BERBASIS WEB MENGGUNAKAN PHP UNTUK PEMILIHAN J URUSAN IPA DAN IPS
(STUDI KASUS : SMA NEGERI 1 TARIK)
SKRIPSI
Disusun oleh :
ADITYA HARYO SANDY NPM : 0935010036
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
BERBASIS WEB MENGGUNAKAN PHP UNTUK PEMILIHAN J URUSAN IPA DAN IPS
(STUDI KASUS : SMA NEGERI 1 TARIK)
Disusun Oleh: ADITYA HARYO SANDY
NPM : 0935010036
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal 4 Oktober 2013
Pembimbing : 1.
Dr. Ronny, S.Kom, M.Kom, M.H NIP/NPT. 0930097101
2.
Priza Pandunata, S.Kom, M.Sc NIP/NPT. 383010602121
Tim Penguji : 1.
Mohamad Irwan Afandi, S.T, M.Sc. NIP/NPT. 2760707402200
2.
Priza Pandunata, S.Kom, M.Sc NIP/NPT. 383010602121
3.
Rizka Hadiwiyanti, S.Kom, M.Kom NIP/NPT. 386071303501
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Industri
(Studi Kasus : SMA Negeri 1 Tarik) Penyusun : Aditya Haryo Sandy
Dosen Pembimbing I : Dr. Ronny, S.Kom, M.Kom, M.H Dosen Pembimbing II : Priza Pandunata, S.Kom, M.Sc
ABSTRAK
SMA Negeri 1 Tarik berdiri tahun 2004 dan merupakan sekolah SMA negeri termuda se-Sidoarjo. Sebagai sekolah yang relatif baru, semua personal sekolah berusaha menciptakan sekolah yang memenuhi Sekolah Standar Nasional termasuk dalam pemilihan jurusan bagi siswa kelas X yang akan naik ke kelas XI. Sesuai kondisi saat ini pihak sekolah dalam melakukan penjurusan masih menggunakan metode perbandingan manual dengan menghitung rata-rata nilai kognitif (nilai mata pelajaran) dan melihat nilai afektif (nilai sikap). Metode tersebut tidak salah, namun dengan melakukan perbandingan manual maka perbandingan tersebut tidak akurat dan konsisten dalam melakukan perhitungan tiap kriteria.
Berdasarkan permasalahan tersebut, dibuatlah sebuah sistem pendukung keputusan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) berbasis web yang dibangun menggunakan bahasa pemrograman PHP dan MySQL sebagai database-nya.
Dengan adanya sistem ini setiap bobot perbandingan akan dihitung nilai-nya, meliputi : nilai bobot perbandingan antar kriteria, nilai bobot prioritas lokal tiap kriteria, dan nilai bobot prioritas global yang sebagai hasil keputusan akhir sehingga setiap perbandingan dan hasil keputusan yang dihasilkan akan konsisten.
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
taufiq, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dan Laporan Skripsi
yang berjudul “Implementasi Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) Berbasis Web Menggunakan PHP Untuk Pemilihan Jurusan IPA Dan IPS (Studi Kasus : SMA Negeri 1
Tarik)”.
Tujuan utama dari penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan menempuh
ujian sarjana pada Fakultas Teknologi Industri Program Studi Sistem Informasi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa laporan Skipsi ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran dan
kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan laporan ini.
Akhir kata penulis semoga laporan ini dapat memberikan sumbangan yang berarti dan
berguna bagi semua pihak yang berkepentingan dan kalangan mahasiswa pada khususnya.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan.
Surabaya, 4 Oktober 2013
Puji Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan Skripsi. Penulis juga menyampaikan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah banyak meluangkan waktunya guna memberikan petunjuk dan bimbingan
yang sangat berarti dalam penyelesaian program serta laporan ini.
Dengan selesainya Skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu dan Bapak saya tercinta selaku orang tua kandung saya yang telah banyak memberikan
dukungan moril dan materiil dan do’a kepada saya sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini
dengan lancar.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Nur Cahyo Wibowo, S.Kom, M.Kom selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Moh. Irwan Afandi, ST, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Bapak Dr. Ronny, S.Kom, M.Kom, M.H selaku Dosen Pembimbing I.
telah memberikan ijin kepada saya untuk melakukan penelitian masalah penjurusan di SMA
Negeri 1 Tarik.
9. Bapak Edy Santosa, S.Pd dan Ibu Dwi Kustianah, S.Pd selaku guru BK (Bimbingan
Konseling) dan pembimbing lapangan selama penelitian di SMA Negeri 1 Tarik.
10.Teman-teman seperjuangan suka duka selama kuliah : Septyan Nurdiansyah, S.Kom, Ronny
Irwansyah, Adam Maulana Rizaldy, S.Kom, Novtori Wicaksono, Hendra Setiawan, Deky
Irawan, Nurinda Arista, S.Kom, Ika Novi Wijayanti, Mega Agustiningrum, S.Kom, Wahyu
Annisa Dewi, S.Kom, Eka Yunita, S.Kom, dan seluruh Mahasiswa Sistem Informasi yang
turut memberi masukkan dan dukungan kepada saya, khususnya teman-teman Program Studi
Sistem Informasi Angkatan 2009.
11.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ...ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Batasan Masalah... 3
1.4. Tujuan ... 4
1.5. Manfaat ... 4
1.6. Metode Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Profil SMA Negeri 1 Tarik ... 8
2.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Tarik ... 8
2.1.2. Visi Satuan Pendidikan ... 11
2.1.3. Misi Sekolah SMA Negeri 1 Tarik ... 11
2.1.4. Tujuan Satuan Pendidikan ... 12
2.1.5. Landasan Pengembangan Kurikulum SMA Negeri 1 Tarik ... 13
2.2.1. Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 19
2.2.2. Penyusunan Prioritas ... 21
2.2.3. Eigen Value Dan Eigen Vector ... 25
2.2.4. Uji Konsistensi Indeks Dan Rasio ... 33
2.3. PHP ... 35
2.3.1. Cara Kerja PHP ... 36
2.3.2. Keunggulan PHP ... 38
2.3.3. Script Dasar PHP ... 38
2.4. Database ... 41
2.4.1. Pengertian Data ... 41
2.4.2. Pengertian Database ... 41
2.5. DFD... 42
2.5.1. Perancangan DFD ... 42
2.6. UML ... 44
2.7. Rational Rose ... 45
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM ... 46
3.1. Analisa ... 46
3.1.1. Pengguna dan Hak Akses ... 48
3.2. Perancangan Sistem ... 49
3.2.1. Perancangan Proses ... 49
4.1. Implementasi Sistem ... 115
4.1.1. Spesifikasi Sistem ... 115
4.1.2. Struktur Hirarki Pemilihan Jurusan Di SMAN 1 Tarik ... 116
4.1.3. Mind Map Sistem ... 116
4.1.4. Implementasi ... 117
4.2. Uji Coba Sistem ... 166
4.2.1. Uji Coba Skenario ... 167
BAB V PENUTUP ... 188
5.1. Kesimpulan ... 188
5.2. Saran ... 188
DAFTAR PUSTAKA ... 190
LAMPIRAN ... 193
LAMPIRAN 1 : Diagram Konteks ... 194
LAMPIRAN 2 : Diagram Level 0 ... 195
LAMPIRAN 3 : Diagram Level 1 (proses 5 mengelola data nilai) ... 196
LAMPIRAN 4 : Diagram Level 1 (proses 9 perhitungan metode AHP) ... 197
LAMPIRAN 5 : CDM (Conceptual Data Model) ... 198
Gambar 2.1 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Tarik ... 15
Gambar 2.2 Struktur Hirarki ... 20
Gambar 2.3 Cara Kerja PHP ... 36
Gambar 3.1 Alur Penjurusan Manual ... 47
Gambar 3.2 Alur Penjurusan Menggunakan Website SPK ... 48
Gambar 3.3 Diagram Level 1 (proses 1 mengelola data admin) ... 50
Gambar 3.4 Diagram Level 1 (proses 2 mengelola data guru) ... 51
Gambar 3.5 Diagram Level 1 (proses 3 mengelola data kelas) ... 51
Gambar 3.6 Diagram Level 1 (proses 4 mengubah data mata pelajaran) ... 52
Gambar 3.7 Diagram Level 1 (proses 6 mengelola data psikologis ... 53
Gambar 3.8 Diagram Level 1 (proses 7 mengelola data siswa) ... 54
Gambar 3.9 Diagram Level 1 (proses 8 mengelola data tahun ajaran) ... 55
Gambar 3.10 Interface Halaman Index ... 110
Gambar 3.11 Interface Halaman home ... 111
Gambar 3.12 Interface Halaman Ganti Password ... 112
Gambar 3.13 Interface Halaman Tahun Ajaran... 112
Gambar 3.14 Interface Halaman Bobot kriteria ... 114
Gambar 4.1 Struktur Hirarki Pemilihan Jurusan Di SMAN 1 Tarik ... 116
Gambar 4.2 Mind Map Sistem ... 117
Gambar 4.3 Halaman Login Admin ... 118
Gambar 4.4 Halaman Home ... 119
Gambar 4.7 Halaman Tahun Ajaran ... 120
Gambar 4.8 Halaman Guru ... 121
Gambar 4.9 Halaman Kelas ... 122
Gambar 4.10 Halaman Siswa ... 123
Gambar 4.11 Halaman Mata Pelajaran... 124
Gambar 4.12 Halaman Mata Pelajaran (Muatan Lokal) ... 125
Gambar 4.13 Halaman Bobot Kriteria ... 126
Gambar 4.14 Halaman Tes Psikologis ... 132
Gambar 4.15 Halaman Nilai (Semester 1) ... 133
Gambar 4.16 Halaman Nilai (Semester 2) ... 134
Gambar 4.17 Halaman Perankingan (Semester 1) ... 134
Gambar 4.18 Halaman Perankingan (Semester 2) ... 135
Gambar 4.19 Halaman Keputusan Penjurusan Final (Jurusan IPA) ... 135
Gambar 4.20 Halaman Keputusan Penjurusan Final (Jurusan IPS) ... 136
Gambar 4.21 Halaman Keputusan Penjurusan Final (Tes psikologis) ... 136
Gambar 4.22 Halaman Keputusan Penjurusan Final (Nilai kognitif) ... 141
Gambar 4.23 Halaman Keputusan Penjurusan Final (Nilai afektif) ... 149
Gambar 4.24 Halaman Keputusan Penjurusan Final ... 159
Gambar 4.25 Print Laporan Penjurusan Ke Pdf ... 159
Gambar 4.26 Print Laporan Penjurusan Ke Excel... 160
Gambar 4.27 Rekomendasi Daftar Siswa Jurusan IPA ... 165
Gambar 1 Diagram Konteks ... 194
Gambar 2 Diagram Level 0 ... 195
Gambar 3 Diagram Level 1 (proses 5 mengelola data nilai) ... 196
Gambar 4 Diagram Level 1 (proses 9 perhitungan metode AHP)... 197
Gambar 5 CDM (Conceptual Data Model) ... 198
Tabel 2.1 Matriks Perbandingan Berpasangan ... 22
Tabel 2.2 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan ... 23
Tabel 2.3 Biaya Pengiriman Barang dari Pabrik ke Kota ... 26
Tabel 2.4 Nilai Random Indeks (RI) ... 35
Tabel 2.5 Simbol-simbol Pada DFD ... 44
Tabel 3.1 Tabel admin ... 56
Tabel 3.2 Tabel bobot_kriteria ... 60
Tabel 3.3 Tabel guru ... 63
Tabel 3.4 Tabel import_gagal ... 64
Tabel 3.5 Tabel kelas ... 65
Tabel 3.6 Tabel mapel ... 66
Tabel 3.7 Tabel mulok ... 68
Tabel 3.8 Tabel nilai_afektif1 ... 70
Tabel 3.9 Tabel nilai_afektif2 ... 73
Tabel 3.10 Tabel nilai_kognitif1 ... 77
Tabel 3.11 Tabel nilai_kognitif2 ... 80
Tabel 3.12 Tabel nilai_praktik1 ... 84
Tabel 3.13 Tabel nilai_praktik2 ... 87
Tabel 3.14 Tabel prioritas_global ... 90
Tabel 3.15 Tabel prioritas_lokal_afektif1 ... 92
Tabel 3.18 Tabel prioritas_lokal_kognitif2... 96
Tabel 3.19 Tabel prioritas_lokal_psikologis ... 98
Tabel 3.20 Tabel psikologis ... 99
Tabel 3.21 Tabel siswa ... 103
Tabel 3.22 Tabel tahun_ajaran ... 105
Tabel 3.23 Tabel total_nilai1 ... 107
Tabel 3.24 Tabel total_nilai2 ... 108
Tabel 4.1 Perbandingan Tiap Kriteria ... 129
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Nilai Pembobotan Tiap Kolom ... 130
Tabel 4.3 Perhitungan Nilai Tiap Cell Pembobotan Kriteria ... 130
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Nilai Tiap Cell Pembobotan Kriteria ... 130
Tabel 4.5 Hasil Bobot Prioritas Kriteria ... 131
Tabel 4.6 Nilai Skor Keputusan Psikologis ... 138
Tabel 4.7 Hasil Keputusan Tes Psikologis ... 138
Tabel 4.8 Pengubahan Hasil Tes Psikologis Ke Nilai Skor ... 138
Tabel 4.9 Hasil Pengubahan Nilai Skor Psikologis Ke Bilangan Desimal ... 139
Tabel 4.10 Hasil Keputusan Prioritas Lokal Psikologis ... 140
Tabel 4.11 Data Nilai Kognitif Semester 1 ... 142
Tabel 4.12 Rata-rata Nilai Kognitif Semester 1 ... 142
Tabel 4.13 Hasil Pengubahan Nilai Kognitif 1 Ke Bilangan Desimal ... 143
Tabel 4.14 Hasil Keputusan Prioritas Lokal Nilai Kognitif 1 ... 144
Tabel 4.17 Hasil Pengubahan Nilai Kognitif 1 Ke Bilangan Desimal ... 147
Tabel 4.18 Hasil Keputusan Prioritas Lokal Kognitif 2 ... 148
Tabel 4.19 Skor Nilai Afektif Semester 1 ... 150
Tabel 4.20 Data Nilai Afektif Semester 1 ... 150
Tabel 4.21 Pengubahan Nilai Afektif 1 Ke Nilai Skor... 151
Tabel 4.22 Rata-rata Nilai Afektif Semester 1... 151
Tabel 4.23 Hasil Pengubahan Nilai Afektif 1 Ke Bilangan Desimal ... 152
Tabel 4.24 Hasil Keputusan Prioritas Lokal Nilai Afektif 1... 153
Tabel 4.25 Skor Nilai Afektif Semester 2 ... 155
Tabel 4.26 Data Nilai Afektif Semester 2 ... 155
Tabel 4.27 Pengubahan Nilai Afektif 2 Ke Nilai Skor... 155
Tabel 4.28 Rata-rata Nilai Afektif Semester 2... 156
Tabel 4.29 Hasil Pengubahan Nilai Afektif 2 Ke Bilangan Desimal ... 157
Tabel 4.30 Hasil Keputusan Prioritas Lokal Afektif 2 ... 158
Tabel 4.31 Tabel Prioritas Global ... 161
Tabel 4.32 Hasil Perhitungan Prioritas Global ... 163
Tabel 4.33 Hasil Keputusan Prioritas Global ... 164
Tabel 4.34 Skenario Uji Coba “Login” ... 167
Tabel 4.35 Skenario Uji Coba “Ganti Password” ... 168
Tabel 4.36 Skenario Uji Coba “Tahun Ajaran” ... 169
Tabel 4.37 Skenario Uji Coba “Guru” ... 171
Tabel 4.40 Skenario Uji Coba “Bobot Kriteria” ... 183
Tabel 4.41 Skenario Uji Coba “Nilai” ... 184
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jurusan adalah satu seri materi pendidikan yang sudah ditentukan secara
sistematis sesuai dengan bidangnya. Penjurusan atau Course yang ditawarkan di level pendidikan SMA diterapkan di Indonesia sejak jaman Belanda. Anak-anak pribumi
pertama kalinya dibagi atas 2 jurusan yaitu budaya (Kelompok A) dan sains (kelompok
B). Pada masa-masa selanjutnya sistem penjurusan di Indonesia diterapkan sejak SMP,
yang kemudian dihapuskan pada tahun 1962. Setelah itu sistem penjurusan kemudian
hanya dikenal di SMA dengan 3 macam jurusan yaitu A (sains), B (bahasa/budaya) dan
C (sosial). Pengistilahan ini mengalami perubahan dan spesifikasi pada masa-masa
berikutnya seperti A1, A2, A3, dan A4. Dan akhirnya kembali seperti sekarang penamaan
jurusan tidak lagi menggunakan lambang huruf atau angka, tetapi dengan kategori IPA,
IPS, dan Bahasa. Penjurusan diperkenalkan sebagai upaya untuk lebih mengarahkan
siswa berdasarkan minat dan kemampuan akademiknya. Siswa yang mempunyai
kemampuan sains dan ilmu exact yang baik, biasanya akan memilih jurusan IPA, dan yang memiliki minat pada sosial dan ekonomi akan memilih jurusan IPS, lalu yang gemar
berbahasa akan memilih Bahasa.
Saat ini SMA Negeri 1 Tarik memiliki 2 jurusan yaitu: Jurusan IPA (Ilmu
Pengetahuan Alam) dan Jurusan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Dimana jurusan IPA dan
IPS memiliki persyaratan nilai tiap mata pelajaran bidang IPA (Matematika, Fisika,
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang sudah ditentukan pihak sekolah. Sistem jurusan di
SMA Negeri 1 Tarik dilakukan pada awal semester 1 kelas X dengan melaksanakan tes
psikologis dan penentuan jurusan dilakukan diakhir semester 2 kelas X, ini merupakan
bentuk dari layanan BK (Bimbingan Konseling) untuk penempatan dan penyaluran siswa
sesuai minat dan bakat serta kemampuan akademik yang dimiliki siswa. Dalam
melakukan proses penjurusan, guru BK masih menggunakan metode manual yaitu
dengan hanya menghitung rata-rata nilai kognitif saja, sedangkan kriteria yang
diprioritaskan adalah nilai tes psikologis, nilai kognitif, dan nilai afektif. Sebenarnya
perbandingan yang dilakukan secara manual tersebut akan membuat perbandingan jadi
tidak konsisten sehingga hasil keputusan pun akan tidak konsisten juga, ini disebabkan
karena belum ada perhitungan nilai untuk bobot perbandingan dan bobot tiap kriteria.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut, dibuatlah sistem pendukung keputusan
menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk pemilihan jurusan IPA
dan IPS. Secara garis besar sistem ini berfungsi untuk memberikan keputusan penjurusan
siswa kepada guru BK. Sistem ini berfungsi melakukan perhitungan bobot perbandingan
tiap kriteria sehingga bobot perbandingan memiliki nilai yang konsisten dalam
melakukan perhitungan dari tiap kriteria yang ada. Selanjutnya sistem melakukan
perhitungan bobot prioritas lokal tiap kriteria, prioritas lokal ini merupakan hasil
keputusan penjurusan dalam lingkup kecil sehingga guru BK bisa mengetahui hasil
keputusan penjurusan dilihat dari tiap kriteria. Terakhir, hasil perhitungan nilai dari bobot
perbandingan kriteria dengan prioritas lokal dihitung untuk memperoleh nilai prioritas
1.2. Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, yang menjadi
permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana membuat sistem
pendukung keputusan penjurusan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy
Process) untuk membantu guru BK dalam memudahkan dalam melakukan perankingan,
perbandingan tiap kriteria, memperoleh keputusan penjurusan dari tiap kriteria, dan
memperoleh keputusan penjurusan akhir ?
1.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, mempunyai batasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian hanya membahas aktivitas proses penjurusan siswa, bukan proses kenaikan
kelas. Jadi, sistem tetap melakukan perhitungan dalam penentuan jurusan meskipun
siswa tersebut tidak naik kelas atau memiliki nilai dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).
2. Sistem hanya bisa digunakan untuk penjurusan program IPA dan IPS.
3. Sistem ini digunakan oleh satu user yaitu anggota guru BK yang juga sebagai admin.
4. Sistem ini hanya bisa digunakan oleh sekolah SMA Negeri 1 Tarik saja, karena
semua sekolah SMA memiliki kebijakan masing-masing dalam melakukan
penjurusan siswa.
5. Sistem hanya memberikan rekomendasi dalam menentukan jurusan dan keputusan
akhir sepenuhnya tetap berada di pihak sekolah / guru BK.
6. Skor nilai afektif dan tes psikologis telah ditentukan melalui musyawarah penulis dan
1.4. Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Merancang dan membangun sistem pendukung keputusan untuk pemilihan
penjurusan yang dibutuhkan oleh guru BK SMA Negeri 1 Tarik.
2. Menerapkan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) ke dalam sistem.
3. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) diharapkan bisa membantu guru BK dalam
memutuskan penjurusan siswa.
4. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) diharapkan bisa memudahkan guru BK dalam
melakukan perbandingan dari beberapa kriteria yang ada.
5. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) diharapkan bisa membantu guru BK dalam
memutuskan penjurusan siswa dengan mempertimbangkan hasil keputusan dari tiap
kriteria.
6. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) diharapkan bisa memudahkan guru BK dalam
mengelola tahun ajaran, siswa, guru, kelas dan nilai dengan baik.
7. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) diharapkan bisa membantu guru BK dalam
melakukan perankingan siswa.
1.5. Manfaa t
Adapun manfaat yang diperoleh dari pembuatan Sistem Pendukung Keputusan
(SPK) ini adalah :
1. Mempermudah dalam melakukan bobot perbandingan kriteria dengan meng-input
2. Membantu dalam melakukan keputusan akhir penjurusan siswa.
3. Membantu menghitung perankingan siswa dari tiap-tiap kelas.
4. Membantu dalam melakukan keputusan penjurusan siswa dari tiap-tiap kriteria.
5. Memudahkan mengelola tahun ajaran, guru, siswa, kelas dan nilai.
1.6. Metode Penelitian
Langkah-langkah pengumpulan data sebagai dasar penyusunan Skripsi adalah
sebagai berikut :
1. Penentuan lokasi
Lokasi dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Tarik, Kabupaten Sidoarjo.
Penentuan lokasi ini didasari oleh pertimbangan dan adanya masalah yang harus
diteliti dan mencari cara pemecah masalahnya.
2. Survey lokasi
Melakukan pengamatan secara langsung di SMA Negeri 1 Tarik untuk
mengidentifikasi permasalahan yang ada. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan
merupakan data tentang permasalahan yang selama ini ada di SMA Negeri 1 Tarik
dan mendapatkan informasi secara tepat dan akurat.
3. Wawancara / Interview
Melakukan wawancara secara langsung kepada manajemen SMA Negeri 1 Tarik
yang terkait tentang alur kerja di SMA Negeri 1 Tarik serta informasi pendukung
lainya mengenai tugas yang akan diselesaikan. Hasil data yang diperoleh merupakan
4. Studi literatur
Mempelajari berbagai macam literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang
ada serta teori-teori yang berkaitan dengan Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process).
5. Analisa sistem
Melakukan identifikasi permasalahan, selanjutnya merencanakan dan menerapkan
rancangan sistem yang dibuat sesuai dengan permintaan guru BK SMAN 1 Tarik.
6. Perancangan sistem
Menggambarkan atau pembuatan sketsa suatu sistem yang akan dibentuk. Termasuk
menyangkut mengkonfigurasikan dari komponen-komponen perangkat lunak dan
perangkat keras dari suatu sistem.
7. Implementasi sistem
Melakukan pemilihan tempat dan instalasi perangkat keras dan perangkat lunak untuk
meletakkan sebuah sistem supaya siap untuk dioperasikan.
8. Uji coba sistem
Pengujian sistem dilakukan berfokus pada internal software yaitu coding, pengujian diarahkan untuk menemukan kesalahan dan memastikan bahwa input yang dibatasi
akan memberikan hasil aktual yang sesuai dengan hasil yang dibutuhkan. Hal ini
dilakukan untuk memastikan kualitas dan keandalan sistem.
9. Evaluasi
Menentukan keberhasilan suatu sistem setelah diimplementasi, dengan memperoleh
informasi mengenai sejauh mana keberhasilan pencapaian tujuan sistem tersebut dan
1.7. Sistematika Penulisan
Laporan Skripsi ini terdiri dari atas 5 bab dengan rincian sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang deskripsi umum Skripsi yang meliputi latar
belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJ AUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori penunjang, yaitu profil SMA
Negeri 1 Tarik, AHP (Analytical Hierarchy Process), PHP, database, DFD, UML, Rational Rose.
BAB III : ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini membahas desain sistem dengan menggunakan DFD (Data Flow Diagram) dan desain database yang terdiri dari desain CDM (Conceptual
Data Model) dan PDM (Physical Data Model). BAB IV : IMPLEMENTASI DAN UJ I COBA SISTEM
Bab ini menjelaskan tentang implementasi dari analisa sistem ke dalam
sebuah bahasa pemrograman PHP sampai terbentuk suatu website dan
berisi penjelasan uji coba website.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari permasalahan
dalam Skripsi ini, serta saran-saran bagi pengembangan lebih lanjut dari
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
Pada bab II ini dibahas beberapa teori dasar untuk menunjang penyelesaian laporan
Skripsi ini.
2.1. Pr ofil SMA Neger i 1 Tar ik
2.1.1. Sejarah Singkat Ber dir inya SMA Neger i 1 Tar ik
1) Awal mula pendir ian SMA Neger i 1 Tar ik
Awal mula berdirinya SMA Negeri I Tarik dimulai dari ide Kepala
Cabang Dinas Kecamatan Tarik pada tahun 2002 yang saat itu dipimpin oleh
Bapak Bambang Eko Soedjarwo yang berkoordinasi dengan Camat Tarik yang
dipimpin oleh Bapak Drs Samsul Rizal. Dari hasil pembicaraan kedua tokoh
tersebut kemudian ditindak lanjuti dalam rapat Kepala Desa dipimpin oleh
Camat Tarik. Hasil rapat diputuskan tempat yang akan didirikan Sekolah
Menengah Tingkat Atas di daerah Desa Kemuning.
Setelah tempat disepakati maka dibuatlah proposal untuk diajukan ke
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo .Hasil proposal ditindak lanjuti oleh kunjungan
Bupati Win Hendrarso untuk melihat langsung tempat yang dimaksud dalam
proposal. Setelah melihat langsung ternyata Bupati tidak berkenan, maka
dengan saran dari Pak Win dengan alasan otonomi daerah Bupati menunjuk
Tanah milik Departemen Perikanan Prop Jatim di desa J anti yang
jawab dalam pendirian SMA yang pada waktu itu banyak warga desa yang
akan bergabung dengan Kab Mojokerto kata Bapak Bambang yang saat ini
beliau Kabag Umum Sekretaris Dewan DPRD Kab Sidoarjo. Peran Muspika
Kec Tarik sangat mendukung adanya Sekolah setingkat SMA , maka dimulailah
pembangunan gedung SMA pada tahun 2003 dan pada tahun pelajaran
2004-2005 gedung SMA sudah bisa dioperasikan dan digunakan pemakaiannya.
2) Per kembangan SMA Neger i 1 Tar ik
Pada tahun 2004-2005, SMA Negeri 1 Tarik belum memiliki Kepala
Sekolah Definitif dan ditetapkan Ibu Dr. Ani Kadarwati M.Pd yang saat itu
menjabat Kepala SMA Negeri 1 Krian sebagai PLH Kepala Sekolah. Sekolah
baru memiliki 8 orang guru PNS, dan untuk mengatasi kekurangan maka
diperbantukan guru SMAN 1 Krian sejumlah 7 orang. Jumlah Tenaga Tata
Usaha : 2 orang PNS. Jumlah tenaga honorer : 2 GTT dan 6 PTT. Karena SMA
Negeri 1 Tarik baru memiliki tiga ruang kelas maka jumlah siswa yang diterima
adalah 101 siswa. Sarana gedung yang dimiliki pada saat itu adalah 2 unit
bangunan gedung yang terdiri dari : 1 Ruang Kepala Sekolah dilengkapi kamar
kecil, 4 ruang waka, 1 Ruang Tata Usaha dilengkapi pantry dan kamar kecil, 1
ruang guru dilengkapi 1 kamar kecil, 1 ruang loket pembayaran, 1 ruang OSIS,
1 gudang , 4 kamar kecil siswa, 3 ruang kelas, dan 1 ruang BK.
Pada tahun 2005-2006, sekolah mendapatkan tambahan 1 unit bangunan
gedung yang terdiri dari 3 ruang kelas 1 ruang kecil yang digunakan sebagai
Negeri 1 Tarik menerima siswa baru sebanyak 5 kelas dan untuk mengatasi
kekurangan ruang kelas maka digunakan ruang TU dan Bangunan peninggalan
Dinas Perikanan. Kekurangan tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan
diatasi dengan mengangkat tenaga honorer. Pada tahun ini tepatnya bulan
Februari 2006 SMA Negeri 1 Tarik telah memiliki kepala sekolah definitive
yaitu. Bapak Drs. Rustamadji, M.Pd.
Pada Tahun 2006-2007, sekolah mendapatkan tambahan 1 unit masjid, 1
unit MCK siswa dan 1 unit bangunan gedung dua lantai yang terdiri dari: 12
ruang kelas dan 4 ruang kecil, sehingga SMA Negeri 1 Tarik telah memiliki 18
ruang kelas. Rincian pemanfaatan ruang tersebut adalah sebagai berikut: 15
ruang sebagai ruang kelas, 1 ruang untuk lab. Computer, 1 ruang lab. IPA dan 1
ruang kelas untuk Multimedia. Pada tahun pelajaran ini dan 2 tahun pelajaran
berikutnya yaitu sampai tahun pelajaran 2009-2010 sekolah belum mendapatkan
tambahan gedung sehingga sekolah menerima 5 rombel setiap tahun.
Pada tahun pelajaran 2010-2011 SMA Negeri 1 Tarik memutuskan
menerima 7 rombongan belajar dengan pertimbangan luas lokasi yang masih
memungkinkan untuk menambah ruang baru dengan memanfaatkan dana block
grant untuk menambah ruang kelas baru dan perpustakaan. Penambahan
fasilitas yang lain ( parkir, kantin, dan taman) menggunakan dana komite.
Pada tahun pelajaran 2011-2012, SMA Negeri 1 Tarik menerima tujuh
rombel peserta didik baru dan mendirikan 1 unit gedung Lab. IPA yang
2.1.2. Visi Satuan Pendidikan
“ UNGGUL DALAM IMTAQ, KREATIFITAS, BERPRESTASI,
BERWAWASAN ADIWIYATA DAN BUDAYA MUTU SEKOLAH ”
Indikator Visi :
1. Unggul dalam pengamalan ajaran agama.
2. Unggul dalam peningkatan kreatifitas peserta didik.
3. Unggul dalam inovasi pembelajaran yang berwawasan lingkungan sekitar.
4. Unggul dalam prestasi nasional.
5. Unggul dalam menciptakan budaya mutu sekolah.
2.1.3. Misi Sekolah SMA Neger i 1 Tar ik
1. Membentuk pribadi peserta didik yang beriman dan bertaqwa melalui kegiatan
keagamaan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing.
2. Meningkatkan peserta didik untuk menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur
melalui kegiatan 5S (salam, senyum, sapa, salim dan santun).
3. Menumbuhkembangkan sumber daya manusia yang kreatif komunikatif inovatif
produktif, mandiri dan berwawasan lingkungan.
4. Membangkitkan kesadaran setiap peserta didik untuk mengenali potensi dirinya,
berdisilin dan tertib dalam hidup.
5. Meningkatkan prestasi peserta didik yang berkualitas dalam bidang akademik
dan non akademik.
6. Meningkatkan pengelolaan sekolah yang partisipatif dan demokratif seluruh
7. Meningkatkan profesional guru dan karyawan untuk mewujudkan budaya mutu
sekolah.
8. Meningkatkan kesadaran berlalu lintas peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari melalui pembinaan dari fihak terkait.
2.1.4. Tujuan Satuan Pendidikan
1. Mempersiapkan peserta didik yang beriman dan bertaqwa dan beraklaq mulia.
2. Melaksanakan pendidikan karakter dan budaya bangsa dengan
mengintegrasikan pada setiap mata pelajaran, pembudayaan dan pemberdayaan
di sekolah.
3. Membekali peserta didik menjadi generasi yang tangguh, ulet, seportif yang
mampu mengembangkan potensi diri menghadai persaingan global.
4. Mengadakan kegiatan ekstra kurikuler yang mebina peserta didik agar menjadi
manusia yang berkepribadian, cerdas, berkualitas dan berprestasi dalam bidang
olahraga dan seni.
5. Mengadakan kegiatan pembinaan olimpiade sains dan karya ilmiah remaja yang
menumbuhkembangkan sumber daya manusia yang kreatif, komunikatif,
inovatif, produktif dan mandiri.
6. Menjalin hubungan kerjasama yang harmonis antara sekolah dan masyarakat
sekitar.
7. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk masa
depan yang lebih baik.
2.1.5. Landasan Pengembangan Kur ikulum SMA Neger i 1 Tar ik
Penyusunan Pengembangan Kurikulum SMA Negeri 1 Tarik ini juga
berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BNSP) dan ketentuan yang menyangkut kurikulum dalam :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
pembagian wewenang antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang
pembiayaan pendidikan.
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang
pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007 tentang
perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 Tahun
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/ Madrasah.
10.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
11.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan.
12.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar
Penilaian.
13.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar
Proses.
14.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang
Kualifikasi dan Kompetensi Konselor.
15.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Pembinaan Kesiswaan.
16.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar
Biaya.
17.Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo nomor 13 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Satuan Pendidikan.
18.Peraturan Bupati Sidoarjo nomor 16 tahun 2012 tentang Muatan Lokal.
2.1.6. Struktur Or ganisasi SMA Neger i 1 Tar ik
Gambar 2.1 Str uktur Or ganisasi SMA Neger i 1 Tar ik Komite Sekolah Kepala Sekolah
SMA Negeri 1 Tarik
Wakasek Kurikulum Wakasek Sarana Prasarana Wakasek Kesiswaan Wakasek Humas Walikelas X-1 Walikelas X-2 Walikelas X-3 Walikelas X-4 Walikelas X-5 Walikelas X-6 Koordinator BK/BP Walikelas X-7
Walikelas XI IPA 1
Walikelas XI IPA 2
Walikelas XI IPA 3
Walikelas XI IPA 4
Walikelas XI IPS 1
Walikelas XI IPS 2
Walikelas XI IPS 3
Walikelas XII IPA 1
Walikelas XII IPA 2
Walikelas XII IPA 3
Walikelas XII IPA 4
Walikelas XII IPS 1
Walikelas XII IPS 2
Walikelas XII IPS 1
2.2. AHP (Analytical Hierarchy Process)
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty
pada tahun 70 – an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah satu metode
yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor
persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP menggabungkan penilaian dan nilai
pribadi ke dalam satu cara yang logis.
Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyelesaikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat di artikan bahwa kriteria
dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria),struktur masalah yang belum jelas,
ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu
orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia. Menurut Saaty, hirarki didefinisikan
sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur
multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub
kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu
masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian
diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur
dan sistematis.
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas
persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan
dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian – bagiannya, menata bagian atau
variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan
subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk
mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari
perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai
pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan secara intuitif
sebagaimana yang dipersentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.
Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari :
1) Reciprocal Comparison, yang mengandung arti si pengambil keputusan harus bisa membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensinya itu
sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B
dengan skala x, maka B lebih disukai dari A dengan skala.
2) Homogenity, yang mengandung arti preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan
satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dapat dipenuhi maka elemen-elemen yang
dibandingkan tersebut tidak homogenous dan harus dibentuk suatu’cluster’
(kelompok elemen-elemen) yang baru.
3) Independence, yang berarti preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa
kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh
objektif secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau
pengaruh dalam model AHP adalah searah keatas, Artinya perbandingan antara
elemen-elemen dalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen
4) Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka si pengambil
keputusan tidak memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang tersedia atau
diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.
Tahapan – tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya
adalah sebagai berikut :
a. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan kriteria-kriteria dan alternatif - alternatif pilihan yang ingin di ranking.
c. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan
atau kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dilakukan berdasarkan
pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat-tingkat
kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
d. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam
matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
e. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen
vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.
f. Mengulangi langkah, 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
g. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai
pilihan dalam penentuan prioritas elemen pada tingkat hirarki terendah sampai
pencapaian tujuan.
h. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0,100 maka
penilaian harus diulangi kembali.
2.2.1. Pr insip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip
dasar yang harus dipahami antara lain :
1) Decomposition
Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur – unsur ke bentuk hirarki proses pengambilan
keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk
mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur –
unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga
didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan.
Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete
dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang
ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete
kebalikan dari hirarki complete. Bentuk struktur dekomposisi yakni :
Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal)
Tingkat kedua : Kriteria – kriteria
Gambar 2.2 Str uktur Hir ar ki
Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan
keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat
dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan
karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai
suatu sistem dengan suatu struktur tertentu.
2) Comparative J udgement
Comparative judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan
tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan
berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen – elemennya. Hasil dari
penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks pairwise
digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah
(equal importance) sampai dengan skala 9 yang menujukkan tingkatan
paling tinggi (extreme importance).
3) Synthesis of Pr ior ity
Synthesis of priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan keputusan.
4) Logical Consistency
Logical consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai dengan mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai
tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan.
2.2.2. Penyusunan Pr ior itas
Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki harus diketahui bobot relatifnya
satu sama lain. Tujuan adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan pihak – pihak
yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan struktur hirarki atau
sistem secara keseluruhan.
Langkah pertama dilakukan dalam menentukan prioritas kriteria adalah
menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk
berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki. Perbadingan tersebut
kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan
Misalkan terhadap sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n alternatif dibawahnya, sampai . Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem
hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matris n x n, seperti pada dibawah ini.
Tabel 2.1 Matr iks Per bandingan Ber pasangan
C A1 A2 . . . An
A1 ɑ11 a12 . . . a1n
A2 a21 a22 . . . a2n
: : : . . . :
Am am1 am2 . . . amn
Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom)
yang menyatakan hubungan :
a) Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C
dibandingkan dengan A1 (kolom) atau
b) Seberapa jauh dominasi A1 (baris) terhadap A1 (kolom) atau
c) Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris) dibandingkan
dengan A1 (kolom).
Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari
skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, seperti pada tabel
Tabel 2.2 Skala Penilaian Per bandingan Ber pasangan
Tingkat
Kepentingan
Definisi Keterangan
1
Equal Importance (Sama Penting)
Kedua elemen mempunyai
pengaruh yang sama besar
terhadap tujuan.
3
Weak Importance Of One
Over Another (Sedikit Lebih Penting)
Pengalaman dan penilaian
sangat memihak satu elemen
dibandingkan dengan
pasangannya
5
Essential Or Strong Importance
(Lebih Penting)
Satu elemen sangat disukai dan
secara praktis dominasinya
sangat nyata, dibandingkan
dengan elemen pasangannya
7
Demonstrated Importance
(Sangat Penting)
Satu elemen terbukti sangat
disukai dan secara praktis
dominasinya sangat,
dibandingkan dengan elemen
pasangannya
9
Extreme Importance (Mutlak Lebih Penting)
Satu elemen mutlak lebih
disukai dibandingkan dengan
pasangannya, pada tingkat
2, 4, 6, 8
Intermediate Values Between The Two Adjacent Judgments
Nilai diantara dua pilihan
yang berdekatan
Resiprokal Kebalikan
Jika elemen i memiliki salah satu angka diatas ketika
dibandingkan elemen j, maka j
memiliki kebalikannya ketika
dibanding elemen i.
Seorang decision maker akan memberikan penilaian, mempersepsikan
ataupun memperkirakan kemungkinan dari suatu hal/peristiwa yang dihadapi.
Penilaian tersebut akan dibentuk kedalam matriks berpasangan pada setiap level
hirarki.
Contoh Pair – Wise Comparison Matrix pada suatu level of hierarchy, yaitu :
A =
1 5 1 4 9 1 5 1 6 7 1 4 1 6 1 1 3 1 9 7 3 1 N M L K
Bar is 1 kolom 2 : Jika K dibandingkan L, maka K sedikit lebih penting/cukup
penting dari L yaitu sebesar 3, artinya K moderat pentingnya dar ipada L, dan seterusnya.
K L
M
Angka 3 bukan berarti bahwa K tiga kali lebih besar dari L, tetapi K
moderat importance dibandingkan dengan L, sebagai ilustrasi perhatikan matriks resiprokal berikut ini :
A = 1 4 1 9 1 4 1 7 9 7 1 1 M L K
Membacanya/membandingkannya, dari kiri ke kanan. Jika K dibandingkan dengan
L, maka L very strong importance daripada K dengan nilai judgement sebesar 7.
Dengan demikian pada baris 1 kolom 2 diisi dengan kebalikan dari 7 yakni
7 1
.
Artinya, K dibanding L maka L lebih kuat dar i K.
Jika K dibandingkan dengan M, maka K extreme importance daripada M dengan nilai judgement sebesar 9. Jadi baris 1 kolom 3 diisi dengan 9, dan seterusnya.
2.2.3. Eigen Value Dan Eigen Vector
Apabila pengambil keputusan sudah memasukkan persepsinya atau
penilaian untuk setiap perbandingan antara kriteria – kriteria yang berada dalam
satu level (tingkatan) atau yang dapat diperbandingkan maka untuk mengetahui
kriteria mana yang paling disukai atau paling penting, disusun sebuah matriks
perbandingan disetiap level (tingkatan).
Untuk melengkapi pembahasan tentang eigen value dan eigen vector maka
akan diberikan definisi – definisi mengenai matriks dan vector. K
1) Matriks
Matriks adalah sekumpulan elemen berupa angka/simbol tertentu yang
tersusun dalam baris dan kolom berbentuk persegi. Suatu matriks
biasanya dinotasikan dengan huruf kapital ditebalkan (misal matriks
A, dituliskan dengan A). Sebagai contoh matriks, perhatikan tabel
yang memuat informasi biaya pengiriman barang dari 3 pabrik ke 4
kota berikut ini :
Tabel 2.3 Biaya Pengir iman Barang dar i Pabr ik ke Kota
Pabr ik
Kota
Kota 1 Kota 2 Kota 3 Kota 4
Pabr ik 1 5 2 1 4
Pabr ik 2 2 3 6 5
Pabr ik 3 7 6 3 2
Tabel ini jika disajikan dalam bentuk matriks akan menjadi
seperti berikut :
= 2 3 6 7 5 6 3 2 4 1 2 5 4 Kolom 3 Kolom 2 Kolom 1 Kolom A
Baris 1
Baris 2
Matriks A memiliki tiga baris yang mewakili informasi Pabrik
(1, 2, dan 3) dan empat kolom yang mewakili informasi Kota (1, 2, 3,
dan 4). Sedangkan informasi biaya pengiriman dari masing – masing
pabrik ke tiap – tiap kota, diwakili oleh perpotongan baris dan kolom.
Sebagai contoh, perpotongan baris 1 dan kolom 1 adalah 5, angka 5 ini
menunjukkan informasi biaya pengiriman dari pabrik 1 ke kota 1, dan
seterusnya.
Secara umum, bentuk matriks A dapat dituliskan seperti
berikut : = 34 33 32 31 24 23 22 21 14 13 12 11 a a a a a a a a a a a a A
dimana, pada notasi elemen matriks, angka sebelah kiri adalah
informasi baris sedangkan angka di kanan adalah informasi kolom,
contoh a23 berarti nilai yang diberikan oleh baris ke dua dan kolom ke
tiga. Jika informasi baris dinotasikan dengan m dan informasi kolom
dengan n maka matriks tersebut berukuran (ordo) m x n. Matriks dikatakan bujur sangkar (square matrix) jika m = n. Dan skalar – skalarnya berada di baris ke-i dan kolom ke-j yang disebut (ij) matriks
2) Vector dari n dimensi
Suatu vector dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemen –
elemen yang teratur berupa angka – angka sebanyak n buah, yang disusun baik menurut baris, dari kiri ke kanan (disebut vektor baris
atau Row Vector dengan ordo 1 x n) maupun menurut kolom, dari atas
ke bawah (disebut vektor kolom atau Colomn Vector dengan ordo n x 1). Himpunan semua vektor dengan n komponen dengan entri riil dinotasikan dengan Rn.
3) Eigen value dan Eigen Vector
Definisi : Jika A adalah matriks n x n maka vector tak nol x di dalam
Rn dinamakan Eigen Vector dari A jika Ax kelipatan skalar , yakni
Ax = λx
Skalar λ dinamakan eigen value dari A dan x dikatakan eigen vektor yang bersesuaian dengan λ. Untuk mencari eigen value dari matriks A
yang berukuran n x n maka dapat ditulis pada persamaan berikut :
Ax = λx
Atau secara ekivalen
(λI – A)x = 0
Agar λ menjadi eigen value, maka harus ada pemecahan tak nol dari persamaan ini. Akan tetapi, persamaan diatas akan mempunyai
pemecahan tak nol jika dan hanya jika :
Ini dinamakan persamaan karakteristik A, skalar yang memenuhi
persamaan ini adalah eigen value dari A.
Bila diketahui bahwa nilai perbandingan elemen Ai terhadap
elemen Aj adalah aij, maka secara teoritis matriks tersebut berciri
positif berkebalikan, yakni ɑij =
ij
a 1
. Bobot yang dicari dinyatakan
dalam vector
ω
=
(
ω
1,
ω
2,
ω
3,
K
ω
n)
. Nilaiω
n menyatakan bobot kriteria An terhadap keseluruhan set kriteria pada sub sistem tersebut.Jika aij mewakili derajat kepentingan i terhadap faktor j dan ajk
menyatakan kepentingan dari faktor j terhadap faktor k, maka agar
keputusan menjadi konsisten, kepentingan I terhadap k harus sama dengan aij.ajk atau jika aij.ajk = aik untuk semua i, j, k maka matriks
tersebut konsisten. Untuk suatu matriks konsisten dengan vector
ω
,maka elemen aij dapat ditulis menjadi :
j i ij a
ω
ω
= ; ∀i, j=1,2,3,K n (1)
Jadi matriks konsisten adalah :
ik k i k j j i jk
ij a a
a ⋅ = ⋅ = =
Seperti yang di uraikan diatas, maka untuk pair –wise comparison matrix diuraikan seperti berikut ini :
ij j i i j ji a
a = = =
ω
ω
ω
ω
1(3)
Dari persamaan tersebut di atas dapat dilihat bahwa :
1 = ⋅ j i ji a
ω
ω
n ji, =1,2,3,K
∀ (4)
Dengan demikian untuk pair-wise comparison matrix yang konsisten
menjadi : n a n j ij ij ij ⋅ ⋅ =
∑
=11
ω
ω
; ∀i, j=1,2,3,K n (5)∑
= = ⋅ n j ij ij ij n a 1 ωω ; ∀i, j=1,2,3,K n (6)
Persamaan diatas ekivalen dengan bentuk persamaan matriks di bawah
ini :
ω
ω
= ⋅⋅ n
A (7)
Dalam teori matriks, formulasi ini diekspresikan bahwa
ω
adalah = ⋅ = n n m n n n n n n A ω ω ω ω ω ω ω ω ω ω ω ω ω ω ω ω ω ω ω ω ω ω ω ω M M L O M M L L 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 (8)
Pada prakteknya, tidak dapat dijamin bahwa :
jk ik ij
a a
a = (9)
Salah satu faktor penyebabnya yaitu karena unsur manusia (decision
maker) tidak selalu dapat konsisten mutlak (absolute consistent) dalam mengekspresikan preferensinya terhadap elemen – elemen yang
dibandingkan. Dengan kata lain, bahwa judgement yang diberikan
untuk setiap elemen persoalan pada suatu level hierarchy dapat saja inconsistent.
Jika :
1) Jika
λ
1,
λ
2,
K
λ
n adalah bilangan – bilangan yang memenuhipersamaan :
x
Ax=
λ
(10)Dengan eigen value dari matriks A dan jika aii = 1; i = 1,
2, … n; maka dapat ditulis :
Misalkan kalau suatu pair –wise comparison matrix bersifat ataupun memenuhi kaidah konsistensi seperti pada
persamaan (2), maka perkalian elemen matriks sama dengan
satu.
=
22 21 12 11A
A
A
A
A
maka12 21
1 A
A = (12)
Eigen value dari matriks A,
(
)
0 0 0 = − = − = − I A I A x Axλ
λ
λ
(13)Kalau diuraikan lebih jauh untuk persamaan (13), hasilnya
menjadi :
0
22 21 12 11=
−
−
λ
λ
A
A
A
A
(14)Dari persamaan (14) kalau diuraikan untuk mencari harga
eigen value maximum
( )
λ
max yaitu :(
)
(
)
0 ; 0 0 2 0 2 0 1 2 1 0 1 1 2 1 2 2 2 = = = − = − = − + − = − − λ λ λ λ λ λ λ λ λDengan demikian matriks pada persamaan (12) merupakan
matriks yang konsisten, dengan nilai
λ
max sama dengan hargaJadi untuk n > 2, maka semua harga eigen value – nya sama dengan nol dan hanya ada satu eigen value yang sama dengan n
(konstan dalam kondisi matriks konsisten).
2) Bila ada perubahan kecil dari elemen matriks maka aij eigen
value – nya akan berubah semakin kecil pula.
Dengan menggabungkan kedua sifat matriks (aljabar linier),
jika :
a. Elemen diagonal matriks A
(
a
ii=
1
)
∀i, j=1,2,3,K nb. Dan untuk matriks A yang konsiten, maka variasi kecil
dari aii dengan ∀i, j=1,2,3,K nakan membuat harga
eigen value yang lain mendekati nol.
2.2.4. Uji Konsistensi Indeks Dan Rasio
Salah satu utama model AHP yang membedakannya dengan model
pengambilan keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak.
Dengan model AHP yang memakai persepsi decision maker sebagai inputnya maka
ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam
menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus membandingkan
banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka decision maker dapat menyatakan
Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas eigen value maksimum. Thomas L. Saaty telah membuktikan bahwa indeks konsistensi
dari matriks berordo n dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
(
)
(
−1)
− =
n n CI λmax
(15)
CI = Rasio Penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency indeks)
max
λ
= Nilai eigen terbesar dari matriks berordo nn = Orde matriks
Apabila CI bernilai 0 (nol), maka matriks pair wise comparison tersebut
konsisten. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang telah ditetapkan oleh Thomas L. Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu
perbandingan indeks konsistensi dengan nilai Random Indeks (RI) yang didapatkan
dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory kemudian dikembangkan oleh Wharton School dan diperlihatkan seperti tabel 2.3. Nilai ini bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian, Rasio Konsitensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
RI CI
CR = (16)
CR = Rasio Konsistensi
Tabel 2.4 Nilai Random Indeks (RI)
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
n 11 12 13 14 15
RI 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
Bila matriks pair - wise comparison dengan nilai CR lebih kecil dari 0,100
(10%) maka ketidakkonsistenan pendapat dari decision maker masih dapat diterima
jika tidak maka penilaian perlu diulang.
2.3. PHP
PHP diciptakan oleh Rasmus Lerdorf, seorang pemrogram C yang andal. Semula
PHP hanya digunakan untuk mencatat jumlah pengunjung pada homepage-nya. Rasmus
adalah seorang pendukung open source, karena itulah ia mengeluarkan Personal Home Page Tools versi 1.0 secara gratis. Setelah mempelajari YACC dan GNU bison, Rasmus menambah kemampuan PHP 1.0 dan menerbitkan PHP 2.0. PHP 2.0 mampu berhubungan
dengan database dan diintegrasikan dengan HTML, PHP telah digunakan oleh banyak website di dunia.
Menurut Agus Saputra (2011, p.1) PHP atau yang memiliki kepanjangan PHP
beda kondisi. HTML digunakan sebagai pembangun atau pondasi dari kerangka layout
web, sedangkan PHP difungsikan sebagai prosesnya sehingga dengan adanya PHP tersebut, web akan sangat mudah di-maintenance.
PHP berjalan pada sisi server sehingga PHP disebut juga sebagai bahasa Server Side Scripting. Artinya bahwa dalam setiap/untuk menjalankan PHP, wajib adanya web
server.
PHP ini bersifat open source sehingga dapat dipakai secara cuma-cuma dan mampu
lintas platform, yaitu dapat berjalan pada sistem operasi Windows maupun Linux. PHP
juga dibangun sebagai modul pada web server apache dan sebagai binary yang dapat berjalan sebagai CGI.
2.3.1. Car a Ker ja PHP
Cara kerja aplikasi web yang ditulis dengan PHP dapat diilustrasikan dengan
gambar dibawah ini :
Gambar 2.3 Car a Ker ja PHP
Web Browser
1
8
Komputer Client
Internet 2
7
6 3
Komputer Server
Apache
PHP
MySQL Disk Drive
Berikut keterangan gambar diatas :
1. User mengetik www.xyz.com/home.php di address bar dari web browser
(Internet Explorer, Mozilla Firefox, Opera, dll)
2. Web browser mengirimkan pesan (www.xyz.com/home.php) tersebut ke komputer server (www.xyz.com) melalui internet, meminta halaman
home.php.
3. Web server (misalnya Apache), program yang berjalan di komputer server akan menangkap pesan tersebut, lalu meminta interpreter PHP (program lain yang juga berjalan di komputer server) untuk mencari file home.php
dalam disk drive.
4. Interpreter PHP membaca file home.php dari disk drive.
5. Interpreter PHP akan menjalankan perintah-perintah atau sript PHP yang
ada dalam file home.php. Jika sript dalam file home.php melibatkan akses terhadap database (misalnya MySQL) maka interpreter PHP juga akan berhubungan dengan MySQL untuk melaksanakan perintah-perintah yang
berkaitan dengan database.
6. Interpreter PHP mengirimkan halaman dalam bentuk HTML ke Apache. 7. Melalui internet, Apache mengirimkan halaman yang diperoleh dari
interpreter PHP ke komputer user sebagai respon atas permintaan yang
diberikan.
2.3.2. Keunggulan PHP
Ada beberapa alasan yang menjadi dasar pertimbangan mengapa
menggunakan PHP :
1) Mudah dipelajari, alasan tersebut menjadi salah satu alasan utama untuk
menggunakan PHP, Pemula pun akan mampu untuk menjadi web master
PHP.
2) Mampu Lintas Platform, artinya PHP dapat / mudah diaplikasikan ke berbagai platform OS(Operating Sytem) dan hampir semua browser juga mendukung PHP.
3) Free / Gratis, bersifat Open Source. 4) PHP memiliki tingkat akses yang cepat.
5) Didukung oleh beberapa macam web server, PHP mendukung beberapa web
server, seperti Apache, IIS, Lighttpd, Xitami.
6) Mendukung database, PHP mendukung beberapa database, baik yang gratis
maupun yang berbayar, seperti MySQL, PostgreSQL, mSQL, Informix,
SQL server, Oracle.
2.3.3. Script Dasar PHP
PHP sebagai alternatif lain memberikan solusi sangat murah (karena gratis
digunakan) dan dapat berjalan diberbagai jenis platform. PHP adalah skrip bersifat
statis, namun menjadi bersifat dinamis. Sifat server side berarti pengerjaan skrip dilakukan di server, baru kemudian hasilnya di kirimkan ke browser.
Script dasar PHP meliputi bagaimana cara memulai suatu struktur pemrograman PHP. Ada 3 cara untuk memulai pemrograman PHP, diantaranya :
1) <?php . . . ?>
2) <? . . . ?>
3) <script language=”php”> . . . </script>
Dari beberapa sintaks dasar tersebut, yang paling banyak digunakan adalah
cara yang pertama dan yang kedua. Cara penulisan skrip PHP ada 2 macam, yaitu
Embedded Script dan Non Embedded Script. Contohnya :
1) Embedded Script
<html>
<head>
<title>Embedded Script</title>
</head>
<body>
<?php
echo “Hello World”;
?>
</body>
2) Non Embedded Script
<?php
echo “<html>”;
echo “<head>”;
echo “<title>Non Embedded Script</title>”;
echo “</head>”;
echo “<body>”;
echo “<p>Hello World</p>”;
echo “</body>”;
echo “</html>”;
?>
Dari contoh diatas menjelaskan bahwa skrip PHP dapat berupa embedded
script yaitu meletakkan tag PHP diantara tag-tag HTML sedangkan non embedded
script yaitu semua tag HTML diletakkan dalam tag PHP. Semua skrip PHP menyerupai dengan sript bahasa C, walaupun tidak sepenuhnya sama.
Untuk menampilkan nilai suatu variabel ke layar dapat menggunakan
perintah yaitu “echo”, “print” maupun “printf”. Contohnya :
1)echo "Nama depan : Aditya";
2)print "Nama tengah : Haryo";
2.4. Database
2.4.1. Penger tian Data
Data adalah fakta, atau bagian dari fakta yang mengandung arti, yang
dihubungkan dengan kenyataan, symbol-simbol, gambar-gambar, kata-kata,
angka-angka, huruf-huruf, atau simbol-simbol yang menunjukkan suatu ide, obyek,
kondisi, atau situasi dan lain-lain. Data itu sendiri merupakan bentuk jamak data
dari datum yang berarti informasi (Febrian, 2002, p126).
Data adalah representasi obyek yang disimpan dan kejadian-kejadian yang
memiliki maksud dan penting bagi user (Hoffer, 2005, p5).
2.4.2. Penger tian Database
Database (Basis data) adalah kumpulan data yang terhubung satu sama lain
secara logical, dan deskripsi data itu dirancang untuk memenyhi kebutuhan
informasi dari sebuah organisasi. Basis data digunakan sebagai tempat
penyimpanan data yang secara simultan digunakan oleh banyak departemen dan
pengguna. Semua data terintregasi dengan jumlah duplikasi yang minimum. Basis
data ini tidak hanya dipunyai oleh suatu departemen saja tetapi di-share oleh
beberapa sumber lainnya (Conolly, 2005, p15).
Basis data adalah kumpulan data-data yang digunakan oleh sistem aplikasi
dari perusahaan (Date, 2000, p10).
Basis data adalah seperangkat file yang terinterelasi dan terkoordinasi secara
Basis data diperlukan karena (www.ilmukomputer.com) :
Salah satu komponen penting dalam sistem informasi, karena
merupakan dasar dalam menyediakan informasi.
Menentukan kualitas informasi : akurat, tepat pada waktunya dan
relevan. Informasi dapat dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih
efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya.
Mengurangi duplikasi data (data redundancy).
Hubungan data dapat ditingkatkan (data reliability).
Mengurangi pemborosan tempat simpanan luar.
2.5. DFD
Menurut Whitten (2004, p344), Data Flow Diagram (DFD) merupakan alat yang
menggambarkan aliran data melalui sistem dan pekerjaanya atau proses yang dilakukan
oleh sistem.
2.5.1. Perancangan DFD
Dalam pembuatan DFD, terdapat levelisasi yang bertujuan untuk
menghindari aliran data yang rumit. Levelisasi dimulai dari dengan tingkatan
Tingkatan tersebut terdiri :
1) Diagram konteks (Context Data Flow Diagram)
Menurut Whitten (2004, p372), Context Data Flow Diagram merupakan
sebuah model proses yang di