Menurut Sugiyono (2008: 6), metode penelitian pendidikan diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Metode penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada yang berlangsung pada saat ini atau pada saat yang lampau (Sukmadinata, 2008: 54). Penelitian ini menekankan pengumpulan data, menyusun data, analisis data dan interpretasi data.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang mendalam dan terperinci dari fenomena yang terjadi pada objek penelitian mengenai penerapan strategi Think-Talk-Writen (TTW) dengan menggunakan media komputer dalam pembelajaran matematika sub pokok bahasan Bilangan Bulat.
B. Penentuan Subjek Penelitian
1. Populasi
Dalam suatu penelitian, kita tidak terlepas dari populasi. Arikunto (2006:130) menyatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Dengan demikian populasi merupakan bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Proppo semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 5 Kelas yaitu kelas VII-C yang dipilih secara acak
2. Sampel
Menurut Kasiram (2008:223) sampel adalah bagian dari pupolasi yang akan diteliti secara mendalam. Sedangkan menurut Santoso & Tjiptono (dalam Hariwjaya,2008:66) sampel adalah semacam miniature dari populasinya. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,2006:131). Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dari kelas-kelas yang ada. Dari teknik ini terpilih kelas-kelas VII-C.
C. Teknik
Pengumpulan Data
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, lembar angket dan tes.
1. Observasi
Menurut Yatim Riyanto, (2010,96) Observasi
merupakan metode pegumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap objek penelitian. Observasi dapat
dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung.
Observasi langsung adalah mengadakan
pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap
gejala-gejala subyek yang diselidiki, baik pengamatan itu
dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan
didalam situasi buatan yang khusus diadakan. Sedangkan
observasi tidak langsung adalah mengadakan pengamatan
terhadap gejala-gejala subyek yang selidiki dengan
perantara sebuah alat. Pelaksanaannya dapat berlangsung
di dalam situasi yang sebenarnya maupun di dalam situasi
buatan.
Observasi penelitian ini dilakukan secara langsung
pada saat penerapan strategi pembelajaran
Kelas VII-C SMPN 1 Proppo. Observasi dilakukan tidak lain
ingin mengetahui aktivitas siswa pada saat proses
pembelajaran
No Aspek Yang Diamati Dalam Proses Pembelajaran
Dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Think-Talk-Writen (TTW) dengan menggunakan Media Komputer
1
Think
1. Siswa membaca teks dari pawer poin
2. Kesesuaian catatan kecil siswa antara pawerpoin dan materi
2
Talk
3. Keseriusan siswa dalam diskusi kelompok
4. Keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi yang dibuat bersama kelompoknya
5. Keaktifan siswa dalam bertanya pada kelompok lain yang sedang presentasi
3
Writen
6. Siswa menulis hasil didkusi pada catatanya masing-masing
Bobot nilai = 1 (tidak baik) Bobot nilai = 2 (kurang baik) Bobot nilai = 3 (baik)
Bobot nilai = 4 (sangat baik)
2. Angket
pengetahuan, sikap dan pendapat siswa tentang penerapan Pembelajaran dengan strategi pemberian tugas dan resitasi. Lembar angket diberikan setelah pemberian pembelajaran
Dalam penelitian ini jenis angket yang di gunakan adalah jenis Check list, dimana responden tinggal membubuhkan tanda check (√) pada
kolom yang sesuai.
3. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006:150). Tes ada dua yaitu tes essai objektif dan tes essai subjektif. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes essai objektif yaitu soal atau pertanyaan yang diajukan pada responden berbentuk uraian (essai), sehingga dengan demikian jawaban yang diinginkan adalah berbentuk uraian bebas.
Menurut Sudjana (2008: 36) kelebihan atau keuntungan tes uraian ini antara lain adalah :
a. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi;
c. Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni bepikir logis, analitis, dan sistematis;
d. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving);
e. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa.
Menurut Sudjana (2008: 36) kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah :
a. Sampel sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan;
b. Sifatnya subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya;
c. Tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar.
Cara mengatasi kelemahan tes uraian adalah sebagai berikut:
b. Berilah waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal tersebut.
c. Memeriksa jawaban soal uraian jangan dipaksakan selesai pada saat itu, tapi lakukan secara bertahap. Hal ini penting untuk mencegah kelelahan sehingga pemeriksaan tidak subjektif lagi.
Langkah-langkah membuat tes essai subjektif sebagai berikut:
a. Menyusun kisi-kisi soal (kisi-kisi instrumen penilaian).
b. Membuat butir-butir soal. c. Membuat kunci jawaban. d. Menentukan skor jawaban
e. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
D. Uji coba instrument
Sebelum dilakukan penelitian, diperlukan uji coba terhadap instrumen penelitian di mana uji coba instrumen dilaksanakan di SMPN 7 Pamekasan yang bertujuan untuk mengetahui layak tidaknya tes diberikan dengan menggunakan:
1. Validitas tes
berpendapat bahwa “Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diingikan”.
Untuk menguji validitas instrumen dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar adalah :
r
xy=
N
∑
XY
−
(
∑
X
) (
∑
Y
)
√
(
N
∑
X
2−
(
∑
X
)
2) (
N
∑
Y
2−
(
∑
Y
)
2)
(Arikunto,2006:170)Dimana: rxSy = Koefisien korelasi product moment
X = Jumlah skor butir
Y = Jumlah skor total
XY = Jumlah hasil kali skor butir dengan skor total N = Jumlah siswa
Setelah diperoleh harga
r
xy , maka langkah berikutnyaadalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r product moment (taraf signifikan 5%). Ketentuannya adalah:
Jika
r
xy≥
r
tabel , maka soal tersebut validJika
r
xy < rtabel , maka soal tersebut tidak validReabilitas menunjuk pada satu pengertian
bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrument itu sudah baik. Instrument yang baik tidak
akan bersifat tendensius mengarahkan responden
memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrument yang
dapat dipercaya yang riliabel akan menghasilkan data
yang dapat dipercaya juga (Arikunto, 2006:178).
Rumus yang digunakan peneliti untuk mencari
reliabilitas soal-soal adalah rumus alpha yaitu :
r11=
(
k(k−1)
)
(
1−∑
σ12σ12
)
(Arikunto, 2006:196)Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya
butir soal
∑
σ
12 = Jumlah varians butirσ12 = Varians total
Dengan data yang tertera dalam tabel ( lihat lampiran ),
dicari varians tiap-tiap soal dahulu baru dijumlahkan dan
σ2=
∑
x2−
(
∑
x12)
N N
(Arikunto, 2009:110)
Keterangan :
σ
2 : Varians∑
x
2 = Jumlah kuadrat sekor butir(
∑
x)
2 = Jumlah sekor butirN = Jumlah siswa
σt2=
∑
y2−
(
∑
y12)
N N
Keterangan :
σ
t2 = varians total∑
y
2 = Jumlah kuadrat skor butir(
∑
y)
2 = Jumlah sekor butirN = Jumlah siswa
Setelah nilai r11 diketahui, maka nilai tes tersebut dikonsultasikan dengan tabel rproduct moment dengan taraf signifikan 5%, dengan ketentuan sebagai berikut
3. Daya Beda Daya pembeda soal adalah kemampuan
suatu soal untuk membedakan mudah tidaknya
soal yang akan diberikan kepada peserta didik
(Arifin, 2012).
Untuk menguji daya pembeda (DP), peneliti
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menghitung jumlah skor total tiap peserta
didik.
b. Mengurutkan skor total dari yang terbesar
sampai dengan skor terkecil.
c. Menetapkan kelompok atas dan kelompok
bawah. Jika jumlah peserta didik banyak (di
atas 30) dapat ditetapkan 27%.
d. Menghitung rata-rata skor untuk
masing-masing kelompok (kelompok atas dan
kelompok bawah).
e. Menghitung daya pembeda dengan rumus
(pada lampiran):
DP =
X KA
−
X KB
Keterangan:
DP : Daya Pembeda
X KA
:
rata
−
rata kelompok atas
X KB
:
rata
−
rata kelompok bawah
SkorMaks : skor maksimum
f. Membandingkan daya pembeda dengan criteria
sebagai berikut:
0,40 – keatas = sangat baik
0,30 – 0,39 = baik
0,20 – 0,29 = cukup
0,19 – kebawah = kurang baik, soal harus
dibuang
4. Tingkat
kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk
menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan
tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks.
besarnya antara 0,00 sampai dengan 1,00 (Arifin,
2012:135)
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal
bentuk uraian peneliti menggunakan rumus dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menghitung rata skor tiap butir soal dengan
rumus
Rata−rata=jumlah skor peserta didik tiap soal
jumlah peserta didik
b. Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus
Tingkat Kesukaran= Rata−rata
skor maksimum tiap soal
c. Membandingkan tingkat kesukaran dengan
kriteria berikut
0,00
−
0,30
=
sukar
0,31
−
0,70
=
sedang
0,71
−
1,00
=
mudah
d. Membuat penafsiran tingkat kesukaran,
dengan cara membandingkan koefisien
tingkat kesukaran (poin b) dengan kriteria
E. Teknik Analisis Data Untuk memperoleh data dengan kelayakan penerapan strategi TTW dalam pembelajaran matematika, digunakan analisis data deskriptif dengan menghitung:
1. Analisis Data Aktivitas Siswa
Untuk mengetahui aktivitas siswa, peneliti mengalisis hasil observasi dengan menggunakan lembar pengamatan sehingga dapat diketahui nama siswa yang aktif dan siswa yang kurang aktif selama pembelajaran berlangsung atau diluar kegiatan pembelajaran dan kritria penilaian :
Untuk mengetahui nilai aktivitas siswa secara keseluruhan digunakan rumus rata – rata.
X =
∑
xn
Keterangan :
X = nilai rata- rata ∑X = jumlah nilai n = banyak sampel
Dengan kategori penentuan nilai akhir sebagai berikut: 0,00 ≤ NA ≤ 1,49 = kurang
1,50 ≤ NA ≤ 2,49 = cukup 2,50 ≤ NA ≤ 3,49 = baik
2. Angket
Dalam mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pemberian tugas dan resitasi, peneliti menggunakan rumus penelitian dalam bentuk prosentase yang dihitung dengan rumus:
R1=S1
n ×100 Keterangan:
Ri = Prosentase siswa yang menjawab “ya” Si = Banyak siswa yang menjawab “ya” n = Banyak seluruh siswa
3. Tes
menentukan analisis tes hasil belajar siswa dengan menggunakan satu acuan ketuntasan pencapaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar KTSP, maka secara individu dianggap telah tuntas belajar apabila telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Mengajar). KKM untuk setiap pembelajaran tidak harus tergantung pada karakteristik mata pelajaran tapi ditentukan oleh guru mata pelajaran dan disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Untuk sekolah yang akan di teliti menggunakan KKM untuk pelajaran matematika ≥ 65 sesuai dengan ketentuan yang ada di SMP Negeri 1 Proppo
a. Ketuntasan Belajar Individu
Ketuntasan belajar individu bisa tercapai apa bila presentase ketuntasan belajar individu mencapai presentase ≥ 65 dengan rumus sebagi berikut.
KBI=T
Ttx 100 (Trianto, 2009:241)
Keterangan : KB : Ketuntasan Belajar T : Jumlah Skor yang diperoleh
Tt :Jumlah Skor Total b. Ketuntasan Belajar Klasikal
Menurut Depdikbud dalam Trianto, 2009 :241 Ketuntasan belajar klasikal bisa tertcapai apabila presentase ketuntasan belajaran klasikal (PBK) mencapai prosentase
85% dengan rumus sebagai berikut:
KBK
=