• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM UNTUK ISOLASI PROTOPLAS DAUN Dendrobium Thong Chai Golden.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENENTUAN KONDISI OPTIMUM UNTUK ISOLASI PROTOPLAS DAUN Dendrobium Thong Chai Golden."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM UNTUK ISOLASI PROTOPLAS

DAUN Dendrobium Thong Chai Golden

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi

Disusun oleh

AULIA MUMTAHANA

0800601

PROGRAM STUDI BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM UNTUK ISOLASI

PROTOPLAS DAUN Dendrobium Thong Chai Golden

Oleh Aulia Mumtahana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Aulia Mumtahana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM UNTUK ISOLASI PROTOPLAS

DAUN Dendrobium Thong Chai Golden

Oleh

Aulia Mumtahana 0800601

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. rer. nat Adi Rahmat, M.Si NIP. 196512301992021001

Pembimbing II

Dra. R. Kusdianti, M.Si NIP. 196402261989032004

Mengetahui,

(4)
(5)

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM UNTUK ISOLASI

PROTOPLAS DAUN Dendrobium Thong Chai Golden

Aulia Mumtahana, Adi Rahmat dan Kusdianti

Program Studi Biologi, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung, e-mail : adirahmat_upi@yahoo.com

ABSTRAK

Protoplas merupakan sumber material terbaik bagi pengembangan hibridisasi somatik pada anggrek. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi

optimum untuk isolasi protoplas dari daun Dendrobium Thong Chai Golden

dengan menentukan konsentrasi manitol sebagai osmotikum, kombinasi larutan enzim, dan lamanya inkubasi daun dalam larutan enzim. Penentuan konsentrasi manitol dilakukan menggunakan metode konvensional dengan menentukan

konsentrasi yang menyebabkan kondisi incipient plasmolysis. Penelitian tentang

pengaruh larutan enzim dan lamanya inkubasi daun dalam larutan enzim terhadap jumlah protoplas yang dihasilkan dilakukan berdasakan rancangan acak lengkap faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah kombinasi enzim yang terdiri dari (1,5% selulase + 0,2% pektinase), E2 (1% selulase + 1% pektinase), dan E3 (1% selulase + 0,5% pektinase). Faktor kedua adalah lamanya lamanya inkubasi daun dalam larutan enzim yang terdiri dari 3, 5, 16, dan 21 jam. Eksplan adalah daun dari tanaman yang berumur satu tahun yang ditanam secara in vitro. Protoplas dikultur dalam medium ½ MS yang ditambahkan dengan kombinasi NAA dan BAP dan diamati setiap harinya selama dua minggu. Hasil menunjukan bahwa konsentrasi manitol terbaik sebagai osmotik adalah 0,5 M. Tidak ada interaksi pengaruh larutan enzim dan waktu inkubasi. Jumlah protoplas

paling banyak (86,5 ± 22,7 x 104 protoplas/g berat basah) dihasilkan dari

kombinasi enzim E1 dan inkubasi 16 jam. Duncan multiple range tests

menunjukan tidak ada perbedaan signifikan dalam jumlah protoplas ketika daun diinkubasi selama 16 jam pada semua kombinasi enzim. Setelah dua minggu masa kultivasi dalam medium ½ MS yang ditambahkan seluruh kombinasi NAA dan

BAP, plating efficiency kultur protoplas tidak dapat ditentukan.

(6)

OPTIMALIZATION FOR ISOLATION CONDITION OF Dendrobium

Thong Chai Golden LEAVE PROTOPLAST

Aulia Mumtahana, Adi Rahmat dan Kusdianti

Program Studi Biologi, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung, e-mail : adirahmat_upi@yahoo.com

ABSTRACT

Protoplast is the best source of material for improvement of somatic hybridization on orchids. This study was aimed to obtain an optimum condition for protoplast

isolation of Dendrobium Thong Chai Golden leave protoplast by determining

mannitol concentration as osmotic agent, combination of enzyme solution, and duration of leaves incubation in enzyme solution. Determination of mannitol concentration was conducted using conventional method by determining a concentration causing incipient plasmolysis. The study of the effect of enzyme solution and duration of leave incubation in enzyme solution on the number of released protoplasts was done according to factorial complete random design consisted of two factors. The first factor was enzyme combination consisted of E1 (1,5% cellulase + 0,2% pectinase), E2 (1% cellulase + 1% pectinase), and E3 (1% cellulase + 0,5% pectinase). The second factor was duration of leave incubation in

enzyme solution consisted of 3, 5, 16 and 21 hours. The explanused was a one

year old in vitro leaves. The protoplasts were cultured in ½ MS medium that was

supplemented with several combination of NAA and BAP and observed every days for two weeks. The result showed that the best mannitol concentration as osmotic agent was 0,5 M. There were no interaction effect of enzyme solution and

duration of incubation. The highest protoplast number (86,5 ± 22,7 x 104

protoplasts/ fresh weight) was yield by enzyme combination E1 and 16 hours incubation. Duncan multiple range tests showed No significant differences in protoplast number when the leaves were incubated for 16 hours in all enzyme combinations. After two weeks cultivation in ½ MS medium that was supplemented by all combination of NAA and BAP, plating efficiency of protoplast culture could not determined.

(7)

DAFTAR ISI

BAB II ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS DAUN Dendrobium Thong Chai Golden ... 7

A. DESKRIPSI TANAMAN ... 7

B. PEMULIAAN TANAMAN ... 11

C. ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS ... 16

1. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Isolasi dan Kultur Protoplas ... 17

a. Sumber Eksplan ... 17

b. Perlakuan Enzimatis . ... 18

c. Osmotikum ... 18

d. Kebutuhan Nutrisi ... 19

2. Perkembangan Protoplas dalam Medium Kultur ... 20

(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. RANCANGAN PENELITIAN ... 22

B. POPULASI DAN SAMPEL ... 22

C. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN ... 23

D. ALAT DAN BAHAN ... 23

E. PROSEDUR KERJA ... 23

1. Tahap Persiapan ... 23

a. Pembuatan Larutan dan Medium ... 23

1). Larutan Stok ... 23

2). Larutan Isolasi, Larutan Enzim, Larutan Cuci dan Medium Kultur ... 24

3). Medium ½ MS ... 24

b. Sterilisasi Alat ... 24

2. Tahap Percobaan a. Penentuan Osmotikum Larutan dan Medium ... 25

a. Isolasi Protoplas ... 25

b. Purifikasi Protoplas ... 25

c. Perhitungan Jumlah Protoplas ... 26

d. Kultur dan Pengamatan Protoplas ... 26

F. ANALISIS DATA ... 26

G. ALUR PENELITIAN ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN ... 28

1. Penentuan Konsentrasi Manitol sebagai Agen Osmotik ... 28

2. Interaksi antara Campuran Enzim dan Waktu Inkubasi terhadap Perolehan Jumlah Protoplas ... 30

3. Pengaruh Campuran Enzim ... 31

4. Pengaruh Waktu Inkubasi ... 32

(9)

B. PEMBAHASAN ... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. KESIMPULAN ... 46

B. SARAN ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 52

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Data Luas Panen dan Produksi Anggrek dari Tahun 2007-2011 ... 12

2.2 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Anggrek Indonesia dari

Tahun 2007-2011 ... 12

4.1 Konsentrasi manitol yang menyebabkan plasmolisis daun Dendrobium

Thong Chai Golden ... 28

4.2 Pengaruh Konsentrasi Campuran Larutan Enzim terhadap Perolehan Jumlah

Protoplas ... 31

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Morfologi tanaman Dendrobium Thong Chai Golden ... 9

2.2 Bunga Dendrobium Thong Chai Golden ... 10

3.1 Alur Penelitian ... 27

4.1 Plasmolisis sel daun Dendrobium Thong Chai Golden dalam larutan manitol pada berbagai konsentrasi ... 29

4.2 Pengaruh interaksi antara konsentrasi campuran enzim dan waktu inkubasi ... 30

4.3 Sedimentasi protoplas setelah sentrifugasi ... 33

4.4 Protoplas hasil isolasi ... 34

4.5 Sejumlah protoplas, sel dan senyawa yang ditemukan pada isolasi ... 35

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejak awal keberadaanya, tanaman anggrek telah menarik berbagai

kalangan seperti ahli botani, peneliti, pemulia tanaman dan masyarakat. Tanaman

anggrek adalah tanaman hias yang memiliki keindahan bunga yang khas dengan

warna dan bentuk bunga yang beragam. Tanaman anggrek juga termasuk salah

satu komoditas penting bernilai ekonomi tinggi dalam industri holtikultura.

Secara taksonomi, tanaman anggrek termasuk tanaman berbiji tertutup yang

berasal dari famili Orchidaceae yaitu salah satu famili terbesar dari tanaman

bunga, terdiri dari 800 genus dengan 25.000 spesies dengan kelimpahan spesies

tertinggi ditemukan di daerah tropis (Arditti, 1992), sehingga anggrek sering

dianggap sebagai simbol bunga khas tropis. Indonesia memiliki sekitar 5000 jenis

anggrek atau sebesar 25 – 33,3 % dari total jenis anggrek di dunia yang

terdistribusi diseluruh nusantara (Sarwono, 2002). Diantara genus-genus yang

terdapat dalam famili Orchidaceae, genus Dendrobium merupakan genus terbesar

kedua meliputi lebih dari 1100 spesies yang terdistribusi luas dari Asia Tenggara

hingga Australia (Yin dan Hong, 2009). Menurut Gandawidjaya dan Sastrapradja

(1980), Dendrobium merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia yang

jumlahnya diperkirakan mencapai 275 spesies.

Sebagian besar jenis anggrek yang ada dipasaran saat ini merupakan hasil

silangan atau hibrida. Jumlahnya mencapai lebih dari 75.000 anggrek (Teoh,

2005). Salah satu jenis yang cukup menarik perhatian adalah Dendrobium Thong

Chai Golden. Dendrobium Thong Chai Golden merupakan hibrida interspesifik

yang memiliki karakteristik bunga berbentuk bintang berwarna kuning terang

(gold). Bibirnya berwarna magenta gelap, sangat kontras berbeda dengan warna

(13)

2

Permintaan pasar terhadap anggrek jenis Dendrobium dan hibridanya baik

sebagai tanaman pot maupun dalam bentuk bunga potong masih tinggi. Akibatnya

kultivasi anggrek Dendrobium dan hibridanya terutama melalui teknik

mikropropagasi, paling banyak dilakukan dan persentasenya mencapai 80 % dari

jumlah total kultivasi anggrek tropis (Griesbach, 2003; Saiprasad et al., 2004).

Sejalan dengan permintaan anggrek yang cukup besar, maka usaha peningkatan

dan penganekaragaman produk anggrek jenis Dendrobium menjadi sangat

penting. Potensi Dendrobium sebagai komoditas holtikultura telah dikembangkan

dan dimanfaatkan oleh Indonesia, namun pengembangannya masih belum

optimal. Menurut Widiastoety et al. (2010), secara umum beberapa kendala yang

menghambat kemajuan pengembangan anggrek di Indonesia diantaranya

rendahnya produktivitas dan kualitas anggrek sehingga tidak dapat bersaing

dipasaran internasional. Usaha peningkatan dan penganekaragaman produk

anggrek penting dilakukan untuk meningkatkan daya saing dan mempermudah

perluasan pasar di dalam dan luar negeri. Usaha peningkatan kualitas dan

penganekaragaman anggrek termasuk kedalam kegiatan pemuliaan tanaman.

Pemuliaan tanaman pada anggrek Dendrobium telah dilakukan sejak lama

oleh para pemulia tanaman melalui teknik konvensional dan variasi somaklonal

melalui kultur jaringan. Teknik konvensional melalui persilangan seksual telah

berkontribusi besar terhadap peningkatan kualitas dan keragaman pada anggrek

Dendrobium, akan tetapi pada teknik persilangan seksual sering ditemui beberapa

keterbatasan seperti adanya ketidaksesuaian genom tetua antara kedua spesies dan

inkompatibilitas seksual sehingga sulit dihasilkan hibrida interspesifik dan

intergenerik (Widiastoety et al., 2010). Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang berkembang pesat saat ini, maka bioteknologi modern menjadi

solusi alternatif dalam mengatasi keterbatasan yang ditemui pada persilangan

seksual yaitu melalui teknik hibridisasi somatik atau fusi protoplas. Hibridisasi

somatik melalui fusi protoplas memberikan kemungkinan untuk terjadinya

persilangan beda genus dan spesies (Davey et al., 2005).

(14)

3

terjadi secara buatan melalui dua cara yaitu secara kimiawi seperti perlakuan

dengan sodium nitrat, ion kalsium, polietilen glikol (PEG) atau menggunakan

medan listrik seperti mikrofusi dan elektrofusi dalam mengatasi hambatan

persilangan telah berhasil pada sejumlah besar tanaman (Bajaj, 1994; Chawla,

2002).

Saat ini, hibridisasi somatik telah menjadi satu alat paling signifikan dari

bioteknologi modern karena peranannya yang sangat luas dalam pemuliaan

tanaman seperti rekayasa tanaman resisten penyakit dan pestisida, peningkatan

produk metabolisme sekunder dan pembentukan tanaman poliploid. Dalam hal ini

protoplas tanaman menyediakan sistem sel tunggal dan menjadi sumber material

terbaik bagi pengembangan tanaman melalui fusi protoplas (Bhojwani dan

Razdan, 1983). Akibatnya metode ini telah menarik banyak perhatian dari para

pemulia tanaman dan peneliti sehingga pengembangannya dilaboratorium terus

berjalan (Davey et al., 2005). Dengan demikian, protoplas dari Dendrobium

Thong Chai Golden dapat menjadi sumber material yang baik untuk fusi protoplas

dalam rangka pengembangan tanaman tersebut. Hibridisasi intergenerik maupun

interspesifik pada anggrek telah dilakukan pada beberapa anggrek diantaranya

pada Angraecum giryamae dengan sumber protoplas berasal dari sepal hijau

(Price dan Earle, 1984 dalam Teixeira da Saliva, 2013) dan pada hibrida bigeneric

Renantanda (Renanthera x Vanda) dengan Phalaenopsis dimana sumber

protoplas berasal dari daun muda (Teo dan Neumann, 1978a, 1978b dalam

Teixeira da Saliva, 2013).

Salah faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan

penggunaan protoplas sebagai sumber material dalam hibridisasi somatik adalah

kondisi isolasi protoplas (Bajaj, 1994). Kondisi isolasi optimum akan

menghasilkan protoplas viabel dalam jumlah banyak. Beberapa faktor yang

menentukan perolehan jumlah protoplas diantaranya campuran enzim, medium

isolasi, konsentrasi osmotikum, dan waktu inkubasi (Bhojwani dan Razdan,

1983). Pembentukan protokol isolasi pada Dendrobium dan hibridinya telah

(15)

4

mengenai protokol isolasi protoplas pada Dendrobium Thong Chai Golden. Oleh

karena itu perlu dilakukan penelitian dalam menentukan kondisi optimum untuk

isolasi protoplas Dendrobium Thong Chai Golden sebagai satu kajian awal untuk

pengembangan hibridisasi somatik pada tanaman anggrek.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “ Bagaimana kondisi optimum untuk isolasi

protoplas daun Dendrobium Thong Chai Golden terhadap perolehan jumlah

protoplas ” ?

Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dijabarkan

menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Berapa konsentrasi manitol osmotikum untuk memperoleh jumlah protoplas

paling banyak ?

2. Berapa konsentrasi campuran enzim optimal untuk memperoleh jumlah

protoplas paling banyak ?

3. Berapa lama waktu inkubasi optimal untuk memperoleh jumlah protoplas

paling banyak ?

4. Adakah interaksi antar konsentrasi campuran enzim dan lamanya waktu

inkubasi terhadap perolehan hasil protoplas ?

5. Berapa lama waktu yang dibutuhkan protoplas untuk mensintesis dinding

sel baru ?

6. Berapa lama waktu yang dibutuhkan protoplas untuk terjadinya pembelahan

sel ?

C. BATASAN MASALAH

Agar tidak meluas dalam pelaksanaanya, maka ruang lingkup penelitian ini

dibatasi pada beberapa hal diantaranya yaitu

1. Eksplan yang digunakan adalah daun dari tanaman juvenile in vitro

(16)

5

2. Beberapa faktor yang mempengaruhi isolasi protoplas untuk memperoleh

kondisis optimumnya diuji dan dievaluasi diantaranya penentuan

konsentrasi osmotikum, konsentrasi campuran enzim dan durasi perlakuan

enzim atau lamanya waktu inkubasi.

3. Penentuan osmotikum dilakukan terpisah dari perlakuan enzim sebagai

tahap pra penelitian

4. Konsentrasi osmotikum terdiri dari 0,3, 0,4, 0,5 dan 0,6 M manitol

5. Campuran enzim terdiri dari tiga macam kombinasi yaitu E1 (1,5 %

Selulase dan 0,2 % Pektinase), E2 (1 % Selulase dan 1 % Pektinase) dan E3

(1 % Selulase dan 0,5 % Pektinase).

6. Waktu inkubasi terdiri dari empat durasi yaitu 3, 5, 16 dan 21 jam.

7. Pengamatan dilakukan setiap harinya setelah ditanam dalam media kultur

8. Respon perkembangan protoplas yang diamati adalah pembentukan dinding

sel baru dan pembelahan sel secara kualitatif.

D. TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh kondisi optimum untuk isolasi

protoplas daun Dendrobium Thong Chai Golden terutama dengan mencari

kombinasi campuran enzim dan lamanya waktu inkubasi optimal.

E. MANFAAT

Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh protokol isolasi protoplas

yang tepat dan efisien sehingga dapat digunakan sebagai metode acuan dan

(17)

6

F. ASUMSI

1. Isolasi protoplas dipengaruhi oleh banyak faktor dan kondisi optimumnya.

Dua faktor penting yang mempengaruhi perolehan hasil dan viabilitas

protoplas adalah osmotikum dan perlakuan enzimatis (Bhojwani dan

Razdan, 1983; Chawla, 2002 dan Davey et al., 2005).

2. Manitol dianggap relatif inert secara metabolik dan penggunaannya paling

luas pada isolasi protoplas sejumlah besar tanaman, terutama untuk isolasi

sel mesofil daun (Chawla, 2002).

3. Konsentrasi campuran enzim selulase dan pektinase optimal untuk

perolehan hasil protoplas tinggi sebesar 1 % selulase dan 1 % pektinase

pada Dendrobium Pompadour (Kanchanapoom et al., 2001), 1 % selulase

dan 0,2 % pektinase pada Dendrobium Sonia (Khentry et al., 2006), serta 1

% selulase dan 0,5 % pektinase pada Cymbidium (Pindel, 2007).

4. Lamanya waktu inkubasi pada isolasi protoplas Dendrobium terjadi antara

interval waktu tiga hingga 16 jam dalam kondisi gelap (Kanchanapoom et

al., 2001; Kunasakdakul dan Smitamana, 2003; Khentry et al., 2006;

Jayanti, 2011).

G. HIPOTESIS

Hipotesis yang dapat diambil sebagai berikut :

1. Ada pengaruh konsentrasi campuran enzim terhadap perolehan jumlah

protoplas

2. Ada pengaruh lamanya waktu inkubasi terhadap perolehan jumlah protoplas

3. Ada interaksi antara konsentrasi campuran enzim dengan lamanya waktu

(18)
(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilaksanakan dengan

Rancangan Acak Lengkap Faktorial dua faktor yaitu faktor kombinasi larutan

enzim dan lamanya waktu inkubasi. Kombinasi larutan enzim terdiri dari E1 (1,5

% Selulase + 0,2 % Pektinase), E2 (1% Selulase + 1 % Pektinase) dan E3 (1 %

Selulase + 0,5 % Pektinase) dan lamanya waktu inkubasi terdiri dari 3, 5, 16 dan

21 jam. Setiap perlakuan merupakan kombinasi dari semua taraf faktor, sehingga

terdapat dua belas perlakuan. Banyaknya pengulangan diperoleh dari hasil

perhitungan menurut Gomez dan Gomez (1983) sebagai berikut:

(t) (r - 1) ≥ 21 (12) (r - 1) ≥ 21

12r ≥ 33

r ≥ 2

r = 3

Keterangan : t = banyak perlakuan

r = banyak pengulangan

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka banyaknya pengulangan untuk setiap

perlakuan adalah tiga kali dan tiap ulangan akan diwakili oleh satu cawan petri.

B. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tanaman anggrek Dendrobium

Thong Chai Golden dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

dari tanaman juvenil Dendrobium Thong Chai Golden.yang ditanam secara in

(20)

23

C. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Penelitian dimulai pada bulan Juni 2012 hingga Februari 2013. Isolasi dan

kultur protoplas dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, sedangkan

pengamatan protoplas dilakukan di Laboratorium Struktur Tumbuhan Jurusan

Pendidikan Biologi FMIPA UPI.

D. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terlampir pada

Lampiran 1, sedangkan komposisi medium Murishage dan Skoog dengan

setengah kekuatan (MS 0,5 ) terlampir pada Lampiran 2.

E. PROSEDUR KERJA

Prosedur kerja dalam penelitian ini dibagi kedalam beberapa tahap

pelaksanaan yaitu tahap persiapan, tahap percobaan dan tahap pengamatan.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi pembuatan larutan dan medium serta sterilisasi

alat yang digunakan dalam penelitian.

a. Pembuatan Larutan dan Medium

1) Larutan Stok

Larutan stok terdiri dari makronutrien, mikronutrien, dan vitamin dan dibuat

menjadi 7 kelompok larutan yaitu

(21)

24

Larutan stok 1 dan 2 dilarutkan dalam 200 ml aquades, sedangkan larutan

stok 3-4 dalam 100 ml aquades. Untuk melarutkan bahan stok 6 ditambahkan

sedikit demi sedikit HCl 1 N kedalam larutan. Stok zat pengatur tumbuh dibuat

dengan melarutkan masing-masing NAA dan BAP dengan sedikit NaOH 1 N,

kemudian ditambahkan akuades hingga volumenya mencapai 100 ml. Stok NAA

dan BAP dibuat dengan konsentrasi 0,05 mg/ml.

2) Larutan Isolasi, Larutan Enzim, Larutan Cuci dan Medium Kultur

Komposisi zat yang terkandung dalam larutan isolasi, larutan enzim dan

larutan cuci ditunjukan pada Lampiran 2. Derajat keasamaan (pH) setiap larutan

dan medium diatur hingga 5,8. Larutan enzim disterilisasi dengan filtrasi

menggunakan filter selulosa asetat (pori 0,2 µm), sedangkan larutan cuci dan

medium kultur disterilisasi dengan autoklaf.

3) Medium ½ MS

Medium ½ MS mengandung setengah konsentrasi dari makro dan

mikronutrien. Untuk membuat 1 liter larutan MS, setiap larutan stok dimasukan

kedalam beaker glass sesuai volume yang telah dihitung. Aquades ditambahkan

sebanyak 50 ml, kemudian aduk dengan magnetic stirer diatas hot plate. Jika

sudah homogen, sukrosa ditambahkan sebanyak 30 gr dan volume digenapkan

menjadi 1 liter, selanjutnya pH medium diatur hingga 5,8 menggunakan pH meter.

Medium disterilisasi dalam autoklaf selama 15 menit.

b. Sterilisasi Alat

Semua alat tanam seperti pinset, pisau bedah, cawan petri, tips makro dan

mikropipet, plastic mesh 50µm, centrifuge tube, dan botol kultur disterilisasi

dalam autoklaf selama 15 menit. Cawan petri diisi dengan kertas saring dan

(22)

25

2. Tahap Percobaan

Tahap ini merupakan tahap inti dari penelitian, diawali dengan

dilakukannya penentuan osmotikum sebagai tahap pra penilitian, selanjutnya

tahap isolasi, purifikasi dan penanaman dalam medium kultur.

a. Penentuan Osmotikum Larutan dan Medium

Manitol digunakan sebagai agen osmotikum. Konsentrasi manitol yang diuji

adalah 0,3 M, 0,4 M, 0,5 M, dan 0,6 M. Daun dipotong menjadi potongan kecil

dan diinkubasi selama satu jam dalam 10 ml larutan manitol. Inkubasi dilakukan

dalam keadaan gelap diatas shaker pada kecepatan 40 rpm. Plasmolisis sel diamati

dibawah mikroskop cahaya. Persentasi sel yang plasmolisis dihitung mengikuti

rumus sebagai berikut :

Plasmolisis (%) = jumlah sel plasmolisis x 100

jumlah sel yang dihitung

Konsentrasi manitol yang menyebabkan gejala incipient plasmolysis dipilih

sebagai konsentrasi manitol untuk isolasi protoplas.

b. Isolasi Protoplas

Prosedur isolasi diadaptasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmat

(2002). Isolasi dilakukan secara steril didalam laminar. Tahapan isolasi diawali

dengan tahap preplasmolisis. Sebanyak 1 g daun dipotong-potong menjadi

bagian-bagian kecil dalam cawan petri, kemudian direndam dalam 5 ml larutan isolasi

dan dibiarkan selama 30 menit. Sebanyak 1 ml larutan enzim dengan konsentrasi

berbeda (E1, E2 dan E3) ditambahkan kedalam larutan potongan daun dan

diinkubasi pada keadaan gelap diatas shaker pada kecepatan 50 rpm selama 3, 5,

16 dan 21 jam.

c. Purifikasi Protoplas

Campuran protoplas dan larutan enzim kemudian difilter melalui plastic

(23)

26

disentrifugasi pada kecepatan 750 rpm selama 10 menit. Supernatant dibuang dan

pelet diresuspensikan dalam 5 ml larutan cuci yang selanjutnya disentrifugasi

kembali selama 5 menit. Protoplas diresuspensikan dalam 6 ml larutan cuci untuk

dihitung.

d. Perhitungan Jumlah Protoplas

Jumlah protoplas dihitung dengan Improved Neubauer Haemocytometer.

Sebanyak 20 µl suspensi protoplas dipipet kedalam salah satu kamar hitung pada

haemositometer. Jumlah protoplas dihitung berdasarkan keberadaannya pada

empat bidang besar berukuran 0,1 mm disetiap sisi pada kamar hitung. Banyaknya

protoplas ditetapkan sebagai protoplas hasil per gram berat basah jaringan. Jumlah

protoplas dihitung mengikuti rumus pada penelitian sebelumnya (Ling et al, 2010)

sebagai berikut :

Jumlah Protoplas (Protoplas/gFW) = rata-rata jumlah sel x suspensi protoplas (ml)

berat basah jaringan (g)

e. Kultur dan Pengamatan Protoplas

Protoplas dikultur dalam medium ½ MS cair. Sebanyak 2 ml dari suspensi

protoplas dikultur kedalam 3 ml medium kultur. Cawan kultur disegel dengan

plastic wrap dan disimpan dalam ruang kultur pada suhu kamar dan keadaan

gelap. Pengamatan perkembangan protoplas dengan mikroskop inverter.

F. Analisis Data

Untuk membandingkan rerata antar kelompok perlakuan dengan antara

kedua faktor yaitu kombinasi enzim dan waktu inkubasi terhadap perolehan

jumlah protoplas hasil maka digunakan analisis statistik berupa Two Way

ANOVA pada taraf kepercayaan 0,05 menggunakan program SPSS 19 for

windows. Duncan Multiple Range Test (DMRT) dilakukan untuk mengetahui

(24)

27

G. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Kajian Literatur

Penyusunan Proposal

Seminar Proposal

Tahap Pra Penelitian

Pembuatan Larutan dan

Medium Penentuan Osmotikum Larutan dan Medium

Diinkubasi dalam 4 variasi waktu inkubasi

Purifikasi Protoplas : meshing, pencucian dengan larutan cuci, sentrifuge

Perhitungan jumlah protoplas dengan haemocytometer Tahapan Pelaksanaan

Isolasi protoplas daun dengan 3 variasi konsentrasi campuran larutan enzim

Sterilisasi Alat

Kultur protoplas dalam medium cair 0,5 MS

Pengamatan perkembangan protoplas dalam medium kultur selama dua minggu setelah masa tanam

(25)

BAB V

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian diperoleh kondisi optimum untuk isolasi protoplas dari

daun Dendrobium Thong Chai Golden adalah konsentrasi manitol sebagai agen

osmotik sebesar 0,5 M, campuran enzim mengandung 1,5 % Selulase dan 0,2 %

Pektinase serta waktu inkubasi selama 16 jam. Kultivasi protoplas pada medium

cair ½ MS dengan penambahan NAA dan BAP belum menunjukan adanya

pembelahan sel sehingga plating efficiency tidak dapat ditentukan.

B. SARAN

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menstimulasi terjadinya

pembentukan mikrokoloni dengan cara menentukan kondisi optimum kultur

protoplas khususnya metode kultur, jenis medium dan kebutuhan zat pengatur

(26)

47

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Dendrobium Thong Chai Golden. [Online]. Tersedia :

http://www.orchidsonline.com.au/node/6242. [20 Desember 2012].

Anwar, J., Damanik, S.J., Hisyam, N dan Whitten, A.J. (1994). Ekologi Ekosistem

Sumatera. Yogyakarta : UGM Press.

Arditti, J. (1992). Fundamentals of Orchid Biology. , New York: John Wiley & Sons.

Bajaj, Y.P.S. (1994). Somatic Hybridization in Crop Improvement. Germany:

Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

Balestri, E dan Cinelli, F. (2001). “ Isolation and Cell Wall Regeneration of

Protoplasts from Posidonia oceanica and Cymodocea nodosa “. Aquatic

Botany. 70, 237–242.

Bechtel, H., Cribb, P dan Launert, E. (1992). The Manual of Cultivated Orchids

Species. London : Blandford Press.

Bhojwani, S.S dan Razdan, M.K. (1983). Plant Tissue Culture : Theory and

Pratice. Netherlands: Elsevier Science Publishers.

Carsono, N. (2008). “ Peran Pemuliaan Tanaman dalam Meningkatkan Produksi Pertanian di Indonesia “. Makalah pada Seminar on Agricultural Sciences Mencermati Perjalanan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dalam Kajian Terbatas Bidang Produksi Tanaman Pangan, Tokyo.

Chawla, H.S. (2002). Introduction to Plant Biotechnology (Second ed.). United

States of America : Science Publishers.

Cheng, Y dan Bélanger, RR. (2000). “ Protoplast Preparation and Regeneration

from Spores of the Biocontrol Fungus Pseudozyma flocculosa “. FEMS

Microbiol. Lett. 190, 287-291.

Cronquist, A. (1981). An Integrated system of Classification of Flowering Plants.

(27)

Davey, M.R., Anthony, P., Power, J.B dan Lowe, K.C. (2005). “ Plant protoplasts: status and biotechnological perspectives “. Biotechnology Advances. 23,

131–171.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. (2013). Rekapitulasi Luas

Panen, Rata-rata Hasil dan Produksi Tanaman Hias di indonesia. [Online].

Tersedia : http://florikultura.org/index.php/beranda/data_prod. [20

Desember 2012].

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. (2013). Perkembangan Ekspor

Impor Florikultura. [Online]. Tersedia : http://hortikultura.deptan.go.id/?q=node/420. [20 Desember 2012].

Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. (2005). Road Map

Pasca Panen Dan Pemasaran Anggrek, 2005-2010. Jakarta

Farina, J.L., Cheng, T.M dan Alic, M. (2004). “ Formation and Regeneration of

Protoplast in Sclerotium rolfsii “. J. Appl. Microbiol. 96, 254-262.

Gandawidjaya, D. dan Sastrapradja, S. (1980). “ Plasma nutfah Dendrobium asal

Indonesia ”. Bull. Kebun Raya. 4, (4), 113−125.

Gomez, K.A dan Gomez, A.A. (1983). Statistical Procedures for Agricultural

Research. (second Ed). New York : John Wiley and Sons.

Griesbach, R.J. (2003). Orchids Emerge as Major World Floral Crop “.

Chronica Horticulturae. 43, 6-12.

Grzebelus, E., Szklarezyk, M dan Baranski, R. (2011). “ An Improved Protocol for Plant Regeneration from Leaf and Hypocotyl-derived Protoplast of Carrot “. Plant Cell Tiss Organ Cult.

Gumiwang, R. (2012, 9 Mei). Ekspor Anggrek Thailand 7,7 Triliun Indonesia

cuma Rp. 10,5 Miliar. Bisnis Jabar. [Online]. Tersedia : http://www.bisnis- jabar.com/index.php/berita/ekspor-anggrek-thailand-rp77-triliun-indonesia-cuma-rp105-miliar. [20 Desember 2012].

Kanchanapoom, K., Jantaro, S dan Rakchad, D. (2001). “ Isolation and Fusion of

Protoplasts from Mesophyll Cells of Dendrobium Pompadour “.

ScienceAsia. 27, 29-34.

(28)

Kim, S.W., Oh, S.C., In, D.S dan Liu, J.R. (2003). “ Plant Regeneration of Rose (Rosa hybridia) from Embryogenic Cell-derived Protoplasts. Plant Cell, Tiss, Org Culture. 73, 15-19.

Kuehnle, A.R dan Nan, G.L. (1990). " Factors influencing the Isolation and

Culture of Protoplast from Hwaiian Dendrobium Cultivars “. Proceedings

of the 13 th World Orchid Conference, Aukland.

Kunasakdakul, K dan Smitamana, P. (2003). “ Dendrobium Pratum Red

Protoplast “. Thailand Journal Agriculture Science. 36, (1), 1-8.

Li, L.H., Wang, X.P., Hou, W.R., Liu, X.L dan He, Y.K. (2005). " An Efficient Protocol for Plant Regeneration from Protoplast of the Moss Atrichum undulatum P. Beauv in vitro “. Plant Cell, Tissue and Organ Culture. 82: 281-288

Li, L., Yin, Q., Liu, X dan Yang, H. (2010). “ An Efficient Protoplas Isolation and

Regeneration System in Coprinus comatus “. African Journal of

Microbiology Research. 4, (6), 459-465.

Mizuhiro, M., Kenichi, Y., Ito, K., Kadowaki, S., Ohashi, H dan Mii, M.. (2001). “ Plant Regeneration from Cell Suspension-derived Protoplasts of Primula malacoides and Primulaobconica “. Plant Sci. 160, 1221-1228.

Mohanty, P., Das, M.C., Kumaria, S dan Tandon, P. (2012). “ High Efficiency

Cryopreservation of the Medicinal Orchid Dendrobium nobile Lindl. “.

Plant Cell Tiss Organ Cult. 109, 297–305

Morinaga, T., Kikuchi, M., dan Nomi, R. (1985). Formation and Regeneration of

protoplast in Coprinus pellucidus and Coprinus cinereus “. Agric. Biol.

Chem. 49, (2), 523-524.

Navratilova, B., Rokytova, L dan Lebeda, A. (2000). “ Isolation of Mesophyll Protoplasts Using Fluorescence and Scanning Electron Microscopy “. Japan Journal Crop Science. 61, 487-493.

Oshiro, M.A. dan Steinhart, W.L. (1991). “ Preparation of Protoplasts from Cells

of Orchids Representing Various Genera. Lindleyana. 6, 36-41.

Pindel, A. (2007). “ Optimization of Isolation Conditions of Cymbidium Protoplast “. Folia Horticulture Ann. 19, (2), 79-88.

(29)

Rahayu, S., Suyanto, Z.A., dan Anggia, E.N. (2004). “ Peningkatan kualitas

anggrek Dendrobium hibrid dengan pemberian kolkhisin “. Agric. Ilmu

Pertanian. 11, (1), 13-21.

Rahmat, A. (2002). Somatische Embryogenese und Gen Transfer bei

Ausgewahlten Tannenarten (Gattung Abies Mill.). Dissetation Mathematisch Naturwissenschaftlichen Fakultat I der Humboldt Universitat Zu Berlin.

Rao, K.S dan Prakash, A.H. (1995). ” A Simple Method for the Isolation of Plant Protoplast. J. Biosci. 20, 645-655.

Razdan, M.K. (2003). Introduction to Plant Tissue Culture (Second Ed).USA:

Science Publishers, Inc.

Saiprasad, G.V.S., Raghuveer, P., Khetarpal S dan Chandra, R. (2004). “ Effect of

Various Polyamines on Production of Protocorm-like bodies in Orchid –

Dendrobium „Sonia‟. Indian Journal of Plant Physiology. 6, 284-288.

Sarwono B. (2002). Merawat Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tamura, M., Tao, R dan Sugiura, A. (1995). " Regeneration of Plants from

Protoplasts of Diospyros kaki L. (Japanease Persimmon) ". Biotechnology in

Agriculture and Forestry. 34, 43-45.

Tee, CS., Lee, P.S., Pick Kiong, A.L dan Mahmood, M. (2010). ” Optimisation of

Protoplast Isolation Protocols Using In Vitro Leaves of Dendrobium

crumenatum (Pigeon Orchid) “.African Journal of Agriculture Research. 5,

(19), 2685-2693.

Teixeira da Saliva, J.A. (2013). “ Orchids : Advances in Tissue Culture, Genetics,

Phytochemistry dan Transgenic Biotechnology “. Floriculture and

Ornamental Biotechnology. 7, (1), 1-52.

Teoh, E. (2005). Orchids of Asia. (3rd ed). Singapore: Times Edition-Marshall

Cavendish.

Tholakalabavi, A., Zwiazek, J.J., dan Thorpe, T.A. (1994). “ Effect of Mannitol dan Glucose-induced Osmotic Stress on Growth, Water Relations, and

Solute Composition of Cell Suspension Cultures of Poplar (Populus

Deltoides Var. Occidentalis) in Relation to Anthocyanin Accumulatio “. In Vitro Cell. 164-170.

(30)

Widiastoety, D., Solvia, N dan Soedarjo, M. (2010). “ Potensi Anggrek Dendrobium dalam Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong “. Jurnal Litbang Pertanian. 29, (3).

Yin, M dan Hong, S. (2009). “ Cryopreservation of Dendrobium candidum Wall.

Ex Lindl. Protocorm-like bodies by encapsulation virtification “. Plant cell

TissueOrg. Cult. 98, 179-185.

Zhang, J., Shen, W., Yan, P., Li, Y dan Zhou, P. (2011). “ Factors that influence

the yield and viability of protoplasts from Carica papaya L. “. African

Journal of Biotechnology. 10, (26), 5137-5142.

Gambar

Tabel  2.1 Data Luas Panen dan Produksi Anggrek dari Tahun 2007-2011  ...............
Gambar  2.1 Morfologi tanaman Dendrobium  Thong Chai Golden .................................
Gambar 3.1 Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Bjurselen huippukukinta ja tuleentuminen on niin paljon muita lajikkeita aikaisemmin, että sääolot Bjurselen kukinnan ja korjuun aikaan voivat olla hyvin erilaiset kuin

Peningkatan koordinasi Ketentraman, Ketertiban Umum dan Penegakan Perda dalam bentuk patroli gabungan, peningkatan kewaspadaan dini serta pelaksanaan kegiatan bersama.. Pembinaan

Hasil dari penelitian ini yaitu, dari 10 Satuan Lahan pada daerah penelitian memiliki dua kelas kesesuaian lahan, yaitu kelas S1 : Sangat Sesuai yang tersebar pada tiga satuan

Sekiranya anda harus menerangkan suatu perasaan yang anda alami ketika dilakukan tes psikometri kepada seorang yang belum pernah mengalaminya, akan anda temui kesulitan yang

Kegagalan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab terhadap pekerjaan, tidak dapat memberi kebahagiaan kepada keluarga, dan ketidakmampuan bersosialisasi dengan baik

Menggunakan warna komplementer yang diberi pattern, kontur, dan outline pada objek dengan background yang berwarna polos, (2) tema lukisan merupakan penggambaran

Berdasarkan hasil pembahasan dan  penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Penerapan media  pembelajaran audio visual dapat