1
A. Latar Belakang MasalahPada dasarnya surat dakwaan sangat penting dalam hukum acara pidana,
karena merupakan dasar pemeriksaan suatu perkara pidana di persidangan. Pada
Pasal 141 KUHAP yang menyangkut bentuk surat dakwaan kumulasi,
undang-undang dan praktek hukum memberi kemungkinan menggabungkan beberapa
perkara atau beberapa orang dalam satu surat dakwaan. Dengan jalan
penggabungan tindak pidana dan pelaku-pelaku tindak pidana dalam suatu surat
dakwaan perkara atau pelaku-pelakunya dapat diperiksa dalam suatu persidangan
pengadilan yang sama.
Dalam dakwaan ini harus dengan tegas dan jelas dirumuskan
penggabungan/pengumpulan para terdakwa kedalam satu dakwaan sebagaimana
dimaksud Pasal 141 KUHAP perumusan secara cermat, jelas dan lengkap
unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan dikaitkan dengan fakta perbuatan para
terdakwa yang dilengkapi dengan uraian tentang waktu dan tempat dilakukannya
tindak pidana dalam merumuskan tindak pidana yang didakwakan harus
dirumuskan secara terperinci peran para terdakwa masing-masing atau secara
bersama-sama dalam mewujudkan tindak pidana tersebut.
tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Boyolali,
telah melakukan perbuatan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain atau supaya membuat
hutang maupun menghapuskan piutang, perbuatan tersebut dilakukan oleh dua
orang atau lebih dengan bersekutu.
Pada pelaksanaan terhadap perumusan dakwaan tetap harus didasarkan
pada hasil pemeriksaan pendahuluan dimana dapat diketemukan baik berupa
keterangan terdakwa maupun keterangan saksi dan alat bukti yang lain termasuk
keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan
perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (Perbuatan Materil) dan bagaimana
dilakukannya (Hamzah, 2008:170).
Terkait penyatuan dari beberapa terdakwa yang telah melakukan tindak
pidana pemerasan sesuai dengan putusan Pengadilan Negeri Boyolali tersebut,
hal ini dilakukan oleh Penuntut Umum dengan pertimbangan efektifitas dalam
penuntutan perkara.
Demi alasan persidangan yang cepat, sederhana dan berbiaya murah,
penggabungan beberapa berkas dakwaan dengan beberapa terdakwa, sangat
mungkin dilakukan. Apalagi Pasal 141 KUHAP mengatur masalah
penggabungan dakwaan itu. Selain itu penuntut umum diberi kewenangan untuk
mengajukan dakwaan yang b
erbentuk gabungan atau kumulasi. Baik „kumulasi
perkara tindak pidana‟ maupun sekaligus „kumulasi terdakwa‟ dengan kumulasi
dakwaannya.
TERDAKWA DALAM SATU BERKAS DAKWAAN OLEH PENUNTUT
UMUM DAN IMPLIKASI YURIDISNYA PADA PENUNTUTAN PERKARA
PEMERASAN DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI (Studi Putusan Nomor
: 89/Pid.B/2014/PN.Byl.)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan permasalahan yang ingin penulis kemukakan yaitu :
1. Apakah penyatuan beberapa terdakwa dalam satu berkas dakwaan yang dilakukan oleh Penuntut Umum pada putusan perkara pemerasan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl. di Pengadilan Negeri Boyolali sudah sesuai dengan ketentuan dalam KUHAP?
2. Bagaimanakah implikasi yuridis terkait penyatuan beberapa terdakwa dalam satu berkas dakwaan yang dilakukan oleh Penuntut Umum pada putusan perkara pemerasan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl. di Pengadilan Negeri Boyolali?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin penulis capai dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui ketentuan hukum dalam penyatuan beberapa terdakwa dalam satu berkas dakwaan yang dilakukan oleh Penuntut Umum pada putusan perkara pemerasan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl. di Pengadilan Negeri Boyolali. b. Untuk mengetahui implikasi yuridis dari penyatuan beberapa terdakwa dalam satu
a. Menambah wawasan/pengetahuan penulis dibidang hukum acara pidana khususnya terkait ketentuan hukum tentang penyatuan beberapa terdakwa dalam satu berkas dakwaan yang dilakukan oleh Penuntut Umum dengan alasan untuk mempersingkat waktu dan biaya yang lebih murah.
b. Untuk memperoleh sumber bahan hukum dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun karya ilmiah guna memenuhi persyaratan yang diwajibkan dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memberi sumbangan pikiran dan manfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan hukum acara pidana pada khususnya.
b. Hasil Penelitian ini dapat memberikan jawaban yang jelas mengenai benar-tidaknya strategi penyatuan terdakwa dalam proses beracara pidana.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu tambahan referensi, masukan data ataupun literatur bagi penulisan hukum selanjutnya yang berguna bagi para pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Manfaat Praktis
b. Diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi masukan dan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak terkait dengan masalah yang diteliti.
E. Metode Penelitian
Menurut H.J. van Eikema Hommers sebagaimana dikutip Peter Mahmud Marzuki menyatakan bahwa setiap ilmu pengetahuan memiliki metodenya sendiri. Apa yang dikemukakan mengindikasikan bahwa tidak dimungkinkannya penyeragaman metode untuk semua bidang (H.J. van Eikema Hommers dalam Peter Mahmud Marzuki, 2007 : 11).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti dalam penelitian ini mengguna kan metode penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian hukum yang bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, maka penelitian ini mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 22).
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dapat digunakan di dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 93). Dari kelima pendekatan tersebut, pendekatan yang relevan dengan penelitian hukum yang penulis gunakan adalah pendekatan kasus (case approach).
4. Sumber Penelitian Hukum
Sumber-sumber penelitian hukum ini terdiri dari:
a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Penelitian hukum ini menggunakan bahan hukum dari Putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor Putusan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl, dan Undang-undang atau putusan hukum lain yang mendukungnya.
5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Peneliti melakukan penelusuran untuk mencari bahan- bahan hukum yang relevan dengan isu hukum yang dihadapi. Peneliti menggunakan teknik studi pustaka dengan mengumpulkan putusan pengadilan mengenai isu hukum yang dihadapi yakni Putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor Putusan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl, merupakan tindak pidana pemerasan yang dilakukan bersama-sama dan telah direncanakan sebelumnya. Peneliti juga mendokumentasikan bahan-bahan hukum sekunder yang berupa buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
6. Teknik Analisis
Penelitian ini mempergunakan teknis analisis data dengan metode deduksi. Sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh Aristoteles, penggunaan metode deduksi ini berpangkal dari pengajuan premis mayor. Kemudian diajukan premis minor. Dari kedua premis ini kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 47).
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai penulisan hukum yang disusun, maka penulis menguraikan dalam suatu sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis berusaha memberikan gambaran awal tentang
penelitian yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan hukum yang digunakan untuk memberikan
pemahaman terhadap isi penelitian ini secara garis besar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan tentang kerangka teori dan kerangka pemikiran.
Kerangka teori meliputi tinjauan tentang surat dakwaan, tinjauan
tentang penuntut umum, tinjauan tentang tindak pidana pemerasan,
tinjauan tentang perbuatan perbarengan.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menyajikan tentang hasil penelitian beserta
pembahasan yang meliputi :
a. Apakah Penyatuan Beberapa Terdakwa Dalam Satu Berkas Dakwaan Pada Putusan Perkara Pemerasan Nomor: 89/Pid.B/2014/ PN.Byl sudah sesuai dengan KUHAP
b. Apakah Implikasi yuridis penyatuan beberapa terdakwa oleh Penuntut Umum dalam satu berkas dakwaan pada perkara Nomor: 89/Pid.B/2014/PN.Byl
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Berisi sumber-sumber pustaka yang dikutip dalam penulisan hukum
baik langsung maupun tidak langsung.
LAMPIRAN
10
1. Kerangka Teoria. Tinjauan Tentang Surat Dakwaan
1. Pengertian Surat Dakwaan
Di dalam Abdul Karim Nasution surat dakwaan adalah suatu surat atau akte yang memuat suatu rumusan dari tindak pidana yang didakwakan, yang sementara dapat disimpulkan dari surat-surat pemeriksaan pendahuluan yang merupakan dasar bagi hakim untuk melakukan pemeriksaan, yang bila ternyata cukup terbukti, terdakwa dapat dijatuhi hukuman (Martiman P, 2002 : 31).
M. Yahya Harahap, mengemukakan :
Surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan di muka sidang pengadilan (M. Yahya Harahap, 2002:386)
Berdasarkan kedua pendapat tersebut yang dimaksud dengan surat dakwaan, yaitu :
a. Surat dakwaan merupakan suatu akte, sebagai suatu akte tentunya surat dakwaan harus mencantumkan tanggal pembuatannya dan tandatangan pembuatannya. Suatu akte yang tidak mencantumkan tanggal dan tanda tangan pembuatnya tidak memiliki kekuatan sebagai akte, meskipun mungkin secara umum dapat dikatakan sebagai surat.
b. Surat dakwaan tersebut selalu mengandung element yang sama yaitu adanya perumusan tentang tindak pidana yang didakwakan beserta waktu dan tempat dilakukannya tindak pidana.
d. Surat dakwaan merupakan dasar pemeriksaan perkara di sidang pengadilan. 2. Fungsi Surat Dakwaan
Rumusan surat dakwaan harus sesuai dengan hasil pemeriksaan penyidikan. Rumusan surat dakwaan yang menyimpang dari hasil pemeriksaan penyidikan merupakan surat dakwaan yang palsu dan tidak benar. Surat dakwaan yang demikian tidak dapat dipergunakan jaksa menuntut terdakwa (Yahya Harahap, 2000 : 376).
Fungsi surat dakwaan dalam sidang pengadilan merupakan landasan dan titik tolak pemeriksaan terdakwa. Berdasarkan rumusan surat dakwaan dibuktikan kesalahan terdakwa. Pemeriksaan sidang tidak boleh menyimpang dari apa yang dirumuskan dalam surat dakwaan (Yahya Harahap, 2000 : 378).
Ditinjau dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan pemeriksaan perkara pidana, maka fungsi Surat Dakwaan dapat dikategorikan :
a. Bagi Pengadilan atau Hakim, Surat Dakwaan merupakan dasar dan sekaligus membatasi ruang lingkup pemeriksaan, dasar pertimbangan dalam penjatuhan keputusan;
b. Bagi Penuntut Umum, Surat Dakwaan merupakan dasar pembuktian atau analisis yuridis, tuntutan pidana dan penggunaan upaya hukum;
c. Bagi terdakwa atau Penasehat Hukum, Surat Dakwaan merupakan dasar untuk mempersiapkan pembelaan (http: peraturan kejaksaan : pembuatan-surat-dakwaan.html, diakses pada tanggal 28 April 2015 pukul 11.53WIB).
Mr. B.M Teverne mengemukakan, bahwa “kekuasaan lalim” dari surat dakwaan itu, adalah sebagai berikut :
a. Dimensi Positif, bahwa keseluruhan isi surat dakwaan yang terbukti pada persidangan harus dijadikan dasar oleh hakim pada putusannya.
Surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum haruslah memenuhi ketentuan/syarat-syarat baik syarat formil maupun syarat materiil, dimana surat dakwaan itu harus berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan karena berdasarkan surat dakwaan itulah yang akan menjadi pedoman proses pemeriksaan yang dilakukan di persidangan untuk mencari dan menemukan kebenaran materiil (de matriele waarheid) dan pada akhirnya menjadi dasar hakim untuk menjatuhkan putusan terhadap perkara tersebut (Litis Contestatio). Oleh karena itu, arti pentingnya surat dakwaan adalah :
a. Sebagai dasar bagi pemeriksaan di persidangan
b. Sebagai dasar bagi penuntut umum dalam mengajukan tuntutan c. Sebagai dasar bagi terdakwa untuk membela dirinya
d. Sebagai dasar bagi hakim untuk menjatuhkan putusannya
Surat dakwaan memiliki fungsi sentral dalam pemeriksaan persidangan, karena surat dakwaan merupakan suatu rumusan dari proses penyidikan yang dibuat dalam bentuk suatu akta guna membawa hasil penyidikan tersebut ke dalam pemeriksaan pengadilan untuk memperoleh putusan hakim tentang perbuatan terdakwa yang didakwakan.
Hakim pada prinsipnya tidak dapat memeriksa dan mengadili keluar dari lingkup yang didakwakan artinya hakim harus memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara pidana berdasarkan delik yang tercantum dalam surat dakwaan.
3. Syarat-syarat surat dakwaan
Mengenai surat dakwaan telah diatur dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP, dimana surat dakwaan haruslah diberi tanggal dan ditanda tangani serta berisi : a. Syarat formil :
1) Nama lengkap, 2) tempat lahir,
3) umur atau tanggal lahir, 4) jenis kelamin,
7) agama, dan
8) pekerjaan tersangka. b. Syarat materiil ;
1) Uraian secara cermat
Artinya surat dakwaan harus didasarkan kepada Undang-Undang yang berlaku bagi terdakwa, dan harus memperhatikan :
a) Apakah ada pengaduan dalam hal delik khusus b) Apakah penerapan hukumnya sudah tepat c) Apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan d) Apakah tindak pidana itu belum atau sudah daluarsa e) Apakah nebis in idem atau tidak
2) Jelas
Artinya surat dakwaan harus merumuskan unsur-unsur dari tindak pidana yang didakwakan sekaligus memadukan dengan uraian perbuatan materiil/fakta yang dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan. Sehingga uraian unsur delik tersebut harus dirumuskan dalam pasal yang didakwakan dan dapat dijelaskan dalam bentuk fakta perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa guna dapat diketahui secara jelas apakah terdakwa dalam melakukan tindak pidana yang didakwakan tersebut sebagai Pelaku (dader/pleger), pelaku peserta (mededader/pleger), penggerak (uitlokker), penyuruh (doen pleger), pembantu (medeplichting).
3) Lengkap mengenai rumusan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan
4. Syarat Surat Dakwaan
Pasal 143 ayat (2) KUHAP menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam menyusun surat dakwaan, Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang ditandatangani dan diberi tanggal. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Syarat Formal, yaitu mencakup: nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka (terdakwa).
b. Syarat Materiil, yaitu mencakup: uraian secara cermat, jelas dan lengakap seksama maka dalam perbedaan itu terkandung pula persamaan.
Dengan adanya syarat pembuatan dakwaan yaitu syarat formal dan materiil, maka kedua syarat ini harus dipenuhi dalam menyusun surat dakwaan. Akan tetapi undang-undang sendiri membedakan kedua syarat ini berdasarkan ketentuan Pasal 143 ayat (3), yang menegaskan surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b, “batal demi hukum”.
5. Akibat hukum tidak dipenuhinya syarat surat dakwaan
Berbagai akibat hukum yang muncul terkait tidak terpenuhinya syarat surat dakwaan apabila dalam surat dakwaan terdapat adanya pencampuran adukan unsur suatu pasal tertentu dengan pasal yang lain dalam suatu surat dakwaan maka dakwaan tersebut dinyatakan kabur atau tidak jelas (obscuur libel), contoh : penggabungan unsur Pasal 55 KUHP dan Pasal 56 KUHP, Pasal 372 KUHP dan Pasal 378 KUHP, Pasal 362 KUHP dan Pasal 480 KUHP.
Apabila syarat formilnya tidak terpenuhi maka surat dakwaan DAPAT DIBATALKAN (vernietigbaar). apabila syarat materiilnya tidak terpenuhi maka dakwaan tersebut adalah BATAL DEMI HUKUM (rechtswege nietig) (Pasal 143 ayat (3) KUHAP), dimana dianggap tidak terpenuhinya syarat materiil apabila : a. Dakwaan kabur (obscuur libelen) yaitu karena susunannya tidak jelas atau
unsur-unsur tindak pidana yag didakwakan tidak diuraikan secara jelas atau terjadinya pencampuran unsur-unsur tindak pidana atau tidak memuat fakta dan keadaan secara lengkap
Sehingga materi yang ada di dalam surat dakwaan harus memuat atau dapat diketahuinya siapa yang melakukan tindak pidana (orang), kapan perbuatan tersebut dilakukan (waktu), dimana terjadinya perbuatan tersebut (tempat), cara bagaimana perbuatan itu dilakukan dan dengan alat apa perbuatan itu dilakukan, apa akibat dari perbuatan tersebut dalam artian siapa yang menjadi korban atau siapa yang dirugikan. Kesemuanya itu harus di dukung oleh bukti-bukti yang cukup seseuai dengan ketentuang Undang-Undang.
Sedang akibat hukum tidak dipenuhinya syarat surat dakwaan menurut ketentuan Pasal 143 ayat (3) adalah sebagai berikut:
1) Kekurangan syarat formal, tidak menyebabkan surat dakwaan batal demi hukum.
a) Tidak dengan sendirinya batal menurut hukum, pembatalan surat dakwaan yang diakibatkan kekurang sempurnaan syarat formal maka dapat dibatalkan, jadi tidak batal demi hukum (van rechtswege nietig atau null and void) tapi dapat dibatalkan atau vernietigbaar (voidable) karena sifat kekurangsempurnaan pencantuman syarat formal dianggap bernilai imperfect (kurang sempurna)
b) Kesalahan syarat formal tidak prinsipil sekali. Misalnya kesalahan penyebutan umur tidak dapat dijadikan alasan untuk membatalkan surat dakwaan. Kesalahan atau ketidak sempurnaan syarat formal dapat dibetulkan hakim dalam putusan, sebab pembetulan syarat formal surat dakwaan, pada pokoknya tidak menimbulkan seuatu akibat hukum yang dapat merugikan terdakwa.
penilaian serta dasar putusan pengadilan. Kesemuanya itu guna menentukan perbuatan apa yang telah terbukti, apakah perbuatan yang terbukti tersebut dirumuskan dalam surat dakwaan, siapa yang terbukti bersalah melakukan pebuatan yang di dakwakan itu.
6. Wewenang Penyusunan Surat Dakwaan
Pada prinsinya, hanya Jaksa Penuntut Umum yang berhak dan berwenang dalam menyusun surat dakwaan, mendakwa serta menghadapkan seseorang terdakwa kepada hakim di muka sidang pengadilan. Akan tetapi tentu terhadap prinsip umum ini terdapat pengecualian, pada tindak pidana acara ringan dan acara pelanggaran lalulintas jalan (Pasal 205 ayat (2) dan Pasal 212). Dalam acara pemeriksaan tindak pidana ringan seperti yang sudah pernah dijelaskan, penyidik atas kuasa penuntut umum menghadapkan dan mendakwa terdakwa kepada hakim dalam sidang pengadilan (Pasal 205 ayat (2)). Demikian juga pada acara pemeriksaan pelanggaran lalu lintas jalan, penyidik langsung menghadapkan terdakwa kepada hakim dalam sidang pengadilan. Namun demikian kedua pengecualian diatas, tidak mengurangi arti prinsip bahwa hanya jaksa yang berhak mendakwakan seseorang terdakwa yang melakukan tindak pidana kepada hakim di muka sidang pengadilan.
7. Bentuk Dakwaan
Penyusunan surat dakwaan, kecuali harus memenuhi syarat formal (Pasal 143 ayat (3) huruf a) dan syarat materiil (Pasal 143 ayat (2) huruf b) juga terikat dengan bentuk-bentuk surat dakwaan. Penyusunan surat dakwaan dikenal ada 5 (lima) bentuk (Anonim, 1985:24-28).
1) Tunggal
dan sederhana, sehingga surat dakwaan cukup dirumuskan dalam
bentuk tunggal. Bentuk surat dakwaan tunggal cukup merumuskan
dakwaan dalam bentuk surat dakwaan bersifat tunggal, yakni berupa
uraian yang jelas memenuhi syarat formal dan materiil yang diatur
Pasal 143 ayat (2) KUHAP (Yahya Harahap, 2000 : 399).
Dakwaan tunggal, apabila Jaksa Penuntut Umum berpendapat dan yakin benar bahwa:
a) Perbuatan yang dilakukan terdakwa hanya merupakan satu tindak pidana saja;
b) Terdakwa melakukan satu perbuatan, tetapi dalam beberapa ketentuan pidana (eendaadsche semenloop= Concursus idealis), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) KUHP;
c) Terdakwa melakukan perbuatan yang berlanjut (voorgezette handeling), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1) KUHP. 2) Surat Dakwaan Komulatif (Bersusun)
Surat dakwaan ini dibuat apabila ada beberapa tindakan pidana yang tidak ada hubungan antara tindak pidana yang satu dengan tindak pidana yang lain (berdiri sendirisendiri) atau dianggap berdiri sendiri, yang akan didakwakan kepada seorang terdakwa atau beberapa orang terdakwa.
Pada pokoknya surat dakwaan komulatif ini dipergunakan dalam hal kita menghadapi seseorang yang melakukan beberapa tindak pidana atau beberapa orang yang melakukan satu tindak pidana. Jadi surat dakwaan ini dipergunakan dalam hal terjadinya kumulasi, baik kumulasi perbuatan maupun kumulasi pelakunya, misalnya:
membuat tuntutan pidana harus diingat Pasal 63 sampai 71 KUHP yakni permintaan lamanya pidana paling berat adalah lamanya ancaman pidana terberat ditambah 1/3nya (H. Sasongko dan Tjuk Suharjanto, dalam buku M. Yahya 2000 : 393).
Dakwaan kumulasi ini dapat dibedakan atas dakwaan kumulasi dalam penyertaan melakukan tindak pidana dan dakwaan kumulasi dalam hal dilakukannya beberapa tindak pidana.
3) Surat Dakwaan Alternatif
Surat dakwaan ini dibuat apabila tindak pidana yang akan didakwakan pada terdakwa hanya satu tindak pidana, tetapi penuntut umum raguragu tentang pidana apa yang paling tepat untuk didakwakan sehingga surat dakwaan yang dibuat merupakan alternatif bagi hakim untuk memilikinya.
Biasanya dakwaan demikian, dipergunakan dalam hal antara kualifikasi tindak pidana yang satu dengan kualifikasi tindak pidana yang lain menunjukan corak atau ciri yang sama atau hampir sama, misalnya : Pencurian atau penadahan, penipuan atau penggelapan, pembunuhan atau penganiayaan yang mengakibatkan mati, dan lain sebagainya.
Surat dakwaan alternatif ini disebut dakwaan yang memberi kesempatan kepada hakim memilih salah satu diantara dakwaan yang diajukan dalam surat dakwaan, jadi bersifat dan membentuk alternative accusation atau alternative ten las te leggeng.
keberatannya dengan alasan dakwaan alternatif, pada dasarnya bertitik tolak dari pemikiran atau perkiraan, maka dari penjelasan diatas dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:
a) Untuk menghindari pelaku terlepas dari pertanggungjawaban Hukum Pidana (crime liabiality).
b) Memberi pilihan kepada hakim menerapkan hukum yang lebih tepat. Dengan bentuk dakwaan alternatif.
c) Hakim tidak terkait secara mutlak kepada salah satu dakwaan saja. Apabila terdakwa terlepas dari dakwaan yang satu, hakim masih bisa beralih memeriksa dan mempertimbangkan dakwaan berikutnya. Konsekuensi dari surat dakwaan alternatif adalah jika salah satu tindak pidana sudah terbukti maka tindak pidana lainnya dikesampingkan (M.Yahya Harahap, 2000:389390).
4) Surat Dakwaan Gabungan (Kombinasi)
Bentuk surat dakwaan kombinasi atau gabungan merupakan perkembangan praktek dalam penyusunan surat dakwaan.“Surat dakwaan ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan dalam praktek penuntutan agar terdakwa tidak lepas atau bebas dari dakwaan, yakni karena kompleknya masalah yang dihadapi penuntut umum”. Dalam menyusun surat dakwaan ini haruslah yang dihadapi penuntut umum. Dalam penyusunan surat dakwaan ini haruslah diperhitungkan dengan masakmasak oleh penuntut umum tentang tindak pidana yang akan didakwakan serta harus diketahui konsekuensi di dalam pembuktian dan penyusunan tuntutan pidana berdasarkan surat dakwaan yang dibuat. (Hari Sansongko dan Tjuk Suharjanto, dalam buku M. Yahya, 2000 : 392).
Kesatu :
Melanggar Pasal 340 KUHP, subsidiar melanggar Pasal
355 KUHP, lebih subsidiar melanggar Pasal 353 KUHP
Kedua :
Primer melangar Pasal 363 KUHP, atau subsidiar
melanggar Pasal 362 KUHP.
Ketiga :
Melanggar Pasal 285 KUHP
Pembuktian dakwaan kombinasi ini dilakukan terhadap setiap lapisan dakwaan. Jadi setiap lapisan dakwaan harus ada tindak pidana yang dibuktikan. Pembuktian pada setiap lapisan dakwaan tersebut dilaksanakan sesuai dengan bentuk lapisannya, apabila lapisannya bersifat subsidiar, maka pembuktian dilakukan secara berurut mulai dari lapisan teratas sampai kepada lapisan yang dipandang terbukti. Apabila lapisannya terdiri dari lapisan-lapisan yang bersifat alternatif, maka pembuktian dakwaan pada lapisan yang bersangkutan langsung dilakukan terhadap dakwaan yang dipandang terbukti
5) Surat Dakwaan Subsidiair
Bentuk surat dakwaan subsidiair bentuk dakwaan yang terdiri dari dua atau beberapa dakwaan yang disusun secara berurutan, mulai dari dakwaandakwaan tindak pidana yang terberat sampai kepada tindak pidana yang teringan. Pembuatan surat dakwaan subsidiair dalam praktek sering dikacaukan dengan pembuatan surat dakwaan alternatif. Dalam pembuatan surat dakwaan alternatif, penuntut umum raguragu tentang jenis tindak pidana yang akan didakwakan terhadap terdakwa, karena faktafakta dari berita acara pemeriksaan penyidikan kurang jelas terungkap jenis tindak pidananya. Sedangkan dalam dakwaan subsidiair penuntut umum tidak ragu tentang jenis tindak pidananya, tetapi yang dipermasalahkan adalah kualifikasi dari tindak pidana tersebut termasuk kualifikasi berat atau kualifikasi ringan. Contoh penyusunan dakwaan subsidiair adalah sebagai berikut:
Subsidiair
: Melanggar Pasal 338 KUHP (pembunuhan
biasa)
Lebih Subsidiair
: Melanggar Pasal 355 KUHP (penganiayaan
berat yang mengakibatkan mati)
Lebih Subsidiair lagi :
Melanggar
Pasal
353
KUHP
(penganiayaan berencana yang mengakibatkan
mati)
Lebih-lebih Subsidiar lagi
:
Melanggar Pasal 351 ayat 3
KUHP
(penganiayaan
biasa
yang
mengakibatkan mati).
Sebagai konsekuensi bila dakwaan dibuat secara subsidiair, maka dakwaan primair. Bila tidak terbukti diteruskan dengan dakwaan penggantinya (Subsidiair) dan seterusnya. Bila dakwaan utamanya tidak terbukti maka harus dikesampingkan dan dakwaan pengganti dibuktikan. Begitu pula sebaliknya bila dakwaan utama sudah terbukti maka dakwaan penggantinya harus dikesampingkan. Pada lazimnya ditinjau dari teori dan praktek bentuk dakwaan subsidiair diajukan apabila peristiwa tindak pidana yang terjadi menimbulkan suatu akibat, dan akibat yang timbul itu meliputi atau bertitik singgung dengan beberapa ketentuan pasal pidana yang saling berdekatan cara melakukan tindak pidana tersebut (M.Yahya Harahap, 2000:391)
b. Tinjauan Penuntut Umum
1. Pengertian Penuntut Umum
Pengertian tentang Penuntut Umum tertuang dalam Pasal 1 angka 6 KUHAP yang dijelaskan sebagai berikut :
a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Berkaitan dengan hal tersebut menurut Undang-undang Nomor 16
Tahun 2004 Pasal 1 ayat (1) yang disebut Penuntut Umum adalah jaksa
yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penuntutan
dan melaksanakan penetapan hakim.
2. Tugas dan Kewenangan Penuntut Umum
Penuntut umum mempunyai tugas dan kewenangan yang sangat penting dalam suatu perkara pidana, mulai perkara diungkap sampai akhir pemeriksaan selesai dan demi kepentingan hukum pihak-pihak yang bersangkutan. Di mana tugas dan kewenangannya adalah sebagai berikut:
a. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu.
b. Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4) KUHAP, dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik. c. Membuat surat dakwaan.
d. Melimpahkan perkara pidana ke pengadilan.
e. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah ditentukan.
f. Melakukan penuntutan.
g. Menutup perkara demi kepentingan hukum. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini.
h. Melaksanakan penetapan hakim (Pasal 14 KUHAP).
1. Pengertian Tindak Pidana
Menurut Adami Chazawi, (2002:67) Tindak Pidana dapat dikatakan berupa istilah resmi dalamperundang-undangan negara kita. Dalam hampir seluruh perundangundangan kita menggunakan istilah tindak pidana untuk merumuskasuatu tindakan yang dapat diancam dengan suatu pidana tertentu.
Menurut Wirjono Projodikoro (1986:55) bahwa istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu strafbaarfeit. Oleh pakar hukum pidana bahwa tindak pidana dalam penggunanya yaitu delik, sedangkan oleh para pembuat undang-undang menggunakan istilah perbuatan tindak pidana.
Terhadap perbuatan tindak pidana dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bentuk yaitu kejahatan dan pelanggaran. Kejahatan menunjuk suatu perbuatan yang menurut nilai-nilai kemasyarakat dianggap sebagai perbuatan tercela, meskipun tidak diatur secara tertulis dalam ketentuan undang-undang sedangkan pelanggaran mengarah pada perbuatan yang oleh masyarakat bukan sebagai perbuatan tercela dan sifatnya terlarang setelah perbuatan itu dinyatakan dalam undang-undang (Moelyatno, 2002: 18)
2. Tindak Pidana Pemerasan
Tindak pidana pemerasan biasa pula disebut sebagai tindak pidana pengancaman. Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 368 KUHP:
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain, atau supaya memberikan hutang maupun menghapus piutang, diancam, karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.
Menurut R. Soesilo (1995:256) unsur-unsur yang ada dalam pasal ini adalah sebagai berikut:
b. Untuk memberikan barang yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang itu sendiri atau kepunyaan orang lain, atau membuat utang atau menghapuskan piutang;
c. Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak;
d. Memaksanya dengan memakai kekerasan atau ancaman kekerasan.
Memaksa yang dimaksud disini adalah melakukan tekanan kepada orang, sehingga orang tersebut mellakukan sesuatu yang berlawanan dengan kehendak sendiri. Memaska disini juga termasuk jika orang yang berada dalam tekanan menyerahkan barangnya sendiri.
Definisi memaksa dapat dilihat dalam Pasal 89 yang berbunyi : “ yang disamakan melalui kekerasan itu, membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya lagi (lemah) ”.
Menurut Soesilo (1995;98) yang dimaksud dengan kekerasan disni adalah menggunakan kekuatan jasmani dan kekuatan jasmani ini penggunaannya tidak kecil. Kekerasan dalam pasal ini termasuk didalamnya adalah memukul dengan tangan, menendang dan sebagainya.
Unsur ini mensyaratkan bahwa dengan adanya kekerasan atau ancaman kekerasan ini, pemilik barang menyerahkan barang tersebut kepada pelaku. Penggunaan kekerasan ini harus berdasarkan niat agar pemilik barang menyerahkan barangnya.
Menurut Andi Hamzah (2009;89) maksud untuk menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan ini adalah menguntungkan diri sendiri atau orang lain merupakan tujuan terdekat dari penggunaan kekerasan tersebut.
Adapun beberapa pendapat para pakar dalam memberiikan pandangan mengenai pengertian dari melawan hukum itu sendiri sebagaimana yang dikemukakan oleh Simons dalam E.Y. Kanter dan S.R.
terkait dengan pengertian melawan hukum dalam E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi (2002:143) mempersamakan “ tindakan yang tidak sesuai dengan hukum ” dengan “ bersifat melawan hukum “. Pendapat lain dari pakar yakni sebagaimana yang dikemukakan Moeljatno dan Roeslan Saleh dalam E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi (2002:143) mengemukakan bahwa lebih cenderung pada pendapat bahwa bersifat melawan hukum harus diartikan dengan bertentangan dengan hukum.
Dari beberbagai pandangan para pakar dalam memberikan pengertian terhadap melawan hukum maka dapat disimpulkan bahwa bersifat melawan hukum, berarti bertentangan dengan hukum, atau tidak sesuai dengan larangan atau keharusan hukum, atau menyerang suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum (hukum positif yang berlaku).
d. Tinjauan Umum Terhadap Penyertaan
1. Pengertian Penyertaan (Deelneming)
Kata deelneming berasal dari bahasa Belanda dari kata deenemen yang berarti menyertai dan deelneming diartikan sebagai penyertaan, dalam hukum pidana sering terjadi suatu tindak pidana dilakukan lebih dari satu orang.
Menurut Satochid Kartanegara (Leden Marpaung 2008:77) deelneming berarti apabila satu tindak pidana tersangkut beberapa orang atau lebih dari satu orang. Pengertian ini dibantah oleh Leden Marpaung (2008:77) yang mengatakan bahwa orang-oarang tersebut haruslah mampu bertanggung jawab.
Menurut Leden Marpaung (2008:77) deelneming memiliki dua sifat yaitu deelneming yang bersifat berdiri sendiri yaitu pertanggungjawaban dari setiap pelaku dihargai sendiri-sendiri dan deelneming yang yang tidak beridiri sendiri yaitu pertanggungjwaban dari pelaku digantungkan pada perbuatan pelaku lainnya.
Pasal 55 KUHP
a. Dihukum sebagai pelaku tindak pidana
1) Mereka yang melakukan, menyuruh melakukan, atau turut melakukan perbuatan itu;
2) Mereka yang memberi, menjanjikan sesuatu, salah memakai kekuasaan atau martabat dengan kekerasan, paksaan atau ancaman atau penyesatan atau memberikan kesempatan, ikhtiar atau keterangan, sengaja membujuk supaya perbuatan itu dilakukan.
b. Tentang orang-orang yang disebutkan belakangan, hanyalah perbuatan yang dibujuk dengan sengaja yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.
Pasal 56 KUHP:
Sebagai pembantu melakukan kejahatan dihukum :
a. Mereka dengan sengaja membantu waktu kejahatan dilakukan
b. Mereka dengan sengaja memberiikan kesempatan, ikhtiar atau keterangan untuk melakukan kejahatan.
Pada Pasal 55 dan 56 KUHP tersebut diatas dapat dijumpai lima peran pelaku yaitu :
a. Orang yang melakukan (dader)
b. Orang yang menyuruh melakukan (doenpleger) c. Orang yang turut melakukan (medepleger) d. Orang yang sengaja membujuk (uitlokker)
e. Orang yang membantu melakukan (medeplichtige) 2. Bentuk-bentuk Penyertaan
Dader dalam bahasa Belanda berarti pembuat. Kata dader berasal dari kata daad yang berarti membuat. Sedangkan dalam bahasa Inggris pelaku disebut dengan doer.
Menurut Leden Marpaung (2008:78) yang dimaksud dengan pelaku adalah orang yang memenuhi semua unsur tindak pidana yang diatur dalam undang-undang. Pelaku dapat diketahui dari jenis tindak pidana yaitu :
a) Tindak pidana formil, pelakunya adalah orang yang memenuhi perumusan tindak pidana dalam undang-undang;
b) Tindak pidana materiil, pelaku yaitu orang yang menimbulkan akibat yang dilarang dalam perumusan tindak pidana;
c) Tindak pidana yang memuat unsur kualitas atau kedudukan, pelakunya adalah orang yang memiliki unsur kedudukan atau kualitas sebagaimana yang dirumuskan.
Secara umum orang yang melakukan dapat didefinisikan sebagai orang yang memenuhi seluruh unsur tindak pidana yang dirumuskan didalam undang-undang.
2) Orang yang menyuruh melakukan (Doenpleger)
Orang yang menyuruh melakukan berarti orang yang berniat atau berkehendak untuk melakukan suatu tindak pidana namun tidak melakukannya sendiri, tetapi melaksanakan niatnya dengan menyuruh orang yang tidak mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya. Orang yang disuruh melakukan disebut manus manistra.
Orang yang disuruh melakukan perbuatan tersebut atau manus manistra tidak dapat dimintai pertanggungjwaban atas perbuatan yang disuruhkan tersebut sehingga tidak dapat dihukum. Hal ini sesuai dengan yurisprudensi Mahkamah Agung Putusan Nomor 137 K/ Kr/ 1956 tanggal 1 Desember 1956.
3) Orang yang turut melakukan (medeplager)
Orang yang turut melakukan atau orang yang secara bersama-sama melakukan suatu tindak pidana haruslah memenuhi dua unsur berikut :
a) Harus ada kerjasama;
b) Harus ada kesadaran kerjasama.
Setiap orang yang sadar untuk melakukan suatu tindak pidana atau kejahatan secara bersama-sama, bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari ruang lingkup kerjasamanya. Artinya jika salah seorang pelaku melakukan tindak pidana yang berada diluar ruang lingkup tindak pidana maka pelaku tersebut mempertanggung-jwabkan perbuatannya sendiri.
4) Orang yang sengaja membujuk (uitlokker)
Menurut Laden Marpaung (2008;85) unsur-unsur yang ada didalam uitlokker yaitu :
a) Kesengajaan pembujuk ditujukan kepada dilakukannya delik atau
tindak pidana tertentu oleh yang dibujuk.
b) Membujuk dengan cara yang ditentukan dalam Pasal 55 ayat (1) sub
dua KUHP yaitu dengan pemberian, perjanjian, salah memakai
kekuasaan, menyalah gunakan kekuasaan, kekerasan, ancaman, tipu
daya, dan memberiikan kesempatan, ikhtiar atau keterangan.
c) Orang yang dibujuk sungguh-sungguh telah terbujuk untuk melakukan
tindak pidana tertentu
d) Orang yang terbujuk benar-benar melakukan tindak pidana, atau
setidak-tidaknya percobaan atau
poging.
5) Membantu (Medeplichtgheid)
Unsur membantu dalam hal ini memiliki dua unsur yaitu unsur objektif yang terpenuhi apabila perbuatannya tersebut memang dimaksudkan untuk memudahkan terjadinya suatu tindak pidana. Kemudian unsur subjektif terpenuhi apabila pelaku mengetahui dengan pasti bahwa perbuatannya tersebut dapat mempermudah terjadinya tindak pidana.
2. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Kerangka di atas menjelaskan alur penulis dalam memberikan jawaban atas permasalahan dalam penulisan hukum. Alur berpikir dimulai dari adanya
Tindak Pidana
Pemerasan
Penyusunan
Surat Dakwaan
Penyatuan Para
Terdakwa
Putusan
Sidang
Implikasi
Yuridis
Efektifitas Waktu
dan Biaya
tindak pidana pemerasan yang dilakukan oleh beberapa orang yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri Boyolali pada Putusan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl.
Proses penyusunan surat dakwaan oleh Penuntut Umum dilakukan dengan menggabungkan para terdakwa dengan pertimbangan bahwa para terdakwa telah melakukan satu tindak pidana pemerasan secara bersama. Terkait dasar pertimbangan yang penuntut umum gunakan adalah agar efektif dan efisien dalam pembuatan surat tuntutan.
34
A. Analisis Penyatuan Beberapa Terdakwa Dalam Satu Berkas Dakwaan Pada Putusan Perkara Pemerasan Nomor: 89/Pid.B/2014/ PN.Byl Berdasarkan KUHAP
1. Identitas Terdakwa
Identitas para terdakwa tindak pidana pemerasan, seperti yang tercantum dalam Putusan perkara Nomor 89/Pid.B/2014/ PN.Byl adalah sebagai berikut :
b. Terdakwa I
Nama lengkap : Wachyu Nugroho Bin Aliman;
Tempat lahir : Cimahi;
Umur/tanggal lahir : 33 Tahun/03 Oktober 1981;
Jenis kelamin : laki-laki
Kebangsaan : Indonesia;
Tempat tinggal : Dukuh Blulukan II RT.001/006 Blulukan
Colomadu, Kabupaten Karanganyar;
Agama : Islam;
Pekerjaan : Swasta;
c. Terdakwa II
Nama lengkap : Sukisno Alias Ciu ;
Tempat lahir : Boyolali;
Umur/tanggal lahir : 27 Tahun /26 Desember 1987
Kebangsaan : Indonesia;
Tempat tinggal : Dukuh Kemel RT.03/09 Kedunglengkong,
Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali;
Agama : Islam;
Pekerjaan : Swasta;
d. Terdakwa III
Nama lengkap : Sri Wahyuni Alias Leni;
Tempat lahir : Kediri;
Umur/tanggal lahir : 25 Tahun/01 Pebuari 01 Pebuari 1989;
Jenis kelamin : Perempuan;
Kebangsaan : Indonesia;
Tempat tinggal : Kampung Gandekan RT. 04/01 Gendekan,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta;
Agama : Islam;
Pekerjaan : Swasta;
2. Posisi Kasus
a. Terdakwa I Wachyu Nugroho Bin Aliman;
Bahwa pada Hari Selasa Tanggal 28 Februari 2014, sekira Pukul 15 .00 WIB, di tepi jalan raya Andong-Klego Boyolali. Awal mula kejadian ketika terdakwa diajak oleh Wahyu (melarikan diri) untuk mengendarai sepeda motor, dari Solo Terdakwa Membonceng tardakwa Sri, dan Wahyu (melarikan diri) berboncengan dengan Terdakwa Sukisno. Sesampai di Jl. Andong-Kelego para terdakwa melihat anak kecil menggendarai sepeda motor Yamaha Jupiter Z yang tidak ada plat nomornya. Kemudian penggendara sepeda motor tersebut terdakwa minta berhenti, dan setelah berhenti, terdakwa minta agar pengendara sepeda motor tersebut menunjukan STNK dan ternyata pengendara sepeda motor tersebut tidak membawa STNK kendaraanya. Terdakwa menggaku sebagai petugas Polisi yang bertugas mencari sepeda motor yang bermasalah, dan kemudian sepeda motor saksi korban terdakwa ambil dan saksi korban dibonceng oleh Terdakwa Sukisno menuju Pangkalan Ojek Desa Bade. Ketika para terdakwa menggambil sepeda motor saksi korban para terdakwa menggunakan Foto Copy Berita Acara Serah Terima Kendaraan (BASTK). Para terdakwa tidak merencanakan perbuatan tersebut sebelumnya, terdakwa melakukan perbuatan ini karena diajak saudara Wahyu yang mengajak menarik motor. Ketika Terdakwa bekerja di PT. Nusantara Sakti Kartosuro setiap melakukan penarikan motor, terdakwa dibekali dengan surat jalan atau surat perintah. Bahwa sepeda motor milik saksi korban akhirnya di bawa kerumah Sentot dan dijual dengan harga Rp.1.900.000,- masing masing terdakwa mendapat bagian Rp.400.000,- dan sisanya untuk oprasional. Bahwa terdakwa sudah menikmati hasil perbuatan terdakwa.
b. Terdakwa II Sukisno Alias Ciu;
motor tersebut terdakwa minta berhenti, dan setelah berhenti, terdakwa minta agar pengendara sepeda motor tersebut menunjukan STNK dan ternyata pengendara sepeda motor tersebut tidak membawa STNK kendaraanya. Terdakwa menggaku sebagai petugas Polisi yang bertugas mencari sepeda motor yang bermasalah, dan kemudian sepeda motor saksi korban terdakwa ambil dan saksi korban dibonceng oleh Terdakwa Sukisno menuju Pangkalan Ojek Desa Bade. Ketika para terdakwa menggambil sepeda motor saksi korban para terdakwa menggunakan Foto Copy Berita Acara Serah Terima Kendaraan (BASTK). Para terdakwa tidak merencanakan perbuatan tersebut sebelumnya, terdakwa melakukan perbuatan ini karena diajak saudara Wahyu yang mengajak menarik motor. Ketika Terdakwa bekerja di PT. Nusantara Sakti Kartosuro setiap melakukan penarikan motor, terdakwa dibekali dengan surat jalan atau surat perintah. Sepeda motor milik saksi korban akhirnya di bawa kerumah Sentot dan dijual dengan harga Rp.1.900.000, masing masing terdakwa mendapat bagian Rp.400.000,- dan sisanya untuk oprasional dan ahwa terdakwa sudah menikmati hasil perbuatan terdakwa.
c. Terdakwa III Sri Wahyuni Alias Leni
(BASTK). Para terdakwa tidak merencanakan perbuatan tersebut sebelumnya, terdakwa melakukan perbuatan ini karena diajak saudara Wahyu yang mengajak menarik motor. Ketika Terdakwa bekerja di PT. Nusantara Sakti Kartosuro setiap melakukan penarikan motor, terdakwa dibekali dengan surat jalan atau surat perintah. Sepeda motor milik saksi korban akhirnya di bawa kerumah Sentot dan dijual dengan harga Rp.1.900.000,- dan masing masing terdakwa mendapat bagian Rp.400.000,- sisanya untuk oprasional dan terdakwa sudah menikmati hasil perbuatan terdakwa.
3. Dakwaan Penuntut Umum
Hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai dakwaan penuntut umum adalah dakwaan tunggal. Dakwaan tunggal, yaitu dakwaan-nya hanya satu/tunggal dan tindak pidana yang digunakan apabila berdasarkan hasil penelitian terhadap materi perkara hanya satu tindak pidana saja yang dapat didakwakan. Dalam dakwaan ini, terdakwa hanya dikenai satu perbuatan saja, tanpa diikuti dengan dakwaan-dakwaan lain. Dalam menyusun surat dakwaan tersebut tidak terdapat kemungkinan-kemungkinan alternatif, atau kemungkinan untuk merumuskan tindak pidana lain sebagai penggantinya, maupun kemungkinan untuk mengkumulasikan atau mengkombinasikan tindak pidana dalam surat dakwaan. Penyusunan surat dakwaan ini dapat dikatakan sederhana, yaitu sederhana dalam perumusannya dan sederhana pula dalam pembuktian dan penerapan hukumnya.
Terkait dakwaan tunggal yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum didasarkan pada pertimbangan :
menggunakan sepeda motor Yamaha Mio Sporty warna hitam menuju ke daerah jalan raya Andong-Klego Kab. Boyolali;
d. Bahwa sesampainya di pinggir jalan raya Andong-Klego Kab. Boyolali para terdakwa dan sdr. Totok Wahyudianto menunggu orang yang akan dijadikan sebagai sasaran yaitu orang yang mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan plat nomor;
e. Bahwa tidak berapa lama kemudian saksi korban Muh. Irfan Bayu Prasetya lewat di tempat para terdakwa dan saksi Totok Wahyudianto, dengan menggunakan sepeda motor Yamaha Jupiter Z tahun 2004, warna orange Nopol: AD-5275-EA , yang pada waktu itu kendaraan yang dikendarai oleh saksi korban Muh. Irfan Bayu Prasetya tidak menggunakan plat nomor;
f. Bahwa mengetahui sepeda motor yang dikendarai oleh saksi korban Muh. Irfan Bayu Prasetya tidak menggunakan plat nomor, lalu terdakwa I. Wachyu Nugroho Bin Aliman dan terdakwa II. Sukisno alias Ciu Bin Suwarno langsung menghadang saksi korban, sedangkan terdakwa III. Sri Wahyuni alias Leni dan sdr. Totok Wahyudianto mengawasi dari kejauhan, kemudian terdakwa I. Wachyu Nugroho Bin Aliman dan terdakwa III. Sukisno alias Ciu Bin Suwarno langsung menghentikan secara mendadak sepeda motor saksi korban dengan cara terdakwa I. Wachyu Nugroho Bin Aliman dan terdakwa II. Sukisno alias Ciu Bin Suwarno langsung berhenti di depan sepeda motor saksi korban kemudian thothok lampu sepeda motor saksi korban ditahan dengan tangan terdakwa kemudian saksi korban ditakut-takuti oleh para terdakwa dengan cara mengaku sebagai anggota Polisi gabungan dari Boyolali dan para terdakwa mengatakan kalau sepeda motor saksi korban sedang bermasalah, kemudian saksi korban juga diberi selembar surat yang kata para terdakwa sebagai bukti untuk meyakinkan saksi korban kalau sepeda motornya bermasalah ;
untuk dijual kepada sdr. Sentot (DPO) dan laku sebesar Rp. 1.900.000,- (satu juta Sembilan ratus ribu rupiah);
h. Bahwa uang hasil penjualan tersebut selanjutnya dibagi rata masing-masing mendapat bagian Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah) sedangkan sisanya yang Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) digunakan untuk biaya operasional;
Berdasarkan hasil penelitian terhadap materi perkara ini, bentuk dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini adalah dakwaan tunggal. Dalam dakwaan ini, terdakwa hanya dikenai satu perbuatan saja, tanpa diikuti dengan dakwaan-dakwaan lain. Yaitu terdakwa didakwa melanggar pasal 368 KUHP ayat (1) KUHP jo Pasal 365 ayat (2) ke-2. Dengan dakwaan Penuntut Umum, hukuman pidana penjara 9 bulan. Fakta-fakta tersebut adalah, para terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana pemerasan, yaitu Muh. Irfan Bayu Prasetya, dalam hal ini ialah 1 (satu) Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z Nopol : AD-5275-EA hitam orange tahun 2004;- Dikembalikan kepada saksi korban Muh. Irfan Bayu Prasetya dan 1 (satu) Sepeda Motor Yamaha mio Soul GT Nopol : AD-6717- VW;- Dikembalikan kepada saksi Eni Puji Lestari;
Namun sebenarnya dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum dapat juga dilakukan dengan dakwaan kumulatif. Hal ini mengingat bahwa penyatuan beberapa terdakwa dalam Putusan Nomor : 89/Pid.B/2014/PN.Byl melibatkan beberapa terdakwa seperti yang dimaksud dalam Pasal 141 KUHAP. Selain itu tuntutan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum sudah dilakukan secara cermat, jelas dan lengkap dengan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan dan dapatdikaitkan dengan fakta perbuatan para terdakwa yang dilengkapi dengan uraian tentang waktu dan tempat dilakukannya tindak pidana.
4. Tuntutan Penuntut Umum
Penuntut Umum mengajukan tuntutan pidana yang dibacakan di persidangan yang pada pokoknya supaya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Boyolali yang memeriksa dan mengadili perkara ini menjatuhkan putusan sebagai berikut :
a. Menyatakan para terdakwa masing-masing terbukti bersalah melakukan tindak pidana “Pemerasan” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 368 ayat 1 KUHP jo Pasal 365 ayat 2 ke-2 KUHP;
b. Menjatuhkan pidana kepada para terdakwa masing-masing dengan pidana penjara selama 8 (delapan) bulan dikurangi selama para terdakwa ditahan dengan perintah tetap ditahan;
c. Menyatakan barang bukti berupa :
1) 1 (satu) Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z Nopol : AD-5275-EA hitam orange tahun 2004;- Dikembalikan kepada saksi korban Muh. Irfan Bayu Prasetya; 2) 1 (satu) Sepeda Motor Yamaha mio Soul GT Nopol : AD-6717- VW;-
Dikembalikan kepada saksi Eni Puji Lestari;
3) Fotokopi BASTK ( Berita Acara Serah Terima Kendaraan)
d. Menetapkan supaya para terdakwa masing-masing dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah);
5. Pertimbangan Hakim
Pertimbangan Hakim terkait tuntutan Jaksa terhadap para terdakwa pelaku tindak pemerasan di atas adalah sebagai berikut :
Menimbang, bahwa para terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan Tunggal, maka Majelis Hakim akan langgsung mempertimbangkan dakwaan Tunggal sebagaimana diatur dalam Pasal 368 ayat (1) KUHP Jo Pasal 365 ayat 2 Ke (2) KUHP, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
a. Unsur Barang Siapa;
c. Memaksa Seseorang Dengan Kekerasan Atau Ancaman Kekerasan Untuk Memberikan Barang Sesuatu Yang Seluruhnya Atau Sebagian Kepunyaan Orang Lain, Atau Supaya Membuat Hutang Maupun Menghapus Piutang;-
d. Perbuatan Tersebut Dilakukan Oleh Dua Orang Atau Lebih Dengan Bersekutu; Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut:
a. Unsur “Barang Siapa”;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “Barang siapa” adalah unsur yang menunjuk pada subyek hukum atau pelaku dari suatu tindak pidana yang mampu bertanggung jawab dan/dapat mempertanggung-jawabkan perbuatannya karena pada hakekatnya subyek hukum mempunyai hak dan kewajiban yang dapat dipertanggungjawabkan pelaksanaannya;
Menimbang, bahwa apakah orang sebagai subyek hukum tersebut adalah Para Terdakwa haruslah dibuktikan terlebih dahulu mengenai adanya perbuatan akibat dari tindak pidana yang terjadi;
Menimbang, dalam perkara ini Para Terdakwa “Wachyu Nugroho Bin Aliman, Sukisno Alias Ciu, Sri Wahyuni alias Leni” sebagai subyek hukum selama persidangan dapat menjawab dengan baik segala sesuatu yang berkaitan dengan Dakwaan yang diajukan kepadanya, dengan demikian para Terdakwa adalah Subyek Hukum yang mampu bertanggung jawab atas perbuatannya ;
Bahwa dengan demikian Hakim mempertimbangkan dan memutuskan bahwa unsur “Barang siapa” telah terpenuhi;
b. Unsur ”Dengan Maksud Menguntungkan Diri Sendiri Atau Orang Lain Secara Melawan Hukum”;
Menimbang bahwa makna kata secara melawan hukum artinya adalah melawan hak atau tidak berhak atau bertentangan dengan hukum; Menimbang, bahwa perbuatan secara melawan hukum harus dengan tegas dibuktikan. Pelaku melakukan perbuatan itu tanpa hak/kekuasaan. Jika digabung dari perbuatan pelaku tidak dapat menunjukan suatu ketentuan hukum yang berlaku bagi dasarnya bahwa ia sah memiliki barang tersebut;
Menimbang bahwa dalam persidangan terungkap bahwa para terdakwa Baik itu terdakwa I, Terdakwa II, Terdakwa III masing masing tidak ada yang memiliki alasan yang sah menurut hukum untuk memiliki atau menguasai sepeda motor saksi korban, perbuatan para terdakwa selaku pihak yang tidak memiliki hak untuk menguasai sepeda motor saksi korban, mengambil dengan cara melawan hak yakni dengan cara melakukan tipu muslihat seolah olah sepeda motor saksi korban adalah sepeda motor yang akan ditarik oleh dealer karena tidak membayar angsuran kredit, dan para terdakwa juga mengaku ngaku sebagai petugas polisi pada saat menggambil sepeda motor saksi korban;
c. Unsur ”Memaksa Seseorang Dengan Kekerasan Atau Ancaman Kekerasan Untuk Memberikan Barang Sesuatu Yang Seluruhnya Atau Sebagian Kepunyaan Orang Lain, Atau Supaya Membuat Hutang Maupun Menghapus Piutang ”;
Menimbang bahwa yang dimaksud dengan memaksa disini adalah melakukan tekanan pada seseorang sedemikian rupa, sehingga orang itu mau melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kehendaknya sendiri. Sedangkan pengertian barang adalah semua benda yang berwujud , baik begerak maupun tidak begerak, selain itu benda benda yang bernilai uang pada benda benda yang tidak bernilai uang, asal bertentangan dengan pemiliknya (melawan hukum), juga dapat dimaknai yang sama;
Menimbang bahwa barang tersebut haruslah sebagian atau seluruhnya harus milik orang lain. Mengambil barang yang tidak dimiliki seeorang tidak dapat dikenakan dengan pasal ini;
saksi korban dalam perbuatan merampas barang yang berupa sepeda motor yang saat kejadian dikendarai oleh saksi korban tanpa plat nomor. Dengan alasan bahwa para terdakwa adalah petugas polisi para terdakwa berhasil menakut nakuti saksi korban dan menggambil motor yang dikendarai saksi korban, hingga berada dalam kekuasaan para terdakwa. Setelah motor milik saksi korban berada dalam pengguasaan para terdakwa, para terdakwa menyerahkan selembar kertas dan meminta saksi korban untuk mengambil motornya tersebut di kantor polisi;
Menimbang bahwa berdasarkan urayan di atas Unsur ” Memaksa Seseorang Dengan Kekerasan Atau Ancaman Kekerasan Untuk Memberikan Barang Sesuatu Yang Seluruhnya Atau Sebagian Kepunyaan Orang Lain, Atau Supaya Membuat Hutang Maupun Menghapus Piutang ” telah terpenuhi;
d. Unsur ”Perbuatan Tersebut Dilakukan Oleh Dua Orang Atau Lebih Dengan Bersekutu”; -
Menimbang bahwa uraian dari unsur Pencurian Dilakukan Oleh Dua Orang Atau Lebih, dalam hal ini kedua orang atau lebih tersebut harus bertindak sedagai pembuat atau turut melakukan;
Menimbang bahwa dalam persidangan terungkap bahwa para terdakwa dalam melakukan aksinya mengambil sepeda motor milik saksi korban, sangatlah tertata masing masing Terdakwa telah memiliki tugas yang jelas, sehingga perbuatan terdakwa tersebut dapat terlaksana dengan baik; Bahwa para terdakwa ada yang bertugas menyediakan motor sebagai fasilitas untuk melaksanakan aksinya, ada yang bertugas menghentikan korban, ada yang bertugas menyediakan kertas Foto Copy BASTKB, dan ada juga yang bertugas mengawasi keadaan atau situasi;
Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya;
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa mampu bertanggung jawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap terdakwa telah dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan terhadap terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan;
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di persidangan untuk selanjutnya dipertimbangkan sebagai berikut;
1) 1 (satu) unit sepeda Motor Yamaha Jupiter Z Nopol AD 5275 EA Hitam Orange Tahun 2004, barang bukti tersebut yang telah disita dari saksi Muh Irfan Bayu Prasetya maka akan dikembalikan dari mana bukti tersebut disita ;
2) 1 (satu) unit sepeda Motor Yamaha Mio Soul GT Nopol AD 6717 VW barang bukti tersebut adalah milik Saksi Eni Puji Lestari maka barang bukti tersebut akan dikembalikan kepada pemiliknya;
3) Fotokopi BASTK ( berita acara serah terima kendaran), tetap terlampir dalam berkas perkara; Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan;
Selain berbagai pertimbangan di atas, dalam memutuskan hukuman bagi para terdakwa Hakim juga menyampaikan beberapa pertimbangan baik yang meringankan maupun yang memberatkan, yaitu :
Terkait hal ini, hakim menyampaikan beberapa hal yang memberatkan para terdakwa, bahwa :
1) Perbuatan para terdakwa meresahkan masyarakat; 2) Perbuatan terdakwa bisa membuat trauma saksi korban; b. Keadaan yang meringankan:
Disamping menyampaikan beberapa pertimbangan terkait hal-hal yang memberatkan, hakim juga menyampaikan beberapa faktor yang meringankan bagi para terdakwa, yaitu :
1) Para Terdakwa berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatanya ; 2) Terdakwa bersifat sopan didalam persidangan;
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dijatuhi pidana maka haruslah dibebani pula untuk membayar ongkos perkara;
6. Putusan Hakim
Dari berbagai pertimbangan di atas, maka Hakim menyampaikan putusan terkait tindak pidana yang dilakukan oleh para terdakwa seperti yang tercantum dalam Perkara Nomor: 89/Pid.B/2014/PN.Byl, sebagai berikut :
MenyatakanTerdakwa I. Wachyu Nugroho Bin Alimin, II. Sukisno Alias Ciu, III. Sri Wahyuni Alias Leni tersebut diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pemerasan”;
Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa I. Wachyu Nugroho Bin Alimin, II. Sukisno Alias Ciu, III. Sri Wahyuni Alias Leni oleh karena itu dengan pidana penjara masing masing selama 6 (enam) bulan.
Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani para terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan;
1) 1 (satu) unit sepeda Motor Yamaha Jupiter Z Nopol AD 5275 EA Hitam Orange Tahun 2004, dikembalikan kepada Muh Irfan Bayu Prasetya ;
2) 1 (satu) unit sepeda Motor Yamaha Mio Soul GT Nopol AD 6717 VW dikembalikan kepada Saksi Eni Puji Lestari;
3) Fotokopi BASTK (berita acara serah terima kendaran), tetap terlampir dalam berkas perkara;
c. Membebankan kepada para terdakwa membayar biaya perkara masing- masing sejumlah Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah);
B. Implikasi Yuridis Penyatuan Beberapa Terdakwa Oleh Penuntut Umum Dalam Satu Berkas Dakwaan Pada Perkara Nomor: 89/Pid.B/2014/PN.Byl
1.
Hasil Penelitian
Mengkaji mengenai implikasi yuridis konstruksi hukum terhadap
penjatuhan vonis, harus dilihat ancaman pasal yang didakwakan, tuntutan
maupun putusan yang dijatuhkan. Implikasi yuridis akan diketahui ketika
membandingkan ketiga dokumen yakni dakwaan, tuntutan dan putusan
tersebut. Sebelum membahas lebih jauh, berikut ini adalah hasil pencermatan
terhadap ketiga dokumen yang dimaksud.
Bahwa terkait pelanggaran hukum yang dilakukan oleh para terdakwa
dalam kasus pemerasan seperti yang tercantum dalam Perkara Nomor:
89/Pid.B/2014/PN.Byl, Jaksa Penuntut Umum menjatuhkan dakwaan tunggal
yaitu para terdakwa telah melanggar Pasal 368 ayat 1 KUHP jo Pasal 365 ayat
2 ke-2 KUHP.
terdakwa masing-masing dengan pidana penjara selama 8 (delapan) bulan
dikurangi selama para terdakwa ditahan dengan perintah tetap ditahan;
Menyatakan barang bukti berupa 1 (satu) Sepeda Motor Yamaha
Jupiter Z Nopol : AD-5275-EA hitam orange tahun 2004;- Dikembalikan
kepada saksi korban Muh. Irfan Bayu Prasetya; 1 (satu) Sepeda Motor
Yamaha mio Soul GT Nopol : AD-6717- VW;- Dikembalikan kepada saksi
Eni Puji Lestari; Fotokopi BASTK ( Berita Acara Serah Terima Kendaraan).
Menetapkan supaya para terdakwa masing-masing dibebani memba yar biaya
perkara sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah);
Berdasarkan tuntutan tersebut, Hakim menyampaikan putusannya
yaitu menjatuhkan pidana kepada Terdakwa I. Wachyu Nugroho Bin Alimin,
II. Sukisno Alias Ciu, III. Sri Wahyuni Alias Leni oleh karena itu dengan
pidana penjara masing masing selama 6 (enam) bulan dan menetapkan para
terdak wa tetap ditahan serta membebankan kepada para terdakwa membayar
biaya perkara masing- masing sejumlah Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah);
Berdasarkan dakwaan Penuntut Umum menuntut pidana terdakwa
dengan dakwaan tunggal dengan ancaman pidana penjara yang dimulai dari
dakwaan tindak pidana yang terberat sampai kepada dakwaan tindak pidana
yang teringan.
Dokumen tuntutan penuntut umum di atas penuntut umum menuntut
terdakwa Terdakwa I. Wachyu Nugroho Bin Alimin, II. Sukisno Alias Ciu,
III. Sri Wahyuni Alias Leni oleh karena itu dengan pidana penjara masing
masing selama 6 (enam) bulan. Tuntutan tersebut dikarenakan terdakwa telah
terbukti bersalah melakukan tindak pidana pemerasan.
dijatuhi pidana penjara selama 8 (delapan) bulan oleh Majelis Hakim.
Dakwaan yang diajukan Penuntut Umum yang terbukti adalah dakwaan
tunggal.
Ancaman untuk tindak pidana pencurian dalam dakwaan tersebut
dengan ancaman pidana penjara pada dakwaan primer maksimal 12 tahun
pidana penjara dan dakwaan subsidair maksimal maksimal 7 tahun pidana
penjara. Namun Penuntut Umum menuntut terdakwa hanya pidana penjara
vonis 8 bulan pidana penjara.
2.
Pertimbangan Hakim
Berdasarkan dakwaan, tuntutan dan putusan, dapat dinyatakan bahwa
terkait penyatuan terdakwa oleh Jaksa Penuntut Hakim dalam kasus
pemerasan yang dilakukan para terdakwa, Hakim menyatakan bahwa hal
tersebut dapat dilaksanakan dalam upayanya untuk menyingkat waktu
pelaksanaan sidang dan penghematan biaya. Selain itu Hakim juga
menyatakan bahwa pelaksanaan penyatuan terdakwa dalam sidang perkara
pemerasan juga telah disetujui oleh para terdakwa. Dengan demikian secara
hukum hal ini tidak bertentangan atau melanggar ketentuan hukum yang
berlaku.
Bentuk dakwaan yang dibuat Penuntut Umum adalah bentuk dakwaan
tunggal dengan dakwaan melanggar Pasal 368 ayat 1 KUHP jo Pasal 365 ayat
2 ke-2 KUHP.
Bentuk dakwaan penuntut umum merupakan dakwaan tunggal di mana
pembuktian dakwaan dilakukan secara berurut dengan dimulai pada
dakwaan tindak pidana yang diancam dengan pidana terberat sampai kepada
dakwaan tindak pidana yang diancam dengan pidana ringan hingga dakwaan
yang dipandang terbukti.
Proses pembuktian yang dilakukan Majelis Hakim berkaitan dengan
dakwaan Penuntut Umum yakni dipertimbangkan terlebih dahulu dakwaan
primernya, apabila dakwaan primer terbukti, maka dakwaan subsider
selanjutnya tidak perlu dibuktikan, namun apabila dakwaan primer tidak
terbukti, maka dakwaan selanjutnya barulah akan dipertimbangkan dan
seterusnya.
Dakwaan tunggal yang melanggar Pasal 368 ayat 1 KUHP jo Pasal
365 ayat 2 ke-2 KUHP yang memiliki unsur
–
unsur :
1. Unsur “Barang Siapa”
Bahwa yang dimaksud dengan “Barang siapa” adalah unsur yang menunjuk pada subyek hukum atau pelaku dari suatu tindak pidana yang mampu bertanggung jawab dan/dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya karena pada hakekatnya subyek hukum mempunyai hak dan kewajiban yang dapat dipertanggungjawabkan pelaksanaannya.
Apakah orang sebagai subyek hukum tersebut adalah Para Terdakwa haruslah dibuktikan terlebih dahulu mengenai adanya perbuatan akibat dari tindak pidana yang terjadi;. Menimbang, dalam perkara ini Para Terdakwa “Wachyu Nugroho Bin Aliman, Sukisno Alias Ciu, Sri Wahyuni alias Leni” sebagai subyek hukum selama persidangan dapat menjawab dengan baik segala sesuatu yang berkaitan dengan Dakwaan yang diajukan kepadanya, dengan demikian para Terdakwa adalah Subyek Hukum yang mampu bertanggung jawab atas perbuatannya. Dengan demikian unsur “Barang siapa” telah terpenuhi;
Bahwa yang dimaksud dengan Menguntungkan Diri Sendiri Atau Orang Lain adalah dengan dilakukanya perbuatan tersebut maka si pelaku akan memperoleh manfaat dari perbuatanya tersebut, baik untuk diri pelaku ataupun orang lain ;
Bahwa makna kata secara melawan hukum artinya adalah melawan hak atau tidak berhak atau bertentangan dengan hukum; Menimbang, bahwa perbuatan secara melawan hukum harus dengan tegas dibuktikan. Pelaku melakukan perbuatan itu tanpa hak/kekuasaan. Jika digabung dari perbuatan pelaku tidak dapat menunjukan suatu ketentuan hukum yang berlaku bagi dasarnya bahwa ia sah memiliki barang tersebut.
Dalam persidangan terungkap bahwa para terdakwa Baik itu terdakwa I, Terdakwa II, Terdakwa III masing masing tidak ada yang memiliki alasan yang sah menurut hukum untuk memiliki atau menguasai sepeda motor saksi korban, perbuatan para terdakwa selaku pihak yang tidak memiliki hak untuk menguasai sepeda motor saksi korban, mengambil dengan cara melawan hak yakni dengan cara melakukan tipu muslihat seolah olah sepeda motor saksi korban adalah sepeda motor yang akan ditarik oleh dealer karena tidak membayar angsuran kredit, dan para terdakwa juga mengaku ngaku sebagai petugas polisi pada saat menggambil sepeda motor saksi korban;
3. Unsur ”Memaksa Seseorang Dengan Kekerasan Atau Ancaman Kekerasan Untuk Memberikan Barang Sesuatu Yang Seluruhnya Atau Sebagian Kepunyaan Orang Lain, Atau Supaya Membuat Hutang Maupun Menghapus Piutang ”
Barang tersebut haruslah sebagian atau seluruhnya harus milik orang lain. Mengambil barang yang tidak dimiliki seeorang tidak dapat dikenakan dengan pasal ini.
Dalam persidangan terungakap Para terdakwa secara terarah telah memilih saksi korban yang dengan sadar mereka ketahui adalah anak yang masih dibawah umur, adapun tujuan para terdakwa tersebut memilih saksi korban dalam perbuatan merampas barang yang berupa sepeda motor yang saat kejadian dikendarai oleh saksi korban tanpa plat nomor. Dengan alasan bahwa para terdakwa adalah petugas polisi para terdakwa berhasil menakut nakuti saksi korban dan menggambil motor yang dikendarai saksi korban, hingga berada dalam kekuasaan para terdakwa. Setelah motor milik saksi korban berada dalam pengguasaan para terdakwa, para terdakwa menyerahkan selembar kertas dan meminta saksi korban untuk mengambil motornya tersebut di kantor polisi.
Berdasarkan uraian di atas Un