• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT PADA PELAYANAN AKTA KELAHIRAN DI DISPENDUKCAPIL SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT PADA PELAYANAN AKTA KELAHIRAN DI DISPENDUKCAPIL SURABAYA."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Per syar atan Dalam Memper oleh Gelar Sar jana

pada FISIP UPN “Veter an” J awa Timur

Oleh:

TENGKU APRIARA DIAN PRASETYA

0741010003

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWATIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

SURABAYA

(2)

Di DISPENDUKCAPIL Sur abaya

NAMA : Tengku Apriara Dian Prasetya

NPM : 0741010003

JURUSAN : Ilmu Administrasi Negara

Telah disetujui untuk mengikuti ujian atau seminar skripsi.

KETUA PROGRAM STUDI PEMBIMBING

ADMINISTRASI NEGARA

Dr . Lukman Ar if, MSi Dr . Ertien Rining N. MSi

(3)

Daftar Gambar ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 13

2.2.1.Birokrasi ... 13

2.2.2.Reformasi Birokrasi ... 16

2.2.3.Pengertian Pelayanan ... 21

2.2.4.Pelayanan Publik ... 22

2.2.4.1. Jenis-jenis Pelayanan Publik ... 23

2.2.5 Kualitas Pelayanan Publik ... 24

2.2.6 Konsep Manajemen Pelayanan ... 26

2.2.7 Meningkatkan Mutu Pelayanan ... 26

2.2.8 Kepuasan Pelanggan ... 27

2.2.8.1 Unsur-Unsur Kepuasan ... 29

2.2.8.2 Manfaat Kepuasan Konsumen ... 30

2.2.8.3 Kepuasan Pelayanan Publik ... 30

2.3. Kerangka Berfikir ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 34

(4)

3.4.2.Teknik Pengambilan Sampel ... 38

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.6. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 40

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 41

4.1.1.Profil Kota Surabaya ... 41

4.1.2.Demografi Penduduk Surabaya ... 41

4.1.3.Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya ... 45

4.1.4. Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya ... 46

4.1.5. Struktur dan Organisasi Kantor Catatan Sipil Kota Surabaya ... 47

4.1.6. Komposisi Pegawai Pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Kota Surabaya ... 57

4.1.7. Sarana dan Prasarana di Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan Kota Surabaya ... 61

4.1.8. Prosesur Pembuatan Akta Kelahiran di Kantor Dinas dan Catatan Sipil Kota Surabaya ... 64

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 66

4.3. Hasil Analisis ... 69

4.3.1.Penyajian Data Rekapitulasi Jawaban Responden ... 70

4.3.1.1. Prosedur Pelayanan ... 70

4.3.1.2. Persyaratan Pelayanan ... 72

4.3.1.3. Kejelasan Petugas Pelayanan ... 74

4.3.1.4. Kedisiplinan Petugas Pelayanan ... 76

(5)

4.3.1.9. Kesopanan dan Keramahan Petugas ... 85

4.3.1.10.Kewajaran Biaya Pelayanan ... 87

4.3.1.11.Kepastian Biaya Pelayanan ... 89

4.3.1.12.Kepastian Jadwal Pelayanan ... 90

4.3.1.13.Kenyamanan Lingkungan ... 92

4.3.1.14.Keamanan Pelayanan ... 94

4.3.2.Hasil Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat di Kantor Dinas dan Catatan Sipil Pemerintah Kota Surabaya ... 96

4.3.2.1. Menghitung Nilai Rata-Rata Masing-Masing Unsur Pelayanan ... 96

4.3.2.2. Menghitung Bobot Nilai Rata-Rata Tertimbang ... 97

4.3.2.3. Menghitung Nilai Rata-Rata Tertimbang Masing-Masing Unsur Pelayanan ... 98

4.3.2.4. Menghitung Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat ... 99

4.4. Pembahasan ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 107

5.2. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA

(6)

Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan ... 40

Tabel 4.1. Topografi Kota Surabaya ... 41

Tabel 4.2. Luas Wilayah Surabaya ... 43

Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Kota Surabaya Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Umur ... 43

Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Surabaya Berdasarkan Kelompok Umur . 44 Tabel 4.5. Komposisi Penduduk Kota Surabaya Berdasarkan Agama ... 45

Tabel 4.6. Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

Tabel 4.7 Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 58

Tabel 4.8 Komposisi Pegawai Berdasarkan Pangkat/ Golongan ... 59

Tabel 4.9 Komposisi Pegawai Berdasarkan Usia ... 60

Tabel 4.10 Komposisi Pegawai Berdasarkan Agama ... 61

Tabel 4.11 Daftar Loket Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya ... 62

Tabel 4.12 Fasilitas Gedung/Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya ... 62

Tabel 4.13 Fasilitas Umum pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya ... 63

Tabel 4.14 Fasilitas Khusus pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya ... 63

Tabel 4.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 66

Tabel 4.16 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67

Tabel 4.17 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 67

Tabel 4.18 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama ... 68

Tabel 4.19 Rekapitulasi Jawaban Responden Unsur Prosedur Pelayanan .... 71

(7)

Tabel 4.23. Rekapitulasi Jawaban Responden Unsur Tanggung Jawab

Petugas Pelayanan ... 78

Tabel 4.24. Rekapitulasi Jawaban Responden Unsur Kemampuan Petugas

Pelayanan ... 80

Tabel 4.25. Rekapitulasi Jawaban Responden Unsur Kecepatan Pelayanan . 82

Tabel 4.26. Rekapitulasi Jawaban Responden Unsur Keadilan

Mendapatkan Pelayanan ... 84

Tabel 4.27. Rekapitulasi Jawaban Responden Unsur Kesopanan dan

Keramahan Petugas Pelayanan ... 85

Tabel 4.28. Rekapitulasi Jawaban Responden Unsur Kewajaran Biaya

Pelayanan ... 87

Tabel 4.29. Rekapitulasi Jawaban Responden Unsur Kepastian Biaya

Pelayanan ... 89

Tabel 4.30. Rekapitulasi Jawaban Responden Unsur Kepastian Jadwal

Pelayanan ... 91

Tabel 4.31. Rekapitulasi Jawaban Responden Unsur Kenyamanan

Lingkungan ... 92

Tabel 4.32. Rekapitulasi Jawaban Responden Unsur Keamanan Pelayanan . 94

Tabel 4.33. Nilai Rata-Rata Masing-Masing Unsur Pelayanan ... 96

Tabel 4.34. Nilai Rata-Rata Tertimbang Masing-Masing Unsur Pelayanan .. 98

Tabel 4.35. Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Koversi IKM, Mutu

(8)

Kota Surabaya ... 48

(9)

segala karunia serta rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

laporan skripsi ini dengan judul “Indeks Kepuasan Masyar akat Pada

Pelayanan Akta Kelahir an di DISPENDUKCAPIL Sur abaya”.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan penelitian

skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa bimbingan dan bantuan baik

materil maupun spiritual dari berbagai pihak.Penulis menyadari sepenuhnya

bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, walaupun

demikian skripsi ini telah terselesaikan menurut kemampuan yang ada pada

diri penulis.

Ucapkan terima kasih khusus saya sampaikan kepada Ibu Dr. Ertien

Rining N, Msi. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk

dan bimbingan sehingga terselesaikannya skripsi ini. Tidak lupa, pada

kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dra, Hj. Suparwati, Msi Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jatim (UPN) Surabaya

2. Bpk.Dr. Lukman Arif, Msi. Ketua Program Studi Administrasi Negara

3. Ibu Dra Susi Hardjati, M.AP, selaku sekertaris program studi Administrasi

Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional Surabaya.

4. Seluruh Dosen Program Studi Administrasi Negara Maupun Staf

(10)

6. Kakakdan Adikku tersayang, teman-teman yang turut memberi dukungan

serta motifasi hingga dapat menyelesaikan proposal ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak kekurangan

baik dari segi teknis maupun dalam segi penyusunannya. Untuk itu, penulis

senantiasa bersedia dan terbuka dalam menerima saran dan kritik yang bersifat

membangun.

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga

Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk bagi kita semua. Amin.

Surabaya, Mei 2012

(11)

PADA PELAYANAN PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN DI DISPENDUKCAPIL SURABAYA. SKRIPSI, 2012.

Penelitian ini berasarkan pada fenomena banyaknya jumlah pemohon yang melakukan pengurusan pembuatan akta kelahiran. Kondisi tersebut diakibatkan adanya peraturan baru Walikota Surabaya tentang adanya pembuatan akta kelahiran dengan biaya gratis.Sehingga perlu adanya upaya untuk memaksimalkan pelayanan guna meningkatkan kualitas pelayanan dan mengatasi keterlambatan dalam pengurusan pembuatan akta kelahiran yang dilakukan oleh pemohon.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Indeks Kepuasan Masyarakat pada pembuatan akta kelahiran di Dispendukcapil Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui IKM di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan satu variable yaitu indeks kepuasan masyarakat dalam pembuatan akta kelahiran di Dispendukcapil Surabaya. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebayak 150 responden. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik sampling accidental. Dan pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan sekunder.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, dengan perhitungan menggunakan standar ukuran IKM berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25./M.PAN/2/2004, maka diperoleh hasil IKM sebesar 77,75 yang berada dalam skala nilai intrerval IKM antara 62,51-81,25 masuk dalam kategori mutu pelayanan (B). Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa indeks kepuasan masyarakat pada pelayanan pembuatan akta kelahiran Dispendukcapil Surabaya adalah baik.

Perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan pada unsur kenyamanan lingkungan karena dalam indeks IKM tergolong paling rendah dimana unsure tersebut harus ditinjau oleh dispenduk agar masyarakat pemohon akta dapat mendapatkan pelayanan yang baik.

(12)

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masa lah

Kota Surabaya sebagai kota yang berpenduduk cukup padat dengan jumlah

penduduk di Kota Surabaya yang mencapai 3.012.838 jiwa pada tahun 2011

berdasarkan sumber dari Dispendukcapil pada tahun 2011. Dengan pertumbuhan

jumlah penduduk yang meningkat dan semakin besar apabila tidak diatur dengan

sedemikian rupa maka tentunya akan menimbulkan berbagai banyak

permasalahan. Jumlah pemohon akta kelahiran warga Surabaya yang belum

memiliki akta kelahiran mencapai 120.000 orang. Mereka terdiri dari warga usia

0-60 hari mencapai 50.000 anak, sedangkan warga yang tidak memiliki akta usia

60 hari ke atas mencapai 70.000 orang.

Data kependudukan sangat diperlukan untuk mengetahui data tentang

segala hal yang berkaitan dengan tingkat pertumbuhan dan mobilitas penduduk

yang selalu bergerak dengan cepat. Data kependudukan juga diperlukan sebagai

bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan kependudukan pada waktu

yang akan mendatang (Agus Dwiyanto 2006;23) .

Untuk mendapatkan data tentang kependudukan, maka pemerintah Kota

Surabaya memerlukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai instansi

pemerintahan yang bertugas dan berkewajiban untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat seperti pelayanan pendaftaran penduduk dan pelayanan

pencatatan sipil, salah satu bentuk pelayanan sipil di Dispendukcapil adalah

(13)

salah satu idenitas yang dapat membuktikan bahwa yang bersangkutan memiliki

kejelasan status yang mempunyai kekuatan hukum tetap dan mempunyai

kedudukan hukum yang sama sebagai Warga Negara Indonesia, hal ini sesuai

dengan ketentuan Pasal27 Ayat 1 UUD 1945 bahwa segala warga Negara

bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada

kecualinya.Karena itu setiap penduduk wajib memiliki Akta Kelahiran seperti

pada UU no 23 Tahun 2006 Pasal 2 dan 3.

Dalam satu pekan Pemerintah Kota(pemkot) Surabaya melalui Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) sudah melayani 5.880 orang

pemohon pembuatan akta kelahiran menurut Pelaksana Tugas Kepala Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Surabaya. Dimana dalam

sehari hanya dibatasi 400 pengurus, sedangkan pelayanan akta di Smart Office

Surabaya hanya dibatasi maksimal 50 pengurusan tiap harinya, dapat dibayangkan

bahwa dengan adanya tempat alternatif pengurusan akta kelahiran tetap tidak

dapat memberikan kualitas pelayanan dengan tuntutan waktu seefisien mungkin

sekalipun telah memberikan pelayanan hingga pukul 20.00 WIB. Permintaan

pelayanan akta kelahiran dilatarbelakangi dengan banyaknya warga yang

mengajukan permohonan di Smart Office selain dikantor Dispenduk Capil, Jln.

Manyar Kertoarjo No. 6 Surabaya, dan dikarenakan adanya kebijakan baru yang

berlaku mulai tahun ini, yakni setiap kelahiran wajib dilaporkan paling lambat 60

(14)

kepada anaknya dan negara. Dalam penggolongannya, Akta kelahiran ada 3 jenis,

yaitu akta kelahiran umum, Akta Kelahiran Istimewa dan akta kelahiran

dispensasi. Akta kelahiran umum adalah akta kelahiran yang diperoleh sebelum

lewat batas waktu pelaporan peristiwa kelahiran. Batas waktu pelaporan ialah 60

(enampuluh) hari kerja sejak peristiwa kelahiran, kecuali untuk Warga Negara

Asing adalah 10 (sepuluh) hari kerja sejak peristiwa kelahiran. Akta kelahiran

istimewa adalah akta yang diterbitkan khusus bagi orang-orang yang sejak

dulunya sudah diwajibkan membuat Akta-Akta Catatan Sipil, yang pada saat ini

terlambat pencatatannya (sudah melewati batas waktu yang ditentukan), yaitu bagi

Warga Negara Indonesia keturunan Asing (Kecuali keturunan India dan Arab) dan

Warga Negara Asing. Cara penerbitan Akta Kelahirannya harus melalui sidang

Pengadilan Negeri. Berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri tersebut maka

diterbitkanlah Akta Kelahiran Istimewa oleh kantor Catatan Sipil.Akta kelahiran

dispensasi atau yang lebih familiar disebut denggan akta kelahiran tambahan oleh

Dispenduk adalah Akta Kelahiran yang diperoleh melalui dispensasi dari Menteri

Dalam Negeri. Yang dimaksudkan dispensasi ini ialah penyelesaian Akta

Kelahiran yang terlambat bagi Orang-Orang Indonesia Asli yang lahir dan belum

memiliki Akta Kelahiran sampai batas waktu 31 Desember 1985.

Untuk mengurus akta kelahiran tersebut, masyarakat melewati jalur-jalur

Birokrasi dari pemerintah. Setiap masyarakat wajib mengurus Akta kelahiran

(15)

nama-namanya tercantum dalam Akta tersebut.

Pemerintah sebagai publik servant (pelayan masyarakat) mempunyai

kewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang baik dan

secara profesional. Pelayanan publik yang profesional, artinya suatu pelayanan

publik yang dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan responbilitas dari pemberi

pelayanan atau pemerintah. Pelayanan publik merupakan suatu faktor

keberhasilan dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa yang

diselenggarakan oleh pemerintah dengan administrasi publiknya melalui

pelayanan publik. Pelayanan umum merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor materil melalui sistem,

prosedur, dan metode teretentu dalam rangka usaha untuk memenuhi kepentingan

orang lain yang sesuai dengan haknya (Moenir, 2002:26).

Pelayanan publik merupakan proses pemenuhan kebutuhan melalui

aktivitas orang lain secara langsung, dimana pelayanan tersebut memiliki sasaran

akhir yaitu keputusan bagi pihak yang dilayani, sehingga pada akhirnya kepuasan

masyrakat dapat tercapai. Kepuasan masyarakat dapat tercapai apabila kebutuhan,

keinginan, dan harapan masyarakat dapat terpenuhi.

Reformasi birokrasi dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan

pelayanan publik diarahkan untuk menciptakan kinerja birokrasi yang

professional dan akuntabel. Birokrasi dalam melakukan berbagai kegiatan

perbaikan pelayanan diharapkan lebih berorientasi pada kepuasan pelanggan,

(16)

pelayanan. Perubahan Paradigma pelayananan kepada publik, melalui instrument

pelayanan yang memiliki orientasi pelayanan lebih cepat, lebih baik dan lebih

murah (Dwiyanto,2006:224).

Kota Surabaya sebagai salah satu kota terpilih yang menjadi kota

pelayanan publik terbaik versi KPK tahun 2011 dalam memberikan pelayanan

publik kepada warga Surabaya secara baik. Salah satu instansi yang membuat

Surabaya terpilih sebagai kota pelayanan publik adalah Dinas Kependudukan dan

Catatn Spil. (detiksurabaya.com, 14 april 2011). Namun dalam fakta yang ada saat

ini masih banyak masalah yang menimpa masyarakat mengenai pelayanan umum,

seperti masalah perijinan, pembuatan, perpanjangan surat-surat yang dibutuhkan

masyarakat, misalnya pembuatan Akta Kelahiran, Kartu Tanda Penduduk (KTP),

Kartu Keluarga, dan surat-surat pengantar untuk diajukan ke instansi yang lebih

tinggi. Masalah timbul dari masyarakat sebagai konsumer yang tidak merasa puas

dengan pelayanan yang diberikan, dan beberapa faktor internal pada kinerja

pelayan publi, kecamatan sebagai instansi tingkat pemerintahan yang berwenang

baik dalam masalah pelayanannya seperti berapa lama pembuatan, kinerja

pelayananya ataupun mengenai biaya.

Sebagai salah satu instansi pemerintah, Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Pemerintah Kota Surabaya merupakan instansi pemerintah yang memberikan

pelayanan dalam bidang administrasi kependudukan sehingga harus

memperhatikan setiap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dengan

(17)

mempermudah masyarakat dalam kepenguruan administrasi kependudukan selalu

mendasari Dispenduk kota Surabaya dalam memperbaharui kinerjanya, sehingga

keefisienan dan keefektifan bisa tercapai oleh mayarakat Surabaya, maka

kebijakan reformasi pelayanan merupakan salah satu upaya Pemerintah Kota

Surabaya untuk terus membangun layanan publik berbasis iptek dan menciptakan

sebuah kenyamanan serta kepuasaan masyarakat dalam rangka meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat, serta meningkatkan pelaksanaan e-Government

(pelayanan administrasi kependudukan berbasis kemajuan teknologi) menuju

Surabaya Multimedia City.

Pengembangan pelayanan publik pada saat ini merupakan sebuah misi

reformasi birokrasi yang sedang gencar diberlakukan oleh pemerintahan kota

Surabaya, kebijakan serta pengembangan pelayanan ini dimaksudkan untuk

mengantisipasi semakin banyaknya warga Surabaya yang mengurus administrasi

kependudukan setiap hari serta memberikan alternatif baru. Karena tidak semua

masyarakat dapat meluangkan waktu untuk mengurus sendiri ke Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Surabaya pada jam kerja yang

(18)

dalam hal pengurusan Akta Kelahiran masyarakat kota Surabaya . Sebuah

dinamika yang baru sebagai tuntunan keefisienan hidup masyarakat saat ini, yang

lebih mementingkan keefisienan dalam waktu mengurus Akta Kelahiran.

Sehingga dapat ditentukan judul penelitian yaitu “INDEKS KEPUASAN

MASYARAKAT PADA PELAYANAN AKTA KELAHIRAN DI

DISPENDUKCAPIL SURABAYA”.

1.2.Per umusan Masalah

Dengan adanya latar belakang serta uraian permasalahan di atas kiranya dapat

ditarik sebuah rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, dan

dirumuskan sebagai berikut :“Bagaimana dengan indeks kepuasan masyarakat

pada pelayanan pembuatan Akta Kelahiran di DISPENDUKCAPIL Surabaya ?”

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini oleh penulis adalah sebagai berikut :

“Untuk mengetahui kinerja pelayanan dengan indeks kepuasan masyarakat pada

pelayanan pembuatan Akta Kelahiran di DISPENDUKCAPIL Surabaya”

1.4.Kegunaan Penelitian

1. Bagi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surabaya

Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan saran bagi Dinas

(19)

pada masyarakat Surabaya.

2. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Sebagai bahan studi perbandingan bagi mahasiswa yang mengkaji tentang

topik pembuatan Akta Kelahiran di Kota Surabaya dan menjadi bahan

referensi mahasiswa yang lainnya.

3. Bagi Penulis

Dapat mengkaji pengetahuan atau teori yang diperoleh di bangku

perkuliahan progam studi administrasi negara serta untuk memahami

(20)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Ter dahulu

Penelitian terdahulu yang dapat dipakai sebagai bahan pengkajian yang

berkaitan dengan kinerja pelayanan, indeks kepuasan dalam pelayanan akta

kelahiran dilakukan oleh :

1. Jurnal dengan judul “Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan

Kesehatan Pada RSUD Achmad Mochtar Sumatera Barat” yang dilakukan

oleh Darmawati 2008. Dalam penelitian ini, dijelaskan mengnai cara

mengukur Indeks Kepuasan Mayarakat (IKM) terhadap pelayanan

kesehatan dengan objek studi pada RSUD Achmad Mochtar Sumatera

Barat. IKM merupakan salah satu indikator dari pengkuran peayanan

public yang diberikan oleh instansi pemerintahan terhadap masyarakat.

Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara No 25 tahun 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintahan. Hasil dari

pengukuran IKM pada RSUD Achmad Mochtar menunjukkan (1)Secara

umum pelayanan yang diberikan kepada masyarakat masuk kedalam

kriteria baik hanya empat unsur pelayanan yang kurang baik yaitu

kedisiplinan petugasnya dalam memberikan pelayanan, kecepatan petugas

(21)

pelayanan serta, kepastian jadwal pelayanan, (2) dari jenis pelayanan yang

diberikan, dapat diketahui bahwa pelayanan pada inap lebih baik daripada

pelayanan pada rawat jalan dan IGD, (3) terdapat perbedaan

pelayananberdasarkan unit pelayanan, tiga unit kebidanan/kandungan,

kulit/kelamin dan THT. Berdasarkan temuan ini, pemerintah daerah dan

pihak rumah sakit dapat melakukan perbaikan pelayanan.

2. Jurnal yang kedua berjudul “ Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat

Pengguna Bahasa Indonesia Pada Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah

Surakarta” yang diteliti oleh Mulyanto Dosen Fakultas Ekonomi STIE

AUB Surakarta 2006 . Disini menerangkan bahwa pelayanan publik

merupakan dasar dari bentuk aktualisasi dari eksistensi birokrasi

pemerintahan. Wajah birokrasi dapat tercermin dari sikap dan perilaku

birokrat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Perpstakaan

sebagai salah satu institusi yang memberikan pelayanan kepada

masyarakat dapat dianggap bermutu apabila dapat memeberikan pelayanan

yang cepat, tepat dan benar kepada pemakainya. Apabila ingin

meningkatkan mutu pelayanannya maka perpustakaan harus dapat

memberikan pelayanan sesuai harapan masyarakat. Dengan kata lain,

perpustakaan sebagai pusat dan penyalur informasi harus selalu siap

memberi pelayanan yang baik kepada pemakainya.

Apabila diliat dari jumlah pengunjung, Perustakaan Dareah ternyata dalam

tiga tahun terakhir mengalami penurunan. Terctata pada tahun 2004 jumah

(22)

dan tahun 2006 berjumlah 14.038 terdiri dari guru , pelajar, mahasiswa,

pegawai dan karyawan. Namun apabila dilihat dari jumlah pengadaan

buku dalam tiga tahun terakhir ternyata tidak mengalami penambahan

koleksi, ini berarti bahwa pengunjung yang mendatangi perpustakaan tidak

mempunyai koreksi dengan prinsip kemutakhiran tetapi lebih pada prinsip

relevasi.

Penelitian ini ertujuan untuk mengetahui Indeks Kepuasan Masyarakat

Pengguna Bahasa Indonesia terhadap pelayanan yang dberikan oleh

Perpustakaan Daerah Kota Surakarta sebagai perwujudan tingkat kinerja

lembaga melalui 14 indikator berdasarkan KEPMENPAN No

25/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Tata Lakasana Pelayanan

Umum, yaitu prosedur pelayanan, kesesuaian persyarata, kejelasan dan

kepastian petugas, disiplin tanggung jawab, kemampuan, kecepatan,

keadilan, kesopanan dan keramahan, kewajaran biaya, kesesuaian biaya,

ketepatan jadwal, kenyamanan pelayanan dan keamanan. Metode yang

dipergunakan adalah metode survey dengan menyebarkan kuestionaire

sebanyak 150 orang responden.Tekik pengambilan sampel yang

dipergunakan adalah accidental sampling. Nilai Indeks Kepuasan

Masyarakat pengguna Bahas Indoneia dihitung dengan menggunakan nilai

rata-rata tertimbang masing-masing unsur pelayanan .

Dari hasil analisis erhadap nilai indeks untuk pelayanan di Kantor

Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Surakarta diperoleh angka

(23)

hasilnya adalah 69,888. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dikatakan

bahwa mutu pelayanan di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota

Surakarta adalah B.

3. Jurnal mengenai “Kinerja Pelayanan Publik” oleh Zaian Nawawi

Mahasiswa Universitas Sjakhyakitri Palembang tahun 2006 . Dalam

penelitian ini dijelaskan pelayanan public saat ini menjadi sangat penting

dengan seiring perkembangan jaman yang semakin menuju kea rah

keefisienan administrative masa depan. Namun pemahaman akan

pelayanan public berbeda-beda dimata masyarakat disebabkan karena

latar belakang pendidikan, social, ekonomi, serta budaya maupun

kedudukan dalam jabatan. Kecendeungan arah pelayanan diungkapkan

sebagai adanya beberapa komponen berikut 1. Melayani warga Negara

bukan konsumen, 2 Memenuhi kepentingan publik, 3. Nilai

kewarganaegaraan lebih dari pada nilai entrepreneurship, 4. Berpikir

strategi dan bertindak secara demokratis, 5. Memahami bahwa

pertanggungjawaban bukan hal yang sederhana., 6. Melayani lebih baik

daripada mengarahkan, 7. Menilai orang bukan hanya produktifitasnya.

Prestasi Kerja atau sering disebut sebagai kinerja diartikan sebagai hasil

uusaha seseorang yang dicapai dengan kemampuan dan perbuatan dalam

situasi tertentu.

Penetapan Indikator Kinerja Birokrasi digunakan untuk mengukur atau

keberhasilan organisasi digunakan untuk mengukur keberhasilan

(24)

sudah ditetapkan ukuran atau indicator kinerja apa saja yang disepakati

bersama baik melalui mekanisme bersama ataupun ditentukan sendiri oleh

pimpinan organisasi. Secara bersama-sama indicator-indikator yang

ditetapkan itu akan digunakan untuk mengukur kinerja organisasi.

Untukn tujuan perencanaan kinerja instansi pelayanan disarankan untuk

menggunakan indicator capaian hasil saja, baik dalam bentuk output

maupn outcome. Sedangkan untuk pengkuran kinerja dlam instansi dpat

digunkannmengenai indicator-indikator efiiensi dan produktifitas yang

menghasilkan jasa pelayanan maksimal.

Dapat disimpulkan bahwa pelayanan public memiliki sejumlah mekanisme

dan prinsip yang harus dirujuk manakala hendak menerapkan manajemen

pelayanan masyarakat yang baik.Dalam kerangka itu, kepribadian individu

mencakup kemampan dan kemauan sebagaimana dalam model Ivansevich

dkk sangat memainkan peranan penting bagi terciptanya birokrasi

pemerintahan yang professional. Adapun indicator yang dapat digunakan

untuk mengukur kinerja antara lain evaluasi prestasi kerja berupa capaian

hasil dan efisiensi berbagai aspeknya.

2.2 Landasan Teor i

2.1.1. Bir okr asi

Pengertian birokrasi (bureaucracy) disamakan dengan sistem

pemerintahan birokrasi atau negara yang pemerintahanya menganut sistem

birokrasi. Kamus umum bahasa Indonesia mengartikan bahwa birokrasi

(25)

yang tidak dipilih oleh rakyat atau cara pemerintahan yang sangat dikuasai

kaum pegawai negeri (Boediono, 2003:21).

Menurut Weber (1987) definisi birokrasi adalah sebagai suatu

daftar atau sejumlah daftar ciri-ciri, yang sifat pentingnya relatif secara

hubungannya satu sama lain, yang telah banyak menimbulkan perdebatan.

Sedangkan menurut Kristiadi (1994) mengatahkan bahwa birokrasi adalah

merupakan struktur organisasi di sektor pemerintahan, yang memiliki

ruang lingkup, tugas-tugas yang sangat luas serta memerlukan organisasi

besar dengan sumber daya manusia yang besar pula jumlahnya (Pasolong,

2007:66).

Pencipta birokrasi adalah sosiolog besar dari Jerman, Max Weber,

dalam (Boediono, 2003:21) yang memberikan prinsip-prinsip dasar

terjadinya birokrasi adalah sebagai berikut :

1. Disentralisasikan menurut hirarki

2. Diatur dengan peraturan hukum dan peraturan administrasi

3. Mengunakan proses administrasi, yaitu dalam mencapai tujuannya

memperkerjakan pegawai sendiri dan tidak dikontrakan

4. Memilih staf/pegawai berdasarkan ujian, tidak menurut kriteria yang

subjektif.

Aliran strukturalis (Marx, 1942; Dahrendorf, 1959), berpandangan

bahwa, kekuasaan (birokrasi) adalah sebagai fasilitas atau sumber sosial

(26)

kekuasaan adalah untuk memelihara ketertiban dan keseimbangan dalam

masyarakat.Kekuasaan sebagai atribut utama dalam sistem sosial berwujud

kepemimpinan yang bertanggung jawab, tetapi juga berbentuk

keputusan-keputusan yang mengikat bagi semua golongan masyarakat.Adapun

menurut aliran strukturasi Giddens (dalam Baert, 1998) mencoba mencari

hubungan antara struktur dan aktor. Kelompok strukturasionis ini tidak

memandang struktur dan aktor atau agen sebagai dua hal yang dikotomis

sehingga menghasilkan dualisme struktur; sebaliknya dua hal tersebut

saling berhubungan secara dialektis dan kontinuum sehingga menghasilkan

dualitas struktur. Aktor atau agen menurut pandangan aliran ini adalah

partisipan yang aktif dalam meng konstruksi kehidupan sosial,

setidak-tidaknya menjadi tuan atas nasibnya sendiri. Setiap tindakan manusia

selalu mempunyai tujuan. Ini berarti bahwa aktor secara rutin dan

diam-diam memonitor apa yang sedang ia lakukan, sebagaimana reaksi orang

terhadap tindakannya dan lingkungan dimana ia melakukan aktivitas

tersebut. Sedangkan struktur, selain dapat membatasi aktivitas manusia

(constraining) tetapi juga memberikan kebebasan bertindak (enabling)

kepada manusia. Dualitas struktur melihat kekuasaan (birokrasi) sebagai

simuka janus (the janus face of power) yang berfungsi sebagai alat analisis

kehidupan sosial yang penting, terutama mengenai hubungan antara

tindakan manusia dan struktur. Dualitas struktur menganalisis bagaimana

tindakan-tindakan aktor sosial di produksi dan juga bagaimana struktur

(27)

sepanjang waktu dan ruang yang sangat luas. Teori strukturasi ini tidak

luput dari kritik. Beberapa kritik yang sering dikemukakan terhadap aliran

strukturasi antara lain : (a) masih sedikitnya bukti empirik yang bisa

memperkuat validitas teori ini; Bukan aktor atau agen merubah struktur,

tetapi justru struktur merubah aktor atau agen. (b) Giddens dipandang

gagal menjelaskan fenomena konflik; (c) diragukan keaslian, kedalaman,

kejelasan analitik dan konsistensi internalnya (fallacy of perspectivism),

karena berasal dari pinjaman berbagai teori lain; (d) dan dicurigai karena

pendirian politiknya cenderung mendukung statusquo (Suryono, 2002).

2.2.2 Refor masi Birokr asi

Peneliti menggunakan teori ini dikarenakan dalam studi kasus

penelitian yang dilakukan ditemukankemajuan birokrasi pemerintahan

yang dilakukan oleh Dispendukcapil dalam memberikan pelayanan

kepengurusan administrasi Akta Kelahiran.

Khan (1981) memberi pengertian reformasi sebagai suatu usaha

perubahan pokok dalam suatu sistem birokrasi yang bertujuan mengubah

struktur, tingkah laku, dan keberadaan atau kebiasaan yang telah lama.

Sedangkan Quah (1976) mendefinisikan reformasi sebagai suatu proses

untuk mengubah proses, prosedur birokrasi publik dan sikap serta tingkah

laku birokrat untuk mencapai efektivitas birokrasi dan tujuan

pembangunan nasional. Aktivitas reformasi sebagai padanan lain

dari change, improvement, atau modernization (Siswoyo, wordpress,

(28)

Informasi memang menjadi kunci paling berkaitan dengan sistem

publik, karena itu, publik atau warga negara memiliki hak untuk

memperoleh informasi atas urusan publik. Hak memperoleh informasi

merupakan hak asasi manusia. Oleh karena itu, keterbukaan informasi

publik menjadi sebuah keniscayaan, dan merupakan salah satu ciri penting

negara demomkratis (www.equator-news.com. 2/5/2011)

Kata reformasi sampai saat ini masih menjadi idola atau primadona

yang didambakan perwujudannya oleh sebagian besar masyarakat

Indonesia yang diarahkan pada terwujudnya efisiensi, efektivitas,

dan clean government. Reformasi ini diarahkan pada perubahan

masyarakat yang termasuk didalamnya masyarakat birokrasi, dalam

pengertian perubahan ke arah kemajuan. Dalam pengertian ini perubahan

masyarakat diarahkan pada development (Susanto, 180). Karl Mannheim

sebagaimana dilansir oleh Susanto menjelaskan bahwa perubahan

masyarakat adalah berkaitan dengan norma-normanya.Development adalah

perkembangan yang tertuju pada kemajuan keadaan dan hidup anggota

masyarakat, dimana kemajuan kehidupan ini akhirnya juga dinikmati oleh

masyarakat. Dengan demikian maka perubahan masyarakat dijadikan

sebagai peningkatan martabat manusia, sehingga hakekatnya perubahan

masyarakat berkait erat dengan kemajuan masyarakat. Dilihat dari aspek

perkembangan masyarakat tersebut maka terjadilah keseimbangan antara

(29)

kewajiban, serta konsensus antara prinsip-prinsip dalam masyarakat

(Susanto: 185-186).

Sedangkan Quah (1976) mendefinisikan reformasi sebagai suatu

proses untuk mengubah proses, prosedur birokrasi publik dan sikap serta

tingkah laku birokrat untuk mencapai efektivitas birokrasi dan tujuan

pembangunan nasional. Aktivitas reformasi sebagai padanan lain

dari change, improvement, atau modernization.Dari pengertian ini, maka

reformasi ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur,

tetapi juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur dan sikap tingkah

laku (the ethics being). Arah yang akan dicapai reformasi antara lain

adalah tercapainya pelayanan masyarakat secara efektif dan

efisien (Siswoyo22.wordpress.com. 2/5/2011).

Pengertian reformasi administrasi menurut Yehezkel Dror dalam

buku (Soesilo Zauhar 1994:6) adalah perubahan yang terencana terhadap

aspek utamsa administrasi.Menurut Caiden dalam Soesilo Zauhar (1994:6)

mendefinisikan, Reformasi Administrasi adalah kegiatan yang dibuat oleh

manusia, tidak bersifat eksidental, otomatis maupun alamiah karena

reformasi administrasi merupakan satu proses.Reformasi administrasi

adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia terencana untuk

mengikuti perkembangan pembangunan semata-mata kemampuan

administratif sangat penting bagi terlaksananya kebijakan.Pada dasarnya

konsep reformasi administrasi berkaitan erat dengan pengertian strategi,

(30)

aktivitas untuk meningkatkan kemampuan melawan ketidakberesan

administrasi dan beberapa jenis penyakit administrasi yang banyak

dijumpai di masyarakat.

Tujuan reformasi birokrasi menurut Susanto antara lain :

1. Terciptanya good governance, yaitu tata pemerintahan yang baik,

bersih, dan berwibawa.

2. Memperbaiki kinerja birokrasi agar lebih efektif dan efisien.

3. Terciptanya birokrasi yang profesional, netral, terbuka, demokratis,

mandiri, serta memiliki integritas dan kompetensi dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawabnya selaku abdi masyarakat dan abdi Negara.

4. Pemerintah yang bersih (good government)

5. Bebas KKN (Susanto2003: 170)

Menurut Moenir (2002:119), fungsi pelayanan disini dititiberatkan

pada, sebagai berikut:

a) Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat

menghemat waktu.

b) Meningkatkan produktivitas , baik barang maupun jasa.

c) Kualitas produk yang lebih baik atau terjamin.

d) Ketetapan susunan dan stabilitas ukuran terjamin.

e) Lebih mudah atau sederhana dalam gerak pelakunya.

f) Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang

(31)

Reformasi pelayanan publik itu harus menjangkau perubahan yang

mendasar dalam rutinitas kerja administrasi, budaya birokrasi, dan

prosedur kerja instansi pemerintah guna memungkinkan dikembangkannya

kepemimpinan yang berwatak kerakyatan pada birokrasi publik.Pelayanan

publik dapat dinyatakan sebagai segala bentuk pelayanan di sektor publik,

yang dilaksanakan aparatur pemerintah, dalam bentuk penyediaan barang

dan atau jasa sesuai kebutuhan masyarakat, berdasarkan aturan-aturan

hukum perundang-undangan yang berlaku (Larasati, 2008).

Dengan mempertimbangkan isu-isu sentral, tuntutan, kritik dan

keluhan masyarakat akan buruknya kualitas pelayanan publik, maka

kiranya perlu mereformasi kemampuan pemerintah dalam mengatur

penyediaan jasa pelayanan publik. Beragam pelayanan publik yang

responsif, kompetitif dan berkualitas kepada warga masyarakat, mutlak

harus menjadi mindset bagi setiap penyelenggara pelayanan publik.Dilihat

dari perspektif governance, reformasi di sektor pelayanan publik itu dapat

kita pandang sebagai upaya mengubah paradigma atau model yang selama

ini dipakai dalam memerintah masyarakat (modes of

govermingsociety).Hal ini dimaksudkan agar dalam lingkungan yang

cenderung terus berubah lembaga penyelenggara pelayanan publik itu

tetap relevan, memiliki kinerja yang tinggi, efisien dan mampu menjawab

beragam tantangan baru yang terus menggelinding.

Paradigma baru administrasi negara, menyebabkan pola hubungan

(32)

kepentingan masyarakat.Akibatnya institusi negara dituntut untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan lebih baik dan lebih

demokratis.Berkait dengan perjalanan demokratisasi yang berlangsung di

Indonesia memberikan pelajaran yang berharga bagi pemerintah

(birokrasi) dan warga negara (citizen).Wajah dan sosok birokrasi

penyelenggara pelayanan publik kini mengalami perubahan dari birokrasi

yang kaku berorientasi ke atas menuju ke arah birokrasi yang lebih

demokratis, responsif, transparan, non partisan.Birokrasi penyelenggara

pelayanan publik tidak dapat lagi menempatkan diri sebagai sosok institusi

yang angkuh dan tak tersentuh oleh kritik dari pihak luar birokrasi

(Larasati, 2008).

2.2.3 Penger tian Pelayanan

Menurut Moenir (2006:26) pelayanan umum merupakan kegiatan

yang diakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan

factor material melalui system, prosedur dan metode tertentu dalam rangka

usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.

Sedangkan menurt Barata (2003:27), pelayanan adalah keperdulian

kepada pelanggan engan memeberikan pelayanan terbaik untuk

memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan dan mewujudkan

kepuasannya, agar mereka selalu loyal kepada organisasi atau perusahaan.

Menurut Gronroos pelayanan adalah suatu aktifitas yang bersifat

tidak kasat mata (tidak dapat diraba( yang terjadi sebagai akibat adanya

(33)

diberikan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk

memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan.

Berdasarkan definisi tersebut maka pelayanan adalah segala urusan

penyedia fasilitas maupun kegiatan yang ditunjukkan guna tuntutan dan

kebutuhan seseorang.

2.2.4 Pelayanan Publik

Pelayanan pada dasarnya dapat didefisinikan sebagai aktivitas

seseorang, kelompok atau sekelompok dan organisasi baik

langsungmaupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan (Pasolong,

2007:128).

Monir (2003) mengatahkan bahwa pelayanan adalah proses

pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung

sedangkan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (1993),

mengemukakan bahwa pelayanan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan

dalam bentuk barang atau jasa dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan

masyarakat.

Pelayanan publik menurut Sinambela (2005) adalah setiap

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintahan terhadap sejumlah manusia

yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu

kumpulan atau kesatuan. Dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya

(34)

Menurut kurniawan (2005) dalam Pasolong (2007:128)

mengatahkan bahwa pelayanan publik adalah pemberian pelayanan

(melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok, tatacara yang

telah ditetapkan.

2.2.4.1J enis- J enis Pelayanan Publik

Menurut Pasolong, (2007:129) terdapat tiga jenis pelayanan yang

dihasilkan dari instansi pemerintah serta BUMN/BUMD, pengelompokan

jenis pelayanan tersebut didasarkan pada ciri-ciri dan sifat kegiatan serta

produk pelayanan yang dihasilkan yaitu :

1. Pelayanan Administrasi

Jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa pencatatan,

penelitian, pengambilan keputusan, dokumentasi dan tata usaha

lainnya yang secara keseluruhan menghasilkan produk akhir berupa

dokumen misal, jenis pelayanan sertifikat tanah, pelayanan

administrasi kependudukan (KTP, NTCR, akte kelahiran dan akte

kematian).

2. Pelayanan Barang

Pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan

penyediaan dan pengolahan bahan berwujud fisik termasuk distribusi

dan penyampaiannya kepada konsumen langsung (sebagai unit atau

individual) dalam suatu sistem.Secara keseluruhan kegiatan tersebut

(35)

tambah secara langsung bagi penggunanya misal, jenis pelayanan

listrik, air bersih, telepon dan lain-lain.

3. Pelayanan Jasa

Jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa sarana dan

prasarana serta penunjangnya.Produk akhirnya berupa jasa yang

mendatangkan manfaat bagi penerimaanya secara langsung dan habis

terpakai dalam jangka waktu tertentu misalnya, pelayanan angkutan

darat, laut dan udara, kesehatan perbankan, pos dan pemadam

kebakaran dan lain-lain.

2.2.5 Kualitas Pelayanan Publik

Menurut the American Society of Quality Control, kualitas adalah

keseluruhanciri-ciri dan karakteristik dari suatu produkatau jasa

menyangkut kemampuan untukmemenuhi kebutuhan-kebutuhan yang

telahditentukan atau yang bersifat laten. SedangkanJoseph M. Juran dari

Juran Institutemenyebutkan bahwa kualitas memiliki duapengertian, yaitu

memberikan pelayanansecara langsung dan menawarkan produk yang

akan memberikan kepuasan serta memberikan pelayanan secara lengkap

(Jurandan Gryna, 1988).

Lebih lanjut menurut Juran, terdapat tiga elemen proses pencapaian

kualitas (quality process) yang meliputi: 1) qualityplanning, suatu proses

mengidentifikasi pelanggan, kebutuhan mereka, product andservice

feature yang diharapkan, proses penyampaian produk dan jasa dengan

(36)

elemen organisasi, 2)quality control, suatu proses pemeriksaan dan

evaluasi produk, dibandingkan dengan kebutuhan pelanggan, dan 3)

quality improvement, suatu proses perbaikan kualitas secara terus menerus.

Parasuraman, et al. (1985) memberikan definisi yang lebih riil, kualitas

mengimplikasikan memenuhi atau melebihi harapan tentang kecepatan

waktu, akurasi pekerjaan, kecepatan tanggapan, dan unjuk kerja.Menurut

filsafat Jepang kualitas adalah "Zero Defect", melakukannya pertama kali

dengan benar. Dalam Parasuraman (1985), Crosby mendefinisikan kualitas

sebagai kesesuaian dengan keperluan, sedangkan Garvin (1983) mengukur

kualitas dengan memperhitungkan insiden kesalahan internal dengan

kesalahan eksternal. Penentuan kualitas pelayanan diupayakan memenuhi

kesesuaian dengan harapan pelanggan.Wyckof dalam Lovelock (1988)

memberikan pengertian kualitas jasa merupakan tingkat kesempurnaan

yang diharapkan dan pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk

memenuhi keinginan pelanggan (Nugroho, 2005).

Menurut Zeithhaml-Parasuraman-Berry (1990), untuk mengetahui

kualitas pelayanan yang dirasakan secara nyata oleh konsumen, ada

indikator ukuran kepuasan konsumen yang terletak pada lima dimensi

kualitas pelayanan menurut apa yang dikatakan konsumen, kelima dimensi

servqual tersebut, yaitu : (1) Tangibles, kualitas pelayanan berupa sarana

fisik perkantoran, komputerisasi administrasi, tempat informasi dan ruang

tunggu. (2) Reliability, kemampuan dan keandalan untuk menyediakan

(37)

membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta

tanggap terhadap keingginan konsumen. (4) Assurance, kemampuan dan

keramahan serta sopan santun pegawai dalam meyakinkan kepercayaan

konsumen. (5) Emphaty, sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai

terhadap konsumen (Pasolong, 2007:135).

2.2.6 Konsep Manajemen Pelayanan

Konsep strategi pelayanan bias disajikan dalam bentuk sebuah

modal dalam rangka program peningkatan mutu pellayanan (service).

Selain itu juga dalam hal untuk memberikan pelayanan dengan melalui

berbagai bentuk dan cara untuk dapat menarik simpati konsumennya,

maka dalam hal tersebut akan melalui proses yang panjang dalam

mencapai nilai produk yang dihasilkan oleh perusahaan, untuk mampu

dijaga secara keseluruhan dengan melalui kualitas serta meningkatkan

sumber daya yang profesonal dalam mengelola hasil yang akan dinikmati

serta didistribusikan kepada masyarakat (publik) pengguna jasa.

2.2.7 Meningkatkan Mutu Pelayanan

Pelayanan kepada masyarakat atau pelanggan (customer service)

merupakan suatu kombinasi antara seni (art) dan ilmu (science).Untuk

mempelajari bagaimana menciptakan kualitas pelayanan yang bermutu

tidak cukup hanya memiliki teori atau prinsip melainakan harus berani

mencoba, mempraktikkan pengetahuan yang berkaiatan dengan prilaku

(38)

Melaksanakan pelayanan kepada masyarakat bukan merupakan

kemampuan yang baku untuk setiap kondisi dan tantangan. Oleh karena

itu setiap pelaku atau staf dituntut untuk kreativitas dari waktu ke waktu

dalam menghadapi masyarakat atau pelanggan. Seiring dengan

berjalannya waktu dan tantangan yang dihadapinya, seseorang akan

semakin mahir dalam melakukan pelayanan kepada masyarkat atau

pelanggan yang akhirnya menciptakan pelayanan yang prima. Pelayanan

dikatakan bermutu (prima) apabila berhasil memuaskan masyarakat atau

pelanggan yang dilakukan secara terus menerus, oleh karena itu

bagaimana menciptakan mutu pelayanan yang baik, maka akan

menciptakan pemuasan masyarakat atau pelanggan (Boediono, 2003:114).

2.2.8 Kepuasan Pelanggan

Kata ‘kepuasan’ atau satisfaction berasal dari bahasa latin ‘satis

(artinya cukup baik, memadai) dan ‘facio’ (melakukan atau membuat),

sehingga secara sederhana dapat diartikan sebagai ‘upaya pemenuhan

sesuatu’. Namun, ditinjau dari perspektif perilaku konsumen, istilah

‘kepuasan pelanggan’ lantas menjadi sesuatu yang kompleks. Bahkan,

sebenarnya sampai saat ini belum dicapai kesepakatan mengenai konsep

kepuasan pelanggan (Tjiptono, 2000:89).

Wilkie dalam Tjiptono (2000:89) mendefinisikan kepuasan

pelanggan sebagai tanggapan emosional pada evaluasi terhadap

pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa. Tjiptono (2000:89) juga

(39)

mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui

harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil tidak

memenuhi harapan.

Mowen (1995) dalam Tjiptono (2000:90), merumuskan kepuasan

konsumen sebagai sikap keseluruhan terhadap suatu barang atau jasa

setelah perolehan dan pemakainnya. Dengan kata lain, kepuasan

konsuman merupakan penilaian evaluatif purnabeli yang dihasilkan dari

seleksi pembelian yang spesifik. Dengan semakin banyaknya produsen

yang menawarkan produk dan jasa, maka konsumen memiliki pilihan yang

semakin banyak.Dengan demikian kekuatan tawar-menawar kosumen

semakin besar.Hak-hak kosumenpun mulai mendapatkan perhatian besar,

terutama aspek keamanan dalam pemakaian barang atau jasa tertentu.

Tse dan Wilton (1988) dalam Tjiptono (1997:24), mengemukakan

bahwa kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi

ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau beberapa

norma kinerja lain) dan kinerja aktual produk sebagaimana dirasakan

setelah pemakaiannya. Kotler dan Keller (2006) dalam Tjiptono (1997:24),

kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang

berasal dari perbandingan kinerja (hasil) suatu produk dengan

harapan-harapannya.Jadi seorang konsumen mempersepsikan kualitas produk atau

jasa yang dibeli melebihi kebutuhan, keinginan dan harapannya maka

kepuasan konsumen dikatakan tinggi. (diskonfirmasi positif). Jika seorang

(40)

memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapannya maka kepuasan

konsumen dikatakan rendah (diskonformasi negatif). Jika kinerja sesuai

harapan, maka diskonfirmasi akan sama dengan nol (konfirmasi) sehingga

konsumen tidak merasa puas ataupun kecewa.

Kepuasan masyarakat merupakan respon atas kesesuaian antara

harapan yang diiginkan dengan hasil yang diperolehnya secara aktual

selama melakukan (Nugroho, 2005).

2.2.8.1Unsur -Unsur Kepuasan

Unsur kepuasan dapat juga dikelompokkan menjadi empat faktor

sebagai berikut (Engel, (1990) dalam Nugroho, (2005)):

1. Silent service adalah fasilitas yang tersedia untuk menunjang

pelayanan utama, misalnya toilet, telepon umum, ruang tunggu

2. Image adalah citra instansi yang dipengaruhi oleh suasana psikologis

masyarakat, misalnya keamanan, kenyamanan, dan kebersihan

3. Proactive service menunjukkan mutu service yang diberikan karyawan

kepada masyarakat. Mutu layanan (service) diidentifikasikan dengan,

keramahan, kesigapan, dan kesabaran karyawan dalam memberikan

pelayanan.

4. Quality berkaitan dengan spesifikasi barang/jasa, seperti model,

(41)

2.2.8.2Manfaat Kepuasan Konsumen

Adanya kepuasan konsumen dapat memberikan beberapa manfaat,

diantaranya (Tjiptono dan Diana, 2001:102):

1. Hubungan antara perusahaan dan para konsumennya menjadi

harmonis.

2. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang.

3. Dapat mendorong terciptnya loyalitas konsumen.

4. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth)

yang menguntungkan bagi perusahaan.

5. Reputasi perusahaan menjadi baik di mata konsumen

2.2.8.3Kepuasan Pelayanan Publik

Undang - Undang KEPMEN PAN No. 63/Kep/M.Pan/7/2003

tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, menegaskan

bahwa dalam rangka upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik,

setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar

pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi

penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang

diberlakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati

oleh pemberi dan atau penerima pelayanan.Standar pelayanan

sekurang-kurangnya memuat, yaitu prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya

pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana, serta kompetensi

petugas pemberi pelayanan. Mengacu kepada KEPMEN PAN No.

(42)

penyusunan standar pelayanan, harus disusun petunjuk pelaksanaan

publik, yang sekurang-kurangnya harus memuat, yaitu Landasan Hukum

Pelayanan Publik, Maksud dan tujuan pelayanan publik, Sistem dan

prosedur pelayanan publik, Persyaratan pelayanan publik, Biaya pelayan

publik, Waktu penyelesaian, Hak dan kewajiban, dan Pejabat penerima

pengaduan pelayanan publik.

Mengenai Prosedur pelayanan menurut KEPMEN PAN Nomor

63/Kep/M.Pan/7/2003, bahwa dalam sistem dan prosedur pelayanan

publik sekurang-kurangnya harus memuat, hal-hal sebagai berikut:

a. Tata Cara pengajuan permohonan pelayanan

b. Tata Cara penanganan pelayanan

c. Tata Cara penyampaian hasil pelayanan

d. Tata Cara penyampaian pengaduan pelayanan.

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam

Keputusan Menteri PAN Nomor : 25/KEP/M.PAN/2/2004, yang

kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang “relevan”, “valid” dan

“reliabel”, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran

indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Prosedur pelayanan

2. Persyaratan pelayanan

3. Kejelasan petugas pelayanan

(43)

5. Tanggung jawab petugas pelayanan

6. Kemampuan petugas pelayanan

7. Kecepatan pelayanan

8. Keadilan mendapatkan pelayanan

9. Kesopanan dan keramahan petugas

10. Kewajaran biaya pelayanan

11. Kepastian biaya pelayanan

12. Kepastian jadwal pelayanan

13. Kenyamanan lingkungan

14. Keamanan pelayanan

Dengan demikian 14 unsur yang “relevan”, “valid” dan “reliabel”,

diatas yang diiterapkan dalam studi evaluasi ini. sebagai unsur minimal

yang harus ada untuk dasar instrumen penilaian dan evaluasi kepuasan

(44)

2.3 Ker angka Ber fikir

Gambar 2.1. Ker angka Berfikir

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

Dimana setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialaminya kepada instansi pelaksanan dengan memenuhi persyaratan yang di perlukan dalam

pendaftaran penduduk

AKTA KELAHIRAN

DISPENDUK CAPIL SURABAYA

Keputusan Menteri PAN No : 25/KEP/M. PAN/2/2004 . Mengenai

Prinsip Pelayanan Publik, Menjadi dasar dalam penilaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dengan ukuran sbb:

1. Prosedur Pelayanan 2. Persyaratn Pelayanan 3. Kejelasan Petugas Pelayanan 4. Kediiplinan Petugas Pelayanan 5. Tanggung Jawab Petugas Pelayanan 6. Kemampuan Petugas Pelayanan

(45)

METODE PENELITIAN

3.1. J enis Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di depan, maka

penelitian ini menggunakan rancangan atau desain penelitian deskriptif kualitatif

yaitu kombinasi antara kualitatif dengan kuantitatif untuk mengetahui indeks

kepuasan masyarakat dari kualitas pelayanan akta kelahiran di

DISPENDUKCAPIL Surabaya.

3.2. Definisi Oper asional Var iabel dan Penguk uran Var iabel

Untuk memperjelas variabel-variabel yang digunakan, maka variabel

bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

Kepuasan masyarakat yaitu respon atas kesesuaian antara harapan yang

diinginkan dengan hasil yang diperolehnya secara aktual selama melakukan

penelitian (Nugroho, 2005).Adapun indikator dari variabel kepuasan masyarakat

sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri PAN Nomor :

25/KEP/M.PAN/2/2004, yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang

“relevan”, “valid” dan “reliabel”, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk

(46)

Tabel Instr umen Pengukuran Var iabel

1 Prosedur pelayanan yaitu kemudahan tahapan

2 Per syar atan Pelayanan pengurusan Akta Kelahiran

(47)
(48)

13 Kenyamanan lingkungan

Sumber : hasil olahan peneliti

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan alat tempat yang digunakan oleh peneliti

untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna

memperoleh data. Agar memperoleh data yang akurat dan mendekati kebenaran

sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti memilih dan menetapkan tempat

(49)

3.4.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2003), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas : obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. dalam penelitian ini yang akan dijadikan subyek penelitian adalah

masyarakat Surabaya yang melakukan pembuatan atau pengurusan akta kelahiran

di DISPENDUKCAPIL Surabaya.

3.4.2. Tek nik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini, menggunakan Accidental

Sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja

yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,

bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data

(Sugiyono, 2003:60). Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa

pertimbangan, misalnya: alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga

tidak dapat mengambil sampel yang besar. Adapun kriteria untuk pengambilan

sampel adalah masyarakat yang berdomisili di Surabaya dan mendatangi

DISPENDUKCAPIL.

Menurut Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit

Pelayanan Instansi Pemerintah, Untuk memenuhi akurasi hasil penyusunan

indeks, responden terpilih ditetapkan minimal 150 orang dari jumlah populasi

penerima layanan, dengan dasar (Keputusan Menteri PAN Nomor :

(50)

Jumlah responden = (14 +1) x 10 = 150 responden.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan instrumental atau

daftar pertanyaan terhadap para konsumen yang bertindak sebagai

responden. Dalam penyusunan IKM digunakan kuesioner sebagai alat

bantu pengumpulan data kepuasan masyarakat penerima pelayanan.

Kuesioner disusun berdasarkan tujuan survei terhadap tingkat kepuasan

masyarakat Surabaya.

2. Dokumentasi

Mengutip data-data kuantitatif dari arsip-arsip (dokumen-dokumen)

perusahaan atau lembaga yang terkait yang menjadi obyek penelitian

seperti, file / data pembuatan Akta Kelahiran di DIPENDUKCAPIL

Surabaya.

3.6. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini teknik analisis datanya dilakukan dengan

menggunakan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM), yaitu data informasi

tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara

kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan

dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara

(51)

indikator yang dikaji. Setiap unsur penimbang mempunyai penimbang yang sama

dengan rumus sebagai berikut :

0,071

Untuk memperoleh nilai IKM unit pelayanan digunakan pendekatan nilai

rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut :

penimbang

Un tuk memudahkan interprestasi terhadap penilaian IKM yaitu antara

25-100 maka hasil penilaian tersebut di atas dikonversikan dengan nilai dasar 25,

dengan rumus sebagai berikut :

Tabel 3.2.

Nilai Per sepsi, Inter val IKM, Inter val Kover si IKM, Mutu Pelayanan dan Kiner ja Unit Pelayanan

Nilai

(52)

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian

4.1.1. Pr ofil Kota Surabaya

Kota Surabaya ialah Ibu kota Propinsi Jawa timur yang merupakan kota

terbesar kedua setelah Jakarta di Indonesia ini.

Tabel 4.1.

Topogr afi Kota Surabaya

No Keter angan Deskr ipsi

1 Letak 07 derajat 9 menit - 07 derajat 21 menit LS

(Lintang Selatan) dan 112 derajat 36 menit - 112 derajat 54 menit BT (Bujur Timur)

2 Ketinggian 3 - 6 meter di atas permukaan air laut (dataran

rendah), kecuali di bagian selatan terdapat dua bukit landai di daerah Lidah & Gayungan dengan ketinggian 25-50 meter di atas permukaan air laut

3 Batas Wilayah Sebelah Utara : Selat Madura

Sebelah Timur : Selat Madura Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo Sebelah Barat : Kabupaten Gresik

4 Luas Wilayah 33.306,30 Ha

5 Jumlah Kecamatan 28

6 Jumlah Desa

/Kelurahan

160

Sumber : BPS dalam Angka 2010

4.1.2. Demografi Penduduk Surabaya

Berbanding dengan masyarakat Jawa pada umumnya, suku Jawa di

Surabaya memiliki pembawaan yang keras. Salah satu sebabnya adalah jauhnya

Surabaya dari keraton yang dianggap sebagai pusat kebudayaan Jawa. Surabaya

memiliki logat bahasa Jawa yang khas yang dipanggil “Boso Suroboyoan”. Boso

(53)

Masyarakat Surabaya juga dikenali karena sifat fanatiknya dan bangga terhadap

bahasa mereka.

Sebagai kota metropolitan, Surabaya merupakan pusat kegiatan ekonomi

di Jawa Timur dan sekitarnya. Sebagian penduduknya berkegiatan di sektor-sektor

perdagangan dan perindustrian. Banyak perusahaan besar berpusat di Surabaya.

Surabaya juga dikenal dengan kota pendidikan yang telah memberikan

sumbangsih bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan SDM. Ada

kesesuaian pendidikan lanjut yang dimiliki yaitu, UNAIR, ITS, UNESA dan

banyaknya perguruan tinggi swasta yang berkualitas sebagai sarana dan prasarana

pendidikan di Surabaya yang memadai, meliputi tingkat pendidikan dasar,

menengah dan pendidikan tinggi. Hampir di semua bidang ilmu pengetahuan

dengan tingkat stratum dari akademi dan politeknik, dari S1, S2 hingga S3, dapat

ditemukan di lembaga pendidikan di Surabaya. Pengembangan sebagai kota pendidikan

bertujuan untuk pengembangan kualitas SDM yang ada

(http://www.surabaya.go.id/infokota/index.php?id=4).

Secara geografis, Surabaya terletak pada 07’ 12’- 07’ 21’ Lintang Selatan

dan 112’ 36’ – 112’ 54’ Bujur timur. Dengan letaknnya di daerah tropis yang

strategis tersebut, Surabaya dapat dengan mudah dijangkau melalui jalur darat,

(54)

sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Sidoarjo dan Gresik.

Surabaya dibagi dalam 5 wilayah yaitu, Surabaya Barat, Surabaya Timur,

Surabaya Utara, Surabaya Selatan, dan Surabaya Pusat. Menurut data yang

diperoleh dari BPS dalam “Surabaya dalam angka 2010”, luas wilayah Surabaya

dapat dispesifikasikan sebagai berikut :

Tabel 4.2.

Berdasarkan data yang tercatat di Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk

Kota Surabaya Menurut Jenis Kelamin Per Wilayah Berdasarkan Hasil Sensus

Penduduk Tahun 2000 memiliki komposisi sebagai berikut :

Tabel 4.3.

Komposisi Penduduk Kota Surabaya Ber dasar kan J enis Kelamin

No Wilayah Lak i-laki Pr osentase(% ) Per empuan Pr osentase(% )

(55)

Komposisi Penduduk Kota Surabaya Ber dasar kan Kelompok Umur

Sumber : Surabaya Dalam Angka 2010

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa komposisi masyarakat

Surabaya cenderung merata antara laki-laki dan perempuan. masyarakat yang

berjenis kelamin pria diketahui berjumlah 1.474.874 jiwa atau 50,20% sedangkan

yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 1.463.351 jiwa atau 49,80%.

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa komposisi masyarakat

Surabaya berdasarkan umur, sebagian besar didominasi oleh masyarakat yang

berusia antara 20 – 24 tahun yaitu sejumlah 329.354 orang atau 12,67%

selanjutnya tersebar merata di semua kelompok umur. Sedangkan jika dilihat dari

komposisi penduduk kota Surabaya berdasarkan profesi dapat dijelaskan bahwa

(56)

Komposisi Penduduk Kota Surabaya Ber dasar kan Agama

No Agama J umlah (or ang) Pr osentase (% )

1 Islam 2.376.576 84,00

2 Kristen 279.539 4,19

3 Katolik 119.121 9,83

4 Hindu 11.665 0,41

5 Budha 54.083 1,90

Total 2.840.984 100,00

Sumber : Surabaya Dalam Angka 2010

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk

Surabaya pada tahun 2009 berdasarkan agama terbanyak adalah Islam sejumlah

2.376.576 jiwa atau 84%, Kristen sejumlah 119.121 jiwa atau 4,19%, Katolik

sebanyak 279.539 jiwa atau 9,83% sedangkan yang beragama Hindu sebanyak

11.665 jiwa atau 0,41% dan yang beragama Budha sebanyak 54.083 jiwa atau

1,90%.

4.1.3. Gambar an Umum Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Sur abaya

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pemerintah Kota Surabaya

merupakan salah satu instansi pemerintah yang juga merupakan unsur pelaksana

otonomi aerah yang memepunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan

rumah tangga pemerintah daerah Kota Surabaya di bidang kependudukan yang

meliputi pencatatan, pendataan dan penghitungan penduduk dalam kegiatan

pelayanan kepada masyarakat yang pelaksanaannya diatur dalam Perda Kota

Surabaya No 02 Tahun 2007 yaitu tentang Penyelenggaraan Pendaftaran

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir
Tabel Instrumen Pengukuran Variabel
Tabel 3.2.
Tabel 4.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan fenomena bahwa masih ada masyarakat yang belum memiliki akta kelahiran dan membludaknya jumlah pemohon di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya.

KINERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM PELAYANAN PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN..

Kendala lainnya yaitu kurangnya Informasi Mengenai Prosedur Pembuatan Akta Kelahiran, Informasi mengenai prosedur pembuatan akta kelahiran telah di infokan dari ketua RT

Tingginya kepemilikan akta kelahiran didukung inovasi yang dilakukan Dispendukcapil Kota Surakarta yaitu Relasi Pencatatan Kelahiran, Kartu Insentif Anak (KIA),

Kendala lainnya yaitu kurangnya Informasi Mengenai Prosedur Pembuatan Akta Kelahiran, Informasi mengenai prosedur pembuatan akta kelahiran telah di infokan dari ketua RT

Hasil dari penelitian di Kantor Catatan Sipil Pemerintah Kota Surabaya mengenai kualitas pelayanan administrasi akta kelahiran berdasarkan dimensi kualitas yang terdiri

Dari berbagai pelayanan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tersebut salah satunya adalah pelayanan terhadap kelahiran yaitu pembuatan akta kelahiran yang mana

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Konawe telah melaksanakan upaya dengan maksimal dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penerbitan Akta Kelahiran melalui