PERPUSTAKAAN F rSk* iJH
TGL TERIMa : *<*? -• J . £L£>cQ
NO. JUDUL
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK (KOWSERJINDCg^'
Dl JAKARTA
" Ekspresi penerapan struktur bentang lebarpada penampilan
bangunan "
I MILiK PfckP^TAKAAfl
FAKULTAS TutfK Sfl Mil
DISUSUN OLEH :
TIRA ARYANTI TUANAYA (03512152)
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEHNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA 2007/2008
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK (KONSER) INDOOR Dl
JAKARTA
EKSPRESI PENERAPAN STRUKTUR BENTANG LEBAR PADA PENAMPILAN
BANGUNAN
MUSIC CONCERT INDOOR BUILDING IN JAKARTA WIDE SPAN STRUCTURE AS BUILDING EKSPRETION
Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh
Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia
DISUSUN OLEH :
TIRA ARYANTI TUANAYA 03 512 152
JOGJAKARTA, SEPTEMBER 2007
Menyetujui, Dosen Pembimbing
(Ir. Etik Mufida, M. eng. )
Mengetahui,
Jurusan Arsitektur
-Hr Hastuti Saptorini, MA. )
2
13
IDA.U
% X
IDJ <y \-icss:
CDcs
* -Pv-i
s.<V35 y-iTSTSi*»cs cs133D£ -S3^
v/1s:cs cscs_s -pTS«?sVcs
csp-
33P-cscs
_£
*£
-S3—>
CD cs
cscs/T)* v-iP-$'
CS
csCD Sics-p CSp~cs£s:
_ST COcs
V CD
-P cs^i <4Ji cs\-ics
Sics
A cssi
-p -S3
cscs
cs-S3»/) Qo JS3-S3CS cs cs
sics
-S-p p-cs•vCs)^X^ CD
—>s
? CD
^cs P-Q3D 3<£ cs i CSCD-pcs^«?CDScs<SiTS
CD"CS^cs 13cst! —113^<o-sa -SI/)-p3Ncs CDCD1CD p-cs -<s1^
<J)CSsi
3D-pcs CScs3
-S3
V)I/)
cssi
cs3DCS 2cssp-cs 3sicssiTScssics-S3CSsi.s:cs-S32 CDCS3Dcs3D£A-cscscs CDCS3Dcs
CSA-
cs.s:
csCD
CS>-
-pcs
cs-S
csics"CS
csfr 3sicscs3D<cscsg-sicsCD g-S3Sics-p§f"CScssidcsocsfcscs"CScssisicsCD cs
-S3gS343
cs3D
Sics
csSi
csCDCD
-pcs
cs~1 3sics-S3-SCS3DcsSicscssi
csoA csocs-cscs-pcsp-csCDCDsiCDcsTS•V)csfits.TSCDcs3D
cs"5-p
cscs
Akhirnya 4 tahun telah berlalu, banyak dukungan dan kenangan yang kampus
FTSP ini berikan untukku. Kini setelah semua usai, kupersembahkan buah hasil kuliah ini kepada orang-orang terkasih disekelilingku scbagai tanda
trima kasihku yang sangat:
Kakakku tersayang Leily Rani Tuanaya, teman mainku dari kecil, pengganti mama dan papaku, orang yang selalu mcngerti aku, menjagaku, membantuku
tanpa minta balasan apapun. Orang yang selalu aku bikin repot saat aku
susah, sedih dan sakit.
Adikku tercinta Fara Aldila Tuanaya, orang yang selalu memberikan
dukungan dengan omelan-omelannya yang kadang membuat aku pusing.
Adik-adik spupuku tercinta QQ, Lung dan Githa, Azwar dan Shinta, Farid, dan leal. Terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya selama ini.
Semoga adik-adikku ini bisa menyelesaikan kuliahnya masing-masing dengan
baik. Maaf kalau kakak jarang punya waktu bersama kalian.
Gunawan Saputra,,, hore„,akhirnya kita bisa lulus bareng!!! Orang ini aku kenal pertama kali aku menginjakkan kakiku di kampus tercinta FTSP, orang
ini juga yang setiap saat bersamaku dalam waktu 24 jam melakukan hal-hal
gila bersama, menjadi pendorongku di saat aku jatuh. Dia banyak mengambil
bagian dalam hidupku. Suka dan duka selama kuliah kami lewati bersama.
Hingga nanti saat aku meninggalkan kampus ini bahkan kota ini, dialah orang
yang terakhir bersamaku. Walaupun kadang dia selalu bikin aku sebel dengan usilan-usilannya... Tapi aku yakin dia akan merindukan aku saat kami
sudah tidak bersama. Makasih atas semua dukungannya NANA alias NANCE,„yang pasti,„aku akan sangat merindukanmu.
Citra Fitriany,,, wanita yang satu ini temanku mulai dari ONDI. Kata orang kami kembar siam. Kemana-mana selalu berdu. Disaat g'ada dia, aku seperti
anak ayam kehilangan induk, gitu juga sebaliknya. Aku salut soma dia, aku mau minta maaf kalau selama ini aku sering bikin dia susah dengan semua
masalahku. She is my best friend!!! Aku Cuma bisa berdoa semoga apa yang
dia inginkan bisa terkabul. Amiiin!!!
Deri Awaliana,,, aku mau ngucapin trima kasih buat AA yang satu ini.
Makasih atas semua dorongan-dorongannya walaupun kadang aku sebel karena lebih sering meremehkan aku. Tapi itulah Deri,,, aku juga mau minta
maaf kalau banyak buat salah. Thanks untuk semuanya.
Septian Dwi Martha, orang yang pernah mengisi relung hatiku dan yang mendorongku untuk cepat tutup teori. Terima kasih atas semua kenangan
dan dukungan yang kau berikan selama setahun lebih ini.
Teman-teman seperjuanganku di jurusan Arsitektur 03, anak-anak AK 23, Rombongan Elma, Rombongan Fani, Rombongan Power Puff Girl, dan teman-
teman Arsitek 03 lainnya yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu.
Terima kasih atas semua kisah indah yang pernah tergores saat kita kuliah.
Anak-anak Arsitek 02, Anak-anak Hukum 04, Anak-anak Base Camp Ling 03,
Anak-anak Barack, Anak-anak Coffe Break yang jadi teman-teman nongkrongku saat luang. Terima kasih atas canda tawanya.
Sahabat-sahabatku Majapahit Genk's yang selalu mendoakanku. Semoga kita
semua sukses dan bisa reuni saat semua sudah berhasil.
Hesti, Ut, Bang Dila, Bang Am, Bang Koko, Bang Ideth, Eq, Mba Santi, Pai, Keluarga Cendana dan teman-teman Ambon seperantauan di Jogja yang tidak akan cukup selembar kertas kalau disebutkan satu-satu, semoga cepat
selesai semua dan bisa pulang membangun Maluku.
Makasih buat Ibu kantin FTSP dan Mba Warung depan Base Camp, yang
selalu mau menyediakan waktu buat dengerin keluh kesahku.
KATA PENGANTAR
*y QLSSj ^i
Ass,ala\M,u'alalhu\AA. vw. wb
Alhamdulillahirrabbiralamin, Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, atas nikmat, rahmat, karunia dan hidayah-Nyalah, maka penyusunan Tugas Akhir berjudul : GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK (KONSER) INDOOR Dl
JAKARTA dengan penekanan pada "Ekspresi Penerapan Struktur Bentang Lebar pada Penampilan Bangunan" ini dapat diselesaikan dengan baik sebagai bentuk transformasi ilmu yang telah dienyam selama bangku kuliah ini.
Shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.
Namun dalam penyusunan Tugas Akhir ini, tidak hanya usaha dari kami
selaku penulis hingga semuanya dapat berjalan dengan lancar. Banyak
masukan-masukan dan bantuan dari pihak-pihak lain dalam bentuk dan
kapasitas berbeda yang sangat membantu dalam proses penyelesaiannya.
Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang turut andil dalam keberhasilan penyusunan Tugas Akhir ini:
1. Bapak Dr. Ir. Ruzardi, MS. Selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Universitas Islam Indonesia.
2. Ibu Ir. Hastuti Saptorini, MA. Selaku Ketua Jurusan Arsitektur Universitas
Islam Indonesia.
3. Bapak Ir. Hanif Budiman, MSA selaku Kepala Studio Tugas Akhir.
4. Ibu Ir. Etik Mufida, M.eng. sebagai dosen pembimbing, ibu sekaligus teman yang telah sudi memberikan tuntunan berupa kritik dan saran yang
membangun dengan penuh kasih sayang serta memberikan kemudahan
dan pengertian atas semua hambatan yang sangat merisaukan penyusun
selama pengerjaan Tugas Akhir ini.
5. Bapak Ir. Suriyanta, Msi. Selaku dosen penguji. Trima kasih atas kritik dan
saran yang sangat membantu dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.
6. Ayahandaku Ibrahim Tuanaya dan Bundaku Fatma sebagai orang-orang
yang menjadi salah satu alasanku menyelesaikan kuliah dan melewati
semua rintangan yang ada selama ini.
7. Kakakku Leily Rani Tuanaya teman seperjuanganku di Jogja yang selalu mendukung dan membantuku selama kuliah, adikku Fara Aldila Tuanaya
sebagai motifator dan profokatorku.
8. Adik-adikku QQ, Lung, Azwar, Farid, leal dan all of my family.
9. Sahabat dan para soulmateku Gunawan, Citra, Deri, yang selalu jadi
motifator dan supporterku di saat aku letih melangkah.
10. Teman-teman sependeritaanku, Bang Ardy, Mbak Vika, Mbak Tika, dan
Lisa.
11. Mas Wisnu, Mas Aji dan Mas Bowo, yang turut andil dalam kelancaran
Tugas Akhirku.
12. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu. Terima kasih atas
semua dukungannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kedangkalan dalam pembahasan, untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga
laporan ini dapat berguna dan bermanfaat sebagai tambahan khasanah
pustaka dan keilmuan bagi kita semua. Amin.
ws,s.alaiM.u'alalkum. vw. wb
Jogjakarta, September 2007
penyusun
Tira Aryanti Tuanaya
ABSTRAKSI
Dewasa ini perkembangan dunia musik di Indonesia khususnya di Jakarta sangat signifikan. Hal ini terindikasi dengan banyaknya bermunculan
penyanyi-penyanyi baik dalam bentuk group maupun solo karier. Dengan
adanya perkembangan ini, para entertainer melihat ini sebagai suatu peluang bisnis, dengan mengadakan konser-konser musik. Namun, tidak adanya wadah yang layak untuk digunakan sebagai gedung pertunjukan musik yang
berskala besar merupakan halangan untuk memberikan kepuasan bagi
penikmat musik di Jakarta.
Permasalahan yang diangkat disini adalah bagaimana merancang bangunan gedung pertunjukan musik dengan penekanan pada ekspresi
struktur bentang lebar pada penampilan bangunan. Namun dalam hal ini
tetap mengutamakan kualitas sistem akustik yang baik dan layout fungsi
ruangnya dengan melihat pada fleksibilitas penggunaan ruang konser untuk
tiap jenis musik yang akan diwadahi. Sehingga dalam merancang sangat diperhatikan sistem pemantulan dan syarat-syarat yang berkaitan dengan
pencapaian kualitas akustik yang maksimal.
Struktur yang digunakan merupakan ekspos struktur pelengkung
dengan bentang yang sangat lebar mencapai 100 m. dimana dalam merancang
struktur bentang lebar ini dibutuhkan tinjauan desain dalam hal gaya, momen dan material yang akan digunakan. Mengingat kebutuhan ekspos
struktur dikaitkan dengan ketahanan terhadap cuaca. Selain itu tiang
penyangga yang berbentuk yterbalik, yang merupakan tiang untuk
penyangga tempat duduk penonton yang bertrap juga difungsikan sebagai
repetisi struktur yang sangat menarik untuk diekspos.
DAFTAR ISI
BAB I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belak£
1.2. Rumusan Permasalahan
1.1. Latar Belakang
3
1.2.1. Permasalahan umum 3
1.2.2. Permasalahan Khusus 3
13. Tujuan dan Sasaran 3
1.3.1. Tujuan
1.3.2. Sasaran
1.4. Ruang Lingkup Pembahasan 4
415. Metoda Pembahasan
4
1.5.1. PencarianData...
4
1.5.2. Analisis _
5
1.5.3. Tahap Konsep Desain 5
1.5.4. Skematik Desain. c
o
1.6. Kerangka Berpikir
1.7. Sistematika Pembahasan 7
1.8. Keaslian Judul
8
1 9. Spesifikasi Proyek
8
1.9.1. Kriteria Pemilihan Lokasi 8
1-9-2. Tapak '.'.'."."".'.'"lO
1.10. Profil Pengguna Bangunan ^
BAB II. STUDI STRUKTUR BENTANG LEBAR DAN AKUSTIK
2.1. Struktur bentang lebar pada gedung pertunjukan musik 13
2.1.1. RangkaBatang 14
2.1.2. Struktur Lipat 17
2.2. Sistem akustik pada gedung pertunjukan musik 19
2.2.1. Akustik dalam Ruangan 19 2.2.1.1. Kelakuan Bunyi dalam Ruang Tertutup 19 2.2.1.2. Persyaratan Akustik dalam Ruang Konser...23 2.2.1.3. Ruang-ruang dalam Gedung Konser 28
2.2.2. Akustik Luar Ruangan 35
2.2.3. Material Pengendali Bunyi 36
2.3. Studi Kasus 37
2.3.1. Gedung Pertunjukan di Jakarta 37
2.3.1.1. Jakarta Convention Center 37
2.3.2. Gedung Pertunjukan di Luar Negeri 39 2.3.2.1 Queen Elizabeth Hall, London (1967) 39 2.3.2.2. Royal Albert Hall, London, England (1871).. 39
2.3.3. Modifikasi Model Panggung 40
2.3.3.1. Panggung terbuka 40
2.3.3.2. Panggung Proscenium dan Arena 41
BAB III. ANALISIS PERMASALAHAN
3.1. Ruang-ruang dalam Gedung Pertunjukan Musik 42
3.1.1. Ruang Utama 42
3.1.2. Ruang Pengelola 43
3.1.3. Ruang Pendukung 44
3.1.4. Ruang Servis 45
3.1.5. Parkir 45
3.1.6. Peruangan 46
3.1.6.1. Denah Panggung 46
3.1.6.2. Denah Ruang Konser dan Panggung 48
3.1.6.3. Selubung Ruang 51
3.2. Pengolahan Struktur dan Material 57
3.2.1. Struktur 57
3.2.2. Material Struktur 59
3.2.2.1. Baja 60
3.2.2.2. Beton Prategang 60
3.3. Analisa Kebisingan 62
3.3.1. Kebisingan 62
3.3.2. Penanggulangannya 63
3.4. Hasil evaluasi tahap proposal 66
BAB IV. DESAIN SKEMATIK
4.1. Site 67
4.2. Sirkulasi ke Dalam Site 68
4.3. Zonning Ruang 69
4.4. Sirkulasi dalam Bangunan 70
4.5. Dinding 72
4.6. Panggung 73
4.7. Masa Bangunan 74
4.8. Struktur 75
4.9. Selubung Atap 76
4.10. Potongan 77
4.11. Langit-langit 78
4.12. Lantai 79
4.13. Tampak Depan 80
4.14. Hasil evaluasi tahap desain skematik 81
BAB V. PENGEMBANGAN RANCANGAN
5.1. perubahan dalam tahap pengembangan 82
5.1.1. Situasi 82
5.1.2. Siteplan 83
5.1.3. Denah 84
5.1.4. Tampak 85
5.1.5. Potongan 86
5.1.6. Rencana dan detail 88
5.2. Hasil evaluasi tahap akhir 89
5.3. Lampiran
5.3.1. Situasi
5.3.2. Siteplan
5.3.3. Denah
5.3.4. Tampak 5.3.5. Potongan
5.3.6. Rencana 5.3.7. Detail
5.3.8. Perspektif
5.3.9. Maket
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
BAGIAN I Peta Site 10
11
BAGIAN II Plane truss....
14 Space truss....
14 Sistem mannesmann
15 Sistem mero
15 Sistem unistrud.
15 Sistem takenaka.
16 Struktur lipat.
B . 17
Bunyi pantul
20
Media pantul Bunyi difus 21 Bunyi difraksi 22
23 Cacat akustik....
, . 27
Jems panggung
Model tempat duduk bertrap
32 Jarak antarkursi...., L 34
Lebar kursi
34 Layout kursi
_ . 34
Sudut maksimum ketinggian tempat duduk
o o
Kedalaman balkon.
Gedung JCC. 35 Konser... 37
38 Queen Elizabeth Hall...
39
Royal Albert Hall...
39
Model panggung terbuka
40
Model panggung proscenium dan arena
BAGIAN III
Denah panggunq
_ u 48
Perhitungan jumlah penonton
Permainan langit-langit
50Media rata....
Media cembung
53Plafon
54 Hukum pemantulan
, , . 54
Lantai
Layout penonton 55
Dinding interior 55
Pemantulan pada dinding
Resonator celah
Struktur pelengkung dan langit-langit gantung 57
56Analisis kestabilan desain
58
Tinjauan kestabilan desain
59
BAGIAN IV Site
Sirkulasi ke Dalam Site
67Zonning Ruang....
69
Sirkulasi dalam Bangunan
n. .. 70
Dinding
PanggungM D 73
Masa Bangunan.
74 Struktur
Selubung Atap.. 75
76
Potongan Langit-langit 77
78 Lantai
Tampak Depan 79
80
BAGIAN V situasi Site plan 82 Denah 83 Tampak 84 Potongan 85
Rencana dan detail 86
88
DAFTAR TABEL
Bentang material kayu struktur rangka batang 16
Bentang material baja plane truss 16
Bentang material baja space truss 17
Bentang material kayu struktur lipat 18
Bentang material beton bertulang struktur lipat 18
Kebutuhan besaran panggung 43
Kebutuhan ruang pengelola 43
Kebutuhan ruang pendukung 44
Kebutuhan ruang service 45
Besaran panggung musik pop 46
Besaran panggung musik jazz 46
Besaran panggung musik kontemporer 47
Besaran panggung musik rock 47
Panjang frekuensi untuk tiap jenis musik 51
DAFTAR DIAGRAM
Diagram kerangka berpikir 6
qei>KN<q PERTKNJ^KAN MKSIK (KONSBK.) DJAKARTA
GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK (KONSER) INDOOR
Dl JAKARTA
1.1 Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini perkembangan musik di Indonesia khususnya di daerah
'bukota Jakarta meningkat sangat pesat. Hal ini terindikasi dengan banyaknya bermunculan musisi-musisi baru baik itu kelompok atau yang
biasa dikenal sebagai grup band ataupun musisi yang bersolo karir
dengan karakter musik yang berbeda-beda. Selain itu, audisi-audisi yang sekarang sedang marak diselenggarakan untuk mencari dan menyaring
musisi-musisi baru yang berbakat di dunia musik seperti Indonesian Idol
AFI, KDI dan audisi-audisi yang tidak terekspos lainnya juga merupakan
mdikator bagi laju pertumbuhan dunia musik di Indonesia.
Dengan adanya perkembangan yang sangat signifikan ini
memberikan pengaruh pada penjualan kaset tape dan CD yang dapat mencapai angka jutaan copy untuk sebuah grup band seperti contohnya grup band Peterpan. Namun fanatisme penggemar sebuah grup band atau penyanyi membuat para fans ingin mendengar dan melihat langsung musis, kegemarannya beraksi di depan mereka. Hal ini tercium sebagai peluang bisnis untuk meraih keuntungan yang sangat besar oleh para
entertainer yang berkecimpung dalam dunia musik.
Dalam mewujudkan impian para fans sekaligus untuk meraih keuntungan, maka para entertainer menggelar konser-konser musik Konser musik yang diadakan bukan hanya untuk musisi dalam negeri
namun juga luar negeri, sebab kegemaran masyarakat pada musisi-
musisi luar negeri dipandang sebagai peluang bisnis yang sangat cerah sehingga banyak promoter seperti Adri Subono sering mendatangkan
musisi dari luar negeri untuk konser di Jakarta.
TIRA ARYANT! TuANAyA 13 5=12 15.
^SmANC, PERTHNJUKKAN MUSIK (KONSER) DJAKARTA
Untuk melaksanakan konser musik dibutuhkan ruangan khusus yang dapat mewadahinya. Di daerah ibukota Jakarta, pertunjukan-pertunjukan sering diadakan di gedung-gedung seperti Balai Sarbini, Gedung Teater
TIM, Balai Kartini, dan Planery Hall JCC.
Akan tetapi seiring dengan perkembangan yang sangat pesat di dunia musik, gedung-gedung pertunjukan ini dirasakan sudah tidak layak
untuk mewadahi pertunjukan-pertunjukan, terlebih untuk konser musik yang berskala internasional. Ini disebabkan karena membludaknya jumlah
penonton konser yang dapat mencapai angka 3500 penonton bahkan
15.000 penonton, sedangkan kapasitas gedung pertunjukan yang sudah ada, seperti Balai Sarbini, hanya dapat menampung 1330 orang.
Sehingga, konser sering dialihkan ke bangunan yang sebenarnya bukan merupakan gedung pertunjukan melainkan gedung Sport Hall, seperti Lapangan Tenis Indoor Senayan dan Gedung Istora Senayan.
Bangunan yang digunakan merupakan bangunan yang sangat tidak layak untuk pertunjukan musik, sebab sistem akustik yang merupakan faktor utama keberhasilan sebuah gedung pertunjukan musik sangat tidak mendukung, sehingga para fans lebih memilih menonton di TV daripada hams mengeluarkan biaya untuk menonton konser secara langsung. Ini merupakan hal yang merugikan bagi para entertainer yang sering mengadakan konser, sebab keuntungan diraih melalui jumlah tiket yang
terjual.
Dengan keadaan seperti ini dibutuhkan bangunan yang dirancang khusus untuk mengadakan pertunjukan musik. Karena jumlah penonton
yang sangat banyak dan mencapai ribuan penonton, maka dibutuhkan bangunan yang menggunakan struktur berbentang lebar.
Pemilihan struktur diutamakan pada ekspresi struktur baik di dalam
bangunan maupun pada penampilan bangunan. Hal ini untuk menunjukan citra bangunan sebagai bangunan yang berteknologi tinggi dan modern sesuai dengan perkembangan dunia musik saat ini. Serta merupakan wujud ekspresi dari kecanggihan fasilitas yang diwadahi oleh bangunan
tersebut.
TIRA ARyANT! TUANAYA 13 512 15-2
^EDKNqPERTHNJKKKAN MHSIK (KONSER) KIJA^A^TA
Namun dalam hal ini struktur yang diekspos ini tetap harus memperhatikan bagaimana pengolahannya dan jenis struktur yang digunakan dalam kaitannya dengan sistem akustik ruang konser, guna pencapaian keberhasilan bangunan pertunjukan musik tersebut. Lay out ruang yang fleksibel sesuai fungsi bangunan baik untuk panggung dan penonton juga perlu menjadi fokus. Selain itu, penggunaan material tetap diperhatikan dalam menanggapi pengaruh sistem akustik baik di dalam
bangunan maupun di luar bangunan.
1.2 Rumusan Permasalahan
1.2.1 Permasalahan umum
Bagaimana merancang Gedung Pertunjukan Musik (Konser)
Indoor di Jakarta untuk memenuhi kebutuhan kualitas sistem
akustik yang baik dengan menggunakan struktur berbentang
lebar.
1.2.2 Permasalahan khusus
- Bagaimana perancangan sebuah bangunan gedung
pertunjukan musik indoor yang memenuhi persyaratan
akustik yang baik.
- Bagaimana struktur berbentang lebar tampil dalam
penampilan bangunan yang terekspos.
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Merancang Gedung Pertunjukan Musik (Konser) Indoor di
Jakarta untuk kegiatan konser dengan skala besar.
TIRA ARYANTI TUANAYA 13 512 1,52
<qEE>HNC, PERTU.NJMK.klAN MU.-SIK. (K.ONSER) DJAKARTA
1.3.2 Sasaran
Merancang ruang gedung konser yang tidak hanya memiliki kenyamanan audio namun juga merancang visualisasi struktur
yang baik.
1.4 Ruang Lingkup Pembahasan
Fleksibilitas sistem struktur dan material yang pengolahannya merupakan tanggapan dari kebutuhan sistem akustik yang baik
pada gedung konser.
• Merancang panggung dan lantai ruang konser yang dapat
menampung penonton dalam skala besar namun tetap
memperhatikan syarat-syarat akustik.• Penampilan gedung pertunjukan musik.
1.5 Metode Pembahasan
1.5.1 Pencarian data
Pencarian data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
• Kajian pustaka, yaitu memperoleh informasi melalui buku-
buku yang berkaitan dengan teori-teori mengenai kriteria- kriteria persyaratan bagi desain Gedung Pertunjukan Musik.
• Searching internet, yaitu mencari data lewat media internet
tentang referensi bangunan-bangunan sejenis yang sudah ada sebelumnya baik di dalam maupun di luar negeri untuk menjadi bahan studi kasus. Selain itu untuk memperoleh teori-teori tambahan yang berkaitan dengan rancangan
Gedung Pertunjukan Musik.
• Observasi lapangan, dilakukan dalam hal pencarian lokasi dan site serta pengamatan terhadap bangunan-bangunan yang biasa digunakan untuk melakukan pertunjukan di
TIRA ARYANTI TMANAYA 13 512 152
QEDKN^ PERTKNJUklklAN MHSfk: (KONSER) DJAKARTA
daerah tempat Gedung Pertunjukan Musik tersebut akan
dibangun.
1.5.2 Analisis
Analisa yang dimaksud adalah analisa data-data yang diperoleh berkenaan dengan kriteria-kriteria persyaratan desain bangunan Gedung Pertunjukan Musik untuk mendapatkan alternatif desain bangunan yang kemudian dikaitkan dengan site, serta permasalahan, tujuan dan sasaran yang diangkat sehingga
menghasilkan pilihan desain yang terbaik.
1.5.3 Tahap konsep desain
Tahap konsep desain/rancangan merupakan tahap pengembangan desain berupa konsep dimensi ruang, penzoningan, organisasi ruang, konsep tampilan bangunan
berkaitan dengan ekspos struktur dan akustik.
15.4 Skematik desain
Pada bagian skematik desain sudah mulai membahas
tentang olahan bentukan bangunan.
TIRA ARYANTI TUANAYA 13 512 15;
qEDUNq PERTUNJUXKAN MUSIK (KONSER) DJAKARTA
1.6 Kerangka Berpikir
Latar Belakang
K«ia„,. Ienomena Perkembangan dunia musik di Indonesia khsusnya di ibukota Jakarta
D Permasalahan
memenuhi kebutuhan akan kualitas system akustik yang baik eKSpres,f ser1a
., „ Tujuan dan Sasaran
I
Kajian Teori
Studi data struktur dan akustik pada gedung
pertunjukan musik/konser melalui pustaka-pustaka yang terkaitdan searching
internet
Studi Kasus
Studi referensi bangunan Gedung Pertunjukan Musik yang telah ada baik di Jakarta maupun di luar negeri, mengenai kegagalan dan keberhasilan bangunan tersebut menurut kriteria-kriteria persyaratan
rancangan Gedung Pertunjukan musik
a r u Analisis
. _ yangdiangkat ^••••a&dfcjnan
Spesifikasi Proyek
Pemilihan lokasi dan site yang strategis yang akan digunakan serta profil
pengguna bangunan Gedung Pertunjukan Musik
(konser) indoor
D u Konsep Perancangan
Pengembangan konsep desain berupa konsep dimensi ruang, penzoningan organisasi ruan9. konsep struktur dan tampilan bangunan or9a™sasi
n. . . 4 , Skematik Desain
Olahan bentukan dasar bangunan berupa olahan bentukan lay out denah ruanq tamoak dan r.n^
rancangan lainnya yang masih berupa skematik atau rancangan'kasar ^
TIRA ARYANT! TUANAyA 13 512 152
^Et>UN<q PeRTU.NjMK.KAN MUSIK (KONSER) DJAKARTA
1.7 Sistematika Pembahasan
BAB I Menguraikan latar belakang pembangunan gedung
pertunjukan musik di Jakarta, penekanan permasalahan, tujuan & sasaran, metode pembahasan yang digunakan, kerangka berpikir dan spesifikasi proyek gedung
pertunjukan musik tersebut.
BAB II Berisi kajian teori yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan kriteria-kriteria atau syarat-syarat yang menjadi faktor utama perancangan, sesuai dengan fungsi bangunan sebagai wadah untuk menaungi kegiatan pertunjukan musik (konser). Serta berisi kesimpulan atas studi kasus mengenai keberhasilan dan kegagalan bangunan-bangunan sejenis yang telah ada, sebagai pembelajaran bagi keberhasilan bangunan yang akan
dirancang.
BAB III Menganalisis desain bangunan yang sesuai dengan kriteria-kriteria perancangan bangunan Gedung Pertunjukan Musik, yang telah diuraikan pada BAB II, serta mengaitkannya dengan site yang akan digunakan, untuk mendapatkan berbagai macam alternative desain gedung konser. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh konsep desain yang cocok dengan lokasi dan sesuai dengan
kriteria gedung pertunjukan yang baik.
BAB IV Berisi konsep-konsep perancangan yang merupakan
pengembangan dari konsep desain yang telah dipilih dari berbagai alternatif desain gedung pertunjukan.
BAB V Berisi skematik desain yang merupakan perwujudan dari
konsep perancangan.
TIRA ARYANTI TMANAyA 13 512 152
1.8 Keaslian Judul
• Nama
Judul
Penekanan
• Nama
Judul
Penekanan
1.9 Spesifikasi Proyek
^EDUNC, PERTUNJUKKAN MUSIK (KONSER) DJAKARTA
Anis / 93 340 088 / Ull
Gedung Pertunjukan Musik Moderen
Surakarta
Citra moderen yang berbasis pada bentuk
dasar dan ekspresi struktur pada wujud
lingkungan gedung pertunjukan musik
moderen Surakarta
Adios Affandi / 99 512 162 / Ull
Gedung Pertunjukan Musik Moderen
Jogjakarta
Fleksibilitas lay out ruang pentas terhadap
karakter jenis musik moderen
1.9.1 Kriteria pemilihan lokasi
Pemilihan lokasi ditetapkan berdasarkan;
• Posisi lokasi yang strategis
Lokasi berada di depan jalan raya dan memiliki kemudahan dalam pencapaiannya dari berbagai sudut kota, serta dilalui transportasi umum seperti bus kota, taksi, dan lainnya.
• Efisiensi dan tata guna lahan
Lokasi tersebut masih tergolong dalam zona komersil
dengan harga lahan yang tidak terlalu melunjak. Mengingat bangunan tersebur diperuntukkan bagi kepentingan bisnis dengan target pengguna bangunan selain penyewa dalam hal ini promotor dan musisi.pengelola, adapula penonton
konser yang merupakan masyarakat umum.
TIRA ARYANTI TUANAYA 13 512 152
£,Et>UNQ PERTUNJUKKAN MU.SIK (KONSER) DJAKARTA
• Kondisi lingkungan sosial
Masyarakat yang berada di sekitar lokasi, dapat menerima keberadaan bangunan baru yang berkapasitas besar seperti
Gedung Pertunjukan Musik.
• Jaringan utilitas
Ketersediaan jaringan utilitas yang cukup merupakan prioritas utama dalam pembangunan gedung pertunjukan ini.
Jarinagn utilitas yang tersedia adalah jaringan air bersih, air kotor dan drainase, serta jaringan listrik, jaringan komunikasi
dan jaringan sampah.
Berdasarkan kriteria penilaian di atas, maka dipilihlah 3
alternatif kawasan sebagai lokasi pembangunan Gedung
Pertunjukan Musik, yaitu:
1. Kawasan Palmerah
Lokasi berada di sekitar Jl. Palmerah yang merupakan jalan utama di kawasan Palmerah Jakarta Barat. Site dikelilingi
oleh jalan-jalan utama. Namun dalam hal ini, kawasan ini merupakan kawasan yang tingkat kepadatan transportasinya sangat tinggi, sehingga keberadaan bangunan Gedung Pertunjukan Musik akan menambah tingkat kemacetan jalan raya tersebut dan penanggulangan akustik lingkungan akan
terasa lebih sulit.
2. Kawasan Permata Hijau
Lokasi berada di sebelah barat jalan Arteri Permata Hijau di
kawasan Permata Hijau Jakarta Selatan. Namun dalam tata gunanya, lahan ini merupakan lahan yang diperuntukkan
bagi zona pemukiman sehingga bangunan gedung yang dapat diwadahi adalah bangunan gedung dengan fungsi
yang sama ataupun menunjang fungsi tersebut seperti
apartemen.
T! RA ARYA NTl TUA NAYA 13 512 152
C,EISUN£,PERTU.NJUKKAN MUSIK (KONSER) tXJAKARTA
3. Kawasan Jeruk Purut
Lokasi jeruk purut merupakan kawasan yang dirasakan sangat strategis dan memenuhi kriteria-kriteria pemilihan site. Sebab selain merupakan zona multi fungsi, lokasi ini juga merupakan lokasi yang mudah dicapai dan tidak macet.
JERUK PURUT 12560
1.9.2 Tapak
Batasan site:
• Sebelah selatan berbatasan dengan jl. TB Simatupang.
• Sebelah utara berbatasan dengan lahan kosong dan
Maruf.
• Sebelah barat berbatasan dengan wisma El Nusa.
• Sebelah timur berbatasan dengan jl. Jeruk Purut.
"IRA ARYANTI TUANAYA 13 512 15:
jl. Al
^Et>U.N<^PERTUNJUKKAN MUSIK (KONSER) DJAKARTA
THE SITE
1.10 Profil pengguna bangunan
Secara garis besar pengguna Gedung Pertunjukan Musik (konser)
Indoor di Jakarta ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Penyewa
Penyewa dalam hal ini adalah promotor musik beserta musisi yang
akan melakukan pertunjukan.
2. Penonton
Penonton berasal dari berbagai kalangan masyarakat secara umum, namun dalam kenyataannya pengguna bangunan remaja sampai dewasa yang rata-rata berusia 15-60 tahun. Biasanya usia
penonton yang akan menonton konser dipengaruhi oleh profil musisi yang akan melakukan konser dan jenis aliran musik yang dibawakan.
Untuk menikmati kenyamanan audio visual dari sebuah konser, kebutuhan ruangnya berbeda-beda sehingga penonton dapat dibagi
menjadi tiga kelas yaitu:
Kelas VVIP: penonton kelas ini mendapatkan kenyamanan yang sangat baik dengan fasilitas yang lengkap
TIRA ARYANTI TUANAYA 13 512 152
qeHUNCi PERTHNJUKKAN MUSIK (KONSER) DJAKARTA
sehingga kenyamanan audio visual sangat diutamakan.
Penonton kelas ini menonton pertunjukan musik dengan posisi
duduk yang nyaman dan lebih fleksibel yang disesuaikan
dengan jenis musik yang akan ditawarkan.
Kelas VIP: penonton kelas ini mendapatkan kenyamanan audio visual yang hampir sama dengan kelas WIP, namun besaran ruang yang disediakan sedikit lebih kecil. Penonton kelas VIP menonton dengan posisi duduk yang disesuaikan dengan kenyamanan dan jenis musik yang
akan dibawakan.
Kelas festival: terbagi atas penonton dengan posisi duduk
dan posisi berdiri. Untuk penonton dengan posisi duduk hanya mendapatkan kursi yang tingkat kenyamanan audio visualnya cukup baik. Sedangkan penonton dengan posisi berdiri, biasanya berada dekat atau dipinggir stage sehingga penonton kelas ini dapat langsung dekat dengan musisi yang
sedang pentas.
Pengelola
Pengelola gedung konser ini bertugas menjalani administrasi, perawatan gedung, serta mempromosikan gedung pertunjukannya
kepada para promotor atau entertainer musik.
TIRA ARYANT! TUANAYA 13 512 15:
C.BX^UNq PERTUNJUKKAN MUSIK (KONSER) DJAKARTA
BAB II
STUDI STRUKTUR BENTANG LEBAR DAN AKUSTIK
2.1 Struktur bentang lebar pada gedung pertunjukan musik
Gedung pertunjukan musik merupakan bangunan yang mewadahi
kegiatan konser, yang mengutamakan jangkauan visual ke panggung
pementasan. Hal ini menimbulkan masalah besar apabila sistem struktur
seperti kolom-kolom penyangga bangunan, jaraknya disamakan dengan bangunan-bangunan sederhana pada umumnya. Oleh karena itu biasanya sistem struktur pada gedung-gedung pertunjukan merupakan perhatian yang sangat besar karena bangunan ini harus menggunakan
bentang struktur lebar yang bebas kolom.
Jenis struktur berbentang lebar
Pemilihan sistem dan jenis struktur yang cocok pada bangunan berbentang lebar harus melihat pada karakteristik yang layak. Dimana, tinggi strukturalnya relatif besar dibandingkan dengan besarnya.
Karakteristik yang berkaitan dengan hal ini adalah bahwa struktur tersebut biasanya mempunyai banyak bentuk. Dengan demikian, sistem struktural yang cocok untuk bentang panjang umumnya dapat berupa struktur
rangka batang, pelengkung, kabel, jaring, pneumatik, lipat dan cangkang.
Namun dalam hal ini apabila dikaitkan dengan kebutuhan akustik, ada beberapa jenis struktur yang tidak dapat mendukung terpenuhinya
kualitas akustik yang baik. Jenis-jenis struktur yang dimaksud disini seperti pelengkung, kabel, jaring, pneumatik dan cangkang. Hal ini
disebabkan struktur-struktur tersebut mempunyai karakter dasar yang
dapat menyebabkan cacat akustik sehingga mengurangi kualitas akustik
pada bangunan.
TIRA ARY-ANTI TUANAYA 13 512 152
^EDUN^PERTUNJUKKAN MUSIK (KONSER) DJAKARTA
Sehingga pada pembahasan struktur berbentang lebar, akan dibatasi pada jenis-jenis struktur yang dapat mendukung sistem akustik bangunan, seperti struktur rangka batang, struktur lipat, dan pelengkung.
2.1.1 Rangka Batang (Truss)
Struktur rangka batang adalah komposisi dari batang-batang yang masing-masing berdiri sendiri, memikul gaya tekan atau gaya tarik yang sentris dan dikaitkan satu sama lain dengan sistem baik dalam bentuk satu arah maupun dua arah.
Berdasarkan penyaluran gaya ke tumpuan, rangka batang atau truss dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
Plane truss fsatu arah)
Plane truss merupakan salah satu jenis rangka batang berbentuk dua dimensi. Contoh plane truss yang sering ditemui
yaitu kuda-kuda.
Space truss (dua arah)
Space truss merupakan rangka batang berbentuk tiga
dimensi.
TIRA ARYANTI TUANAYA 13 512 152
C,ET>UNC,PERTU.NJUKKAN MUSIK (KONSER) DIJAKARTA
Space truss terbagi atas empat sistem , yaitu:
Sistem mannesmann
Sistem ini menggunakan pipa-pipa bulat dan sama besar. Panjang pipa dan penghubungnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Kekurangan sistem ini yaitu
terbatasnya gaya dukung dari pipa- pipa pada sambungan.
Kelemahan statiknya terletak pada hubungan yang eksentrik sehingga menimbulkan momen tambahan. Oleh karena itu,
selama ini hanya dipakai sebagai steger saja karena
montagebility dan flexibility yang baik.Sistem mero
Sistem ini terdiri dari batang-batang dengan banyak variasi batang dan dihubungkan dengan sekrup pada satu titik simpul yang khusus dan dihubungkannya garis-garis as bertemu
dalam satu titik.
Setiap simpul dapat dihubungkan 18 batang, saling
menumpu tegak lurus dan diantara batang bersudut 45°.• Sistem unistrud
Sistem ini terdiri dari batang yang berbentuk besi profil. Berbentuk
sebagai gelagar yang batang-
batangnya mengarah ke banyak
©
Sistem Mannesmann Perancak dari
pipa baja
Sistem Mero
©
Sistem Unistrud
1 ^
jurusan dan mempunyai tinggi konstruksi 1 meter. Simpul
dibuat dari lempengan pelat yang dibentuk menurut arah batang yang disekrup padanya.TIRA ARYANTI TUANAY-A 13 512 152
qSV>UNCt PERTUNJUKKAN MUSIK (KONSER) DJAKARTA
Sistem takenaka
Sistem ini terdiri atas baja pelat dengan potongan bujur sangkar dan persegi panjang yang dihubungkan dengan baut-baut mutu tinggi. Batang-batang pada bidang atas menerima gaya tekan, diagonal- diagonal memikul tekan dan batang-batang pada bidang bawah menerima gaya tarik.
Keuntungannya yaitu mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan pada bermacam-macam gaya yang timbul
dari berbagai arah.namun tidak cocok untuk membangun tingkat tinggi karena ukuran lantai dan besarnya gaya sudah
ditentukan secara teratur.
® Bangunan petak dalam ruang,
ctptaan: Takenaka
Rangka batang dapat menggunakan material kayu dan baja.Berikut ini adalah bentang minimal dan maksimal yang mungkin pada struktur rangka batang sesuai dengan materialnya.
kayu
Rangka batang
datar 1 i/IO-t/IS m
1 ' ! IS
A V
/ijv
Rangka batang
tidak datar
1
£/7-t/IO\\z
_.. I.-,, .i .._!—„ /%n a , -Baja
• Plane truss
25 30 3$
Meter
I LI\t-LI22
|
" "" "
i
iiRaneka batang
Fink I LH-LIS
i
t f ^ \>^ iRangka batang
Howe I U4-L1S
**r
?B
^>
1 i
Rangka batang
bmvstmg I U6-L/I0 \i
i
Rangka batang
khusus
A
LI4-L/M \ \t
&\ V 7 AS/ / =#i10
IRA ARYAMTI TUANAYA 13 512 152
_1_ _1_
20 25 30 35 40 45
Meter _l_
50
<=jEt5U.N^ PERTUNJUKKAN MUSIK (KONSER) DJAKARTA
• Space truss
Rangka ruang (di*
tumpu oleh kokxn)
Rangka ruang (di- tumpu oleh dinding)
& LI12-LI20- 11 1
| ¥ "IT"
<& LI\2-L/20 l
[* 1
10 20 25 30 45 50
Meter
2.1.2 Struktur lipat
Konstruksi lipat merupakan bentuk yang terjadi dari lipatan bidang-bidang datar dimana kekakuan dan kekuatannya terletak
pada keseluruhan bentuk itu sendiri.
Pada konstruksi lipat yang sangat perlu diperhatikan adalah pencegahan adanya deformasi dan kekakuan harus dicapai.
Untuk dapat mencapainya perlu diperhatikan sudut lipatan, tinggi lipatan, tebal bidang datar lipatan, bidang pengaku, rusuk lipatan
harus kaku dan tumpuan harus kukuh.
Untuk bentuk lipatan terbuka, sudut lipatan harus lebih kecil
dari 40° untuk mendapatkan deformasi yang kecil. Sedangkan
untuk bentuk lipatan yang tertutup sudutnya agak bebas dan tidak
terikat.
Bentuk-bentuk dasar struktur lipat yang dapat dijadikan perkembangan konstruksi lipatan yaitu piramidal, prismatis dan
semi-primatis.
Dari segi konstruksi struktur lipatan dapat difungsikan sebagai bidang vertikal yaitu menggantikan kolom-kolom dan
sekaligus menjadi bearing wall. Selain itu juga sebagai bidang
horisontal dapat menggantikan balok-balok.
Apabila ditinjau dari bentuknya, maka bentuk konstruksi
lipatan sangat sesuai untuk bentuk atap di daerah-daerah yang
TIRA ARYANTI TUANAYA 13 512 152
<^Et>UNq PERTU.NJU.KKAN MUSIK (KONSER) EMJAKARTA
curah hujannya tinggi. Bentuk ini juga baik untuk digunakan
mengatur akustik dan cahaya.
Kerugian dari struktur ini adalah dapat mengurangi efisiensi ruang bangunan. Dan juga dapat terjadi pengulangan yang bersifat monoton apabila tanpa pengolahan dan perpaduan yang
tepat.
Struktur lipat dapat menggunakan material kayu, aluminium dan beton bertulang.Berikut ini adalah bentang yang minimal dan maksimal yang mungkin pada struktur lipat sesuai dengan
materialnya.
Kayu
Plat lipat
plywood v*v Z./7-Z./12
r-A—
1 1 MM
Beton bertulanq
Plat lipat
(dicor di tempat) £/«-£/1J
2S 30
Meter
6mLjmkmLm -J-J-J—
ti 1 _1._.J_
0 5 10 IS 20 25 30 35 40 45 50
Meter
Sementara ini yang banyak dipakai sebagai bahan untuk konstruksi lipatan ialah beton dan aluminium. Hanya kesulitannya di Indonesia mengenai pelaksanaanya, berhubungan dengan kekurangan alat yang modern dan tenaga yang terlatih.
Dalam pemilihan struktur, selain kekuatan struktur, diperlukan juga analisis untuk mengukur kedekatannya dengan tujuan desain, yaitu tujuan yang dikaitkan dengan masalah desain arsitektural gedung, efisiensi, serviceability/kemampuan layanan, kemudahan pelaksanaan, biaya, dan
sebagainya.
Sehingga, analisis sistem struktural yang tepat pada bangunan berbentang lebar khususnya struktur rangka batang dan struktur lipat juga dapat dilakukan dengan pendekatan secara konstruksi berkaitan dengan penggunaan material. Dimana material konstruksi bangunan yang
TIRA ARYANTI TU.ANAYA 13 512 152
^BKUNq PERTU.NJU.KKAN MUSIK (KONSER) DJAKARTA
digunakan adalah kayu, beton bertulang, dan baja. Dalam diagram jelas terlihat pendekatan batas-batas bentang untuk sistem konstruksi masing-
masing material. Panjang bentang pada batas maksimum dan minimum
yang secara aktual yang mungkin untuk setiap elemen.
Dengan adanya analisis struktural dan kedekatan dengan tujuan desain, maka dapat diperoleh bangunan dengan kekuatan struktur yang
maksimal namun tetap estetik dan ekonomis.
2.2 Sistem akustik pada gedung pertunjukan musik
Rancangan macam-macam jenis auditorium termasuk gedung
pertunjukan musik telah merupakan masalah yang kompleks dalam praktek arsitektur masa kini, karena disamping persyaratan keindahan, fungsional, teknik,seni dan ekonomi yang bermacam-macam serta
kadang-kadang bertentangan, persyaratan akustika bangunan juga
merupakan persyaratan utama yang menentukan keberhasilan sebuah
gedung pertunjukan musik, sebab berkaitan dengan kenyamanan bunyi
yang didengar penonton pada saat pertunjukan berlangsung.
Akustika (acoustics) adalah ilmu tentang bunyi. Bunyi (sound) adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal manusia, dengan rentang
frekuensi antara 20-20.000 Hz.
2.2.1 Akustik dalam ruangan (interior)
2.2.1.1 Kelakuan bunyi dalam ruang tertutup
Pada ruang tertutup, ketika bunyi merambat ke arah tertentu dan membentur pembatas ruangan, tergantung pada karakteristik pembentuk elemen pembatas tersebut ada kemungkinan bunyi
akan dipantulkan, dan/atau diserap, dan/atau ditransmisikan.
Sehingga, dalam suatu ruang, bunyi yang terjadi atau terdengar,
TIRA ARYANT! TUANAYA 13 512 152
qEDUN^PERTUNJUKKAN MUSIK (KONSER) Dl JAKARTA
sebenarnya adalah kombinasi dari bunyi asli dan bunyi hasil
pantulan.
Untuk lebih memahami akan hal ini maka akan dijabarkan kelakuan bunyi dalam ruang tertutup, yaitu sebagai berikut:
1. Bunyi datang atau bunyi langsung
Bunyi langsung adalah bunyi sesungguhnya yang dihasilkan dari sumber suara yang sampai pada pendengar.
2. Bunyi pantul (refleksi)
Pemantulan
1Fenomena pemantulan adalah terpantulnya bunyi ketika
.-• j mengenai bidang batas. Jika permukaan bidang batas /•f r Jauh lebih besar dari panjang gelombang bunyi yang ' '•?.. datang, maka besarnya sudut datang (i) sama dengan IHlM sudLJt Pantul <r). Setidaknya dibutuhkan panjang bidang ll_^ 1 i batas 4 kali panjang gelombang bunyi.
Refleksi atau pemantulan bunyi oleh suatu objek
penghalang atau bidang batas disebabkan oleh karakteristik
penghalang yang memungkinkan terjadinya pemantulan.
Permukaan yang keras, tegar dan rata, seperti beton, bata, batu memantulkan hampir semua energi bunyi yang jatuh padanya. Namun dalam hal ini bentukan permukaan akan
mempengaruhi pantulan yang dihasilkan.
TIRA ARYANTI TUANAYA 13 512 152
C,BV>UNC, PERTUNJUKKAN MUSIK (KONSER) DJAKARTA
Cembung Datar Cekung
• Palwvjbaik % Ba^
% Burnt
3. Bunyi yang diserap oleh lapisan permukaan
Penyerapan bunyi adalah perubahan energi bunyi menjadi
suatu bentuk lain, biasanya panas, ketika melewati suatu
bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan. Penyerapan ini akan mengakibatkan berkurang atau menurunnya energi
bunyi yang menimpa bidang batas tersebut.
Penyerapan oleh elemen pembatas ruangan sangat bermanfaat untuk mengurangi tingkat kekuatan bunyi yang terjadi, sehingga dapat mengurangi kebisingan dalam ruang dan juga dapat bermanfaat untuk mengontrol waktu dengung
(RT).
Tingkat penyerapan suatu material ditentukan oleh
koefisien serao material tersebut. Pada material yang sama koefisien serap dapat berubah menyesuaikan dengan
frekuensi bunyi yang datang.
Koefisien absorpsi (a) =jumlah suara vana diserap
__ total energi suara datang
nilai maksimum (a) adalah 1untuk permukaan yang menyerap sempurna dan minimum adalah 0 untuk permukaan yang
memantulkan sempurna.
TIRA ARYANTI TUANAYA 13 512 152 ——————i——a—
C.EV>UNq PERTUNJUKKAN MUSIK (KONSER) DIJAKARTA
Bunyi difus atau bunyi yang disebar
Difusi
39
!edar gertgi umumnya 1 s.a 3 m dengan kedalanv an 0.3 s.a 0.6 m
Fenomena difusi adalah tersebarnya bunyi yang mengenai batas (tidak mengikuti hukum sudut datang = sudut pantul). Hal ini terjadi ketika permukaan bidang batas = panjang gelombang bunyi yang datang.
Difusi atau difus adalah gejala terjadinya pemantulan yang
menyebar, karena gelombang bunyi menerpa permukaan yang tidak rata. Difusi bunyi yang cukup adalah ciri akustik yang diperlukan pada jenis ruang-ruang tertentu termasuk ruang konser, karena ruang tersebut membutuhkan distribusi yang merata, mengutamakan kualitas musik dan pembicara
aslinya, dan menghalangi cacat akustik yang tak diinginkan.
Bunyi difraksi dan refraksi (bunyi yang dibelokkan)
Difraksi adalah peristiwa menerusnya atau membeloknya perambatan gelombang bunyi akibat ketidakmampuan penghalang berdimensi kecil untuk menahannya atau karena adanya celah atau lubang untuk dilalui. Hal ini akan lebih nyata pada frekuensi rendah daripada frekuensi tinggi.
TIRA ARYANTI TUANAyA 13 512 152
Difraksi
qEt>U.N£, PERTUNJU.KKAN MKSIK (KONSER) DJAKARTA
Pembatas kecil dalam ukuran beberapa inci saja
Fenomena difraksi adalah membelok/menerusnya bunyi melewati bidang batas yang keoil/sempit. Hal ini terjadi karena permukaan bidang batas jauh lebih kecil dari panjang gelombang bunyi.
Refraksi adalah membeloknya gelombang bunyi karena melewati atau memasuki medium perambatan yang memiliki kerapatan molekul berbeda. Meskipun tidak signifikan, namun adanya refraksi akan mengurangi kekuatan gelombang bunyi.
6. Bunyi yang ditransmisi/diteruskan
Pada kondisi tertentu, kemungkinan besar elemen bidang
batas ruangan mampu meneruskan atau mentransmisikan
bunyi yang muncul dari sebuah ruangan ke ruangan lain disebelahnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya celah, atau retak, atau cacat pada material bidang batas yang
menyebabkan material menjadi tidak homogen. Transmisi
juga dapat terjadi ketika bidang batas cukup ringan, tipis, dan
tidak dipasang permanen.
2.2.1.2 Persyaratan akustik dalam ruang konser
Berikut ini adalah kondisi mendengar yang baik dalam suatu
auditorium:
• Harus ada kekerasan ( loudness) yang cukup dalam tiap bagian auditorium terutama di tempat-tempat duduk yang
jauh.
• Energi bunyi harus didistribusi secara merata (terdifusi) dalam ruang.
TIRA ARYANTI TUANAYA 13 512 152
^EDUNC, PERTU.NJUKKAN MUSIK (KONSER) T>'JAKARTA
• Karakteristik dengung optimum harus disediakan dalam auditorium untuk memungkinkan penerimaan bahan acara yang paling disukai
oleh penonton dan acara yang paling efisien oleh pemain.
• Ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik seperti gema, pemantulan yang berkepanjangan (bng^ielayed reflections), gaung, pemusatan bunyi, distorsi, bayangan bunyi, dan resonansi ruang.
• Bising dan gelaran yang akan mengganggu pendengaran atau pementasan harus dihindari atau dikurangi dengan cukup banyak
dalam tiap bagian ruang.
kekerasan (Loudness) vang cukup
Dalam auditorium yang ukurannya sedang dan besar, kekerasan yang cukup merupakan masalah, sebab energi hilang pada perambatan gelombang bunyi dan karena penyerapan yang besar oleh penonton dan isi ruang. Hal ini dapat diatasi dengan
cara-cara sebagai berikut:
1. Auditorium harus dibentuk agar penonton sedekat mungkin dengan sumber bunyi. Dalam auditorium yang berkapasitas besar, penggunaan balkon menyebabkan lebih banyak tempat
duduk yang mendekat ke sumber bunyi.
2. Sumber bunyi harus dinaikkan agar sebanyak mungkin terlihat, sehingga menjamin aliran gelombang bunyi langsung yang
bebas ke tiap pendengar.
3. Lantai dimana penonton duduk harus dibuat cukup landai atau miring, sebab bunyi lebih mudah diserap bila merambat melewati penonton dengan sudut datang miring.
4. Sumber-sumber bunyi harus dikelilingi oleh permukaan- permukaan pemantui bunyi yang besar dan banyak; untuk memberikan energi pantul tambahan pada tiap bagian daerah penonton, terutama pada tempat-tempat duduk yang jauh.
TIRA ARYA NTI TUA NAYA ±3 512 152
£,Et>U.N^PERTUNJUKKAN MUSIK (KONSER) DIJAKART/
5. Luas lantai dan volume ruangan harus dijaga agar cukup kecil, sehingga jarak yang harus ditempuh bunyi langsung dan bunyi
pantul lebih pendek.
Nilai volume per tempat duduk yang direkomendasikan untuk
jenis auditorium ruang konser minimal 220 cu ft (6,2 cu m);
optimal 275 cu ft (7,8 cu m); maksimal 380 cu ft (10,8 cu m).
Apabila volume ruangan sangat besar maka diperlukan sistem pengeras suara buatan, untuk memaksimalkan bunyi yang
didengar penonton.
6. Permukaan pemantui bunyi yang paralel (horisontal maupun vertikal), terutama yang dekat dengan sumber bunyi, harus dihindari, untuk menghilangkan pemantulan kembali yang tak
diinginkan ke sumber bunyi.
7. Penonton harus berada di daerah penonton yang menguntungkan, baik dalam hal melihat maupun mendengar.
Daerah tempat duduk yang lebar harus dihindari.
8. Di samping permukaan pemantui yang berfungsi menguatkan bunyi langsung ke penonton, permukaan pemantui tambahan harus disediakan untuk mengarahkan bunyi kembali ke pementas. Hal ini penting terutama dalam auditorium yang
dirancang untuk pertunjukan musik atau vokal.
Difusi bunvi
Difusi dapat diciptakan dengan beberapa cara, yaitu sebagai
berikut:
- pemakaian permukaan dan elemen penyebar yang tak teratur dalam jumlah yang banyak sekali, seperti pilaster, pier, balok- balok telanjang, langit-langit yang terkotak-kotak, pagar balkon yang dipahat dan dinding-dinding yang bergerigi;
- penggunaan lapisan permukaan pemantui bunyi dan penyerap
bunyi secara bergantian;
TIRA ARYANTI TUANAYA 13 512 152