DALAM PELAKSANAAN FUNGSIONALISASI
JABATAN GURU
(Studi pada SMA Nogori Kotamadya Pekanbaru
dan Instansi Vertikal Kanwil Depdikbud
Propinsi Riau)
TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tahap II
Bidang Studi Adminitrasi Pendidikan
Program Pasca Sarjana
IKIP BANDUNG
Oleh
:
ZULKIFLI
N.
No. Pokok : 8832003/xx-12
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Disetujui dan Disahkan untuk Ujian Tahap II
Oleh
PEMBIMBING I
Prof. Dr. H. Achmad Sanusi, S.H., M.P.A
PEMBIMBING II
Prof. Dr. H. Engkoswara, M.Ed.
PEMBIMBING III
Dr. H. MochammadTakry Gatfar, M.Ed.
PROGARAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
/O I '
(Alloohu nuurus samaawaati wal ardi)
(Nuurun alaa nuurin)
r. •!> i / ~>\\(Yahdil laahu linuuri hi mai yasyaa u)
(Wa mai lam yaj a'lil laahu lahuu nuuron )
(Famaa lahu min nuurin)
(QS:
24: 35 & 40)
*A*4*ClJk
0 / s
i
J& ^3
(Wala taqfu maa_laisa laka bihii ilmun)
(Innas sam a' wal bashoro wal fuaada)
^£^\£Vff
(Kullu Ulaaika kaana a'nhu mas uulaa)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
Ui
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
V
DAFTAR ISI
,v
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
__ --.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B.
Rumusan Masalah
16
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
21
BAB II TINJAUAN TEORETIS
A. Fungsionalisasi Jabatan Guru
24
1. Konsep Jabatan
24
2. Konsep Guru
25
3. Konsep Jabatan Guru
27
4. Konsep Fungsionalisasi Jabatan Guru
43
a.
Konsep Promosi Guru
46
b.
Mekanisme Promosi Guru
47
B. Kesiapan Guru dan Sistem Pendukung
Administratif
52
1.
Kesiapan Guru
53
2. Kesiapan Sistem Pendukung Adminis
tratif (SPA)
61
a.
Konsep SPA
61
b.
Kesiapan SPA di dalam Organisasi
Sekolah
63
riat Tim Penilai
74
3. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu
82
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Data yang Diperlukan
86
B.
Populasi dan S<
>ampel
iber
D. Metode Penelitian
C. Lokasi dan Sumber Data
on
90
E. Instrumen Penelitian
gi
F. Teknik Pengumpulan Data
92
G. Pengelolaan dan Analisis Data
94
H. Tahap-Tahap Kegiatan Penelitian
94
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Kesiapan Guru untuk Menerima Fungsiona
lisasi Jabatan Guru (FJG)
g6
B. Kesiapan Guru untuk Melaksahakan Fung
sionalisasi Jabatan Guru
10i
C Kesiapan SPA di dalam Organisasi Sekolah
dalam Pelaksanaan FJG
121
D. Kesiapan Unsur Tim Penilai dan
Sekreta-riat Tim Penilai
140
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Kesiapan Guru untuk Menerima Fungsiona
lisasi Jabatan Guru
15q
B. Kesiapan Guru untuk Melaksanakan Fung
sionalisasi Jabatan Guru
164
C Kesiapan SPA di dalam Organisasi Sekolah
dalam Pelaksanaan FJG
171
D. Kesiapan Unsur Tim Penilai dan
Sekreta-riat Tim Penilai
...
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
^85
B. Saran-saran
288
DAFTAR PUSTAKA
ig4
RIWAYAT HIDUP
200
LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Tingkat dan Kedudukan Tim Penilai
78
2. Ijazah Tertinggi dan Bidang Studi Keahlian
Kepala SMAN Kotamdya Pekanbaru
122
3. Masa Kerja dalam Jabatan dan Pangkat/golongan
Kepala SMAN Kotamadya Pekanbaru
123
4. Unsur dan Jabatan Dinas Anggota Tim Penilai
Propinsi
141
5. Pangkat dan Jabatan Fungsional Anggota Tim
Penilai Propinsi
142
6. Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Anggota Tim
Penilai
7. Pangkat dan Jabatan Fungsional Anggota Tim
Penilai Kotamadya
146
8. Jabatan Kedinasan Anggota Tim Penilai Kotamadya 147
9. Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Anggota Tim
Penilai Kotamadya
14g
10. Jabatan Kedinasan Personil Sekretariat Tim
Penilai Propinsi
150
11. Ijazah Tertinggi dan Pangkat Personil Sekre
tariat Tim Penilai Kotamadya
151
12. Jabatan Kedinasan Personil Sekretariat Tim
Penilai Kotamadya
154
13. Ijazah Tertinggi dan Pangkat
Personil Sekre
tariat Tim Penilai Kotamadya
155
:xt
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1. Skema Masalah Penelitian tentang Fung
sionalisasi Jabatan Guru dalam Proses
Pengembangan Karier Profesional Guru
2- Segi Tiga Konsep Jabatan
3. Skema Konsep Fungsionalisasi Jabatan Guru
4.
The Perceptual Process
5. Skema Konsep Administrasi Pendidikan
6. Struktur Dasar Organisasi Sekolah
7. Prosedur Penetapan Angka Kredit Guru
8. Grafik Jumlah Jam Mengajar Perminggu
Guru SMAN Kotamadya Pekanbaru
9- Grafik Pangkat dan Jabatan Fungsioinal
Guru SMAN Kotamadya Pekanbaru
10. Grafik Ijazah Tertinggi Guru SMAN Kotamadya
Pekanbaru
U. Usia Guru SMAN Kotamadya Pekanbaru
12. Grafik Masa Kerja Guru SMAN Kotamadya
Pekanbaru
13. Grafik Ijazah Tertinggi Pegawai Tata Usaha
SMAN Kotamdya Pekanbaru
14. Grafik Jurusan Pendidikan Pegawai Tata Usaha
SMAN Kotamadya Pekanbaru
15. Grafik Masa Kerja Pegawai Tata Usaha SMAN
16. Grafik Pangkat/Golongan Pegawai Tata Usaha
SMAN Kotamadya Pekanbaru
126
17. Mekanisme Kerja Sekretariat Tim Penilai Kota
madya Pekanbaru
158
18. Piramid Kebutuhan Guru dominasi fisiologis
161
19. Gaya Kepemimpinan Efektif
178
[image:9.595.98.527.97.774.2]BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar. Belakang Masalah
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
yang
begitu
cepat
dan
canggih telah
melahirkan
era
baru,
yakni
era globalisasi.
Dengan demikian,
batas
belahan
dunia
menjadi
trans^aran
sehingga
arus
globalisasi
mengalir dengan leluasanya keseantero dunia dan merasuk
keseluruh aspek kehidupan manusia. Kondisi ini sebetul-nya mengadung peluang (opportunity) yang dapat
dimam-faatkan,
sekaligus tantangan (challenging)
yang
harus
dihadapi oleh manusia untuk ditransformasikan ke dalam
kehidupannya
secara nyata dengan penuh makna
(meaning
ful) dalam konteks lingkungan natural dan sosial
kul-turalnya.
Untuk itu memang menghendaki suatu persyaratan
kualitas manusia yang mampu memaknai kondisi dunia
yang
mengglobal
itu untuk kemakmuran dan
kesejahteraan
hidup-nya dan umat manusia pada umumhidup-nya.
Kualitas sumber
daya
manusia, menurut Soepardjo Adikusumo (MJjnhflx Pendidikan.
No.
1 Tahun VIII Januari-Maret 1989,
h.
35)
harus
diar-tikan secara lebih luas dan mendasar, tidak hanya dalam
pengertian ekonomi atau kemampuan intelektual semata,
yaitu:
Kualitas sumber daya manusia harus dipahami dalam
pengertian kesadaran manusia terhadap
eksistensi-nya sebagai manusia; manusia yang menyadari
memperkuat
ketahanan dirinya,
pertama-tama
agar
dia bisa menhidupi dirinya sendiri dan
melaksana-kan
peranannya dalam proses
berinteraksi
dengan
lingkungannya, sehingga peranannya mempunyai makna
dalam hidupnya.
Negara-negara
maju
atau
negara-negara
industri,
mereka mampu menyadap keuntungan dari arus
globalisasi
karena
sumber daya nanusiannya
yang berkualitas tinggi.
Laporan
terakhir hasil studi UNDP 1991 tentang " Human
Development
" menunjukkan bahwa hampir.
seluruh
negara
industri
(32/33= 96,97 % ) termasuk ke
dalam
kelompok
pengembang
sumber
daya manusia kategori
tinggi
(high
human
development)
dan menempati
ranking
atas
dalam
indeks pengembangan sumber daya manusia (HDI = 0,800
-0,993). Hal ini diikuti pula oleh GNP per capita
negara-negara
industri
yang sangat tinggi (US $
12510)
bila
dibanding
dengan
GNP per capita
negara-negara
sedang
berkembang, yakni US $ 710. Negara-negara sedang
berkem-bang
ternyata hanya sebagian kecil (21/127 =
16,54
%)
yang
termasuk ke dalam kelompok pengembang sumber
daya
manusia
kategori tinggi. Dalam laporan UNDP
1991
juga
dikemukakan
bahwa
saat ini, 77 % dari
penduduk
dunia
belahan selatan (umumnya tergolong negara sedang berkem
bang)
hanya memperoleh 15
%
dari pendapatan
dunia.
Di
sini
dapat diambil suatu pelajaran
bahwa
pengembangan
Negara
Indonesia
yang sedang dan terus
membangun
ini dengan cita-cita mewujudkan masyarakat adil dan
makmur,
belum begitu peduli dengan
upaya
pengembangan
sumber daya manusia. Laporan terakhir hasil studi UNDP
1991 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk ke dalam
kelompok pengembang sumber daya manusia kategori
rendah
(low
human development)
dan menempati ranking "
98
dari
160 negara industri dan negara
sedang
berkembang
berdasarkan indeks pengembangan sumber daya manusia (HDI
Indonesia = 0,499 ). Keadaan ini diiringi pula oleh
GNP
per
capita
Indonesia (1988) yang
sangat rendah
(US
$
440)
bila dibandingkan dengan GNP per capita negara maju
(1988), seperti Jepang sebesar US $ 21020. Jepang memang
menempati ranking satu dalam indeks pengembangan
sumber
daya
manusia
(HDI
= 0,993).
Kenyataan
ini
patut
di
sadari,
terutama
oleh
para
pengambil
kebijaksanaan
negara
Indonesia akan
arti penting sumber daya
manusia
sebagai pelaku pembangunan atau " kholifah di muka bumi
ini
"
(QS;
2: 30
) dalam rangka
mewujudkan
cita-cita
bangsa dan negara, yakni masyarakat adil dan makmur.
Pengembangan sumber daya manusia sudah saatnya dijadikan
sebagai prioritas utama dalam proses pembangunan
nasional.
Pengembangan sumber daya manusia sebagai prioritas
utama
dalam proses pembangunan memberi konskuensi
logis
terhadap pembangunan bidang pendidikan sebaagai
langkah
strategis dalam upaya mengembangkan sumber daya
manusia
secara utuh baik fisiknya maupun akal pikiran dan
kehidupan dalam konteks lingkungan natural dan sosial
kulturalnya.
Implikasinya jelas tertuju pada
penyeleng-garaan sistem pendidikan nasional yang memang
bertujuan
untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya.
Tujuan
ini
secara jelas diungkap
dalam
Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989, bagian
konsideran huruf b_ sebagai berikut:
b. bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan
adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam me wujudkan masyarakat maju, adil dan makmur, serta
memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik
berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rohaniah
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945;
Kualitas manusia Indonesia yang diinginkan telah
digariskan di dalam GBHN 1988 tentang tujuan pendidikan
nasional sebagai berikut:
a. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila,
bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap
Tuhan
Yang Maha
Esa,
berbudi
pekerti
luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh dan bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan
terampil serta sehat jasmani dan rohani Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan
memper-dalam
rasa cinta Tanah Air,
mempertebal
semangat
dengan itu dikembangkan iklim belajar dan mengajar
yang
dapat
menumbuhkan
rasa percaya
diri
pada
diri sendiri serta sikap dan perilaku yang
inova-tif dan kreatif. Dengan demikian pendidikan na
sional akan mampu mewujudkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri
serta bersama-sama bertanggung jawab atas pemba
ngunan bangsa.
Peningkatan
kualitas manusia Indonesia
mempunyai
kaitan yang erat dengan peningkatan mutu
pendidikan
na
sional.
Artinya,
kualitas manusia Indonesia akan
dapat
ditingkatkan,
apabila
mutu pendidikan
nasional
dapat
ditingkatkan.
Kesadaran ini sebetulnya sudah muncul
dan
diangkat
sebagai
isyu sentral
pembangunan
pendidikan
nasional. Di dalam GBHN 1988 dinyatakan bahwa " Titik
berat
pembangunan pendidikan nasional
diletakkan
pada
peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan..."
Persoalan
sekarang adalah bagaimana
meningkatkan
mutu
pendidikan nasional ? Untuk menjawab persoalan ini seca
ra memuaskan,
diperlukan adanya usaha pengkajian secara
intensif
dan
komprehensif terhadap
keseluruhan
faktor
yang turut menyumbang upaya peningkatan mutu pendidikan.
Namun,
"bagaimanapun pembahasan tentang peningkatan mutu
pendidikan
dibalik
dan diputar,
akhirnya
faktor
guru
akan
tetap
menonjol sering kepermukaan."
(Santoso
S.
Hamijoyo,
1989,
h.22)
Hal ini disebabkan
karena
guru
merupakan
"elemen
yang
paling
krusial
dalam
proses
pendidikan" (Castetter,1981: 4). Di dalam sistem
pendi
(Fakry
Gaffar,
1987, h.
120). Hasil
studi
menunjukkan
bahwa 'input guru, baik di di negara maju maupun berkem
bang
merupakan
input terbesar (36%)
dari
keseluruhan
input
persekolahan yang mempengaruhi
mutu
pendidikan'
(Santoso
S. Hamijoyo,
1989, h.
22) . Oleh
karena
itu,
sepatutnyalah guru diberi perhatian lebih besar secara
proporsional
sesuai dengan urgensi peranan
guru
dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Pemerintah sebagai pemekerja guru yang besar telah
memberikan
perhatian
cukup besar terhadap
guru,
khu-susnya
bagi guru yang berstatus sebagai Pegawai
Negeri
Sipil. Di antara bentuk perhatian yang diberikan
adalah
berupa upaya perbaikan dan perubahan sistem pengembangan
karier
profesional
guru. Akhir-akhir
ini,
Pemerintah
telah
mengambil suatu kebijakan baru tentang
fugsiona-lisasi
jabatan guru (Keputusan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 26 Tahun 1989 Tanggal 2 Mei 1989).
Kebijaksanaan
tersebut diambil dalam
kaitannya
dengan
upaya peningkatan mutu pendidikan nasional dan untuk
menjamin
pengembangan karier profesional guru. Hal
ini
dapat dilihat pada konsideran Keputusan Menteri Pendaya
gunaan Aparatur Negara (MenPAN) Nomor 26 Tahun 1989
sebagai berikut:
a.
bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
di
sekolah sangat dibutuhkan adanya
tenaga
guru
yang
secara profesional ditugaskan
secara
penuh
b. bahwa untuk menjamin pembinaan kepangkatan/
jabatan guru dipandang perlu menetapkan angka kredit bagi jabatan guru. (SEB Mendikbud dan Kepala BAKN No. 57686/MPK/1989-No. 38/SE/1989
Tanggal 15 Agustus 1989,Lampiran I, konsideran).
Berdasarkan konsideran di atas, maka fungsiona
lisasi jabatan guru pada dasarnya mempunyai dua sisi. Di
satu sisi, fungsionalisasi jabatan guru merupakan
langkah strategis bagi upaya peningkatan mutu pendidikan
di masa depan dan masa depan pendidikan yang bermutu.
Hal ini berkait dengan adanya perubahan yang penuh
ketidakpastian sebagai akibat dari kemajuan ilmu
penge-tahuan dan teknologi yang semakin canggih sehingga
tuntutan masyarakat dan pembangunan terhadap sistem pendidikan cenderung semakin canggih pula, baik dari
segi kuantitas maupun kualitas. Sehubungan dengan hal
ini, pendidikan (formal) masa depan harus berorientasi
pada kebutuhan masyarakat dan pembangunan yang cenderung
meningkat itu. Selanjutnya, masa depan pendidikan sangat
tergantuhg kepada seberapa jauh sistem pendidikan mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat dan pembangunan di masa depan. Inilah tantangan sistem pendidikan nasional yang
harus dihadapi, terutama oleh guru sebagai ujung
tombak-nya. Biasanya, guru merupakan sasaran utama kecaman anggota masyarakat bila mutu pendidikan dipandang
men-gecewakannya. Dari kenyataan ini, maka isyu pendidikan
di masa depan dan masa depan pendidikan banyak diarahkan
mengemukakan
pandangannya tentang peranan guru di
masa
depan sebagai berikut:
Pada
abad
XXI guru tak
hanya
berperan
sebagai
pendidik
atau pengajar,
tetapi juga membawa
misi
seorang
resi.
Sebab, guru
pada
masa
mendatang
adalah
'sain
plus'
,
artinya
selain
menguasai
iptek
(ilmu pengetahuan dan teknologi),
ia
juga
berperan
sebagai motivator dan fasilitator.
Resi
adalah
seorang
yang
bijaksana,
menguasai
ilmu
pengetahuan dan sarat akan nilai moral dan
agama.
(Kojap_as_,
28-3-1990,
h.
10)
Achmad
Sanusi
(1991, h.
20)
berpendapat
bahwa
"dalam
suasana iptek modern,
hal paling
sentral
harus
dimiliki guru adalah kemampuan membelajarkan siswa untuk
mengembangkan
kemampuan kognitif dan pemikiran
nalar-nya."
Makaminan
makagiansar (Mimbar
Pendidikan.
No.4
Tahun
IX Desember 1990,
h.
5) berpendapat bahwa
"untuk
menghadapi
masa depan yang penuh
ketidakpastian,
guru
harus mampu mengembangkan empat hal pada peserta
didik;
yaitu kemampuan mengantipasi (anticipate), mengerti
dan
mengatasi situasi (cope),
mengakomodasi (acomodate),
dan
mereorientasi (reorient)."
Guru
memang tak henti-hentinya dihadapkan
kepada
suatu tantangan dalam kondisi riil yang erat hubungannya
dengan
kebutuhan,
yakni kebutuhan peserta
didik
akan
belajar.
Adapun
kebutuhan peserta didik
akan
belajar
tampak
begitu
dinamis dan
cenderung
terus
meningkat
Kondisi
ini tidak lah memadai bila guru
hanya
mempadai
apa-apa yang telah dimilikinya atau
apa-apa yang
telah
digariskan dari atas. Tetapi,
Guru harus mampu dan
miau
mengembangkan kreativitas dan memperluas wawasan dalam
rangka memberikan layanan ahli yang bermutu bagi peserta
didik.
Berkaitan
dengan
hal di
atas,
Pemerintah
telah
memberi suatu wadah berupa fungsionalisasi jabatan
guru
dengan pemekaran bidang kegiatan guru
menjadi empat bi
dang kegiatan sebagai berikut:
Bidang kegiatan guru terdiri dari:
a. pendidikan, yang meliputi:
1.
mengikuti
dan memperoleh ijazah
pendidikan
formal
2. mengikuti dan memperoleh Surat Tanda Tamat
Pendidikan dan Latihan (STTPL) kedinasan
b.
proses
belajar
mengajar
atau
bimbingan
dan
penyuluhan, yang meliputi:
1.
melaksanakan
proses belajar
mengajar
atau
praktek
atau melaksanakan proses
bimbingan
dan penyuluhan
2. melaksanakan tugas didaerah terpencil
3. melaksanakan tugas tertentu di sekolah c. pengembangan profesi, yang meliputi:
1.
melakukan kegiatan karya tulis/karya
ilmiah
di bidang pendidikan
2.
membuat alat pelajaran/alat peraga
4. menemukan teknologi tepat guna di bidang
pendidikan
5. mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum d. penunjang proses belajar mengajar atau bim
bingan dan penyuluhan, yang meliputi:
1. melaksanakan pengabdian pada masyarakat
2. melaksanakan kegiatan pendukung pendidikan (Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara, Nomor 26 Tahun 1989 tanggal 2 mei
1989 pasal 2)
Fungsionalisasi jabatan guru, di sisi lain dimak-sudkan pula untuk menjamin proses pengembangan karier profesional guru secara maksimal. Dalam hal ini, guru diberi kesempatan secara terbuka untuk menapak karier profesionalnya secara maksimal sesuai dengan syarat dan prosedur yang telah ditetapkan. Maksud fungsionalisasi
jabatan guru ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 2 Tahun 1989, pasal 30, bagian penjelasan, sebagai berikut:
Pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, tenaga pengajar yang berhasil memper
oleh peningkatan kemampuan dan kewenangan profe sional diberi penghargaan melalui kenaikan pangkat dengan kemungkinan pencapaian pangkat kepegawaian yang lebih tinggi dari pada pangkat kepala satuan pendidikan yang bersangkutan, atau melebihi bentuk
11
Penetapan
sistem pengembangan karier
profesional
guru tersebut merupakan respon Pemerintah terhadap
berba-gai
kelemahan
sistem pengembangan
karier
guru
yang
berlaku sebelumnya, yakni sistem kenaikan pangkat
otoma-tis
(sistem
KPO). Pemberlakuan
sistem
KPO
tersebut
didasarkan pada Keputusan Bersama Meteri Pendidikan
dan
Kebudayaan,
Menteri Agama, dan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 0257/ P ./ 1985, Nomor MA/48/1985;
dan
Nomor 57/MenPAN/1985 tentang Penyelesaian
Kenaikan
Pangkat
Pegawai
Negeri Sipil yang menjadi
Guru
Taman
Kanak-Kanak/Raudhatlul Atspal, SMTP/Madrasah Tsanawiyah,
SMTA/Madrasah Aliya, Penilik, dan Pengawas.
Pengambilan
keputusan bersama tersebut didasarkan pada pertimbangan
" dalam rangka usaha memperlanear proses kenaikan
pang
kat
Pegawai Negeri Sipil yang menjadi guru...-
(konsi
deran). Atas dasar pertimbangan itu, maka segala
faktor
yang menghambat dan memeperlambat proses kenaikan
pang
kat guru dihapuskan. Dalam hal ini, guru dibebaskan dari
urusan
administratif
berupa penyiapan
dan
pengusulan
bahan-bahan persyaratan kenaikan pangkat melalui
prose-dur birokrasi yang relatif panjang. Guru cukup
menunggu
giliran
kenaikan
pangkatnya
karena
Surat
Keputusan
kenaikan
pangkatnya
akan turun
secara
otomatis
dari
kantor BAKN sebagaimana diatur di dalam Keputusan Bersa
ma di atas, pasal 1 - 9. Pemberian kemudahan kepada guru
dalam
urusan kepangkatannya
itu dimaksudkan agar guru
lebih memusatkan perhatiannya kepada pelaksanaan
penga-jaran
secara produktif. Tetapi,
kenyataannya
justeru
muncul gejala-gejala yang tidak diinginkan
di
kalangan
1. Guru TK/SD yang berkemampuan tinggi, cenderung pindah dari TK/SD untuk memperoleh jenjang pangkat
yang lebih tinggi sehingga menghambat peningkatan
mutu pendidikan pada satuan pendidikan yang
dit-inggalkan. Hal semacam ini terjadi pula pada satuan pendidikan lain (SLTP dan SLTA).
2. Kurangnya kegairahan dan kreativitas guru untuk melakukan serta menciptakan segala sesuatu dalam bidang tugasnya atas prakarsa sendiri yang lebih
dari hal-hal yang lazim dikerjakan. ( Surat Edaran Mendikbud & Kepala BAKN Nomor 57686/MPK/1989 &
Nomor 38/SE/1989, h. 1)
Gejala-gejala di atas muncul kepermukaan karena sistem KPO membatasi kenaikan pangkat guru berdasarkan latar belakang pendidikan guru dan satu tingkat di bawah pangkat atasan langsungnya (Kepala Sekolah). Penyebab
lain, karena sistem KPO tidak memiliki daya pembeda
dalam promosi kepangkatan guru. Artinya, antara guru yang raj in dan kreatif dengan guru yang kurang raj in dan kurang kreatif tetap sama-sama naik pangkat dalam jangka
waktu 1 x 4 tahun. Pengecualian masih terbatas bagi guru
yang mendapat prediket teladan.
Berkenaan dengan munculnya gejala-gejala di atas dan menatap tantangan pendidikan masa depan yang semakin menantang, di mana guru sebagai ujung tombaknya, maka fungsionalisasi jabatan guru menjadi kebutuhan yang amat mendesak dan pelaksanaannya tidak bisa ditunda-tunda lagi. Sehubungan dengan hal ini, Sarwono Kusumaatmadja
profesionalisasi Tenaga Kependidikan, Khususnya Jabatan
Fungsional Guru" yang disampaikan pada Temukarya Pen
didikan dan Rakornas ISPI tanggal 5 Mei 1991 di IKIP
Bandung, bahwa :
Urgensi pengembangan jabatan fungsional merupakan pelaksanaan yang tak dapat ditunda-tunda lagi
apabila kita menghendaki kualitas pegawai yang lebih baik daripada sebelumnya. Sistem angka kredit yang terdapat dalam jabatan fungsional merupakan parameter yang tepat untuk menilai
tingkat kecakapan seseorang. Hal ini telah terbuk-ti dalam pelaksanaan jabatan fungsional di ling kungan dosen dan peneliti yang makin lama makin
meningkat mutunya. (h. 7)
Fungsionalisasi jabatan guru dalam kaitannya
dengan pengembangan karier profesional guru secara mak simal merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan, bukan
sesuatu konseptual belaka. Dalam pelaksanaannya itu, guru merupakan sasaran dan pelaku utamanya. Oleh karena
itu, persoalan inti dalam pelaksanaan fungsionalisasi
jabatan guru terletak pada diri guru itu sendiri. Hal
ini memberi Implikasi bahwa keberhasilan fungsionalisasi jabatan guru sangat ditentukan oleh kualitas guru itu sendiri. Oteng Sutisna (1983) berpendapat "bahwa
berha-sil atau gagalnya suatu konsep-konsep dan rencana-renca-na yang telah dibangun itu akhirnya ditentukan oleh
pelak-sanaan
fungsionalisasi
jabatan guru
terpulang
kepada
kesiapan
guru,
dalam arti kemampuan dan
kemauan
guru
untuk berfungsi secara optimal dalam proses pengembangan
karier profesional guru secara maksimal.
Kesiapan guru jelas merupakan syarat mutlak
dalam
pelaksanaan fungsionalisasi jabatan guru. Tetapi, kesia
pan
guru
semata tidak lah cukup
tanpa
diiringi
oleh
kesiapan
sistem
pendukungnya.
Sistem
pendukung
yang
dimaksud
dalam penelitian ini adalah
sistem
pendukung
administratif
(Administrative Support System) di
dalam
organisasi sekolah, baik menyangkut perangkat manusianya
(Kepala
Sekolah
dan stafnya) maupun
perangkat
keras
(sarana
prasarana
serta dana) dan
perangkat
lunaknya
(mekanisme
kerja di dalam organisasi
sekolah).
Ketiga
perangkat
sistem pendukung administratif tersebut
ber
fungsi
untuk
memudahkan
(facilitates),
membantu
(assists),
melayani (serves), atau menyediakan
sumber-sumber
(provides resources) yang dibutuhkan
oleh
guru
untuk
dapat
berfungsi
secara
optimal
dalam
proses
pengembangan karier profesional guru secara maksimal.
Unsur
lainnya
yang
penting
pula
diperhatikan
secara serius dalam pelaksanaan fungsionalisasi
jabatan
guru
adalah
unsur
Tim Penilai
dan
Sekretariat
Tim
Penilai
jabatan
guru.
Dalam hal ini,
fokus
perhatian
ditujukan
kepada
kesiapan perangkat
Tim
Penilai
dan
perangkat Sekretariat Tim Penilai jabatan guru, terutama
kesiapan
perangkat manusianya (anggota Tim Penilai
dan
personil
Sekretariat
Tim Penilai)
untuk
melaksanakan
15
Pentingnya peranan Tim Penilai dan Sekretariat
Tim
Penilai
berkaitan
erat dengan arti
penting
prestasi
kerja
bagi seorang guru. Prestasi kerja guru yang
akan
dinilai oleh Tim Penilai merupakan penentu hidup matinya
proses
pengembangan karier profesional
guru.
Artinya,
bagi guru yang tidak mampu berpacu dalam prestasi,
maka
pada
gilirannya guru yang bersangkutan akan
tersingkir
dari
jabatan
fungsionalnya. Ini lah
konsekuensi
dari
ketentuan
pembebasan sementara dan
pemberhentian
dari
jabatan
fungsional bagi guru yang tidak mampu
memenuhi
persyaratan
angka
kredit minimal hasil
penilaian
Tim
Penilai
berdasarkan
prestasi kerja guru
dalam
jangka
waktu
yang telah ditentukan (KeputusanMenPAN
Nomor
26
Tahun
1989 Tanggal 2 Mei 1989, pasal30 , ayat
(1),(2);
Surat
Edaran
Bersama Mendikbud
danKepala
BAKN
Nomor
57686/MPK/1989,
Nomor
38/SE/1989
Tanggal
15
Agustus
1989, angka ix, 1., a., 2., a.,
1), 2), 4), c).
Dari uraian di atas dapat lah ditarik suatu
kesim-pulan bahwa kesiapan guru dan kesiapan sistem pendukung
administratif
(SPA) di dalam organisasi
sekolah
serta
kesiapan unsur Tim
Penilai dan Sekretariat Tim
Penilai
sangat
lah vital dalam pelaksanaan fungsionalisasi
ja
batan
guru, kaitannya dengan proses pengmbangan
karier
profesional
guru
secara maksimal
sebagai
konsekuensi
dari penetapan jabatan fungsioanl guru (Keputusan MenPAN
Nomor
26 Tahun 1989 Tanggal 2 Mei
1989).
Persoalannya
adalah
apakah guru dan sistem pendukung administratif di
dalam
organisasi
sekolah dan unsur Tim
Penilai
Serta
fungsional
dalam pelaksanaan
fungsionalisasi
jabatan
guru,
kaitannyya
dengan
proses
pengembangan
karier
profesional guru secara maksimal ?
B. Rumusan Masalah
Persoalan
pokok
di atas
dapat
dirumuskan
lagi
menjadi empat masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
kesiapan
guru
untuk
menerima
fungsionalisasi
jabatan
guru
dalam
proses
pengembangan
karier
profesional
guru
secara
maksimal ?
2. Bagaimanakah
kesiapan guru untuk
melaksanakan
fungsionalisasi
jabatan
guru
dalam
proses
pengembangan
karier
profesional
guru
secara
maksimal ?
3. Bagaimanakah kesiapan sistem pendudukung admin
istratif
di
dalam organisasi
sekolah
dalam
pelaksanaan fungsionalisasi jabatan guru
dalam
proses
pengembangan
karier
profesional
guru
secara maksimal ?
4. Bagaimanakah
kesiapan
unsur Tim
Penilai
dan
unsur Sekretariat Tim Penilai dalam pelaksanaan
fungsionlisasi
jabatan
guru
dalam
proses
pengembangan
karier
profesional
guru
secara
[image:25.595.70.498.70.603.2]maksimal ?
Gambaran menyeluruh dari masalah yang
dite
1.7
Gambar 1
: Skema Masalah Penelitian tentang Fungsiona
lisasi Jabatan Guru dalam Proses Pengembangan
Karier
Profesional Guru Secara Maksimal
f
PERAN6KAT
- nanusia
- keras
- lunak
Manajeaen
BIDANG KESIAPAN
1. Pendidikan
2. Proses Belajar Mengajar
3. Pengessbangan Profesi
4. Penunjang PBM :
-Pengabdian pada Masyarakat
-Pendukung pendidikan
PROMOSI KEPANSKATAN & JABATAN
TIM PENILAI SEK TIM PEN PROPINSI & KODYA
Permasalahan
penelitian yang dirumuskan pada
ha-lam di muka,
dirumuskan lagi secara rinci dalam
bentuk
pertatanyaan penelitian di bawah ini.
1. Kesiapan
guru untuk
menerima
fungsionalisasi
jabatan guru
a.
Bagaimanakah
guru memandang
tehadap
pene-tapan jabatan fungsional guru ?
peme-karanan bidang kegiatan guru ?
c. Bagaimanakah guru memandang terhadap
pember-lakuan sistem angka kredit bagi jabatan
guru ?
2. Kesiapan guru untuk melaksanakan fungsionalisa
si jabatan guru.
a. Bagaimanakah aspirasi guru untuk melanjutkan
studi dan mengikuti pendidikan latihan
kedinasan ?
b. Bagaimanakah
gambaran
ijazah
tertinggi,
usia, masa kerja, jenjang kepangkatan dan
jabatan fungsional guru SMAN Kotamadyya
Pekanbaru ?
c. Apakah program pengajaran dapat disusun,
disajikan, dievaluasi, dan dianalisis oleh
guru ?
d. Apakah program perbaikan dan pengayaan dapat
disusun, dilaksanakan, dan dievaluasi oleh guru ?
e. Apakah guru merasa mampu dan mau melakukan
alternatif kegiatan dalam bidang pengemban gan profesi yang ditentukan ?
f. Bagaimanakah pandangan, aspirasi, dan keak-tifan guru dalam alternatif kegiatan bidang
penunjang proses belajr mengajar ?
3. Kesiapan
sistem pendukung administratif
(SPA)
[image:27.595.94.526.63.764.2]1 9
Perangkat manusia
1) Kepala Sekolah
a) Bagaimanakah gambaran latar belakang
pendidikan, kepangkatan, dan masa
kerja Kepala Sekolah dalam jabatan ?
b) Bagaimanakah Kepala Sekolah memandang
terhadap fungsionalisasi jabatan guru?
c) Bagaimanakah layanan manajerial Kepala
Sekolah dalam pelaksanaan fungsiona lisasi jabatan guru di sekolah yang dipimpinnya?
2) Staf Kepala Sekolah.
a) Bagaimanakah gambaran latar belakang
pendidikan, pangkat dan masa kerja
staf Kepala Sekolah ?
b) Bagaimanakah keadaan layanan adminis
tratif staf Kepala Sekolah dalam
pelaksanaan fungsionalisasi jabatan
guru dalam proses pengembangan karier
profesional guru secara maksimal ?
Perangkat keras
1) Bagaimanakah gambaran kondisi ruang
peralatandan perlengkapan kerja yang ada
di sekolah ?
2) Apakah perangkat keras yang dimiliki
sekolah dapat mendukung pelaksanaan
seluruh bidang ke-giatan guru ?
Perangkat lunak
[image:28.595.129.502.51.762.2]terse-dia di sekolah bagi pelaksanaan bidang
kegiataan guru ?
2) Apakah mekanisme kerja yang ada di
seko
lah dapat mengakomodasi seluruh bidang
kegiatan guru ?
Kesiapan Tim Penilai dan Sekretariat Tim
Penilai
a. Kesiapan Tim Penilai
1) Bagaimanakah gambaran tentang struktur
tim penilai propinsi Riau dan Kotamadya
Pekanbaru ?
2) Kriteria apakah yang digunakan dalam
penunjukan anggota Tim Penilai jabatan
guru ?
3) Berapa jumlah dan dari unsur mana saja
anggota Tim Penilai propinsi dan kotama
dya Pekanbaru ?
4) Bagaimanakah gambaran ijazah tertinggi,
pangkat dan jabatan fungsional anggota
Tim Penilai propinsi Riau dan kotamadya
Pekanbaru ?
5) Sejauhmanakah bekal pengetahuan dan ke trampilan anggota Tim Penilai tentang tugas penilaian prestasi kerja guru ? 6) Apakah sarana dan prasarana serta
perala-tan dan perlengkapan kerja Tim Penilai
telah tersedia ?
7) Apakah mekanisme kerja Tim Penilai telah
[image:29.595.125.498.74.725.2]21
b. Kesiapan Sekretariat Tim Penilai
1) Bagaimanakah gambaran tentang struktur
Sekretariat Tim Penilai propinsi Riau dan
Kotamadya Pekanbaru ?
2) Berapakah jumlah dan unsur mana saja
personil Sekretariat Tim Penilai propinsi
Riau dan kotamadya Pekanbaru ?
3) Bagaimanakah gambaran latar belakang
ijazah dan pangkat personil Sekretariat Tim Penilai propinsi Riau dan Kotamadya
Pekanbaru ?
4) Sejauhmanakah bekal pengetahuan dan ke
trampilan personil Sekretariat Tim Peni lai tentang tugas ?
5) Apakah sarana dan prasarana serta perala-tan dan perlengkapan kerja Sekretariat Tim Penilai cukup tersedia di Kanwil Depdikbud dan Kandepdikbudko ?
6) Apakah mekanisme kerja Sekretariat Tim Penilai cukup operasional di tingkat
daerah ?
C. Tujuan dan. Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menda-patkan gambaran yang jelas dan komprehensif tentang
kondisi kesiapan guru dan sistem pendukung administratif
[image:30.595.61.491.71.599.2]Sekretariat Tim Penilai propinsi Riau dan Kotamadya Pekanbaru dalam pelaksanaan fungsionalisasi jabatan guru
dalam proses pengembangan karier profesional guru secara
maksimal.
b. Khusus
Secara khusus, penelitian ini dimaksudkan untuk: 1) Mendeskripsikan dan menganalisis kesiapan guru untuk menerima fungsionalisasi jabatan guru dalam proses pengembangan karier profesioinal guru secara maksimal berkenaan dengan aspek penetapan jabatan fungsional
guru, pemekaran bidang kegiatan guru, dan pemberlakuan sistem angka kredit bagi jabatan guru.
2) Mendeskripsikan dan menganalisis kesiapan guru untuk melaksanakan fungsionalisasi jabatan guru dalam proses pengembangan karier profesional guru secara
maksimal berkenaan dengan bidang-bidang kegiatan guru yang telah dimekarkan.
3) Mendeskripsikan dan menganalisis kesiapan sis
tem pendukung administratif (SPA) di dalam organisasi sekolah mencakup perangkat manusia (Kepala Sekolah dan stafnya), perangkat keras (kondisi ruang dan peralatan perlengkapan di dalamnya); dan perangkat lunak (penataan mekanisme kerja guru sesuai dengan bidang kegiatan guru
yang telah dimekarkan) dalam proses pengembangan karier profesional guru secara maksimal.
Tim Penilai dan personil Sekretaria Tim
Penilai),
Perangkat
keras
(sarana dan
prasarana kerja),
dan
perangkat
lunak (penataan mekanisme kerja
Tim Penilai
dan Sekretariat Tim Penilai propinsi dan Kotamadya
Pekanbaru).
2. Kegunaan Penelitian
a. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan menyumbangkan
temuan-temuan yang mengkontribusi bagi
pengembangan
disiplin Administrasi Pendidikan, khususnya sub disiplin
Administrasi Personil Pendidikan yang selama ini di
Indonesia banyak diwarnai oleh disiplin
Administrasi
Negara (Pemerintahan).
b. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan pula berguna bagi
fungsionaris dan pengelola tenaga kependidikan,
khusus
nya bagi tenaga pengajar (guru) dan
pengelola tenaga
pengajar dalam pelaksanaan fungsionalisasi jabatan guru
dalam proses pengembangan karier profesional guru secara
PROSEDUR PENELITIAN
A. fiat* yjang. Diperlnkan
Sesuai
dengan pokok masalah dan
pertanyaan-perta-nyaan
penelitian yang dirumuskan pada bab I, maka
data
yang
diperlukan
dalam penelitian
ini
adalah
sebagai
berikut:
1. Data
tentang kesiapan guru untuk menerima
fungsiona
lisasi jabatan guru
Berkenaan dengan permasalahan pertama ini diperlu
kan data tentang pandangan dan alasan-alasan guru terha
dap beberapa aspek tertentu dari fungsionalisasi jabatan
guru, yakni aspek penetapan jabatan fungsional,
pemeka-ran bidang kegiatan guru, dan pemberlakuan sistem
angka
kredit bagi promosi jabatan guru.
2. Data
tentang kesiapan guru untuk melaksanakan
fung
sionalisasi jabatan guru
Berkenaan dengan permasalahan kedua ini diperlukan
data
tentang pandangan, kemauan, dan
kesanggupan
guru
untuk
melaksanakan
bidang-bidang
kegiatan
guru
yang
telah
ditetapkan,
yakni:
Bidang
pendidikan,
bidang
proses
belajar mengajar, bidang
pengembangan
profesi,
dan
bidang
penunjang proses
belajar
mengajar.
Dalam
hal
ini diperlukan pula data tentang
ijazah
tertinggi
yang
dimiliki
guru, masa kerja,
pangkat
dan
jabatan
fungsional,
dan usia guru, serta jumlah
jam
mengajar
guru perminggu.
H /
3. Data
tentang
kesiapan sistem
pendukung
aministra-tif di dalam organisasi sekolah
Berkenaan dengan permasalahan ketiga ini
diperlu
kan
data
tentang kesiapan perangkat
sistem
pendukung
administratif, yang mencakup :
a.
Kesiapan
Kepala Sekolah dan staf.
Data
yang
diperlukan adalah keadaan
layanan manajerial dan
admin
istratif Kepala Sekolah dan staf dalam upaya
memfungsi-kan guru secara optimal berkaitan dengan proses
pengem
bangan karier profesional guru secara optimal. Dalam hal
ini
diperlukan juga data tentang ijazah
tertinggi
dan
jurusan pendidikannya, masa kerja, pangkat dan
golongan
Kepala Sekolah dan
staf Kepala Sekolah
b.
Kesiapan sarana,
prasarana dan dana di sekolah.
Data yamg diperlukan adalah ketersediaan sarana,
prasa
rana
dan dana sekolah untuk menunjang
bidang
kegiatan
guru
c. Kesiapan mekanisme kerja di sekolah. Data
yang
diperlukan
adalah ketersediaan program,
prosedur,
dan
pedoman kerja di sekolah berkenaan dengan bidang
kegia
tan guru di sekolah
4. Data tentang kesiapan unsur Tim Penilai dan Sekre
tariat Tim Penilai propinsi dan kotamadya.
a. Data tentang kesiapan unsur Tim Penilai
1) Kesiapan anggota Tim Penilai. Data yang
diper
lukan
mencakup, jumlah, asal tempat dinas, pangkat
dan
golongan
serta jabatan fungsional anggota,
ijazah
ter
tinggi,
bekal
pengetahuan anggota
tentang
tugas
Tim
2) Kesiapan Sarana, prasarana dan dana Tim Peni
lai.
Data yang diperlukan adalah
ketersediaan
sarana,
prasarana dan dana untuk kegiatan Tim Penilai.
3) Kesiapan mekanisme kerja Tim Penilai.
Data yang
diperlukan
adalah keadaan
mekanisme kerja Tim
Penilai
propinsi dan kotamadya.
b. Kesiapan unsur Sekretariat Tim Penilai
1) Kesiapan personil Sekretariat Tim Penilai.
Data yang diperlukan mencakup jumlah,
asal tempat dinas,
ijazah
tertinggi,
pangkat dan golongan personil
Sekre
tariat Tim Penilai.
2) Kesiapan sarana prasarana dan dana Tim Penilai.
Data yang diperlukan adalah ketersediaan sarana prasara
na dan dana untuk menunjang kegiatan Sekretariat Tim
Penilai propinsi dan kotamadya.
3) Kesiapan mekanisme Sekretariat Tim Penilai.
Data
yang
diperlukan adalah
keadaan
mekanisme
kerja
Sekretariat Tim Penilai propinsi dan kotamadya.
B. Populasi dan Sampei
Populasi
dan sampei dalam penelitian
ini
adalah
seluruh
subyek
yang memiliki
karakteristik
berkenaan
dengan
pelaksanaan fungsionalisasi jabatan
guru
dalam
proses
pengembangan
karier
profesional
guru
secara
maksimal. Dalam hal ini,
populasi dan sampei
penelitian
dipilih
sendiri oleh peneliti atas pertimbangan
karak
teristik permasalahan dan tujuan penelitian.
Oleh karena
itu,
populasi
dan sampei penelitian
ini
termasuk
ke
dalam
sampling
purposive. Berkenaan
dengan
sampling
Q
-yakni " sampei yang dipilih dengan cermat hingga
relevan
dengan disain penelitian."
C.
LoJtasi dan Snmljejc. D_a±a
1. Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di lingkungan dalam
SMAN
Kotamadya Pekanbaru dan lingkungan dalam Kantor
Wilayah
Depdikbud
propinsi Riau dan Kantor Depdikbud
Kotamadya
Pekanbaru (Tempat Kedudukan Tim Penilai dan
Sekretariat
Tim
Penilai).
Secara rinci,
lokasi
penelitian
dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a.
Lingkungan dalam SMAN Kotamadya Pekanbaru
1) Lingkungan dalam SMAN pada umumnya.
2) Ruang
: kelas,
laboratorium,
perpustakaan,
kantor
guru,
kantor
Kepala
Sekolah,
dan
kantor Tata Usaha.
b. Lingkungan dalam Kanwil. Depdikbud propinsi Riau
1) Lingkungan
dalam
Kanwil
Depdikbud
pada
umumnya.
2) Ruang
: Bagian Kepegawaian dan
Sub
Bagian
Kepangkatan Pegawai Edukatif.
c. Lingkungan
dalam
Kantor
Depdikbud
Kotamadya
Pekanbaru
1) Lingkungan dalam Kantor Depdikbud
Kotamadya
pada umumnya
2) Ruang : Sub Bagian Kepegawaian.
2. Sumber Data
Penelitian ini memerlukan data yang cukup
banyak.
berbagai
sumber data yang terdapat di lingkungan
dalam
SMAN Kotamadya Pekanbaru dan di
lingkungan dalam Kanwil
Depdikbud
propinsi
Riau
dan
Kandepdikbud
Kotamadya
Pekanbaru.
Secara
rinci,
sumber
data
yang
dimaksud
adalah :
a. Sumber data di lingkungan dalam SMAN Kotamadya
1) Guru
bidang studi kelompok eksakta,
sosial
dan ketrampilan; guru koordinator
laborato-rium, dan guru piket.
2) Kepala
Sekolah dan wakilnya
serta
pegawai
Tata Usaha Sekolah. 3) Dokumen milik sekolah
b. Sumber data di lingkungan dalam Kanwil
Depdik
bud propinsi Riau.
1) Kepala Bidang Dikmenum, Kepala Bagian
Kepe
gawaian,
anggota Tim Penilai
dan
personil
Sekretariat Tim Penilai.
2) Dokumen milik Sub Bagian Kepangkatan Pegawai
Edukatif.
c. Sumber
data di lingkungan dalam
Kandepdikkbud
Kotamadya Pekanbaru.
1) Kepala
Sub Bagian Kepegawaian,
anggota
Tim
Penilai dan personil Sekretariat Tim Penilai
kotamadya Pekanbaru.
2) Dokumen
milik
Sub Bagian
Perencanaan
dan
Program.
D. tte_to_de_ Penelitian
91
ini adalah metode deskriptip analitik dengan
pendekatan
naturalistik
kualitatif.
Metode ini
digunakan
karena
sesuai
dengan
maksud
peneliti
yakni
mendesksipsikan
gejala, peristiwa, dan kejadian apa adanya di lingkungan
yang wajar (natural setting) pada saat penelitian
dila
kukan. Kemudian, data dianalisis untuk menemukan katego
ri
dan
makna (verstehen) berkenaan dengan kondisi
ke-kesiapan
guru dan sistem pendukung administratif
serta
unsur
Tim
Penilai dan
unsur Sekretariat
Tim
Penilai
propinsi dan
kotamadya.
Sejalan dengan metode penelitian yang dipilih, maka
penelitian
ini
tidak berangkat dari
suatu
hipotesis,
teori
atau konsep serta pemikiran apriori
untuk
diuji
keberlakuannya
atau kecocokannya di
lapangan.
Tetapi,
yang
dilakukan justeru peneliti langsung masuk
ke
la
pangan
dan berusaha mengumpulkan data sebanyak
mungkin
sesuai
dengan pokok masalahan yang diteliti. Dalam
hal
ini, S. Nasution (1988, h. 43) mengemukakan dalam
buku
nya Metode Penelitan Naturalistik Kualitatif, yaitu " No
entry, no reserach."
Ada pun data yang terhimpum
nanti-nya
diberi
makna sesuai dengan teori dan
konsep
yang
peneliti
kuasai.
Namun perlu dijelaskan di
sini
bahwa
teori dan konsep yang peneliti kuasai,
" dikemas "
dulu
agar
hal-hal
yang sifatnya alamiah di
lapangan
dapat
ditemukan.
E. Instrumen Penelitian
Sebagai isntrumen utama dalam penelitian ini adalah
peneliti
sendiri.
Sebab, dalam
penelitian
kualitatif
diteliti. Kesukaran itu terjadi karena segala sesuatu
belum mempunyai bentuk yang pasti sehingga rancangan penelitian masih bersifat darurat (emergent) dan fleksi-bel berkembang. Dalam hal ini, Lexy J. Moleong (1988, h. 170) berpendapat bahwa " Pencari tahu alamiah dalam
pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpulan data. Di samping itu, orang-sebagai-instrumen memiliki senjata 'dapat memutuskan'
yang secara luwes dapat digunakannya."
Peneliti sebagai instrumen utama mempunyai kesem
patan yang sebanyak-banyaknya untuk mengamati keadaan yang sesungguhnya terjadi diarena penelitian sehubungan kondisi kesiapan guru dan sistem pendukung administratif di dalam organisasi sekolah serta kesiapan unsur Tim
Penilai dan Sekretariat Tim Penilai propinsi dan Kotama dya Pekanbaru. Peneliti berusaha mengadakan interaksi
secara terus menerus di arena penelitian guna memperoleh fakta dan data selengkap mungkin sehingga diperoleh
suatu pemahaman dan pemaknaan secara kontekstual berke
naan dengan permasalahan yang diteliti.
Sebagai instrumen pembantu, peneliti menggunakan alat pencatat dan perekam, yakni buku catatan kecil,
tape recorder kecil, dan kamera foto. Adapun data yang terdapat di dalam dokumen, difoto copy atas izin pihak yang berwewenang.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dikumpulkan dengan mengguna
kan beberapa teknik pengumpulan data sebagai mana dike
93
1.
Qbservasi;
untuk
melihat
kondisi
fisik
gedung
dan
ruang serta peralatan dan
perlengkapan
di
dalamnya yang ada di sekolah dan Kanwil Depdikbud
serta
Kandepdikbud
kotamadya Pekanbaru. Juga,
untuk
melihat
aktivitas
guru, Kepala Sekolah, dan pegawai tata
usaha
di sekolah. Begitu juga, aktivitas Kepala Bagian dan Sub
Bagian
Kepegawaian dan stafnya sebagai personil
Sekre
tariat tim Penilai.
2.
Wawancara;
untuk
mendapatkan
data
tentang
pandang dan alasan guru terhadap fungsionalisasi jabatan
guru.
Melalui wawancara ini juga dijaring data
tentang
minat,
kemampuan guru untuk berfungsi
secara
optimal.
Begitu
juga,
sebagian
data
tentang
kesiapan
Kepala
Sekolah
dan stafnya serta kesiapan anggota tim
Penilai
dan
personila Sekretariat Tim Penilai dijaring
melalui
wawancara.
3.
Dokumentasi;
untuk
mendapat
data
sekunder
tentang identitas, jumlah sekolah, guru, Kepala Sekolah,
dan pegawai tata usaha sekolah, serta anggota Tim
Peni
lai
dan
personil Sekretariat Tim Penilai.
Juga,
data
tentang
sarana
dan prasarana
inventaris
sekolah
dan
inventaris Tim Penilai dan Sekretariat Tim Penilai. Data
tersebut diambil dari kuesioner SLTAN Kotamadya Pekanba
ru, keadaan 31 Agustus 1990 milik Sub Bagian Perencanaan
dan
Program Kandepdikbud Kotamadya Pekanbaru dan
arsip
Kanwil
Depdikbud
propinsi Riau. Begitu
juga,
program
sekolah
dan program semester dan satuan pelajaran
yang
1. Langkah pengolahan data
a. memeriksa catatan lapangan dari hasil
observasi, wawancara, dan data dokumen.
b. menseleksi, mensortir, memberi kode, dan
menge-lompokkan data sesuai dengan kategori
permasalahan.
c. mengolah dan menganalisis data sekunder dalam dokumentasi dengan menggunakan materiks.
d. mengkaji ulang keseluruhan data yang telah
dihimpun dan dianalisis guna memperoleh gamba
ran yang menyeluruh sesuai dengan permasalahan
yang diteliti.
2. Penyajian Data
Data yang telah diolah dan dianalisis, selanjutnya
disajikan sebagai hasil penelitian menurut urutan ma
salah penelitian. Penyajian data dilakukan dalam ben
tuk "narative text".
3. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara terus menerus
selama penelitian berlangsung. Kemudian, untuk
pendala-man dan pemahapendala-man serta pemaknaan hasil penelitian dila
kukan pula pembahasan hasil penelitian dengan memasukkan teori dan konsep yang relevan.
H. Tahap-Tahap kegiatan Penelitian 1. Tahap persiapan
a. menyusun dan konsultasi rancangan penelitian dengan dosen pembimbing.
c. memgurus perizinan yang dipersyaratkan untuk
dapat masuk ke lapangan penelitian dalam usaha pengumpulan data.
2. Tahap orientasi
a. mengadakan kontak dengan subyek dan obyek
penelitian.
b. mengadakan pendekatan dengan responden peneli tian melalui bantuan kenalan yang ada di lokasi penelitian.
c. mengamati
dan mempelajari
fenomena
umum
yang
muncul di lokasi penelitian.
d. menyempurnakan rancangan penelitian berdasarkan
temuan awal di lokasi penelitian. 3. Tahap eksplorasi
a. melacak, mencari, dan menemukan serta mengum
pulkan fakta dan data berkenaan dengan masalah
penelitian melalui sumber data di lokasi pene
litian .
b. hadir di lokasi penelitian dalam jangka waktu
yang relatif lama untuk mengamati dan
mewawan-carai informan.
c. mengadakan pengecekan dan triangulasi melalui
berbagai sumber data dan teknik pengumpulan data. 4. Tahap pelaporan
a. merumuskan hasil-hasil penelitian di lapangan
b. menyusun dan mengetik laporan keseluruhan, mulai
dari bab pendahuluan,
tinjauan teoritis,
prosedur
penelitian, hasil penelitian, pembahasan hasil
BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang telah disajikan pada Bab IV,
dibahas
lebih
lanjut pada Bab V
ini
guna
memperoleh
pemahaman yang lebih komprehensif. Dalam pembahasan
ini
akan
dimasukkan teori atau konsep-konsep
yang
relevan
dengan pokok bahasan. Adapun yang menjadi pokok
bahasan
di
sini
disesuai dengan pokok masalah
yang
diteliti,
yakni:
A.
Kesiapan Guru untuk Menerima Fungsionalisasi
Jabatan Guru
B. Kesiapan Guru untuk Melaksanakan Fungsionalisa
si Jabatan Guru
C. Kesiapan Sistem Pendukung Administratif di
dalam Organisasi Sekolah dalam Pelaksanaan
Fungsionalisasi Jabatan Guru
D.
Kesiapan Unsur Tim Penilai dan Unsur Sekretari
at Tim Penilai dalam Pelaksanaan Fungsionalisa
si Jabatan Guru.
A.
Kftsiapan Gum. uniiik Menerima Fungsionalisasi
Jabatan
GjiriL
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
berke-naa dengan pandangan dan alasan guru terhadap tiga aspek
fungsionalisasi jabatan guru
(FJG), maka kesiapan guru
dari sisi tawaran FJG dan dari sisi tagihannya.
Fungsionalisasi jabatan guru (FJG) menawarkan
suatu peluang yang besar,
terbuka,
dan
adil bagi pengem
bangan karier profesional guru secara maksimal.
Ternya
ta, Guru juga sangat berharap dan menyambutnya dengan
gembira. Dalam hal ini, Guru merasa dihargai dan bahkan
guru memandangnya sebagai rohmat dari allah swt. Dari
kenyataan ini, maka pada hakekatnya, guru siap menerima
FJG itu sebagai sistem gan.iaran (reward system).
Namun, kenyataan pula bahwa FJG sebagai sistem
ganjaran masih belum bermakna penuh (meaningful) bagi
guru karena FJG belum sepenuhnya menjangkau harapan atau kebutuhan pokok guru. FJG sebagai sistem ganjaran masih
terbatas tawarannya pada ganjaran non materi (intangible thing) sementara guru lebih butuh ganjaran berupa materi
(tangible thing). Hal ini tercermin dari tuntutan guru
akan tunjangan fungsionalnya (uang). Uang memang mem punyai fungsi ganda. Kebutuhan akan uang erat kaitannya
dengan usaha "...mempertahankan survival keluarga"
(Achmad Sanusi, 1990, h. 22). Tuntutan guru akan imbalan uang atau ganjaran materi merupakan petunjuk pula
Gambar 18. Piramid Kebutuhan Saat Kebutuhan Fisiologis
Sangat Dominan.
Catatan. P.D = Perwujudan diri
Tuntutan guru akan ganjaran materi (uang) menun jukkan pula bahwa adanya kesadaran guru akan nilai
jabatannya yang harus harus dibayar secara seimbang.
Dengan demikian, fungsionalisasi jabatan guru (FJG) akan
menarik dan penuh makna bagi guru apabila FJG menawarkan
tunjangan fungsional (uang) yang dibayar menurut jenjang jabatan guru. Bila persyaratan ini terpenuhi, maka FJG
sebagai sistem ganjaran akan efektif bagi peningkatan produktivitas kerja atau performan kerja guru.
Per-soalannya sekarang adalah bahwa Pemerintah belum siap untuk membayar tunjangan fungsional guru karena
keterba-tasan keuangan negara untuk membayarnya. Berkaitan dengan kenyataan ini, maka sudah saatnya lah Pemerintah daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan seluruh instansi yang terkait untuk menggali dan memamfaatkan sumber dana daerah atau dana masyarakat berdasarkan asas dekonsentrasi untuk membayar tunjangan fungsional guru. Secara operasional, dana tunjangan fungsional guru itu
belanja
daerah
(APBD). Hal ini
merupakan
pula
wujud
tanggung jawab politik Pemerintah daerah bersama
masya
rakat
terhadap
pelaksanaan
pendidikan
yang
bermutu.
Namun, hal itu akan terwujud apabila ada kesadaran
dari
aparat
Pemerintah
dan masyarakat
terhadap
pentingnya
sumber
daya manusia (human resource development)
dalam
proses pembangunan nasional.
Satu
hal
lagi yang perlu diingat bahwa
FJG,
di
samping ada tawarannya, terdapat
pula
tagihannya.
Arti
nya,
di balik tawaran FJG itu terdapat
tantangan
yang
harus
dihadapi oleh guru dengan penuh
tanggung
jawab.
Guru
dituntut
agar fungsional secara
optimal.
Dengan
kata
lain, guru harus memberikan layanan
ahlinya
yang
terbaik dalam
proses pengembangan karier profesionalnya
secara maksimal.
Secara konkritnya,
guru dituntut kemam
puan dan kemauannya untuk berpacu dalam prestasi
sesuai
dengan bidang kegiatan guru yang telah dimekarkan.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
guru
hanya
berharap pada tawaran yang dijanjikan FJG,
tetapi
masih
enggan untuk menunaikan tagihan atau tuntutan tugas yang
diminta
oleh
FJG. Hal ini
terindikasi
dari
berbagai
ungkapan yang muncul di kalangan guru, seperti "
menyu-sahkan,
memberatkan,
menyibukkan,
terlalu
jauh,
memu-singkan,
dan
capek ".
Keluhan guru
itu
terkait
erat
dengan disposisi kebutuhan guru yang tidak dijanjikan di
dalam pelaksanaan FJG. Di sini terlihat adanya
kesenjan-gan
antara
harapan peran
dengan
disposisi
kebutuhan
guru. Menurut Teori sistem sosial model Getzal dan Guba,
han dan peran guru-- yang berdampak negatip bagi perila
ku sosial anggota organisasi (performan kerja guru). Kesenjangan dalam pelaksanaan FJG terlihat pula antara disposisi kebutuhan guru dengan tuntutan FJG. FJG menuntut guru agar mampu dan mau
mengaktualisasi-kan diri secara maksimal (taraf kebutuhan tingkat ter tinggi). Tetapi, disposisi kebutuhan guru berada pada tarap kebutuhan fisiologis (tarap terendah). Kesenjangan
ini sebenarnya berawal dari pendapatan guru (gaji atau honor) yang masih jauh dari memadai, " di bawah skala swasta atau BUMN" (Achmad Sanusi, 1990, h. 22).
Dari pembahasan di atas, kesimpulan yang dapat diambil adalah: Pertama, dilihat dari sisi tawaran, gu
ru siap menerima FJG sebagai sistem ganjaran yang bersi fat non materi. FJG sebagai sistem ganjaran non materi belum bermakna penuh bagi guru karena guru lebih butuh
ganjaran materi. Kedua, di lihat dari sisi tagihan FJG, guru belum siap menerimanya secara penuh dalam kondisi sekarang karena adanya kesenjangan antara tuntutan FJG dengan disposisi kebutuhan guru. Kesenjangan ini erat
pula kaitannya dengan kondisi ekonomi guru yang belum
memadai. Untuk itu, perlu adanya usaha kongkrit mening
katkan pendapatan guru, misalnya menetapkan dan membayar tunjangan fungsional guru seperti halnya pembayaran
tunjangan fungsional dosen. Hal ini dapat diwujudkan apabila Pemerintah daerah bersama masyarakat dan DPRD
164
akan arti penting sumber daya manusia (human resource development) bagi pembangunan daerah dan nasional.
B. Kesiapan Guru, unlaik melaksanakan Fungsionalisasi Jabatan Gjitjl
1. Bidang Pendidikan
Yang perlu mendapat perhatian serius dalam bidang pendidikan ini adalah berkenaan dengan kegiatan melan
jutkan studi ke jenjang atau program pendidikan yang
lebih tinggi. Minat guru dalam bidang kegiatan ini tidak
tampak kepermukaan, terutama dikalangan guru senior,
guru perempuan, dan guru yang sudah sarjana (SI). Sejum lah faktor yang tampak mematikan minat guru untuk melan jutkan studi, yaitu: (1) Faktor psikologis, seperti guru
merasa capek sekolah, (2) faktor fisiologis, kondisi fisik sudah menurun (guru senior); (3) faktor ekonomi, pendapatan gaji atau honor tidak mencukupi untuk biaya melanjutkan studi, (4) faktor keluarga, guru perempuan
mengurus rumah tangga atau prioritas pendidikan diberi kan kepada anak sendiri; (5) faktor waktu yang tersita
oleh pelaksanaan tugas pokok atau tugas tambahan di sekolah; dan (6) faktor legalistik prosedural, yakni
tidak adanya izin belajar ke perguruan tinggi negeri dari Kanwil Depdikbud Propinsi Riau.
Keenam faktor di atas dapat dikategorikan kepada dua faktor, yakni faktor internal guru dan faktor eksternal guru. Bila bidang pendidikan ini ingin
peserta didik secara berkualitas dan pengembangan karier
profesionalnya
secara
maksimal;
maka kedua
faktor
itu
perlu
dicari
jalan keluarnya.
Untuk
menemukan
jalan
keluarnya
tidak lah mudah karena masalahnya cukup
kom-pleks
yang
memerlukan
perhitungan
yang
matang
dari
segala
segi dan unsurnya.
Hal
ini jelas
meminta
suatu
studi lanjut yang mendalam dan komprehensif.
2. Bidang proses belajar mengajar (PBM)
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan dua butir
kegiatan PBM yang mana guru belum siap untuk
melaksana-kannya.
Pertama,
butir kegiatan
analisis
hasil
evaluasi
belajar siswa.
Guru belum siap untuk melakukannya karena
ketidaktahuan atau keterbatasan pengetahuan guru dan
kurangnya
kemauan guru untuk melakukannya.
Bahkan
Guru
memandang butir kegiatan tersebut sebagai tugas tambahan
yang
memusingkan.
Hal
ini
pertanda
masih
rendahnya
kesadaran guru akan arti penting atau mamfaat analisis
hasil evaluasi belajar siswa bagi keseluruhan proses
pengajaran.
Kedua,
butir kegiatan menyusun dan
melaksa
nakan program perbaikan dan
pengayaan pengajaran.
Keti-daksiapan guru untuk melakukan bidang kegiatan tersebut
disebabkan oleh ketidaktahuan guru tentang apa dan bagaimana melakukanya. Di samping itu, guru juga
diha-dapkan pada kondisi yang penuh "dilema". Dalam hal ini,
guru dihadapkan kepada beberapa tuntutan yang sama dalam
waktu yang sama dari siswa kategori lamban dan siswa
kategori cepat serta tuntutan target kurikulum yang
1.66
Dilema
ini
terjadi karena guru hanya
dapat
melakukan
program
perbaikan
dan pengayaan pengajaran
dalam
jam
efektif pelajaran di kelas.