NO DAFTAR : 62/S1/KTP/OKTOBER 2014
PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING) TERHADAP PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA
MATERI TAQSIIMUL FI’LI BI’ITIBAARI
ZAMANIHI PADA MATA PELAJARAN NAHWU
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Santri Kelas 2 Pondok Pesantren Daar el-Qolam Tangerang,
Banten)
Diajukan Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
Ahmad Harismawan Muhtarif
0900635
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
NO DAFTAR : 62/S1/KTP/OKTOBER 2014
PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI
TAQSIIMUL FI’LI BI’ITIBAARI ZAMANIHI PADA MATA PELAJARAN NAHWU
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Santri Kelas2 Pondok Pesantren Daar el-Qolam Tangerang, Banten)
Oleh
Ahmad Harismawan Muhtarif
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Ahmad Harismawan Muhtarif 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
NO DAFTAR : 62/S1/KTP/OKTOBER 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN
AHMAD HARISMAWAN MUHTARIF 0900635
PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI TAQSIIMUL FI’LI BI’ITIBAARI ZAMANIHI PADA MATA PELAJARAN NAHWU
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Santri Kelas 2 Pondok Pesantren Daar el-Qolam Tangerang, Banten)
Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I
Dr. Toto Ruhimat, M.Pd. NIP. 195911211985031001
Pembimbing II
NO DAFTAR : 62/S1/KTP/OKTOBER 2014
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ketua Prodi Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Teknologi Pendidikan
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK………. i
ABSTRACT……….. ii
KATA PENGANTAR………... iii
UCAPAN TERIMA KASIH……… iv
DAFTAR ISI………. vi
DAFTAR TABEL………. ix
DAFTAR GRAFIK………... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Rumusan Masalah………... 9
C. Tujuan Penelitian……… 10
D. Manfaat Penelitian………...11
E. Struktur Organisasi………. 12
BAB II PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN NAHWU MATERI TAQSIIMUL FI’LI BI’ITIBAARI ZAMANIHI A. Konsep Belajar dan Pembelajaran………...13
1. Pola-Pola Pembelajaran…...………....16
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vii
C. Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) ……….18
1. Konsep Strategi, Pendekatan, dan Metode……….. 18
2. Konsep Pendekatan Contextual Teaching and Learning……… 19
3. Contoh CTL yang Digunakan dalam Pembelajaran………35
4. Mata Pelajaran Nahwu dan Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi………. 37
5. Pendekatan Ekspositori………... 39
C. Hasil Belajar Ranah Kognitif………. 41
1. Pengertian Hasil Belajar……….. 41
2. Klasifikasi Hasil Belajar………. 41
D. Asumsi……… 44
E. Hipotesis……….. 45
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian………. 47
B. Populasi dan Sampel………... 47
1. Populasi Penelitian……….. 47
2. Sampel Penelitian……… 48
C. Desain Penelitian………. 48
D. Metode Penelitian………49
1. Pendekatan dan Metode……….. 49
E. Definisi Operasional………51
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
viii
2. Hasil Belajar……… 52
3. Mata Pelajaran Nahwu……… 52
F. Instrumen Penelitian………53
G. Prosedur Penelitian………. 54
H. Teknik Pengembangan Instrumen………... 55
1. Uji Validitas……… 55
2. Uji Reliabilitas……… 59
3. Tingkat Kesukaran Soal……….. 60
4. Daya Pembeda………. 63
I. Teknik Analisis Data………... 66
1. Uji Normalitas………. 66
2. Uji Hipotesis………... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian………... 67
B. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 81
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan………..92
B. Saran……… 94
DAFTAR PUSTAKA 96
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Perbandingan Pendekatan CTL dengan Pendekatan Tradisional……30
Tabel 3.1 : Desain Penelitian………...48
Tabel 3.2 : Hubungan Antara Variabel………..50
Table 3.3 : Kriteria Acuan Validitas Soal………..57
Tabel 3.4 : Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Hasil Belajar Ranah Kognitif (Y)………..58
Tabel 3.5 : Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian………60
Tabel 3.6 : Tingkat Kesukaran Soal………...61
Tabel 3.7 : Kriteria Koefisien Daya Pembeda………...64
Tabel 3.8 : Daya Pembeda……….64
Table 4.2 : Rata-rata Skor Pre-test, Post-test dan Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……….69
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
x
Tabel 4.4 : Uji Ranking Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pada
Aspek Mengingat………...73
Tabel 4.5 : Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pada
Aspek Mengingat………...73
Tabel 4.6 : Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pada Aspek
Memahami……….74
Tabel 4.7 : Uji Ranking Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pada
Aspek Memahami………..75
Tabel 4.8 : Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pada
Aspek Memahami………..76
Tabel 4.9 : Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pada Aspek
Menerapkan………77
Tabel 4.10 : Uji Ranking Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pada
Aspek Menerapkan………78
Tabel 4.11 : Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pada
Aspek Menerapkan………78
Tabel 4.12 : Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pada Aspek
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
xi
Tabel 4.13 : Uji Ranking Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pada
Aspek Analisis………...80
Tabel 4.14 : Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pada
Aspek Analisis………...81
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 : Rata-rata Skor Pre-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……...68
Grafik 4.2 : Rata-rata Skor Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……..69
Grafik 4.3 : Nilai Rata-rata Ranah Kognitif Kelas Eksperimen………70
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i
ABSTRAK
Ahmad Harismawan Muhtarif (0900635). Pengaruh Penerapan Pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata Pelajaran Nahwu (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas 2 Pondok Pesantren Daar el-Qolam Tangerang, Banten)
Latar belakang dilakukan penelitian ini diantaranya adalah pentingnya mempelajari Ilmu Nahwu dengan baik dan benar karena Nahwu merupakan salah satu ilmu dasar dalam mempelajari bahasa Arab dan agar bahasa Arab yang fasih tetap terjaga sehingga al-Quran dan Hadist Nabi juga terjaga dari kesalahan. Adapun rincian permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar pada ranah kognitif aspek mengingat antara siswa yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori pada mata pelajaran Nahwu?; (2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar pada ranah kognitif aspek memahami antara siswa yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) dengan siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori pada mata
pelajaran Nahwu?; (3) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar pada ranah kognitif aspek penerapan antara siswa yang menggunakan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang menggunakan pendekatan
ekspositori pada mata pelajaran Nahwu?; (4) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar pada ranah kognitif aspek analisis antara siswa yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori pada mata pelajaran Nahwu?. Desain yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah pra-tes dan pasca-tes pengendali tidak acak. Istrumen yang digunakan dalam penelitian berupa tes objektif dengan pilihan berganda. Secara khusus, kesimpulan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut ; (1) terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah kognitif aspek mengingat dengan nilai rata-rata 93,4 antara siswa yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori pada mata pelajaran Nahwu; (2) terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah kognitif aspek memahami dengan nilai rata-rata 94,5 antara siswa yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori pada mata pelajaran Nahwu ; (3) terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah kognitif aspek penerapan dengan nilai rata-rata 91,3 antara siswa yang menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang menggunakan
pendekatan ekspositori pada mata pelajaran Nahwu ; (4) terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah kognitif aspek analisis dengan nilai rata-rata 90,1 antara siswa yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) dengan siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori pada
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ii
Kata Kunci : Contextual Teaching and Learning, Hasil Belajar , Nahwu
ABSTRACT
Ahmad Harismawan Muhtarif (0900635). Influence of The Contextual Teaching and Learning Approach Toward Student’s Learning Outcomes of
Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Subject in Nahwu Lesson (Quasi – Experiments on Nahwu Lesson at Islamic Boarding School Daar el-Qolam Tangerang, Banten).
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iii
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses panjang dalam rangka mengantarkan
manusia menjadi seseorang yang memiliki kekuatan intelektual, emosional,
dan spiritual sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya di segala aspek
yang dijalaninya. Dewasa ini, lembaga pendidikan Islam maupun umum
terasa mengalami tantangan yang sangat kompleks, seiring dengan
kompleksitas persoalan yang muncul di tengah-tengah masyarakat manusia
kontemporer.
Pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak masuknya Islam
di Indonesia. Tahap awal pendidikan Islam dimulai dari kontak individu
maupun kelompok antara mubalig dengan penduduk pribumi. Setelah
komunitas Muslim terbentuk di suatu daerah, mereka membangun masjid
sebagai tempat peribadatan dan sentral pendidikan di samping rumah para
mubalig. Setelah itu muncul cikal bakal lembaga pendidikan lainnya seperti
surau dan pesantren.
Institusi pendidikan di Indonesia yang telah mengenyam sejarah paling
panjang di antaranya adalah pesantren. Institusi ini lahir, tumbuh, dan
berkembang telah lama. Bahkan, semenjak belum dikenalnya lembaga
pendidikan lainnya di Indonesia, pesantren telah hadir lebih awal.
Kurikulum merupakan pemandu utama bagi penyelenggaraan pendidikan
secara formal yang menjadi pedoman bagi setiap guru, kepala sekolah, dan
pengawas pendidikan dalam pelaksanaan tugas mereka sehari-hari.
2
Kurikulum madrasah/pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
memiliki dua komponen pokok, diantaranya pendidikan umum dan
pendidikan Islam, oleh karena status madrasah pada semua jenjang telah
disamakan dengan sekolah umum, kurikulum komponen pendidikan umum
pada madrasah mengikuti kurikulum yang ditetapkan oleh Depdiknas.
Setiap lembaga pendidikan terutama pesantren pasti memiliki suatu
permasalahan pendidikan terutama dalam proses pembelajaran yang
merupakan suatu dinamika kehidupan guru dan siswa di sekolah.
Permasalahan dalam pembelajaran tidak akan pernah habis untuk dikaji dan
tuntas untuk dibahas, setiap saat terdapat suatu inovasi baru dalam proses
pembelajaran baik dari teknologi, media, strategi, model, pendekatan
pembelajaran dll. Sama seperti halnya dengan mata pelajaran Nahwu hampir
disetiap pesantren dan jenjang pendidikan agama Islam lainya selalu
menimbulkan masalah baik bagi siswa maupun guru.
Nahwu merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di kurikulum
pesantren yang wajib dipelajari oleh siswa dalam proses pendidikannya di
pesantren. Hal ini menyebabkan pihak pesantren harus senantiasa mengemas
pesan pembelajaran dengan efektif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Nahwu merupakan suatu bahan kajian yang memiliki pembahasan tentang
gramatikal bahasa Arab untuk menghindari kesalahan pada percakapan
maupun tulisan terutama manfaatnya dalam mempelajari bahasa al-Quran.
Sehubungan dengan itu, mempelajari ilmu Nahwu memiliki tujuan yang
lebih penting yakni agar bahasa Arab yang fasih tetap terjaga sehingga Al-Qur’an dan hadits Nabi juga terjaga dari kesalahan. Di sisi lain, ilmu nahwu juga bisa dipakai sebagai sarana untuk mengungkap keajaiban bahasa Al-Qur’an dan ilmu Nahwu juga termasuk kategori ilmu pembantu dalam mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Misalnya, ilmu Usul Fiqh, Tafsir, Fiqh,
3
Mempelajari mata pelajaran Nahwu bagi sebagian siswa di pondok
pesantren khususnya Pondok Pesantren Daar el-Qolam hanya sebatas
menghapal agar mendapat nilai bagus ketika ujian tertulis, tetapi kurang
dalam pemahaman dan penggunaan kaidah-kaidah ilmu nahwu, sehingga
kesulitan ketika ujian lisan dan dalam percakapan sehari-hari.
Permasalahan lain yang muncul dalam mata pelajaran Nahwu di Pondok
Pesantren Daar el-Qolam adalah masih sedikitnya inovasi guru dalam
menyampaikan materi ketika proses pembelajaran berlangsung. Kemajuan
dan perkembangan suatu strategi dan pendekatan dalam pembelajaran sudah
seharusnya guru dapat menyampaikan materi dengan menggunakan salah satu
strategi ataupun dengan suatu pendekatan pembelajaran yang lebih menarik
dan cocok dengan kompetensi dasar dari materi yang disampaikan. Beberapa
materi pelajaran Nahwu di Pesantren terdapat suatu materi yang menuntut
guru untuk lebih berinovasi dalam penyampaian materi terutama bahasan
mengenai taqsiimul fi’li bi’itibaari zamanihi. Hal ini disebabkan karena
materi tersebut tidak cukup disampaikan dengan cara yang konvensional
dengan hanya sebatas memberikan materi dan membuat siswa sekedar
menghafal, siswa dituntut untuk bisa memahami dan dapat
mengimplementasikannya dalam percakapan sehari-hari dengan baik dan
benar, sehingga membutuhkan suatu inovasi dalam penyampaian materi
dengan menggunakan suatu strategi atau pendekatan pembelajaran yang lebih
aktif untuk siswa sebagai alternatif dalam pembelajaran.
Kenyataannya pada saat ini, pendekatan pembelajaran untuk mata
pelajaran Nahwu di Pondok Pesantren Daar el-Qolam masih menggunakan
pendekatan ekspositori yang menyebabkan proses penyampaian materi hanya
terjalin komunikasi satu arah tanpa adanya peran aktif siswa dalam mengikuti
pelajaran Nahwu.
Guru mata pelajaran Nahwu masih menggunakan cara yang konvensional
4
merupakan pendekatan lama yang masih digunakan oleh para guru mata
pelajaran Nahwu di beberapa pondok pesantren. Penggunaan pendekatan baru
dalam penyampaian materi ini dikarenakan masih kurangnya pengetahuan
para guru mata pelajaran Nahwu untuk melakukan inovasi dalam penggunaan
pendekatan pembelajaran yang lebih baik dalam penyampaian materi mata
pelajaran Nahwu.
Tugas utama seorang guru adalah mengelola proses belajar mengajar,
sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan
siswa. Proses belajar mengajar yang aktif, ditandai dengan adanya
keterlibatan siswa secara kompherensif, baik fisik, mental, maupun
emosionalnya. Dalam proses belajar, guru diibaratkan sebagai manajer di
kelas, yang berfungsi sebagai pengatur dan pengelola kelas. Dalam hal ini
guru tidak hanya bertugas mengatur tata letak media atau metode
pembelajaran yang digunakan di kelas saja, tetapi juga harus mampu
menciptakan suasana kelas yang nyaman untuk belajar sehingga siswa dapat
menerima materi dengan mudah.
Pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru
dan siswa. proses komunikasi yang terjadi tidak selamanya berjalan dengan
lancar, bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan salah pengertian,
ataupun salah konsep. Untuk itu guru harus mampu memberikan suatu
alternatif pembelajaran bagi siswanya agar dapat memahami konsep-konsep
yang telah diajarkan.
Proses belajar dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas
berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
peningkatan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Proses belajar
melibatkan beberapa komponen salah satunya adalah pendekatan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang
5
Pendekatan pembelajaran sebagai salah satu komponen pembelajaran
memiliki peranan dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan
pendekatan pembelajaran dapat membantu guru mencapai standar kompetensi
yang telah ditetapkan dan dengan penggunaan pendekatan pembelajaran yang
tepat akan membuat proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan
dan siswa cenderung aktif.
Peneliti telah melakukan observasi awal dan wawancara dengan guru
mata pelajaran Nahwu yaitu Ustadz Khoirunnasihin mengenai hasil
pembelajaran pada mata pelajaran Nahwu di pondok pesantren Daar
el-Qolam dan menemukan dari berbagai sumber data bahwa hasil belajar siswa
masih ada yang dibawah rata-rata dalam mata pelajaran Nahwu, karena
perhatian siswa terhadap mata pelajaran Nahwu sangat minim, terlihat dari
banyaknya siswa yang melamun dan bahkan mengantuk dikelas karena apa
yang disampaikan oleh guru dengan menggunakan metode ceramah tidak
dapat diserap seutuhnya oleh siswa, sehingga guru harus menjelaskan
kembali apa yang disampaikannya dan menegur siswa yang tidak
memperhatikan.
Menurut siswa mata pelajaran Nahwu sangat sulit dimengerti dan
membosankan sehingga mereka hanya menghapalkan materi ketika diadakan
tes tanpa memahami dan menerapkan apa yang mereka pelajari di kelas,
sehingga para siswa kesulitan ketika diadakan tes secara lisan dan
menentukan gramatikal bahasa arab yang diberikan oleh guru ketika tes.
Siswa hanya sebatas mengetahui pengertian dan bagian-bagian dari
gramatikal bahasa arab tersebut tanpa memahami makna dan penerapan
bahasa yang baik dan benar baik secara lisan ataupun dalam bentuk tulisan.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
6
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran kontekstual, yaitu, konstruktivisme
(constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat
belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection),
dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment).
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang
siap diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata. Berdasarkan pada pernyataan
tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi”
bukan menerima pengetahuan (Depdiknas, 2003 : hlm, 6).
Pendekatan CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa agar memahami
makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa
memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan
dari permasalahan kepermasalahan lainya. Membuat siswa agar dalam belajar
itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman
dan menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa serta melatih
siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan
agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya sendiri dan orang lain sehingga pembelajaran lebih produktif dan
bermakna.
Peneliti memilih menggunakan pendekatan ini karena cocok diterapkan
dalam mata pelajaran Nahwu untuk belajar bahasa arab yang membuat siswa
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar
disekolah dengan kehidupan nyata, hal ini akan membuat siswa lebih
mengingat materi yang dipelajari dan tidak mudah dilupakan dan
pembelajaran menjadi lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep dan melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, pembelajaran
7
dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam
pembelajaran seumur hidup.
Pendekatan CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa
dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan
filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui “mengalami”
bukan “menghafal”.
Pendekatan CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas
dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang
akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki
keterkaitan satu sama lain. Pada mata pelajaran Nahwu materi yang
disampaikan oleh guru saling berkaitan pada setiap pembahasan, dimana
siswa mendapatkan materi dari yang paling dasar dan seterusnya pada setiap
pembahasan akan saling berkaitan sehingga yang dipelajari siswa adalah
pengetahuan utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh
dan menambah pengetahuan baru yang diperoleh dengan cara deduktif.
Artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan,
kemudian memerhatikan detailnya. Pengetahuan yang diperoleh bukan untuk
dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini. Pengetahuan dan pengalaman
yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa,
sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rafiqi, 2010 : “pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqh dalam bahasan haji.”
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wasis , 2006 :
8
kegiatan, antara lain: praktikum, diskusi, presentasi, mengerjakan LKS atau tugas-tugas lain, membaca untuk menemukan konsep atau kalimat-kalimat kunci. Peran guru dalam bentuk pembimbingan tetap dibutuhkan selama kegiatan-kegiatan tersebut, tetapi lebih bersifat fasilitator bukan decision maker.
Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh Sabil, 2011 :
Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran materi Ruang Dimensi Tiga. Kesempurnaan Kualitas pembelajaran tersebut untuk staf pengajar mencapai 87,1%, sedangkan kualitas kegiatan mahasiswa mencapai 83%.
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Stefani, 2012 :
Terdapat perbedaan hasil belajar pada pokok bahasan Energi Bunyi ditinjau dari perbedaan penggunaan Model Pembelajaran dengan diperoleh sig. 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning lebih baik dalam meningkatkan nilai
siswa pada pokok bahasan energi bunyi sehingga hasil belajar yang dicapai lebih tinggi, dengan hasil belajar rata-rata 83.62 untuk kelas eksperimen dan 69.45 untuk kelas kontrol.
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penggunaan
pendekatan Contextual Teaching Learning dalam pembelajaran sangat
membantu, salah satunya dalam aspek meningkatkan kognitif siswa. Dalam
penelitian penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning ini
peneliti lebih fokus pada pengaruh penggunaan pendekatan Contextual
Teaching and Learning terhadap hasil belajar siswa ranah kognitif.
Berdasarkan semua pernyataan diatas, peneliti tertarik untuk mencoba
menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning sebagai
alternatif dalam pembelajaran Nahwu pada materi taqsiimul fi’li bi’itibaari
zamanihi, maka diperlukan suatu kajian yang cukup mendalam mengenai
pengaruh penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning
terhadap hasil belajar siswa aspek Kognitif dan dibandingkan dengan
penggunaan metode pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru di
pesantren. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba melakukan penelitian
9
Learning) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata Pelajaran Nahwu: Kuasi Eksperimen Pada Kelas 2 Di Pondok Pesantren Daar El-Qolam Tangerang”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah umum dari penelitian ini yaitu, Apakah Penggunaan
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Memberikan Pengaruh
yang Signifikan Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
Pada Mata Pelajaran Nahwu pokok bahasan taqsiimul fi’li bi’itibaari
zamanihi.
Rumusan Masalah Khusus dari penelitian ini yaitu:
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah
kognitif aspek mengingat antara siswa yang menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang
menggunakan pendekatan ekspositori pada mata pelajaran Nahwu pokok
bahasan taqsiimul fi’li bi’itibaari zamanihi?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah
kognitif aspek memahami antara siswa yang menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang
menggunakan pendekatan ekspositori pada mata pelajaran Nahwu pokok
bahasan taqsiimul fi’li bi’itibaari zamanihi?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah
kognitif aspek penerapan antara siswa yang menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang
menggunakan pendekatan ekspositori pada mata pelajaran Nahwu pokok
bahasan taqsiimul fi’li bi’itibaari zamanihi?
4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah
kognitif aspek analisis antara siswa yang menggunakan pendekatan
10
menggunakan pendekatan ekspositori pada mata pelajaran Nahwu pokok
bahasan taqsiimul fi’li bi’itibaari zamanihi?
C. Tujuan Peneltian
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data mengenai
pengaruh penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran
Nahwu pokok bahasan taqsiimul fi’li bi’itibaari zamanihi di pondok
pesantren Daar el-Qolam.
Lebih khusus lagi penelitian ini bertujuan :
1. Mendeskripsikan dan menganalisis perbedaan hasil belajar pada ranah
kognitif aspek mengingat antara siswa yang menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang
menggunakan pendekatan ekspositori pada mata pelajaran Nahwu pokok
bahasan taqsiimul fi’li bi’itibaari zamanihi.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis perbedaan hasil belajar pada ranah
kognitif aspek memahami antara siswa yang menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang
menggunakan pendekatan ekspositori pada mata pelajaran Nahwu pokok
bahasan taqsiimul fi’li bi’itibaari zamanihi.
3. Mendeskripsikan dan menganalisis perbedaan hasil belajar pada ranah
kognitif aspek penerapan antara siswa yang menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang
menggunakan pendekatan ekspositori pada mata pelajaran Nahwu pokok
bahasan taqsiimul fi’li bi’itibaari zamanihi.
4. Mendeskripsikan dan menganalisis perbedaan hasil belajar pada ranah
kognitif aspek analisis antara siswa yang menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan siswa yang
menggunakan pendekatan ekspositori pada mata pelajaran Nahwu pokok
11
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang pengaruh penggunaan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Nahwu pokok diharapkan dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat yang
diperoleh dari peneltian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
pemikiran baru sebagai bahan kajian terhadap pendekatan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning pada
mata pelajaran Nahwu. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi peneliti lain baik itu melakukan penelitian serupa
maupun pengembangan selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang banyak kepada
semua pihak baik siswa, guru, peneliti, dan jurusan.
a. Siswa
Sebagai salah satu pendekatan pembelajaran alternatif yang diharapkan dapat
merangsang motivasi belajar siswa, sehingga pada akhirnya dapat
memberikan pemahaman baik itu aspek, mengetahui, memahami,
menerapkan, dan menganalisis.
b. Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada guru,
12
pendekatan yang beragam berupa pendekatan Contextual Teaching and
Learning sehingga proses pembelajaran lebih variatif, efektif, dan efisien.
c. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Sebagai bahan masukan mengenai wawasan pendekatan yang lebih kompleks,
agar senantiasa selalu mengembangkan pendekatan untuk keberhasilan tujuan
pendidikan.
d. Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam wawasan keilmuan serta
memberikan gambaran yang jelas dalam memilih dan menggunakan
pendekatan yang dapat menunjang proses pembelajaran di sekolah.
E. Struktur Organisasi
Dalam bab I peneliti memaparkan beberapa sub bab diantaranya seperti
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
struktur organisasi.
Sedangkan dalam bab II terdapat beberapa sub pokok bahasan seperti
kerangka pemikiran yang didalamnya membahas konsep strategi, pendekatan
dan model pembelajaran, konsep belajar dan pembelajaran, Contextual
Teaching Learning (CTL), dan hasil belajar. Selain kerangka pemikiran
dalam bab II ini juga terdapat Hipotesis.
Dalam bab III terdapat sub pokok bahasan mengenai Lokasi Penelitian,
Populasi dan Sampel Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian,
Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data,
Analisis Data.
Pada bab IV dan bab V terdapat pembahasan tentang Hasil Penelitian,
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah
Pondok Pesantren Daar el-Qolam Tangerang, Banten yang berlokasi di Jl.
Raya Serang Km. 35 Desa Pasir Gintung, Kecamatan Jayanti, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten,. Alasan peneliti memilih tempat di Pondok
Pesantren Daar el-Qolam Tangerang, Banten karena di sekolah tersebut
sebagaimana diungkapkan dalam latar belakang terdapat beragam masalah
mulai dari hasil belajar siswa dan kurangnya inovasi guru dalam
pembelajaran hingga belum optimalnya penggunaan pendekatan
pembelajaran di sekolah tersebut dan merupakan pesantren terbesar di
provinsi Banten dan memiliki kemungkinan besar dapat diterapkannya
pendekatan yang digunakan di pesantren alumni yang lain.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Penentuan sumber data penelitian memerlukan pertimbangan agar dapat
memperoleh hasil data yang relevan dengan masalah yang diteliti. Unsur
objek penelitian untuk memperoleh data dinamakan populasi. Populasi
menurut Arifin (2011 : hlm, 215) adalah “keseluruhan objek yang diteliti,
baik itu berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi.”.
Sementara itu, Sugiyono (2011 : hlm, 117) mengungkapkan “populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya.”
Sesuai dengan pendapat di atas, maka yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas II (dua) Pondok Pesantren Daar el-Qolam
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
2. Sampel Penelitian
Sampel menurut Sugiyono (2011 : hlm, 118) adalah “bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sementara itu, Arifin
(2011 : hlm, 215) mengungkapkan “sampel adalah sebagian dari populasi
yang akan diselidiki atau bisa disebut dengan populasi bentuk mini (miniatur
population)”.
Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode yang digunakan oleh
peneliti yaitu kuasi eksperimen. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik
cluster random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan
secara acak berdasarkan sekelompok individu dan tidak diambil secara
individu atau perseorangan. karena peneliti menggunakan kelompok yang
sudah ada untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Hal ini merupakan salah
satu ciri penelitian kuasi eksperimen yaitu tidak dilakukannya penugasan
secara acak. Maka dari itu, sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas II
A sebagai kelas eksperimen dan kelas II B sebagai kelas kontrol Pondok
Pesantren Daar el-Qolam Tangerang, Banten.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah control group pretest
and posttest design. Desain penelitian ini merupakan salah satu desain dalam
metode kuasi eksperimen. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dipilih tidak acak dan untuk setiap kelompok diadakan pra-tes dan pasca-tes.
Desain yang digunakan dalam dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan
(Variabel Bebas)
Posttest
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
Eksperimen
Kontrol
Sumber : Zainal Arifin (2012 : hlm, 80)
Keterangan:
: kemampuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan.
: perlakuan dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching
Learning.
: perlakuan dengan menggunakan pendekatan ekspositori.
: kemampuan kelompok ekperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan perlakuan.
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Metode
Pendekatan merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan
dalam suatu penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen. Pandangan
metode kuasi eksperimen ini digunakan karena dianggap efektif dan efisien
dari segi waktu, tenaga dan kemampuan. Pendekatan penelitian ini digunakan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Adapun pendekatan
kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan
dan penganalisaan data hasil penelitian secara eksak dalam bentuk angka atau
perhitungan statistik.
Setyosari (2010 : hlm, 4) mengungkapkan “Metode penelitian adalah
salah satu cara yang sangat populer dan komprehensif bagaimana para ilmuwan
memperoleh dan menguji prinsip-prinsip, hukum-hukum, atau generalisasi”.
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Lebih jelasnya beliau memaparkan terdapat empat kata kunci dalam metode penelitian yakni pertama cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu: rasional, empiris dan sistematis. Kedua rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Ciri berikutnya empiris, berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indra manusia, sehingga orang dapat mengamati dan mengetahui cara yang digunakan. Keempat yaitu sistematis, artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen.
Tujuan penelitian yang menggunakan metode kuasi eksperimen adalah
karakteristik dalam variabel penelitian ini bersifat ingin mengetahui dan
memperoleh informasi, maka terdapat variabel yang mempengaruhi (sebab)
dan variabel yang dipengaruhi (akibat). Variabel dalam penelitian dibedakan
menjadi dua, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat
(dependent). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel terikat sehingga menjadi sebab terjadinya perubahan.
Variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu Variabel-variabel bebas adalah
pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning,
sedangkan variabel terikatnya merupakan hasil belajar ranah kognitif aspek
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan peserta didik kelas II
Pondok Pesantren Daar el-Qolam Tangerang, Banten. Penelitian ini
menggunakan dua kelompok, hanya satu kelompok diberi perlakuan sehingga
terdapat kelas kontrol. Maka dari itu, peneliti memilih menggunakan metode
kuasi eksperimen, karena ingin memperoleh informasi terhadap strategi yang
diterapkan, yaitu penggunaan pendekatan Contextual Teaching Learning
terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Nahwu di
Pondok Pesantren Daar El-Qolam Tangerang.
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
: Pengaruh penerapan Pendekatan Contextual Teaching
Learning terhadap hasil belajar siswa aspek mengingat
: Pengaruh penerapan Pendekatan Contextual Teaching
Learning terhadap hasil belajar siswa aspek memahami
: Pengaruh penerapan Pendekatan Contextual Teaching
Learning terhadap hasil belajar siswa aspek menerapkan
: Pengaruh penerapan Pendekatan Contextual Teaching
Learning terhadap hasil belajar siswa aspek menganalisis
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah pengertian yang digunakan terhadap
beberapa hal yang terkait dengan variabel penelitian. Menurut Setyosari
(2010 : hlm, 118) “definisi operasional merupakan cara yang paling efektif
bagi peneliti untuk melakukan pengumpulan dan penelitianya.” Definisi
operasional dibuat bertujuan agar tidak terjadi pemahaman yang berbeda
tentang istilah-istilah yang digunakan dan juga memudahkan peneliti dalam
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52
terarah. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran
Nahwu selama penelitian untuk kelas eksperimen, penggunaan pendekatan
pembelajaran Contextual Teaching and Learning diharapkan bisa
meningkatkan hasil belajar dan memperkuat struktur kognitif siswa sehingga
tercipta kebermaknaan dalam belajar, dimana pendekatan pembelajaran
Contextual Teaching and Learning dapat menghubungkan materi
pembelajaran dengan kegiatan dan masalah-masalah yang nyata, yang sering
dihadapi siswa dalam kehidupannya sehari-hari dan menjadi sebuah inovasi
baru dalam pendekatan pembelajaran pada mata pelajaran Nahwu.
Tahapan-tahapan dalam pembelajaran ini meliputi pertama penyajian tujuan-tujuan
pembelajaran CTL, dan mendorong kesadaran pengetahuan yang relevan.
Pada tahap kedua penyajian materi mengenai Nahwu pada kelas 2 semester 2.
Tahapan terakhir yaitu penguatan struktur kognitif siswa dengan cara
membangkitkan pendekatan kritis siswa pada mata pelajaran Nahwu.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah keadaan siswa yang dapat memahami, menguasai,
dan mempraktekkan pengalaman dari hasil proses pembelajaran. Hasil belajar
yang menjadi titik fokus dalam penelitian ini yaitu hasil belajar ranah kognitif
aspek pengetahuan, memahami, menerapkan, dan menganalisis. Dalam aspek
pengetahuan menekankan siswa untuk mengetahui konsep dan pengertian
dari materi yang telah diajarkan sebelumnya dan pada aspek memahami
menekankan siswa untuk memahami materi–materi pelajaran yang telah
diajarkan sebelumnya atau sejauh mana siswa telah mengerti dengan materi
pelajaran. Selanjutunya pada aspek menerapkan menuntut siswa mampu
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
53
mereka pelajari ke dalam situasi yang kongkrit seperti ketika mereka
menerapkan suatu metode atau dalil. Dan yang terakhir adalah aspek
menganalisis menuntut siswa untuk menguraiakan atau memilah sebuah
informasi kedalam bagian–bagian yang nantinya akan tersusun menjadi hal
yang mudah dimengerti. Hasil belajar ini akan diukur melalui tes tertulis
dalam bentuk pilihan ganda.
3. Mata Pelajaran Nahwu
Mata pelajaran Nahwu merupakan pelajaran yang membahas mengenai
pola dan tata bahasa Arab agar terjaga dari kesalahan dalam ucapan maupun
tulisan ketika membaca dan menulis ayat al-Quran yang wajib dipelajari oleh
siswa di Pondok Pesantren Daar el-Qolam. Pada penelitian ini materi yang
menjadi objek kajian adalah materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi pada
mata pelajaran Nahwu kelas 2 SMP Daar el-Qolam semester II.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur sejauh mana pengaruh
pendekatan pembelajaran Contextual Teaching Learning dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Nahwu.
Instrumen penelitian yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data ini
adalah dengan menggunkan tes. “Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di
dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas
yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden.” (Zaenal Arifin, 2011 :
hlm, 226).
Tes objektif dilakukan untuk menghasilkan data kuantitatif berupa skor-
skor yang mengukur hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data yang
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
54
belajar ini berupa pilihan berganda dengan empat alternatif jawaban (a, b, c,
d). Item-item tes yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar ini
diambil dari materi pelajaran Nahwu kelas II. Instrumen tes ini dibatasi hanya
pada ranah kognitif aspek mengetahui (C1), memahami (C2), menerapkan
(C3), menganalisis (C4). Tes objektif ini adalah dalam bentuk pretest dan
posttest yang masing – masing dari pretest dan posttest tersebut terdiri dari 30
soal pilihan ganda. Tes atau ujian diadakan pada saat pretest dan posttes.
Pretest atau tes awal diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
awal dari kelompok penelitian, sementara posttest atau tes akhir diberikan
untuk melihat kemajuan dan perbandingan peningkatan hasil belajar siswa.
Berikut langkah-langkah dalam penyusunan tes hasil belajar sebagai
instrumen penelitian ini :
1. Mempelajari silabus mata pelajaran Nahwu kelas II Pondok Pesantren
Daar el-Qolam
2. Menetapkan materi pelajaran Nahwu yang akan digunakan dalam
penelitian yaitu materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi
3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar dan indikator sesuai dengan materi
pelajaran Nahwu yang sudah di tentukan.
4. Menyusun kisi-kisi instrumen sesuai dengan pokok bahasan yang telah
ditentukan
5. Mendiskusikan rancangan kisi-kisi instrumen kepada dosen pembimbing
6. Menyusun instrumen tes yang berbentuk tes objektif dan membuat kunci
jawabannya
7. Mendiskusikan instrumen tes dengan guru mata pelajaran yang
bersangkutan
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
55
9. Menganalisis dan merevisi item-item dengan cara menguji validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran soal.
10. Memilih instrumen tes yang sudah dianggap baik, yang kemudian
dilakukan uji instrumen di kelas sampel (eksperimen).
G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan ke dalam 2 (dua) tahap, sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu :
a) Melakukan observasi dan wawancara kepada guru Nahwu mengenai
pembelajaran Nahwu, dan melihat kondisi siswa di kelas
b) Penyusunan instrument yang akan digunakan dalam penelitian
c) Uji coba instrument tes
d) Menganalisis hasil uji coba instrument penelitian
e) Menentukan populasi dan memilih sampel
f) Melakukan perizinan untuk penelitian
g) Menyusun komponen-komponen pembelajaran yang meliputi
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan scenario
pembelajaran
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini, yaitu :
a) Memberikan pretest (tes awal) pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen
b) Melaksanakan pembelajaran di kedua kelas tersebut. Proses
pembelajaran di kelas eksperimen pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching
Learning (CTL), sedangkan di kelas kontrol dilakukan dengan
menggunakan pendekatan ekspositori.
c) Memberikan posttest (tes akhir) pada kedua kelas tersebut.
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
56
Instrumen merupakan bagian terpenting dalam sebuah penelitian. Dalam
suatu penelitian kualitas sebuah instrumen merupakan hal yang cukup
mempengaruhi data hasil suatu penelitian tersebut. Oleh karena itu, teknik uji
instrumen ini sangat diperlukan sekali untuk mengetahui instrumen yang akan
digunakan dalam penelitian apakah sudah memiliki kualitas yang baik atau
tidak. Pada pengembangannya, uji instrumen ini biasanya menggunakan uji
validitas dan reliabilitas, teknik uji ini digunakan supaya instrumen yang
nantinya akan digunakan untuk subjek penelitian sudah valid dan reliabel.
1. Uji Validitas
a. Uji Validitas Konstruk
Menurut Sugiyono (2011, hlm 177) “ untuk menguji validitas konstruk,
dapat digunakan pendapat para ahli (Judgement Expert).” Uji validitas
konstrak dilakukan untuk kesesuaian instrumen penelitian dengan kisi-kisi
instrumen penelitian. Keksesuaian tersebut dapt diketahui melalui kegiatan
bimbingan dengan dosen pembimbing dan Judgement yang dilakukan oleh
para ahli.
b. Uji Validitas Alat Ukur
Validitas adalah suatu ukuran yang mengukur tingkat kesahihan suatu
instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diharapkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara
tepat.
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah tes yang
digunakan dalam penelitian ini dapat atau tidak mengukur tingkat ketepatan
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
57
soal. Dalam mengetahui validitas yang dihubungkan dengan kriteria, maka
digunakan uji statistik yakni teknik korelasi product moment dari Karl
Pearson sebagai berikut:
� = � ∑ − ∑ ∑
√{�Σ − ΣX }{�Σ − ΣY }
Sumber : Zainal Arifin (2009 : hlm, 254)
Keterangan :
� : koefisien korelasi antara variabel X dan Y N : jumlah responden
X : jumlah skor item
Y : jumlah skor item keseluruhan
Menurut Arifin (2009 : hlm, 257) ”untuk dapat memberikan penafsiran
koefisiensi yang ditemukan tersebut tinggi atau rendah, maka dapat
berpedoman pada tabel sebagai berikut:
Table 3.3
Kriteria Acuan Validitas Soal
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
58
Setelah diperoleh hasil validitas tersebut kemudian diuji juga tingkat
signifikansinya dengan uji-t dengan menggunakan rumus:
� =
�√� −
√ − �
2Sumber : Sugiyono (2011 : hlm, 257)
Keterangan : t = nilai t hitung r = koefisien korelasi n = jumlah banyak subjek
Nilai t hitung yang kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel pada taraf
signifikasi 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = n-2 dengan kaidah
keputusan jika t hitung > t tabel maka korelasi tersebut dikatakan valid atau
signifikan dan jika, t hitung < t tabel maka korelasi tersebut dikatakan tidak
valid atau tidak signifikan.
Uji coba dilakukan untuk mengukur kelayakan instrumen yang akan
digunakan kepada kelas eksperimen. Uji coba instrumen ini di lakukan
kepada kelas II Pondok Pesantren Daar el-Qolam yang berjumlah 36 orang
siswa.
Teknik korelasi yang digunakan untuk menguji validitas butir pernyataan
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
59
koefisien korelasi butir item pernyataan yang sedang diuji lebih besar dari r
tabel (n = 36) 0,329, maka dapat disimpulkan bahwa item pernyataan tersebut
merupakan konstruksi (construct) yang valid. Adapun hasil uji validitas
kuesioner kedua variabel yang diteliti disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3.4
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas
Variabel Hasil Belajar Ranah Kognitif (Y)
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60
20 0,430 0,329 Valid
21 0,430 0,329 Valid
22 0,400 0,329 Valid
23 0,580 0,329 Valid
24 0,540 0,329 Valid
25 0,410 0,329 Valid
26 0,390 0,329 Valid
27 0,620 0,329 Valid
28 0,430 0,329 Valid
29 0,460 0,329 Valid
30 0,520 0,329 Valid
31 0,410 0,329 Valid
32 0,470 0,329 Valid
33 0,430 0,329 Valid
34 0,440 0,329 Valid
35 0,390 0,329 Valid
Validitas konseptual, peneliti melakukan Expert Judgement instrumen
penelitian kepada dosen bahasa Arab agar mengetahui kevalidan isi dari
instrumen yang akan digunakan. Hasil validitas konseptual atau Expert
Judgement instrumen penelitian kepada dosen bahasa Arab dapat dilihat di
lampiran.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah ketetapan alat tersebut dalam mengukur apa yang
diukurnya. Artinya, kapanpun alat itu digunakan maka akan memberikan
hasil pengukuran yang sama. Reliabilitas adalah tingkat ketetapan dari suatu
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
61
dengan pertanyaan , apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan”.
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunaan rumus. Mencari
reliabilitas instrumen menggunakan rumus :
r = x r.
+ n- r . Sumber : Zainal Arifin (2009 : hlm, 261)
Keterangan :
r½½ : korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
r11 : koefisien reabilitas yang sudah disesuaikan
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara menguji coba instrumen
sekali saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Split Half.
Kuesioner dikatakan andal apabila rhitung > rkritis. Hasil uji reliabilitas diperoleh
indeks sebesar 0.848. jadi dapat dikatakan instrumen penelitian ini dapat
dikatakan tergolong baik sebab nilai reliabilitasnya tinggi Adapun hasil dari
uji reliabilitas berdasarkan pada rumus Spearman Brown diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 3.5
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian
Koefisien
Reliabilitas Rkritis Kesimpulan
0,868 0,700 Reliabel
3. Tingkat Kesukaran Soal
Taraf kesukaran soal adalah kemampuan siswa dalam menjawab soal.
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus
asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauan. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal
disebut indeks kesukaran. Untuk mencari indeks kesukaran digunakan rumus:
� = � + �� + � %
Sumber : Zainal Arifin (2009 : hlm, 266)
Keterangan:
TK = Tingkat kesukaran
WL = Jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah WH = Jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas nL = Jumlah kelompok bawah
nH = Jumlah kelompok atas
Setelah nilai tingkat kesukaran diperoleh kemudian diinterpretasikan ke
dalam kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal. Adapun kriteria penafsiran
tingkat kesukaran soal menurut Zainal Arifin (2009 : hlm, 270) adalah
sebagai berikut:
I. Jika persentase sampai dengan 27% maka termasuk mudah.
II. Jika persentase sampai dengan 28% - 72% maka termasuk sedang.
III. Jika persentase sampai dengan 73% ke atas maka termasuk sukar.
Tabel 3.6
Tingkat Kesukaran Soal
No Soal WL WH WL+WH WL-WH TK Penafsiran
1 3 0 3 3 19% Mudah
2 4 0 4 4 25% Mudah
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ahmad Harismawan Muhtarif, 2014
Pengaruh Penerapan Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Taqsiimul Fi’li Bi’itibaari Zamanihi Pada Mata
Pelajaran Nahwu
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
32 5 1 6 4 38% Sedang
33 3 0 3 3 19% Mudah
34 3 0 3 3 19% Mudah
35 6 1 7 5 44% Sedang
Jumlah Soal
Mudah 14 40%
Jumlah Soal
Sedang 21 60%
Jumlah Soal Sukar 0 0%
Pada tabel diatas dapat diketahui taraf kesukaran soal yang digunakan
dalam penelitian. Sebanyak 14 soal atau 40,00% dari total 35 soal termasuk
ke dalam kategori soal yang mudah, sisanya sebenyak 21 soal atau 60,00%
dari total 35 soal termasuk ke dalam kategori soal yang Sedang dan tidak
terdapat soal yang termasuk kategori sukar dalam instrument penelitian.
4. Daya Pembeda
Arifin (2009 : hlm, 273) mengungkapkan bahwa “daya pembeda adalah
pengukuran sejumlah mana suatu butir soal mampu membedakan peserta
didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang
belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu.
Perhitungan daya pembeda (DP) tiap butir soal dihitung dengan rumus
berikut:
DP = ��−��
�
Sumber : Zainal Arifin (2009 : hlm, 273)