• Tidak ada hasil yang ditemukan

JOB SAFETY ANALYSIS PADA KONSTRUKSI TRANSMART CARREFOUR MANADO Cristine Sumolang*, Paul Arthur Tennov Kawatu*, Oksfriani Jufri Sumampouw*

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JOB SAFETY ANALYSIS PADA KONSTRUKSI TRANSMART CARREFOUR MANADO Cristine Sumolang*, Paul Arthur Tennov Kawatu*, Oksfriani Jufri Sumampouw*"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 JOB SAFETY ANALYSIS PADA KONSTRUKSI TRANSMART CARREFOUR MANADO

Cristine Sumolang*, Paul Arthur Tennov Kawatu*, Oksfriani Jufri Sumampouw* *Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Kecelakaan kerja yang memakan banyak korban jiwa banyak terjadi dikonstruksi. Pekerjaan dengan menggunakan peralatan yang canggih tidak jarang juga membawa musibah, kecelakaan, penyakit akibat kerja, dan bahkan sampai pada kematian bagi penggunanya sendiri dan tidak selalu membawa keuntungan dan kemudahan bagi pekerja oleh sebab itu dilakukan penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi bahaya K3 yang ada di konstruksi, potensi bahaya, resiko serta menganalisis pengendalian/rekomendasi terhadap kecelakaan kerja dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) konstruksi Transmart Carrefour Manado. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA), dengan informan penelitian yaitu 1 Safety Officer dan 1 Kontraktor PT. Grahatama Wira Kontrindo. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung, wawancara dan dokumentasi. Analisis potensi bahaya K3 dengan JSA yang ada di Konstruksi Transmart Carrefour Manado ditemukan adanya potensi bahaya yaitu, bahan material konstruksi, alat kerja, mesin, lingkungan kerja, cara kerja serta posisi kerja yang tidak aman dan tidak ergonomis. Adanya potensi bahaya dapat menimbukan resiko kecelakaan kerja pada setiap jenis dan tahapan pekerjaan konstruksi. Perlu adanya pengendalian sebelum kecelakaan kerja terjadi yang harus di terapkan sesuai dengan hirarki pengendalian bahaya/resiko K3.

Kata Kunci: Job Safety Analysis, Konstruksi, Pengendalian Bahaya ABSTRACT

Working accidents that cost a lot of casualties happen to be constructed. Work using sophisticated equipment often leads to accidents, accidents, occupational diseases, and even death to its own users and does not always bring benefits and convenience to the worker. The purpose of this research is to know the potential of Occupational Health and Dafety Hazards in construction, potential hazard, risk and analyze the control / recommendation on work accident by using Job Safety Analysis (JSA) method in Transmart Carrefour Manado construction.This research used descriptive research with qualitative approach and Job Safety Analysis (JSA) method. Respondent of this research are 1 Safety Officer dan 1 contractor from PT. Grahatama Wira Kontrindo. Data colletction was done by observation, interview and documentation. Analysis of potential OSH hazard with JSA in Transmart Carrefour Manado Construction found potential hazard that is, construction material, work tool, machine, work environment, work method and unsafe job position and not ergonomic. The presence of potential hazards can increase the risk of occupational accidents in each type and stages of construction work. It is necessary to have control before the accidents occur which must be applied accordance with OHS hierarchy hazard control.

(2)

2

PENDAHULUAN

Kecelakaan kerja yang memakan banyak korban jiwa banyak terjadi di konstruksi.

Walaupun jenis pekerjaan yang

dilakukan memang menampilkan tingkat bahaya yang tinggi, ada suatu sikap yang berkembang dalam industri tersebut bahwa hal itu sudah merupakan bagian dari pekerjaan. Berhasil menuntaskan pekerjaan dengan baik dan tanpa korban jiwa atau cidera serius. Anggapan itu seringkali disangkal oleh bebrapa proyek konstruksi besar (Ridley, 2008).

Undang-Undang No 1 tahun

1970 tentang keselamatan dan

pencegahan kecelakaan dijelaskan

bahwa perusahaan wajib melindungi keselamatan pekerja yaitu dengan memberi penjelasan kepada tenaga kerja tentang kondisi dan bahaya tempat kerja, alat pelindung diri, yang diharuskan dalam tempat kerja, alat pelindung diri bagi tenaga kerja serta cara dan sikap

yang aman dalam melaksanakan

pekerjaan (Suma’mur, 1989).

Permasalahan yang banyak

menyita perhatian dari berbagai

organisasi/ perusahaan, karena

mencakup permasalahan dari segala

aspek adalah Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3). Mulai dari perikemanusiaan, biaya dan manfaat

ekonomi, aspek hukum,

tanggungjawaban serta citra

organisasi/perusahaan itu sendiri. Terjadi perubahan perilaku disana sini faktor lain yang masuk dari unsur eksternal industry dan juga , baik itu dalam lingkungan industry sendiri. Semua hal tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang sama penting dan besarnya (Ervianto, 2005).

Selama tahun 2010 di Indonesia, berdasarkan laporan dari daerah, terjadi kasus kecelakaan kerja sebanyak 98.711 kasus. Sedangkan berdasarkan data

semester I Tahun 2011 jumlah

kecelakaan kerja adalah 48.511 kasus. Ditinjau dari sumber kecelakaan,

penyebab terbesar adalah mesin,

pesawat angkut dan perkakas kerja tangan. Sementara berdasarkan tipe kece-lakaan, yang terbanyak adalah terbentur, bersinggungan dengan benda tajam yang men-gakibatkan tergores, terpotong, tertusuk dan sebagainya dan

terpukul akibat terjatuh

(Kemenakertrans, 2012).

Job Safety Analysis (JSA)

merupakan metode yang mempelajari suatu pekerjaan untuk mengidentifikasi bahaya dan potensi insiden yang berhubungan dengan setiap langkah dan digunakan untuk mengembangkan solusi

yang dapat menghilangkan dan

mengkontrol bahaya (National

Occuopational Safety Association,

(3)

3

PT. Grahatama Wira Kontrindo merupakan perusahaan kontraktor sipil yang bergerak di bidang konstruksi

bangunan perumahan, ruko, dan

konstruksi lainnya. Konstruksi

merupakan pekerjaan yang beresiko tinggi bagi pekerja dan berpotensi menyebabkan bahaya yang dapat di timbulkan oleh mesin-mesin, alat kerja, manusia dan lingkungan kerja, serta system yang mengatur jalannya suatu

pekerjaan konstruksi, sehingga

diperlukan pencegahan kemudian

melakukan tindakan pengendalian

terhadap potensi yang dapat

menimbulkan bahaya sehingga

kecelakaan kerja dapat di cegah dengan

cara penilaian resiko dengan

menggunakan JSA. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis potensi bahaya , resiko pekerjaan, pengendalian resiko terhadap keselamatan kesehatan kerja serta memberikan rekomendasi sesuai dengan jenis dan tahap pekerjaan yang

ada di konstruksi pembangunan

transmart Carrefour manado di PT. Grahatama Wira Kontrindo, dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA).

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian ini yaitu safety officer dan kontraktor. Jenis pekerjaan yang

diamati yaitu pekerjaan

pengelasan/welding, pemasangan

support, pemasangan pipa dan

pengecoran/rendering. Penilaian risiko

menggunakan metode JSA. Data

diperoleh melalui observasi lapangan

dan wawancara. Data dianalisis

menggunakan analisis isi hasil penelitian menggunakan Job Safety Analysis (JSA) kemudian di analisa pemecahan masalah terhadap hasil pengamatan di lokasi pekerjaan, sehingga dapat diketahui tahapan pekerjaan, potensi bahaya,

resiko, dan pengendalian serta

rekomendasi untuk pencegahan

kecelakaan kerja dan dapat dibuat usulan perbaikan kebijakan perusahaan terkait keselamatan kesehatan kerja.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisa menggunakan metode JSA pekerjaan pengelasan menunjukkan hasil sebagai berikut:

1) Mengangkat material

Penelitian ini analisis potensi bahaya yang ada pada di pekerjaan pengelasan (welding) di temukan bahwa pada saat memulai pekerjaan yaitu mengangkat material ada bahan material yang berat dan tajam yang diangkat

menggunakan tangan dan tidak

menggunakan sarung tangan tidak

menggunakan sepatu safety untuk

melindungi kaki. Bahan material yang berat dan tajam dapat berpotensi bahaya

(4)

4

dan menimbulkan resiko jika pekerja tidak menggunakan APD yang sesuai dengan pekerjaan.

Tindakan pengendalian yang sudah ada dari perusahaan adalah selalu melakukan pengecekan pada setiap alat dan bahan yang akan digunakan sebelum memulai pekerjaan. Tindakan ini masuk pada tindakan administrasi pada hierarki

pengendalian resiko/bahaya K3.

Rekomendasi yang dapat diberikan untuk mengurangi resiko pada pekerja yaitu, ketika mengangkat material yang berat sebaiknya menggunakan alat bantu agar material tidak terjatuh dan tertusuk di kaki jika terjatuh dan sebaiknya menggunakan APD seperti helm untuk

melindungi kepala dari benturan

material yang jatuh dari atas, sarung tangan untuk melindungi tangan sangat agar tidak tertusuk atau tergores, dan safety shoes untuk melindungi kaki, agar kaki tidak tertusuk atau tertimpa bahan material. APD tersebut sangat penting digunakan pada saat bekerja, karena lingkungan pekerjaan dan pekerjaan itu sendiri beresiko terjadinya kecelakaan kerja.

2) Menyiapkan alat pemotong besi Pada saat menyiapkan alat pemotong besi kemungkinan kabel gerinda yang panjang dapat terlilit atau

tersangkut pada kaki sehingga

menyebabkan pekerja terjatuh. Kabel mesin gerinda yang terhubung dengan

arus listrik tidak boleh sampai menyebabkan pekerja terlilit dan terjatuh, oleh karena itu kabel harus digulung atau di tata dengan rapi sehingga tidak berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja.

Tindakan pengendalian yang sudah ada yaitu pengecekan setiap hari sebelum memulai pekerjaan, mengecek setiap alat yang akan digunakan untuk memotong besi agar tidak bermasalah atau rusak agar tidak melukai pekerja. Tindakan ini masuk pada tindakan administrasi pada hierarki pengendalian resiko/bahaya K3. Rekomendasi untuk pekerjaan ini APD yang harus di pakai adalah masker, pelindung mata dan muka ear muff/ear plug dan safety shoes karena setiap pekerjaan mempunyai potensi bahaya dan resiko pekerjaan

yang berbeda-beda, dan untuk

mengurangi resiko kecelakaan kerja maka di perlukan Alat Pelindung Diri (APD).

3) Menyalakan alat pemotong besi

Ketika menyalakan alat

pemotong besi, pisau pemotong yang tajam berpotensi tergores hingga terpotongnya tangan atau kaki sehingga membutuhkan cara kerja yang aman sehingga tidak menyebabkan kecelakaan kerja. Namun hal ini sering diabaikan oleh para pekerja degan tidak melakukan pekerjaan dengan baik dan bekerja dengan cara yang tudak safety.

(5)

5

Tindakan pengendalian yang

sudah ada di perusahaan yaitu

perusahaan telah menyediakan APD berupa sarug tangan namun, pekerja tidak menggunakannya karena alasan kenyamanan. Tindakan ini masuk pada

tindakan APD pada hierarki

pengendalian resiko/bahaya K3.

Rekomendasi untuk pekerjaan ini adalah safety officer harus selalu mengontrol pekerja saat bekerja agar supaya pekerja menggunakan APD berupa sarung tangan. Penggunaan sarung tangan bukan satu-satunya pencegahan terhadap bahaya kecelakaan kerja tetapi adalah salah satu cara untuk melindungi tangan agar terhindar dari kecelakaan kerja akibat pekerjaan itu sendiri.

4) Memulai pemotongan besi

Saat memulai pemotongan besi, ketika pisau pemotong tajam berputar kemungkinan untuk resiko tergores, terpotong dan terbakar dapat terjadi. Percikan api yang dihasilkan akibat gesekan mata pisau dan besi yang

dipotong, jika pekerja tidak

menggunakan sarung tangan dan kaca mata dapat menyebabkan tangan terkena percikan api dan melukai pekerja tersebut serta percikan api dapat masuk dan melukai mata.

Tindakan pengendalian yang

sudah ada diperusahaan yaitu

perusahaan hanya menyediakan APD tapi tidak semua APD tersedia dan tidak

semua pekerja yang menggunakan APD. Tindakan ini masuk pada tindakan APD

pada hierarki pengendalian

resiko/bahaya K3. Namun ada saja

pekerja yang sengaja tidak

menggunakan pengaman atau alat

pelindung diri pada saat bekerja dengan alasan tidak nyaman dan mengganggu pekerjaan. Rekomendasi untuk para

pekerja yang akan melakukan

pemotongan besi sebaiknya

menggunakan sarung tangan, kacamata khusus untuk melindungi mata dari logam cair, bahan kimia, dan debu-debu kecil yang terlempar saat pemotongan besi.

5) Proses pemotongan besi

Pemotongan besi menghasilkan suara yang bising dikarenakan mesin dan mata pisau yang bergesekan dengan material besi. Pekerja yang melakukan pekerjaan ini dapat beresiko mengalami penurunan fungsi dengar jika pekerjaan ini dilakukan terus menerus tanpa menggunakan ear muff/ear plug untuk melindungi telinga dari suara suara bising yang melebihi kapasitas dengar manusia yaitu lebih dari 20.000 hz.

Tindakan pengendalian yang sudah ada sering di abaikan oleh pekerja itu sendiri, pihak perusahaan telah menyediakan alat pelindung diri tetapi

pekerja yang sengaja tidak

menggunakan dengan alasan

(6)

6

tindakan APD pada hierarki

pengendalian resiko/bahaya K3.

Rekomendasi yang disarankan yaitu proses pemotongan besi ini bisa juga dilakukan didalam ruangan dengan kedap suara agar tidak mengganggu pekerja yang lain bahkan orang di sekitar pekerjaan tersebut. Bila rekomendasi yang di atas tidak dapat dilaksanakan maka penggunaan ear

muff/ear plug pada saat proses

pemotongan besi bagi pekerja yang memotong juga pekerja yang berada di sekitar lokasi pemotongan besi dapat mengurangi resiko penurunan fungsi pendengaran.

6) Proses Pengelasan

Tahap terakhir pada pekerjaan ini adalah proses pengelasan. Proses pekerjaan ini menghasilkan potensi bahaya yang sangat besar dan beresiko terjadinya kecelakaan kerja yang fatal. Percikan api yang dihasilkan dari alat pengelasan dapat terkena mata yang menyebabkan iritasi mata sampai resiko kebutaan.

Tindakan pengendalian yang

sudah ada yaitu perusahaan

menyediakan masker khusus untuk pelindung mata dan wajah disediakan untuk para pekerja yang melakuan pekerjaan ini, karena resiko mata terkena percikan api saat proses

pengelasan sangat besar maka

disarankan untuk melakukan pekerjaan

dengan baik dan aman untuk

mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja. Tindakan ini masuk pada tindakan

APD pada hierarki pengendalian

resiko/bahaya K3. Rekomendasi untuk pekerja yaitu untuk selalu menggunakan masker khusus untuk pengelasan agar percikan api tidak terkena di mata dan menyebabkan kebutaan, pekerja juga harus menggunakan sarung tangan untuk mengurangi resiko terkena percikan api dan menyebabkan kulit terbakar.

Gambar 1. Pekerjaan di bagain

pengelasan

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian tentang Pengaruh Budaya K3 terhadap Kinerja Proyek Konstruksi oleh Wieke Yuni Christina, Fakultas Tehnik Universitas Brawijaya, bahwa memang aspek yang paling

berpengaruh adalah perusahaan

memberikan perlengkapan K3, dimana para pekerja akan merasa aman dan nyaman melakukan pekerjaan konstruksi ketika dirinya dilindungi dengan adanya perlengkapan K3. Kemudian aspek

pengawasan K3 dimana pihak

(7)

7

memperhatikan pentingnya K3 dalam pekerjaan konstruksi. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang diatas karena pihak perusahaan memang tidak menyediakan APD yang cukup untuk semua pekerja tetapi hanya beberapa saja yang dapat dan hanya beberapa yang menggunakan dari aspek pengawasan juga pekerja tidak di awasi setiap saat oleh pengawas K3 karena di proyek tersebut hanya ada satu pengawas K3 yang bertugas. Hal ini otomatis mempengaruhi cara kerja dari pekerja itu sendiri yang ketika di awasi bekerj dengan aman dan ketika tidak di awasi malah bekerja dengan tidak aman.

Hasil analisa menggunakan metode JSA pemasangan support menunjukkan hasil sebagai berikut:

1) Menyiapkan material

Potensi bahaya proses

pemasangan support diawali dengan menyiapkan material bantu seperti inset, dinabolt, lot dan benang. Material yang berat dan berjumlah banyak jika tidak ditaruh di tempat yang aman material tersebut dapat beresiko kecelakaan kerja. Resiko material dapat menimpa pekerja siapapun yang berada di lokasi tersebut.

Resiko tertimpa material sangat

mungkin terjadi jika pada saat

mengangkat material yang berat dan banyak tidak menggunakan alat bantu (alat berat).

Tindakan pengendalian yang

sudah ada dan dilakukan pihak

perusahaan jika terjadi kecelakaan yaitu langsung di bawah ke rumah sakit jika terjadi kecelakaan yang parah dan jika hanya luka ringan hanya di tangani sendiri oleh pihak perusahaan. Namun pengendalian tersebut terjadi jika sudah terjadi kecelakaan kerja, tetapi tidak melakukan pengendalian sebelum terjadi kecelakaan. Tindakan pengendalian ini masuk pada tindakan pengendalian administrasi sesuai dengan hirarki

pengendalian resiko/bahaya K3.

Rekomendasi gunakanlah alat

pelindung jika harus mengangkat

material secara manual, yaitu sarung tangan agar tidak melukai tangan dan untuk mengangkat material yang berat dan banyak sebaiknya menggunakan alat bantu/alat berat untuk mengangkatnya. Karena ditemui pada saat bekerja

sebagian besar pekerja tidak

menggunakan APD yang sudah

disiapkan sesuai dengan jenis pekerjaan. 1) Menyiapkan peralatan kerja

Potensi Bahaya pada saat

menyiapkan peralatan kerja yang akan dipakai untuk pemasangan support yang perlu diperhatikan adalah mesin-mesin yang berat yang menghasilkan suara yang bising, dan mesin yang terhubung dengan aliran listrik merupakan potensi bahaya yang semuanya beresiko. Resiko kelelahan kerja, penurunan fungsi

(8)

8

dengar, jatuh dari ketinggian, tersengat listrik adalah resiko yang akan ditimbulkan dari potensi bahaya yang ada.

Tindakan pengendalian yang sudah ada di peruasahaan yaitu sebelum memulai pekerjaan mesin dan peralatan di cek sebelum pekerja melakukan pekerjaan, mengecek setiap tahap pekerjaan yang akan di lakukan, dan menegur pekerja yang bekerja tidak sesuai prosedur. Misalnya, penggunaan APD. Tindakan pengendalian ini masuk

pada tindakan pengandalian

perancangan dan APD sesuai dengan hirarki pengendalian resiko/bahaya K3. Rekomendasi agar peralatan aman untuk digunakan sebaiknya mengecek setiap sebelum melakukan pekerjaan baik mesin yang berat bahkan peralatan yang lain yang akan di gunakan dalam keadaan baik. Pekerjaan pengeboran menghasilkan suara yang bising untuk itu pekerjaan ini wajib menggunakan ear plug/ ear muff untuk mengurangi resiko

penurunan fungsi dengar yang

diakibatkan suara dari pengeboran baik pekerja maupun orang yang ada di sekitarnya. Sebaiknya menggunakan sarung tangan karena mata bor yang tajam dapat melukai tangan jika pekerja tidak fokus dalam bekerja. Mesin yang menggunakan arus listrik sebaiknya memperhatikan lokasi sekitar agar tidak

menimbulkan kecelakaan kerja.

Pemasangan alat bantu seperti

schaffolding agar di pasang dengan baik dan harus di periksa sebelum di gunakan agar schaffolding yang akan dipakai dalam kondisi yang baik dan aman untuk digunakan.

2) Pemasangan pipa support

Potensi Bahaya pemasangan jalur pipa dengan penyangga support yang dilakukan di tempat tinggi dapat membahayakan orang yang ada di sekitar pekerjaan tersebut. Pipa springkle yang tidak terpasang dengan kuat jika terjatuh dapat tertimpa orang. Resiko Konsisi ini memungkinkan pekerja yang lain terkena/ tertimpa pipa yang jatuh, dan memungkinkan pekerja yang bekerja di atas jatuh dari ketinggian diakibatkan papan penyangga atau schaffolding yang tidak kuat menahan beban dar pekerja itu sendiri.

Tindakan pengendalian yang sudah ada dari pihak perusahaan hanyalah selalu di ingatkan akan resiko pekerjaan, dan jika terjadi kecelakaan kerja segera di tangani pihak perusahaan tetapi melihat dari tingkat keparahan dari kecelakaan tersebut. Tindakan pengendalian ini masuk pada tindakan pengendalian eliminasi dan administrasi sesuai dengan hirarki pengendalian

resiko/bahaya K3. Rekomendasi

sebaiknya pekerja yang akan melakukan pekerjaan ini untuk berhati-hati dalam bekerja agar tidak membahayakan diri

(9)

9

sendiri dan orang lain, gunakan safety

harness untuk mengurangi resiko

terjatuh dari ketinggian. Perhatikan posisi schaffolding sebelum di gunakan agar aman untuk di gunakan dan dalam keadaan baik agar tidak terjadi kecelakaan kerja.

3) Pemasangan Jalur Pipa

Potensi Bahaya pemasangan jalur pipa dengan penyangga support yang dilakukan di tempat tinggi dapat membahayakan orang yang ada di sekitar pekerjaan tersebut. Pipa springkle yang tidak terpasang dengan kuat jika terjatuh dapat tertimpa orang.

Resiko konsisi ini memungkinkan

pekerja yang lain terkena/ tertimpa pipa yang jatuh, dan memungkinkan pekerja yang bekerja di atas jatuh dari ketinggian diakibatkan papan penyangga atau schaffolding yang tidak kuat menahan beban dar pekerja itu sendiri.

Tindakan pengendalian yang sudah di lakukan, perusahaan tidak melakukan pengendalian sebelum terjadi kecelakaan tetapi hanya pada saat sudah

terjadi kecelakaan yaitu dengan

membawa pekerja yang terluka tersebut ke rumah sakit apabila kecelakaan yang terjadi menimbulkan luka parah. Jika hanya luka ringan perusahaan hanya menangani dan mengobatinya sendiri. Tindakan pengendalian ini masuk pada tindakan pengendalian administrasi sesuai dengan hirarki pengendalian

bahaya/resiko K3. Rekomendasi untuk perusahaan sebaiknya pekerja yang akan melakukan pekerjaan ini untuk

berhati-hati dalam bekerja agar tidak

membahayakan diri sendiri dan orang lain agar pipa yang akan di pasang di atas tidak jatuh atau tertimpa orang yang ada di bawah. Untuk mengurangi resiko tersebut pekerja di haruskan untuk menggunakan safety harness untuk

mengurangi resiko terjatuh dari

ketinggian, dan wajib mengguakan helm untuk melindungi kepala dari benturan benda tajam atau pun tumpul yang dapat melukai kepala dan mengakibatkan kecelakaan kerja.

Gambar 2. Pekerjaan di bagian

pemasangan support

Hasil penelitian ini juga sejalan

dengan hasil penelitian tentang

hubungan angka kecelakaan kerja

dengan tingkat pemenuhan penerapan SMK3 oleh Gery Silaban, Departemen K3 FKM USU, bahwa angka kecelakaan kerja bervariasi antar satu jenis usaha dengan jenis usaha lain. Hal ini disebabkan adanya perbedaan potensi bahaya dari tiap-tiap proses produksi

(10)

10

(tahapan pekerjaan) mulai dari

menyiapkan bahan baku hingga

dihasilkan produk/jasa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian diatas, dapat dilihat dari setiap jenis pekerjaan dan tahapan pekerjaan maka akan berbeda juga potensi bahaya dan resiko yang akan di timbulkan dari pekerjaan itu sendiri. Karna dari hasil penelitian ini

hanya beberapa jenis dan tahap

pekerjaan saja yang para pekerjanya menggunakan APD, otomatis ini akan menghasilkan potensi bahaya dan resiko kecelakaan kerja yang berbeda juga.

Hasil analisa menggunakan metode JSA pemasangan pipa menunjukkan hasil sebagai berikut:

1) Menyiapkan peralatan kerja

Potensi Bahaya tahapan

pekerjaan ini peralatan kerja yang dibutuhkan untuk pemasangan pipa dalam ruangan harus memperhatikan lingkungan sekitar dan lokasi dimana pekerjaan ini dilakukan. Tali sling yang panjang, chainblok yang berkarat serta material yang berat adalah potensi bahaya yang dapat beresiko terjadinya kecelakaan kerja. Pekerjaan ini beresiko tersandung serta terjatuh merupakan resiko yang akan terjadi apabila peralatan tidak di siapkan dengan baik. Hal ini sering di abaikan oleh pekerja dimana saat bekerja tidak menggunakan pelindung diri yang seharusnya di

gunakan untuk pekerjaan. Bahaya

mekanik (physical hazards) diantaranya meliputi terjepit alat kerja, terhantam atau terpukul alat, perancah/schaffolding ambruk.

Tindakan pengendalian yang ada, yaitu pihak perusahaan hanya

melakukan pengendalian sesudah

kecelakaan terjadi. Hal ini dapat di lihat dari jika kecelakaan sudah terjadi, perusahaan akan membawa pekerja tersebut ke rumah sakit jika mengalami luka yang cukup parah, dan untuk luka ringan biasanya hanya di tangani sendiri oleh pihak perusahaan. Tidak ada sama sekali tindakan pengendalian sebelum

kecelakaan terjadi. Tindakan

pengendalian ini masuk pada tindakan pengendalian administrasi sesuai dengan hirarki pengendalian resiko/bahaya K3. Rekomendasi untuk pihak perusahaan, yaitu dalam menyiapkan alat pastikan peralatan dalam kondisi yang baik dan layak untuk digunakan. Eliminasi, substitusi dan perancangan sumber

bahaya yang ada di lingkungan

pekerjaan untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja. Dan para pekerja wajib meggunakan APD sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan di lakukan. 2) Memasang posisi pipa

Proses yang kedua yaitu

memasang dan mengatur posisi pipa sesuai dengan support yang terpasang. Pekerjaan yang ada di ketinggian wajib

(11)

11

menggunakan bodyharness/safety

harness untuk menguragi resiko terjatuh dari tempat tinggi. Penyangga pipa yang tidak kuat dapat berpotensi bahaya jika tidak di pasang dengan kuat. Potensi bahaya di atas menyebabkan pipa dapat terjatuh dan tertimpa pekerja ataupun siapa saja yang ada di bawahnya dan dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan luka ringan maupun luka berat.

Tindakan pengendalian yang sudah ada dan di lakukan oleh perusahaan hanya pengendalian sesudah kecelakaan terjadi. Pekerja di bawa di

rumah sakit jika kecelakaan

mengakibatkan luka yang parah. Untuk kecelakaan yang menyebabkan luka ringan perusahaan hanya menangani sendiri untuk pengobatannya. Tidak ada

pengendalian sebelum kecelakaan

terjadi. Untuk itu tindakan pengendalian ini masuk pada tindakan pengendalian administrative sesuai dengan hirarki

pengendalian resiko/bahaya K3.

Rekomendasi yang di sarankan untuk perusahaan yaitu, periksalah setiap sambungan pipa yang satu dengan yang lain benar-benar tersambung dengan baik, penyangga pipa cukup kuat untuk menahan beban pipa. Pentingnya selalu menggunakan APD alat pelindung diri agar dapat mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja yang merugikan diri sendiri, orang lain bahkan perusahaan.

Gambar 3. Pekerjaan di bagian

pemasangan pipa

Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian tentang

Identifikasi Bahaya da Pengendalian Resiko pada bengkel repair galangan kapal, yang mengatakan bahwa dengan pemakaian APD dapat mengurang tingkat resiko yang terjadi atau mengurangi tingkat cidera yang didapat, kemudian Melakukan penggantian atau perbaikan perlatan yang sudah tidak layak terpakai seperti peralatan yang

sudah berkarat karena dapat

membahayakan para pekerja. Walaupun tempat penelitian yang berbeda namun,

hasil diatas menunjukkan bahwa

penggunaan APD setidaknya dapat mengurangi tingkat resiko sampai bisa mengurangi cidera dari pekerja itu sendiri dalam pekerjaan apapun yang memiliki potensi bahaya. Kemudian sejalan dengan penelitian diatas penelitian ini juga berpendapat yang sama yaitu perusahaan wajib mengecek dan mengganti peralatan atau mesin yang akan dipakai dalam pekerjaan, dan

(12)

12

melakukan perbaikan terhadap alat dan mesin yang sudah tidak layak digunakan yang dapat beresiko membahayakan dan

merugikan pekerja maupun pihak

perusahaan.

Hasil analisa menggunakan metode JSA pelesteran/rendering menunjukkan hasil sebagai berikut:

1) Angkat material

Pada saat mengangkat material ke atas pastikan tali untuk menarik material tersebut kuat, kemudian pekerja yang menarik tali untuk mengangkat material pastikan berdiri di permukaan tanah yang rata. Resiko yang dapat terjadi yaitu bahan material dapat terjatuh dan tertimpa pekerja atau siapa saja yang ada di bawah dan dapat menyababkan kecelakaan kerja yang menghasilkan luka ringan atau berat, tertusuk benda tajam atau bahan material yang ada di konstruksi.

Tindakan pengendalian yang

sudah ada yaitu perusahaan

menyediakan APD tetapi tidak semua pekerja memilikinya. Misalnya helm hanya sebagian pekerja yang ada karna

perusahaan hanya menyediakan

beberapa. Kemudian APD yang ada seringkali sengaja tidak digunakan

dengan alasan kenyamanan,

mengganggu pekerjaan dll. Selain itu perusahaan melakukan pengendalian bukan sebelum kecelakaan terjadi tetapi

sesuadah terjadi kecelakaan, yaitu dengan membawa ke rumah sakit jika kecelakaan terjadi dan menyebabkan luka parah. Sedangkan untuk kecelakaan yang luka ringan saja perusahaan hanya menangani dan mengobati sendiri.

Tidakan pengendalian ini masuk

pengendalian administratif dan APD. Rekomendasi yang di sarankan adalah memastikan tali untuk mengangkat material dalam keadaan baik, bahan material yang berat sebaiknya di angkat dan atau di pindahkan menggunakan tangan pekerja wajib menggunakan sarung tangan untuk menguragi resiko tertusuk/tergores benda tajam atau material yang tajam. Gunakanlah APD sesuai dengan jenis pekerjaan. Namun hal ini seringkali di abaikan oleh pekerja

dengan alasan kenyamanan dan

mengganggu pekerjaan, padahal APD sendiri dapat mengurangi resiko-resiko kecelakaan kerja yang ada di konstruksi. 2) Profil hollow

Potensi Bahaya dari material yang berat dan tajam yang akan dipakai dalam pekerjaan jika dalam jumlah

banyak beresiko menimbulkan

kecelakaan kerja. Resiko yang dapat terjadi Jika terjatuh di kepala ataupun badan dan jika pekerja tersebut akan menimbulkan resiko kecelakaan kerja bahkan sampai terjadi kecelakaan kerja jika pekerja dalam keadaan tidak menggunakan APD.

(13)

13

Tindakan pengendalian yang di lakukan perusahaan adalah tindakan

pengendalian sesudah terjadinya

kecelakaan kerja yaitu hanya dengan membawa pekerja yang mengalami kecelakaan ke rumah sakit jika lukanya parah dan yangluka ringan hanya di tangani oleh pihak perusahaan sendiri.

Pengendalian sebelum terjadi

kecelakaan hanya mencakup

penggunaan APD. Tindakan

pengendalian ini masuk tindakan

pengendalian administrasi sesuai dengan hirarki pengendalian resiko/bahaya K3.

Rekomendasi untuk perusahaan

sebaiknya pekerja yang akan

mengangkat material yang berat

memperhatikan cara kerja, melakukan pekerjaan dengan sikap kerja ergonomis, bahan yang akan di pakai sebaiknya tidak di taruh di sembarangan tempat yang dapat berpotensi dan beresiko kecelakaan kerja. Alat pelindung diri seperti helm dan safety shoes sangat di perlukan dalam pekerjaan ini.

3) Stater bar

Pada tahap ini potensi

bahayanya yaitu stater bar yang tajam jika pekerja tidak menggunakan sepatu yang khusus untuk pekerjaan konstruksi maka berpotensi tertusuk bahan material seperti stater bar yang terpasang dilantai yang belum di lakukan pengecoran. Resikonya stater bar yang ada di lantai juga dapat menimbulkan berbagai resiko

yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Tetusuk, terjatuh dan tersandung merupakan resiko yang akan timbul akibat dari potensi bahaya dari pekerjaan ini.

Tindakan pengendalian yang

sudah ada dan dilakukan oleh

perusahaan yaitu mengecek setiap pekerjaan yang akan di lakukan. Namun APD yang sesuai dengan pekerjaan hanya beberapa saja karena memang tidak di sediakan dari perusahaan itu sendiri sehingga hampir semua pekerja yang bekerja tidak dilengkapi dengan APD. Pengendalian sendiri yang telah perusahaan lakukan hanya jika terjadi kecelakaan kerja melihat dari tingkat keparahan luka. Luka berat di bawa ke rumah sakit dan untuk kecelakaan yang menyebabkan luka ringan memang hanya ditangani sendiri oleh perusahaan.

Tindakan pengendalian ini masuk

tindakan pengendalian administrasi sesuai dengan hirarki pengendalian resiko/bahaya K3. Rekomendasi untuk pekerjaan ini, pekerja yang melakukan pekerjaan ini sebaiknya berhati-hati dalam bekerja karena stater bar/besi ini sangat berpotensi penyebabkan resiko kecelakaan kerja jika tidak dilakukan dengan hati-hati. Gunakanlah APD yang sesuai dengan pekerjaan seperti helm untuk melindungi kepala, sarung tangan untuk melindungi tangan dan sepatu safety/safety shoes untuk melindunngi

(14)

14

kaki. Penggunaan APD dapat

mengurangi resiko kecelakaan kerja yang menyebabkan luka ringan ataupun berat.

4) Pengecoran kolom

Tahap penegecoran harus

didasar pada gambar sesuai rencana yang mencakup spesifikasi besi baja dan beton serta bahan-bahan yang akan dipakai termasuk cara yang aman untuk pengerjaan konstruksi beton yang bertulang dan berat, kerangka atap dan atas lainnya. Tahap pencampuran bahan material yang kering dari beton sebaiknya dicampur pada ruang yang tertutup, debu yang di hasilkan harus tersalur dan terbuang ke luar, pekerja harus menggunakan alat pelindung diri/ pelindung untuk pernafasan jika tidak dapat terbuang ke luar.

A. Resiko

Bahan campuran dapat menyebabkan iritasi kulit jika terus menerus terpapar dengan campuran tersebut. Kemudian bisa beresiko terjadinya gangguan pernafasan juga merupakan resiko yang akan terjadi jika debu yang di hasilkan masuk ke dalam paru-paru. Pengecoran kolom yang di kerjakan di ketinggian dapat beresiko terjatuh dari ketinggian.

Tindakan pengendalian yang sudah ada, pihak perusahaan hanya melakukan pengendalian di saat telah

terjadi kecelakaan yaitu dengan

membawa pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja ke rumah sakit jika lukanya parah, dan jika masih ringan hanya di tangani langsung oleh pihak perusahaan. Tindakan pengendalian ini

masuk tindakan pengendalian

administrasi sesuai dengan hirarki

pengendalian resiko/bahaya K3.

Rekomendasi untuk alat pelindung diri APD tetap harus di sarankan untuk

setiap pekerjaan yang beresiko

kecelakaan tinggi. Hindarilah bahaya apapun yang beresiko menimbulkan kecelakaan kerja yang di sebabkan pekerjaan itu sendiri bahkan pekerja itu sendiri mulai dari bahan, mesin lingkungan kerja ataupun pekerja lain yang beresiko. Jika mungkin belum bisa di lakukan maka setiap pekerja wajib menggunakan APD sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan di lakukan, karena setiap pekerjaan mempunyai resiko yang berbeda-beda agar dapat mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja. 5) Pelesteran/Rendering

Tahapan terakhir adalah

pekerjaan pelesteran/rendering. Potensi bahaya dari pekerjaan ini yaitu pekerjaan dilakukan berada di tempat yang tinggi, schaffolding berdiri tidak lurus, dan schaffolding yang runtuh. Potensi bahaya ini dapat menyebabkan resiko kecelakaan kerja. Resiko terjatuh dari ketinggian, pekerja yang ada di bawah tertimpa benda tumpul atau

(15)

15

schaffolding yang berdiri tidak tegap/ tidak lurus dapat menyebabkan resiko kecelakaan kerja yang sangat fatal. Pekerja yang melakukan pekerjaan di ketinggian disarankan untuk memakai bodyharness untuk mencegah resiko terjatuh dari ketinggian.

Tindakan pengendalian yang sudah ada yaitu menyediakan APD. Ada

beberapa APD yang memang di

sediakan untuk pekerja untuk pekerjaan tertentu namun tetap saja masih belum cukup untuk semua pekerja dalam pekerjaan itu. Walaupun demikian masih ada saja pekerja yang memang sengaja untuk tidak menggunakan APD tersebut dengan alasan yang sama. Pihak

perusahaan melakukan tindakan

pengendalian hanya dengan membawa korban kecelakaan kerja ke rumah sakit jika terjadi kecelakaan kerja dan lukanya parah, jika ringan langsung di tangani

sendiri. Perusahaan masih belum

melakukan tindakan pengendalian

sebelum kecelakaan kerja terjadi. Tindakan pengendalian ini masuk pada tindakan pengendalian administrasi dan APD sesuai dengan hirarki pengendalian

resiko/bahaya K3. Rekomendasi

pastikan untuk schaffolding dalam keadaan baik untuk digunakan, agar tidak ada yang runtuh dan tertimpa orang di bawahnya. Untuk para pekerja hindarilah lokasi yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja seperti,

berdiri di bawah schaffolding yang sedang di gunakan atau tidak digunakan, karena jika tidak dlam kondisi baik, bisa sja schaffolding tersebut runtuh dan menimpa pekerja atau siapapun yang berada di bawahnya. Hal ini jyga sering di abaikan oleh pekerja, mereka dengan

sengaja atau bahkan menjadikan

schaffolding untuk tempat duduk atau beristirahat. Untuk itu pekerja wajib menggunakan helm safety dalam setiap pekerjaan dan wajib menggunakan di lokasi proyek konstruksi.

Gambar 4. Pekerjaan dibagian

Pelesteran/rendering

Hasil penelitian ini juga sejalan

dengan hasil penelitian tentang

Pengawasan Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja (K3) Dan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh Samsul, Widodo IKM FKM Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, bahwa ketersediaan alat pelindung diri merupakan lagkah dalam kepatuhan pada penggunaan alat pelindung diri untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan resiko kerja yang akan terjadi di

(16)

16

menyediakan alat pelindung diri berarti

perusahaan telah membahayakan

pekerjaan dari resiko kecelakaan dan penyakit yang akan timbul dilingkungan kerja. Oleh sebab itu perusahaan diberlakukan aturan untuk menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan pekerjaan masing-masing karena pekerja merupakan asset perusahaan yang sangat

penting, jika pekerja megalami

kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja maka berkuranglah asset yang dimiliki perusahaan. Penggunaan alat pelindung diri pada saat bekerja meski alat pelindung diri cukup tersedia namun jika tidak didorong dengan pengawasan K3 perilaku tidak akan sempurna. Pengawasan penting dilakukan sebagai

stimulus kepada pekerja untuk

membiasakan diri menjaga keselamatan dan kesehatannya pada saat bekerja dengan menggunakan alat pelindung diri. Pengawasan yang kurang terencana dengan baik juga akan mempengaruhi perilaku pekerja dalam menggunakan alat pelindung diri. Pekerja hanya akan menggunakan alat pelindung diri apabila merasa diawasi atau mengetahui bahwa sedang ada pengawasan.

Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian diatas.

Ditemukan bahwa ketersediaan APD setidaknya dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja dan potensi-potensi bahaya yang ada di pekerjaan khususnya

konstruksi. Jika terjadi kecelakaan maka berkurang juga asset perusahaan,

perusahaan rugi dan juga harus

menanggung biaya pengobatan,

sekalipun pekerja di proyek Transmart Carrefour ini di tunjang dengan BPJS Ketenagakerjaan. Namun di pekerjaan tertentu memang di sediakan APD untuk pekerjaan yang mempunyai potensi bahaya dan resiko yang tinggi, tetapi ada saja pekerja yang menggunakan APD hanya ketika di awasi saja, dan setelah tidak diawasi maka APD tersebut tidak

digunakan lagi dengan alas an

kenyamanan atau mengganggu

pekerjaan.

Menurut Safety Enginer Career Workshop (2003), Phytagoras Global Development teknik identifikasi bahaya adalah alat untuk mengidentifikasi berbagai kelemahan potensi resiko yang terdapat dalam proses desain atau operasi suatu sistem atau unit plan yang

dapat menimbulkan berbagai

konsekuensi yang tidak diinginkan terjadi dan menentukan rekomendasi atau tindakan yang dapat dilakukan untuk eliminasi berbagai resiko atau

permasalahan yang mengganggu

jalannya proses tersebut atau

mengurangi konsekuensi yang dapat

ditimbulkan secara sistematis,

terstruktur dan baku.

Sumber, situasi atau tindakan

(17)

17

manusia, baik yang bisa menyebabkan luka-luka, gangguan kesehatan ataupun kombinasi dari keduanya. Definisi dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja, termasuk di dalamnya adalah para pekerja kontrak dan kontraktor, tamu dan juga orang lain yang ada di tempat kerja (OHSAS 18001:2007).

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat pekerjaan yang ada menghasilkan potensi bahaya dan resiko yang berbeda disetiap tahap pekerjaan, maka setiap potensi bahaya memiliki resiko. Hasil Analisis Potensi bahaya dengan JSA yang ada di Konstruksi Transmart Carrefour Manado di temukan adanya potensi bahaya yaitu, bahan material konstruksi, alat kerja, mesin, lingkungan kerja, cara kerja serta posisi kerja yang tidak aman dan tidak ergonomis. Potensi bahaya ini yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. yaitu terjatuh dari ketinggian, tertusuk benda tajam, tersengat listrik, tergores, terpotong, kulit terbakar, penurunan fungsi dengar, gangguan pernapasan, patah tulang dan sampai kebutaan. Jika pekerjaan ini di lakukan terus menerus dengan tidak berhati-hati atau bekerja

dengan tidak aman dan dengan posisi kerja yang tidak ergonomis maka dari resiko di atas dapat memungkinkan pekerja mengalami kecelakaan kerja yang bukan saja merugikan perusahaan melainkan pekerja itu sendiri. Lokasi

kinstruksi pembangunan TRansmart

Carefour Manado tidak dilengkapi rambu-rambu lalu lintas/Safety Sign dalam maupun luar konstruksi.

Rekomendasi yang bisa diberikan yaitu

pengendalian bahaya/resiko K3

sebaiknya dilakukan sesuai dan

berdasarkan dengan hierarki

pengendalian bahaya/resiko K3.

Memberikan training tentang K3

khususnya K3 yang ada konstruksi, lengkapi dengan menyediakan APD yang sesuai denbgan jenis pekerjaan,

dan bekerja dengan posisi yang

ergonomis agar pekerja dapat bekerja

dengan baik guna menunjang

produktifitas yang memberikan

keuntungan bagi perusahaan maupun pekerja. Lengkapi dengan Safety Sign di

luar dan dalam konstruksi dan

tempat/lokasi yang berbahaya dan berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Ervianto, Wulfram I. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Andi Offset.

(18)

18

Fran M, 2015. Identifikasi Bahaya

Pengendalian Resiko Dan

Keselamatan Kerja Pada Bagian Bengkel Repair Galangan Kapal Dengan Menggunakan Metode Job

Safety Analysis (Jsa) Di Pt Janata

Marina Indah. Program Studi

Teknik Industri, Universitas

Diponegoro, Semarang.

Gerry S, 2009. Hubungan Angka Kecelakaan Kerja Dengan Tingkat

Pemenuhan Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja. Departemen

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

OHSAS 18001 : 2007. Occupational Health and Safety Management System - Requirements

Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang

Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ridley John, 2008, Keselamatan dan

Keselamatan Kerja, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, PT. Glora Aksara Pratama.

Safety Engineer Career Workshop. 2003. Safety Engineer Career Workshop. Jakarta : Phytagoras Global Development.

Samsul M, 2017. Pengawasan

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dan Kepatuhan Penggunaan

Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Welder Di Pt Gunanusa Utama Fabricators Kabupaten Serang. Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Fkm Universitas

Ahmad Dahlan (Uad), Yogyakarta.

Samsul M, 2017. Pengawasan

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Welder Di Pt Gunanusa Utama Fabricators Kabupaten Serang. Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Fkm Universitas

Ahmad Dahlan (Uad), Yogyakarta.

Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Gambar

Gambar  1.  Pekerjaan  di  bagain  pengelasan
Gambar  2.  Pekerjaan  di  bagian  pemasangan support
Gambar  3.  Pekerjaan  di  bagian  pemasangan pipa
Gambar  4.  Pekerjaan  dibagian  Pelesteran/rendering

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tahapan analisa, tahapan implementasi serta tahapan pengujian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa sistem pakar penyakit infeksi saluran kemih

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riski (2013) tentang hubungan masa kerja dan pemakaian alat pelindung diri sekali

Tabel support base spring digunakan untuk mencantumkan data spek support tersebut, pada desain jalur pipa dari sumur pengeboran gas menuju pipa distribusi berdasarkan

Menjawab pertanyaan mengenai faktor-faktor apa sajakah yang berperan dalam pengambilan keputusan pembelian produk sabun mandi di kalangan seminaris Seminari Menengah Mertoyudan

Pelepasan informasi medis dapat dicatatat atau dicopy oleh pasien atau orang tua atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Muara Enim Nomor 6 Tahun 1994 Tentang Penetapan / Pemasangan Rambu – rambu Lalu Lintas

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preeklamsia pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Undata Palu Tahun 2014. Faktor-Faktor Terjadinya Preeklamsia Berat di Rumah

Corel Linux : Corel pembuat program Corel Draw, yang sebelu mnya telah menyediakan Word Perfect versi Linux, membuat mnya telah menyediakan Word Perfect versi Linux, membuat OS