• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh komponen pada iklan media televisi terhadap loyalitas konsumen Indomie dan Mie Sedap : studi kasus pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh komponen pada iklan media televisi terhadap loyalitas konsumen Indomie dan Mie Sedap : studi kasus pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia bisnis, perusahaan selalu berhadapan dengan berbagai macam

masalah baik dalam bidang produksi, SDM, keuangan maupun pemasaran.

Hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup sebuah perusahaan.

Dalam bidang pemasaran perusahaan selalu mencoba untuk memasarkan

produknya dan berusaha untuk memuaskan konsumennya.

Berkaitan dengan hal tersebut maka perusahaan menggunakan strategi

tertentu agar produk yang dipasarkannya dapat memenuhi permintaan konsumen

pada pangsa pasarnya. Dengan adanya marketing mix, maka perusahaan dapat

memperkenalkan keunggulan produknya lewat promotion mix, personal selling, publisitas dan promosi dagang. Komponen tersebut merupakan sarana

komunikasi yang bertujuan untuk menarik perhatian konsumen agar mereka

tertarik untuk mencoba menggunakan produk tersebut.

Salah satu cara yang dapat digunakan perusahaan untuk mempromosikan

produknya adalah melalui periklanan di berbagai media antara lain media cetak,

radio ataupun televisi. Jenis-jenis media tersebut masing-masing memiliki

keunggulan dan kelemahan. Akan tetapi, dengan adanya media ini perusahaan

dapat menginformasikan produknya kepada konsumen sehingga dapat mencapai

(15)

Pada zaman sekarang ini, produk convenience seperti mie instant merupakan

produk yang banyak dikonsumsi oleh umum karena praktis dan hemat waktu.

Untuk iklan produk ini, perusahaan di Indonesia kebanyakan menggunakan iklan

media televisi karena media ini secara konvensional lebih efektif, didukung

dengan system audio, visual, gambar, orang dan gerak sehingga jangkauannya

lebih tinggi. Selain itu, iklan televisi membuat pembeli tetap mengingat produk

itu meskipun tidak musim dan mempertahankan kesadaran puncak (M. Suyanto

2005:60). Hal-hal tersebut dirancang dengan elemen pembentuk iklan yang

dikenal dengan rumus AIDCA (Rhenald Kasali 1992: 83).

Dampak iklan juga merebak dalam persaingan usaha dalam mewujudkan

persaingan merek dan produk, hal ini terjadi karena banyak produk sejenis yang

ada di segmen pasar yang sama diproduksi oleh perusahaan yang berbeda dan

akibatnya mereka berlomba merebut konsumen dan konsumen yang diperoleh

akan dipertahankan agar setia.Dari segi psikologis,jika konsumen dihadapkan

pada sejumlah pilihan dimana persaingan produk telah menyebabkan barang

semakin baik dan murah namun konsumen tidak mencoba berpaling pada produk

tertentu. Tentu saja hal ini tidak dapat hanya diduga bahwa karena adanya faktor

kesempurnaan produk. Produk yang berkualitas saja tidak akan memiliki

pengaruh yang signifikan dalam membangun kesetiaan melainkan kesetiaan

konsumen justru akan bangkit jika psikologi konsumen direkayasa sedemikian

rupa oleh rekayasa pesan melalui iklan; dengan kata lain, iklan tampaknya

(16)

produk(Rendra Widyatama 2005:161). Oleh karena itu, perusahaan harus

mencari apa yang bernilai bagi konsumen dengan mengetahui atribut yang

mendasari persepsi dan preferensi konsumen terhadap pasar modern sehingga

dapat memberi pelayanan yang melebihi ekspektasi konsumen (Oinike R.M.

Hutasoit,2006-06-21).

Timbulnya loyalitas suatu produk dipengaruhi beberapa atribut dari mutu

produk, tampilan, rancangan, pelayanan dan lain-lain (Abstract: Leila Salawati

C,April 1999). Dijelaskan juga bahwa tantangan membangun loyalitas concern

pada taste (Rusmaina Lenggogeni. Manajer senior PT Unilever Indonesia,23

Maret 2006). Semakin terikat konsumen akan suatu produk maka akan terjadi

pembelian berulang di mana mereka telah merasa bahwa mereka telah

melakukan preferensi produk secara tepat sehingga keterikatan ini menjadi suatu

syarat timbulnya suatu loyalitas (Jill Griffin, 2002:21). Oleh karena itu,

perusahaan harus dapat mempromosikan produknya secara efektif agar dapat

mempertahankan hubungan dengan pelanggannya.

Dari uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “

(17)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh iklan media televisi terhadap loyalitas konsumen

indomie dan mie sedap?

2. Komponen AIDCA (Attention, Interest, Desire, Conviction, Action) manakah

yang paling mempengaruhi loyalitas konsumen pada masing-masing merk mie

instant tersebut?

3. Apakah ada perbedaan loyalitas konsumen terhadap indomie dan mie sedap?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah hanya dibatasi tentang loyalitas konsumen terhadap

mie instant dalam arti melakukan pembelian ulang mie instant (dalam hal ini

adalah indomie dan mie sedap) paling tidak 3 kali setiap minggunya dan

loyalitas hanya dipandang dari pengaruh iklan media televisi.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi pengaruh media iklan televisi terhadap loyalitas konsumen

indomie dan mie sedap

2. Mengidentifikasi komponen AIDCA yang paling mempengaruhi loyalitas

konsumen indomie dan mie sedap.

3. Mengidentifikasi perbedaan loyalitas konsumen terhadap indomie dan mie

(18)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan

Agar perusahaan dapat menentukan strategi dan kebijakan yang tepat dalam

mempertahankan hubungan dengan pelanggan dalam pangsa pasarnya.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai pedoman bagi kita dalam pemilihan suatu produk secara tepat

sehingga kita tidak akan meragukan keputusan pembelian kita terhadap suatu

produk dan menjadi yakin terhadap produk yang telah kita pilih.

3. Bagi Perguruan Tinggi

Dapat menambah wawasan tentang ilmu pemasaran sehingga dapat

mengetahui lebih jauh tentang perilaku konsumen dalam membuat suatu

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Iklan dan Pemasaran

Menurut Rendra Widyatama (2005), pengertian iklan secara prinsip adalah

bentuk penyajian pesan yang dilakukan oleh komunikator secara personal

melalui media untuk ditujukan pada komunikan dengan cara membayar.Dalam

perspektif iklan cenderung menekankan pada aspek penyampaian pesan yang

kreatif dan persuasif yang disampaikan melalui media khusus, Perspektif

pemasaran lebih menekankan pemaknaan iklan sebagai alat pemasaran yaitu

menjual produk.

Pengertian tersebut juga sejalan dengan pengertian iklan menurut Dunn dan

Barban (1978) yang menuliskan bahwa iklan adalah bentuk komunikasi non

personal yang disampaikan lewat media dengan membayar ruang yang

dipakainya untuk menyampaikan pesan yang bersifat membujuk (persuasive)

kepada konsumen, lembaga non komersial maupun pribadi yang berkepentingan

(Dunn&Barban 1978:8).

Di Indonesia, Masyarakat Periklanan Indonesia mengartikan iklan sebagai segala

bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media

kepada sebagian atau seluruh masyarakat.

Dari beberapa pengertian iklan tersebut, dapat dirangkum enam prinsip dasar

(20)

1. Adanya pesan tertentu

Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. Tanpa pesan iklan tidak akan

berwujud. Menurut (Kotler& AB Susanto,2001:820) terdapat beberapa hal

yang harus diputuskan mengenai pesan iklan yaitu: pembentukan pesan,

evaluasi dan pemilihan pesan, dan pelaksanaan pesan yang dapat disajikan

dari segi potongan kehidupan, gaya hidup, fantasi, suasana atau citra, musik,

simbol kepribadian, keahlian teknis, bukti ilmiah, dan bukti kesaksian.

2. Dilakukan oleh komunikator (sponsor)

Ciri sebuah iklan adalah bahwa pesan tersebut dibuat dan disampaikan oleh

komunikator atau sponsor tertentu secara jelas. Komunikator iklan dapat

dating dari perseorangan, kelompok masyarakat, lembaga atau organisasi

bahkan negara.

3. Dilakukan dengan cara non personal.

Dari pengertian iklan yang diberikan, hampir semua menyepakati bahwa iklan

merupakan penyampaian pesan yang dilakukan secara non personal. Non personal artinya tidak dalam bentuk tatap muka. Penyampaian pesan dapat disebut iklan bila dilakukan melalui media (yang kemudian disebut dengan

media periklanan).

4. Disampaikan untuk khalayak tertentu

Dalam dunia periklanan, khalayak cenderung bersifat khusus. Pesan yang

disampaikan tidak dimaksudkan untuk diberikan kepada semua orang,

(21)

5. Penyampaian pesan tersebut dilakukan dengan cara membayar.

Dalam kegiatan periklanan istilah membayar ini sekarang harus dimaknai

secara luas. Sebab kata membayar tidak saja dilakukan dengan alat tukar uang

melainkan dengan cara barter berupa waktu, ruang dan kesempatan.

6. Penyampaian pesan tersebut mengharapkan dampak tertentu.

Dalam sebuah visualisasi iklan, seluruh pesan dalam iklan semestinya

merupakan pesan yang efektif. Artinya pesan mampu menggerakkan khalayak

ramai untuk mengikuti pesan iklan. Semua iklan yang dibuat pengiklan dapat

dipastikan memiliki tujuan tertentu yaitu berupa dampak tertentu baik dampak

ekonomis maupun sosial.

Periklanan dan pemasaran merupakan dua hal yang sulit dipisahkan,

keduanya saling berkaitan dan tidak pernah terlepas dari kegiatan pemasaran.

Dalam kegiatan pemasaran modern, periklanan merupakan bagian dari

kegiatan promotion mix bersama dengan personal selling, publisitas dan promosi dagang. Sementara itu, dalam perspektif komunikasi pemasaran dan

ekonomi, promotion mix merupakan bagian dari bauran pemasaran. Dengan kata lain, periklanan sebenarnya adalah bagian kecil dari kegiatan pemasaran

(22)

Berikut ini adalah diagram tentang bauran pemasaran dan bauran promosi

menurut Rendra Widyatama:

Diagram bauran pemasaran dan Bauran Promosi

( Marketing Mix and Promotion Mix )

Marketing Mix

( Bauran Pemasaran )

Promotion

( Promosi )

Keempat aktivitas ini disebut dengan Bauran Promosi ( Promotion Mix ) Advertisement

( Iklan )

Sales Promotion

( Promosi Dagang )

Personal Selling

( Penjualan Pribadi )

Publicity

( Publisitas )

Place

( Tempat )

Price

( Harga )

Product

( Produk )

Sebagai sebuah bentuk aktivitas komunikasi, pemasaran merupakan upaya

menyampaikan pesan kepada orang lain. Menyampaikan pesan dalam hal ini

menitikberatkan pada dua makna utama yaitu: menginformasikan kepada orang lain

tentang produk yang dibuat dan merupakan upaya mempengaruhi atau membujuk

orang lain (calon pembeli) supaya membeli, menggunakan produk kita atau agar

(23)

Dalam melakukan upaya pemasaran tersebut, dapat ditempuh dengan banyak

cara, baik memakai media (media lini atau lini bawah), maupun tidak melalui media

(dalam komunikasi bentuk personal). Sehingga sifat pemasaran dapat dilakukan

secara personal maupun non personal (melalui media) dengan beberapa cara yaitu

periklanan(advertisement), promosi dagang (sales promotion), publisitas (publicity)

dan penjualan pribadi (personal selling). Umumnya, keempat kegiatan ini dilakukan

secara bersama dan sinergis. Dalam ilmu pemasaran, aktivitas ini disebut bauran

promosi (promotion mix).

Dalam perkembangannya, sebagaimana yang terjadi sekarang bagan tersebut

sudah banyak dikembangkan. Dari hasil kajian terus-menerus di lapangan pemasaran

tidak cukup sekedar membangun aspek produk, menentukan harga, menyiapkan

tempat dan melakukan promosi yang baik. Berhasilnya pemasaran produk juga

disumbang oleh faktor-faktor lain di luar 4 hal tersebut.

Dengan pemahaman yang menyeluruh atas marketing mix dan promotion mix

maka seorang pengiklan akan lebih mudah dalam merancang pesan iklan. Pesan yang

dibangun akan lebih sesuai dengan khalayak sasarannya. Dengan demikian, secara

keseluruhan iklan yang disampaikan akan lebih berhasil mencapai target yang

diinginkan di masyarakat.

Setelah mengetahui gambaran tentang bauran promosi maka tentu saja kita perlu

memahami tentang berbagai macam media promosi yang digunakan dalam

(24)

B.Mengenal Media Promosi

Secara umum pembagian menurut praktisi periklanan, iklan dapat dikelompokkan

dalam 2 kategori besar yaitu Above the line (bersifat massa) dan below the line

(menggunakan media khusus). Yang termasuk dalam above the line antara lain:

surat kabar, majalah, tabloid, televisi, film dan media interaktif internet. Sementara

untuk below the line antara lain: leaflet, poster, spanduk, baliho, bus panel, bus stop, point of purchase (POP), stiker,shop sign, flayers, hanging display, dan sebagainya.

Ada berbagai jenis media utama yang masing- masingnya memiliki keunggulan

dan kendala yaitu: (Kotler& AB Susanto,2002:832)

1. Surat kabar

Keunggulan: fleksibilitas, ketepatan waktu, liputan pasar lokal yang baik,

penerimaan luas dan dipercayai. Sedangkan kendalanya: jangka waktu pendek,

mutu reproduksi buruk dan penerusan audiens kecil.

2. Surat langsung

Keunggulan: audiens terpilih, fleksibilitas, tidak ada persaingan iklan untuk

media yang sama, personalisasi. Sedangkan kendalanya: biaya relative tinggi,

citra “surat sampah”.

3. Radio

Keunggulan: penggunaan massal, pilihan geografis dan demografis tinggi,

biaya rendah sedangkan kendalanya hanya penyajian audio, perhatian audiens

(25)

4. Majalah

Keunggulan: pilihan geografis dan demografis tinggi, peredaran yang sia-sia,

tidak ada jaminan posisi sedangkan kendalanya: ’Tenggang waktu pembelian

iklan panjang terdapat”

5. Lapangan

Keunggulan: fleksibilitas, pengulangan paparan tinggi, biaya rendah,

persaingan rendah sedangkan kendalanya: tidak ada pilihan audiens, kreativitas

terbatas.

6. Televisi

Keunggulan: menggabungkan pandangan suara dan gerakan, memancing

indra, perhatian tinggi, jangkauan tinggi sedangkan kendalanya: biaya absolut

tinggi, pengelompokkan tinggi, paparan tidak terlihat dan pilihan audiens

kurang. Televisi adalah salah satu media yang paling banyak dilakukan oleh

pemasar di Indonesia misal: Pepsodent, Indomie, Sariayu.(Kotler & AB

Susanto 2001:834). Selain itu, televisi adalah lebih efektif daripada media cetak

karena televisi adalah media dengan keterlibatan rendah yang sesuai dengan

pengetahuan pasif (Kotler & AB Susanto 2000:249). Dalam Low Involvement

Theory, Krugman juga mengatakan bahwa menonton televisi adalah aktivitas pembelajaran pasif ( by Grant A Johnson, University Of Texas at Austin).

Dari beberapa jenis media iklan yang dipaparkan di atas, peneliti

memberikan fokus pada pengaruh iklan media televisi terhadap perilaku

(26)

media tersebut. Untuk itu, perlu dipahami lebih jauh tentang bentuk iklan yang

ada pada media televisi.

C. Bentuk Iklan Televisi

Televisi merupakan salah satu media yang termasuk dalam kategori ”above the

line”. Sesuai karakternya, iklan televisi mengandung suara, gambar dan gerak. Oeh karena itu, pesan lewat media ini sangat perhatian dan impresif.

Berdasarkan bentuknya iklan televisi dapat dikelompokkan menjadi:

1. Live action

Merupakan video klip iklan yang melibatkan unsur gambar, suara dan

gerak bersama. Biasanya banyak menampilkan cuplikan sehari-hari

kehidupan masyarakat.

2. Animasi

Merupakan iklan yang dibangun berdasarkan gambar kartun (dua maupun

tiga dimensi).

3. Stop action

Merupakan perpaduan antara live action dan teknik animasi.

4. Still

Iklan jenis ini disampaikan dengan cara tidak melibatkan unsur gambar

gerak melainkan gambar beku atau diam.Jenis iklan ini bisa juga disebut

(27)

5. Musik

Iklan disampaikan melalui musik sebagai media penyampai pesan. Contoh

iklan yang sudah popular menggunakan musik sebagai bentuk yang

dominan yaitu iklan indomie.Selain itu, banyak praktisi dan akademisi

periklanan memikirkan bentuk variasi musik yag berfungsi untuk fungsi

komunikasi, mencakup musik sebagai penarik perhatian, membuat

konsumen berperasaan positif, membuat konsumen lebih menerima pesan

iklan dan membuat komunikasi yang mengandung arti terhadap produk

yang diiklankan (M.Suyanto 2005: 125).

6.. Superimposed

Bentuk iklan televisi dalam bentuk iklan iklan yang diperlihatkan di atas

gambar lain .

7. Sponsor program

Iklan televisi dimana pihak pengiklan atau sponsor membiayai program

acara televisi tertentu dan sebagai imbalannya ia dapat menyampaikan

pesan iklan dengan lebih mendominasi.

8. Running text

Pesan diperlihatkan muncul masuk pada layar secara perlahan bergerak

dari kanan lalu masuk pada layar dan menghilang pada sebelah kiri layar

dan biasanya diperlihatkan di bawah layar sehingga tidak terlalu

(28)

9. Backdrop

Iklan televisi diperlihatkan pada layar belakang acara yang diadakan.

10. Caption

Bentuk iklan yang menyerupai super imposed. Bedanya adalah pesan yang

digunakan hanya berupa tulisan yang muncul di layar bawah. Biasanya

untuk mendukung iklan property endorsement.

11. Credit title

Iklan ini biasanya berupa gambar still yang diperlihatkan pada bagian akhir

ketika sebuah acara telah selesai.

12. Ad Lib

Pesan disampaikan dan diucapkan oleh penyiar secara langsung baik antara

satu acara dengan acara yang lain maupun disampaikan pembawa sponsor

program acara tertentu.

13. Property endorsement

Dalam siaran televisi, apapun yang diperlihatkan dalam layar dapat

digunakan sebagai iklan. Biasanya merupakan iklan tidak langsung (soft

Campaign) atau terselubung. Iklan ini merupakan bentuk dukungan sponsor yang diperlihatkan pada berbagai hal yang digunakan sebagai

(29)

14. Promo Ad

Iklan yang dilakukan oleh pengelola televisi untuk mempromosikan

acaranya dengan harapan para pemirsanya tertarik untuk menonton acara

yang ditayangkan sehingga program acara tersebut mendapat rating yang

tinggi.

Bentuk iklan televisi yang disebutkan di atas tentunya berkaitan

dengan elemen yang digunakan untuk pembuatan bentuk iklan televisi.

Menurut Rhenald Kasali (1992:83), untuk menghasilkan iklan yang baik,

ada beberapa elemen yang harus digunakan yang dikenal sebagai rumus

AIDCA yang terdiri dari :

1. Attention : Iklan harus menarik perhatian khalayak sasarannya, baik pembaca, pendengar, maupun pemirsa. Untuk itu iklan memerlukan

bantuan antara lain berupa ukuran(media cetak, atau air time untuk media

penyiaran), penggunaan warna(spot atau full color), tata letak, jenis huruf

yang ditampilkan serta berbagai suara khusus untuk iklan pada radio dan

televisi .

2. Interest : setelah perhatian pembeli berhasil direbut,maka perhatian harus dapat ditingkatkan menjadi minat sehingga timbul rasa ingin tahu lebih

jauh dalam diri calon pembeli. Dengan demikian, penggunaan kata-kata

atau kalimat pembuka sebaiknya dapat merangsang orang untuk tahu lebih

(30)

3. Desire : Iklan harus dapat menggerakkan keinginan orang untuk memiliki atau menikmati produk tersebut.

4. Conviction : Dalam tahap ini sejumlah calon pembeli sudah mulai goyah dan emosinya sudah mulai tersentuh. Untuk menimbulkan rasa percaya

pada calon pembeli maka dapat ditunjang dengan kegiatan peragaan seperti

pembuktian, membagikan percontoh gratis dan menyodorkan pandangan

positif dari tokoh masyarakat terkemuka serta pengujian oleh pihak ketiga.

5. Action : Akhirnya sampai pada upaya terakhir untuk membujuk calon pembeli agar segera melakukan tindakan pembelian .Maka harus

mempergunakan pemilihan kata agar calon pembeli dapat bergerak.

Elemen tersebut akan merangsang persepsi konsumen terhadap suatu

produk. Dari hal itu, maka iklan akan menimbulkan pengaruh di berbagai

aspek.

D. Pengaruh iklan

Menurut Rendra Widyatama (2005), terdapat pengaruh iklan dalam aspek

sebagai berikut:

1. Ekonomi

Kegiatan periklanan tampaknya mampu memunculkan multi player

effect atau dengan kata lain dapat menghadirkan efek karambol yang luar

biasa, tidak hanya mendatangkan keuntungan tetapi juga mampu

(31)

muncul konsumerisme di masyarakat telah memberi andil pada laju

industri. Daya konsumsi masyarakat yang meningkat menyebabkan

permintaan akan barang akan bertambah. Peningkatan kapasitas produksi

yang dilakukan untuk memenuhi jumlah permintaan sebagai akibat dari

pengaruh iklan menyebabkan harga produksi juga ikut berpengaruh. Di

satu sisi, produksi massal dapat menekan harga produk dan meningkatkan

keuntungan. Dampak iklan juga merebak dalam persaingan usaha dalam

wujud persaingan merek dan produk. Hal ini terjadi karena banyak produk

sejenis yang ada di segmen pasar yang sama yang diproduksi oleh

perusahaan yang berbeda. Hal ini menyebabkan mereka berlomba merebut

konsumen dan konsumen yang telah diperoleh akan dipertahankan agar

setia.

2. Psikologis

Iklan pada gilirannya ikut menentukan tingkat minat, kepercayaan, dan

keyakinan kita terhadap produk. Minat masyarakat terhadap produk

tumbuh karena iklan yang menarik atau sebaliknya tidak tetarik bahkan

tidak yakin akan kualitas produk yang diiklankan. Tingkat keyakinan

tersebut, pada gilirannya juga ikut menjadi penentu keputusan seseorang

untuk memilih produk yang hendak dibeli.

Pengaruh dalam aspek afektif dapat terlihat dalam perilaku seseorang

di masyarakat. Pengaruh iklan pada akhirnya akan mempengaruhi

(32)

nyaman dan lebih percaya diri mengenakan produk dengan merek tertentu

( tentu saja yang diiklankan). Selain itu, iklan juga mampu menumbuhkan

sikap konsumerisme masyarakat di mana masyarakat cenderung

mengkonsumsi barang dan jasa berlebihan, jauh di atas yang

dibutuhkannya.

Di tengah membanjirnya ribuan merek dari aneka produk yang sejenis,

sering dijumpai bahwa konsumen tetap memiliki pilihan terhadap merek

tertentu. Mereka tidak mencoba beralih ke merek lain bahkan cenderung

membangun kesetiaan terhadap merek Pernyataan ini sejalan dengan

pendapat Griffin(2002:31) bahwa salah satu ciri pelanggan yang loyal

adalah kebal terhadap daya tarikan dari pesaingnya.

3. Sosial Budaya

Berbagai pengaruh psikologis yang bersifat individu dari mahkluk

yang bernama iklan tersebut lambat laun mengkristal secara kolektif dan

menjadi perilaku masyarakat secara umum. Perilaku masyarakat yang lebih

umum ini pada gilirannya membentuk system nilai, gaya hidup, maupun

standar budaya tertentu termasuk mempengaruhi standar moral, etika

maupun estetika. Hal-hal ini mampu dikendalikan oleh iklan dan cenderung

menjadi suatu penyeragaman budaya di tengah masyarakat.

Setelah memahami tentang pengaruh iklan dalam aspek yang

(33)

pembelian di mana mereka dihadapkan pada sejumlah keputusan

pembelian yang mengarah pada loyal atau tidak loyal dalam menggunakan

suatu produk.

4. Loyalitas dan siklus pembelian

Setiap kali pelanggan membeli, ia bergerak melalui siklus pembelian.

Pembeli pertama kali akan bergerak melalui lima langkah yaitu:

a. Kesadaran

Langkah pertama menuju loyalitas dimulai dengan kesadaran

pelanggan akan produk anda. Pada tahap ini anda mulai membentuk

“pangsa pikiran” yang dibutuhkan untuk memposisikan ke dalam

pikiran calon pelanggan bahwa produk atau jasa anda lebih unggul

dari pesaing. Kesadaran dapat timbul dengan berbagai cara: iklan

konvensional (radio, TV, surat kabar, Bill Board,), iklan di Web, pos

langsung, e-mail, terbitan khusus industri, komunikasi dari mulut ke

mulut (on line atau off line)serta kegiatan pemasaran seperti in store

display dan siaran Web.

b. Pembelian awal

Langkah ini merupakan yang paling penting dalam memelihara

loyalitas baik itu dilakukan secara on line maupun off line, pembelian

pertama kali merupakan pembelian percobaan; perusahaan dapat

(34)

produk atau jasa yang diberikan, mudahnya transaksi pembelian

aktual, hubungan dengan pegawai, lingkungan fisik toko bahkan

waktu loading halaman situs web perusahaan atau mudahnya navigasi.

Setelah pembelian pertama dilakukan maka ada kesempatan untuk

menumbuhkan pelanggan yang loyal.

c. Evaluasi- Pasca Pembelian

Setelah pembelian dilakukan, pelanggan secara sadar atau tidak sadar

akan mengevaluasi transaksi. Bila pembeli merasa puas, atau

ketidakpuasan terlalu mengecewakan sampai dapat dijadikan

pertimbangan beralih ke pesaing maka akan terjadi kemungkinan

membeli kembali.

d. Keputusan membeli kembali

Komitmen untuk membeli merupakan sikap yang paling penting bagi

loyalitas bahkan lebih penting dari kepuasan. Motivasi untuk membeli

kembali berasal dari tingginya sikap positif yang ditujukan terhadap

produk atau jasa tertentu dibanding sikap positif terhadap produk atau

jasa alternatif yang potensial.

Dari tahapan siklus pembelian konsumen, kita akan dapat mengetahui

seberapa besar preferensi dan keterikatan konsumen terhadap produk

yang ditawarkan yang pada akhirnya akan menimbulkan berbagai jenis

(35)

E. Keterikatan dan jenis loyalitas

Keterikatan merupakan prasyarat bagi suatu loyalitas. Keterikatan yang

dirasakan pelanggan dibentuk oleh dua dimensi: tingkat preferensi dan

tingkat diferensiasi produk atau jasa yang dipersepsikan.

Empat keterikatan relatif:

diferensiasi produk

Tidak Ya

preferensi pembeli kuat Keterikatan rendah keterikatan tertinggi

Lemah Keterikatan terendah keterikatan tinggi

Faktor kedua yang menentukan loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa

tertentu adalah pembelian berulang. Empat jenis loyalitas yang berbeda muncul bila

keterikatan rendah dan tinggi diklasifikasikan silang dengan pola pembelian ulang

yang rendah dan tinggi.

Pembelian berulang

tinggi rendah

Keterikatan relative

Tinggi loyalitas premium loyalitas tersembunyi

Rendah loyalitas yang lemah tanpa loyalitas

Loyalitas pelanggan tampaknya merupakan ukuran yang lebih dapat

diandalkan untuk memprediksi pertumbuhan penjualan dan keuangan. Berbeda dari

kepuasan, yang merupakan sikap, loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan perilaku

(36)

1. Melakukan pembelian ulang secara teratur.

2. Membeli antar lini produk dan jasa.

3. Mereferensikan pada orang lain.

4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing.

Pentingnya menjaga pelanggan yang ada sekarang dapat diperhitungkan

dengan melihat ‘lifetime value’ pelanggan. Perlu juga dipahami bahwa mencari

pelanggan baru biasanya lebih mahal daripada mempertahankan yang sudah ada yang

akhirnya ini semua berdampak pada peningkatan penjualan.(Berta Bekti Retnawati).

Dengan demikian, perusahaan harus dapat mengidentifikasi apakah pelanggan

terpuaskan atau tidak, dan apakah ada pembelian ulang produk maka perlu

diperhatikan komponen pengukuran yang terkait dengan hal itu.

F.. Pengukuran yang terkait dengan pembelian ulang

Menurut Griffin(2002:3) bahwa sebagian besar manajer menganggap

bahwa ada korelasi positif antara skor kepuasan pelanggan dan perilaku

pembelian pelanggan. Anggapan umumnya adalah peningkatan skor kepuasan

pelanggan akan diikuti peningkatan pangsa pasar yang dibelanjakan oleh

pelanggan, tingkat referensi perusahaan dari pihak lain(rate of referral) dan

kerelaan pelanggan membayar pada harga yang lebih tinggi(premium price).

Tetapi sebagaimana dari temuan yang digambarkan oleh Griffin, korelasi

tersebut tidak dapat diandalkan. Tingkat kepuasan belum tentu menghasilkan

penjualan dan laba yang tinggi. Beberapa alasan faktor kepuasan tidak dapat

(37)

pesaing lebih besar. Hal ini sependapat dengan Amalia E Maulana seorang

kandidat doctor Marketing UNSW, Australia pada majalah SWA (Kamis,13

Januari 2005) ia megatakan bahwa “kepuasan pelanggan ternyata tidak memberikan jaminan bahwa konsumen akan loyal terhadap kualitas produk atau

jasa dan ternyata masih banyak yang pindah merek karena akibat diferensiasi

merek yang tersedia tidak selalu signifikan sehingga menurut konsumen tidak

ada resiko untuk berganti-ganti. Alasan konsumen puas tetapi tidak loyal karena

ada tawaran insentif yang menarik dari pesaing dan sulit ditolak oleh konsumen.

Suatu produk yang berkualitas saja tidak akan memiliki pengaruh yang

signifikan dalam membangun kesetiaan akan tetapi jika psikologi konsumen

direkayasa sedemikian rupa oleh rekayasa pesan melalui iklan maka tampaknya

mampu membangun pengaruh terhadap kesetiaan konsumen pada produk

(Rendra Widyatama, 2005:164).

Menurut Griffin (2002:5),bila kepuasan pelanggan tidak dapat diandalkan

maka dapat digunakan pengukuran sejati yaitu loyalitas pelanggan. Konsep

loyalitas konsumen lebih banyak dikaitkan dengan perilaku daripada dengan

sikap. Bila seseorang merupakan pelanggan yang loyal, ia menunjukkan perilaku pembelian yang didefinisikan sebagai pembelian non random yang diungkapkan

dari waktu ke waktu oleh beberapa unit pengambilan keputusan. Istilah non

random merupakan kuncinya. Loyalitas menunjukkan kondisi durasi waktu tertentu dan mensyaratkan bahwa tindakan pembelian tidak kurang dari dua kali.

(38)

membeli mungkin dilakukan oleh lebih dari satu orang. Loyalitas merupakan

tingkatan dimana suatu perilaku mengalami pengulangan dan perilaku tersebut

harus dipelihara di sepanjang rantai pembelian konsumsi (J Paul Peter dan Jerry

C. Olson 280:1999)

Dua kondisi penting yang berhubungan dengan loyalitas adalah retensi

pelanggan (customer retention) dan total pangsa pasar (total share of customer). Retensi pelanggan adalah persentase pelanggan yang telah memenuhi sejumlah pembelian ulang selama periode waktu terbatas. Pangsa pasar suatu

perusahaan menunjukkan persentase dari anggaran pelanggan yang dibelanjakan

ke perusahaan tersebut.

Setelah perusahaan mempengaruhi konsumen lewat bebagai media yang

digunakan untuk mempromosikan produknya, ia akan mengamati siklus

pembelian yang terkait dengan perilaku pembelian yang juga dipengaruhi faktor

keterikatan, preferensi serta pembelian ulang. Dari hal-hal tersebut, tentunya

perusahaan harus mengetahui kiat-kiat untuk mempertahankan pelanggannya

agar tidak hilang. Berikut ini akan dijelaskan tentang kiat-kiat untuk membangun

loyalitas dengan pelanggan.

G. Membangun Loyalitas

Sebelum membangun suatu loyalitas kita harus dapat mengidentifikasi hal-hal

sebagai berikut(Gramedia Management Action Guides) :

(39)

Dalam dunia komersial, perusahaan selalu dituntut untuk berkompetisi

dalam kualitas layanan mereka. Barang nyata menjadi sekedar salah satu

unsur yang komprehensif. Sehingga mereka dituntut untuk

mendiferensiasikan produknya dan semua hal itu konsumen dan kebutuhan

“riil”. Kecenderungan barang menjadi layanan ini berarti konsumen harus

semakin mempercayai pemasok mereka dan mengandalkan reputasi serta

integritas mereka karena mereka tidak dapat menilai apa yang mereka

peroleh sebelum membelinya.

2. Konsumen sebagai bagian dari bisnis

Konsumen merupakan satu-satunya aset yang dimiliki oleh suatu bisnis.

Tanpa ada konsumen tidak ada bisnis dan tidak ada aset lain yang

mempunyai nilai komersial.

3. Siapakah konsumen anda?

Banyaknya jenis konsumen yang diharapkan dan seberapa banyak

perhitungan kepentingan dan opini mereka tergantung pada sejumlah faktor:

skala operasi, usia produk, pengaruh relatif terhadap kehidupan manusia,

visibilitas serta konsekuensi kegagalan atau kerusakan.

4. Manfaat produk

Konsep produsen tentang produk mereka adalah pada bentuk produk

mereka sedangkan bagi konsumen, kepentingan mereka terletak pada

(40)

5. Total Quality Manajemen (TQM)

Banyak perusahaan kini menggunakan prinsip TQM sebagai pedoman

mengelola produksi . Dalam bahasan TQM dikatakan bahwa ‘kualitas’

adalah kemampuan untuk digunakan. Gagasan bahwa kualitas tergantung

pada kegunaan yang diberikan membawa konsumen ke dalam gambaran

tersebut, karena pelangganlah yang menentukan apa kegunaannya.

6. Mencari tahu kebutuhan konsumen

Mencari tahu kebutuhan-kebutuhan konsumen sangat berbeda dengan

mencari tahu seberapa besar kepuasan konsumen akan produk dan pelayanan

anda. Aktivitas yang kedua merupakan cara untuk meningkatkan tujuan anda

saat anda tahu bahwa anda telah mencapai bidang sasaran umum dengan

produk anda. Menemukan kebutuhan para konsumen adalah masalah

pengembangan, bukan penjualan. Oleh karena itu kita pasti lebih tertarik

kepada kebutuhan yang tidak terpenuhi ketimbang pujian bagi hasil kerja

kita. Setiap kontak dan percakapan yang dilakukan dengan para konsumen

adalah kesempatan untuk mempelajari hal-hal baru tentang kebutuhan dan

hal yang disukai konsumen. Selanjutnya kita harus mengasumsikan bahwa

anda terlibat dalam diskusi yang agak formal dengan konsumen yang tahu

(41)

a. Persiapan

Dua hal yang perlu dipikirkan sebelum memulai percakapan dengan

konsumen yaitu : jenis bisnis dan hal yang anda ketahui tentang

konsumen.

b. Mengarahkan pembicaraan

Agar dapat mengarahkan pembicaraan maka hal yang dibutuhkan

adalah bahwa mereka percaya pada anda, ada sesuatu untuk mereka,

pertanyaan yang tepat,dan anda adalah pendengar yang baik.

c. Menciptakan kepercayaan

Penyebab ketidakpercayaan adalah ketidaktahuan akan maksud orang

lain.

7. Manfaat bagi konsumen

Didasarkan pada motivasi dasar manusia, ada tiga hal yang dapat diasumsikan

dengan aman yaitu bahwa tiap orang ingin: diakui, menjadi individu, dan

membuat perbedaan. Setelah sadar akan motivator dasar ini, maka sangatlah

mudah untuk membuat mata rantai yang menghubungkan anda dengan

konsumen dan efeknya adalah meningkatnya kerja sama kita dengan mereka.

Perlu diingat bahwa tidak perlu menipu atau memberi ‘pelicin’ kepada

konsumen. Sepenuhnya ini berkenaan dengan penghargaan yang sesuai

dengan bobotnya. Perlu diingat bahwa loyalitas selalu bergerak searah dengan

(42)

8. Merancang produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen

Agar dapat memuaskan konsumen, kita tidak dapat menganggap produk kita

sebagai barang melainkan harus disesuaikan dengan keinginan konsumen.

Untuk itu, kita perlu mengetahui tentang klasifikasi barang konsumsi

berdasarkan kebiasaan belanja konsumen. Menurut Kotler dan AB Susanto,

produk tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Convenience goods: barang yang dibeli dengan frekuensi tinggi, waktu singkat, dan usaha minimum.Untuk kelas produk ini penjualannya masal

oleh produsen, biasanya harga rendah, merek penting (McCarthy &

Perreault 1995:268).

b. Shopping goods: barang yang dalam proses pemilihan dan pembelian dibandingkan.

c. Specialty goods: Barang yang memiliki karakteristik unik dan atau identifikasi merek untuk itu sekelompok pembeli bersedia berusaha

membelinya.

d. Unsought goods: barang yang tidak diketahui pembeli atau diketahui tetapi biasa tidak berpikir untuk membelinya.

Setelah mengetahui hal-hal tersebut maka dapat dibuat keputusan tentang

seberapa jauh kita akan memenuhi kebutuhan konsumen.Selanjutnya kita

(43)

9. Variasi konsumen

Variasi konsumen tersebut dapat terangkum dalam beberapa kemungkinan

perbedaan yang penting yaitu: potensi konsumen-nilai pembelian mereka,

pengetahuan teknis dan keahlian mereka, kejelasan keperluan mereka, dan

tipe penggunaan.

10. Nilai tambah pada produk

Harus ada sebuah pengertian bahwa anda harus mempunyai rincian lengkap

tentang kebutuhan konsumen dan memandang hubungan antara konsumen

dan perusahaan sebagi kesatuan yang kontinyu. Dengan perspektif ini, anda

akan mampu melihat berbagai peluang untuk mengembangkan jangkauan dari

dua dimensi yang bisa kita sebut sebagai tinggi dan lebar. Tinggi berarti

layanan berkembang naik dan turun sedangkan lebar berarti perluasan

jangkauan kebutuhan yang siap anda layani.

11. Mengembangkan produk baru

Hendaknya ada kebijakan dan pedoman untuk mengembangkan produk baru

yaitu: mengembangkan daya saing, mempertahankan keberadaan pelanggan,

mencari pelanggan yang baru untuk produk yang ada, memanfaatkan

perkembangan teknologi dan meraih pangsa pasar.

Dalam mengembangkan produk baru, perusahaan dapat melakukan cara yaitu

mengembangkan produk dalam laboratoriumnya atau dapat mengontrak

peneliti atau perusahaan pengembangan produk baru untuk mengembangkan

(44)

12. Sumber gagasan bagi produk baru

Bagi sebagian besar perusahaan,sumber ide utamanya adalah: para pelanggan,

para pesaing, para staf, penelitian dan pengembangan (litbang).

H. Review penelitian terdahulu

Dari pengamatan tentang penelitian terdahulu yang diteliti (oleh Agustinus

992214010) dengan judul ‘Persepsi konsumen terhadap promosi melalui televisi

dengan loyalitas pelanggan pada produk shampoo PANTENE, ia menyatakan

hipotesis bahwa persepsi konsumen tehadap promosi televisi berhubungan

dengan loyalitas pelanggan Shampoo PANTENE, hal yang ditekankan adalah

persepsi sedangkan penelitian yang akan dilakukan sekarang lebih mengacu pada seberapa besar tingkat loyalitas dinilai dari perilaku pembelian yang

(45)

I. Hipotesis ¾ Adanya pembelian berulang

dan teratur

¾ Mereferensikan kepada orang

¾ Adanya kekebalan terhadap daya tarik pesaing

¾ Pembelian lini produk

(

Pengaruh psikologis dari iklan televisi sangat tergantung pada elemen pembentuk

iklan (AIDCA) dan selanjutnya akan merangsang tingkat keyakinan, minat dan

kepercayaan konsumen). Dari hal tersebut maka perilaku konsumen akan teramati

apakah mereka adalah orang yang memenuhi kriteria terbentuknya loyalitas

konsumen.

Ha : Ada pengaruh komponen AIDCA pada iklan media televisi terhadap loyalitas

konsumen mie instant.

Ho :Tidak ada pengaruh komponen AIDCA pada iklan media televisi terhadap

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.

Studi kasus (case study) adalah penelitian yang berkenaan dengan suatu fase

spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield,1930 dalam Moh.

Nazir). Tujuan studi kasus adalah memberi gambaran secara terperinci tentang

latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari

individu yang kemudian sifat tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat

umum, studi kasus mengkaji variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang

kecil, studi kasus juga dapat memberikan hipotesa-hipotesa untuk penelitian

lanjutan. Dari segi edukatif, studi kasus dapat digunakan sebagai contoh ilustrasi

dalam perumusan masalah, penggunaan statistik dalam menganalisa data serta

cara perumusan generalisasi dan kesimpulan (Moh.Nazir,1988:66).

B. Waktu dan Lokasi penelitian

Waktu untuk penelitian ini adalah berkisar antara bulan Oktober-November.

Untuk lokasi penelitian bertempat di Universitas Sanata Dharma Fakultas

(47)

C. Subyek dan obyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi. Obyek

penelitian ini adalah tingkat loyalitas subyek penelitian terhadap merk mie

instant dan persepsi subyek terhadap iklan media televisi.

D. Identifikasi variabel

Peneliti mendefinisikan ‘Loyalitas’ sebagai suatu perilaku pembelian berulang,

rutin, non random terhadap produk mie instant, setidaknya konsumen tersebut

melakukan minimal tiga kali pembelian ulang dan rutin per minggu dengan

rentang loyalitas sebagai berikut:

Tingkat

loyalitas

Penilaian

Sangat loyal >3 kali

Loyal > 3 kali

Tidak loyal < 3 kali

a.Sangat loyal : Bila konsumen membeli mie instant lebih dari tiga kali dalam

seminggu.

b.Loyal : Bila konsumen membeli mie instant tiga kali dalam seminggu.

c.Tidak loyal : Bila konsumen membeli mie instant kurang dari tiga kali dalam

(48)

Iklan media televisi adalah media iklan yang menampilkan informasi tentang suatu

produk dengan frekuensi tinggi disertai dengan efek audio visual yang secara

keseluruhan tergantung oleh AIDCA sebagai komponen pembentuk iklan sehingga

dapat menarik, meyakinkan, dan membujuk konsumen untuk membeli produk.

Adapun aspek yang tercakup dalam AIDCA antara lain:

a. Attention yang meliputi air time, warna, musik dan slogan untuk menarik perhatian konsumen.

b. Interest meliputi: kalimat yang digunakan untuk membuat konsumen berminat pada produk.

c. Desire meliputi: rangkaian kata yang membuat konsumen untuk memiliki produk.

d. Conviction meliputi: pihak ketiga atau orang terkemuka misalnya artis terkenal untuk meyakinkan konsumen.

e. Action meliputi: pilihan kata untuk merangsang psikologis konsumen untuk membeli produk.

E. Pengukuran Variabel

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah loyalitas (perilaku pembelian

konsumen yang mengarah pada pembelian ulang) sedangkan variabel independen

(49)

F. Pengembangan instrumen

Penelitian ini akan menggunakan kuesioner sebagai instrumen untuk mengetahui

dan mengukur variabel yang akan diteliti. Kuesioner atau schedule tidak lain dari

sebuah set pertanyaan yang logis yang berhubungan dengan masalah penelitian

dan tiap pertanyaan merupakan jawaban yang mempunyai makna dalam

pengujian hipotesa (Moh.Nazir 1988:248) dan wawancara secara lisan.

G. Scaling

Metode scaling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert karena

realibilitas yang relatif tinggi dan dapat memperlihatkan item yang dinyatakan

dalam response alternatif (sangat setuju, setuju, bimbang ,tidak setuju, sangat

tidak setuju), selain itu skala ini juga dapat menjelaskan tentang keterangan yang

lebih jelas dan nyata tentang sikap responden terhadap isu yang dipertanyakan

(Moh.Nazir 1988:398).

H. Jenis dan Bentuk Data

Jenis data penelitian adalah primer yaitu langsung bersumber pada subjek yang

akan diteliti. Bentuk datanya yaitu kuesioner/angket yang disebarkan pada

responden disertai dengan butir pertanyaan dalam tingkatan skala Likert.

I. Populasi

Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi

(50)

J. Sampel

Sebagian dari populasi dengan karakteristik yang telah disebutkan dan jumlah

sampel itu dapat mewakili variabel yang akan diteliti.

K. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah Non Random Sampling.

Jenis Non Random Sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling yaitu

pengambilan sampel berdasarkan tujuan (Nana Syaodih Sukmadinata 2006:254).

Peneliti mengambil sampel dari mahasiswa FE USD angkatan 2004 dan 2005

yang total populasinya berjumlah 701 orang. Peneliti mengambil angkatan ini

sebagai sampel karena subjek lebih dikenal sehingga mudah untuk ditemui.

L. Jumlah sampel

Sampel yang digunakan dalam survey sebanyak 100 individu untuk seluruh

sampel baru dianggap cukup memadai sedangkan untuk kelompok sampelnya

berkisar antara 20-50 orang (Nana Syaodih Sukmadinata 2006:261). Jumlah

sampel untuk penelitian ini adalah100 orang Dengan proporsi sampling sebagai

berikut :

Manajemen angkatan 2004 : (169/701)x100 orang = 24 orang

2005 : (180/701)x100 orang = 26 orang

Akuntansi angkatan 2004 : (175/701)x100 orang = 25 orang

(51)

M. Metode Pengambilan data

Dengan menggunakan survey yaitu dengan mengedarkan kuesioner ini

merupakan cara yang ampuh sebab dalam waktu yang relatif singkat jawaban

dari sejumlah responden dapat diperoleh (Nana Syaodih Sukmadinata 2006:86)

dan wawancara secara lisan pada responden.

N. Validitas dan Reliabilitas

Suatu pengukuran tidak dapat dikatakan valid bila tidak reliabel (Stanisiaus

S.Uyanto 2006: 239). Untuk pengujian hal ini, peneliti menggunakan metode

Alpha-Cronbach untuk mengukur keandalan konsistensi internal. Secara umum keandalan kurang dari 0,6 dianggap buruk, kisaran 0,7 bisa diterima dan lebih

dari 0,8 adalah baik (Uma Sekaran 2006:182).

O. Analisis data

Dengan pendekatan analisis Regresi Berganda untuk melihat pengaruh antara

beberapa variabel independen terhadap sebuah variabel dependen. Analisis

variabel- variabel tersebut menggunakan program SPSS.

Persamaan Umum: a0 +a1X1 + a2X2 + a3X3 + e

Langkah-langkahnya:

Menghitung komponen-komponen

∑x2 = ∑x2 – (∑x)2

n:

∑x1x2 = ∑x1x2 – (∑x1)(∑x2)

(52)

∑xy = ∑XY – (∑X)(∑Y)

n

Menghitung a1,a2, dan a0 :

a1 = (∑x1y)(∑x22) – (∑x2y)(∑x1x2)

(∑x12)(∑x22) – (∑x1x2)(∑x1x2)

a2 = (∑x12)(∑x2y)-(∑x1x2)(∑x1y)

(∑x12)(∑x22)-(∑x1x2)(∑x1x2)

a0= ∑Y – a1∑X1 - a2∑X2

n

Mencari koefisien determinasi:

R2 = a1∑x1y + a2∑x2y

y2

Menghitung standar error dari koefisien regresi :

(53)

P. Organisasi Pelaporan

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah

dan tujuan penelitian.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi tentang teori yang digunakan sebagai landasan penelitian yang

akan dilakukan.

Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, identifikasi variabel

dan pengukuran variabel.

Bab IV Gambaran Umum

Bab ini berisi tentang penjelasan sampel dalam penelitian.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti serta

(54)

Bab VI Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari analisis data dan pembahasan masalah, saran-saran

(55)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

Dalam bab ini, peneliti menjelaskan tentang gambaran umum tentang visi, misi dan

sejarah perusahaan yang dijadikan sebagai lokasi penelitian serta gambaran tentang

produk yang diteliti.

A. Visi USD

USD didirikan untuk berpartisipasi dalam usaha melindungi dan meningkatkan

martabat manusia melalui perpaduan keunggulan akademik dan nilai-nilai

kemanusiaan yang diwujudkan dalam penggalian kebenaran secara objektif dan

akademis dan pengembangan kaum muda yang didasarkan pada nilai kebangsaan,

kemanusiaan dan spiritual Ignatian, yaitu mejadi manusia bagi sesama (human for

and with others), perhatian pribadi (cura personalis), semangat keunggulan (magis),

dan semangat dialogis.

B. Misi USD

USD didirikan sebagai lembaga akademis yang menekankan perpaduan IPTEK

dan nilai-nilai kemanusiaan, lembaga kritis masyarakat, lembaga yang menjunjung

tinggi kebebasan akademis, lembaga humanis dan dialogis yang mengembangkan

segi intelektual, moral, emosional dan spiritual mahasiswa secara terpadu, lembaga

yang mendidik manusia menjadi manusia yang utuh, kritis, dewasa, dan memiliki

kepekaan sosial, lembaga yang memberikan pelayanan masyarakat, dan lembaga

(56)

C. Sejarah USD

1. PTPG Sanata Dharma (1955-1958)

Ide untuk mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) oleh Prof.

Moh. Yamin, S.H. (Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI) pada tahun

1950-an disambut baik oleh para imam Katolik, terutama Ordo Societas Jesus

(Serikat Jesus yang sering disingkat S.J.). Pada waktu itu, ordo ini telah membuka

kursus-kursus B1, antara lain: B1 mendidik (Yayasan De Britto) di Yogyakarta yang

dikelola oleh Pater H. Loeff, S.J. dan B1 Bahasa Inggris (Yayasan Loyola) di

Semarang yang dikelola oleh Pater W.J. Van Der Meulen S.J. dan Pater H.

Bastiaanse, S.J. dengan dukungan dari Conggregatio de Propaganda Fide, selanjutnya

Pater Kester yang waktu itu menjabat sebagai Superior Misionaris Serikat Yesus

menggabungkan kursus-kursus ini menjadi sebuah perguruan tinggi dan lahirlah

PTPG Sanata Dharma pada tanggal 20 Oktober 1955 dan diresmikan oleh pemerintah

pada tanggal 17 Desember 1955.

Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai empat jurusan, yaitu Bahasa

Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Para Pembesar Serikat Yesus menunjuk

Pater Prof. Nicolaus Driyarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG Sanata Dharma dan Pater

H. Loeff sebagai Wakil Dekan. Nama “Sanata Dharma” diciptakan oleh Pater K.

Looymans, S.J. yang waktu itu menjadi pejabat Departemen Pendidikan, Pengajaran,

dan Kebudayaan di Kantor Wali Gereja Indonesia. “Sanata Dharma” sebenarnya

(57)

“pelayanan yang nyata”. Kebaktian dan pelayanan itu ditujukan kepada tanah air dan

gereja (Pro Patria Et Eclessia).

2. FKIP Sanata Dharma (1958-1965)

Untuk menyesuaikan diri dengan pemerintah, dalam hal ini Kementrian

Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan tentang perubahan PTPG menjadi FKIP,

maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958 berubah menjadi FKIP

(Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) Sanata Dharma dan merupakan bagian dari

Universitas Katolik cabang Yogyakarta. Pada masa FKIP ini Sanata Dharma berhasil

memperoleh status “disamakan” dengan negeri berdasarkan SK Menteri PTIP No.1 /

1961 pada tanggal 6 Mei 1961 jo No. 77 / 1962 tanggal 11 Juli 1962. Walaupun

bagian dari Universitas Katolik Indonesia, secara de facto FKIP sanata Dharma beriri

sendiri.

3. IKIP Sanata Dharma (1965-1993)

Untuk mengatasi kerancuan antara menjadi bagian dari Universitas Katolik

Indonesia cabang Yogyakarta dengan kemandirian FKI Sanata Dharma berubah

menjadi IKIP Sanata Dharma sebagai sebuah institusi pendidikan, FKIP Sanata

Dharma berubah menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP No.

237 / B-SWT / U / 1965, Surat Keputusan ini berlaku mulai tanggal 1 September

1965. Selain melaksanakan program S1 (sebelumnya Sarjana Muda dan Sarjana),

IKIP Sanata Dharma juga dipercaya pemerintah untuk mengelola Program Diploma I,

II, dan III untuk program Diploma ini ditutup pada tahun 1990 dan selanjutnya

(58)

4. Universitas Sanata Dharma (1993-sekarang)

Akhirnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan kebutuhan masyarakat

serta kemajuan zaman, tanggal 20 April 1993 sesuai denga SK Mendikbud No. 46

/ D / O /1993, IKIP Sanata Dharma dikembangkan menjadi Universitas Sanata

Dharma atau lebih dikenal dengan nama USD. Dengan perkembangan ini, USD

diharapkan tetap dapat memajukan sistem pendidikan guru sekaligus

berpartisipasi dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Setelah berkembang menjadi universitas, Sanata Dharma terdorong untuk

memperluas muatan program pendidikannya. Di samping tetap mempertahankan

pendidikan guru dengan tetap membuka FKIP (Fakultas Ilmu Keguruan dan

Pendidikan), Sanata Dharma membuka beberapa fakultas baru. Universitas Sanata

Dharma sekarang memiliki 8 Fakultas dengan 25 Program studi, 3 Program Pasca

Sarjana, 1 Program Profesi, dan 3 Program Kursus Bersertifikat.

Sekarang ini banyak hal berkembang di Universitas Sanata Dharma.

Perkembangannya meliputi berbagai aspek, baik sarana fisik (gedung, lab,

perpustakaan, dan fasilitas fisik lainnya), administrasi system informsi,

manajemen, biro / lembaga / pusat /serta unit pendukung), peningkatan mutu

(59)

Fasilitas meliputi:

1) Ruang kuliah

2) Perpustakaan

3) Laboratorium

4) UKM

5) Kapel

6) Bank

7) Kantin

Fakultas dan Program Studi meliputi:

- Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang terdiri dari: Pendidikan

Bahasa Inggris, Pend.Bhs. Sastra Indonesia dan Daerah, Pendidikan Ekonomi

Koperasi, Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Sejarah, Pendidikan Fisika,

Pendidikan Matematika, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Agama

Katolik, Bimbingan dan Konseling.

- Fakultas Sastra yang terdiri dari: Sastra Inggris, Sastra Indonesia, Ilmu

Sejarah.

- Fakultas Ekonomi yang terdiri dari: Akuntansi, Manajemen

- Fakultas Sains dan Teknologi terdiri dari: Fisika, Matematika, Ilmu

Komputer, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Informatika, Mekatronika.

- Fakultas Psikologi terdiri dari Psikologi.

- Fakultas Farmasi terdiri dari: Farmasi, Profesi Apoteker

(60)

Program Pasca Sarjana

1) Teologi

2) Ilmu Religi dan Budaya

3) Kajian Bahasa Inggris

Program Kursus Bersertifikat

1) English Extension Course

2) Pelatihan Komunikasi Interaktif Bahasa Inggris Paket 60 jam

3) Indonesian Language and Culture Intensive Course

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

1) Teater

2) Kesenian

3) Olahraga

4) Bela diri

5) Korps Sukarela (KSR)

6) Pecinta Alam (Mapasadha)

7) Kerohanian

8) Penalaran

9) Penerbitan

10)Paduan suara

11)Koperasi Mahasiswa

12)Pengabdian Masyarakat

(61)

D. Indomie dan Mie Sedap

Mie instant merupakan mie yang segera, mudah dan murah.

Doel mengatakan bahwa ia memiliki banyak kebanggaan sudah begitu dekat dengan

mie instant karena beberapa hal antara lain bahwa dimana saja, kapan saja, untuk

siapa saja mie instant tersedia bahkan melebihi minuman ringan yang bermoto sama,

mie instant dapat mengobati kangen terhadap “selera tanah air”dan membuat hidup

bisa tersambung kembali di segala situasi dan kondisi serta mie instant “tanah air”

sudah tersedia di luar negeri yang pada mulanya diduga karena keberadaan

masyarakat Indonesia di luar negeri akan tetapi bule juga membeli indomie

(“Kebangkitan Bangsa Indomie”,Sabtu 20 Mei 2006).

Mie instant yang sudah mendarah daging dan menjadi salah satu makanan pokok

di Indonesia ini ternyata memiliki kadar gizi yang cukup banyak dan berguna bagi

tubuh. Hal ini tergantung dari jenis rasa yang ada di mie instant tersebut dan cara

penyajiannya jika ditambah dengan sayuran, kornet, telur dan sejenisnya.

Saat ini Indonesia adalah produsen mie instant yang terbesar di dunia. Pasar mi

instan di Indonesia memang menggiurkan. Ketergantungan masyarakat Indonesia

terhadap mi cepat saji ini cukup besar. Tidak heran jika dari waktu ke waktu banyak

perusahaan baru melirik pasar mi instan. Sebagai tambahan, menurut Rudy Bonardy

Manajer promosi PT Sayap Mas mengatakan bahwa pangsa pasar mie instant di

Indonesia adalah bisnis yang sangat menjanjikan.

Merk mie instant di Indonesia sangat beragam antara lain: indomie, mie sedap, kare,

(62)

semuanya tersedia dalam berbagai pilihan rasa. Dari sekian banyak mie instant

tersebut menimbulkan persaingan pasar mie instant semakin ketat. Sebagai contoh,

yaitu antara indomie dan mie sedap. Masing-masing merk mie instant tersebut, saling

bersaing dalam strategi merebut pangsa pasar mie instant.

1. Indomie

Sebagai makanan instant, indomie memang amat membantu ereka yang sangat

amat kelaparan ataupun sekedar sedang malas masak. Di saat anggaran belanja

menipis, indomie menjadi sasaran utama dan dengan harga yang lebih terjangkau

sekaligus terlihat murah meriah, indomie selalu menjadi primadona karena cepat saji

dan juga pas di kantong mahasiswa (Agus Hidayatulloh,9 April 2007).

Indomie adalah merek mie instan terpopuler di Indonesia diproduksi oleh PT.

Indofood Sukses Makmur Selain di Indonesia, Indomie juga dijual di luar negeri,

antara lain Australia, Asia, Afrika. Pangsa pasar indomie sudah masuk ke Arab Saudi

dan Mesir dan merupakan produk yang paling sering ditemui dan mencolok di tanah

Arab.

Eksistensi Indomie di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Meski banyak

bermunculan pesaingnya, Indomie tetap mampu menjadi market leader di Indonesia.

Direktur Indofood Taufik Wiraatmadja mengatakan, kunci utama keberhasilan

Indomie adalah Indofood sangat serius dalam menciptakan “Value” (nilai) bagi

konsumennya dan terbuat dari bahan berkualitas dan bergizi tinggi, proses produksi

menggunakan standar internasional serta dijamin kehalalannya. Guna memberikan

(63)

lebih dari 100 varian cita rasa, 62 diantaranya merupakan cita rasa khas masakan

Indonesia. Menurut Taufik, setiap saat tim riset dari indomie juga menyelidiki

tentang selera konsumen. Mi instan Indofood, tidak hanya dikenal di Indonesia, tapi

juga di luar negeri. Indomie sampai saat ini telah diekspor ke lebih dari 50 negara

yang tersebar di Asia, Eropa, Amerika, Australia dan Afrika.

Mie ini murah meriah dan cocok dengan selera Indonesia, sampai tidak jarang

orang membawa Indomie ke luar negeri bila makanan di luar tidak cocok. Saat terjadi

bencana alam, orang Indonesia sering sekali menyumbang mi instan seperti Indomie.

Dirut dan CEO Indofood Eva Riyanti Hutapea mengatakan bahwa meskipun terjadi

penurunan penguasaan pasar namun, divisi mie instant tetap dapat meraih kenaikan

penjualan sebesar 6,6 % menjadi Rp 4,5 triliun pada periode yang sama tahun 2002.

Kenaikan itu antara lain dipengaruhi lebih tingginya harga jual rata-rata dan selain

itu, hingga saat ini divisi mie instant tetap dapat mempertahankan volume penjualan

sebesar 7,3 miliar bungkus.

Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood menerapkan strategi Mastering

The Present, Pre Empting The Future di mana strategi-strategi ini difokuskan untuk organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope, span dan speed. Di samping itu, Indofood menjalankan program cost efficiency dan cutting cost sambil melanjutkan segmentasi para konsumen dengan memperkenalkan produk

(64)

Jika ditinjau dari cara mengkomunikasikan produk, salah satu strategi iklan

yang digunakan Indofood yaitu mengkomunikasikan lewat iklan media televisi di

mana iklan tersebut selalu menonjolkan slogan ‘indomie seleraku’.

Iklan yang dimaksud peneliti adalah iklan indomie yang bintang iklannya adalah

Gita Gutawa yang merupakan anak dari musisi terkenal Erwin Gutawa. Dalam iklan

indomie ini, gadis yang merupakan penyanyi solois sekaligus artis berkebangsaan

Indonesia yang lagi naik daun ini melantunkan jingle untuk indomie dengan durasi

iklan selama 57 detik dimana slogan indomie seleraku dinyanyikan lewat suaranya

yang terdengar merdu. Jam tayang iklan indomie versi ini berkisar antara jam

11.00-22.00 di sela acara gosip selebriti, jelang siang dan acara yang banyak digemari

misalnya: sinetron, prime time, Indonesia Idol.

2. Mie Sedap

Mie Sedap merupakan produk mie instant yang diproduksi oleh Wing’s Food

Indonesia sejak Mei 2003 dengan harga cukup bersaing dan berbagai macam rasa dan

Group Wings merupakan perusahaan yag sudah memiliki eksistensi puluhan tahun

dan biasanya sudah bermitra dengan para pedagang dan pengecer. Di samping itu,

kesetiaan dan loyalitas sudah teruji dengan baik dan hal ini menjadi kekuatan

tersendiri bagi Wings.

Produk mie sedap adalah produk mie instant yang inovatif yang bermodalkan

keberanian untuk mengendalikan pasar dapat menggempur pasar Indonesia dan

(65)

membuat produk ini diterima oleh berbagai lapisan masyarakat dan meningkatkan

jumlah permintaan mie sedap itu sendiri.

Untuk penguasaan pangsa pasar sebagai pemula, Mie sedap tetap optimis bisa

meraih konsumen melalui strategi pemasaran dan promosi yang gencar. Strategi awal

Mie Sedap menurut Rudy antara lain: melalui strategi harga yang ekonomis namun

bumbu mie diberikan pada kelas premium, diberlakukan strategi klasik dengan

memberi hadiah piring dan gelas, strategi juga didukung iklan yang cukup gencar,

baik tematik, iklan produk, maupun versi testimoni. Menurut Rudy, ada satu hal yang

belum pernah dilakukan kompetitor mie instant misalnya menyuruh orang sebanyak

mungkin untuk mencoba mie sedap yang dilakukan di mal, tempat wisata, dan

kampus secara gratis. Dengan cara ini, maka Group Wings dapat memperoleh umpan

balik langsung berupa saran, kritik maupun pujian. Iklan juga dilakukan di delapan

stasiun televisi, Billboard di halte-halte dan juga kegiatan below the line.

Menurut Simon, gaya iklan Groups Wings selalu mengacu langsung pada

produknya dan memacu orang dengan cepat untuk membeli produk itu. Selain itu,

menurut Bambang dari Bintang Pratama mengatakan bahwa tipikal iklan Groups

Wings memang igin membuat produknya dapat diminati, dicoba, dan dibeli bahkan

diloyali dengan pertimbangan agar dapat tampil beda dari pesaing dengan karakter

iklan yang lugas dan komunikatif serta menghendaki konsumen muah mengenal dan

mengerti akan produknya. Strategi Group Wings lewat frekuensi tayang di media

elektronik baik televisi maupun radio dan Billboard yang sangat memancing orang

(66)

Menurut Liza, strategi portofolio merk Wings memang tidak kalah dari perusahaan

multinasional (Unilever). Wings berani meluncurkan produk dengan merk barunya

dengan Brand Awareness melalui iklan gencar maka ia memiliki kekuatan dan daya

tarik produknya.

Adapun iklan yang dimaksud peneliti adalah iklan mie sedap versi Tukul

Arwana. Ia adalah seorang yang mempunyai citra positif yaitu seorang pekerja keras

yang meniti karier dari bawah. Artis ini digunakan oleh biro iklan Bintang Pratama

sebagai endoser mie sedap dari Group Wings karena si ‘katro’ ini dianggap mewakili

semua kalangan dan cukup merakyat seperti halnya mie sedap yang bisa disantap

oleh siapa saja. Mie sedap tidak saja menjadikan Tukul sebagai bintang iklan di TV

tetapi juga sekaligus dengan kegiatan promosi keliling (below the line) kepada para

pedagang dan kosumen. Dalam iklan tersebut, Tukul menghampiri para pedagang dan

konsumen sambil menyanyi kecil dengan lirik “mie sedaap semua suka” yang juga

merupakan slogan dari mie sedap dan untuk mempromosikan aktivitas tersebut maka

digunakan media televisi sebagai alat untuk menggambarkan hal tersebut. Jam tayang

untuk iklan versi ini berkisar di jam 15.00-20.00 pada sela acara drama Korea, Prime

(67)

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Kuesioner dan Wawancara

Penelitian ini berlangsung pada bulan September-Oktober. Peneliti menggunakan

kuesioner dan wawancara secara lisan sebagai instrumen penelitian untuk

memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Wawancara

dilakukan sebelum survey dilakukan. Ini bertujuan untuk mengetahui seberapa

sering subjek yang akan diteliti dalam hal membeli mie instant. Selain itu,

wawancara lisan juga dilakukan pada saat menyebarkan kuesioner yaitu dengan

menanyakan pendapat responden tentang pernyataan yang berkaitan dengan

kuesioner. Kuesioner terdiri atas beberapa bagian antara lain:

1. Profil responden yang berisi: nama responden yang boleh juga tidak ditulis

karena teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah non

random sampling yaitu purposive sampling dan penelitian ditujukan untuk mahasiswa FE USD untuk angkatan 2004 dan 2005 yang membeli dan

mengkonsumsi mie instant, uang saku per bulan yang berkisar <Rp 300.000,

antara Rp 300.000-750.000, dan >Rp 750.000, intensitas dalam membeli mie

instant yang berkisar <3xseminggu, 3x seminggu, dan >3x seminggu serta

salah satu mie yang sering mereka beli dan konsumsi (antara indomie dan mie

(68)

2. Pernyataan dalam tingkatan skala Likert ( sangat setuju, setuju, netral, tidak

setuju dan sangat tidak setuju) untuk variabel- variabel yang diteliti yaitu

AIDCA ditinjau dari (air time, slogan, musik, artis,dan warna) dan loyalitas.

Untuk komponen Attention dengan kata kunci tertarik, Interest dengan kata

kunci ingin tahu lebih jauh, Desire dengan kata kunci ingin, Conviction

dengan kata kunci meyakinkan, dan Action dengan kata kunci membeli.

Untuk variabel loyalitas digunakan pernyataan yang mengarah pada ciri-ciri

loyalitas yaitu tetap membeli walaupun ada kualitas lebih baik, selalu

membeli di manapun, tidak akan goyah membeli walaupun ada yang lebih

murah, menyarankan orang lain untuk membeli. Semua pernyataan berlaku

untuk indomie dan mie sedap. Responden hanya mengisi pernyataan yang

sesuai dengan merk mie instant yang mereka pilih ( antara indomie dan mie

sedap).

B. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum penelitian, peneliti mengambil sampel sebanyak 30 responden untuk

masa pra survey guna mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas tiap pertanyaan

yang digunakan dalam kuesioner. Peneliti menggunakan metode uji validitas

lewat SPSS versi 13 yang dapat dilihat pada kolom Corrected item- total

(69)

Pengujian validitas dan reliabilitas per butir pertanyaaan:

1. Validitas

attention Corrected item- total correlation

interest Corrected item- total correlation

Desire Corrected item- total correlation

(70)

Action Corrected item- total

loyalitas Corrected item- total correlation

(71)

C. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Mie

1. Pengaruh komponen AIDCA pada iklan media televisi terhadap loyalitas

konsumen indomie dan mie sedap

Hasil analisis melalui SPSS versi 13.0 tentang pengaruh komponen AIDCA

pada iklan media iklan terhadap loyalitas kedua merk mie instant tersebut

secara total adalah seperti berikut:

(72)

Coefficient

Menurut hasil analisis data melalui SPSS dengan metode analisis regresi

berganda untuk penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 responden

mahasiswa FE USD maka ada beberapa hal yang dapat diinterpretasikan antara

lain:

1) R square sebesar 0,318 berarti hanya 31,8 % varians dalam loyalitas secara

signifikan dapat dijelaskan oleh komponen AIDCA dan masih tetap

menyisakan 68,2 % yang tidak terjelaskan.

2) R sebesar 56,4 % menunjukkan tingkat hubungan antara variabel x (AIDCA)

dan variabel y (loyalitas).

3) Nilai Durbin dan Watson sebesar 2,005 menunjukkan bahwa model regresi

berganda bersifat independent atau tidak terjadi autocorrelation.

4) Tabel ANOVA menunjukkan nilai F sebesar 8, 773 dengan P value= 0,000

yang lebih kecil dari α= 0,05 maka model linier antara variabel AIDCA dan

loyalitas adalah signifikan. Jadi, Ha diterima maka ada pengaruh komponen

AIDCA terhadap loyalitas konsumen indomie dan mie sedap.

Gambar

gambar lain .
Tabel dibawah ini menunjukkan  uji perbedaan untuk loyalitas konsumen
Tabel di bawah ini menunjukkan tingkat loyalitas indomie dan mie sedap yang

Referensi

Dokumen terkait

Aspek ini fokus pada tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh.. pasangan dalam membagi dan menerima informasi

KAJIAN PEWARISAN PENGETAHUAN SANITASI LINGKUNGAN PADA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT KASEPUHAN CIPTARASA KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Pada hari ini, Kamis tanggal Sebelas bulan Oktober tahun dua ribu dua belas, pada pukul 14.30 WIB yang merupakan batas akhir waktu penyampaian dokumen penawaran

We prepare school students for life, helping them develop. an informed curiosity and a lasting passion

Prinsip dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada permukaan sebanding dengan tegangan

Lain halnya dalam pembelajaran kewirausahaan di SMA Adiguna Bandar Lampung cenderung lebih bersifat teoritis, sehingga siswa tidak memiliki kemampuan untuk memulai

Perancangan Dan Implementasi Keamanan Jaringan VOIP Berbasis Protokol IAX Dengan Menggunakan Metode

Berdasarkan penilaian risiko sampai fase Identify Threats menggunakan OCTAVE Allegro maka didapatkan sebuah gambaran dari setiap aset informasi yang kritis yang menentukan batasan