GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL
UJUNGBERUNG
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur
Oleh :
Tresna Lugina Kusmana
1100216
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL
UJUNGBERUNG
Oleh :
Tresna Lugina Kusmana
Sebuah laporan tugas Akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjan Arsitektur pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.
©Tresna Lugina Kusmana Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang – undang,
TRESNA LUGINA KUSMANA
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Erna Krisnanto. S.T., M.T., NIP. 1972060719982002
Pembimbing II
Diah Cahyani S.T., M.T., NIP. 197709192008012014
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknik Arsitektur
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL
UJUNGBERUNG
Tresna Lugina Kusmana Teknik Arsitektur Upi
ABSTRAK
Kata Kunci : Musik metal, gedung pertunjukan,akustik, dekonstruksi
Semakin banyaknya festival musik metal di Kota Bandung, mendorong meningkatnya kebutuhan akan fasilitas pertunjukan para musisi metal tersebut, sedangkan dalam pertunjukan musik metal terdapat prilaku yang berbeda dari penikmat music metal dan juga music yang dihasilkan mempunyai distorsi music yang berbeda, sehingga dibutuhkan gedung pertunjukan yang khusus yang mampu mewadahi warna khusus dalam pertunjukan music metal.
“Gedung Pertunjukan Musik Metal Ujungberung” merupakan fasilitas bagi perkembangan musik metal di Kota Bandung. Proyek ini berada di wilayah Ujungberung, yang merupakan pusat komunitas metal di Kota Bandung, baik musisi metal indie maupun pelaku ekonomi kreatif dibidang musik metal.
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL
UJUNGBERUNG
Tresna Lugina Kusmana Teknik Arsitektur Upi
ABSTRACT
Keywords: metal music, theater, acustic, deconstruction
The increasing number of festival metal music in Bandung, encourage increased demand for facilities performing the metal musicians that, while in the performance of metal music are different behaviors of music lovers metal and also music that is produced has a distortion of music is different, so it takes theater special which is able to accommodate special color in metal music performances.
"Theater Music Metal Ujungberung" is a facility for the development of metal music in Bandung. This project is in the region Ujungberung, which is the center of the metal community in Bandung, both metal indie musicians and creative economic actors in the field of metal music.
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
C. Identifikasi Masalah Perancangan... 5
D. Batasan Masalah perancangan ... 6
E. Pendekatan ... 7
F. Sistematika Laporan ... 8
BAB II: KAJIAN A. Tinjauan Umum ... 7
1. Pemahaman Tipologi Bangunan ... 9
2. Perkembangan Musik Metal ... 10
3. Jenis Aliran Musik Metal ... 16
B. Tinjauan Khusus ... 19
1. Pengertian Gedung Pertunjuan ... 19
2. Perkembangan Gedung Pertunjukan ... 20
3. Klasifikasi Gedung Pertunjukan ... 21
4. Pengguna Gedung pertunjukan Konser ... 23
5. Fungsi dan Kegiatan Gedung Pertunjukan Konser ... 24
6. Deskripsi Perilaku Pementasan Pertunjukan Konser ... 25
7. Kriteria Perancangan Gedung Pertunjukan Konser ... 26
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9. Akustik ... 36
10.Parkir ... 46
C. Studi banding bangunan Sejenis ... 46
1. Taman Budaya Dago Tea House... 47
2. Sasana Budaya Ganesha ... 49
3. The Beijing Nasional Theateri ... 50
4. Chicago Millenium Park ... 53
BAB IV: ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Analisis Lingkungan dan Tapak... 69
B. Program Ruang ... 72
C. Program Bangunan ... 83
BAB V: KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Dasar ... 85
B. Konsep Perancangan Tapak ... 86
C. Konsep Fungsi, Ruang Interior dan Bnetuk ... 89
D. Konsep Struktur dan Konstruksi ... ...91
E. Konsep Pemilihan Bahan ... 92
DAFAR PUSTAKA ... 93
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bentuk-bentuk panggung gedung pertunjukan konser 22 Gambar 2.2 Bentuk Persegi Empat dan Bentuk Kipas 22 Gambar 2.3 Bentuk Lantai Tapal Kuda Dan Bentuk Tak Beraturan 23 Gambar 2.4 Bentuk Stage Panggung Musik Rock Atau Musik Keras 29
Gambar 2.5 Batas Aural dan Visual 30
Gambar 2.6 Standar Dimensi Kursi Gedung Pertunjukan 32
Gambar 2.7 Dimensi Tangga Darurat 35
Gambar 2.13 Pemasangan Resonator Panel Berlubang Tertentu 43
Gambar 2.14 Dretan Usuk Kayu Yang Bergantian 43
Gambar 2.20 Sasana Budaya Ganesha 49
Gambar 2.21 Ruang Meeting 49
Gambar 2.22 Ruang Pertemuan 46
Gambar 2.23 Auditorium 50
Gambar 2.24 Gubhan masa The Beijing National Grand Theater 50
Gambar 2.25 Sketsa Bentuk 51
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 2.29 Interior BangunanThe Beijing National Grand Theater 52 Gambar 2.30 Suasana Tapak Milenium Park Di Tengah Kota 53
Gambar 2.31 Cloud gate dan BP Bridge 53
Gambar 2.32 Suasana Eksterior Parco Della Musica 54
Gambar 2.33 Interior Hall 54
Gambar 3.1 Lokasi Proyek 58
Gambar 3.2 Rencana Pola Ruang Pembangunan Bandung Timur 59
Gambar 3.3 Kondisi Tapak Proyek 61
Gambar 3.4 View Kedalam Tapak Dari Arah Jalan Kolektor Cinambo 62 Gambar 3.5 View Kedalam Tapak Dari Arah Jalan Kolektor Cinambo 62
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 5.9 Konsep Struktur 91
Gambar 5.10 Konsep Material pada Struktur 91
Gambar 5.11 Penerapan Konsep Struktur pada Bangunan 92
Gambar 5.12 Pemasangan Papan Akustik 92
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Minimum Pintu Gedung Pertunjukan 33 Tabel 2.2 Jumlah minimum Total Lebar Pintu Keluar 34
Tabel 2.3 Standar Kebutuhan Jumlah WC 35
Tabel 2.4 Kaji Banding 55
Tabel 2.5 Sintesa Kaji Banding 56
Tabel 2.6 Sintesa Kaji abnding 35
Tabel 2.7 Kaji Banding 48
Tabel 2.8 Sintesa Perbandingan 50
Tabel 4.1 Hubungan Waktu Dengung dengan Rastio Volumen 76
Tabel 4.2 Fasilitas Ruang Konser 77
Tabel 4.3 Fasilitas Ruang Pendukung 79
Tabel 4.4 Fasilitas Ruang Pengelola 80
Tabel 4.5 Fasilitas Ruang Elektrikal 80
Tabel 4.6 Besaran Ruang Gedung Konser 81
Tabel 4.7 Besaran Ruang Pengelola 82
Tabel 4.8 Besaran Ruang Kafetaria 82
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 Kerangka Berpikir 5
Diagram 4.1 Hubungan Ruang Concert Hall 83
Diagram 4.2 Hubungan Ruang Merc Shop 84
Diagram 4.3 Hubungan Ruang Kafetaria 84
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Rencana Tapak Lampiran 2 Gambar Rencana Situasi Lampiran 3 Gambar Denah Parkir
Lampiran 4 Gambar Denah Merchendaise Shop Lampiran 5 Gambar Denah Kafetaria dan Lembaga Lampiran 6 Gambar Denah Masjid
Lampiran 7 Gambar Denah Gedung Pertunjukan Lampiran 8 Gambar Potongan A-A dan B-B Lampiran 9 Gambar Potongan C-C
Lampiran 10 Gambar Tampak Timur Lampiran 11 Gambar Tampak Barat Lampiran 12 Gambar Tampak Utara Lampiran 13 Gambar Tampak Selatan
Lampiran 14 Gambar Detil Sambungan Kolom Lampiran 15 Gambar Detail Arsitektural
Lampiran 16 Gambar Presfektif Eksterior 1 Lampiran 17 Gambar Presfektif Eksterior 2 Lampiran 18 Gambar Presfektif Eksterior 3 Lampiran 19 Gambar Presfektif Interior Lampiran 20 Gambar Presfektif Suasana
1
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perancangan
Ujungberung merupakan salahsatu kecamatan di Kota Bandung bagian timur,yang dikenal sangat kental dengan seni tradisional. Namun kultur kesenian rupanya tak lekang dari generasi muda ujungberung yang terbuka terhadap segala pengaruh kesenian, salahsatu yang kemudian berkembang selain seni tradisional adalah music rock atau metal.
Pada masa ini, pertumbuhan scene musik indie beraliran metal semakin pesat dan berkembang, berbagai pertunjukan musik underground silih berganti digelar diberbagai fassilitas publik di Kota Bandung, seperti di GOR Saparua, Lapangan Udara Sulaeman, Stadion Sepakbola, Lapangan TNI dengan jangka waktu hampir setiap minggu, namun setelah peristiwa yang terjadi di gedung AACC pada tahun 2008, dimana festival musik metal digelar dan memakan korban jiwa, serta menimbulkan berbagai isu yang meresahkan mengenai pencekalan, permasalahan dalam perizinan, standarisasi event organizer dan diskriminasi musik. Menanggapi hal tersebut, musisi metal mengubah kultur dalam bermusik terhadap kaum muda pecinta musik metal.
2
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kasar namun tidak anarkis, serta musik metal yang distorsi menyebabkan kebisingan apabila digelar di ruang terbuka.
Selain perkembangan festival musik metal, di Kota Bandung tepatnya di Ujungberung terdapat pusat berkumpulnya komunitas metal dari berbagai golongan seperti punk rock, thrash metal, death metal, grindcore, blackmetal yang saling berbaur dan secara independent mendirikan studio rekaman, konveksi, toko merchendeise. Dengan potensi demikian komunitas punkrock jalanan dapat dilibatkan dan diarahkan kedalam ekonomi kreatif yang diwadahi oleh komunitas band metal yang berada di Ujungberung.
Beberapa band seperti Jasad, Sacrilegious, Sonic Torment, Burgerkill dan Forgotten bahkan telah mampu memproduksi dan mendistribusikan album perdana mereka secara independen. Pada masa itu komunitas Ujungberung mulai membangun basis ekonomi komunitas sebagai bagian dari pemberdayaan ekonomi komunitas dengan cara membangun distroRebellion yang khusus menjual produk-produk band Ujungberung dan komunitas musik lain di Bandung. Semua murni dilakukan atas dasar dorongan insting untuk bertahan hidup. Ekonomi Kreatif, dinamika pergerakan komunitas
„underground‟ sebagai bagian dari sebuah sub kultur di Bandung khususnya di Ujungberung ternyata membawa dampak pada sikap kemandirian ekonomi. Semangat kemandirian atau independensi yang mereka usung telah mampu menjadi trigger atau pemicu bagi eksplorasi kreativitas. Tidak hanya di sektor karya musik saja namun telah meluas pada sektor ekonomi.Spirit pemberontakan yang mereka usung telah mampu menyelesaikan beberapa persoalan sosial yang ada khususnya dalam hal penyediaan lapangan kerja.Di komunitas Ujungberung sendiri sejak tahun 2004 hingga sekarang telah terbangun beberapa unit bisnis yang berbasiskan komunitas.Dari mulai usaha sablon, distro, konveksi pakaian, studio rekaman, perusahaan rekaman indiependen, jasa distribusi, studio rekaman, usaha penerbitan, toko buku dan usaha warnet. Semuanya murni dikelola oleh para pelaku komunitas
3
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
teknisi studio rekording di kota Bandung. Semuanya saling bersinergi dan menciptakan perbaikan ekonomi minimal bagi para individu dan internal komunitas. Semua bentuk kreatifitas yang diusung oleh para pelaku industri kreatif dalam hal ini adalah pelaku sub kultur telah mampu memberikan
„wajah‟ pada kota Bandung. Beberapa gelaran event musik yang digelar di Bandung selalu dijadikan tolak ukur dan parameter perkembangan musik bagi kota lain. Bentuk dan perkembangan fesyen dikota Bandung selalu menjadi trendsetter bagi perkembangan industri fesyen di Indonesia. Pada tahun 2008 hingga 2013, kota Bandung oleh British Council dijadikan proyek
percontohan sebagai „creative city‟ di kawasan asia pasifik. Sebuah kota yang memang secara budaya berhasil dibangun citranya oleh komunitas kreatif berbasiskan indiependen.
Proses pencapaian tersebut dilakukan atas dasar insting untuk bertahan hidup dalam mensikapi situasi. Jiwa yang kritis dan semangat
„pemberontakan‟ memanfaatkan potensi yang seadanya namun didukung oleh
semangat kolektivisme yang tinggi hingga berhasil mengatasi semua hambatan yang ada meski tanpa daya dukung yang kuat dari pemerintah berupa kebijakan dan fasilitas yang layak untuk mengekspresikan energi kreatif mereka. Mau didukung atau tidak mereka tidak peduli, karena secara sistem mereka telah teruji kemandiriannya. Tapi kata kunci dari segalanya adalah keteguhan prinsip. Panceg Dina Jalur, tidak gamang menghadapi perubahan. Membaca segala bentuk perubahan sebagai kulit saja bukan sebuah inti. Sehingga ketika harus menyesuaikan diri dengan perubahan tak lantas kehilangan diri tenggelam dalam euphoria di permukaan.
B. Maksud dan Tujuan
4
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bandung bagian timur,yang dikenal sangat kental dengan seni tradisional dengan anak-anak muda dengan idealismenya yang kreatif dan aktif berada didalammya. Ujungberung terdapat pusat berkumpulnya komunitas metal dari berbagai golongan dan secara independent mendirikan studio rekaman, konveksi, toko merchendeise. Dengan potensi demikian komunitas punkrock jalanan dapat dilibatkan dan diarahkan kedalam ekonomi kreatif yang diwadahi oleh komunitas band metal yang berada di Ujungberung.
Ada Beberapa hal yang menjadi rujukan utama dalam proyek ini yaitu :
1. Memfasilitasi festival musik metal dengan gedung pertunjukan yang mampu menampung massa yang banyak dengan karakter musikunderground yang beragam jenisnya,sehingga perkambangan dalam bermusik independendi Ujungberung dan Indonesia dapat teralirkan dan tersalurkan dengan adanya fasilitas, dan membawa masuk musisi metal Internasional untuk berpartisipasi dalam meramaikan keadaan dan akhirnya dapat membawa perkembangan dalam musik underground khususnya, serta peningkatan perekonomian nantinya. 2. Mendirikan lembaga untuk mewadahi kegiatan komunitas musik
undergroundyang dapat memberikan pengaruh terhadap pergerakan musik metal ke kancah internasional, dimana para musisi dari berbagai kalangan musik underground Ujungberung berkumpul dan beraktivitas menuangkan kreatfitas mereka dengan kultur Sunda Underground“Panceg dina galur”.
5
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
orang-orang yang memiliki idealisme dan menjungjung kebudayaan sunda dengan mengembangkanya sesuai perubahan zaman sehingga suku sunda asli mengakui bahwa di Ujungberung terdapat “Sunda Underground”.
4. Mengubah pandangan masyarakat terhadap band metal dan kulturnya, mereka masyarakat yang tidak mengerti dan mengetahui bahwa mereka anak-anak metal merupakan musisi-musisi kreatif yang cerdas yang mampu mengolah dan mengasah tingkat kerumitan dan kecerdasan dalam mengolah seni musik dan mempertahankan kebudayaan yang ada khususnya di Ujungberung, untuk dapat bersaing dengan perubahan zaman, masyarakat perlu mengetahui dan tidak memandang hal yang bisa, masyarakat perlu mengakui bahwa mereka tidak seratus persen menerima budaya luar negeri, baik dalam penampilan, beragama, dan berbudaya.
C. Identifikasi Masalah Perancangan
Ada tiga fokus utama permasalahan dalam perancangan dalam proyek Lembaga dan Gedung Pertunjukan Musik Metal Ujungberung, permasalahan yang dapat mempengaruhui dan menjadikan sebuah kawasan dan fasilitas yang mampu terinergrasi satu sama lain baik di dalam lahan maupun di lingkungan sekitar lahan :
1. Kawasan, penempatan fungsi bangunan gedung pertunjukan musik metal dengan lembaga dan tempat perekonomian kreatif dimana fungsi masing-masing di dalam tapak dapat terintergrasi dengan baik, dimana harus ada dalam perancangan suatu poros yang mampu menyelaraskan sekaligus memberikan batasan yang tidak memberikan kesan suatu fungsi yang terpisah satu sama lain, yang nantinya dapat beruhubungan dengan lingkungan diluar tapak.
6
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersendiri dalam orientasi ruang yang dituju sesuai dengan fungsi, akan tetapi tidak memberikan kesan pembatasan yang kasar.
3. Desain, bagaimana membuat bangunan yang menjadi ikon Kota Bandung di Ujungberung dengan ciri khas kebudayaan serta Sunda Underground yang telah ada didalamnya, dapat dikenal dan berkembang baik menjaga tradisi, dengan desain suatu kawasan kampung metal dan gedung pertujukan yang besar dapat terlihat dan memberikan ciri khasnya tersendiri.
D. Batasan dan Masalah Perancangan
Batasan, masalah dan fokus perancangan dalam proyek “Lembaga dan
gedung pertunjukan musik metal Ujungberung” yaitu pada Ujungberung dimana suatu kawasan yang terdapat seni tradisional yang berkembang disebut dengan Ujungberung rebels dan musisi musik underground. Dimana terdapat tiga fokus utama dalam fungsi perancangan yaitu:
1. Gedung Pertunjukan, dimana gedung pertunjukan merupakan rancangan terbesar dalam proyek yang akan dirancang, gedung yang didesain khusus. Bagaimanapertunjukan musik undrground dan festival musik metal yang besar dapat diwadahi dan difasilitasi sesuai dengan karakter musik yang distorsi serta penonton musik yang tidak biasa dalam menikmati musik dapat didesain dengan sempurna sesuai kebutuhan dan keamanan.
2. Lembaga Musik Metal, dimana sebuah bangunan untuk para musisi undergound Ujungberung berkumpul, serta EO didalamnya sebagai crew dalam setiap festival metal digelar. Bagaimana dalam perancangan setiap musisi underground Ujungberung dapat tetap bersatu dan dalam satu kawaasan yang berbaur dan saling mengenal untuk bersatu meski berbeda aliran dalam musik, serta dapat menjunjung tinggi tradisional sunda underground yaitu panceg dina galur.
7
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
undergrounddidalamnya. Bagaimana pusat komersial pada kawasan dapat dimasuki atau dikunjungi oleh semua kalangan tanpa memandang pencinta musik metal, semua orang dapat memasuki dan merasa nyaman dan menemukan suasana yang baru.
E. Pendekatan dan Gambaran Capaian yang Dituju
Ada lima tahapan perancangan dalam merumuskan konsep bangunan, yaitu:
1. Lokasi, Ujungberung pada kawasan industri dan terdapat persawahan, dimana bangunan akan didirikan di persawahan dan kawasan industri sebgai bangunan yang mengkeritisi sebuah perkembangan jaman yang mengikis alam, bangunan akan alami atau natural menyelaraskan dengan pesawahan dan mateial yang digunakan pada bangunan akan berpotensi ramah terhadap lingkungan.
2. Tujuan Perancangan, bangunan iconic kesan memiliki ciri khas tersendiri dan terkesan megah, yang ditujukan oleh fungsi-fungsi bangunan yang besar dan menyatu serta bentangan yang akan membuat suatu ikon yang khas degan strktur.
3. Tipologi,kesan dinamis, natural dan alami menyesuaikan dengan konsep pada lingkungan sekitar tapak.
4. Fungsi Utama, program ruang sangat kompleks dan memiliki standar, bentuk yang futuristik, dinamis dan berpatahan dengan keadaaan struktur yang membentang.
8
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Sistematika Pelaporan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang dan alasan pemilihan kasus proyek, tujuan perancangan yang dicapai, permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam perancangan, pendekatan perancangan, serta sistematiaka penulisan laporan.
BAB II KAJIAN
Berisi mengenaikajian, yang berupa eksplorasi teoritis yang terkait dengan aspek permasalahan yang akan dipecahkan nantinya secara arsitektural pada bangunan yang dirancang
BAB III DESKRIPSI PROYEK
Berisi mengenai deskripsi proyek, seperti gambaran umum (lokasi, luas lahan, luas dan tinggi bangunan, pemilik, sumber dana, kelengkapan fasilitas. Rona lingkungan (peraturan pembangunan setempat KDB/KLB, view lokasi, utilitas lingkungan, potensi tapak) serta eaborasi temayang digunakan ada perancangan.
BAB IV ANALISIS PERANCANGAN
Bab ini menjelaskan mengenai analisis pada tapak serta berisi tentang pemograman ruang ada bangunan.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
57
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
Pemilik Proyek : Komunitas Ujungberung Rebels
Pemilik Dana : Swasta (komunitas, perusahaan/pengembang) Lokasi : Jalan Rumah Sakit, Kawasan Industri dan
Koefisien Dasar Bangunan : 60% Koefesien Lantai Bangunan : 1,2 Koefesien Dasar Hijau : 25%
Garis Sempadan Bangunan :1/2 x Lebar rumija
B. Lokasi
Lokasi yang diambil adalah di Bandung bagian timur yang sedang berkembang, yaitu Ujungberung salah satu Kecamatan di Kota Bandung, provinsi Jawa Barat, Lokasi tersebut dipilih karena berbagai alasan, yaitu dimana letak Ujungberung merupakan kawasan dimana pertumbuhan scene musik independen beraliran metal lahir dan pertunjukan musik underground banyak berawal digelar dan menyebar di Kota bandung. Banyaknya pertumbuhan Industri di Ujungberung tidak mewadahi komunitas musik metal Ujungberung.
58
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
juga pekantoran-perkantoran serta fasilitas umum seperti rumah sakit. Lokasi tapak untuk proyek Gedung Pertunjukan Musik Metal berada di tanah lapang yaitu pesawahan dimana area pesawahan tersebut telah berdiri satu bangunan pabrik kaca dan karet, dengan tanah yang lapang dan viewke tapak yang membentang lebar hijau pesawahan dan skyline bukit manglayang tidak banyak di daerah perkotaan lokasi yang masih seperti didaerah pedesaan, lokasi ini sangat ideal dengan konsep yang akan dirancang dimana mengusung tema berserta konsep bangunan sebagai estetika, berfilosofi bahwa salah satu pabrik yang berdiri di sawah tersebut merupakan sesuatu yang kontras dan proyek rancangan akan membisakan dan menyelaraskannya dengan lingkingan sekitar dan menentang sesuai dengan karakter musik “underground”Ujungberung.
Lokasi lahan yang akan dibangun gedung pertunjukan musik metal, terdapat garis tegas yang menggambarkan bahwa site akan terlihat jelas tanda yang tegas dengan bangunan dan lingkungan sekitar dan terdapat garis putus-putus yaitu menggambarkan perancangan bangunan seolah tidak dibatasi dengan adanya batas yang tegas.
59
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Site view yang menghadap pesawahan akan berpacu terhadap konsep-konsep yang telah di rencanakan serta mendukung tema yang akan didirik
SITE PROJECT
60
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sesuai dengan tata guna lahan yang telah direncanakan, lokasi proyek berada pada kawasan industi dan pegudangan, dan area perumahan kepadatan rendah, dan lokasi proyek pada rencana berada di awal sebelum gerbang tol gedebage tepat berada di utara rencana Bandung Teknopolis. Dimana lokasi proyek dapat menjadi sebuah bangunan yang menjadi estetika pada awal dibagian sudut lain dari rancangan yang telah ada.
1. Analisis dan pentapan lokasi
Bermain musik merupakan kegiatan yang banyak diminati oleh semua kalangan, para pelajar, ibu-ibu rumah tangga, dan juga para pekerja di usia produktif. Akan tetapi tidak semua orang menyukai jenis musik metal Underground, hanya orang yang memiliki daya tarik tersendiri yang mampu menyukainya, dengan caranya. Oleh sebab itu, musik direncanakan dekat dengan fasilitas pemukiman, fasilitas pendidikan, serta perkantoran, dan yang paling utama dimana musik itu muncul dan dilahirakan yaitu di Ujungberung, dan Sunda Underground lahir.
a. Eksisting lokasi tapak rancangan
1) Utara : Bangunan Pabrik Karet dan Kaca 2) Selatan : Jalan Kolektor Cinambo
3) Barat : Area Pesaahan Lapang
4) Timur : Jalan Kolektor Primer Rumahsakit Ujungberung b. Pecapaian
Untuk gedung pertunjukan yang diharapkan akan ramai dikunjungi orang, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Mudah diakses dari tempat-tempat penting diluar site (bahkan akan lebih baik bila dapat dicapai dengan berjalan kaki), seperti hotel, terminal, bandara, pelabuhan, pusat perbelanjaan, bank, dan lain-lain.
2) Transportasi menuju dan keluar site mudah didapat.
61
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Area Pelayanan
1) Gedung ini didirikan untuk mengakomodasi peminat seni musik underground metal yang ada di Ujungberung dan Kota Bandung yang ingin mempertahankan dan memperjuangkannya dalam istilah “panceg dina galur”.
2) Melayani kebutuhan masyarakat kotaBandung akan fasilitas rekreasi.
3) Melayani kelompok masyarakat kotaBandung semua golongan dan mecakup semua kota di Indonesia bahkan luar negeri.
d. Persyaratan Lain
1) Jaringan Utilitas tersedia 2) Jaringan telepon tersedia C. Rona Lingkungan
Lokasi proyek berada pada lahan yang datar permukaan tnahnya, jenis tanhanya yaitu jenis tanah sawah, dimana tepat di atas pesawahan rancanagn bangunan akan didirikan. Kondisi tapak cukup “hijau” (tidak gersang), tidak ada pohon di tengah tapak, tetapi tidak banyak pohon rindang di sekeliling tapak. Tidak ada perbedaan ketinggian lahan yang signifikan pada lahan ini, sehingga tidak terlalu menghambat proses perancangan.
Kondisi tapak bisa dilihat pada gambar berikut:
62
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lokasi dikelilingi oleh fasilitas-fasilitas publik yang tidak jauh jaraknya yang mampu mendukung dan berhubungan satu sama lain, baik antara tapak dan sekitarnya, adanya proyek ini merupakan fasilitas yang menarik dan unik, dimana para komunitas musik metal Ujungberung berkumpul menjadi satu kesatuan, dan membuat suasana kawasan Ujungberung dengan kawasa industri menjadi lebih hidup dan ramai, dibandingkan yang ada skarang. Batasan-batasan yang ada di sekeliling tapak antara lain:
Terlihat skyline bukit manglayang menjadi latar belakangnya, suatu keindahan dan sebelah kanan dari gambar diatas menunjukan jalan konektor cinambo dan site berada di tengah perindustrian Ujungberung.
Gambar 3.4 View Kedalam Tapak Dari Arah Jalan Kolektor Cinambo Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
63
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lokasi Perancangan berada di Ujungberung, Kota Bandung, aktivitas masyarakat dan kebutuhan akan fasilitas publik, khususnya para musisi, komunitas dan pecinta Musik Underground Metal. Ujungberung tepatnya JL. Rumahsakit merupakan Lokasi yang potensial untuk pengembangan sebuah gedung pertunjukan Musik Metal.
A. Elaborasi Tema
1. Definisi Arsitektur Dekonstruksi
Dekonstruksi adalah istilah yang digunakan pertama kalinya pada tahun 1967, oleh Jacques Derrida, seorang ahli bahasa yang juga filsuf dan budayawan Perancis kelahiran Algeria, tahun 1930. Pakar ini menelaah secara radikal teori ilmu bahasa yang pada
Kata „dekonstruksi‟ dipergunakan Derrida dalam buku De la Grammatologie, di mana kata tersebut merupakan terjemahan dari istilah Heidegger, yaitu: destruktion dan abbau. Dalam konteks ini, keduanya mempunyai kesamaan pengertian sebagai: operasi yang dilakukan atas struktur atau arsitektur „tradisional‟ dari konsep dasar ontology atau
64
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
metafisik barat (occidental). Tetapi dalam bahasa Perancis, istilah destruction mengimplikasikan suatu pengancuran total, tetapi Derrida tidak menginginkan adanya penghancuran yang total itu. Untuk itulah Derrida memakai kata „deconstruction‟ yang diketemukannya dalam Littre untuk menandai maksudnya dalam bahasa Peranciswaktu itu menganut Strukturalisme yang pernah dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure antara tahun 1906-1911.
Peter Eisenman memandang Arsitektur juga sebuah teks, dibangun dengan tanda-tanda. Ia merancang sebuah Arsitektur yang tidak menutup, tidak menyatukan atau menyeluruh, akan tetapi membuka, menghambur, membagi dan dengan demikian mendekati situasi ketidakpastian mendasar manusia. Ia menolak kepastian dan nilai lama dan ingin memperbaiki Arsitektur menjadi kekuatan positip dalam dunia, yang mampu memdidik dan berkomunikasi. Ia selalu mencari pembenaran linguistik dan filsafat Filsafat dekonstruksi Derrida sangat relevan karena menawarakan pemahaman dan perspektif baru tentang arsitektur, sehingga proses pemikiran kembali (rethinking) premis dan kaidah tradisional arsitektur dapat dilakukan. Dekonstruksi telah menggariskan prinsip-prinsip penting sebagai berikut : (Iwan Sudrajat, Sketsa, edisi 11, 1995, hal-24)
a. Tidak ada yang absolut dalam arsitektur. Tidak ada satu cara atau gaya yang terbaik, atau landasan hakiki di mana seluruh arsitektur harus berkembang. Gaya klasik tradisional, modern dan lainnya mempunyai posisi dan kesempatan yang sama untuk berkembang. b. Tidak ada ontologi dan teologi dalam arsitektur. Tidak ada tokoh
atau sosok yang perlu didewakan atau disanjung.
c. Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus segera diakhiri.
65
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. “Visiocentrism” atau pengutamaan indera penglihatan dalam arsitektur harus diakhiri. Potensi indera lain harus dimanfaatkan pula secara seimbang.
f. Arsitektur tidak lagi identik dengan produk bangunan. Arsitektur terkandung dalam ide, gambar, model dan fisik bangunan dengan jangkauan dan aksentuasi yang berbeda.
2. Dekonstruksi dalam Arsitektur
Arsitektur sebagai suatu rancang-bangun yang berdasar pada faktor utama konstruksi dan estetika. Arsitektur dalam konteks bahasan ini dapat dilihat sebagai suatu “struktur” yang ber-grammar (tata bahasa). Oleh karena itu pemahaman “pembacaannya” berakar erat pada pemahaman filosofis dan kemampuan membacanya (literate).
Penggunaan istilah dekonstruktif dalam arsitektur sendiri sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1920 semasa perkembangan arsitektur avant-garde di Rusia. Pada masa itu konstruktif lebih dipandang sebagai metoda dari pada style (gaya). Hal ini bisa dilihat dari beberapa karya arsitek masa itu seperti Rodchenko dan Chernikov yang menjadikan arsitektur sebagai agenda teknologi dan bukan sebaliknya.
Secara substantif, metaphora dekonstruktif yang dilandasi oleh konsep filosofi-anti ini mempunyai ekspresi-ekspresi yang berada diantara pemahaman rasional dan irasional. Oleh karena itu pemahaman secara ilmiah saja tidaklah cukup, dituntut suatu kemampuan imajinasi. Kemampuan imajinasi memiliki kelemahan karena ketidakterbatasannya dan akan menjadi sesuatu yang esensial hanya apabila hasilnya bisa dikontrol dengan pemahaman.
66
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disebabkan oleh adanya pembatasan penerimaan keabsolutan terhadap keaslian bentuk-bentuk geometri yang selama ini dikenal. Esensi bentuk bukan merupakan indikator utama dalam Arsitektur Dekonstruksi. Indikator utamanya adalah esensi makna dan simbol. Mendasarkan konsep makna/simbol sebagai suatu esensi kehidupan, maka penelusurannya akan sampai kepada simbol tertua yang lahir dari kehidupan manusia yaitu bahasa. Dari pendekatan inilah struktur.
3. Preseden Dekonstruksi
a. Frank Gehry
Frank Gehry memulai dari beberapa rumah tinggal di California, kemudian museum Aerospace di Santa Monica, dan Restoran ikan di Kobe. Kesemuanya tampak sebagai suatu ekspresi scluptural (barang seni) dari pada wadah suatu fungsi. Sosok solid masif mengesankan kenihilan atau suatu the presence of absence. Di dalam mengkomposisikan ruang dan bidang tidak nampak prinsip-prinsip order dari arsitektur klasik yang digunakan seperti : unity, harmony, dan balance. Secara keseluruhan bangunan meninggalkan citra sebagai suatu komposisi yang retak, terpuntir, dan berkesan belum selesai.
67
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Peter Eisenman
Peter Eisenman yang melambung oleh karya-karyanya yang dekonstruktif seperti House sampai dengan House X, mendasarkan komposisi ruang-ruangnya pada komposisi yang memutarbalikkan order-order dalam arsitektur klasik. Ruang-ruang ciptaannyadiwarnai oleh berbagai patahan, ruang-ruang melayang, dan balok-balok yang berkesan berterbangan. Secara keseluruhan komposisi ruangnya sangat naratif dan mampu mengungkapkan komposisi superposisi dari sebuah perjalanan sejarah masa silam, merasakan masa kini, dan sekaligus melayangkan lamunan ke masa datang.
c. Rem Koolhaas
Rem Koolhaas mendasarkan karya-karyanya pada konsep kombinasi tipologi. Beberapa karya besarnya seperti Apartemen di Belanda, Berlin, dan Florida membuktikan bahwa tipologi akan menjadi acuan utama dalam menampilkan blok-blok maupun façade yang sangat diwarnai oleh sosok-sosok abstrak yang terdiri dari kotak-kotak kaca yang sangat repetitif dan tiba-tiba dipecahkan oleh beraneka macam motif grafis seperti segitiga merah, balkon-balkon kuning, dan kotak-kotak biru. Baik dari penggunaan bahan
Gambar 3.9 : House X
68
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
maupun pemilihan warnanya nampak jelas tidak lebih hanya merupakan unsur komersial dari pada artistik.
d. Zaha Hadid
Zaha Hadid menjulangkan struktur berlapis yang berkesan lentur pada karya-karyanya. Denah bersusun dengan dimensi yang berbeda akan menciptakan komposisi void dan solid yang sangat kaya dan sekaligus tidak efektif. Filosofi “anti” tercermin dalamberbagai konsep “dis-“ dan “de-“ pada semua karyanya yang anti pusat, anti as, antisimetri, anti seimbang, anti selaras, dan anti fungsi. Berbagai hal tersebut diatas telah menempatkan dirinya sulit dikelompokkan dalam arsitektur pasca-fungsionalis karena bukan termasuk pasca-modern maupun neo-klasik. Karyanya sebenarnya cenderung kepada pasca-strukturalis atau sejalan dengan dekonstruksi.
85
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KONSEP PERANCANGAN
A. Konsep Dasar
Pada dasarnya konsep perancangan yang yang diambil yaitu dari tema arsitektur sebagar estetika, agar menjadi pusat perhatian dan diketahui keberadaannya oleh semua orang. Bentuk yang akan dibangun jelas sesuai dengan fungsi dan nilai yang terkandung dalam makna musik beraliran keras yaitu metal atau musik underground ujungberung.
Diagram 5.1 Konsep Dasar
Ujungberung merupakan sutu lokasi yang mempengaruhi konsep dimna bagunan ini akan berdiri, bukan hanya dalam pemilihan lokasi yang strategis dengan lingkungan sekitar, melainkan ujungberung memiliki sejarah penting bagi musik metal underground dan disini pun konsep perancangan berdiri akan mengkeritisi lingkungan dengan bangunan yang memiliki konsep sclupture.
86
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Diagram 5.2 Alur Konsep
B. Konsep Perancangan Tapak 1. Pemintakatan
Area Tapi dibagi menjadi bebebrapa area yaitu :
a. Area Publik, yaitu fasilitas gedung Pertunjukan, ruang terbuka hijau dan fasilitas parkir pengunjung. Area ini bisa dicapai oleh seluruh pengguna dan pengunjung umum.
b. Area Semi Publik, meliputi area lembaga metal dan kantor pengelola. Area ini hanya dapat diakses oleh pengelola dan Musisi metal. Ditempatkan diantara area publik dan privat sebagai penghubung aktivitas antara area publik dan area privat.
c. Area Privat, yaitu Area ini hanya bisa diakses oleh pengelola dan musisi serta crewacara, monster stage dan ruang artis sebelum tampil.
d. Area Servis, area servis di tempatkan mengikuti kebutuhan dari area yang lain seperti oprator lighting, video proyektor, keamanan, kebersihan dan perawatan.
87
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tata Letak
Pengelompokan bangunan pada tapak ditempatkan berdasarkan sifat dan jenis kegiatan. Penempatan Massa bangunan pada tapak merupakan respon dari analisis pada tapak tersebut. Pola linier diterapkan untuk menciptakan sirkulasi yang jelas bagi pengguna, dan konsep tektonik pada sirkulasi pejalan kaki untu melalui beberapa gedung.
Terdapat 1 grid yang diberntuk pada tapak, yaitu grid yang terbentuk selaras dengan arah view dari jalan yang dilalui oleh orang
Gambar 5.1 Pemintakatan Sumber : Dokumentasi Penulis, 2015
88
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dari jalan dan sekaligus orientasi fasade pada view sawah yang membentang luas.
Untuk area perkerasan merupakan area pembangunan yang menempel pada tanah sawah seperti gedung parkir, gedung merch shop dan gedung pertunjukan, unyuk selebihnya menggunakan struktur panggung agar sawah tetap ada d bawahnya.
89
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Konsep Fungsi, ruang interior, dan bentuk
1. Konsep Bentuk dan fungsi
Konsep distorsi garis pola, sebagai acuan bentuk bagunan dengan penempatannya
filosofi bentuk alami dari betukan alam, keras dan mengikat “Panceg dina Galur”
Gambar 5.4 Pola Bentuk Sumber : Dokumentasi Penulis, 2015
90
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konsep view ke bangunan, dengan didasari tanah sawah yang membentang lebar
2. Konsep ruang Interior
Konsep cerobong surya dan akustik atap pada interior Gambar 5.6 Konsep View Sawah
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2015
91
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Konsep Struktur dan Konstruksi
Gambar 5.8 Konsep Akustik pada Atap Sumber : Dokumentasi Penulis, 2015
Gambar 5.9 Konsep Struktur Sumber : Dokumentasi Penulis, 2015
92
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Konsep Pemilihan Bahan
1. Untuk material akustikSelectsound Black
papan akustik membantu memberikan kualitas reproduksi audio
tertinggi dengan mengurangi gema suara dalam ruang. Transfer
suara dari ruang untuk ruang juga terasa berkurang.
SelectSound Hitam papan akustik memberikan kinerja akustik
yang sangat baik untuk multipleks bioskop, studio suara dan
pertunjukan seni. Tergantung pada ketebalan tertentu, SelectSound
Hitam papan akustik menyerap hingga 100% dari suara mencolok
permukaannya.
Koefisien pengurangan kebisingan dari SelectSound Hitam
papan akustik berasal dari tes yang dilakukan sesuai dengan ASTM
C 423 pada Tipe A pemasangan.
Gambar 5.11 Penerapan Konsep pada Bangunan Sumber : Dokumentasi Penulis, 2015
Gambar 5.12 Pemasangan Papan Akustik Sumber : www.archdaily.com Sumber : Dokumentasi Penulis, 2015
93
Tresna Lugina Kusmana, 2015
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK METAL UJUNGBERUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Appleton, Ian. 2008. Buildings for the Performing Arts. London: The Architectural Press Ltd.
Association of British Theatre Technicians. 1972. Theatre Planning. London: The Architectural press Ltd.
De Chiara, Joseph 1973. Times Saver Standard for Building Types, London: McGraw- Hill Inc.
Hardy, Hugh. 1932. Building Type for Performing Arts Facilities. New Jersey : John Wiley & Sons, Inc
Hammond, Michael. 2006. Performing Architecture. London: Merrel Publisher Ltd.
Sugono, Dendy dan Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Juwana, Jimmy S. 2005. Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga
Neufert, E. 2002. Data Arsitek. Jakarta: Erlangga
Situs Resmi Burgerkill
http://www.Burgerkilloficial.com
Situs Resmi Archdaily