• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA PERT Daya Hambat Ekstrak Jahe (Zingiber Officinale) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Saprophyticus Perusak Ikan Dalam Sistem Emulsi Tween.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAYA PERT Daya Hambat Ekstrak Jahe (Zingiber Officinale) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Saprophyticus Perusak Ikan Dalam Sistem Emulsi Tween."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

DAYA

PERT

HAMBAT

UMBUHAN

DA

UNIVER

ART

EKSTRAK J

Staphyloco

ALAM SIST

Dis

QUDWA

J

PROGRA

FAKULTAS

RSITAS MUH

TIKEL ILMIA

JAHE (Zing

occus sapro

EM EMULS

susun Oleh

ATUN QOYY

300 090 018

AM STUDI G

S ILMU KES

HAMMADIY

2012

AH

giber officin

rophyticus P

SI TWEEN 80

h :

YIMAH

8

GIZI DIII

SEHATAN

YAH SURAK

ale) TERHA

PERUSAK I

0

KARTA

1

ADAP

(2)

2

 

 

NUTRITION DEPARTMENT

HEALTH FACULTY

MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA

ABSTRACT

Qudwatun Qoyyimah. J300090018

“The Resistibility of Ginger Extract (Zingiber officianale) to the Growth of

Staphylococcus saprophyticus damaged fish in the 80 Tween Emulsion

System”

Fish is one of damageable food so human needs efforts to pickle them. Many

researches found that ginger has fenol compound that is useful as the

antimicrobial so it can be used to pickle the fishes. The objective of this research

is to know the of ginger extract (Zingiber officianale) to the growth of

staphylococcus saprophyticus damaged fish in the 80 Tween emulsion system”

The experiment on the growth of the bacteria of staphylococcus

saprophyticus is done by using Complete Random Program (RAL) with 4 action

and 3 times of repetition. The variable of this research is the resistibility of

staphylococcus saprophyticus and the different concentration ogf ginger extract.

The ginger extract concentration that is 0% (control), 25%, 35%, 45% (b/v) and

the analysis using one way Anova.

The result of this research shows that ginger extract is able to resist the

growth of staphylococcus saprophyticus on the 0% concentration without any

resistor, 25% concentration with low resistor, 35% and 45% concentration have

strong resistor. The statistical test shows that there is influence of resistability of

ginger extract to the growth staphylococcus saprophyticus. The using of 0%

concentration is really different with the concentration of 25%, 35%, 45%. There

is no difference between 25%, 35% and 45% concentration, so staphylococcus

saprophyticus is effectively resisted on the 25% concentration. The sugestion of

this result is to use ginger extract as the antimicrobial because it can be used to

pickle the fish.

Keyword : The resistibility, ginger extract, staphylococcus

saprophyticus, Fish.

(3)

3

 

 

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ABSTRAK

Qudwatun Qoyyimah. J300090018

“DAYA HAMBAT EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP

PERTUMBUHAN Staphylococcus saprophyticus PERUSAK IKAN DALAM

SISTEM EMULSI TWEEN 80”.

 

Ikan merupakan bahan pangan yang mudah mengalami kerusakan

sehingga perlu usaha untuk mengawetkannya. Berbagai penelitian menunjukkan

bahwa jahe mempunyai kandungan senyawa fenol yang berfungsi sebagai

antimikrobia sehingga berpotensi untuk mengawetkan ikan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak Jahe (Zingiber officinale)

terhadap pertumbuhan Staphylococcus saprophyticus perusak ikan dalam sistem

emulsi Tween 80”.

Pengujian terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus saprophyticus

dilakukan menggunakan metode difusi agar pada media Nutrient Agar,

percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan

dan 3 kali ulangan. Variabel yang diteliti adalah besar daya hambat

Staphylococcus saprophyticus dan konsentrasi ekstrak jahe yang berbeda.

Konsentrasi ekstrak jahe yang diujikan adalah 0% (kontrol), 25%, 35%, 45% (b/v)

dan dianalisis menggunakan uji Anova satu arah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak jahe mampu menghambat

pertumbuhan Staphylococcus saprophyticus pada konsentrasi 0% tidak ada

hambatan, konsentrasi 25% dengan kategori hambatan sedang, konsentrasi

35% dan 45% memiliki hambatan kuat. Hasil uji statistik terdapat pengaruh daya

hambat ekstrak jahe terhadap pertumbuhan Staphylococcus saprophyticus.

Penggunaan konsentrasi 0% berbeda nyata dengan konsentrasi 25%, 35%,

45%. Konsentrasi 25%, 35% dan 45% tidak ada perbedaan yang nyata sehingga

Staphylococcus saprophyticus

sudah efektif dihambat pada konsentrasi 25%.

Saran dari penelitian ini yaitu ekstrak jahe memiliki kemampuan sebagai

antimikrobia sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pada pengawetan

ikan.

Kata kunci

: Daya hambat, ekstrak jahe, Staphylococcus saprophyticus,

Ikan

(4)
(5)
(6)

1

 

 

DAYA HAMBAT EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP

PERTUMBUHAN Staphylococcus saprophyticus PERUSAK IKAN

DALAM SISTEM EMULSI TWEEN 80

Qudwatun Qoyyimah

Program Studi Gizi DIII, Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRACT

Fish is one of damageable food so human needs efforts to pickle them. The

objective of this research is to know the of ginger extract (Zingiber officianale) to

the growth of staphylococcus saprophyticus damaged fish in the 80 Tween

emulsion system. The experiment on the growth of the bacteria of

staphylococcus saprophyticus is done by using Complete Random Program

(RAL) with 4 action and 3 times of repetition. The ginger extract concentration

that is 0% (control), 25%, 35%, 45% (b/v). The result of this research shows that

there is influence of resistability of ginger extract to the growth staphylococcus

saprophyticus. The using of 0% concentration is really different with the

concentration of 25%, 35%, 45%. There is no difference between 25%, 35% and

45% concentration, so staphylococcus saprophyticus is effectively resisted on the

25% concentration. The sugestion of this result is to use ginger extract as the

antimicrobial because it can be used to pickle the fish.

Keyword : The resistibility, ginger extract, Staphylococcus saprophyticus, Fish.

PENDAHULUAN

Ikan merupakan salah satu

bahan makanan yang banyak dikenal

dan dikonsumsi masyarakat

(Hadiwiyoto, 1993). Potensi sumber

daya perikanan laut di Indonesia

menghasilkan sekitar 65 juta ton

pertahun, namun terdapat

keterbatasan dalam teknik

pengolahan dan pengawetan yang

mengakibatkan ikan mudah

mengalami kerusakan, sehingga

perlu teknik yang tepat untuk

mempertahankan kualitas ikan

(Ghufran dan Kordik, 2009).

Ikan merupakan bahan pangan

yang memiliki kandungan zat gizi

yang tinggi. Kandungan gizi pada

(7)

2

 

 

mineral dan air. Ikan mudah

mengalami kerusakan yang

disebabkan oleh beberapa hal

antara lain kadar air yang cukup

tinggi (70-80% dari berat daging)

dan kandungan zat gizi pada ikan.

Kandungan air dan zat gizi yang

cukup tinggi tersebut dapat

menyebabkan mikroorganisme

mudah tumbuh dan berkembang

biak (Astawan, 2004).

Perubahan atau kerusakan ikan

paska tangkap akan menjadi

penghambat dalam upaya

pendistribusian dan perdagangan.

Untuk mengatasi kondisi tersebut

maka perlu adanya upaya

peningkatan masa simpan ikan, agar

ikan tidak mudah mengalami

kerusakan dan pembusukan selama

pendistribusian (Irianto dan Soesilo,

2007).

Upaya

mencegah

dan

mengendalikan pertumbuhan bakteri

pada bahan makanan umumnya

digunakan bahan kimia pengawet

berbahaya, alternatif lain yang

memungkinkan untuk dikembangkan

adalah pemanfaatan senyawa

bioaktif yang dihasilkan oleh

tumbuhan. Salah satu diantaranya

adalah pemanfaatan senyawa

metabolit sekunder yang terdapat

pada tanaman jahe (Zingiber

officinale). ).

Hasil penelitian Purwani dan

Muwakidah (2008) berbagai bahan

alami yaitu laos, jahe dan kunyit

yang telah diparut dan dilumatkan

pada ikan dapat mengawetkan

daging dan ikan selama 24 jam pada

suhu kamar.

Staphylococcus saprophyticus

merupakan bakteri proeolitik bersifat

patogen. Staphylococcus

saprophyticus diperoleh dari hasil

penelitian Purwani, Retnanungtyas,

dan Widowati (2008) yang telah

melakukan isolasi mikrobia perusak

(8)

3

 

 

tumbuh dengan cepat pada

temperatur 37

0

C, namun

pembentukan pigmen yang terbaik

adalah pada temperatur kamar

(20-35

0

C), koloni pada media yang

padat akan berbentuk bulat, lembut,

dan mengkilap. Hampir setiap orang

mengalami berbagai infeksi, infeksi

yang disebabkan oleh

Staphylococcus Saprophyticus

umumnya menyebabkan infeksi

saluran urin pada wanita muda

(Jawetz, et al, 2005).

Tujuan dari penelitian ini adalah

Mengukur daya hambat ekstrak jahe

(Zingiber officinale) dari

pertumbuhan

Staphylococcus

saprophyticus perusak ikan dalam

sistem emulsi Tween 80

dan

Menganalisis pengaruh ekstrak jahe

(Zingiber officinale) terhadap daya

hambat pertumbuhan

Staphylococcus saprophyticus

perusak ikan dalam sistem emulsi

Tween 80.

METODE PENELITIAN

Penelitian

ini

menggunakan

desain penelitian experimental murni

di Laboratorium. Tempat untuk

pengeringan rimpang jahe dilakukan

di Laboratorium Ilmu Pangan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Ekstraksi

jahe dilakukan di Laboratorium

Kimia, Laboratorium Farmasetika,

FIK Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Isolasi mikrobia dan daya

hambat dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi, Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Penelitian ini dilakukan pada bulan

November 2011-Februari 2012.

Rancangan

yang

digunakan

dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Masing-masing perlakuan dilakukan

3 kali ulangan sehingga total

percobaan 4 x 3 = 12 satuan

(9)

4

 

 

yang digunakan yaitu 0%, 25%, 35%

dan 45%.

Prosedur penelitian ekstraksi

jahe yaitu rimpang jahe dibersihkan

dan diiris tipis kemudian dikeringkan

dengan oven pada suhu 55

0

C

selama 24 jam. Irisan jahe diblender

untuk mendapatkan serbuk jahe.

Serbuk jahe diayak menggunakan

ayakan 60 mesh. Serbuk jahe

ditimbang 50 gram, dimasukkan

dalam Erlenmeyer. Ditambah pelarut

dan diaduk menggunakan magnetic

stirer selama 60 menit. Didiamkan

selama 24 jam. Disaring

menggunakan kertas saring hingga

diperoleh ekstrak jahe. Ekstrak jahe

dikentalkan menggunakan rotary

vacum evaporator.

Prosedur pengenceran ekstrak

jahe yaitu ekstrak jahe ditimbang

hingga mencapai berat 0, 25, 35 dan

45 gram. Masing-masing ekstrak

dimasukkan dalam labu takar 100 ml

lalu ditambahkan dengan larutan 1,0

Tween 80 hingga angka 100.

Dihomogenkan dengan stirer hingga

homogen.

Prosedur

uji

daya

hambat

mikrobia pada ekstraksi jahe

konsentrasi yang berbeda yaitu: 1

ose biakan murni dimasukkan ke

dalam tabung reaksi yang berisi ± 10

ml Na cair. Dituang pada cawan petri

steril kemudian dihomogenkan

dengan memtar menyerupai angka 8

dan ditunggu hingga padat. Setelah

padat, cawan petri dibagi 4 juring,

jutting A konsentrasi 0%, juring B

konsentrasi 25%, juring C

konsentrasi 35% dan juring D

konsentrasi 45%. Diambil kertas

saring steril kemudian dicelupkan ke

dalam ekstrak jahe dengan

konsentrasi masing-masing dan

diletakkan dibagian juring

permukaan agar cawan yang sudah

ditanam biakan Staphylococcus

saphropyticus. Biakan uji diinkubasi

(10)

5

 

 

jam. Setelah diinkubasi diamati

adanya zona terang dan diukur

diameter zona terang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

dari

penelitian

ini,

Staphylococcus saphropyticus

terdapat daya hambat oleh ekstrak

jahe.Data hasil pengukuran rata-rata

besar daya hambat ekstrak jahe

(Zingiber officinale) terhadap

pertumbuhan

Staphylococcus

saphropyticus dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Besar Daya Hambat Staphylococcus saphropyticus Perusak

Ikan oleh Ekstrak Jahe.

Konsentrasi

ekstrak jahe

Rata-rata

(mm)

Kategori

Hambatan

0%

0

Tidak ada

25%

19,11 ± 2,90

Sedang

35%

20.22 ± 1,64

Kuat

45%

21.44 ± 5.04

Kuat

Berdasarkan

Tabel

1,

Staphylococcus saphropyticus

memiliki kategori hambatan sedang

hingga kuat hal ini disebabkan

karena bakteri gram positif dinding

selnya terdiri dari peptidoglikan yang

tebal dan lipid sedikit sehingga

senyawa fenol mampu mencegah

sintesis peptidoglikan pada sel yang

sedang tumbuh.

Hasil pengujian daya hambat

Staphylococcus saprophyticus

dari

ekstrak jahe menunjukan bahwa

pada kontrol negatif tidak terdapat

diameter zona hambat dan pada

konsentrasi ekstrak jahe 25%, 35%,

45% mampu menghambat

pertumbuhan

Staphylococcus

saprophyticus

yang terdapat pada

ikan nila. Hal ini disebabkan karena

adanya kandungan senyawa fenol

yang berfungsi sebagai antimikrobia

dalam ekstrak jahe (Paimin dan

Murhananto, 2004),

senyawa-senyawa itulah yang berperan aktif

[image:10.612.135.502.310.732.2]
(11)

6

 

 

bakteri

Staphylococcus

saprophyticus. Besar daya 

hambat

 

Staphylococcus saphropyticus

diperoleh bahwa konsentrasi 25%

sudah mampu menghambat

pertumbuhan mikrobia.

Menurut Jawetz et al. (2001)

pertumbuhan bakteri yang terhambat

atau kematian bakteri akibat suatu

zat antibakteri dapat disebabkan

oleh penghambatan terhadap

sintesis dinding sel, penghambatan

terhadap fungsi membran sel,

penghambatan terhadap sintesis

protein, atau penghambatan

terhadap sintesis asam nukleat.

Kerusakan membran sel

menyebabkan terganggunya

transpor nutrisi melalui membran sel

sehingga sel bakteri mengalami

kekurangan nutrisi yang diperlukan

bagi pertumbuhannya. Fenol pada

jahe memiliki kemampuan

mendenaturasi protein dan merusak

membran sel dengan cara

melarutkan lemak yang terdapat

pada dinding sel, sehingga

menyebabkan penghambatan pada

bakteri.

Hasil analisis Anova satu arah

pengaruh daya hambat konsentrasi

ekstrak jahe yang berbeda terhadap

pertumbuhan Staphylococcus

saprophyticus perusak ikan dapat

[image:11.612.132.508.588.666.2]

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh Daya Hambat Ekstrak Jahe (Zingiber officinale) terhadap

Pertumbuhan Staphylococcus saprophyticus

Konsentrasi

Ekstrak jahe

Besar daya hambat (mm)

Rata-rata

(mm)

Nilai P

Ulangan1 Ulangan2 Ulangan3

0%

0

0

0

0 a

0.000

25% 16,67 18,33 22,33 19,11

b

35% 18,33 21.00 21.33 20.22

b

45% 15,67 25 23.67

21.44

b

(12)

7

 

 

Berdasarkan Tabel 2, hasil uji

One Way Anova, diperoleh hasil

bahwa nilai signifikasi untuk

pengaruh ekstrak jahe terhadap

pertumbuhan

Staphylococcus

saprophyticus

yaitu lebih kecil dari

0,05 (0,000 < 0,05), sehingga H

0

ditolak. Hal ini menunjukkan ada

pengaruh yang signifikan dari

konsentrasi ekstrak jahe terhadap

pertumbuhan

Staphylococcus

saprophyticus, oleh karena ada

pengaruh maka dilanjutkan dengan

uji LSD untuk mengetahui adanya

perbedaan pada masing-masing

konsentrasi.

Berdasarkan Tabel 2, hasil uji

LSD menunjukan bahwa

konsentrasi yang diberi jahe dan

tidak diberi jahe berbeda nyata.

Sedangkan penggunaan konsentrasi

ekstrak jahe 25%, 35%, dan 45%

terhadap penghambatan

Staphylococcus saprophyticus tidak

ada perbedaan yang nyata. Hal ini

menunjukan bahwa Staphylococcus

saprophyticus

sudah efektif

dihambat pada konsentrasi 25%,

sedangkan penggunaan konsentrasi

yang lebih tinggi yaitu 35%, 45%

tidak memberikan efek yang

berbeda dengan konsentrasi 25%.

Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa perlakuan yang berpotensi

untuk menghambat total

pertumbuhan bakteri

Staphylococcus saprophyticus

adalah mulai konsentrasi 25%. Hal

ini menunjukan bahwa, konsentrasi

terendah untuk menghambat total

pertumbuhan bakteri

Staphylococcus saprophyticus pada

penelitian ini adalah 25%.

Mekanisme penghambatan

bakteri oleh senyawa fenol

disebabkan senyawa fenol akan

bereaksi dengan porin (protein

transmembran) pada membran luar

dinding sel bakteri membentuk

(13)

m

R

p

a

d

m

k

t

s

t

S

i

f

mengakibatk

Rusaknya

pintu kelua

akan men

dinding se

Gamb

Berdasar

menunjukka

kecenderung

tinggi kons

semakin

terhadap

Staphylococ

ini dipenga

fenol yang t

0 5 10 15 20 25 d a y a   h a m b a t   (m m )

kan rusak

porin yang

ar masukny

ngurangi

el bakteri

ar 1. Daya

Pertu

dalam

rkan Ga

an

gan bahw

sentrasi e

besar da

ccus saprop

ruhi kerena

tinggi dalam

0 konsentrasi  0%

knya porin

g merupaka

ya substan

permeabilita

yang aka

a Hambat

umbuhan S

m Sistem Em

ambar

adany

wa semak

kstrak jahe

ya hamba

pertumbuha

phyticus. H

a kandunga

m ekstrak jah

19.11 konsentrasi  25% konsentrasi

n.

an

si

as

an

me

kek

per

ata

Ekstrak Jah

Staphylococc

mulsi Tween

1,

ya

in

e,

at

an

al

an

he

me

me

pen

bak

sap

25%

tida

efe

kon

20.22 konsentrasi  35% ekstrak jahe

engakibatkan

kurangan

rtumbuhan b

au mati

he (Zingibe

cus saproph

n 80.

endenaturas

embran se

ningkatan

kteri

prophyticus.

%, 35% da

ak ada beda

ektif m

nsentrasi 25

21.44 konsentrasi  45%

n sel

nutrisi,

bakteri akan

(Salni dk

er officinale)

hyticus Per

i protein da

el

diikuti

penghamba

Staph

Pada

k

an 45% me

a nyata, sehi

(14)

9

 

 

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data

yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan bahwa:

(1)

Ekstrak jahe mampu

menghambat pertumbuhan

Staphylococcus saprophyticus pada

konsentrasi 25% sebesar 19,11 mm

dengan kategori hambatan sedang ,

konsentrasi 35% sebesar 20,22 mm

dengan kategori kuat dan 45%

sebesar 21,44 dengan kategori kuat.

(2) Ada pengaruh yang nyata pada

penggunaan konsentrasi ekstraksi

jahe 0%, 25%, 35%, 45% terhadap

penghambatan

Staphylococcus

saprophyticus. (3)Penggunaan

konsentrasi 0% berbeda dengan

konsentrasi 25%, 35%, 45%

sedangkan pada konsentrasi 25%,

35%, 45% tidak ada beda. (4)

Ekstrak jahe pada konsentrasi 25%

sudah efektif menghambat

pertumbuhan Staphylococcus

saprophyticus.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian

dan kesimpulan tersebut maka saran

pada penelitian ini adalah :

(1) Ekstrak

jahe

memiliki

kemampuan sebagai antimikrobia

khususnya bakteri perusak yang

telah diisolasi dari ikan nila,

sehingga dapat dimanfaatkan

sebagai alternatif pada pengawetan

ikan. (2) Ekstrak jahe pada dosis

minimum yaitu 25% sudah mampu

menghambat pertumbuhan

Staphylococcus saprophyticus pada

pangan terutama pada produk ikan,

sehingga perlu dilakukan penelitian

sejenis untuk mengetahui

konsentrasi terendah yang dapat

menghambat pertumbuhan mikrobia

di

Minimum Inhibotory

(15)

10

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M. 2004. Ikan yang Sedap dan Bergizi. Tiga Serangkai. Solo : 1-7

Paimin, FB dan Murhananto. 2004. Budi Daya Pengolahan, Perdagangan Jahe.

Penebar swadaya. Jakarta : 4-11

Purwani, E dan Muwakidah.2008. Efek Berbagai Pengawet Alami Sebagai

Pengganti Formalin Terhadap Sifat Organoleptik dan Masa Simpan Daging

dan Ikan. Program studi gizi UMS

Purwani, E., Retnaningtyas, E. dan Widowati, D. 2008. Pengembangan Model

Pengawet Alami dari Ekstrak Lengkuas (Languas galangal), Kunyit

(Curcuma domestica) dan Jahe (Zingiber officianale) sebagai Penganti

Formalin pada Daging dan Ikan Segar. Dikti. Jakarta.

Jawetz, Melinick, dan Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical

Microbiologi). Salemba Medika. Jakarta : 317 – 318

Norris, J.R., R.C.W. Berkeley., N.A. Logan and A.G. O'D

onnell. 1981. The genera Bacillus and Sporolactobacillus, pp. 1711-1742. In: M.

P. Starr et al. (eds.), The Prokaryotes: A Handbook on Habitats, Isolation,

and Identification of Bacteria, Vol. 2. Springer-Verlag, Berlin.

Gambar

Tabel 1,
Tabel 2. Pengaruh Daya Hambat Ekstrak Jahe (Zingiber officinale) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus saprophyticus

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, bioplastik paduan tepung tapioka-gliserol dengan komposisi 7:3 dan 8:2, ditambahkan karaginan sebagai pengisi yang berfungsi meningkatkan kuat

Hasil analisis menggunakan logika BAN berhasil membuktikan bahwa jika kedua entitas (T1 dan T2) diketahui benar sebagai pelanggan dan memiliki hak untuk

Salah satu contoh dari penggunaan jembatan dengan konstruksi beton prategang ( prestessed ) adalah jembatan yang melintasi sungai Kali Garang semarang dari arah Krapak ke Manyaran

Kemudian tujuan dari penelitian adalah agar dapat mendeskribsikan permasalahan-permasalahan tentang pembelajaran Ta Ʃ fiizhul Qur’aan pada siswa kelas VIII MTs Al-I‘tisham,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi belajar dan rasa ingin tahu dengan prestasi belajar IPS kelas V SD se-Gugus Sendangadi, Mlati,

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:. Menambah wawasan dan referensi yang berkaitan dengan

Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengelolaan perikanan yaitu Ross (2011) yang meneliti model pengelolaan perikanan pelagis secara berkelanjutan di PPN

In higher culture levels, compliance with technical standards will be supported by focused human factors design analysis, requirements speciication and validation activities..