca. Kedua faktor ini memiliki pengaruh yang cukup besar
dalam mempengaruhi kesulitan belajar siswa.
4. Mata Pelajaran Seni Budaya
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran Seni (SK-KMP) seni
budaya termasuk dalam kelompok mata pelajaran estetika. Seni budaya
adalah sebuah keahlian dalam mewujudkan ide atau gagasan yang memiliki
nilai estetika. Di dalam proses tersebut, terdapat komponen serta imajinasi
pandangan tentang benda, suasana atau karya yang bisa memunculkan rasa
indah (Sulastianto, 2006). Menurut Kartodirdjo (1987), “Seni budaya merupakan sistem yang koheren karena seni budaya dapat menjalankan
komunikasi efektif, antara lain dengan melalui satu bagian saja dapat
menunjukkan keseluruhannya”. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seni budaya merupakan suatu sistem yang koheren yang
di dalamnya terdapat ide atau gagasan yang memiliki beberapa aspek dalam
nilai estetika.
Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah
karena keunikan, kebermaknaan dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan
perkembangan peserta didik yang terletak pada pemberian pengalaman estetik
dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui
pendekatan: “belajar dengan seni”, “belajar melalui seni” dan “belajar tentang
Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan memiliki sifat
multilingual, multidimensional dan multikultural. Multilingual bermakna
pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan
berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai
perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam
kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi),
apresiasi dan kreasi dengan cara memadukan secara harmoni unsur estetika,
logika, kinestetika dan etika. Sifat multikultural mengandung makna
pendidikan seni menumbuhkembagakan kesadaran dan kemampuan apresiasi
terhadap beragam budaya Nusantara dan mancanegara (Permendiknas No.22
Tahun 2006 :452). Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis
yang memungkinkan seorang hidup secara beradab serta toleran dalam
masyarakat dan budaya yang majemuk.
Pembelajaran seni budaya bertujuan agar siswa memahami konsep
dan pentingnya seni budaya, menampilkan sikap apresiasi terhadap seni
budaya, menampilkan kreativitas melalui seni budaya, dan menampilkan
peran serta dalam seni budaya tingkat lokal, regional maupun global.
Pelajaran seni budaya meliputi beberapa aspek antara lain seni rupa, seni
musik, seni tari, dan seni teater.
Sesuai dengan Permendiknas no.22 (2006 :453) disebutkan bahwa
mata pelajaran Seni Budaya meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal,
b. Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan dan nilai dalam
menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak
dan sebagainya.
c. Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengn dan
tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari.
d. Seni teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir dan olah suara
yang pementasannya memadukan unsur seni musik, seni tari dan seni
peran.
Mata pelajaran Seni Budaya, wajib untuk dilaksanakan di setiap
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Hal ini termuat dalam
Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 ayat 1 g, bahwa setiap
kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah wajib memuat mata
pelajaran Seni Budaya. Artinya keempat bidang mata pelajaran Seni Budaya
wajib diajarkan di sekolah, walaupun pemerintah sebenarnya telah mengatur
bahwa minimal satu bidang tersebut diajarkan. Hal ini disesuaikan dengan
ketersediaan SDM dan fasilitas yang mendukung. Dengan demikian, secara
eksplisit mata pelajaran Seni Budaya wajib diajarkan, minimal salah satu
bidang di antara keempat bidang. Dalam penelitian ini seni budaya yang
dipelajari siswa di SMP Negeri 6 Yogyakarta adalah mata pelajaran seni
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan berisi literatur-literatur yang terkait objek
yang diteliti. Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah:
1. Penelitian dari Irwan Pambudi (2013) yang berjudul “Identifikasi Faktor
Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 1 Tanjungsari”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
menimbulkan kesulitan pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 1
Tanjungsari. Faktor yang dimaksud adalah faktor internal dan faktor
eksternal serta komponen pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor yang menimbulkan kesulitan belajar di SMP Negeri 1
Tanjungsari terdiri dari faktor internal yang meliputi faktor fisiologis yaitu
kondisi panca indera dan faktor psikologis yaitu minat, motivasi, dan
bakat. Faktor eksternal yang menimbulkan kesulitan belajar meliputi
faktor sosial keluarga dan sekolah dan faktor non sosial yaitu cuaca,
gedung sekolah dan alat pelajaran. Faktor yang menimbulkan kesulitan
pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi
pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Subjek
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang mengikuti mata pelajaran
seni budaya khususnya seni musik. Penelitian yang dilakukan oleh Irwan
Pambudi ini sebagai acuan peneliti karena penelitian ini sejenis dengan
penelitian yang dilakukan.
Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran seni musik pada siswa kelas V dan
faktor penghambat apa saja yang dihadapi oleh guru di dalam proses
pembelajaran seni musik pada siswa kelas V di SD Kanisius Jomegatan
Kasihan Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses
pembelajaran di kelas menggunakan metode ceramah, metode tanya
jawab, metode demonstrasi dan metode penugasan serta latihan. Adapun
faktor penghambat dalam proses pembelajaran adalah keterbatasan waktu
dalam satu kali pertemuan, keterbatasan pengetahuan guru tentang teori
musik, serta belum tersedianya media pembelajaran (alat musik) yang
menyebabkan siswa tidak berkembang secara optimal. Subjek dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Jomegatan
Kasihan Bantul Yogyakarta.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang
dilakukan adalah sama-sama melakukan penelitian tentang faktor kesulitan
pembelajaran seni budaya. Hanya saja kedua penelitian sebelumnya
khusus meneliti mata pelajaran seni musik saja. Berdasarkan dari
penelitian sebelumnya penulis menjadikan penelitian tersebut sebagai
C. Kerangka Pikir
Pendidikan mempunyai peran penting di dalam menentukan
perkembangan dan proses pembentukan individu, menuju kedewasaan yang
sanggup bertanggung jawab terhadap diri masyarakat dan bangsa. Pendidikan
adalah usaha terencana yang dilaksanakan untuk mendukung proses
pembelajaran.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan dapat ditempuh melalui salah
satunya peningkatan kualitas pembelajaran. Pada setiap proses pembelajaran
yang dialami peserta didik tidak selamanya lancar sesuai dengan yang
diinginkan, masih terdapat kesulitan atau hambatan. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran, berdasarkan pendapat Suryabrata (1982
:21) faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa adalah faktor dari dalam
diri (internal) dan luar (eksternal) siswa.
Faktor internal yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa meliputi
minat siswa, motivasi siswa, bakat siswa dan intelegensi siswa. Faktor
eksternal yang mempengaruhi kesulitan proses pembelajaran siswa adalah
keluarga yang mendukung dan membimbing siswa di luar sekolah, guru
sebagai pembimbing siswa, metode mengajar guru, gedung sekolah dan
alat-alat penunjang dalam belajar seni budaya. Ada pula kondisi lingkungan
masyarakat seperti teman sebaya, waktu belajar, lokasi sekolah dan keadaan
cuaca. Faktor-faktor tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan yang mempunyai sifat
deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk
menguji faktor-faktor tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel
(Creswell, 2010 :5). Menurut Azwar (2012 :5), “penelitian kuantitatif
menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah
dengan metode statistika”. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh
signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel
yang diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survei.
Menurut Suharsimi (1992 :312), “survei merupakan satu jenis
penelitian yang banyak dilakukan oleh peneliti dalam bidang sosiologi, bisnis,
politik, pemerintah dan pendidikan serta digunakan untuk pengumpulan data
yang luas dan banyak”. Dalam rancangan survei, dideskripsikan secara
kuantitatif (angka-angka) kecenderungan, perilaku, atau opini dari
faktor-faktor kesulitan pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta
dengan meneliti siswa sebagai sampel populasi tersebut.
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala bervariasi, yang menjadi objek penelitian atau
Variabel dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
kesulitan pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat atau lingkungan yang digunakan
untuk melaksanakan kegiatan penelitian. Penelitian dilaksanakan di SMP
Negeri 6 Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2015.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi menurut Sukandar (2006 :47) adalah keseluruhan obyek
penelitian baik terdiri dari benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun
gejalan yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan
sama. Pendapat lain dari Arikunto (2002 :108) bahwa, “populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian”.
Populasi dirumuskan sebagai semua anggota sekelompok orang,
kejadian atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas (Donald Ary, 1982:
189). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa populasi
adalah keseluruhan obyek penelitian baik sekelompok orang, peristiwa dan
benda abstrak yang merupakan sumber data serta telah dirumuskan secara
jelas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti
(Arikunto, 2002 :109). Menurut Sukandar (2006) sampel adalah bagian dari
populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari obyek yang merupakan
sumber data. Dengan demikian sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang merupakan sumber data.
Apabila dari jumlah anggota populasi sesudah dipertimbangkan cukup
diambil sebuah sampel, maka hasil pengujian sampel tersebut akan mewakili
anggota populasi. Dalam penelitian ini sampel yang akan diteliti adalah
siswa-siswi kelas VII A, VII B, VII C, VII D, VII E dan VII G SMP Negeri 6
Yogyakarta. Kelas VII F tidak dimasukkan ke dalam populasi karena kelas ini
dijadikan sebagai kelas untuk uji validitas intrumen.
Sampel merupakan sebagian dari populasi, tentu ia harus memiliki
ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya dan juga analisis penelitian ditujukan
pada data sampel sedangkan kesimpulannya nanti akan diterapkan pada
populasi. Sangatlah penting untuk memperoleh sampel yang benar-benar
dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain
sampel harus representatif (Suharsimi, 2002 :111).
Beberapa macam teknik pengambilan sampel yang dapat dipakai
peneliti untuk memperoleh sampel yang akan mewakili populasi tersebut
dengan baik. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan sampel acak atau random sampling ialah bahwa semua
subjek-subjek di dalam populasi dan tidak terikat untuk dimasukkan ke dalam
sampel.
Menurut Notoatmojo (2003) untuk populasi kecil atau lebih kecil dari
10.000 maka untuk menetapkan jumlah sampel menggunakan formulasi
sederana, yaitu :
Keterangan:
N : besar populasi
n : besar sampel
d : tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan 0.1
Cara pengambilan sampel:
dibulatkan menjadi 64 orang
Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 orang yang diambil dari
kelas VII A yang berjumlah 9 anak, VII B berjumlah 12 anak, VII C
berjumlah 12 anak, VII D berjumlah 11 anak, VII E berjumlah 9 anak dan VII
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2002 :62) merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner.
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi, 2002 :128). Dalam
hal ini yang dimaksud dengan responden adalah orang yang menerima dan
mengisi daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Responden dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 6 Yogyakarta.
Angket digunakan untuk mengetahui faktor penyebab kesulitan
pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta. Angket ditujukan
kepada responden yaitu siswa-siswi kelas VII yang merupakan sampel
penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu fasilitas alat ukur yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati peneliti agar
mempermudah pekerjaan dan hasilnya lebih cermat, lengkap serta sistematis.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah angket atau kuisioner.
Menurut cara memberikan respon, angket dibedakan menjadi dua jenis yaitu
disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden dapat
memberikan isian sesuai dengan kehendak atau keadaannya (Suharsimi, 2002
:128), sedangkan angket tertutup adalah angket yang sudah disediakan
jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban (Suharsimi, 2002
:129).
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
tertutup. Angket yang pertama adalah angket faktor kesulitan pembelajaran
seni budaya. Butir-butir pada angket digunakan untuk mengetahui
faktor-faktor penyebab kesulitan pembelajaran seni budaya yang dipandang dari
faktor internal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal dari luar diri siswa.
Teknik pelaksanaan pengambilan data dengan cara membagikan angket
secara acak dan untuk masing-masing kelas setiap siswa diberikan 35 butir
soal yang bersifat positif dan bersifat negatif. Instrumen disusun dalam skala
bertingkat dengan alternatif pilihan. Agar data yang diperoleh bersifat
kuantitatif, maka setiap skala diberi skor untuk jawaban sangat setuju (SS) :
4, setuju (S) : 3, tidak setuju (TS) : 2, sangat tidak setuju (STS) : 1.
Angket yang kedua adalah angket proses pembelajaran seni budaya.
Butir-butir angket proses pembelajaran seni budaya dipandang dari
komponen-komponen pembelajaran yaitu tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran. Diberikan 10 butir soal yang bersifat positif dan bersifat
negatif. Setiap skala diberi skor untuk jawaban sangat setuju (SS) : 4, setuju
Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen faktor kesulitan pembelajaran
seni budaya dan kisi-kisi proses pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 6
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Faktor Kesulitan Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Yogyakarta
No. Faktor Aspek Indikator No.Item
1
Internal
Fisiologis
Kesehatan siswa pada saat
pembelajaran Seni Budaya 1 (+), 28 (-)
Kesehatan panca indera siswa saat mengikuti pembelajaran Seni Budaya
2 (+)
Psikologis
Sikap siswa terhadap pembelajaran Seni Budaya
3 (-), 26 (+), 29 (+)
Ketertarikan siswa terhadap
pembelajaran Seni Budaya 23 (+), 16 (-) Usaha untuk belajar Seni Budaya 6 (+), 30 (-) Perhatian siswa terhadap
pembelajaran Seni Budaya 5 (+), 20 (-) Pemahaman siswa terhadap
materi Seni Budaya 7 (+), 9 (-) Kemampuan menyelesaikan tugas
Seni Budaya 8 (-), 14 (+) Kecakapan dalam menyelesaikan
tugas Seni Budaya 10 (+), 27 (+) 2
Eksternal
Sosial
Suasana di rumah siswa 11 (+) Keadaan ekonomi keluarga siswa 12 (+) Metode mengajar guru 25 (+) Penguasaan materi guru 13 (+) Hubungan guru dan siswa 15 (+) Kondisi lingkungan masyarakat
sekitar siswa 17 (+)
Nonsosial
Keadaan udara di dalam kelas
saat belajar berlangsung 24 (+)
Pembagian waktu belajar siswa 4 (+) Gedung sekolah tempat belajar
siswa 21 (+), 22 (-)
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrument Proses Pembelajaran Seni Budaya
No. Variabel Indikator No. Item
1
Desain Pembelajaran
Tujuan pembelajaran 1(-) Materi pembelajaran 2(+), 6(+) Strategi pembelajaran 4(+), 7(+) Media pembelajaran 3(+) Evaluasi pembelajaran 5(+), 8(+)
G. Validitas dan Reliabilitas
Suatu instrumen dinyatakan valid jika instrumen tersebut mampu
mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen yang baik harus memenuhi dua
persyaratan penting, yaitu valid dan reliable (Suharsimi, 2002 :144). Sebelum
penelitian dilaksanakan maka diadakan uji coba intrumen terlebih dahulu
untuk mengetahui validitas dan realibilitas pada instrumen yang akan digunakan.
1. Validitas
Suharsimi (2002 :144) berpendapat bahwa validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Validitas dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen
tersebut sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel peneliti
yang dimaksud.
Uji validitas instrumen ini dilakukan pada siswa kelas VII F SMP
Negeri 6 Yogyakarta yang berjumlah 30 siswa. Selanjutnya data uji validitas
Keterangan:
= koefisien korelasi antara X dan Y
= jumlah subyek
= jumlah skor butir soal
= jumlah skor total
= jumlah kuadrat skor butir soal X
= jumlah kuadrat jumlah total
= jumlah perkalian X dan Y
Setelah dilakukan uji validitas instrumen faktor kesulitan belajar
Seni Budaya, dari 35 butir pernyataan yang diujikan terdapat 30 butir
pernyataan yang dinyatakan valid karena diperoleh nilai validitas r hitung
lebih dari r tabel untuk n= 30 yaitu 0,361 dengan kata lain memiliki nilai
signifikansi yang kurang dari 0,05 dan 5 butir pernyataan dinyatakan tidak
valid karena memiliki nilai signifikansi yang lebih dari 0,05. Pada instrumen
proses pembelajaran, dari 10 butir pernyataan yang diujikan 8 butir
pernyataan dinyatakan valid karena memiliki nilai signifikansi kurang dari
0,05 dan 2 butir pernyataan dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai
signifikansi yang lebih dari 0,05.
2. Reliabilitas
sesuatu. Apabila datanya sudah benar sesuai dengan kenyataan, maka data
akan tetap sama walaupun berkali-kali di uji cobakan. Dalam hal ini yang
dapat dipercaya adalah datanya bukan instrumennya. Uji reliabilitas dalam
penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut:
Keterangan:
= reliabilitas instrumen
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= jumlah varians butir
= varians total
Setelah kuisioner reliabilitas instrumen diketahui, selanjutnya angka
[image:56.595.152.499.516.606.2]tersebut diinterpretasikan dengan tingkat keandalan koefisien korelasi yaitu:
Tabel 3. Interpretasi Nilai r
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 17,0 for windows menggunakan rumus Alpha, diperoleh nilai koefisien reliabilitas instrumen faktor kesulitan belajar Seni Budaya sebesar
0,874. Hal ini berarti instrumen penelitian memiliki tingkat reliabilitas yang
reliabilitas sebesar 0,751. Hal ini berarti intrumen penelitian memiliki tingkat
reliabilitas yang tinggi.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul. Data dianalisis menggunakan statistik
deskriptif dengan cara memasukkan seluruh data kemudian diolah secara
statistik deskriptif yang digunakan untuk melaporkan hasil dalam bentuk
distribusi frekuensi dan porsentase (%) dari masing-masing item. Dalam
penelitian ini, menggunakan analisis univariat