BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia bisnis, perusahaan selalu berhadapan dengan berbagai macam
masalah baik dalam bidang produksi, SDM, keuangan maupun pemasaran.
Hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup sebuah perusahaan.
Dalam bidang pemasaran perusahaan selalu mencoba untuk memasarkan
produknya dan berusaha untuk memuaskan konsumennya.
Berkaitan dengan hal tersebut maka perusahaan menggunakan strategi
tertentu agar produk yang dipasarkannya dapat memenuhi permintaan konsumen
pada pangsa pasarnya. Dengan adanya marketing mix, maka perusahaan dapat
memperkenalkan keunggulan produknya lewat promotion mix, personal selling, publisitas dan promosi dagang. Komponen tersebut merupakan sarana
komunikasi yang bertujuan untuk menarik perhatian konsumen agar mereka
tertarik untuk mencoba menggunakan produk tersebut.
Salah satu cara yang dapat digunakan perusahaan untuk mempromosikan
produknya adalah melalui periklanan di berbagai media antara lain media cetak,
radio ataupun televisi. Jenis-jenis media tersebut masing-masing memiliki
keunggulan dan kelemahan. Akan tetapi, dengan adanya media ini perusahaan
dapat menginformasikan produknya kepada konsumen sehingga dapat mencapai
Pada zaman sekarang ini, produk convenience seperti mie instant merupakan
produk yang banyak dikonsumsi oleh umum karena praktis dan hemat waktu.
Untuk iklan produk ini, perusahaan di Indonesia kebanyakan menggunakan iklan
media televisi karena media ini secara konvensional lebih efektif, didukung
dengan system audio, visual, gambar, orang dan gerak sehingga jangkauannya
lebih tinggi. Selain itu, iklan televisi membuat pembeli tetap mengingat produk
itu meskipun tidak musim dan mempertahankan kesadaran puncak (M. Suyanto
2005:60). Hal-hal tersebut dirancang dengan elemen pembentuk iklan yang
dikenal dengan rumus AIDCA (Rhenald Kasali 1992: 83).
Dampak iklan juga merebak dalam persaingan usaha dalam mewujudkan
persaingan merek dan produk, hal ini terjadi karena banyak produk sejenis yang
ada di segmen pasar yang sama diproduksi oleh perusahaan yang berbeda dan
akibatnya mereka berlomba merebut konsumen dan konsumen yang diperoleh
akan dipertahankan agar setia.Dari segi psikologis,jika konsumen dihadapkan
pada sejumlah pilihan dimana persaingan produk telah menyebabkan barang
semakin baik dan murah namun konsumen tidak mencoba berpaling pada produk
tertentu. Tentu saja hal ini tidak dapat hanya diduga bahwa karena adanya faktor
kesempurnaan produk. Produk yang berkualitas saja tidak akan memiliki
pengaruh yang signifikan dalam membangun kesetiaan melainkan kesetiaan
konsumen justru akan bangkit jika psikologi konsumen direkayasa sedemikian
rupa oleh rekayasa pesan melalui iklan; dengan kata lain, iklan tampaknya
produk(Rendra Widyatama 2005:161). Oleh karena itu, perusahaan harus
mencari apa yang bernilai bagi konsumen dengan mengetahui atribut yang
mendasari persepsi dan preferensi konsumen terhadap pasar modern sehingga
dapat memberi pelayanan yang melebihi ekspektasi konsumen (Oinike R.M.
Hutasoit,2006-06-21).
Timbulnya loyalitas suatu produk dipengaruhi beberapa atribut dari mutu
produk, tampilan, rancangan, pelayanan dan lain-lain (Abstract: Leila Salawati
C,April 1999). Dijelaskan juga bahwa tantangan membangun loyalitas concern
pada taste (Rusmaina Lenggogeni. Manajer senior PT Unilever Indonesia,23
Maret 2006). Semakin terikat konsumen akan suatu produk maka akan terjadi
pembelian berulang di mana mereka telah merasa bahwa mereka telah
melakukan preferensi produk secara tepat sehingga keterikatan ini menjadi suatu
syarat timbulnya suatu loyalitas (Jill Griffin, 2002:21). Oleh karena itu,
perusahaan harus dapat mempromosikan produknya secara efektif agar dapat
mempertahankan hubungan dengan pelanggannya.
Dari uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh iklan media televisi terhadap loyalitas konsumen
indomie dan mie sedap?
2. Komponen AIDCA (Attention, Interest, Desire, Conviction, Action) manakah
yang paling mempengaruhi loyalitas konsumen pada masing-masing merk mie
instant tersebut?
3. Apakah ada perbedaan loyalitas konsumen terhadap indomie dan mie sedap?
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah hanya dibatasi tentang loyalitas konsumen terhadap
mie instant dalam arti melakukan pembelian ulang mie instant (dalam hal ini
adalah indomie dan mie sedap) paling tidak 3 kali setiap minggunya dan
loyalitas hanya dipandang dari pengaruh iklan media televisi.
D. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi pengaruh media iklan televisi terhadap loyalitas konsumen
indomie dan mie sedap
2. Mengidentifikasi komponen AIDCA yang paling mempengaruhi loyalitas
konsumen indomie dan mie sedap.
3. Mengidentifikasi perbedaan loyalitas konsumen terhadap indomie dan mie
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan
Agar perusahaan dapat menentukan strategi dan kebijakan yang tepat dalam
mempertahankan hubungan dengan pelanggan dalam pangsa pasarnya.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai pedoman bagi kita dalam pemilihan suatu produk secara tepat
sehingga kita tidak akan meragukan keputusan pembelian kita terhadap suatu
produk dan menjadi yakin terhadap produk yang telah kita pilih.
3. Bagi Perguruan Tinggi
Dapat menambah wawasan tentang ilmu pemasaran sehingga dapat
mengetahui lebih jauh tentang perilaku konsumen dalam membuat suatu
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Iklan dan Pemasaran
Menurut Rendra Widyatama (2005), pengertian iklan secara prinsip adalah
bentuk penyajian pesan yang dilakukan oleh komunikator secara personal
melalui media untuk ditujukan pada komunikan dengan cara membayar.Dalam
perspektif iklan cenderung menekankan pada aspek penyampaian pesan yang
kreatif dan persuasif yang disampaikan melalui media khusus, Perspektif
pemasaran lebih menekankan pemaknaan iklan sebagai alat pemasaran yaitu
menjual produk.
Pengertian tersebut juga sejalan dengan pengertian iklan menurut Dunn dan
Barban (1978) yang menuliskan bahwa iklan adalah bentuk komunikasi non
personal yang disampaikan lewat media dengan membayar ruang yang
dipakainya untuk menyampaikan pesan yang bersifat membujuk (persuasive)
kepada konsumen, lembaga non komersial maupun pribadi yang berkepentingan
(Dunn&Barban 1978:8).
Di Indonesia, Masyarakat Periklanan Indonesia mengartikan iklan sebagai segala
bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media
kepada sebagian atau seluruh masyarakat.
Dari beberapa pengertian iklan tersebut, dapat dirangkum enam prinsip dasar
1. Adanya pesan tertentu
Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. Tanpa pesan iklan tidak akan
berwujud. Menurut (Kotler& AB Susanto,2001:820) terdapat beberapa hal
yang harus diputuskan mengenai pesan iklan yaitu: pembentukan pesan,
evaluasi dan pemilihan pesan, dan pelaksanaan pesan yang dapat disajikan
dari segi potongan kehidupan, gaya hidup, fantasi, suasana atau citra, musik,
simbol kepribadian, keahlian teknis, bukti ilmiah, dan bukti kesaksian.
2. Dilakukan oleh komunikator (sponsor)
Ciri sebuah iklan adalah bahwa pesan tersebut dibuat dan disampaikan oleh
komunikator atau sponsor tertentu secara jelas. Komunikator iklan dapat
dating dari perseorangan, kelompok masyarakat, lembaga atau organisasi
bahkan negara.
3. Dilakukan dengan cara non personal.
Dari pengertian iklan yang diberikan, hampir semua menyepakati bahwa iklan
merupakan penyampaian pesan yang dilakukan secara non personal. Non personal artinya tidak dalam bentuk tatap muka. Penyampaian pesan dapat disebut iklan bila dilakukan melalui media (yang kemudian disebut dengan
media periklanan).
4. Disampaikan untuk khalayak tertentu
Dalam dunia periklanan, khalayak cenderung bersifat khusus. Pesan yang
disampaikan tidak dimaksudkan untuk diberikan kepada semua orang,
5. Penyampaian pesan tersebut dilakukan dengan cara membayar.
Dalam kegiatan periklanan istilah membayar ini sekarang harus dimaknai
secara luas. Sebab kata membayar tidak saja dilakukan dengan alat tukar uang
melainkan dengan cara barter berupa waktu, ruang dan kesempatan.
6. Penyampaian pesan tersebut mengharapkan dampak tertentu.
Dalam sebuah visualisasi iklan, seluruh pesan dalam iklan semestinya
merupakan pesan yang efektif. Artinya pesan mampu menggerakkan khalayak
ramai untuk mengikuti pesan iklan. Semua iklan yang dibuat pengiklan dapat
dipastikan memiliki tujuan tertentu yaitu berupa dampak tertentu baik dampak
ekonomis maupun sosial.
Periklanan dan pemasaran merupakan dua hal yang sulit dipisahkan,
keduanya saling berkaitan dan tidak pernah terlepas dari kegiatan pemasaran.
Dalam kegiatan pemasaran modern, periklanan merupakan bagian dari
kegiatan promotion mix bersama dengan personal selling, publisitas dan promosi dagang. Sementara itu, dalam perspektif komunikasi pemasaran dan
ekonomi, promotion mix merupakan bagian dari bauran pemasaran. Dengan kata lain, periklanan sebenarnya adalah bagian kecil dari kegiatan pemasaran
Berikut ini adalah diagram tentang bauran pemasaran dan bauran promosi
menurut Rendra Widyatama:
Diagram bauran pemasaran dan Bauran Promosi
( Marketing Mix and Promotion Mix )
Marketing Mix
( Bauran Pemasaran )
Promotion
( Promosi )
Keempat aktivitas ini disebut dengan Bauran Promosi ( Promotion Mix ) Advertisement
( Iklan )
Sales Promotion
( Promosi Dagang )
Personal Selling
( Penjualan Pribadi )
Publicity
( Publisitas )
Place
( Tempat )
Price
( Harga )
Product
( Produk )
Sebagai sebuah bentuk aktivitas komunikasi, pemasaran merupakan upaya
menyampaikan pesan kepada orang lain. Menyampaikan pesan dalam hal ini
menitikberatkan pada dua makna utama yaitu: menginformasikan kepada orang lain
tentang produk yang dibuat dan merupakan upaya mempengaruhi atau membujuk
orang lain (calon pembeli) supaya membeli, menggunakan produk kita atau agar
Dalam melakukan upaya pemasaran tersebut, dapat ditempuh dengan banyak
cara, baik memakai media (media lini atau lini bawah), maupun tidak melalui media
(dalam komunikasi bentuk personal). Sehingga sifat pemasaran dapat dilakukan
secara personal maupun non personal (melalui media) dengan beberapa cara yaitu
periklanan(advertisement), promosi dagang (sales promotion), publisitas (publicity)
dan penjualan pribadi (personal selling). Umumnya, keempat kegiatan ini dilakukan
secara bersama dan sinergis. Dalam ilmu pemasaran, aktivitas ini disebut bauran
promosi (promotion mix).
Dalam perkembangannya, sebagaimana yang terjadi sekarang bagan tersebut
sudah banyak dikembangkan. Dari hasil kajian terus-menerus di lapangan pemasaran
tidak cukup sekedar membangun aspek produk, menentukan harga, menyiapkan
tempat dan melakukan promosi yang baik. Berhasilnya pemasaran produk juga
disumbang oleh faktor-faktor lain di luar 4 hal tersebut.
Dengan pemahaman yang menyeluruh atas marketing mix dan promotion mix
maka seorang pengiklan akan lebih mudah dalam merancang pesan iklan. Pesan yang
dibangun akan lebih sesuai dengan khalayak sasarannya. Dengan demikian, secara
keseluruhan iklan yang disampaikan akan lebih berhasil mencapai target yang
diinginkan di masyarakat.
Setelah mengetahui gambaran tentang bauran promosi maka tentu saja kita perlu
memahami tentang berbagai macam media promosi yang digunakan dalam
B.Mengenal Media Promosi
Secara umum pembagian menurut praktisi periklanan, iklan dapat dikelompokkan
dalam 2 kategori besar yaitu Above the line (bersifat massa) dan below the line
(menggunakan media khusus). Yang termasuk dalam above the line antara lain:
surat kabar, majalah, tabloid, televisi, film dan media interaktif internet. Sementara
untuk below the line antara lain: leaflet, poster, spanduk, baliho, bus panel, bus stop, point of purchase (POP), stiker,shop sign, flayers, hanging display, dan sebagainya.
Ada berbagai jenis media utama yang masing- masingnya memiliki keunggulan
dan kendala yaitu: (Kotler& AB Susanto,2002:832)
1. Surat kabar
Keunggulan: fleksibilitas, ketepatan waktu, liputan pasar lokal yang baik,
penerimaan luas dan dipercayai. Sedangkan kendalanya: jangka waktu pendek,
mutu reproduksi buruk dan penerusan audiens kecil.
2. Surat langsung
Keunggulan: audiens terpilih, fleksibilitas, tidak ada persaingan iklan untuk
media yang sama, personalisasi. Sedangkan kendalanya: biaya relative tinggi,
citra “surat sampah”.
3. Radio
Keunggulan: penggunaan massal, pilihan geografis dan demografis tinggi,
biaya rendah sedangkan kendalanya hanya penyajian audio, perhatian audiens
4. Majalah
Keunggulan: pilihan geografis dan demografis tinggi, peredaran yang sia-sia,
tidak ada jaminan posisi sedangkan kendalanya: ’Tenggang waktu pembelian
iklan panjang terdapat”
5. Lapangan
Keunggulan: fleksibilitas, pengulangan paparan tinggi, biaya rendah,
persaingan rendah sedangkan kendalanya: tidak ada pilihan audiens, kreativitas
terbatas.
6. Televisi
Keunggulan: menggabungkan pandangan suara dan gerakan, memancing
indra, perhatian tinggi, jangkauan tinggi sedangkan kendalanya: biaya absolut
tinggi, pengelompokkan tinggi, paparan tidak terlihat dan pilihan audiens
kurang. Televisi adalah salah satu media yang paling banyak dilakukan oleh
pemasar di Indonesia misal: Pepsodent, Indomie, Sariayu.(Kotler & AB
Susanto 2001:834). Selain itu, televisi adalah lebih efektif daripada media cetak
karena televisi adalah media dengan keterlibatan rendah yang sesuai dengan
pengetahuan pasif (Kotler & AB Susanto 2000:249). Dalam Low Involvement
Theory, Krugman juga mengatakan bahwa menonton televisi adalah aktivitas pembelajaran pasif ( by Grant A Johnson, University Of Texas at Austin).
Dari beberapa jenis media iklan yang dipaparkan di atas, peneliti
memberikan fokus pada pengaruh iklan media televisi terhadap perilaku
media tersebut. Untuk itu, perlu dipahami lebih jauh tentang bentuk iklan yang
ada pada media televisi.
C. Bentuk Iklan Televisi
Televisi merupakan salah satu media yang termasuk dalam kategori ”above the
line”. Sesuai karakternya, iklan televisi mengandung suara, gambar dan gerak. Oeh karena itu, pesan lewat media ini sangat perhatian dan impresif.
Berdasarkan bentuknya iklan televisi dapat dikelompokkan menjadi:
1. Live action
Merupakan video klip iklan yang melibatkan unsur gambar, suara dan
gerak bersama. Biasanya banyak menampilkan cuplikan sehari-hari
kehidupan masyarakat.
2. Animasi
Merupakan iklan yang dibangun berdasarkan gambar kartun (dua maupun
tiga dimensi).
3. Stop action
Merupakan perpaduan antara live action dan teknik animasi.
4. Still
Iklan jenis ini disampaikan dengan cara tidak melibatkan unsur gambar
gerak melainkan gambar beku atau diam.Jenis iklan ini bisa juga disebut
5. Musik
Iklan disampaikan melalui musik sebagai media penyampai pesan. Contoh
iklan yang sudah popular menggunakan musik sebagai bentuk yang
dominan yaitu iklan indomie.Selain itu, banyak praktisi dan akademisi
periklanan memikirkan bentuk variasi musik yag berfungsi untuk fungsi
komunikasi, mencakup musik sebagai penarik perhatian, membuat
konsumen berperasaan positif, membuat konsumen lebih menerima pesan
iklan dan membuat komunikasi yang mengandung arti terhadap produk
yang diiklankan (M.Suyanto 2005: 125).
6.. Superimposed
Bentuk iklan televisi dalam bentuk iklan iklan yang diperlihatkan di atas
gambar lain .
7. Sponsor program
Iklan televisi dimana pihak pengiklan atau sponsor membiayai program
acara televisi tertentu dan sebagai imbalannya ia dapat menyampaikan
pesan iklan dengan lebih mendominasi.
8. Running text
Pesan diperlihatkan muncul masuk pada layar secara perlahan bergerak
dari kanan lalu masuk pada layar dan menghilang pada sebelah kiri layar
dan biasanya diperlihatkan di bawah layar sehingga tidak terlalu
9. Backdrop
Iklan televisi diperlihatkan pada layar belakang acara yang diadakan.
10. Caption
Bentuk iklan yang menyerupai super imposed. Bedanya adalah pesan yang
digunakan hanya berupa tulisan yang muncul di layar bawah. Biasanya
untuk mendukung iklan property endorsement.
11. Credit title
Iklan ini biasanya berupa gambar still yang diperlihatkan pada bagian akhir
ketika sebuah acara telah selesai.
12. Ad Lib
Pesan disampaikan dan diucapkan oleh penyiar secara langsung baik antara
satu acara dengan acara yang lain maupun disampaikan pembawa sponsor
program acara tertentu.
13. Property endorsement
Dalam siaran televisi, apapun yang diperlihatkan dalam layar dapat
digunakan sebagai iklan. Biasanya merupakan iklan tidak langsung (soft
Campaign) atau terselubung. Iklan ini merupakan bentuk dukungan sponsor yang diperlihatkan pada berbagai hal yang digunakan sebagai
14. Promo Ad
Iklan yang dilakukan oleh pengelola televisi untuk mempromosikan
acaranya dengan harapan para pemirsanya tertarik untuk menonton acara
yang ditayangkan sehingga program acara tersebut mendapat rating yang
tinggi.
Bentuk iklan televisi yang disebutkan di atas tentunya berkaitan
dengan elemen yang digunakan untuk pembuatan bentuk iklan televisi.
Menurut Rhenald Kasali (1992:83), untuk menghasilkan iklan yang baik,
ada beberapa elemen yang harus digunakan yang dikenal sebagai rumus
AIDCA yang terdiri dari :
1. Attention : Iklan harus menarik perhatian khalayak sasarannya, baik pembaca, pendengar, maupun pemirsa. Untuk itu iklan memerlukan
bantuan antara lain berupa ukuran(media cetak, atau air time untuk media
penyiaran), penggunaan warna(spot atau full color), tata letak, jenis huruf
yang ditampilkan serta berbagai suara khusus untuk iklan pada radio dan
televisi .
2. Interest : setelah perhatian pembeli berhasil direbut,maka perhatian harus dapat ditingkatkan menjadi minat sehingga timbul rasa ingin tahu lebih
jauh dalam diri calon pembeli. Dengan demikian, penggunaan kata-kata
atau kalimat pembuka sebaiknya dapat merangsang orang untuk tahu lebih
3. Desire : Iklan harus dapat menggerakkan keinginan orang untuk memiliki atau menikmati produk tersebut.
4. Conviction : Dalam tahap ini sejumlah calon pembeli sudah mulai goyah dan emosinya sudah mulai tersentuh. Untuk menimbulkan rasa percaya
pada calon pembeli maka dapat ditunjang dengan kegiatan peragaan seperti
pembuktian, membagikan percontoh gratis dan menyodorkan pandangan
positif dari tokoh masyarakat terkemuka serta pengujian oleh pihak ketiga.
5. Action : Akhirnya sampai pada upaya terakhir untuk membujuk calon pembeli agar segera melakukan tindakan pembelian .Maka harus
mempergunakan pemilihan kata agar calon pembeli dapat bergerak.
Elemen tersebut akan merangsang persepsi konsumen terhadap suatu
produk. Dari hal itu, maka iklan akan menimbulkan pengaruh di berbagai
aspek.
D. Pengaruh iklan
Menurut Rendra Widyatama (2005), terdapat pengaruh iklan dalam aspek
sebagai berikut:
1. Ekonomi
Kegiatan periklanan tampaknya mampu memunculkan multi player
effect atau dengan kata lain dapat menghadirkan efek karambol yang luar
biasa, tidak hanya mendatangkan keuntungan tetapi juga mampu
muncul konsumerisme di masyarakat telah memberi andil pada laju
industri. Daya konsumsi masyarakat yang meningkat menyebabkan
permintaan akan barang akan bertambah. Peningkatan kapasitas produksi
yang dilakukan untuk memenuhi jumlah permintaan sebagai akibat dari
pengaruh iklan menyebabkan harga produksi juga ikut berpengaruh. Di
satu sisi, produksi massal dapat menekan harga produk dan meningkatkan
keuntungan. Dampak iklan juga merebak dalam persaingan usaha dalam
wujud persaingan merek dan produk. Hal ini terjadi karena banyak produk
sejenis yang ada di segmen pasar yang sama yang diproduksi oleh
perusahaan yang berbeda. Hal ini menyebabkan mereka berlomba merebut
konsumen dan konsumen yang telah diperoleh akan dipertahankan agar
setia.
2. Psikologis
Iklan pada gilirannya ikut menentukan tingkat minat, kepercayaan, dan
keyakinan kita terhadap produk. Minat masyarakat terhadap produk
tumbuh karena iklan yang menarik atau sebaliknya tidak tetarik bahkan
tidak yakin akan kualitas produk yang diiklankan. Tingkat keyakinan
tersebut, pada gilirannya juga ikut menjadi penentu keputusan seseorang
untuk memilih produk yang hendak dibeli.
Pengaruh dalam aspek afektif dapat terlihat dalam perilaku seseorang
di masyarakat. Pengaruh iklan pada akhirnya akan mempengaruhi
nyaman dan lebih percaya diri mengenakan produk dengan merek tertentu
( tentu saja yang diiklankan). Selain itu, iklan juga mampu menumbuhkan
sikap konsumerisme masyarakat di mana masyarakat cenderung
mengkonsumsi barang dan jasa berlebihan, jauh di atas yang
dibutuhkannya.
Di tengah membanjirnya ribuan merek dari aneka produk yang sejenis,
sering dijumpai bahwa konsumen tetap memiliki pilihan terhadap merek
tertentu. Mereka tidak mencoba beralih ke merek lain bahkan cenderung
membangun kesetiaan terhadap merek Pernyataan ini sejalan dengan
pendapat Griffin(2002:31) bahwa salah satu ciri pelanggan yang loyal
adalah kebal terhadap daya tarikan dari pesaingnya.
3. Sosial Budaya
Berbagai pengaruh psikologis yang bersifat individu dari mahkluk
yang bernama iklan tersebut lambat laun mengkristal secara kolektif dan
menjadi perilaku masyarakat secara umum. Perilaku masyarakat yang lebih
umum ini pada gilirannya membentuk system nilai, gaya hidup, maupun
standar budaya tertentu termasuk mempengaruhi standar moral, etika
maupun estetika. Hal-hal ini mampu dikendalikan oleh iklan dan cenderung
menjadi suatu penyeragaman budaya di tengah masyarakat.
Setelah memahami tentang pengaruh iklan dalam aspek yang
pembelian di mana mereka dihadapkan pada sejumlah keputusan
pembelian yang mengarah pada loyal atau tidak loyal dalam menggunakan
suatu produk.
4. Loyalitas dan siklus pembelian
Setiap kali pelanggan membeli, ia bergerak melalui siklus pembelian.
Pembeli pertama kali akan bergerak melalui lima langkah yaitu:
a. Kesadaran
Langkah pertama menuju loyalitas dimulai dengan kesadaran
pelanggan akan produk anda. Pada tahap ini anda mulai membentuk
“pangsa pikiran” yang dibutuhkan untuk memposisikan ke dalam
pikiran calon pelanggan bahwa produk atau jasa anda lebih unggul
dari pesaing. Kesadaran dapat timbul dengan berbagai cara: iklan
konvensional (radio, TV, surat kabar, Bill Board,), iklan di Web, pos
langsung, e-mail, terbitan khusus industri, komunikasi dari mulut ke
mulut (on line atau off line)serta kegiatan pemasaran seperti in store
display dan siaran Web.
b. Pembelian awal
Langkah ini merupakan yang paling penting dalam memelihara
loyalitas baik itu dilakukan secara on line maupun off line, pembelian
pertama kali merupakan pembelian percobaan; perusahaan dapat
produk atau jasa yang diberikan, mudahnya transaksi pembelian
aktual, hubungan dengan pegawai, lingkungan fisik toko bahkan
waktu loading halaman situs web perusahaan atau mudahnya navigasi.
Setelah pembelian pertama dilakukan maka ada kesempatan untuk
menumbuhkan pelanggan yang loyal.
c. Evaluasi- Pasca Pembelian
Setelah pembelian dilakukan, pelanggan secara sadar atau tidak sadar
akan mengevaluasi transaksi. Bila pembeli merasa puas, atau
ketidakpuasan terlalu mengecewakan sampai dapat dijadikan
pertimbangan beralih ke pesaing maka akan terjadi kemungkinan
membeli kembali.
d. Keputusan membeli kembali
Komitmen untuk membeli merupakan sikap yang paling penting bagi
loyalitas bahkan lebih penting dari kepuasan. Motivasi untuk membeli
kembali berasal dari tingginya sikap positif yang ditujukan terhadap
produk atau jasa tertentu dibanding sikap positif terhadap produk atau
jasa alternatif yang potensial.
Dari tahapan siklus pembelian konsumen, kita akan dapat mengetahui
seberapa besar preferensi dan keterikatan konsumen terhadap produk
yang ditawarkan yang pada akhirnya akan menimbulkan berbagai jenis
E. Keterikatan dan jenis loyalitas
Keterikatan merupakan prasyarat bagi suatu loyalitas. Keterikatan yang
dirasakan pelanggan dibentuk oleh dua dimensi: tingkat preferensi dan
tingkat diferensiasi produk atau jasa yang dipersepsikan.
Empat keterikatan relatif:
diferensiasi produk
Tidak Ya
preferensi pembeli kuat Keterikatan rendah keterikatan tertinggi
Lemah Keterikatan terendah keterikatan tinggi
Faktor kedua yang menentukan loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa
tertentu adalah pembelian berulang. Empat jenis loyalitas yang berbeda muncul bila
keterikatan rendah dan tinggi diklasifikasikan silang dengan pola pembelian ulang
yang rendah dan tinggi.
Pembelian berulang
tinggi rendah
Keterikatan relative
Tinggi loyalitas premium loyalitas tersembunyi
Rendah loyalitas yang lemah tanpa loyalitas
Loyalitas pelanggan tampaknya merupakan ukuran yang lebih dapat
diandalkan untuk memprediksi pertumbuhan penjualan dan keuangan. Berbeda dari
kepuasan, yang merupakan sikap, loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan perilaku
1. Melakukan pembelian ulang secara teratur.
2. Membeli antar lini produk dan jasa.
3. Mereferensikan pada orang lain.
4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing.
Pentingnya menjaga pelanggan yang ada sekarang dapat diperhitungkan
dengan melihat ‘lifetime value’ pelanggan. Perlu juga dipahami bahwa mencari
pelanggan baru biasanya lebih mahal daripada mempertahankan yang sudah ada yang
akhirnya ini semua berdampak pada peningkatan penjualan.(Berta Bekti Retnawati).
Dengan demikian, perusahaan harus dapat mengidentifikasi apakah pelanggan
terpuaskan atau tidak, dan apakah ada pembelian ulang produk maka perlu
diperhatikan komponen pengukuran yang terkait dengan hal itu.
F.. Pengukuran yang terkait dengan pembelian ulang
Menurut Griffin(2002:3) bahwa sebagian besar manajer menganggap
bahwa ada korelasi positif antara skor kepuasan pelanggan dan perilaku
pembelian pelanggan. Anggapan umumnya adalah peningkatan skor kepuasan
pelanggan akan diikuti peningkatan pangsa pasar yang dibelanjakan oleh
pelanggan, tingkat referensi perusahaan dari pihak lain(rate of referral) dan
kerelaan pelanggan membayar pada harga yang lebih tinggi(premium price).
Tetapi sebagaimana dari temuan yang digambarkan oleh Griffin, korelasi
tersebut tidak dapat diandalkan. Tingkat kepuasan belum tentu menghasilkan
penjualan dan laba yang tinggi. Beberapa alasan faktor kepuasan tidak dapat
pesaing lebih besar. Hal ini sependapat dengan Amalia E Maulana seorang
kandidat doctor Marketing UNSW, Australia pada majalah SWA (Kamis,13
Januari 2005) ia megatakan bahwa “kepuasan pelanggan ternyata tidak memberikan jaminan bahwa konsumen akan loyal terhadap kualitas produk atau
jasa dan ternyata masih banyak yang pindah merek karena akibat diferensiasi
merek yang tersedia tidak selalu signifikan sehingga menurut konsumen tidak
ada resiko untuk berganti-ganti. Alasan konsumen puas tetapi tidak loyal karena
ada tawaran insentif yang menarik dari pesaing dan sulit ditolak oleh konsumen.
Suatu produk yang berkualitas saja tidak akan memiliki pengaruh yang
signifikan dalam membangun kesetiaan akan tetapi jika psikologi konsumen
direkayasa sedemikian rupa oleh rekayasa pesan melalui iklan maka tampaknya
mampu membangun pengaruh terhadap kesetiaan konsumen pada produk
(Rendra Widyatama, 2005:164).
Menurut Griffin (2002:5),bila kepuasan pelanggan tidak dapat diandalkan
maka dapat digunakan pengukuran sejati yaitu loyalitas pelanggan. Konsep
loyalitas konsumen lebih banyak dikaitkan dengan perilaku daripada dengan
sikap. Bila seseorang merupakan pelanggan yang loyal, ia menunjukkan perilaku pembelian yang didefinisikan sebagai pembelian non random yang diungkapkan
dari waktu ke waktu oleh beberapa unit pengambilan keputusan. Istilah non
random merupakan kuncinya. Loyalitas menunjukkan kondisi durasi waktu tertentu dan mensyaratkan bahwa tindakan pembelian tidak kurang dari dua kali.
membeli mungkin dilakukan oleh lebih dari satu orang. Loyalitas merupakan
tingkatan dimana suatu perilaku mengalami pengulangan dan perilaku tersebut
harus dipelihara di sepanjang rantai pembelian konsumsi (J Paul Peter dan Jerry
C. Olson 280:1999)
Dua kondisi penting yang berhubungan dengan loyalitas adalah retensi
pelanggan (customer retention) dan total pangsa pasar (total share of customer). Retensi pelanggan adalah persentase pelanggan yang telah memenuhi sejumlah pembelian ulang selama periode waktu terbatas. Pangsa pasar suatu
perusahaan menunjukkan persentase dari anggaran pelanggan yang dibelanjakan
ke perusahaan tersebut.
Setelah perusahaan mempengaruhi konsumen lewat bebagai media yang
digunakan untuk mempromosikan produknya, ia akan mengamati siklus
pembelian yang terkait dengan perilaku pembelian yang juga dipengaruhi faktor
keterikatan, preferensi serta pembelian ulang. Dari hal-hal tersebut, tentunya
perusahaan harus mengetahui kiat-kiat untuk mempertahankan pelanggannya
agar tidak hilang. Berikut ini akan dijelaskan tentang kiat-kiat untuk membangun
loyalitas dengan pelanggan.
G. Membangun Loyalitas
Sebelum membangun suatu loyalitas kita harus dapat mengidentifikasi hal-hal
sebagai berikut(Gramedia Management Action Guides) :
Dalam dunia komersial, perusahaan selalu dituntut untuk berkompetisi
dalam kualitas layanan mereka. Barang nyata menjadi sekedar salah satu
unsur yang komprehensif. Sehingga mereka dituntut untuk
mendiferensiasikan produknya dan semua hal itu konsumen dan kebutuhan
“riil”. Kecenderungan barang menjadi layanan ini berarti konsumen harus
semakin mempercayai pemasok mereka dan mengandalkan reputasi serta
integritas mereka karena mereka tidak dapat menilai apa yang mereka
peroleh sebelum membelinya.
2. Konsumen sebagai bagian dari bisnis
Konsumen merupakan satu-satunya aset yang dimiliki oleh suatu bisnis.
Tanpa ada konsumen tidak ada bisnis dan tidak ada aset lain yang
mempunyai nilai komersial.
3. Siapakah konsumen anda?
Banyaknya jenis konsumen yang diharapkan dan seberapa banyak
perhitungan kepentingan dan opini mereka tergantung pada sejumlah faktor:
skala operasi, usia produk, pengaruh relatif terhadap kehidupan manusia,
visibilitas serta konsekuensi kegagalan atau kerusakan.
4. Manfaat produk
Konsep produsen tentang produk mereka adalah pada bentuk produk
mereka sedangkan bagi konsumen, kepentingan mereka terletak pada
5. Total Quality Manajemen (TQM)
Banyak perusahaan kini menggunakan prinsip TQM sebagai pedoman
mengelola produksi . Dalam bahasan TQM dikatakan bahwa ‘kualitas’
adalah kemampuan untuk digunakan. Gagasan bahwa kualitas tergantung
pada kegunaan yang diberikan membawa konsumen ke dalam gambaran
tersebut, karena pelangganlah yang menentukan apa kegunaannya.
6. Mencari tahu kebutuhan konsumen
Mencari tahu kebutuhan-kebutuhan konsumen sangat berbeda dengan
mencari tahu seberapa besar kepuasan konsumen akan produk dan pelayanan
anda. Aktivitas yang kedua merupakan cara untuk meningkatkan tujuan anda
saat anda tahu bahwa anda telah mencapai bidang sasaran umum dengan
produk anda. Menemukan kebutuhan para konsumen adalah masalah
pengembangan, bukan penjualan. Oleh karena itu kita pasti lebih tertarik
kepada kebutuhan yang tidak terpenuhi ketimbang pujian bagi hasil kerja
kita. Setiap kontak dan percakapan yang dilakukan dengan para konsumen
adalah kesempatan untuk mempelajari hal-hal baru tentang kebutuhan dan
hal yang disukai konsumen. Selanjutnya kita harus mengasumsikan bahwa
anda terlibat dalam diskusi yang agak formal dengan konsumen yang tahu
a. Persiapan
Dua hal yang perlu dipikirkan sebelum memulai percakapan dengan
konsumen yaitu : jenis bisnis dan hal yang anda ketahui tentang
konsumen.
b. Mengarahkan pembicaraan
Agar dapat mengarahkan pembicaraan maka hal yang dibutuhkan
adalah bahwa mereka percaya pada anda, ada sesuatu untuk mereka,
pertanyaan yang tepat,dan anda adalah pendengar yang baik.
c. Menciptakan kepercayaan
Penyebab ketidakpercayaan adalah ketidaktahuan akan maksud orang
lain.
7. Manfaat bagi konsumen
Didasarkan pada motivasi dasar manusia, ada tiga hal yang dapat diasumsikan
dengan aman yaitu bahwa tiap orang ingin: diakui, menjadi individu, dan
membuat perbedaan. Setelah sadar akan motivator dasar ini, maka sangatlah
mudah untuk membuat mata rantai yang menghubungkan anda dengan
konsumen dan efeknya adalah meningkatnya kerja sama kita dengan mereka.
Perlu diingat bahwa tidak perlu menipu atau memberi ‘pelicin’ kepada
konsumen. Sepenuhnya ini berkenaan dengan penghargaan yang sesuai
dengan bobotnya. Perlu diingat bahwa loyalitas selalu bergerak searah dengan
8. Merancang produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen
Agar dapat memuaskan konsumen, kita tidak dapat menganggap produk kita
sebagai barang melainkan harus disesuaikan dengan keinginan konsumen.
Untuk itu, kita perlu mengetahui tentang klasifikasi barang konsumsi
berdasarkan kebiasaan belanja konsumen. Menurut Kotler dan AB Susanto,
produk tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Convenience goods: barang yang dibeli dengan frekuensi tinggi, waktu singkat, dan usaha minimum.Untuk kelas produk ini penjualannya masal
oleh produsen, biasanya harga rendah, merek penting (McCarthy &
Perreault 1995:268).
b. Shopping goods: barang yang dalam proses pemilihan dan pembelian dibandingkan.
c. Specialty goods: Barang yang memiliki karakteristik unik dan atau identifikasi merek untuk itu sekelompok pembeli bersedia berusaha
membelinya.
d. Unsought goods: barang yang tidak diketahui pembeli atau diketahui tetapi biasa tidak berpikir untuk membelinya.
Setelah mengetahui hal-hal tersebut maka dapat dibuat keputusan tentang
seberapa jauh kita akan memenuhi kebutuhan konsumen.Selanjutnya kita
9. Variasi konsumen
Variasi konsumen tersebut dapat terangkum dalam beberapa kemungkinan
perbedaan yang penting yaitu: potensi konsumen-nilai pembelian mereka,
pengetahuan teknis dan keahlian mereka, kejelasan keperluan mereka, dan
tipe penggunaan.
10. Nilai tambah pada produk
Harus ada sebuah pengertian bahwa anda harus mempunyai rincian lengkap
tentang kebutuhan konsumen dan memandang hubungan antara konsumen
dan perusahaan sebagi kesatuan yang kontinyu. Dengan perspektif ini, anda
akan mampu melihat berbagai peluang untuk mengembangkan jangkauan dari
dua dimensi yang bisa kita sebut sebagai tinggi dan lebar. Tinggi berarti
layanan berkembang naik dan turun sedangkan lebar berarti perluasan
jangkauan kebutuhan yang siap anda layani.
11. Mengembangkan produk baru
Hendaknya ada kebijakan dan pedoman untuk mengembangkan produk baru
yaitu: mengembangkan daya saing, mempertahankan keberadaan pelanggan,
mencari pelanggan yang baru untuk produk yang ada, memanfaatkan
perkembangan teknologi dan meraih pangsa pasar.
Dalam mengembangkan produk baru, perusahaan dapat melakukan cara yaitu
mengembangkan produk dalam laboratoriumnya atau dapat mengontrak
peneliti atau perusahaan pengembangan produk baru untuk mengembangkan
12. Sumber gagasan bagi produk baru
Bagi sebagian besar perusahaan,sumber ide utamanya adalah: para pelanggan,
para pesaing, para staf, penelitian dan pengembangan (litbang).
H. Review penelitian terdahulu
Dari pengamatan tentang penelitian terdahulu yang diteliti (oleh Agustinus
992214010) dengan judul ‘Persepsi konsumen terhadap promosi melalui televisi
dengan loyalitas pelanggan pada produk shampoo PANTENE, ia menyatakan
hipotesis bahwa persepsi konsumen tehadap promosi televisi berhubungan
dengan loyalitas pelanggan Shampoo PANTENE, hal yang ditekankan adalah
persepsi sedangkan penelitian yang akan dilakukan sekarang lebih mengacu pada seberapa besar tingkat loyalitas dinilai dari perilaku pembelian yang
I. Hipotesis ¾ Adanya pembelian berulang
dan teratur
¾ Mereferensikan kepada orang
¾ Adanya kekebalan terhadap daya tarik pesaing
¾ Pembelian lini produk
(
Pengaruh psikologis dari iklan televisi sangat tergantung pada elemen pembentuk
iklan (AIDCA) dan selanjutnya akan merangsang tingkat keyakinan, minat dan
kepercayaan konsumen). Dari hal tersebut maka perilaku konsumen akan teramati
apakah mereka adalah orang yang memenuhi kriteria terbentuknya loyalitas
konsumen.
Ha : Ada pengaruh komponen AIDCA pada iklan media televisi terhadap loyalitas
konsumen mie instant.
Ho :Tidak ada pengaruh komponen AIDCA pada iklan media televisi terhadap
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Studi kasus (case study) adalah penelitian yang berkenaan dengan suatu fase
spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield,1930 dalam Moh.
Nazir). Tujuan studi kasus adalah memberi gambaran secara terperinci tentang
latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari
individu yang kemudian sifat tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat
umum, studi kasus mengkaji variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang
kecil, studi kasus juga dapat memberikan hipotesa-hipotesa untuk penelitian
lanjutan. Dari segi edukatif, studi kasus dapat digunakan sebagai contoh ilustrasi
dalam perumusan masalah, penggunaan statistik dalam menganalisa data serta
cara perumusan generalisasi dan kesimpulan (Moh.Nazir,1988:66).
B. Waktu dan Lokasi penelitian
Waktu untuk penelitian ini adalah berkisar antara bulan Oktober-November.
Untuk lokasi penelitian bertempat di Universitas Sanata Dharma Fakultas
C. Subyek dan obyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi. Obyek
penelitian ini adalah tingkat loyalitas subyek penelitian terhadap merk mie
instant dan persepsi subyek terhadap iklan media televisi.
D. Identifikasi variabel
Peneliti mendefinisikan ‘Loyalitas’ sebagai suatu perilaku pembelian berulang,
rutin, non random terhadap produk mie instant, setidaknya konsumen tersebut
melakukan minimal tiga kali pembelian ulang dan rutin per minggu dengan
rentang loyalitas sebagai berikut:
Tingkat
loyalitas
Penilaian
Sangat loyal >3 kali
Loyal > 3 kali
Tidak loyal < 3 kali
a.Sangat loyal : Bila konsumen membeli mie instant lebih dari tiga kali dalam
seminggu.
b.Loyal : Bila konsumen membeli mie instant tiga kali dalam seminggu.
c.Tidak loyal : Bila konsumen membeli mie instant kurang dari tiga kali dalam
Iklan media televisi adalah media iklan yang menampilkan informasi tentang suatu
produk dengan frekuensi tinggi disertai dengan efek audio visual yang secara
keseluruhan tergantung oleh AIDCA sebagai komponen pembentuk iklan sehingga
dapat menarik, meyakinkan, dan membujuk konsumen untuk membeli produk.
Adapun aspek yang tercakup dalam AIDCA antara lain:
a. Attention yang meliputi air time, warna, musik dan slogan untuk menarik perhatian konsumen.
b. Interest meliputi: kalimat yang digunakan untuk membuat konsumen berminat pada produk.
c. Desire meliputi: rangkaian kata yang membuat konsumen untuk memiliki produk.
d. Conviction meliputi: pihak ketiga atau orang terkemuka misalnya artis terkenal untuk meyakinkan konsumen.
e. Action meliputi: pilihan kata untuk merangsang psikologis konsumen untuk membeli produk.
E. Pengukuran Variabel
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah loyalitas (perilaku pembelian
konsumen yang mengarah pada pembelian ulang) sedangkan variabel independen
F. Pengembangan instrumen
Penelitian ini akan menggunakan kuesioner sebagai instrumen untuk mengetahui
dan mengukur variabel yang akan diteliti. Kuesioner atau schedule tidak lain dari
sebuah set pertanyaan yang logis yang berhubungan dengan masalah penelitian
dan tiap pertanyaan merupakan jawaban yang mempunyai makna dalam
pengujian hipotesa (Moh.Nazir 1988:248) dan wawancara secara lisan.
G. Scaling
Metode scaling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert karena
realibilitas yang relatif tinggi dan dapat memperlihatkan item yang dinyatakan
dalam response alternatif (sangat setuju, setuju, bimbang ,tidak setuju, sangat
tidak setuju), selain itu skala ini juga dapat menjelaskan tentang keterangan yang
lebih jelas dan nyata tentang sikap responden terhadap isu yang dipertanyakan
(Moh.Nazir 1988:398).
H. Jenis dan Bentuk Data
Jenis data penelitian adalah primer yaitu langsung bersumber pada subjek yang
akan diteliti. Bentuk datanya yaitu kuesioner/angket yang disebarkan pada
responden disertai dengan butir pertanyaan dalam tingkatan skala Likert.
I. Populasi
Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi
J. Sampel
Sebagian dari populasi dengan karakteristik yang telah disebutkan dan jumlah
sampel itu dapat mewakili variabel yang akan diteliti.
K. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah Non Random Sampling.
Jenis Non Random Sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling yaitu
pengambilan sampel berdasarkan tujuan (Nana Syaodih Sukmadinata 2006:254).
Peneliti mengambil sampel dari mahasiswa FE USD angkatan 2004 dan 2005
yang total populasinya berjumlah 701 orang. Peneliti mengambil angkatan ini
sebagai sampel karena subjek lebih dikenal sehingga mudah untuk ditemui.
L. Jumlah sampel
Sampel yang digunakan dalam survey sebanyak 100 individu untuk seluruh
sampel baru dianggap cukup memadai sedangkan untuk kelompok sampelnya
berkisar antara 20-50 orang (Nana Syaodih Sukmadinata 2006:261). Jumlah
sampel untuk penelitian ini adalah100 orang Dengan proporsi sampling sebagai
berikut :
Manajemen angkatan 2004 : (169/701)x100 orang = 24 orang
2005 : (180/701)x100 orang = 26 orang
Akuntansi angkatan 2004 : (175/701)x100 orang = 25 orang
M. Metode Pengambilan data
Dengan menggunakan survey yaitu dengan mengedarkan kuesioner ini
merupakan cara yang ampuh sebab dalam waktu yang relatif singkat jawaban
dari sejumlah responden dapat diperoleh (Nana Syaodih Sukmadinata 2006:86)
dan wawancara secara lisan pada responden.
N. Validitas dan Reliabilitas
Suatu pengukuran tidak dapat dikatakan valid bila tidak reliabel (Stanisiaus
S.Uyanto 2006: 239). Untuk pengujian hal ini, peneliti menggunakan metode
Alpha-Cronbach untuk mengukur keandalan konsistensi internal. Secara umum keandalan kurang dari 0,6 dianggap buruk, kisaran 0,7 bisa diterima dan lebih
dari 0,8 adalah baik (Uma Sekaran 2006:182).
O. Analisis data
Dengan pendekatan analisis Regresi Berganda untuk melihat pengaruh antara
beberapa variabel independen terhadap sebuah variabel dependen. Analisis
variabel- variabel tersebut menggunakan program SPSS.
Persamaan Umum: a0 +a1X1 + a2X2 + a3X3 + e
Langkah-langkahnya:
Menghitung komponen-komponen
∑x2 = ∑x2 – (∑x)2
n:
∑x1x2 = ∑x1x2 – (∑x1)(∑x2)
∑xy = ∑XY – (∑X)(∑Y)
n
Menghitung a1,a2, dan a0 :
a1 = (∑x1y)(∑x22) – (∑x2y)(∑x1x2)
(∑x12)(∑x22) – (∑x1x2)(∑x1x2)
a2 = (∑x12)(∑x2y)-(∑x1x2)(∑x1y)
(∑x12)(∑x22)-(∑x1x2)(∑x1x2)
a0= ∑Y – a1∑X1 - a2∑X2
n
Mencari koefisien determinasi:
R2 = a1∑x1y + a2∑x2y
y2
Menghitung standar error dari koefisien regresi :
P. Organisasi Pelaporan
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah
dan tujuan penelitian.
Bab II Landasan Teori
Bab ini berisi tentang teori yang digunakan sebagai landasan penelitian yang
akan dilakukan.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, identifikasi variabel
dan pengukuran variabel.
Bab IV Gambaran Umum
Bab ini berisi tentang penjelasan sampel dalam penelitian.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti serta
Bab VI Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari analisis data dan pembahasan masalah, saran-saran
BAB IV
GAMBARAN UMUM
Dalam bab ini, peneliti menjelaskan tentang gambaran umum tentang visi, misi dan
sejarah perusahaan yang dijadikan sebagai lokasi penelitian serta gambaran tentang
produk yang diteliti.
A. Visi USD
USD didirikan untuk berpartisipasi dalam usaha melindungi dan meningkatkan
martabat manusia melalui perpaduan keunggulan akademik dan nilai-nilai
kemanusiaan yang diwujudkan dalam penggalian kebenaran secara objektif dan
akademis dan pengembangan kaum muda yang didasarkan pada nilai kebangsaan,
kemanusiaan dan spiritual Ignatian, yaitu mejadi manusia bagi sesama (human for
and with others), perhatian pribadi (cura personalis), semangat keunggulan (magis),
dan semangat dialogis.
B. Misi USD
USD didirikan sebagai lembaga akademis yang menekankan perpaduan IPTEK
dan nilai-nilai kemanusiaan, lembaga kritis masyarakat, lembaga yang menjunjung
tinggi kebebasan akademis, lembaga humanis dan dialogis yang mengembangkan
segi intelektual, moral, emosional dan spiritual mahasiswa secara terpadu, lembaga
yang mendidik manusia menjadi manusia yang utuh, kritis, dewasa, dan memiliki
kepekaan sosial, lembaga yang memberikan pelayanan masyarakat, dan lembaga
C. Sejarah USD
1. PTPG Sanata Dharma (1955-1958)
Ide untuk mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) oleh Prof.
Moh. Yamin, S.H. (Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI) pada tahun
1950-an disambut baik oleh para imam Katolik, terutama Ordo Societas Jesus
(Serikat Jesus yang sering disingkat S.J.). Pada waktu itu, ordo ini telah membuka
kursus-kursus B1, antara lain: B1 mendidik (Yayasan De Britto) di Yogyakarta yang
dikelola oleh Pater H. Loeff, S.J. dan B1 Bahasa Inggris (Yayasan Loyola) di
Semarang yang dikelola oleh Pater W.J. Van Der Meulen S.J. dan Pater H.
Bastiaanse, S.J. dengan dukungan dari Conggregatio de Propaganda Fide, selanjutnya
Pater Kester yang waktu itu menjabat sebagai Superior Misionaris Serikat Yesus
menggabungkan kursus-kursus ini menjadi sebuah perguruan tinggi dan lahirlah
PTPG Sanata Dharma pada tanggal 20 Oktober 1955 dan diresmikan oleh pemerintah
pada tanggal 17 Desember 1955.
Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai empat jurusan, yaitu Bahasa
Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Para Pembesar Serikat Yesus menunjuk
Pater Prof. Nicolaus Driyarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG Sanata Dharma dan Pater
H. Loeff sebagai Wakil Dekan. Nama “Sanata Dharma” diciptakan oleh Pater K.
Looymans, S.J. yang waktu itu menjadi pejabat Departemen Pendidikan, Pengajaran,
dan Kebudayaan di Kantor Wali Gereja Indonesia. “Sanata Dharma” sebenarnya
“pelayanan yang nyata”. Kebaktian dan pelayanan itu ditujukan kepada tanah air dan
gereja (Pro Patria Et Eclessia).
2. FKIP Sanata Dharma (1958-1965)
Untuk menyesuaikan diri dengan pemerintah, dalam hal ini Kementrian
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan tentang perubahan PTPG menjadi FKIP,
maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958 berubah menjadi FKIP
(Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) Sanata Dharma dan merupakan bagian dari
Universitas Katolik cabang Yogyakarta. Pada masa FKIP ini Sanata Dharma berhasil
memperoleh status “disamakan” dengan negeri berdasarkan SK Menteri PTIP No.1 /
1961 pada tanggal 6 Mei 1961 jo No. 77 / 1962 tanggal 11 Juli 1962. Walaupun
bagian dari Universitas Katolik Indonesia, secara de facto FKIP sanata Dharma beriri
sendiri.
3. IKIP Sanata Dharma (1965-1993)
Untuk mengatasi kerancuan antara menjadi bagian dari Universitas Katolik
Indonesia cabang Yogyakarta dengan kemandirian FKI Sanata Dharma berubah
menjadi IKIP Sanata Dharma sebagai sebuah institusi pendidikan, FKIP Sanata
Dharma berubah menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP No.
237 / B-SWT / U / 1965, Surat Keputusan ini berlaku mulai tanggal 1 September
1965. Selain melaksanakan program S1 (sebelumnya Sarjana Muda dan Sarjana),
IKIP Sanata Dharma juga dipercaya pemerintah untuk mengelola Program Diploma I,
II, dan III untuk program Diploma ini ditutup pada tahun 1990 dan selanjutnya
4. Universitas Sanata Dharma (1993-sekarang)
Akhirnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan kebutuhan masyarakat
serta kemajuan zaman, tanggal 20 April 1993 sesuai denga SK Mendikbud No. 46
/ D / O /1993, IKIP Sanata Dharma dikembangkan menjadi Universitas Sanata
Dharma atau lebih dikenal dengan nama USD. Dengan perkembangan ini, USD
diharapkan tetap dapat memajukan sistem pendidikan guru sekaligus
berpartisipasi dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Setelah berkembang menjadi universitas, Sanata Dharma terdorong untuk
memperluas muatan program pendidikannya. Di samping tetap mempertahankan
pendidikan guru dengan tetap membuka FKIP (Fakultas Ilmu Keguruan dan
Pendidikan), Sanata Dharma membuka beberapa fakultas baru. Universitas Sanata
Dharma sekarang memiliki 8 Fakultas dengan 25 Program studi, 3 Program Pasca
Sarjana, 1 Program Profesi, dan 3 Program Kursus Bersertifikat.
Sekarang ini banyak hal berkembang di Universitas Sanata Dharma.
Perkembangannya meliputi berbagai aspek, baik sarana fisik (gedung, lab,
perpustakaan, dan fasilitas fisik lainnya), administrasi system informsi,
manajemen, biro / lembaga / pusat /serta unit pendukung), peningkatan mutu
Fasilitas meliputi:
1) Ruang kuliah
2) Perpustakaan
3) Laboratorium
4) UKM
5) Kapel
6) Bank
7) Kantin
Fakultas dan Program Studi meliputi:
- Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang terdiri dari: Pendidikan
Bahasa Inggris, Pend.Bhs. Sastra Indonesia dan Daerah, Pendidikan Ekonomi
Koperasi, Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Sejarah, Pendidikan Fisika,
Pendidikan Matematika, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Agama
Katolik, Bimbingan dan Konseling.
- Fakultas Sastra yang terdiri dari: Sastra Inggris, Sastra Indonesia, Ilmu
Sejarah.
- Fakultas Ekonomi yang terdiri dari: Akuntansi, Manajemen
- Fakultas Sains dan Teknologi terdiri dari: Fisika, Matematika, Ilmu
Komputer, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Informatika, Mekatronika.
- Fakultas Psikologi terdiri dari Psikologi.
- Fakultas Farmasi terdiri dari: Farmasi, Profesi Apoteker
Program Pasca Sarjana
1) Teologi
2) Ilmu Religi dan Budaya
3) Kajian Bahasa Inggris
Program Kursus Bersertifikat
1) English Extension Course
2) Pelatihan Komunikasi Interaktif Bahasa Inggris Paket 60 jam
3) Indonesian Language and Culture Intensive Course
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
1) Teater
2) Kesenian
3) Olahraga
4) Bela diri
5) Korps Sukarela (KSR)
6) Pecinta Alam (Mapasadha)
7) Kerohanian
8) Penalaran
9) Penerbitan
10)Paduan suara
11)Koperasi Mahasiswa
12)Pengabdian Masyarakat
D. Indomie dan Mie Sedap
Mie instant merupakan mie yang segera, mudah dan murah.
Doel mengatakan bahwa ia memiliki banyak kebanggaan sudah begitu dekat dengan
mie instant karena beberapa hal antara lain bahwa dimana saja, kapan saja, untuk
siapa saja mie instant tersedia bahkan melebihi minuman ringan yang bermoto sama,
mie instant dapat mengobati kangen terhadap “selera tanah air”dan membuat hidup
bisa tersambung kembali di segala situasi dan kondisi serta mie instant “tanah air”
sudah tersedia di luar negeri yang pada mulanya diduga karena keberadaan
masyarakat Indonesia di luar negeri akan tetapi bule juga membeli indomie
(“Kebangkitan Bangsa Indomie”,Sabtu 20 Mei 2006).
Mie instant yang sudah mendarah daging dan menjadi salah satu makanan pokok
di Indonesia ini ternyata memiliki kadar gizi yang cukup banyak dan berguna bagi
tubuh. Hal ini tergantung dari jenis rasa yang ada di mie instant tersebut dan cara
penyajiannya jika ditambah dengan sayuran, kornet, telur dan sejenisnya.
Saat ini Indonesia adalah produsen mie instant yang terbesar di dunia. Pasar mi
instan di Indonesia memang menggiurkan. Ketergantungan masyarakat Indonesia
terhadap mi cepat saji ini cukup besar. Tidak heran jika dari waktu ke waktu banyak
perusahaan baru melirik pasar mi instan. Sebagai tambahan, menurut Rudy Bonardy
Manajer promosi PT Sayap Mas mengatakan bahwa pangsa pasar mie instant di
Indonesia adalah bisnis yang sangat menjanjikan.
Merk mie instant di Indonesia sangat beragam antara lain: indomie, mie sedap, kare,
semuanya tersedia dalam berbagai pilihan rasa. Dari sekian banyak mie instant
tersebut menimbulkan persaingan pasar mie instant semakin ketat. Sebagai contoh,
yaitu antara indomie dan mie sedap. Masing-masing merk mie instant tersebut, saling
bersaing dalam strategi merebut pangsa pasar mie instant.
1. Indomie
Sebagai makanan instant, indomie memang amat membantu ereka yang sangat
amat kelaparan ataupun sekedar sedang malas masak. Di saat anggaran belanja
menipis, indomie menjadi sasaran utama dan dengan harga yang lebih terjangkau
sekaligus terlihat murah meriah, indomie selalu menjadi primadona karena cepat saji
dan juga pas di kantong mahasiswa (Agus Hidayatulloh,9 April 2007).
Indomie adalah merek mie instan terpopuler di Indonesia diproduksi oleh PT.
Indofood Sukses Makmur Selain di Indonesia, Indomie juga dijual di luar negeri,
antara lain Australia, Asia, Afrika. Pangsa pasar indomie sudah masuk ke Arab Saudi
dan Mesir dan merupakan produk yang paling sering ditemui dan mencolok di tanah
Arab.
Eksistensi Indomie di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Meski banyak
bermunculan pesaingnya, Indomie tetap mampu menjadi market leader di Indonesia.
Direktur Indofood Taufik Wiraatmadja mengatakan, kunci utama keberhasilan
Indomie adalah Indofood sangat serius dalam menciptakan “Value” (nilai) bagi
konsumennya dan terbuat dari bahan berkualitas dan bergizi tinggi, proses produksi
menggunakan standar internasional serta dijamin kehalalannya. Guna memberikan
lebih dari 100 varian cita rasa, 62 diantaranya merupakan cita rasa khas masakan
Indonesia. Menurut Taufik, setiap saat tim riset dari indomie juga menyelidiki
tentang selera konsumen. Mi instan Indofood, tidak hanya dikenal di Indonesia, tapi
juga di luar negeri. Indomie sampai saat ini telah diekspor ke lebih dari 50 negara
yang tersebar di Asia, Eropa, Amerika, Australia dan Afrika.
Mie ini murah meriah dan cocok dengan selera Indonesia, sampai tidak jarang
orang membawa Indomie ke luar negeri bila makanan di luar tidak cocok. Saat terjadi
bencana alam, orang Indonesia sering sekali menyumbang mi instan seperti Indomie.
Dirut dan CEO Indofood Eva Riyanti Hutapea mengatakan bahwa meskipun terjadi
penurunan penguasaan pasar namun, divisi mie instant tetap dapat meraih kenaikan
penjualan sebesar 6,6 % menjadi Rp 4,5 triliun pada periode yang sama tahun 2002.
Kenaikan itu antara lain dipengaruhi lebih tingginya harga jual rata-rata dan selain
itu, hingga saat ini divisi mie instant tetap dapat mempertahankan volume penjualan
sebesar 7,3 miliar bungkus.
Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood menerapkan strategi Mastering
The Present, Pre Empting The Future di mana strategi-strategi ini difokuskan untuk organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope, span dan speed. Di samping itu, Indofood menjalankan program cost efficiency dan cutting cost sambil melanjutkan segmentasi para konsumen dengan memperkenalkan produk
Jika ditinjau dari cara mengkomunikasikan produk, salah satu strategi iklan
yang digunakan Indofood yaitu mengkomunikasikan lewat iklan media televisi di
mana iklan tersebut selalu menonjolkan slogan ‘indomie seleraku’.
Iklan yang dimaksud peneliti adalah iklan indomie yang bintang iklannya adalah
Gita Gutawa yang merupakan anak dari musisi terkenal Erwin Gutawa. Dalam iklan
indomie ini, gadis yang merupakan penyanyi solois sekaligus artis berkebangsaan
Indonesia yang lagi naik daun ini melantunkan jingle untuk indomie dengan durasi
iklan selama 57 detik dimana slogan indomie seleraku dinyanyikan lewat suaranya
yang terdengar merdu. Jam tayang iklan indomie versi ini berkisar antara jam
11.00-22.00 di sela acara gosip selebriti, jelang siang dan acara yang banyak digemari
misalnya: sinetron, prime time, Indonesia Idol.
2. Mie Sedap
Mie Sedap merupakan produk mie instant yang diproduksi oleh Wing’s Food
Indonesia sejak Mei 2003 dengan harga cukup bersaing dan berbagai macam rasa dan
Group Wings merupakan perusahaan yag sudah memiliki eksistensi puluhan tahun
dan biasanya sudah bermitra dengan para pedagang dan pengecer. Di samping itu,
kesetiaan dan loyalitas sudah teruji dengan baik dan hal ini menjadi kekuatan
tersendiri bagi Wings.
Produk mie sedap adalah produk mie instant yang inovatif yang bermodalkan
keberanian untuk mengendalikan pasar dapat menggempur pasar Indonesia dan
membuat produk ini diterima oleh berbagai lapisan masyarakat dan meningkatkan
jumlah permintaan mie sedap itu sendiri.
Untuk penguasaan pangsa pasar sebagai pemula, Mie sedap tetap optimis bisa
meraih konsumen melalui strategi pemasaran dan promosi yang gencar. Strategi awal
Mie Sedap menurut Rudy antara lain: melalui strategi harga yang ekonomis namun
bumbu mie diberikan pada kelas premium, diberlakukan strategi klasik dengan
memberi hadiah piring dan gelas, strategi juga didukung iklan yang cukup gencar,
baik tematik, iklan produk, maupun versi testimoni. Menurut Rudy, ada satu hal yang
belum pernah dilakukan kompetitor mie instant misalnya menyuruh orang sebanyak
mungkin untuk mencoba mie sedap yang dilakukan di mal, tempat wisata, dan
kampus secara gratis. Dengan cara ini, maka Group Wings dapat memperoleh umpan
balik langsung berupa saran, kritik maupun pujian. Iklan juga dilakukan di delapan
stasiun televisi, Billboard di halte-halte dan juga kegiatan below the line.
Menurut Simon, gaya iklan Groups Wings selalu mengacu langsung pada
produknya dan memacu orang dengan cepat untuk membeli produk itu. Selain itu,
menurut Bambang dari Bintang Pratama mengatakan bahwa tipikal iklan Groups
Wings memang igin membuat produknya dapat diminati, dicoba, dan dibeli bahkan
diloyali dengan pertimbangan agar dapat tampil beda dari pesaing dengan karakter
iklan yang lugas dan komunikatif serta menghendaki konsumen muah mengenal dan
mengerti akan produknya. Strategi Group Wings lewat frekuensi tayang di media
elektronik baik televisi maupun radio dan Billboard yang sangat memancing orang
Menurut Liza, strategi portofolio merk Wings memang tidak kalah dari perusahaan
multinasional (Unilever). Wings berani meluncurkan produk dengan merk barunya
dengan Brand Awareness melalui iklan gencar maka ia memiliki kekuatan dan daya
tarik produknya.
Adapun iklan yang dimaksud peneliti adalah iklan mie sedap versi Tukul
Arwana. Ia adalah seorang yang mempunyai citra positif yaitu seorang pekerja keras
yang meniti karier dari bawah. Artis ini digunakan oleh biro iklan Bintang Pratama
sebagai endoser mie sedap dari Group Wings karena si ‘katro’ ini dianggap mewakili
semua kalangan dan cukup merakyat seperti halnya mie sedap yang bisa disantap
oleh siapa saja. Mie sedap tidak saja menjadikan Tukul sebagai bintang iklan di TV
tetapi juga sekaligus dengan kegiatan promosi keliling (below the line) kepada para
pedagang dan kosumen. Dalam iklan tersebut, Tukul menghampiri para pedagang dan
konsumen sambil menyanyi kecil dengan lirik “mie sedaap semua suka” yang juga
merupakan slogan dari mie sedap dan untuk mempromosikan aktivitas tersebut maka
digunakan media televisi sebagai alat untuk menggambarkan hal tersebut. Jam tayang
untuk iklan versi ini berkisar di jam 15.00-20.00 pada sela acara drama Korea, Prime
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Kuesioner dan Wawancara
Penelitian ini berlangsung pada bulan September-Oktober. Peneliti menggunakan
kuesioner dan wawancara secara lisan sebagai instrumen penelitian untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Wawancara
dilakukan sebelum survey dilakukan. Ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
sering subjek yang akan diteliti dalam hal membeli mie instant. Selain itu,
wawancara lisan juga dilakukan pada saat menyebarkan kuesioner yaitu dengan
menanyakan pendapat responden tentang pernyataan yang berkaitan dengan
kuesioner. Kuesioner terdiri atas beberapa bagian antara lain:
1. Profil responden yang berisi: nama responden yang boleh juga tidak ditulis
karena teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah non
random sampling yaitu purposive sampling dan penelitian ditujukan untuk mahasiswa FE USD untuk angkatan 2004 dan 2005 yang membeli dan
mengkonsumsi mie instant, uang saku per bulan yang berkisar <Rp 300.000,
antara Rp 300.000-750.000, dan >Rp 750.000, intensitas dalam membeli mie
instant yang berkisar <3xseminggu, 3x seminggu, dan >3x seminggu serta
salah satu mie yang sering mereka beli dan konsumsi (antara indomie dan mie
2. Pernyataan dalam tingkatan skala Likert ( sangat setuju, setuju, netral, tidak
setuju dan sangat tidak setuju) untuk variabel- variabel yang diteliti yaitu
AIDCA ditinjau dari (air time, slogan, musik, artis,dan warna) dan loyalitas.
Untuk komponen Attention dengan kata kunci tertarik, Interest dengan kata
kunci ingin tahu lebih jauh, Desire dengan kata kunci ingin, Conviction
dengan kata kunci meyakinkan, dan Action dengan kata kunci membeli.
Untuk variabel loyalitas digunakan pernyataan yang mengarah pada ciri-ciri
loyalitas yaitu tetap membeli walaupun ada kualitas lebih baik, selalu
membeli di manapun, tidak akan goyah membeli walaupun ada yang lebih
murah, menyarankan orang lain untuk membeli. Semua pernyataan berlaku
untuk indomie dan mie sedap. Responden hanya mengisi pernyataan yang
sesuai dengan merk mie instant yang mereka pilih ( antara indomie dan mie
sedap).
B. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum penelitian, peneliti mengambil sampel sebanyak 30 responden untuk
masa pra survey guna mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas tiap pertanyaan
yang digunakan dalam kuesioner. Peneliti menggunakan metode uji validitas
lewat SPSS versi 13 yang dapat dilihat pada kolom Corrected item- total
Pengujian validitas dan reliabilitas per butir pertanyaaan:
1. Validitas
attention Corrected item- total correlation
interest Corrected item- total correlation
Desire Corrected item- total correlation
Action Corrected item- total
loyalitas Corrected item- total correlation
C. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mie
1. Pengaruh komponen AIDCA pada iklan media televisi terhadap loyalitas
konsumen indomie dan mie sedap
Hasil analisis melalui SPSS versi 13.0 tentang pengaruh komponen AIDCA
pada iklan media iklan terhadap loyalitas kedua merk mie instant tersebut
secara total adalah seperti berikut:
Coefficient
Menurut hasil analisis data melalui SPSS dengan metode analisis regresi
berganda untuk penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 responden
mahasiswa FE USD maka ada beberapa hal yang dapat diinterpretasikan antara
lain:
1) R square sebesar 0,318 berarti hanya 31,8 % varians dalam loyalitas secara
signifikan dapat dijelaskan oleh komponen AIDCA dan masih tetap
menyisakan 68,2 % yang tidak terjelaskan.
2) R sebesar 56,4 % menunjukkan tingkat hubungan antara variabel x (AIDCA)
dan variabel y (loyalitas).
3) Nilai Durbin dan Watson sebesar 2,005 menunjukkan bahwa model regresi
berganda bersifat independent atau tidak terjadi autocorrelation.
4) Tabel ANOVA menunjukkan nilai F sebesar 8, 773 dengan P value= 0,000
yang lebih kecil dari α= 0,05 maka model linier antara variabel AIDCA dan
loyalitas adalah signifikan. Jadi, Ha diterima maka ada pengaruh komponen
AIDCA terhadap loyalitas konsumen indomie dan mie sedap.