BATIK PAYUNG PRIANGAN
(Analisis Visual Batik Motif Payung Priangan di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Intan Pandini 1000025
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI RUPA
FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN
BATIK PAYUNG PRIANGAN
(Analisis Visual Batik Motif Payung Priangan di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya)
Oleh Intan Pandini
1000025
Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
© Intan Pandini 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang.
INTAN PANDINI
BATIK PAYUNG PRIANGAN (Analisis Visual Motif Payung Priangan di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Bandi Sobandi, M. Pd. NIP. 197206131999031001
Pembimbing II
Zakiah Pawitan, M.Ds. NIP. 198305052005012001
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Seni Rupa
INTAN PANDINI
BATIK PAYUNG PRIANGAN (Analisis Bentuk Visual Motif Payung Priangan di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya)
disetujui dan disahkan oleh penguji:
Penguji I
Drs. Untung Supriyanto, M. Pd. NIP. 195210161986011001
Penguji II
Suryadi, S. Pd., M. Sn.
NIP. 197307142003121001
Penguji III
Dewi M. Sya Bani, S. Pd. M. Ds.
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 2
C. Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian ... 2
D. Tujuan Penelitian ... 3
E. Metode Penelitian... 3
F. Manfaat Penelitian ... 3
G. Sistematika Penulisan ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
A. Unsur dan Prinsip Seni Rupa dalam Kriya Batik ... 6
1. Unsur Seni Rupa dalam Kriya Batik ... 6
2. Prinsip Seni Rupa dalam Kriya Batik ... 17
B. Kajian Batik ... 31
1. Pengertian Batik... 31
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
3. Fungsi Batik ... 33
4. Teknik Pembuatan Batik ... 35
C.Benda-benda Budaya Khas Kota Tasikmalaya ... 66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 72
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 72
1. Tempat Penelitian ... 72
2. Waktu Penelitian ... 75
B. Ruang Lingkup ... 76
C. Metode Penelitian ... 76
D. Instrumen Penelitian ... 76
E. Teknik Pengumpulan Data ... 78
1.Wawancara/Interview ... 78
2.Pengamatan/Observasi ... 79
3.Dokumentasi ... 80
4.Triangulasi ... 80
F. Pengolahan dan Analisis Data ... 80
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 81
A. Sejarah Perkembangan Kain Motif Batik Payung Priangan di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya ... 81
1. Temuan Sejarah Perkembangan Kain Motif Batik Payung Priangan di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya ... 81
2. Pembahasan Sejarah Perkembangan Kain Motif Batik Payung Priangan di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya ... 84
B. Visualisasi Motif Batik Payung Priangan di Berbagai Perajin Kelurahan Nagarasari Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya ... 91
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
2. Pembahasan Unsur Visual Batik Payung Priangan di Berbagai Perajin
Kelurahan Nagarasari Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya ... 124
3. Temuan Prinsip Visual Batik Motif Payung Priangan di Berbagai Perajin Kelurahan Nagarasari Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya ... 128
4. Pembahasan Prinsip Visual Batik Payung Priangan di Berbagai Perajin Kelurahan Nagarasari Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya ... 142
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 145
A. Simpulan ... 145
B. Saran ... 147
DAFTAR PUSTAKA ... 149
DAFTAR ISTILAH ... 153
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 154
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BATIK PAYUNG PRIANGAN
(Analisis Visual Batik Motif Payung Priangan di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya)
2014/2015
Intan Pandini
ABSTRAK
BATIK PAYUNG PRIANGAN (Analisis Visual Batik Motif Payung Priangan di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya). Batik motif payung priangan merupakan salah satu industri disektor kerajinan yang sudah membudaya di Tasikmalaya. Perajin sentra batik ini berpusat di Jl. Cigeureung Kelurahan Nagarasari Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Melalui penelitian unsur visual motif payung priangan ini di harapkan dapat menjadi cara dalam menyadarkan generasi muda terhadap pelestarian dan pengembangan budaya batik itu sendiri maupun payung geulis atau payung priangan, yang sudah menjadi ciri identitas dari kota Tasikmalaya. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui sejarah awal mula terbentuknya motif payung priangan dan unsur visual yang digunakan pada batik motif payung priangan Kota Tasikmalaya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dimaksudkan supaya lebih memahami secara rinci dan mendalam terhadap situasi dan kenyataan tentang permasalahan yang ada yang tidak dapat diteliti melalui penelitian kuantitatif, yang kedepannya bisa digunakan untuk keperluan evaluasi. Metode penelitian ini juga diperuntukan untuk dapat lebih memahami setiap hal yang belum banyak diketahui, dan menemukan pemikiran baru tentang hal-hal yang sudah banyak diketahui. Teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara, observasi, dokumentasi, dan triangulasi. Berdasarkan hasil penelitian, sejarah motif payung priangan yang diterapkan pada batik mulai mengalami masa kejayaannya sekitar tahun 1960-an, dengan adanya akulturasi dari pebatik dari daerah Jawa Tengah seperti Pekalongan, Tegal dan lain sebagainya. Titik yang mengisi pada batik payung priangan yang ada di Kecamatan Cipedes yaitu cecek dan cecek melik atau cecek pitu, sedangkan pada garis tegak melengkung, horizontal, vertikal, zigzag, meliuk-liuk, lengkung mengembang. Bentuk batik termasuk pada bidang geometri, organik dan gabungan, warna yang dipakai primer, sekunder, tersier bahkan kuarter. Tekstur yang terlihat yaitu kasar, licin, berat, ringan, dan halus. Teknik (irama) yang dipakai full repeat, half drop repeat, danfull drop repeat. Keseimbangan yang terlihat yaitu keseimbangan simetris, sederajat, tersembunyi dan radial, dan proporsi tidak terlihat. Saran dari penulis yang berminat dalam meneliti batik seperti ini disarankan untuk mengkaji lebih dalam mengenai makna, kajian produk, teknik pengembangan motif ini, dan lain sebagainya
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu ABSTRACT conservation and development of batik culture it self as well as payung geulis or payung priangan, that has become identity of Tasikmalaya. This reserch had some goals that were expected to achieve, meinly to know the history of the of the originality of the forming of motif payung priangan and visual factor that is used on batik motif payung priangan Tasikmalaya. In this research the writer used qualitative approuch which was intended to comprehend more details and deeply on the situation and fact about existing problem that can not be examined through qualitative research, that can be used for evaluation need in the future. This research method was also intended to comprehend more each issue that hasn’tbeen known much, and to find new throught about issues that have been known much. The technique of collecting data was by interview, observation, documentation, and triangulation. Based on the resuet of the research, the history of motif payung priangan that has been applied on batik started getting glory in about 1960s, with the existance of aculturation of batik maker from central Java like Pekalongan, Tegal an so on. The dots that fill batik payung priangan existing at the district of Cipedes are cecek and cecek melik or cecek pitu, while on line, horisontal, vertical, zigzag, twigy, developing line. The form of batik belongs to geometry field organic and combination, the colour that are used are primer, sekunder, tersier, even kuarter. The texture displayed are hard, slippery, heavy, light and soft. The technique (rhythm) that are applied are full repeat, half drop repeat, and full drop repeat. The balances displayed are simetrical balance, of the same degree, hidden and radial, and proportion is not detected. The writer suggest the those who are interested in searching batik like this are recommended to examine more depply on the meaning, product analysis of the technique of developing of this motive and so forth.
1 Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki banyak kebudayaan dari berbagai daerah yang salah
satunya dalam bentuk kesenirupaan di bidang kriya, contohnya batik yang sudah dikenal sejak abad ke-16 M dan terus berkembang hingga saat ini. Di kota Tasikmalaya Jawa Barat, batik Tasik dipengaruhi oleh batik asal Jawa Tengah yaitu Pekalongan dan Tegal karena menurut sejarah dahulu di daerah Sukapura atau bertempat sebelah selatan kota ditempati oleh banyaknya penduduk asal Jawa Tengah (Pekalongan dan Tegal) diakibatkan daripeperangan yang terjadi semasa kerajaan di Jawa. Masyarakat Jawa ini pada prinsipnya tetap membawa kebiasaan membatiknya. Pada akhirnya, batik mulai berkembang di masyarakat Jawa barat, meskipun demikian Tasikmalaya mempunyai ciri khas sendiri, dilihat dari motif dan warna-warna cerahnya.
Umumnya warna-warna cerah yang biasa digunakan seperti oranye, kuning, hijau, biru. Sedangkan pada motifnya sendiri batik asal Tasikmalaya lebih mempunyai karakter dan filosofi tersendiri dilihat dari ragam hias flora dan fauna, yang mencerminkan kondisi lingkungan yang ada di Tatar Sunda.
Seiring kemajuan jaman variasi motif batik terus dikembangkan hingga sekarang di setiap daerah khususnya Kota Tasikmalaya. Motif kontemporer yang lebih bebas mengeksplor motif tidak terpaku pada aturan dalam pembuatan motifnya. Tetapi sentra batik asal Tasikmalaya tetap konsisten pada budaya yang mereka miliki, salah satu contohnya penerapan payung geulis yang kini mereka jadikan sebagai motif batik kontemporer mereka.
Penerapan payung geulis sebagai salah satu motif batik Tasikmalaya bisa menjadi cara dalam pelestarian dan pengembangan budaya batik itu sendiri maupun payung geulis, yang sudah menjadi ciri identitas dari kota Tasikmalaya.
2
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
batik merupakan warisan budaya Indonesia yang harus kita lestarikan, dan batik merupakan seni yang mengandalkan cita rasa keindahan, kehati-hatian dan ketekunan saat pengerjaannya.
Sungguh miris ketika melihat masyarakat baik itu dari golongan pengrajin, pelajar, mahasiswa, wirausahawan maupun dari golongan lainnya di daerah tersebut pada kenyataannya tidak tahu akan makna ataupun sejarah dari potensi
daerahnya. Berbanding terbalik dengan teknologi yang terus berkembang tentunya bisa menjadi salah satu cara untuk mempublikasikan batik motif payung ini yang tidak hanya sekedar kepentingan pribadi saja. Ketika suatu kaum atau masyarakat tidak lagi menghargai akan karya warisan budayanya sendiri, maka hilanglah identitas yang mereka miliki. Sehubungan dengan itu penulis memilih karya tulis yang berjudul “BATIK PAYUNG PRIANGAN (Analisis Bentuk Visual Motif Payung Priangan di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya)” yang sedikitnya bisa menjadi acuan untuk keberlangsungan eksistensi batik motif payung priangan di masa yang akan datang.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah motif batik kontemporer Tasikmalaya yaitu motif payung priangan yang memiliki karakteristik dan ciri khas daerahnya mulai dari desain, warna, bentuk, dll. Dengan demikian, peneliti akan mendeskripsikan dan menganalisis visual estetis yang terdapat pada motif batik payung priangan Tasikmalaya.
C. Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka ada sejumlah data yang dapat dikaji, di antaranya: motif batik kontemporer, teknik pembuatan,
3
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
1. Bagaimana sejarah awal mula terbentuknya motif payung priangan Tasikmalaya?
2. Bagaimana visualisasi yang digunakan pada batik motif payung priangan Tasikmalaya?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai diantaranya: 1. Memperoleh gambaran tentang sejarah awal terbentuknya motif payung
priangan Tasikmalaya
2. Menganalisis visualisasi motif payung priangan Tasikmalaya
E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, seperti yang telah diungkapkan menurut Moleong (1989, hlm. 6) menyatakan bahwa:
...penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Menggunakan metode ini penulis akan mendeskripsikan mengenai motif batik payung priangan yang diproduksi di berbagai perajin di Kelurahan Nagarasari Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya di tinjau dari bentuk visual, kemudian penulis akan menganalisisnya.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat skripsi analisis bentuk visual motif payung priangan di
4
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Cipedes Kota Tasikmalaya maupun pembaca lainnya terhadap motif payung priangan Tasikmalaya.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini terbagi kedalam lima BAB yakni: BAB I Pendahuluan, BAB II Kajian Pustaka, BAB III Metodelogi Penelitian,
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, BAB V Simpulan dan Saran. BAB I: Pendahuluan
Berupa uraian yang berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian atau signifikasi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: Kajian Pustaka
Menjelaskan atau mengkaji kajian pustaka yang berisi tentang teori-teori, konsep-konsep, serta segala yang berhubungan dengan bidang yang diteliti.
BAB III: Metode Penelitian
Berisi tentang penjelasan secara rinci mengenai metode penelitian yang secara garis besar telah dijelaskan pada bab I, dan termasuk beberapa komponen lainnya, yaitu: lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, cara pemilihan sampel, serta justifikasi dari pemilihan lokasi serta penggunaan sampel. Desain penelitian dan justifikasi dari pemilihan desain penelitian itu. Metode penelitian dan jastifikasi pengguna metode penelitian tersebut. Definisi operasional; yang dirumuskan untuk setiap variabel yang diteliti yang kemudian akan dijabarkan dalam instrumen penelitian. Instrumen penelitian; misalnya tes, lembar observasi, angket, dan skala sikap/pendapat/pandangan. Proses pengembangan instrumen. Teknik pengumpulan data dan alasan rasional lainnya. Analisis data berupa laporan secara rinci tahap-tahap analisis data, serta teknik yang dipakai dalam
analisis data itu.
BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
5
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB V: Simpulan dan Saran
72 Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Kecamatan Cipedes merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Ibu kota dari Kecamatan ini yaitu Kelurahan Nagarasari, Luas wilayah Kecamatan 8,96 km2 yang terbagi kedalam empat Kelurahan. Tempat penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini berlokasi yang tersebar di empat Kelurahan Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Empat Kelurahan tersebut antara lain Kelurahan Sukamanah, Nagarasari, Cipedes, dan Panglayungan. Namun yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu di daerah Kelurahan Nagarasari yang menjadi mayoritas perajin batik di Kota Tasikmalaya berada sering disebut juga dengan daerah sentra batik. Adapun peta lokasi beserta tabel industri batik di Kelurahan Nagarasari Kecamatan Cipedes sebagai berikut:
73
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2
Peta lokasi kawasan batik Kelurahan Nagarasari (Sumber: dokumentasi pribadi. 2014)
Industri batik yang berada di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya berpusat dan tersebar hanya ada di Kelurahan Nagarasari. Kawasan batik ini berada di kampung Cicariu atau Parakanyasag, kampung Ciroyom, dan kampung Cigeureung. Nama-nama perusahaan batik tersebut antara lain sebagai berikut:
Tabel 3.1
Daftar industri batik di Kelurahan Nagarasari Kecamatan Cipedes
No. Nama Perusahaan Nama Pemilik
Alamat Keterangan
1. Batik Nagariharja Hj.Tien Kartini
Kp. Cicariu Rt.04/09
Produksi batik motif payung priangan
2. Batik Nanda Ade Kp. Cicariu
Rt.05/09
Produksi batik motif payung priangan 3. Batik Nizar Ujang Kirom Kp. Cicariu
Rt.05/09
74
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
No. Nama Perusahaan Nama 18. Batik Sukapura Encu Samsu Kp. Cigeureung
Rt. 03/11
Tidak produksi batik motif payung
75
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menetapkan sampel penelitian sebagai bahan untuk diteliti adalah analisis bentuk visual motif batik payung priangan di Kelurahan Nagarasari Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Dimana batik motif payung priangan ini merupakan salah satu ciri khas dari Kota Tasikmalaya.
2. Waktu Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan dimulai pada tanggal 25 Maret 2014 hingga 06 Oktober 2014
Tabel 3. 2 Waktu Penelitian
No Waktu Kegiatan
1. 25 Maret 2014 Survei pertama lokasi tempat penelitian sentra batik Kota Tasikmalaya
2. 27 Maret 2014 Dokumentasi pendahuluan fashion outlet batik di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
3. 01 Agustus 2014 Perijinan ke dinas Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Tasikmalaya
4. 07 Agustus 2014 Perijinan dan Observasi ke Kecamatan Cipedes, Kelurahan Nagarasari, dan Disbudparpora Kota Tasikmalaya
5. 08 Agustus 2014 Observasi ke pengrajin batik Kelurahan Nagarasari, dan ke-tiga kantor kelurahan lainnya.
6. 02 Oktober 2014 Perijinan penambahan tempat penelitian ke dinas Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Tasikmalaya
76
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
B.RUANG LINGKUP
Penelitian ini mencangkup sejarah terbentuknya motif payung priangan, dan unsur visual yang tampak pada batik motif payung priangan. Motif batik payung priangan yang telah dihasilkan oleh para perajin batik di kecamatan Cipedes.
C.METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dimana menurut Moleong (1989, hlm. 6) menyatakan bahwa:
...penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Penggunaan metode ini dimaksudkan supaya lebih memahami secara rinci dan mendalam terhadap situasi dan kenyataan tentang permasalahan yang ada yang tidak dapat diteliti melalui penelitian kuantitatif, yang selanjutnya bisa digunakan untuk keperluan evaluasi. Metode penelitian ini juga diperuntukan untuk supaya dapat lebih memahami setiap hal yang belum banyak diketahui, dan menemukan pemikiran baru tentang hal-hal yang sudah banyak diketahui.
D.INSTRUMEN PENELITIAN
Menurut Arikunto (2010, hlm. 203) bahwa: “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah”. Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, karena penelitian kualitatif merupakan studi kasus maka hanya peneliti yang dapat memahami segala sesuatu yang ada di
77
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3
Wawancara atau interview ditujukan untuk mendapatkan informasi dari
interviewer. Difokuskan dan dikhususkan pada perajin-perajin batik, budayawan,
dan pihak-pihak instansi yang terkait. Cara untuk melakukan tahap ini yaitu peneliti menyiapkan sederetan pertanyaan secara lengkap dan terstruktur, dengan dalam bentuk pedoman wawancara (Lampiran ...).
Pengamatan atau observasi bisa dilakukan dengan mengamati sekaligus mencatat dari pengalaman secara langsung dengan tujuan peneliti dapat memahami jika terdapat situasi yang sulit, juga dapat menjadi alternatif jika dalam kasus tertentu teknik lain tidak dimungkinkan. Penulis mengembangkan ke dalam lembar observasi (Lampiran).
78
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
dalam penelitian. Seperti yang telah dijelaskan oleh Moleong (1989, hlm. 160) bahwa: “Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif”.
E.TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam teknik pengumpulan data merupakan pekerjaan yang penting dalam meneliti dan memiliki waktu yang cukup lama dalam prosesnya. Cara supaya data yang diperoleh sesuai dengan hasil yang diteliti, teknik yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain:
1. Wawancara atau interview
Wawancara merupakan percakapan dari pertemuan kedua belah pihak antara pewawancara dan terwawancara dengan bertukar informasi dengan topik tertentu. Menurut Patton (dalam Moleong, 1989, hlm. 187) menyebutkan tiga jenis wawancara yaitu: “...(a) wawancara pembicaraan informal, (b) pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, dan (c) wawancara baku terbuka”. Jenis metode wawancara pada penelitian ini yaitu jenis wawancara terbuka dimana menurut Moleong (1989, hlm. 188) mengutarakan bahwa: “Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku”. Namun terkadang penulis menggunakan metode wawancara lainnya dikarenakan untuk situasi dan pewawancara tertentu yaitu dengan wawancara pembicaraan informal, yang merupakan pada percakapan ini bergantung pada pewawancara yang lebih spontanitas mengajukan pertanyaan.
Wawancara dilakukan pada beberapa nara sumber yaitu seperti yang tertera pada tabel berikut ini
Tabel 3.4
Fokus Penelitian atau Nara Sumber
No. Fokus Penelitian
1. Perajin Sentra Batik Kecamatan Cipedes 2. Instansi Terkait
79
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Tabel. 3.5 Nama-nama informan
No. Informan Profesi Usia
1. Undang Muslih Sekretaris Kelurahan Nagarasari 54 tahun 2. Leni Rusanti Pelayanan Kelurahan Sukamanah 50 tahun
3. Dudu Pegawai Kelurahan Cipedes 54 tahun
4. Sule Sulaeman S Wiraswasta/budayawan 74 tahun
5. H. Cacu Pengusaha batik Agnesa 62 tahun
6. Encin Kuraesin Pengusaha/perajin batik Putri Kembar 73 tahun 7. Ujang Kirom Perajin /pengusaha batik Nizar 47 tahun 8. Hj. Tien Kartini Pengusaha batik Nagariharja 64 tahun
9. Yuyun Sri W Pengusaha batik Rizqy 46 tahun
10. Deden Supriadi Pengusaha batik Deden 50 tahun 11. Ade Suryana, SE.
MM
Pengusaha batik Nanda 57 tahun
12. Dra. Elis
Perencanaan evaluasi pelaporan Dinas Koperasi UMKM Perindag Kota Tasikmalaya
32 tahun
14. Iyan A Gunawan Tenaga fungsional Dinas Koperasi UMKM Perindag Kota Tasikmalaya
44 tahun
2. Pengamatan atau observasi
Menurut Dhohiri (dalam Banawati, 2010, hlm. 65) mengemukakan bahwa “Observasi merupakan suatu aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian melalui proses pengamatan langsung di lapangan”. Ada beberapa alasan dalam memilih teknik penelitian ini seperti yang telah dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 1989, hlm. 174)
80
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Sebagaimana telah disinggung di atas, maka pengamatan langsung dalam penelitian ini dilakukan langsung ke lokasi penelitian di sentra batik Kecamatan Cipedes yang tersebar di empat Kelurahan yaitu Kelurahan Sukamanah, Nagarasari, Cipedes, dan Panglayungan Kota Tasikmalaya. Di lokasi penelitian ini penulis mengamati karya batik bermotif payung priangan yang sudah menjadi ciri khas dari Kota Tasikmalaya.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data lainnya dalam penelitian kualitatif. Seperti yang telah dikemukakan oleh Moleong (1989, hlm. 274) bahwa: “metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya”.
Dokumentasi yang didapat berupa foto dari pengambilan gambar sendiri dengan kamera maupun dokumentasi gambar dari sumber lain seperti foto perusahaan, internet, buku, dan lain-lain. Proses pemotretan atau pengambilan gambar oleh penulis sendiri dilakukan saat observasi berlangsung.
4. Triangulasi
Teknik ini digunakan dalam penelitian ini oleh penulis dimaksudkan untuk memperoleh keabsahan data dari berbagai sumber data yang nantinya merujuk pada satu kesimpulan yang sama. Cara ini baik digunakan ketika adanya perbedaan saat mengumpulkan data tentang pendapat seseorang dan kejadian tertentu.
F. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
81
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
145 Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Batik Payung Priangan (Analisis Visual Batik Motif Payung Priangan di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya),
peneliti berkesimpulan sebagai berikut:
Kelurahan Nagarasari yang berada di Kecamatan Cipedes merupakan salah satu dari dua daerah penghasil batik di Kota Tasikmalaya setelah Kelurahan Parakanyasag Kecamatan Indihiang. Masa kejayaan motif batik payung priangan di Kota Tasikmalaya pada tahun 1960-an. Dipelopori oleh Alm. Wasdi perajin daerah Bojong yang membuat batik payung dengan menggunakan canting tulis dengan niat awal hanya untuk menambah jumlah barang yang diproduksi pada saat itu. Selang beberapa lama muncullah berbagai jenis motif payung priangan di setiap perajin batik di Kota Tasikmalaya dengan ciri khas pada masing-masing perajin batik.
Kini payung bukan hanya diterapkan pada batik melainkan menjadi simbol dari Kota Tasikmalaya yang berdiri pada tahun 2001. Payung yang merupakan icon Kota Tasikmalaya apabila diterapkan pada batik termasuk motif benda-benda
teknologis, tidak memiliki perlambangan tertentu tetapi hanya merupakan informasi yang akan disampaikan. Jelas terlihat bahwa payung disini menyimbolkan sebagai wadah naungan untuk masyarakat Kota Tasikmalaya.
Ada masanya perajin batik khususnya batik payung priangan mengalami masa surut, hal ini diakibatkan minat konsumen dan trend mode yang begitu cepat berkembang, juga dalam pembuatan motif payung ini tidak seperti motif lainnya
146
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
sekarang belum ada satu pun yang sudah mencoba dipatenkan baik itu oleh orang yang mendesain atau pun dari pihak instansi terkait. Adapun kesimpulan dari analisis visual yang terlihat pada motif batik payung priangan adalah sebagai berikut:
1. Ragam motif payung priangan karya pebatik Kelurahan Nagarasari
Motif payung priangan yang dihasilkan pebatik Keluarahan Nagarasari cukup
bervariasi meski penggayaan atau penyederhanaannya masih banyak yang hampir sama.
2. Unsur visual motif payung priangan karya pebatik Kelurahan Nagarasari Berdasarkan kajian pembahasan ini, peneliti menemukan beberapa unsur visual yang terlihat pada motif-motif payung priangan yaitu titk yang meliputi cecek
ada 15 dari 19 (78,9), cecek melik ada 3 dari 19 (15,7). Pada garis meliputi:
garis tegak melengkung 17 dari 19 (89,4), horizontal 4 dari 19 (21),
vertikal 10 dari 19 (52,6), zigzag 2 dari 19 (10,5), meliuk-liuk 4 dari 19
(21), dan lengkung mengembang 18 dari 19 (94,7). Pada bidang adapun
sebagai berikut: raut bidang geometri 6 dari 19 (31,5), raut bidang organik 5
dari 19 (26,3), raut bidang gabungan 18 dari 19 (94,7). Pada warna terdapat
warna primer 14 dari 19 (73,6), sekunder 5 dari 19 (26,3), dan warna
kuarter 2 dari 19 (10,5). Pada tekstur yang terlihat yaitu: kesan kasar 8 dari
19 (42,1), licin 3 dari 19 (15,7), berat 10 dari 19 (52,6), ringan 3 dari 19
15,7), dan halus 4 dari 19 (21).
147
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
4.10, 4.18, 4.19. Dominasi atau pusat perhatian yang sejalan dengan Sanyoto maka dominasi yang muncul pada motif payung priangan di Kecamatan Cipedes yaitu: dominasi kontras ekstrem (raut bentuk bidang) ada pada Gambar 4.1, dominasi kelainan (raut dan warna pada bentuk bidang) terdapat pada Gambar 4.9, 4.10, 4.18, 4.19, dan dominasi keunggulan (dominasi keistimewaan) ada pada Gambar 4.3, 4.4, 4.5. Pada keseimbangan terdapat
keseimbangan simetris 9 dari 19 (47,3), keseimbangan sederajat 4 dari 19 (21). Proporsi tidak terlihat pada batik payung priangan di Kecamatan Cipedes.
B.Saran
Berdasar pada hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang dijelaskan pada skripsi ini perlu kiranya peneliti menyampaikan rekomendasi saran. Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1. Bagi pembaca, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan atau pengetahuan tentang motif-motif payung priangan yang ada di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
2. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Rupa, diharapkan dapat dijadikan referensi dalam kajian kriya tekstil dan batik.
3. Bagi peneliti lain, yang berminat dalam meneliti batik seperti ini penulis sarankan untuk mengkaji lebih dalam mengenai makna, kajian produk, teknik pengembangan motif ini, dan lain sebagainya.
4. Bagi perusahaan atau perajin batik, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan atau motivasi dalam pengembangan motif-motif payung
priangan yang sudah ada dan coba untuk mempatenkannya. Penggunaan bahan pewarna alam untuk meminimalisir pencemaran air.
148
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
149
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Buku Sumber :
Darmaprawira, S. (2002) Warna teori dan kreativitas penggunaannya. Edisi ke-2, Bandung: ITB.
Handoyo, J. D. (2008) Batik dan jumputan. Edisi pertama, Sleman: PT Macana Jaya Cemerlang.
Hasanudin, (2001) Batik Pesisiran: Melacak pngaruh etos dagang santri pada ragam hias batik. Cetakan I, Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Haque, M. dan Thereskova, M. A. (2012) Batik Lukis Basu S D. Edisi pertama, Jakarta: Kakilangit Kencana.
Lisbijanto, H. (2013) Batik. Edisi pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Moleong, L. J. (2012) Metodologi penelitian kualitatif edisi rivisi. Cetakan ke-30, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Musman, A. dan Arini, A. B. (2011) Batik warisan adiluhung Nusantara. Yogyakarta: G-Media.
Sanyoto, S. E. (2010) Nirmana elemen-elemen seni desain. Edisi kedua, Yogyakarta: Jalasutra
Setiawati, P. (2004) Kupas tuntas teknik proses membatik dilengkapi teknik menyablon. Cetakan pertama, Yogyakarta: Absolut.
Sunaryo, A. (2010) Ornamen Nusantara kajian khusus tentang ornamen Indonesia. Cetakan II, Semarang: Dahara Prize.
Toekio, M. S. (1987) Mengenal ragam hias Indonesia. Bandung: Angkasa.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: (UPI).
150
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Sumber Skripsi:
Banawati. (2010). KAJIAN VISUAL MOTIF “BATIK TRADISIKU” DI KOTA BOGOR. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sumber Internet:
Admin. (2014). BATIK JIROLUPAT. Online. Tersedia di :
http://www.batikjirolupat.com/blog/mendapatkan-batik-pekalongan-grosir-di-toko-online/ Diakses 30 Oktober 2014
Admin. (2014). Batik Tumpal: Batik Unik dan Berbeda !!!Batik Jirolupat. Online. Tersedia di: http://www.batikjirolupat.com/blog/batik-tumpal-batik-unik-dan -berbeda/ Diakses 30 Oktober 2014
Ansyah. (2012). Lampung Culture Centre: April 2012. Online. Tersedia di:
http://lampungzone.blogspot.com/2012-04-01_archive.html?m=1 Diakses
30 Oktober 2014
Apriando. (2012). Ayo, Kini Saatnya Berbatik Ramah Lingkungan...!. Online.
Tersedia di:
http://mongabay.co.id/2012/12/28/ayo-kini-saatnya-berbatik-ramah-lingkungan/ Diakses 30 Oktober 2014
Ardi. (2011). Perjalanan Seni Rupa Indonesia: Mei 2011. Online. Tersedia di:
http://ardicandiago.blogspot.com/2011_05_01_archive.html?m=1 Diakses
30 Oktober 2014
Debatik. (2010). de-batik. Online. Tersedia di:
http://debatik.blogspot.com/2010/03/batik-tulis-wayang-rp-165000.html?m=1Diakses 30 Oktober 2014
Elenta. (2013). Gawangan Kayu Jati. Online. Tersedia di:
http://batik-elenta.blogspot.in/2013/06/gawangan-kayu-jati.html?m=1 Diakses 30
151
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Fitinline. (2011). Batik Indramayu. Online. Tersedia di:
http://fitinline.com/article/read/batik-indramayu Diakses 30 Oktober
2014
Fitinline. (2013). Keunikan Makna Filosofi Batik Klasik: Motif Kawung. Online.
Tersedia di:
http://fitinline.com/article/read/keunikan-makna-filosofi-batik-klasik-motif-kawung Diakses 30 Oktober 2014
Fitinline. (2013). Keunikan Makna Filosofi Batik Klasik: Motif Sidoasih. Online.
Tersedia di:
http://fitinline.com/article/read/keunikan-makna-filosofi-batik-klasik-motif-sidoasih Diakses 30 Oktober 2014
Fitinline. (2013). Keunikan Makna Filosofi Batik Klasik: Motif Sidomukti. Online. Tersedia di: http://fitinline.com/article/read/keunikan-makna-filosofi-batik-klasik-motif-sidomukti Diakses 30 Oktober 2014
Gugus. (2012). Batik Mega Mendung Khas CirebonMedogh. Online. Tersedia
di:
http://www.medogh.com/blog/artikel-batik-mega-mendung-khas-cirebon/?wprptest2=0 Diakses 30 Oktober 2014
Hermansyah. (2009). Batik Motifsanhe51’sblog. Online. Tersedia di:
http://anhe51.wordpress.com/2009/10/01/batik-motifs/ Diakses 30
Oktober 2014
Johannes. (2010). Membatik, Melukis Budaya. Online. Tersedia di:
https://blog.djarumbeasiswaplus.org/alfonsusdellyjohannes/2010/09/09/me
mbatik-melukis-budaya/ Diakses 30 Oktober 2014
Lek iwon. (2011). Batik Painting Saint Noveni. Online. Tersedia di:
http://saintnovenibatik.blogspot.in/2011/02/lek-iwon-batik-art-gallery.html?m=1 Diakses 30 Oktober 2014
Listyadewi. (2010). Peralatan Batik CantingBUDAYA JAWA. Online. Tersedia
di: http://ikeretna.wordpress.com/peralatan-batik-canting/ Diakses 30
152
Intan Pandini, 2014
Batik Payung Priangan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Pemerintah Kota Tasikmalaya. (2013). Lambang. Online. Tersedia di:
http://www.tasikmalayakota.go.id/statis-92lambangdaerah.html. Diakses
27 Oktober 2014
Prasetyo. (2013). 10 ALAT DAN BAHAN UNTUK MEMBUAT BATIK TULIS. Online. Tersedia di: http://batikriau.com/10-alat-dan-bahan-untuk-membuat-batik-tulis/ Diakses 30 Oktober 2014
Prasetyo. (2013). Batik Prasetyo. Online. Tersedia di:
http://www.batikprasetyo.com/2013/11/baju-batik-pria-kombinasi-tulis-cap-kode-gf-21.html Diakses 30 Oktober 2014
Radjah. (2013). SABRINA RAMBU SUMBA: Kain Tenunan Sumba Timur.
Online. Tersedia di:
http://sabrinarambusumba.blogspot.com/2013/04/kain-tenunan-sumba-timur.html?m=1 Diakses 30 Oktober 2014
Sarinastiti. (2010). A glimpse of Batik Indonesia: Jenis Canting. Online.
Tersedia di:
http://sekilasbatik.blogspot.in/2010/10/canting-adalah-peralatan-utama-yang.html?m1 Diakses 30 Oktober 2014
Setiadi. (2010). Seragam Batik. Online. Tersedia di:
http://www.solopos.com/2012/05/07/seragam-batik-183842 Diakses 30