• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL KUDA LUMPING DI DESA BANGUN REJO KECAMATAN TANJUNG MORAWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSISTENSI SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL KUDA LUMPING DI DESA BANGUN REJO KECAMATAN TANJUNG MORAWA."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL KUDA

LUMPING DI DESA BANGUN REJO KECAMATAN

TANJUNG MORAWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

OLEH:

YETNO NIM. 308322056

JURUSAN PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)

i ABSTRAKS

YETNO, NIM 308322056, Eksistensi Seni Pertunjukan Tradisional Kuda Lumping Di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan sejarah kesenian kuda lumping di Desa Bangun Rejo; untuk mengetahui tahapan-tahapan proses dalam pertunjukan kesenian kuda lumping; untuk mengetahui makna dan funsi yang terkandung dalam pertunjukan kesenian kuda lumping; untuk mengetahui mantra-mantra yang dibacakan dalam pertunjukan kesenian kuda lumping.

Dalam penelitian ini menggunakan metode lapangan dengan menggunakan teknik wawancara, melakukan observasi langsung di pertunjukan kesenian kuda lumping dan studi pustaka dilakukan untuk melengkapi hasil penelitian lapangan, khususnya untuk mendapatkan informasi yang bersifat teoritis.

Hasil penelitian menunjukan bahwa seni pertunjukan tradisional kuda lumping semakin eksis atau sering diadakan setiap minggunya di Desa Bangun Rejo. Kesenian kuda lumping mampu bersaing dengan hiburan modern seperti keyboard, band, warnet, handphone, dan lain sebagainya. Kesenian kuda lumping dahulu diadakan dalam acara tahunan seperti tolak bala bersih desa dan menyambut bulan suroh (1 Muharam), dalam acara pesta perkawinan, pesta khitanan, ritual pengobatan dan lain sebagainya. Namun sekarang berbeda acara tahunan sudah tidak ada lagi dipertunjukan lebih sering digunakan dalam acara keluarga seperti acara ulang tahun dan arisan keluarga serta tanggapan (pesanan) dari masyarakat yang hanya sebagai hiburan semata.

(5)

KATA PENGANTAR

Kalimat pertama segala puji syukur yang sangat teramat dalam kepada kehadirat ALLAH SWT, yang telah mana menciptakan kehidupan di dunia ini beserta segala isinya dan memberikan kita manisnya iman dan memberikan kita kebebasan untuk menghirup udara segar dan dapat berkarya. Selawat berangkaikan salam kita sanjungkan kehadirat ALLAH SWT, Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang untuk umatnya. Semoga kita dilimpahkan rahmat dan kasih sayangnya sampai di akhirat kelak. Amin.

Adapun judul penelitian ini adalah “Eksistensi Seni Pertunjukan Tradisional Kuda Lumping Di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa”. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat Desa Bangun Rejo dan para pemuda-pemudi untuk terus melestarikan kesenian kuda lumping agar dimasa mendatang tidak hilang. Dalam melakukan penelitian ini terdapat banyak kesalahan-kesalahan yang pastinya disengaja maupun tidak disengaja dan yang tidak diketahui oleh penulis. Untuk itu kepada semua yang membaca hasil penelitian ini diharapkan kerjasamanya dalam memberikan kritik dan saran untuk dapat menyempurnakan penelitian ini agar lebih baik.

(6)

1. Ucapan terima kasih saya kepada ALLAH SWT yang telah memberikan ridho, rahmat dan karnuianya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan waktu yang tepat.

2. Ucapan terima kasih kepada kedua orang tua saya yaitu ayah saya Purwanto dan ibu saya Boinem yang selalu mendukung saya dalam berbagai bidang, sehingga saya dapat menikmati pendidikan hingga sampai saat ini dan menyelesaikan skripsi ini sebaik-baiknya.

3. Ucapan terima kasih kepada abang saya yaitu Iswayudi, ST yang sangat mensuport saya selama ini dan telah banyak membantu baik secara materi maupun non materi.

4. Ucapan terima kasih kepada narasumber saya saudara Windi Setiawan, Bapak Tarkem dan Kakek Samino yang selama ini telah banyak memberikan informasi dan data-data, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ucapan terima kasih saya kepada Bapak Drs. Payerli Pasaribu, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan selama dalam pembuatan skripsi hingga selesai.

6. Ucapan terima kasih saya kepada Ibu Dra. Trisni Handayani, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing saya selama ini. 7. Ucapan terima kasih saya kepada Ibu Dra. Nurjannah, M.Pd, selaku ketua

(7)

8. Ucapan terima kasih saya kepada Ibu Rosramadhana, M.Si sebagai dosen penguji yang telah banyak motivasi kepada saya.

9. Ucapan terima kasih saya kepada ibu Sulian Ekomila, S.Sos, M.SP sebagai dosen penguji saya.

10.Ucapan terima kasih saya kepada para dosen Pendidikan Antropologi beserta pegawai jurusan yang telah banyak membantu selama perkuliahan. 11.Ucapan terima kasih saya kepada bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial

beserta staf dan pegawainya di Fakultas Ilmu Sosial.

12.Ucapan terima kasih saya kepada bapak Rektor Universitas Negeri Medan. 13.Ucapan terima kasih saya kepada orang-orang yang saya sayangi dan saya

cintai.

14.Ucapan terima kasih saya kepada sahabat-sahabat yang amat saya sayangi yaitu Fitriadi, Dedi Ardiansyah, Eka Darliana, Arida Rangkuti, Erma Yunita, Arti Galuh, dan Robi Suhendra yang selalu mendukung dan memotivasi saya.

15.Ucapan terma kasih saya kepada teman-teman Antropologi yaitu Alfi Syahrin Sitorus, Pebriandi Sitohang, Riadi Syahputra, Rinanda Rahayu, Nia Adria, Yossi Pratiwi Tanjung, Desi Amanda, Eka Priyanti, Elvina dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(8)

17.Ucapan terima kasih saya kepada semua keluarga yang telah memberikan dukungan kepada saya.

18.Dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dikertas ini.

Medan, Agustus 2012

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

1.2. Identifikasi Masalah ………. 5

1.3. Perumusan Masalah ……….. 5

1.4. Tujuan Penelitian ……….. 5

1.5. Manfaat Penelitian ……….... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ..………….. 7

2.1. Kajian Pustaka ………... 7

2.1.1. Sejarah Kuda Lumping di Sumatera Utara ………….. 7

2.1.2. Tradisi Pertunjukan Kuda Lumping ……… 9

2.1.3. Perkembangan Pertunjukan Kuda Lumping ...…….... 10

2.2. Landasan Teori ……….. 10

2.3. Kerangka Konseptual ……….... 14

2.3.1. Kesenian ………... 14

2.3.2. Seni ………... 14

2.3.3. Seni Pertunjukan ………... 15

(10)

2.3.5. Kuda Lumping ……….. 15

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……….. 18

3.4.1. Observasi ……… 18

3.4.2. Wawancara Mendalam ………... 19

3.5. Teknik Analisa Data ………. 20

3.5.1. Reduksi Data atau Pengumpulan Data ………... 20

3.5.2. Penyajian Data ……… 20

3.5.3. Penarikan Kesimpulan ……… 21

BAB IV. HASIL PENELITIAN ……… 22

4.1. Keadaan Umum Desa Bangun Rejo ………. 22

4.2. Sejarah Kesenian Pertunjukan Kuda Lumping di Desa Bangun Rejo ………. 27

4.2.1. Keberadaan Kesenian Kuda Lumping di Desa Bangun Rejo ……… 29

4.3. Tahapan Pertunjukan Kesenian Kuda Lumping ……… 31

4.3.1. Menghormati Tuan Rumah atau Penonton dan Makhluk Halus ……… 32

(11)

4.3.3. Ritual Kemasukan Endang ……….. 33

4.4. Makna dan Fungsi yang Terkandung Didalam Pertunjukan Kesenian Kuda Lumping ……….. 41

4.4.1. Properti atau Peralatan Kesenian Kuda Lumping ….. 43

4.4.2. Sesajen Pada Kesenian Kuda Lumping ………. 47

4.4.3. Penari, Pemain Kuda Lumping, Pemain Musik, dan Pawang Kuda Lumping ………. 50

4.5. Mantra-mantra Dalam Pertunjukan Kesenian Kuda Lumping ……… 54

4.5.1. Mantra Pemanggilan Endang ……….. 55

4.5.2. Mantra Memagari Kesenian Kuda Lumping ……….. 56

4.5.3. Mantra Mencegah Hujan ………. 57

4.5.4. Mantra Menyadarkan Pemain ………. 58

4.6. Saweran Dalam Pertunjukan Kesenian Kuda Lumping ….. 60

4.7. Perubahan Pertunjukan Kesenian Kuda Lumping ………… 61

4.8. Pelestarian Kesenian Kuda Lumping ……… 66

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 69

5.1. Kesimpulan ……… 69

5.2. Saran ……….. 71

(12)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 : Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa Bangun Rejo ... 24

Tabel 2 : Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Etnis Di Desa

Bangun Rejo ……… 24

Tabel 3 : Tingkat Pendidikan Usia Sekolah Di Desa Bangun Rejo …… 25

Tabel 4 : Komposisi Penduduk Menurut Agama Di Desa Bangun

Rejo ……….. 26

Tabel 5 : Pertunjukan Kesenian Kuda Lumping dari Bulan Juni sampai

Juli 2012 ……… 30

(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertunjukan kuda lumping berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang akhirnya menyebar keseluruh Indonesia termasuk di propinsi Sumatera Utara. Perkembangan pertunjukan kuda lumping di Sumatera Utara tidak terlepas dari keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

Banyak masyarakat Jawa datang ke Pulau Sumatera untuk bekerja pada perkebunan-perkebunan milik Belanda. Kedatangan mereka dilakukan secara berkelompok, dengan membawa tradisi kesenian dan kebudayaan yang diturunkan dari leluhurnya ke daerah tempat tinggal yang baru termasuk ke Desa Bangun Rejo. Orang Jawa di Desa Bangun Rejo tetap mempertahankan kesenian dan kebudayaannya agar tidak hilang. Disamping itu juga dengan tetap mempertahankan kesenian dan kebudayaannya, mereka yang berada jauh di rantau, khususnya yang ada di Desa Bangun Rejo membentuk suatu ikatan persaudaraan agar dapat tetap bersatu dirantau dan tidak mudah terpecah belah. Banyak orang Jawa mengatakan “Tunggal Sekapal” yang artinya sama-sama orang perantauan yang tinggal satu kapal ketika akan merantau berarti semuanya saudara.

(15)

berkembang, namun yang tetap bertahan dan terus dipertunjukan hingga kini hanyalah seni pertunjukan tradisional kuda lumping.

Asal mula kuda lumping adalah Kerajaan Ponorogo selalu kalah dalam peperangan. Sehingga akhirnya sang Raja pergi ke sebuah gua pertapakan. Ketika sedang bertapa sang Raja mendapat bisikan yang isinya adalah apabila Raja ingin menang dalam berperang, maka harus menyiapkan pasukan berkuda dengan adanya iringan musik. Iringan musik tersebut membuat semangat prajurit penunggang kuda membabi buta menyerang musuh-musuhnya dan akhirnya sang Raja selalu memperoleh kemenangan. Untuk menghormati Dewa sang pemberi kemenangan dan akhirnya sang Raja disetiap tahunnya diadakannya upacara dengan acara berupa tarian menunggang kuda-kudaan. Selanjutnya tarian menunggang kuda-kudaan itu berubah menjadi sebuah kesenian yang digemari masyarakat. Tarian itu kemudian diberi nama Kuda Lumping. (wisatadanbudaya.blogspot.com/2009/09/kesenian-kuda-lumping.html).

(16)

Berawal tahun 1940 sampai tahun 1979 kesenian kuda lumping atau jaran kepang ini menjadi hiburan yang sangat disenangi oleh masyarakat Desa Bangun Rejo. Dahulu kesenian kuda lumping sering dipertunjukan dalam acara tahunan pesta pembersihan desa dari tolak bala dan roh halus, pernikahan ataupun dalam acara pesta khitanan serta memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus berbeda dengan sekarang. Saat ini kesenian kuda lumping hanya dipertunjukan sebagai hiburan saja.

Kesenian kuda lumping di Desa Bangun Rejo mengalami pasang surut. Pada tahun 2000 kesenian kuda lumping hampir punah, dimana masyarakat Desa Bangun Rejo lebih senang melihat hiburan modern seperti Keyboard dibandingkan melihat hiburan tradisional seperti kesenian kuda lumping. Hiburan modern seperti Keyboard dengan cepat menyebar laus di Desa Bangun Rejo. Kesenian kuda lumping hanya sesekali saja dipertunjukan di Desa Bangun Rejo itu pun ketika upacara ritual pengusiran makhluk halus atau melakukan ritual pengobatan.

(17)

Pada tahun 2010 sampai sekarang kesenian kuda lumping bukan semakin tenggelam tetapi semakin populer dengan bertambahnya pemilik-pemilik kuda lumping baru di Desa Bangun Rejo. Sekarang kesenian kuda lumping di Desa Bangun Rejo ada 3 (tiga) grup kuda lumping dari tahun 2010 bertambah 1 (satu) dan di tahun 2011 juga bertambah 1 (satu) lagi hingga sampai sekarang. Dahulu pemain-pemain kuda lumping adalah orang dewasa tetapi sekarang pemainnya kebanyakkan anak-anak.

Dari anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, pemuda pemudi sampai kakek dan nenek senang melihat seni pertunjukan kuda lumping. Biasanya mereka menonton kesenian kuda lumping setelah ada acara pesta pernikahan atau acara pesta khitanan. Hampir setiap hari minggu di Desa Bangun Rejo ada kesenian kuda lumping tidak dari acara pesta pernikahan atau pesta khitanan namun terkadang ada masyarakat yang memang ingin membuat acara kesenian pertunjukan kuda lumping.

(18)

1.2. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana sejarah kesenian kuda lumping yang ada di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa ?

2. Apa saja makna dan fungsi yang terkandung dalam pertunjukan kesenian kuda lumping ?

3. Bagaimana proses pertunjukan kesenian kuda lumping ?

4. Apa saja mantra-mantra yang dibacakan pada saat pemanggilan roh halus dalam pertunjukan kesenian kuda lumping ?

1.3. Perumusan Masalah

1. Bagaimana proses pertunjukan kesenian kuda lumping ?

2. Apa saja makna dan fungsi yang terkandung dalam pertunjukan kesenian kuda lumping ?

3. Apa saja mantra-mantra yang dibacakan pada saat pemanggilan roh halus dalam pertunjukan kesenian kuda lumping ?

1.4. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian harus mempunyai tujuan, baik tujuan secara langsung atau tidak langsung. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

(19)

2. Untuk mengetahui makna dan fungsi yang terkandung dalam pertunjukan kuda lumping.

3. Untuk mengetahui mantra-mantra yang dibacakan pada saat pemanggilan roh halus dalam pertunjukan kesenian kuda lumping.

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya penelitian ini oleh penulis maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

2. Menjadi sumber informasi bagi pembaca mengenai keanekaragaman seni pertunjukkan khususnya pada etnis Jawa.

3. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang serupa di daerah lain yang berhubungan dengan seni pertunjukkan kuda lumping atau yang ingin mendalami kajian yang sama.

4. Menjadi informasi yang berharga mengenai kesenian pertunjukkan tradisional kuda lumping pada saat ini.

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap kesenian pertunjukan tradisional kuda lumping di Desa Bangun Rejo, penulis menarik kesimpulan bahwa seni pertunjukan tradisional kuda lumping di Desa Bangun Rejo berasal dari daerah Banyumas, Propinsi Jawa Tengah, yang merupakan perkembangan dari kesenian jatilan, kemudian dikenal dengan jaran kepang dan akhirnya dikenal dengan kuda lumping.

Perpindahan masyarakat Jawa ke Pulau Sumatera adalah karena adanya penjajahan yang menjadikan buruh tenaga kerja disetiap perkebunan-perkebunan milik Belanda. Almarhum Mbah Arsak dan Mbah samino adalah kaum buruh yang bekerja pada perkebunan milik Belanda. Mbah Arsak adalah pendiri dan pemilik kuda lumping Grup Karyo Turonggo pertama di Desa Bangun Rejo. namun karena Mbah Arsak telah meninggal dunia maka Mbah Samino yang meneruskan kesenian kuda lumping di Desa Bangun Rejo dengan kegigihan dan kerja kerasnya membuat kesenian ini menjadi eksis yang sangat disenangi oleh masyarakat sehingga muncul pemilik-pemilik baru kesenian pertunjukan kuda lumping.

(21)

Pertunjukan kesenian kuda lumping mempunyai makna yaitu melambangkan bagaimana keberanian para prajurit kerajaan dalam berperang sampai mereka rela berkorban untuk. Hal ini disamakan dalam kehidupan manusia harus berani bertanggung jawab dan semangat pantang menyerah serta saling gotong royong. Dahulu kuda lumping hanya dipertunjukan sebagai acara ritual tahunan. Namun sekarang dipertunjukan dalam berbagai acara seperti pesta perkawinan, khitanan, arisan keluarga, merayakan hari ulang tahun dan lain sebagainya. Disamping itu juga berfungsi hanya sebagai hiburan semata.

Sebelum dimulainya tari perang, pawang melakukan ritual pemanggilan endang. Dengan membakar kemenyan yang sudah dibacakan mantra-mantra.

Adapun mantra-mantra yang digunakan dalam pertunjukan kesenian kuda lumping adalah mantra pemanggilan endang, mantra memagari kesenian kuda lumping, mantra mencega hujan, dan mantra menyadarkan pemain.

Pada zaman dahulu kesenian kuda lumping dipertunjukan untuk menghormati arwah para prajurit kerajaan yang gugur dalam perperangan. Dan juga melambangkan keberanian seorang prajurit kerajaan yang harus diterapkan didalam kehidupan manusia. Berbeda dengan sekarang pertunjukan kesenian kuda lumping hanya digunakan hiburan semata oleh masyarakat di Desa Bangun Rejo.

(22)

masyarakat baik rakyat maupun pemerintahan desa diharapkan saling bekerja sama menjaga keberadaan kesenian kuda lumping agar tidak hilang di masa yang akan datang.

5.2. Saran

1. Penulis menyarankan agar kiranya Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa dapat memperkenalkan kembali kesenian tradisional kuda lumping yang sudah ada selama ini tidak akan punah begitu saja dengan munculnya teknologi yang semakin canggih.

2. Sebaiknya diadakan pembinaan kembali terhadap kaum muda-mudi untuk mempertahankan kelangsungan kesenian tradisional kuda lumping sehingga kesenian ini akan terus ada.

(23)

Daftar Pustaka

Ahimsa-Putra, H.S. 2000. Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta : Yayasan Galang.

Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta : Balai Pustaka.

Dewi, Heristina. 2007. Perubahan Makna Pertunjukan Jaran Kepang pada Masyarakat Jawa di Kelurahan Tanjung Sari Medan, Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Sastra, USU. Medan.

Geertz, Clifford. 1981. Abangan Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta : Pustaka Jaya.

Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Gaung Persada (GP Press).

J. Dwi Narwoko, Bagong Suyanto. 2007. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta : Kecana

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta : PN Balai Pustaka.

_____________ . 1987. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

_____________ . 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta : Progres. _____________ . 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta :

Djambatan.

Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubaha Sosial Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta : Rajawali Pers.

Matondang, A.N. 2007. Keberadaan Seni Pertunjukan Tradisional Kuda Lumping Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. FIS, UNIMED, Medan.

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan. Saifuddin, A.F. 2006. Antropologi Kontemporer : Suatu Pengantar Kritis

(24)

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Simamora, A.F. (2010). Kajian Terhadap Struktur Musik dan Pertunjukan Jaran Kepang Kelompok Brawijaya di Binjai. Skripsi. Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Soedarsono. (1996). Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Perkembangan Seni Pertunjukan di Indonesia. Laporan Hasil Penelitian. Yogyakarta.

Widagdho, Djoko, dkk. 2010. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : PT. Bumi Aksara. www.repository.USU.ac.id

Gambar

Tabel 1 : Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa Bangun
Gambar 1 : Kerangka Berpikir ………………………………………..

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Toko Pantes adalah toko yang terletak di Kajen Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Toko tersebut menjual segala produk untuk memenuhi kebutuhan keseharian

Untuk lebih mengetahui bagaimana kemampuan setiap unit pembangkit dalam melayani beban pada sistem interkoneksi Gorontalo dengan Minahasa, maka kedua sistem ini

Melihat banyaknya kasus korupsi di Indonesia terutama dilakukan oleh pegawai negeri sipil ( PNS ), korupsi diibaratkan sudah menjadi budaya yang sulit untuk diberantas.

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul

Yang terlihat pada tabel 1 adalah sebagian besar responden (69,2%) tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga dan dan setelah memperoleh pendidikan kesehatan , semua

Tujuan penelitian ini adalah untuk kapasitas lentur yang terjadi pada ketiga bentuk variasi pelat lantai beton grid dengan tulangan wire mesh, untuk mengetahui