• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN STYROFOAM PADA PEMBUATAN BETON RINGAN MENGGUNAKAN PASIR MERAH LABUHAN BATU SELATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN STYROFOAM PADA PEMBUATAN BETON RINGAN MENGGUNAKAN PASIR MERAH LABUHAN BATU SELATAN."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

Denria Sitindaon NIM 4102240004 Program Studi Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Sain

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENGARUH PENAMBAHAN STYROFOAM PADA PEMBUATAN BETON RINGAN MENGGUNAKAN PASIR

MERAH LABUHAN BATU SELATAN

Denria Sitindaon (NIM 4102240004)

ABSTRAK

Beton ringan adalah beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai berat satuan tidak lebih dari 1900 kg/m3. Penggunaan beton ringan adalah untuk mengurangi berat sendiri dari struktur sehingga komponen struktur pendukung seperti pondasinya akan menjadi lebih hemat.

Pada penelitian ini digunakan styrofoam, karena styrofoam mempunyai berat yang ringan, sehingga didapat beton yang tergolong beton ringan. Mutu beton yang direncanakan ialah K-175 pada umur 28 hari. Pengujian massa jenis, daya serap dan kuat tekan beton dilakukan pada umur 28 hari, masing-masing 3 benda uji untuk satu variasi dengan sampel berbentuk kubus dengan ukuran 15 cm × 15 cm × 15 cm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan styrofoam sebagai bahan tambah pada campuran beton dapat membuat beton menjadi lebih ringan. Dari hasil pengujian diperoleh massa jenis rata-rata beton dengan penambahan styrofoam 6%, 8%, 10%, 12% 14%, dan 16% secara berturut-turut 2,29x103 kg/m3, 2,25x103 kg/m3, 2,13x103 kg/m3, 2,07x103 kg/m3, 2,04x103 kg/m3, dan 1,89x103 kg/m3. Daya serap air rata-rata beton dengan penambahan styrofoam 6%, 8%, 10%, 12% 14%, dan 16% secara berturut-turut 0,74%,1,08%, 0,61%, 0,37%, 0,42%, dan 0,36%. Tekanan rata-rata beton dengan penambahan styrofoam 6%, 8%, 10%, 12% 14%, dan 16% secara berturut-turut 15,22×106N/m2, 19,67×106N/m2,16,85×106N/m2,16,38×106N/m2,15,37×106N/m2dan14,16×106N/ m2.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Pengesahan

i

Riwayat Hidup

ii

Abstrak

iii

Kata Pengantar

iv

Daftar Isi

vi

Daftar Gambar

viii

Daftar Tabel

ix

Daftar Lampiran

x

BAB I PENDAHULUAN

1

1.1.

Latar Belakang

1

1.2.

Batasan Masalah

5

1.3.

Rumusan Masalah

6

1.4.

Tujuan Penelitan

6

1.5.

Manfaat Penelitian

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

7

2.1. Semen

7

2.1.1. Semen Portland

7

2.1.2. Sifat Fisik dan Sifat Kimia Semen Portland

10

2.2. Pasir

11

2.3. Agregat

13

2.3.1.Agregat Kasar

14

2.3.2.Agregat Halus

15

2.4. Styrofoam

16

2.5. Air

19

2.6. Faktor Air Semen

20

2.7. Beton

21

2.7.1. Pengertian Beton

21

2.7.2. Kelas dan Mutu Beton

22

2.7.3. Beton Ringan

23

2.8. Karakterisasi Beton

27

2.8.1.Tekanan

27

2.8.2. Densitas

29

2.8.3. Daya Serap Air

30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

31

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

31

3.2. Alat dan Bahan

31

3.2.1. Alat

31

3.2.2. Bahan

31

3.3. Prosedur Penelitian

32

(4)

3.4. Pengujian Sampel

35

3.5. Diagram Alir Penelitian

37

3.6. Teknik Analisa Data

38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

39

4.1. Hasil Penelitian

39

4.2. Pembahasan

40

4.2.1. Daya Serap Air

40

4.2.2. Massa Jenis

41

4.2.3. Tekanan

43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

46

5.1. Kesimpulan

46

5.2. Saran

46

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tipe–tipe Semen Portland 8

Tabel 2.2. Kandungan Komposisi Kimia Semen Portland 9

Tabel 2.3. Komposisi Kimia Semen Portland 11

Tabel 2.4. Data Hasil Pengujian XRD Pasir Merah 12

Tabel 2.5. Pengaruh Sifat Agregat pada Sifat Beton 14

Tabel 2.6. Karakteristik Styrofoam 18

Tabel 2.7. Berat Volume dari Material Ringan 18

Tabel 2.8. Unsur Beton 22

Tabel 3.1. Alat-Alat yang Digunakan 31

Tabel 3.2. Bahan-Bahan yang Digunakan 31

Tabel 3.3. Komposisi Pencampuran Bahan Baku Beton 33

Tabel 3.4. Keterangan Kode Sampel 33

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Beton 39

Tabel 4.2. Kategori Beton Ringan Berdasarkan Nilai Tekanan 45

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Grafik Uji XRD Pada Unsur-Unsur Pasir Merah 12

Gambar 2.2. Struktur Kimia Styrene dan Polystyrene 17

Gambar 2.3. Styrofoam 17

Gambar 2.4. Beton Ringan 23

Gambar 2.5. Perbandingan Tekanan dengan Air Semen 28

Gambar 2.6. Alat Uji Tekan 29

Gambar 3.1. Cetakan Berbentuk Kubus 34

Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian 37

Gambar 4.1. Grafik Hubungan Penambahan Styrofoam dengan WA 41

Gambar 4.2. Grafik Hubungan Penambahan Styrofoam dengan Massa Jenis 42

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tipe–tipe Semen Portland 8

Tabel 2.2. Kandungan Komposisi Kimia Semen Portland 9

Tabel 2.3. Komposisi Kimia Semen Portland 11

Tabel 2.4. Data Hasil Pengujian XRD Pasir Merah 12

Tabel 2.5. Pengaruh Sifat Agregat pada Sifat Beton 14

Tabel 2.6. Karakteristik Styrofoam 18

Tabel 2.7. Berat Volume dari Material Ringan 18

Tabel 2.8. Unsur Beton 22

Tabel 3.1. Alat-Alat yang Digunakan 31

Tabel 3.2. Bahan-Bahan yang Digunakan 31

Tabel 3.3. Komposisi Pencampuran Bahan Baku Beton 33

Tabel 3.4. Keterangan Kode Sampel 33

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Beton 39

Tabel 4.2. Kategori Beton Ringan Berdasarkan Nilai Tekanan 45

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Massa Jenis 48

Lampiran 2. Perhitungan Daya Serap Air 53

Lampiran 3. Perhitungan Tekanan 57

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Massa Jenis 48

Lampiran 2. Perhitungan Daya Serap Air 53

Lampiran 3. Perhitungan Tekanan 57

(10)

1

Gempa yang kembali terjadi di Indonesia tidak lepas dari kenyataan bahwa

letak kepulauan kita yang berada di garis pergeseran antara lempengan tektonik

Australia dan Pasifik, pergeseran antara kedua lempeng tektonik tersebut kerap

menimbulkan terjadinya gempa bumi tektonik. Disamping itu, di Indonesia juga

terdapat lebih dari 400 gunung berapi, dimana 100 diantaranya masih aktif dan

dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi vulkanik (Prawito, 2010).

Selama ini masyarakat sangat mengenal dengan baik konstruksi beton.

Disisi lain, masyarakat juga dikejutkan banyaknya konstruksi bangunan yang

rusak akibat gempa. Ini dikarenakan konstruksi beton itu berat, sehingga jika ada

gempa maka gaya gempa akan sangat tergantung pada dua hal yakni percepatan

gempa dan berat bangunan. Semakin berat bangunan atau semakin besar

percepatan gempa maka gaya gempa yang timbul semakin besar.

Kalau percepatan gempa tidak akan bisa kita pengaruhi, sedangkan berat

bangunan bisa didesain dengan memakai bahan yang ringan. Lazimnya beton

yang biasa digunakan mempunyai berat jenis 2400 kg/m3, akan tetapi saat ini

sudah sangat berkembang beton dan mempunyai berat jenis yang lebih ringan

yakni beton ringan.

Beton ringan adalah beton yang memiliki berat volume lebih ringan dari

pada beton pada umumnya. Jika pada beton konvensional/umum mempunyai

berat volume 2400 kg/m3, maka berdasarkan SNI 03-2847-2002 beton yang

memakai agregat ringan atau campuran agregat kasar ringan dan pasir

alamsebagai pengganti agregat ringan halus ringan dengan ketentuan tidak boleh

melampaui berat maksimum beton 1900 kg/m3 dan harus memenuhi ketentuan

kuat tekan dan kuat tarik belah beton ringan untuk tujuan struktural (SNI

(11)

Beton ringan pada umumnya memiliki campuran yang sama dengan beton

normal, hanya saja agregat kasar pada beton ringan perlu dikurangi berat jenisnya,

sesuai dengan kelas kuat tekannya (ASTM C1693-11).

Sejarah perkembangan beton ringan di Indonesia memiliki babakan

tersendiri. Pertama kali mulai dikenal sejak tahun 1995, saat didirikannya PT

Hebel Indonesia di Karawang Timur. Kemudian, berbagai macam penelitian

dilakukan untuk memperoleh hasil beton ringan yang lebih baik

(http://wijoseno.wordpress.com/2008/09/22/beton-ringan/).

Ada berbagai keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan teknologi

beton ringan diantaranya, berat jenis beton yang lebih kecil sehingga dapat

mengurangi berat sendiri elemen struktur yang mengakibatkan kebutuhan dimensi

tampang melintang menjadi lebih kecil. Beban mati struktural yang lebih kecil ini

juga dapat memberikan keuntungan dalam pengurangan ukuran pondasi yang

diperlukan.

Beton ringan dapat diproduksi dengan menggunakan agregat ringan yang

secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu agregat ringan alami dan agregat

ringan buatan. Ada beberapa kelebihan beton ringan jika dibandingkan dengan

beton normal yaitu sebagai berikut :

1. Beratnya ringan sehingga struktur menjadi ringan dan tahan gempa

2. Memiliki nilai tahanan panas (thermal insulation) yang baik 3. Memiliki tahanan suara (peredam) yang baik

4. Tahan api (fire resistant)

5. Transportasi/pengangkutan mudah

6. Dapat mengurangi kebutuhan bekesting (formwork) dan perancah (scaffolding).

Tetapi jika ditinjau dari nilai kuat tekan beton ringan tergolong rendah dan

kurang awet. Karenanya beton ringan di Indonesia hanya digunakan sebagai

dinding atau penganti batako. Padahal masih banyak manfaat yang mungkin bisa

diambil dari beton ringan itu sendiri. Untuk itulah senantiasa perlu dilakukan

penelitian untuk mendapatkan beton dengan berat struktur yang ringan namun

(12)

Pada umumnya kekuatan beton dipengaruhi oleh kekuatan komponen

penyusunnya yaitu pasta semen, rongga, agregat dan interface antara pasta semen dengan agregat. Agregat itu sendiri menempati komposisi paling besar dalam

pembuatan beton yaitu sekitar 70-80%. Berdasar pada hal ini maka kemungkinan

penggunaan agregat yang unggul atau yang mempunyai kandungan silika yang

tinggi dalam pembuatan akan sangat baik untuk meningkatkan kuat tekan beton

ringan itu sendiri.

Salah satu bahan alternatif yang digunakan dalam pembuatan beton ringan

adalah butiran styrofoam. Beton yang dibuat dengan penambahan styrofoam dapat disebut beton-styrofoam(styrofoam concrete) yang disingkat styrocon.

Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini seperti yang

dilakukan oleh Satyarno (2006) melakukan penelitian pembuatan beton ringan

dengan komposisi bahan semen, pasir biasa, kerikil dan penambahan styrofoam sebanyak 0%, 20%, 60% dan 100% dan didapatkan hasil kuat tekannya secara

berturut-turut >17 MPa, 17 MPa, 7 MPa dan 0,35 MPa. FAS awal yang

ditentukan sebesar 0,45 dan dinaikkan dengan penambahan nilai FAS 2,5%. Hal

ini dilakukan karena adanya kesulitan pencampuran beton pada saat pembuatan

sampel.

Ginting (2007) melakukan penelitian untuk melihat kapasitas lentur, geser,

keruntuhan, dan retak pada balok beton ringan styrofoam. Hasilnya menunjukan beban lentur teoritis jauh lebih besar dari pada beban pengujian, tetapi memiliki

beban geser yang sama sedangkan retak awal terjadi pada tengah bentang dan

kemudian merambat dan membesar menuju ke arah beban di daerah desak

sehingga benda uji runtuh.

Giri, dkk (2008) melakukan penelitian untuk mengetahui kuat tekan dan

modulus elastisitas beton dengan penambahan butiran styrofoam serta hubungan antara kuat tekan dan modulus elastisitas beton dengan persentase penambahan

butiran styrofoam. Butiran styrofoam ini digunakan dengan pertimbangan menjadikan beton lebih ringan namun memiliki kekuatan yang cukup untuk

memikul beban beban yang bekerja. Komposisi campuran bahan yaitu semen,

(13)

10%, 20%, 30% dan 40% terhadap volume campuran beton. Butiran styrofoam yang dipakai memiliki diameter antara 3-10 mm dengan berat satuan 22,89 kg/m3.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan beton dan modulus elastisitas

yang dihasilkan mengalami penurunan dengan bertambahnya persentase butiran

styrofoam dimana nilai kuat tekan dengan variasi persentasi butiran styrofoam sebesar 0%, 10%, 20%, 30% dan 40% berturut-turut 26,42 MPa, 24,144 MPa,

17,994 MPa, 13,411 MPa, 9,995 MPa. Penurunan nilai modulus elastisitas dengan

penambahan 10%, 20%, 30% dan 40% berdasarkan ASTM C 469 berturut-turut

0,278%, 5,797%, 16,555%, dan 32,553%.

Simbolon (2009) melakukan pembuatan batako ringan yang terbuat dari

styrofoam-semen. Variasi rasio styrofoam terhadap pasir adalah 100 : 0, 80 : 20, 60 : 40, 40 :60, 20 : 80, dan 0 : 100 ( dalam % volume), dan waktu pengerasan 7,

14, 21, dan 28 hari. Parameter pengujian yang dilakukan meliputi densitas,

penyerapan air, kuat tekan, kuat tarik, kuat patah, daya redam suara, dan analisa

mikrostruktur. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa batako ringan dengan

variasi komposisi terbaik adalah 80% (volume) styrofoam dan 20% (volume) pasir dan waktu pengeringan 28 hari. Pada komposisi tersebut, batako ringan yang

dihasilkan memiliki densitas 0,9 gr/cm3, penyerapan air 10,4%, kuat tekan 2,8

MPa, kuat tarik 0,21 MPa.

Kemudian oleh Agustina (2012) melakukan pembuatan beton dengan

penambahan pasir merah dari Labuhan Batu Selatan dan dari hasil penelitian

diketahui pengaruh penambahan volume pasir merah Labuhan Batu Selatan

terhadap massa jenis dan juga kuat tekan beton. Dengan komposisi beton mutu

rendah K-175 dan perbandingan campuran 1: 2 : 3 dihasilkan beton dengan mutu

sedang yaitu pada komposisi agregat halusnya 50% pasir biasa dan 50% pasir

merah dengan kuat tekan 32 MPa namun untuk massa jenis beton dengan

penambahan pasir merah didapatkan massa jenisnya rata-ratanya 2,41 kg/m3

sehingga dapat digolongkan beton berat.

Pasir merah yang digunakan dalam penelitian ini sendiri merupakan pasir

galian yang berasal dari desa Padang Bulan kecamatan Kota Pinang kabupaten

(14)

ringan dari pasir galian biasa. Pasir merah ini sering dimanfaatkan oleh

masyarakat sebagai badan jalan. Pada tahun 1972 PT. AIR BAH menggunakan

pasir merah ini sebagai badan jalan dengan menimbun pasir merah ini dan

melakukan pemadatan dengan truk silinder hingga sekarang jalan tersebut masih

kuat dan hanya terkikis sedikit demi sedikit pertahunnya. Berdasarkan penelitian

sebelumnya (Agustina, 2012) melakukan pembuatan beton normal mutu K-175

yang menggunakan pasir merah sebagai bahan tambah dalam campuran beton dari

hasil penelitian diperoleh nilai tekanannya mencapai mutu K-250 hanya sajadari

dilihat dari segi massa jenis beton tersebut sudah melampui batas massa jenis

beton normal sehingga digolongkan beton berat.

Maka ada baiknya dicari alternatif yang dapat mengurangi berat jenis

beton yang menggunakan pasir merah. Adapun bahan yang dirujuk untuk

digunakan ialah styrofoam. Styrofoam ini akan ditambahkan ke dalam campuran beton yang menggunakan pasir merah.

Jadi, dasar dari penelitian ini adalah bagaimana memadukan semua

material penyusun untuk mendapatkan beton yang unggul baik dari segi kuat

tekan maupun dari berat elemen struktur beton.

Sehingga dalam penelitian ini, penulis ingin memadukan pemanfaatan

pasir merah yang terdapat di desa Padang Bulan kecamatan Kota Pinang

kabupaten Labuhan Batu Selatan dengan penambahan styrofoam untuk membuat beton pasir merah menjadi lebih ringan atau memiliki nilai densitas yang lebih

kecil. Berdasarkan permasalahan di atas maka adapun yang menjadi judul dari

penelitian ini ialah “Pengaruh Penambahan Styrofoampada Pembuatan Beton

Ringan Menggunakan Pasir Merah Labuhan Batu Selatan“.

1.2. Batasan Masalah

1. Variasi volume pasir merah yang digunakan adalah 38%,44%,50%, 55%

61% dan 66% dari komposisi agregat halus yang digunakan.

(15)

3. Karakteristik yang diuji adalah massa jenis (densitas), daya serap air, dan

kuat tekan.

4. Agregat ringan yang digunakan adalah pasir merah, pasir biasa dan

styrofoam.

1.3. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh penambahan styrofoam terhadap terhadap massa jenis beton?

2. Bagaimanakah pengaruh penambahan styrofoam terhadap kuat tekan beton?

3. Bagaimanakah komposisi terbaik dari beton menggunakan pasir merah

dengan penambahan styrofoam?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh penambahan styrofoam terhadap massa jenis beton 2. Mengetahui pengaruh penambahan styrofoam terhadap tekanan beton 3. Mengetahui komposisi terbaik dari beton yang menggunakan pasir merah

denganpenambahan styrofoam.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberikan alternatif komposisi terbaik beton dengan bahan tambah

styrofoam dalam pembuatan beton ringan dengan menggunakan pasir merah

2. Memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu bahan dan struktur serta

mengetahui pengaruh penambahan styrofoam pada pembuatan beton ringan mengunakan pasir merah Labuhan Batu Selatan

(16)

1

Dari penelitian mengenai pengaruh penambahan styrofoam pada

pembuatan beton ringan menggunakan pasir merah labuhan batu selatan dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan sifat fisis dan mekanik yang diperoleh dari pengujian beton,

dapat disimpulkan bahwa styrofoam dapat digunakan sebagai campuran

untuk kategori beton ringan hanya saja perlu dilakukan kontrol yang baik

untuk persentase penambahan styrofoam.

2. Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwasanya kandungan styrofoam

dalam campuran beton cenderung memberikan pengaruh terhadap massa

jenis beton yang semakin rendah yang juga linear dengan penurunan

tekanan beton. Hal ini dikarenakan karena penggunaan styrofoam dalam

beton membuat adanya rongga-rongga udara dalam beton yang membuat

beton menjadi lebih ringan.

3. Dari keseluruhan sampel, untuk komposisi terbaik beton ringan diperoleh

pada penambahan styrofoam 16% dengan kuat tekan 14,16×106N/m2atau sekitar 14,16 MPa dan massa jenis 1890 kg/m3. Beton ini dapat

digolongkan ke dalam beton struktural ringan sesuai dengan SNI

03-2847-2002.

1.2. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan dengan mengacu pada hasil penelitian

yang diperoleh, maka ada beberapa saran yang dikemukakan oleh penulis

diantaranya

1. Ada baiknya untuk penelitian selanjutnya melakukan pengujian mengenai

daya redam beton styrocon karena secara teori styrofoam mempunyai daya

(17)

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai beton ringan menggunakan

styrofoam yang dapat berikatan dengan semen sehingga dapat dilihat

perbandingan sifat beton dengan styrofoam yang berikatan dengan semen

Gambar

Gambar 2.1. Grafik Uji XRD Pada Unsur-Unsur Pasir Merah

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan Kapur membuat bata beton ringan yang dihasilkan menjadi jauh lebih ringan dibandingkan yang tidak menggunakan, namun kuat tekan bata beton ringan tersebut menurun

TINJAUAN KUAT LENTUR DINDING PANEL BETON RINGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN STYROFOAM DENGAN.. TULANGAN KAWAT JARING KASA

Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam campuran beton dapat. dibedakan menjadi dua jenis yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi

Penambahan berbagai variasi minyak pelumas bekas dengan 0,03% styrofoam pada campuran beton aspal menyebabkan viscositas campuran jauh lebih rendah daripada beton

Pada penelitian ini yang ditinjau adalah pengaruh penambahan styrofoam sebagai bahan tambah pada campuran beton aspal terhadap karakteristik Marshall yang meliputi density,

Dari penelitian sebelumnya diperoleh hasil bahwa dengan penambahan styrofoam pada beton membuat campuran adukan beton memiliki kemudahan pengerjaan (workability) yang

Penambahan berbagai variasi minyak pelumas bekas dengan 0,03% styrofoam pada campuran beton aspal menyebabkan viscositas campuran jauh lebih rendah daripada beton aspal

Beton Agregat Ringan Dalam pembuatan beton, penggunaan agregat ringan digunakan sebagai pengganti agregat biasa yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi... Secara umum, beton yang