Konsep dan teori
Administrasi
Oleh :
Dr. Sudiman Dalim MPA
Bio Data
Nama : Dr. Sudiman Dalim MPA.
Tempat /tgl lahir : Purbalingga, 29 Desember 1950
Alamat : Komplek LAN II, No. D-2, Jl. H. Muri Salim Rt.06,RW.02, Desa Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan.
Telpon/Hp. : 021-7431765/ 0811904213
Email : sudimanlan@yahoo.com.
Pendidikan:
S1 FISIPOL UGM, Jurusan Hubungan Internasional Tahun 1975
S2 Graduate School of Public and International Affairs (GSPIA) University of Pittsburgh, USA. Tahun 1984
S3. FISIP Universitas Indonesia, Jurusan Ilmu Politik. Tahun 2009
Pengalaman Kerja:
1. Deputi Bidang Diklat Spimnas
2. Sekretaris Utama LAN
3. Deputi Kajian Kinerja Kelembagaan dan Sumberdaya Aparatur.
4. Kepala Biro Umum
Teori, metode dan metodologi
Concept: an idea or Thought; a generalized idea of a class
of objects; abstract notion.
Theory refers to sets of systematically related
generalizations.
Method is procedure or process that involve the techniques
and tool utilized in inquiry and for examining, testing, and evaluating theory.
Methodology consists of methods, procedures, working
concepts, rules, and the like used for testing theory and guiding inquiry, and the search for solutions to problems of the real word. Methodology is a particular way of viewing, organizing, and giving shape to inquiry.
Concept: an idea or Thought; a generalized idea of a class
of objects; abstract notion.
Theory refers to sets of systematically related generalizations.
Method is procedure or process that involve the techniques
and tool utilized in inquiry and for examining, testing, and evaluating theory.
Methodology consists of methods, procedures, working
Kerlinger dalam Sugiono (2010;41)
mengemukakan:
“Theory is a set of interrelated construct(concept),
definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variables, with purpose of explaining and predicting the phenomena”.
(Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yg berfungsi untuk melihat fenomena secara
sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena).
William Wiersma: A theory is a generalization or series of generalization by which we
attempt to explain some phenomena in a systematic manner”. (Teori adalah
Tujuan Teori Administrasi Negara
Concern with understanding how people in
organization behave and how organizations
operate.
Concern with practical recommendations
as to how agencies can be most effectively
organized. (Herbert A. Simon dan Victor A.
Thomson).
Teori AN: normatif dan deskriptif; lack of if
and then theory.
Administration can be defined as the
activities of groups cooperating to
6
PENGERTIAN PARADIGMA
Paradigma: model, kerangka acuan, contoh, pola.
Paradigm is a set of rules and regulations
(written or unwritten) does two things : (1) It
establishes or defines boundaries and (2) it tells
you how to behave inside the boundaries in order to be succesful. (Barker, J.A. 1992)
Paradigma adalah kerangka referensi atau cara
Lanjutan
Paradigma adalah “teori dasar” atau “cara pandang yang fundamental, dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berisikan teori pokok, konsep, metodologi atau cara pendekatan yang telah teruji dan diakui keabsahannya sehingga dapat dipergunakan para teoritisi dan praktisi dalam menanggapi sesuatu
permasalahan baik dalam kaitan
pengembangan ilmu maupun dalam upaya pemecahan permasalahan bagi kemajuan hidup dan kehidupan manusia
(Mustopadidjaja A.R., 1988)
Paradigma adalah “teori dasar” atau “cara pandang yang fundamental, dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berisikan teori pokok, konsep, metodologi atau cara pendekatan yang telah teruji dan diakui keabsahannya sehingga dapat dipergunakan para teoritisi dan praktisi dalam menanggapi sesuatu
permasalahan baik dalam kaitan
pengembangan ilmu maupun dalam upaya pemecahan permasalahan bagi kemajuan hidup dan kehidupan manusia
(Mustopadidjaja A.R., 1988)
Lanjutan
It is a way of seeing reality shared by the
members of a discipline.
A general accepted perspective providing
a unifying explanation for a set of phenomena in some disciplines, for
example in the social sciences, physics, biology, literature, and so forth.
A paradigm serves to develop models for
explaining one aspect of reality, and
methods to test a theory and develop a fuller understanding of the topic.
MANFAAT PARADIGMA
Secara tersirat atau tersurat, yang menentukan dan
mengorganisir pencaharian pengetahuan yang berkaitan dengan masalah administrasi.
Mengajukan masalah-masalah administrasi yang tepat dan
mencarikan solusi masalah melalui metode penelitian ilmiah, dan membentuk teori
Memberikan arah baru terhadap perkembangan pemikiran
secara interdisipliner terhadap masalah administrasi
Memberikan pemahaman maksud dan cara pandang yang
tepat terhadap kritik penyelenggaraan administrasi.
Membimbing dan mengarahkan para teoritisi dan praktisi
memahami fenomena administrasi.
PARADIGM SHIFT
Terjadi krisis atau ada permasalahan yang
tidak dapat diselesaikan dengan paradigma
lama (teknologi, organisasi, manajemen dan
sebagainya).
Terjadi perubahan lingkungan strategis
Perkembangan IPTEK
11
Dikotomi antar politik dan administrasi (1900 –
1937)
Administrasi negara sebagai ilmu politik
(1938-1956)
Administrasi negara sebagai ilmu administrasi
(1956-70 an)
Administrasi negara sebagai Ilmu Administrasi
Publik (1970-1990).
Paradigma NPM (1992-2002).
Paradigma NPS (2003 – sekarang)
PARADIGMA (Pdg) OPA
Pdg 1 (1900-1937) dikotomi antara politik dan administrasi negara. Pdg 2 (1938-1956) administrasi negara sebagai ilmu politik.
Pdg 3 (1970-sekarang) administrasi sebagai ilmu administrasi publik.
NPM = Reinventing Government
melahirkan konsep GG
(enterpreneurial government). Reagan : government is not
solution to our problem, govern-ment is the problem.
Paradigma NPM (1992 -2002)
NPS = Government is Us (King & Sivers, 1998)
Joined up thinking and joined up action (Stewart et.al., 1999)
Citizens First ! (Denhardt & Gray, 1998)
Paradigma NPS (2003- sekarang)
1) Politik harus memusatkan
perhatian pada kebijakan publik atau ekspresi kehendak rakyat, admneg berkenaan dgn
implementasinya.
2) Penyatuan ilmu administrasi ne-gara dan i. politik (Morsten Marx)
3) Prinsip2 mgt dikembangkan se-cara ilmiah dan mendalam. Peri-laku organisasi, analis mgt, pene-rapan teknologi seperti metode kuantitatif, analisis sistem, opera-sional research, econometry dsb
4) Adm publik dgn fokus pada teori organisasi, teori manajemen dan kebijakan publik, sedangkan locusnya kepentingan publik.
1) Catalytic gov. (steering rather than rowing. Service is rowing)
2) Community owned (empowering rather than serving)
3) Competitive gov. (injection competiition in service delivery)
4) Mission’s driven not rule’s driven
5) Customer oriented (meeting the need of the customer, not bureaucracy)
6) Result oriented (funding outcomes, not input)
7) Enterprising gov (earning rather than spending)
8) Anticipatory gov (prevention rather than cure)
9) Decentralized gov (from hierarchy to participation)
10)Market oriented (leveraging change through the market)
Note : Birokrasi yg lamban, gemuk, boros, inefisien, merosotnya kinerja yanlik.
1) Serve rather than steer
2) Seek the public interest
3) Value citizenship over entrepreneurship
4) Think strategically, act demokratically
5) Serve citizen, not customers
6) Recognize that accountability is not simple
7) Value people, not just productivity.
Note : Isues tentang justice, equity, participation, and leadership yg kurang diperhatikan dalam buku Reinventing gov.
PARADIGMA OPA, NPM dan NPS
Dari paradigma OPA, utk memba-ngun/reformasi birokrasi :
1) Administrasi publik harus dipisahkan dari dunia politik (dikhotomi AP dgn politik).
2) Tidak memberi peluang pada Administrator untuk
memperaktekkan sistem nepotisme dan spoil.
3) Para legislator hanya
merumuskan kebijakan nasional dan Administrator hanya
mengeksekusinya.
4) Para Administrator selalu mengutamakan nilai efisiensi dan ekonomis.
5) Para Administrator diangkat berdasarkan kecocokan dan kecakapannya.
6) Metode keilmuan menurut
Taylor harus menggeser metode
rule of thumb.
Dari paradigma NPM, utk memba-ngun/reformasi birokrasi
diarahkan pada 6 dimensi kunci:
1) Productivity, bgmn pem meng hasilkan lebih banyak dgn biaya yg lebih sedikit.
2) Marketization, bgmn pemerintah menggunakan insentif pasar agar hilang patologi/penyakit birokrasi
3) Service orientation, program yg lebih responsif thdp kebutuhan warga masy.
4) Decentralization, melimpahkan kewenangan kepada unit kerja terdepan
5) Policy, bgmn pememerintah memperbaiki kapasitas perumusan kebijakan.
6) Performance accountability,
bgmn pem memperbaiki
kemampuannya utk memenuhi janjinya.
Dari paradigma NPS, utk memba-ngun/reformasi birokrasi, maka birokrasi harus berubah
orientasinya, yaitu :
1) Dari paradigma constitutionalism ke paradigma communitarianism (Fox & Miller, 1995).
2) Dari institution-centric civil service ke model citizen-centric
governance (Prahalad, 2005).
3) Perlu diterapkan pola citizen-centered collaborative public management (Cooper, at ell., 2006).
4) Tidak ada tindakan birokrasi yang memanipulasikan partisipasi masyarakat (Yang & Callahan, 2007).
5
Hasil nyata :
1) Aturan yg jelas dan tegas dlm melaksanakan tugas.
2) Perilaku produktif, juga loyal kpda pimpinan & organisasi.
3) Perilaku yg impersonal & saklek. 4) Hub kekeluargaan dan kelompok
sosial tidak mendapat tempat.
Hasil nyata : 1) Saving
2) Perbaikan proses 3) Perbaikan tkt efisiensi 4) Peningkatan efektivitas
5) Perbaikan sistem administrasi seperti : peningkatan kapasitas, fleksibilitas dan ketahanan
Hasil nyata:
1) Pemerintahan yang lebih demokratis;
2) Pemerintahan yang desentralistis 3) Terbentuknya civil society
4) Partisipasi masyarakat 5) Pemerintahan yg partisipatif,
transparan dan akuntabel
OPA menghadapi masalah (falla-cies, pendapat yg keliru), yaitu:
1) Weber yakin bahwa sosok orga-nisasi birokrasi sangat ideal, pa-dahal dlm perkembangannya bisa berubah menjadi sangat kaku, ber-tele2 dan penuh red tape.
2) Taylor sangat yakin hanya satu cara terbaik utk melaksanakan tugas, padahal dlm perkem-bangan zaman banyak cara lain misalnya hasil rekayasa teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan.
3) Wilson lebih cenderung melihat adm publik sbg kegiatan yg tidak bersifat politis, padahal dlm kenyataannya bersifat politis.
NPM menuai kritik, karena : 1) Para elit birokrat cenderung
berkompetisi utk kepentingan dirinya d/p.kepentingan umum; 2) Public chioce didominasi
kepen-tingan pribadi, shg konsep spt public spirit & public service terabaikan.
3) Tidak mendorong terjadinya proses demokrasi.
4) Pemerataan dan keadilan sosial sulit terwujud
5) Mengancam citizen selfgover-nance dan fungsi administrator sbg servant of public interest.
6) Tidak hati2 akan meningkatkan korupsi dan orang2 miskin baru.
NPS juga menuai kritik, karena: 1) Hanya cocok untuk negara maju
yang sudah mapan dan
masyarakatnya sudah dewasa dalam berdemokrasi (tidak maunya menang sendiri)
2) Etika dlm pemerintahan sudah mmbudaya dlm kehidupan masy.. 3) Sulit diterapkan pada sistem
pemerintahan yang otoriterian sentralistis.
4) Tidak banyak masyarakat yang miskin (powerless)
Pelajaran penting dari paradigma OPA adalah utk membangun aparatur negara atau reformasi birokrasi diperlukan:
1) Profesionalitas
2) Penggunaan prinsip keilmuan
3) Hubungan impersonal
4) Penerapan aturan dan standarisasi secara tegas
5) Sikap yang netral
6) Perilaku yg mendorong/mendu-kung terjadinya efisiensi dan efektivitas sumberdaya (4M+T)
Pelajaran penting dari paradigma NPM adalah dlm membangun aparatur /reformasi birokrasi harus :
1) Memperhatikan mekanisme pasar.
2) Mendorong kompetisi dan kontrak utk mencapai hasil
3) Harus lebih responsif terhadap kebutuhan pelanggan.
4) Bersifat mengarahkan (steering) d/p. menjalankan sendiri (rowing)
5) Harus melakukan deregulasi;
6) Memberdayakan oprator/pelaksana
7) Mengembangkan budaya organisasi (corporate cultural)
8) Innovatif dan berjiwa wirausaha;
9) Pencapaian hasil ketimbang budaya taat asas.
10)Orientasi pada proses dan input.
Pelajaran penting dari paradigma NPS adalah dlm membangun AN/ reformasi birokrasi harus :
1) Memperhatikan pelayanan kpd masy sbg warga negara, bukan sbg pelanggan.
2) Mengutamakan kepentingan umum.
3) Mengikut sertakan warga
masyarakat (masy tidak dijadikan penonton)
4) Berfikir strategis dan bertindak demokratis.
5) Memperhatikan norma, nilai, dan standard yg ada.
6) Menghargai masyarakat d/p. manajer wirausaha yg bertindak seakan-akan uang adalah milik mereka.
PARADIGMA DAN PENDEKATAN OPA LEBIH PAS/COCOK UNTUK DEP/LEMBAGA YG MENANGANI BIDANG/SEKTOR POLHUKAM
PARADIGMA DAN PENDEKATAN NPM LEBIH PAS/COCOK UNTUK DEP/LEMBAGA YG MENANGANI BIDANG/SEKTOR PEREKONOMIAN
PARADIGMA DAN PENDEKATAN NPS LEBIH PAS/COCOK UNTUK DEP/LEMBAGA YG MENANGANI BIDANG/SEKTOR KESRA
PERKEMBANGAN ILMU
ADMINISTRASI
ALIRAN KLASIK MAX WEBER (BIROKRASI), HENRY FAYOL (ADMINISTRASI MODERN), F.W. TAYLOR (MANAJEMEN ILMIAH);
ALIRAN NEO KLASIK HUMAN RELATIONS (ELTON MAYO, CHARLES I. BARNARD, A. MASLOW)
ALIRAN PERILAKU HERBET SIMON, OSBORN, SCHERMERHORN, HUNT, GARRY YUKI
ALIRAN MODERN PENDEKATAN SISTEM, KONTIJENSI (KATZ DAN ROZENWEIGHT, STEPHEN ROBBINS)
Karakteristik birokrasi/organisasi bertipe ideal:
> High degree of specialization;
> Hierarchical authority structure with limited areas of responsibility; > Impersonality of relationships between organizational members;
> Recruitment of officials an the basis of ability and technical knowledge; > Differentiation of private and official income and fortune and so on.
Pertama, birokrasi diartikan sebagai ”government by bureaus” yaitu pemerintahan biro oleh pegawai yang diangkat oleh pemegang kekuasaan, pemerintah atau pihak atasan dalam sebuah organisasi formal, baik publik maupun privat; pemerintahan birokratik adalah pemerintahan tanpa partisipasi warga masyarakat/konsumen.
Kedua, birokrasi diartikan sebagai sifat atau perilaku pemerintahan, yaitu : sifat kaku, macet, berbelit-belit, berliku-liku dan segala tuduhan/stigma negatif terhadap
birpem
Ketiga, birokrasi sebagai tipe ideal sebuah organisasi yang bermula dari teori Max Weber tentang rasionalisasi aktivitas kolektif. Weber mendefinisikan birokrasi sebagai:
”organization with a pyramidal structure of authority, which utilize the
enforcement of universal and impersonal rules to maintain that structure of authority, and which emphasize the non-discretionary aspects of
administration.
ARTI BIROKRASI
Konsep Pokok Dalam Birokrasi
(Weber)
1. A division of work based on functional
specialization;
2. A system of rules covering the rights and
duties of position incumbents.
3. A system of procesdures for dealing with
the work situation;
4. Impersonality of interpersonal
relationships
5. Selection for employment and promotion
based on technical competence.
6. A well –defined hierarchy of authority;
1. A division of work based on functional
specialization;
2. A system of rules covering the rights and
duties of position incumbents.
3. A system of procesdures for dealing with
the work situation;
4. Impersonality of interpersonal
relationships
5. Selection for employment and promotion
based on technical competence.
Karakteristik Birokrasi
1. There is a fixed and stable structure for dividing tasks and
responsibilities established and operated according to rules and regulations.
2. The authority to give orders related to these duties is set forth in
oficial rules.
3. Only people who are qualified to do the work are employed in
order to provide consistent and ongoing accomplishment of organizational tasks.
4. There is a system of graded authority or hierarchy in which all
level of the organization, from the bottom to the top, is supervised by the next higher level.
5. Management is based on written records and documents to
keep track of corespondence, decisions, financial matters, and other items of important.
6. Office management is based on thorough and expert training.
7. Working in bureaucracy is a vocation or proffesion. It is generally
Mengapa perlu Birokrasi ?
Bureaucracy is the ultimate expression of a trend toward the efficient dan rational
organization (Weber, 1922)
The Theory of Bureaucratic
Dysfunction (Michel Crozier)
"... the slowness, the ponderousness, the routine, the complication of procedures and the maladapted responses of the
bureaucratic organization to the needs
which they should satisfy" (Crozier, 1964, p 3)
"... the bureaucratic system of organization is primarily characterized by the existence of a series of relatively stable vicious
TAYLOR’S FOUR BASIC PRINCIPLES
1.
THE DEVELOPMENT OF A TRUE
SCIENCE
2.
THE SCIENTIFIC SELECTION OF
THE WORKMAN
3.
HIS SCIENTIFIC EDUCATION AND
DEVELOPMENT
4.
INTIMATE FRIENDLY
PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN ILMIAH (FW
TAYLOR)
KEMBANGKAN SEBUAH ILMU BAGI SETIAP UNSUR
PEKERJAAN SESEORANG, YG AKAN MENGGANTIKAN METODE YG LAMA;
SECARA ILMIAH PILIHLAH DAN KEMUDIAN LATIHLAH, AJARI
ATAU KEMBANGKANLAH PEKERJA TSB;
BEKERJASAMALAH SECARA SUNGGUH2 DG PARA PEKERJA
UNTUK MENJAMIN PEK. SESUAI PRINSIP2 YG TELAH DIKEMBANGKAN;
BAGILAH PEKERJAAN DAN TANGGUNGJAWAB
KEMBANGKAN SEBUAH ILMU BAGI SETIAP UNSUR
PEKERJAAN SESEORANG, YG AKAN MENGGANTIKAN METODE YG LAMA;
SECARA ILMIAH PILIHLAH DAN KEMUDIAN LATIHLAH, AJARI ATAU KEMBANGKANLAH PEKERJA TSB;
BEKERJASAMALAH SECARA SUNGGUH2 DG PARA PEKERJA
UNTUK MENJAMIN PEK. SESUAI PRINSIP2 YG TELAH DIKEMBANGKAN;
TAYLOR’S PRINCIPLES OF
ORGANIZATIONAL EFFECTIVENESS
1. TASK SPECIALIZATION
2. WORK STANDARDIZATION 3. ECONOMIC REWARDS
4. PERFORMANCE MEASUREMENT
5. CENTRALIZED PLANNING AND CONTROL
1. TASK SPECIALIZATION
2. WORK STANDARDIZATION
3. ECONOMIC REWARDS
4. PERFORMANCE MEASUREMENT
Fungsi manjemen
Menurut Henry Fayol (1949)
1. Planning;
2. Organizing;
3. Commanding;
4. Coordinating; and
5. Controlling.
Menurut Luther Gullick (POSDCORB).
1. Planning;
2. Organizing;
3. Staffing;
4. Directing;
5. Coordinating;
6. Reporting; and
7. Budgeting.
Menurut Henry Fayol (1949)
1. Planning;
2. Organizing;
3. Commanding;
4. Coordinating; and
5. Controlling.
Menurut Luther Gullick (POSDCORB).
1. Planning;
2. Organizing;
3. Staffing;
4. Directing;
5. Coordinating;
6. Reporting; and
FAYOL’S FOURTEEN ADMINISTRATIVE
PRINCIPLES
1. AUTHORITY AND
RESPONSIBILITY
2. DISCIPLINE
3. DIVISION OF WORK
4. UNITY OF COMMAND
5. UNITY OF DIRECTION
6. SUBORDINATION OF
INDIVIDUAL INTEREST TO
GENERAL INTEREST
7. REMUNERATION OF
PERSONNEL
8. CENTRALIZATION 9. SCALAR CHAIN 10. ORDER
11. EQUITY
12. STABILITY OF TENURE OF
PERSONNEL 13. INITIATIVE
PRINSIP-PRINSIP ADMINISTRASI MODERN (HENRY FAYOL)
1. PEMBAGIAN KERJA
2. OTORITAS & TANGGUNGJAWAB
3. DISIPLIN
4. KESATUAN KOMANDO
5. KESATUAN ARAH
6. SUBORDINASI KEPENTINGAN PRIBADI DG KEPENTINGAN ORGANISASI
7. BALAS JASA/PENGGAJIAN
8. SENTRALISASI
9. RANTAI SKALAR
10. TATA TERTIB (ORDER)
11. KEADILAN
12. STABILITAS KARYAWAN
13. INISIATIF
“KESELURUHAN RANGKAIAN HUBUNGAN
BAIK YANG BERSIFAT FORMAL MAUPUN
INFORMAL, ANTARA MANAJER DENGAN
STAF, SESAMA MANAJER, SERTA ANTAR
PEGAWAI YANG LAIN HARUS DIBINA DAN
DIPELIHARA SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA
TERCIPTA
SUATU
TEAMWORK
DAN
SUASANA KERJA YANG SERASI DAN
HARMONIS DALAM RANGKA PENCAPAIAN
TUJAUN YANG TELAH DITENTUKAN”
PRINSIP-PRINSIP HUMAN RELATIONS
HARUS ADA SINKRONISASI ANTARA TUJUAN ORGANISASI DENGAN
TUJUAN-TUJUAN INDIVIDU DI DALAM ORGANISASI;
SUASANA KERJA YG MENYENANGKAN;
INFORMALITAS YG WAJAR DLM HUBUNGAN KERJA; MANUSIA BAWAHAN BUKAN MESIN;
OPTIMALISASI PENGEMBANGAN STAF;
PEKERJAAN YG MENARIK DAN PENUH TANTANGAN; PENGAKUAN DAN PENGHARGAAN;
KRITERIA HR YG BAIK
ADA/TIDAKNYA LOYALITAS PARA BAWAHAN THD ATASAN;
ADA/TIDAKNYA LOYALITAS ATASAN RHD BAWAHAN;
ADA/TIDAKNYA LOYALITAS ANTAR ATASAN;
ADA/TIDAKNYA LOYALITAS ANTAR STAF;
ADA/TIDAKNYA LOYALITAS PARA ANGGOTA THD ORGANISASI;
ADA/TIDAKNYA KEGAIRAHAN KERJA;
SIFAT HUBUNGAN KERJA KAKU/LUWES, FORMAL/INFORMAL;
MORAL TINGGI ATAU RENDAH;
BANYAK PENYELEWEANGAN/TIDAK;
INTI AJARAN HUMAN RELATIONS BAWAHAN/STAF ADALAH
HAKIKAT HUMAN RELATIONS
KOMUNIKASI ORGANISASI
HUBUNGAN ANTAR ATASAN
HUBUNGAN ANTAR STAF
HUBUNGAN ANTAR ATASAN DG STAF HUBUNGAN SELURUH
KONSEP MOTIVASI
“PROSES KEGIATAN MANAJER UNTUK
MENGARAHKAN,
MEMBERDAYAKAN,
MENGGERAKKAN
ORANG-ORANG
DALAM ORGANISASI BERDASARKAN
PEDEKATAN
KESADARAN
UNTUK
MELAKUKAN
KEGAIATAN
ORGANISASIONAL
DALAM
RANGKA
TEORI AWAL MOTIVASI
TEORI MASLOW: HIRARKHI KEBUTUHAN
TEORI
DOUGLAS
MC GREGOR: TEORI X &
Y
TEORI HIRARKHI KEBUTUHAN (A.
MASLOW)
SAFETY AND SECURITY NEEDS
PSYSIOLOGICAL NEEDS
ACTUALIZATION NEEDS
ESTEEM NEEDS
KONSEPSI MASLOW
1. Tidak ada kebutuhan yang terjadi bersamaan di antara kategori-kategori kebutuhan;
2. Kebutuhan dipuaskan secara berjenjang dari bawah (phisiologis)
KONSEPSI TEORI DUA FAKTOR
(Motivator-Hygine Theory)
(
Frederick Herzberg)FAKTOR-FAKTOR INTRINSIK (motivator)
YANG BERHUBUNGAN DG KEPUASAN KERJA, SEMENTARA FAKTOR-FAKTOR EKSTRINSIK (Hygiene) YANG DIHUBUNGKAN DENGAN KETIDAK PUASAN;
KEPUASAN KERJA TERJADI APABILA FAKTOR
MOTIVATOR TERPENUHI.
KETIDAK PUASAN KERJA DISEBABKAN
FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN DAN
KETIDAK PUASAN KERJA
KEPUASAN
KERJA(Motivator)
PENGAKUAN (RECOGNITION) TANGGUNGJAWAB
(RESPONSIBILITY)
PRESTASI (ACHIEVEMENT)
PERTUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN (GROWTH AND ADVANCEMENT)
PEKERJAAN ITU SENDIRI
(JOB ITSELF)
KEPUASAN
KERJA(Motivator)
PENGAKUAN (RECOGNITION) TANGGUNGJAWAB
(RESPONSIBILITY)
PRESTASI (ACHIEVEMENT)
PERTUMBUHAN DAN
PENGEMBANGAN (GROWTH AND ADVANCEMENT)
PEKERJAAN ITU SENDIRI
(JOB ITSELF)
KETIDAKPUASAN KERJA
(Hygine)
GAJI (SALARY)
KEDUDUKAN (STATUS) KONDISI TEMPAT KERJA
(WORKING CONDITIONS) HUBUNGAN ANTAR
PRIBADI (PERSONAL RELATIONS)
PENYELIAAN (SUPERVISI) KESELAMATAN KERJA (JOB
SAFETY)
KEBIJAKAN DAN
TEORI X DAN Y
(Douglas Mc. Gregor) TEORI X KARYAWAN TIDAK
SUKA BEKERJA
KARYAWAN HRS
DIPAKSA,
DIKENDALIKAN DAN DIANCAM
MENGHINDARI
TANGGUNGJAWAB
TEORI Y
KARYAWAN
MEMANDANG PEK. SBG. HIBURAN
KALAU MERASA
KOMIT, IA AKAN DG SADAR BEKERJA
MAU BELAJAR UNTUK
MENERIMA
TANGGUNGJAWAB
Kritik terhadap teori administratif dan birokratik
Lack of empirical validity;
Implicit assumtions about workers; Implicit assumptions about the
organizationa’s environment.
Herbert A. Simon mengatakan bahwa
Teori Administrasi
Behavioral sciences Management sciences
Evolusi konsep organisasi dan manajemen:
1. The tradisional views, (scientific
management, Administrative management, Burecratic model, Microeconomics: Theory of the firm, Public Administration).
2. The behavioral and management science revolutions,
3. The development of modern Views: systems and contingency concepts.
Behavioral sciences
Management sciences
Evolusi konsep organisasi dan manajemen:
1. The tradisional views, (scientific
management, Administrative management, Burecratic model, Microeconomics: Theory of the firm, Public Administration).
2. The behavioral and management science revolutions,
Public Administration
Woodrow Wilson:
1. Perlunya pemisahan antara “ policy making” dan “administration”.
2. Non political civil service system.
3. Pengembangan organisasi yang efisien melalui manajemen personalia dan keuangan yang lebih
baik,perencanaan dan pengawasan yang lebih efektif, dan penerapan teknik-tehnik administratif lainnya.
Perkembangan setelah PD II banyak menentang pendapat tersebut dan ilmu administrasi mulai
banyak menaruh perhatian pada faktor-faktor seperti organisasi informal, kelompok kepentingan,
kewenangan dan kekuasaan, konflik, proses pengambilan keputusan, dan komunikasi.
Woodrow Wilson:
1. Perlunya pemisahan antara “ policy making” dan “administration”.
2. Non political civil service system.
3. Pengembangan organisasi yang efisien melalui manajemen personalia dan keuangan yang lebih
baik,perencanaan dan pengawasan yang lebih efektif, dan penerapan teknik-tehnik administratif lainnya.
Perkembangan setelah PD II banyak menentang pendapat tersebut dan ilmu administrasi mulai
banyak menaruh perhatian pada faktor-faktor seperti organisasi informal, kelompok kepentingan,
Microeconomics: Theory of the firm
Microeconomics adalah teori normatifyang
menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh seorang pengusaha untuk memaksimalkan keuntungan .
Kontribusi;
1. Perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai
2. Perusahaan mencapai tujuannya secara rasional
3. Fungsi perusahaan adalah merubah input menjadi output.
4. Lingkungan dimana perusahaan melakukan kegiatannya adalah sudah tetap (given).
5. Teorinya memusatkan perhatiannya pada
perubahan harga dan jumlah input dan outputs.
Microeconomics adalah teori normatifyang
menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh seorang pengusaha untuk memaksimalkan keuntungan .
Kontribusi;
1. Perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai
2. Perusahaan mencapai tujuannya secara rasional
3. Fungsi perusahaan adalah merubah input menjadi output.
4. Lingkungan dimana perusahaan melakukan kegiatannya adalah sudah tetap (given).
5. Teorinya memusatkan perhatiannya pada
Systems and Contingency Concepts
The systems approach provides a basis for
integration by giving us a way to view the total organization in interaction with its environment and for conceptualization of relationships among internal components or subsystems.
A system as an organized, unitary whole
composed of two ormore interdependent parts, components, or subsystems and delineated by identifiable boundaries from its environmental suprasystem.
1. open system: biological and social system
2. Closed system: physical and mechanical system.
The systems approach provides a basis for
integration by giving us a way to view the total organization in interaction with its environment and for conceptualization of relationships among internal components or subsystems.
A system as an organized, unitary whole
composed of two ormore interdependent parts, components, or subsystems and delineated by identifiable boundaries from its environmental suprasystem.
1. open system: biological and social system
Teori System
Konsep Kunci Teory System
1. Subsystems or components.
2. Holism, Synergism, Organicism, and Gestalt.
3. Open Systems View.
4. Input-transformation-output model.
5. System Boundaries.
6. Negative Enropy.
7. Seady State, Dynamic Equilibrium, and Homeostatis.
8. Feedback.
9. Hierarchy.
10.Internal Elaboration.
11.Multiple Goal Seeking.
THE NEW PUBLIC ADMINISTRATION (G.
Frederickson, 1970)
Agar organisasi mampu bertahan hidup dalam iklim perubahan sosial yang sangat cepat
(turbulent environment) unsur kuncinya adalah kapasitasnya untuk menyesuaikan dengan perubahan sosial.
Konsep yang dikemukakan: Opennes and change
Equity
NPA meyerukan perlunya keterlibatan
anggota organisasi dan kliennya dalam proses pengambilan keputusan akan menciptakan
creatifitas. Pendekatan ini dilihat lebih konsisten dengan norma dan praktek
demokrasi dari pada pendekatan struktur pengawasan yang bersifat top-down.
Kata kunci dalan NPA adalah: Equity
ORGANIZATION DEVELOPMENT (OD)
(Robert Golembiewski, 1972)
Beberapa tokoh yang menginginkan proses
perubahan dalam organisasi mengembangkan pendekatan baru yang disebut dengan OD (a process-oriented approach to planned
change).
R. Gplembiewski mengatakan “organization
development represents a particular philosophy of managementthat is
48
PARADIGMA BUREAUCRATIC KE POST BUREAUCRATIC (Barzelay, 1992 & Armajani, 1997)
BUREAUCRATIC
Menekankan kepentingan public, efisiensi, administrasi, dan kontrol.
Mengutamakan fungsi, otoritas dan struktur.
Menilai biaya, menekankan tanggung jawab (responsibility). Mengutamakan ketaatan pada aturan dan prosedur.
Mengutamakan beroperasinya sistem-sistem administrasi
POST BUREAUCRATIC
Menekankan hasil yang berguna bagi masyarakat, kualitas dan nilai, produk dan keterikatan terhadap norma.
Mengutamakan misi, pelayanan dan hasil akhir (Outcome). Menekankan pemberian nilai (bagi masyarakat), membangun
akuntabilitas dan memperkuat hubungan kerja.
Menekankan pemahaman dan penerapan norma-norma, identitas dan pemecahan masalah, serta perbaikan yang berkesinambungan. Menekankan pemisahan antara pelayanan dengan kontrol,
membangun dukungan terhadap norma-norma, memperluas pilihan pelanggan, mendorong kegiatan kolektif, memberikan insentif,
mengukur dan menganalisis dan memperkaya umpan balik.
BUREAUCRATIC
Menekankan kepentingan public, efisiensi, administrasi, dan
kontrol.
Mengutamakan fungsi, otoritas dan struktur.
Menilai biaya, menekankan tanggung jawab (responsibility). Mengutamakan ketaatan pada aturan dan prosedur.
Mengutamakan beroperasinya sistem-sistem administrasi POST BUREAUCRATIC
Menekankan hasil yang berguna bagi masyarakat, kualitas dan
nilai, produk dan keterikatan terhadap norma.
Mengutamakan misi, pelayanan dan hasil akhir (Outcome). Menekankan pemberian nilai (bagi masyarakat), membangun
akuntabilitas dan memperkuat hubungan kerja.
Menekankan pemahaman dan penerapan norma-norma, identitas
dan pemecahan masalah, serta perbaikan yang berkesinambungan.
Menekankan pemisahan antara pelayanan dengan kontrol,
membangun dukungan terhadap norma-norma, memperluas pilihan pelanggan, mendorong kegiatan kolektif, memberikan insentif,
THE NEW PUBLIC MANAGEMENT
Timbul karena adanya : (1) dialog sosial, ekonomi
dan politik para pakar dan birokrat untuk mencari cara yang lebih efektif, cost-efficient, dalam
memberikan pelayanan publik, termasuk
kesejahteraan publik, transportasi, pemeliharaan kesehatan, dll. (2) krisis fiskal akibat krisis minyak thn 1970 dan krisis ekonomi global mendorong
para pakar dan praktisi mencari jalan baru untuk mengatasi administrasi negara. Dengan slogan NPM dan reinvention pada awal 1980- an mereka melakukan restrukturisasi lembaga-lembaga
NEW PUBLIC MANAGEMENT
“ .. A set of principles and practices in the public service ,
which has emerged during the past several decades in a variety of countries around the world ...a new framework for public policy and governance. ”...( Michael Barzeley, 2001).
Agenda reformasi: menciptakan organisasi yang “mission
driven, decentralized decision making, empowerment, civil society, and incetive-based.
Organisasi publik harus lebih fleksibel dan responsif
berdasarkan prinsip akuntabilitas, dayatanggap, dan
komitmen terhadap “oucome-based governance” (Jonathan Boston, Guy B. Peters. 1996).
NPM adalah suatu sistem manajemen desentralisasi dengan
perangkat-perangkat manajemen baru seperti controlling, benchmarking, dan lean manjemen.
NEW PUBLIC MANAGEMENT
“ .. A set of principles and practices in the public service ,
which has emerged during the past several decades in a variety of countries around the world ...a new framework for public policy and governance. ”...( Michael Barzeley, 2001).
Agenda reformasi: menciptakan organisasi yang “mission
driven, decentralized decision making, empowerment, civil society, and incetive-based.
Organisasi publik harus lebih fleksibel dan responsif
berdasarkan prinsip akuntabilitas, dayatanggap, dan
komitmen terhadap “oucome-based governance” (Jonathan Boston, Guy B. Peters. 1996).
NPM adalah suatu sistem manajemen desentralisasi dengan
perangkat-perangkat manajemen baru seperti controlling, benchmarking, dan lean manjemen.
New Public Management (NPM)
Sistim AN yg ada tdk mampu menghadapi
tantangan dan kesempatan Abad 21.
NPM ad pendekatan baru utk meningatkan
kinerja dan akuntabilitas pemerintah.
NPM konsern pada isue kualitas dan
produktivitas (efisiensi dan akuntabilitas).
Struktur birokrasi tradisional tidak sesuai lagi Pembagian kekuasaan dan teamwork.
Kepemimpinan demokratis
Tujuan NPM
1. Menurut Rainey (1990): public management aims to achieve skills and improve skills and improve accountability’.
2. Menurut Graham & Hays (1991): public
management are concerned with efficiency, accountability, goal achievement, and dozen of other managerial and technical question.
3. Tujuan NPM adalah untuk merubah administrasi publik sedemikian rupa sehingga , kalaupun belum bisa jadi
perusahaan, ia lebih bisa bersifat sperti
Karakteristik NPM (by C.HOOD, 1991).
1. A separation of Strategic policy from operational management. (Publik manajemen lebih banyak terkait dengan tugas-tugas operasional pemerintahan dari pada peran perumusan
kebijakan).
2. A concern with results rather than process and procedures.
(Publik manajemen lebih berkonsentrasi pada upaya mencapai tujuan dari pada upaya berkutat dengan proses dan prosedur).
3. An orientation the needs of customer rather than those of beuraucratic organizations. (Publik manajemen lebih banyak berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pelanggan dari pada kebutuhan birokrasi).
4. A withdrawal from direct service provision in favour of a steering or enabling role. (Publik manajemen menghindarkan diri dari
berperan memberikan pelayanan langsung kepada
masyarakatsesuai dengan peran utamanya memberikan arahan saja atau pemberdayaan kepada masyarakat).
Prinsip New Public Management (by C.Hood 1991)
1. Hands on professional management. (Pelaksanaan tugas manajemen pemerintahan diserahkan kepada manajemen profesional).
2. Explicit standard and measures of performance. (Adanya standar dan ukuran kinerja yang jelas).
3. Greater emphasis on output control. (Lebih ditekankan pada kontrol hasil/keluaran).
4. A shift to desegregations of unit in the public sector. (Pembagian tugas ke dalam unit-unit yang dibawah).
5. A Stress on private sector styles of management practice. (Penekanan pada pengembangan pola-pola manajemen sebagaimana yang dipraktikan pada sektor swasta).
6. A shift to greater competition in the public sector. (Ditumbuhkannya persaingan ditubuh sektor publik).
7. A stress on greater discipline and parsimony in resources use. (Penekanan yang lebih besar pada disiplin dan
Kritik terhadap NPM
1. Adanya perbedaan besar antara kekuatan pasar dan kepentingan masyarakat.
2. Masyarakat dianggap hanya sebagai
konsumen semata menyebabkan masyarakat dijauhkan hakekatnya dari partisipasi.
Akibatnya:
1. Terdapat krisis identitas pada sektor publik.
2. Berkurangnya kepercayaan publik trhadap pemerintah.
3. Restrukturisasi hubungan masysrakat dengan pemerintah dalam pelayanan publik. Di
Penerapan NPM di negara berkembang
1. NPM menerapkan mekanisme pasar atas kebijakan publik sehingga kurang tepat karena pengalamannya tentang ekonomi pasar masih sedikit.
2. Masalah privatisasi perusahaan-perusahaan publik.
3. Perubahan birokrasi kemekanisme pasar
apabila tidak hati-hati akan mengakibatkan korupsi.
4. Adanya permasalahan kelembagaan.
GOOD GOVERNANCE
Good; nilai-nilai dasar (universal) yang
menjunjung tinggi kehendak rakyat yang mampu mendorong kemandirian dan keadilan untuk
sesama.
Governance: the way state power is used in
managing economic and social resources for development of society (World Bank).
Governance: “praktek penyelenggaraan
kekuasaan dan kewenangan oleh pemerintah
dalam pengelolaan urusan pemerintahan secara umum dan pembangunan ekonomi pada
Good Governance: upaya kolektif dan sinergis
di antara negara, sektor swasta dan
masyarakat (civil society) yang menjunjung tinggi nilai-nilai universalnya untuk
menyelenggarakan sebuah pemerintahan negara yang efektif dan efisien , solid dan bertanggung jawab, dan berkeadilan dalam mewujudkan kesejahteraan masyaraktnya.
Good Governance: “the act or process of
governing so as to achieve whatever is good for the society (a moral interpretation of
democracy) or whatever is considered good by the society (a majority-governed
intrepretation of democracy). (Cheema,
Dalam penyelenggaraan pemerintahan telah
terjadi pergeseran paradigma rule government
menjadi good governance.
1. Rule Government: mengacu pada peraturan perundang-undangan
2. Good governance: plus dikembangkan prinsip kepemerintahan yang baik dengan melibatkan masyarakat dan dunia usaha.
Kepemerintahan yang baik tergantungpada:
1. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan bernegara.
Tiga Pilar Keperintahan yang baik
1. Economic Governance: meliputi proses
pengambilan keputusan yang memfasilitasi aktifitas ekonomi dan interaksi
penyelenggara ekonomi. Economic
governance punya implikasi terhadap equity, poverty, and quality of life.
2. Political Governance: proses pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan.
3. Administrative governance; suatu sistem implementasi kebijakan.
UU No. 28/1999, Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN.
Asas Penyelenggaraan Negara (Psl.3)
1. Kepastian Hukum
2. Tertib Penyelenggaraan Negara
3. Kepentingan Umum
4. Keterbukaan
5. Proporsionalitas
6. Profesionalitas
PRINSIP-PRINSIP
GOOD GOVERNANCE
Prinsip bersifat: praktis, relevan dan
konsisten.
Prinsip Good Governance (UNDP/SANKRI).
1. Partisipasi (partisipation)
2. Taat Hukum (rule of law)
3. Transparansi (transparancy)
4. Responsif (responsive)
5. Berorientasi Kesepakatan (consensus orientation)
6. Kesetaraan (equity)
7. Efektif dan Efisien (effective and efficient).
8. Akuntabilitas (accountability)
63
1. Wawasan Kedepan(visionary)
2. Keterbukaan dan Transparansi (openness and transparency)
3. Partisipasi Masyarakat (participation) 4. Tanggung Gugat (accountability)
5. Supremasi Hukum (rule of law) 6. Demokras (democracy)
7. Profesionalisme dan kompetensi (profesionalism and competence)
8. Daya tanggap (responsiveness)
09. Desentralisasi (decentralization)
10. Keefisienan dan keefektifan (efficiency and affectiveness) 11. Komitmen pada pengurangan kesenjangan (commitment to
reduce unequality)
12. Kemitraan dengan dunia usaha swasta dan masyarakat (private and civil society partnership)
13. Komitmen pada lingkungan hidup (commitment to environmental protection)
National Performance Review (NPR).
Dilakukan oleh Wapres Al Gore (1990)
Tujuannya meningkatkan produktifitas
pemerintah melalui penyederhanaan proses, meningkatkan akuntabilitas, dan desentralisasi kewenangan untuk mendorong perilaku
kewirausahaan.
Konsekwensi diterapkannya NPR :
160,000 pekerjaan dihapus dan 2000 kantor
federal di daerah dihapus.
Desentralisasi dan fokus pada hasil.
Peningkatan pelayanan dan produktifitas.
Reward atas dasar efisiency dan performance.
Merubah sistem manajemen dan pengelolaan
SDM.
Dilakukan oleh Wapres Al Gore (1990) Tujuannya meningkatkan produktifitas
pemerintah melalui penyederhanaan proses, meningkatkan akuntabilitas, dan desentralisasi kewenangan untuk mendorong perilaku
kewirausahaan.
Konsekwensi diterapkannya NPR :
160,000 pekerjaan dihapus dan 2000 kantor
federal di daerah dihapus.
Desentralisasi dan fokus pada hasil.
Peningkatan pelayanan dan produktifitas.
Reward atas dasar efisiency dan performance. Merubah sistem manajemen dan pengelolaan
66 1. Birokrasi pelayanan publik
tidak efisien, efektif dan produktif
2. Keterbatasan sumberdaya
3. Menurunnya kepercayaan publik
4. Tekanan sektor swasta 5. Isu politik
6. Kekuatan perubahan
1. Birokrasi pelayanan publik
tidak efisien, efektif dan produktif 2. Keterbatasan sumberdaya
3. Menurunnya kepercayaan publik
4. Tekanan sektor swasta
5. Isu politik
67
1. CATALYTIC GOVERNMENT : Steering Rather Then Rowing
2. COMMUNITY-OWNED GOVERNMENT: Empowering Rather Than Serving
3. COMPETITIVE GOVERNMENT:
Injecting Competition into Service Delivery
4. MISSION-DRIVEN GOVERNMENT: Transforming Rule-Driven Organizations.
5. RESULTS-ORIENTED GOVERNMENT: Funding Outcomes, Not Inputs.
REINVENTING GOVERNMENT
68
6. CUSTOMER-DRIVEN GOVERNMENT: Meeting the Needs of the Customer, Not the
Bureucracy
7. ENTERPRISING GOVERNMENT: Earning Rather Than Spending
8. ANTICIPATORY GOVERNMENT: Prevention Rather Than Cure.
9. DECENTRALIZED GOVERNMENT
From Hierarchy to Participation & Teamwork.
10. MARKET-ORIENTED GOVERNMENT: Leveraging Change Through the Market.
6. CUSTOMER-DRIVEN GOVERNMENT: Meeting the Needs of the Customer, Not the
Bureucracy
7. ENTERPRISING GOVERNMENT: Earning Rather Than Spending
8. ANTICIPATORY GOVERNMENT: Prevention Rather Than Cure.
9. DECENTRALIZED GOVERNMENT
From Hierarchy to Participation & Teamwork.
10. MARKET-ORIENTED GOVERNMENT: Leveraging Change Through the Market.
REINVENTING GOVERNMENT (2)
PRODUCTIVITY
Pructivity”bagaimana hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik dari hati ini”.
LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
1. Identify ripe areas
2. Locate models in other yuridictions
3. Define roles
4. Set realistic goals and objectives
5. Choose among alternative programs
6. Anticipate problem
7. Implement the program
BANASHING BUREAUCRACY
(OSBORNE & PLASTRIK, 1997)
STRATEGI KONSEKUENSI: MENDORONG PRESTASI DAN KINERJA PEGAWAI MELALUI PENERAPAN
“REWARD” AND “PUNISHMENT”
STRATEGI PELANGGAN: BERORIENTASI KEPADA KEPUASAN PELANGGAN
STRATEGI INTI: MENCIPTAKAN TUJUAN YANG JELAS
STRATEGI PENGENDALIAN: MENATA KEMBALI ORGANISASI BERDASARKAN VISI DAN MISI
STRATEGI BUDAYA: MERUBAH BUDAYA KERJA
STRATEGI KONSEKUENSI: MENDORONG PRESTASI
DAN KINERJA PEGAWAI MELALUI PENERAPAN
“REWARD” AND “PUNISHMENT”
STRATEGI PELANGGAN: BERORIENTASI KEPADA
KEPUASAN PELANGGAN
STRATEGI INTI: MENCIPTAKAN TUJUAN YANG
JELAS
STRATEGI PENGENDALIAN: MENATA KEMBALI
ORGANISASI BERDASARKAN VISI DAN MISI
STRATEGI BUDAYA: MERUBAH BUDAYA KERJA
72
BIG GOVERNMENT
Fungsi mengikuti struktur
Tidak efisien dan efektif
Lamban
LESS GOVERNMENT
Struktur mengikuti fungsi
Lebih efisien dan efektif
Lebih adaptif
73
FROM GOVERNMENT TO GOVERNANCE (UNDP, 1998)
1. Pemerintah seba-gai
pengelola me-lalui instrumen birokrasi 2. Pendekatan pada kewenangan dan power 3. Masyarakat
seba-gai objek
dan kurang
partisipasi dan pemberda-yaan 1. Pemerintah
seba-gai
pengelola me-lalui instrumen birokrasi 2. Pendekatan pada kewenangan dan power 3. Masyarakat
seba-gai objek
dan kurang
partisipasi dan pemberda-yaan
1. Melibatkan masya-rakat dan swasta
2. Pendekatan pada
manajemen
3. Masyarakat
seba-gai Subjek dan mendorong parti-sipasi dan
pember-dayaan
1. Melibatkan masya-rakat dan swasta
2. Pendekatan pada
manajemen
3. Masyarakat
seba-gai Subjek dan mendorong parti-sipasi dan
NEW PUBLIC SERVICE
(J.V. DENHARDT & R.B. DENHARDT, 2003)
MELAYANI WARGA MASYARAKAT BUKAN PELANGGAN
(SERVE CITIZEN, NOT CUSTOMERS)
MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN PUBLIK (SEEK THE PUBLIC
INTEREST)
LEBIH MENGHARGAI WARGA NEGARA DARI PADA
KEWIRAUSAHAAN (VALUE CITIZENSHIP OVER ENTREPRENEURSHIP)
BERPIKIR STRATEGIS, DAN BERTINDAK DEMOKRATIS
(THINK STRATEGICALLY, ACT DEMOCRATICALLY)
MENYADARI BAHWA AKUNTABILITAS BUKAN MERUPAKAN
SUATU YANG MUDAH (RECOGNIZE THAT ACCOUNTABILITY IS NOT SIMPLE)
THAMELAYANI DARI PADA MENGENDALIKAN (SERVE
RATHER N STEER)
MENGHARGAI ORANG, BUKANNYA PRODUKTIVITAS
SEMATA (VALUE PEOPLE, NOT JUST PRODUCTIVITY)
MELAYANI WARGA MASYARAKAT BUKAN PELANGGAN
(SERVE CITIZEN, NOT CUSTOMERS)
MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN PUBLIK (SEEK THE PUBLIC
INTEREST)
LEBIH MENGHARGAI WARGA NEGARA DARI PADA
KEWIRAUSAHAAN (VALUE CITIZENSHIP OVER ENTREPRENEURSHIP)
BERPIKIR STRATEGIS, DAN BERTINDAK DEMOKRATIS
(THINK STRATEGICALLY, ACT DEMOCRATICALLY)
MENYADARI BAHWA AKUNTABILITAS BUKAN MERUPAKAN
SUATU YANG MUDAH (RECOGNIZE THAT ACCOUNTABILITY IS NOT SIMPLE)
THAMELAYANI DARI PADA MENGENDALIKAN (SERVE
RATHER N STEER)
MENGHARGAI ORANG, BUKANNYA PRODUKTIVITAS
SEMATA (VALUE PEOPLE, NOT JUST PRODUCTIVITY)
75
Perbandingan Jenis Birokrasi Administrasi Publik Lama, Manajemen Publik Baru dan Pelayanan Publik
Baru Administrasi Publik Lama Administrasi Publik Baru Pelayanan Publik Baru
Tujuan Efisien dan Profesional Pelayanan Prima Pelayanan Berkualitas
Strategi pencapaian tujuan
Implementasi program oleh
pemerintah Mendorong peran swasta dan LSM Koalisi antara pemerintah, LSM, dan swasta
Pertanggung
jawaban Pada klien dan konstituen secara hirarkis Pada customer ala pasar Pada warga negara secara multindimensi
Pemegang
kekuasaan Top Manajemen Pekerja dan pengguna jasa Warga negara
Budaya
Arogan dan rutin Menyentuh hati dan
winning mind Ramah dan inovatif Menekankan taat aturan dan
efisien Menekankan perombakan visi dan misi Menekankan perombakan kultur pelayanan
Peran
Pemerintah Mendayung (rowing) Mengarahkan (steering) Melayani (serving)
Konsep kepentingan publik
Tercermin dalam UU, secara
Kriteria Perusahaan yang berhasil (Peters and
Waterman: In Search of Excelent 1982).
1. A bias for action – a willingness to experiment and to take risks
2. Close to the customer – a near obsession with service and quality
3. Autonomy and enterpreneurship – allowing a freedom to develop new ideas and to compete with other parta of the company
4. Productivity through people – treating people as adults and giving them trust and respect
5. Hands-on, value-driven –paying attention to their values and managers working hard to express those values
6. Sticking to the knitting – doing what you know best; don’t diversify excessively.
7. Simple form, lean staff - - avoiding top-heavy and complex organizaional structures
“Excellence in local governance” Peter
and Waterman, 1982)
1. Action orientation.
2. Closeness to citizens.
3. Aoutonomy and enterpreneurship.
4. Employee orientation.
5. Mission, goals, and competence.
6. Structure
Pendekatan yang digunakan oleh manager
publik.(Robert B. Denhardt 1993)
1. A commitment to values
2. Serving the public
3. Empowerment and shared leadership
4. Pragmatic incrementalism
Guidelines for Public Management
1. Maintain clarity about organizational priorities, goals, and objectives.
2. Make decisions today in terms of the most likely future circumstancies.
3. Be attentive to the context in which you operate, especially relationships with other actors in the governmental system.
4. Understand clearly the organization’s capacity and limitations.
5. Balance program goals with attention to organizational values and processes.
6. Create diverse mechanism, both tmporary and permanent, for contantly renegotiating programs and processes.
Administrative reform and Technology
NPM = ‘Reinventing Gov’t’ (Osborne dan Gaebler, 1992) Sistem Adm Negara yg ada kurang mampu menghadapi
tantangan dan peluang abad 21.
NPM menaruh perhatian dengan masalah kualitas dan
produktivitas dalam pemerintahan.
NPM membawa perubahan dalam struktur birokrasi, majemen
yg lebih demokratis, tumbuhnya public private partnership, dan pengembangan teamwork.
Mengapa Reform.
1. Untuk memberikan pelayanan yg lebih cost-efficient dan efektif.
2. Krisis minyak tahun 1970 dan perubahan ekonomi global memacu para praktisi dan teorisi untukmencari jalan baru merestrukturisasi birokrasi, merampingkan organisasi,
Prinsip dan Praktek NPM
Menciptakan orgn yg mission-driven, desentralized, dan incentive based
berdasarkan prinsip akuntabilitas, daya tanggap, dan komitmen pada hasil.
Pendekatan “one-size-fits-all” menjadikan masalah, bukan solusi.
Trends dalam Pelayanan
Publik
Economic Changes and
Redefining Government
Globalization
Technology and the Work
Environment
The Role of Citizens in the
Tantangan Kedepan
How can governments bestprepare
themselves for reform challenges?
How can the public sector develop a
culture responsive to change?
What types of leaders are needed.
How can Governments better
communicate with citizens?
How can government avoid “reform
Kegiatan Manager
Colin Hales mengidentifikasi sembilan kegiatan
Manager:
1. Playing the role of figurhead and leader of an organizational unit.
2. Acting as a liaison.
3. Monitoring.
4. Allocating resources
5. Handling disturbances
6. Negotiating.
7. Innovating
8. Planning
OPM Inventory of Management Skills.
The “what” of Management: Functions
1. External awareness
2. Interpretation
3. Representation
4. Coordination
5. Work unit planning
6. Work unit guidance
7. Budgeting
8. Material resources administration
9. Personnel management
10.Supervision
11.Work unit monitoring
Lanjutan
The “How” of Management: Effectiveness
Characteristic.
1. Broad perspective
2. Strategic view
3. Environtmental sensitivity
4. Leadership
5. Flexibility
6. Action orientation
7. Results focus
8. Communication
9. Interpersonal sensitivity
10.Technical competence.
NO. Nama Judul
1 Faustino Dias Optimalisasi Pengawasan Menuju Good Governance 2 Azeca Mautino
Olivera
Pemberdayaan Peran Profesionalisme untuk meningkatkan profesi kode etik Internal Audit
3 Desy Saswita Penerapan Prinsip-prinsip GG terhadap Kinerja Badan Penghubng Prov Riau.
4. Melantika Sari Profesionalisme Tata Kelola Penerimaan Negara Bukan Pajak di Kantor Kesehatan Pelabuhan sebagai UPT Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kem. Kes.
5 Limo de Jesus da Silva
Pengaruh Informasi terhadap kinerja Karyawan pada Kem. Pendidikan
6 Maria Fransisca Do Rosario Soares
Pemerintahan yang baik dan Tata Kelola Pemerintahan (GGovernance dan G Government)
7. Moises Guterres De Sar
Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip GG terhadap
efektifitas kerja pegawai di Dit. Nas Lingkungan Hidup 8. Jucelina Edviges
Pereira
Pengawasan Kualitas Air Minum kepada Masyarakat Timor Leste.
9. Rudi Setiawan Analisis Implementasi dan konsep GG Dalam Membangun Penegakan Hukum dan Demokrasi di Indonesia.
10. Fifi Sofa Oktora GG untuk menanggulangi Kemiskinan di Indonesia
12. Augusto Freitas Analisis Implementasi GG di Lingkungan Dit. Pajk.
13. Rogerio Paulo Chaves Peranan dan KOnsep GG pada Radio dan Televisi TL dalam Implementasi PP No.42 2008
14. Fidelia Da Costa Peranan dan Kebijakan Publik dalam desentralisasi Pemda TL.
15. Pedro Da Costa Freitas
Penerapan GG untuk peningkatan pengawasan manajemen di Bandara TL.
16. Tomas Gusmao Pengawasan Pelaksanaan APBN di Kem Perdag dan Perind dan LH di TL.
17. Gregorio Baptista Peran dan Fungsi Panwaslu dalam pemilihan di TL pada aspek Transparansi.
18. Geraldo Fransisco Magno
GGdalam pelayanan publik di Kem Keuangan TL.
19. Denny Martin Akuntabilitas Dalam Pengelolaan keuangan di Satker Komnas Hayang bersumber dari APBN dan hibah.
20 Ema Juliati Implementasi Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Pemkot Tangerang.
21 Natalia Rocha Da Costa
Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang
mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau pd Dit, Nas Koperasi mikro dan usaha kecil di TL
23 .
Apriyadi Prinsip-prinsip GG dalam
penempatan Aparatur dalam Jab Strukturaldi Sekt Pemda Kab. Lampung Utara.
24. Khaerul Anwar Peningkatan Pelayanan di BPKB dalam meningkatkan effisiensi menuju GG.