KOMIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MEMBATIK UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa
oleh
Wening Gilang Nawangi NIM 1006589
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN
KOMIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MEMBATIK UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Oleh
WENING GILANG NAWANGI
1006589
Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
© WENING GILANG NAWANGI 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
WENING GILANG NAWANGI
KOMIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MEMBATIK UNTUK SISWA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Drs. Harry Sulastianto, M.Sn.
NIP. 196605251992021001
Pembimbing II
Suryadi, S.Pd.,M.Sn.
NIP. 197307142003121001
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Seni Rupa
Bandi Sobandi, M.Pd.
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Wening Gilang Nawangi, 2015. Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama.
Pembelajaran di sekolah, merupakan satu hal yang patut diperhatikan guna menunjang perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran Seni Budaya di SMP dengan mayoritas siswa dengan rentang usia remaja (12-15 tahun), tentu membutuhkan media belajar yang menarik. Mereka sudah dapat berfikir dan menggunakan daya imajinasinya dengan baik. Dalam hal ini, penulis memilih pembelajaran membatik yang dibuat dalam bentuk komik sebagai media pembelajaran di sekolah. Komik ini bertujuan untuk mempermudah dan memberikan inovasi baru dalam pembelajaran membatik khususnya bagi siswa. Skripsi ini membahas (1) Bagaimana konsep komik sebagai media pembelajaran membatik untuk siswa SMP, (2) Bagaimana proses pembuatan komik sebagai media pembelajaran membatik untuk siswa SMP dan (3) Bagaimana hasil dan analisis pembuatan komik sebagai media pembelajaran membatik untuk siswa SMP. Metode yang dipakai dalam prose pembuatan karya ini adalah pengumpulan ide, analisa kebutuhan, stimulasi, pengolahan ide, persiapan alat dan bahan dilanjutkan dengan proses pembuatan komik dan uji coba. Penulis menggunakan dua teknik berbeda, pada tahap pembuatan sketsa pensil dan garis kontur, penulis menggunakan cara manual. Pada proses pewarnaan dan pemberian teks, penulis menggunakan cara digital. Pada pembuatan isi cerita, penulis membuat ceritanya sendiri berlatar sebuah pedesaan sedangkan untuk gaya gambar, penulis menggunakan gaya gambar semi-realis yang digabungkan dengan gaya manga. Karena sasaran dari komik tersebut adalah siswa SMP, penulis menggunakan
sistem pewarnaan blok (blocking) dengan warna cerah, namun di dalam pemilihan warna
tersebut penulis juga memaparkan karakter yang terdapat pada setiap warna. Dari hasil uji coba terhadap 30 sampel siswa, penulis melihat komik ini cukup mudah dipahami oleh siswa, sehingga dengan komik media pembelajaran ini siswa lebih tertarik untuk belajar dan dapat menjadi media baru bagi guru.
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Wening Gilang Nawangi, 2015. Comic As Learning Media To Make Batik For Junior High School Students.
Teaching in schools, is one thing that should be considered in order to support the development of students' learning. In the Cultural Arts learning in junior high school with a majority of students with adolescent age range (12-15 years), would require attractive learning media. They've been able to think and use his imagination properly. In this case, the authors chose the learning batik made in the form of comics as a medium of learning in school. The comic aims to facilitate and provide new innovations in the learning batik, especially for students. This paper discusses (1) How does the concept of comics as a medium of learning batik for junior high school students, (2) How is the process of making batik comics as a medium of learning for junior high school students and (3) How will the results and analysis of making comics as a medium of learning batik for junior high school students. The method used in the prose of making this work is the collection of ideas, needs analysis, stimulation, treatment of ideas, tools and material preparation continued with the process of making comics and trials. The authors used two different techniques, at the stage of making pencil sketches and contour lines, the authors use the manual method. In the coloring process and the provision of text, the authors use a digital way. In making the contents of the story, the author makes his own story set in a rustic style, while for the picture, the authors use a semi-realistic drawing style combined with the style of manga. Because the goal of the comic is the junior high school students, the authors use coloring system block (blocking) with bright colors, but the colors in the selection of authors also describe the characters contained in each color. From the results of tests on 30 samples of students, the authors look at the comic is pretty easily understood by students, so the students' comic learning media is more interested in learning and new media can be for teachers.
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penciptaan ... 1
B. Rumusan Masalah Penciptaan ... 3
C. Tujuan Penciptaan ... 4
D. Manfaat Penciptaan ... 4
E. Metode Penciptaan ... 5
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 5
BAB II KOMIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MEMBATIK UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ... 7
A. Pengertian Seni Rupa ... 7
B. Teori Desain ... 7
C. Gambar Ilustrasi ... 8
1. Gaya Gambar ... 10
a. Gaya Gambar Lucu (Cartoon Style) ... 10
b. Semi-kartun atau Semi-realistis ... 11
c. Gaya Realistis ... 12
d. Gaya Seni Murni (Fine Art Style) ... 13
2. Tipografi ... 13
D. Pengertian Komik ... 15
1. Fungsi Komik ... 17
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vii
b. Peralihan Waktu dan Closure ... 21
c. Melukis Gerakan ... 26
d. Garis ... 27
e. Balon Kata ... 28
f. Panel ... 29
g. Sudut Pandang ... 31
E. Komik Manga ... 32
F. Gambar Anatomi ... 37
G. Teori Karakter dan Ekspresi Wajah ... 44
1. Wajah ... 44
2. Alis ... 47
3. Mata ... 48
4. Hidung ... 49
5. Bibir ... 51
H. Teori Warna ... 51
1. Keselarasan Warna ... 53
2. Susunan Warna Selaras Kontras ... 55
3. Psikologi Warna ... 61
I. Pengertian Batik ... 63
1. Sejarah Batik ... 63
2. Jenis Batik ... 64
3. Motif Batik ... 67
4. Bagian-bagian Motif Batik ... 68
5. Teknik Pembuatan Batik ... 69
6. Sentra Pembuatan Batik di Indonesia ... 71
J. Pengertian Media Pembelajaran ... 72
K. Pembelajaran Batik di Sekolah Berdasarkan Kurikulum KTSP ... 75
BAB III METODE PENCIPTAAN ... 82
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
viii
B. Analisis Kebutuhan ... 83
C. Kontemplasi ... 84
D. Stimulasi Berkarya ... 85
E. Pengolahan Ide ... 85
F. Persiapan Alat dan Bahan ... 85
G. Proses Pembuatan Komik ... 91
1. Pembuatan Cerita ... 91
2. Membuat Storyline ... 93
3. Membuat Storybard ... 95
4. Membuat Karakter Tokoh Verbal ... 96
5. Mendesain Karakter Tokoh Secara Visual ... 98
6. Pembuatan Sketsa Pensil ... 104
7. Pembuatan Kontur (Outline) ... 104
8. Tahap Pewarnaan ... 105
BAB IV DESKRIPSI KARYA ... 109
A. Mengembangkan Ide ... 109
1. Munculnya Ide ... 109
2. Pengembangan Ide ... 110
3. Studi dan Pengembangan Ide ... 111
B. Deskripsi Komik ... 112
1. Unsur-unsur Komik ... 112
a. Cerita ... 112
b. Ilustrasi ... 112
c. Panel ... . 117
d. Balon Kata ... 124
e. Garis Gerak ... 125
2. Proses Pewarnaan ... 127
3. Warna Tokoh dalam Komik ... 130
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 155
A. Kesimpulan ... 155
B. Saran ... 156
DAFTAR PUSTAKA ... 157
DAFTAR ISTILAH ... 160
1
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penciptaan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan tradisi yang tersebar
luas di seluruh wilayahnya. Dari keragaman budaya tersebut, tentu saja
menjadikan Indonesia memiliki bermacam-macam ciri khas dari daerahnya
masing-masing. Keragaman itu sendiri meliputi berbagai macam jenisnya, mulai
dari keragaman bahasa, pakaian adat, makanan dan minuman, bahkan kebiasaan
hidup sehari-hari. Tentu kita sebagai warga negara yang baik harus merasa bangga
akan hal tersebut, akan jauh lebih baik lagi apabila sebagai generasi penerus
bangsa, kita turut melestarikan budaya yang ada. Jangan sampai kejadian ‘pencaplokan’ budaya terulang kembali untuk yang ke sekian kalinya.
Salah satu hasil kebudayaan yang banyak dijumpai di berbagai daerah adalah
kerajinan dalam bidang kriya tekstil. Hasil-hasil kerajinan dalam bidang kriya
tekstil sangat mudah dijumpai di masyarakat itu sendiri, bahkan produknya sering
dipakai dalam bentuk pakaian sehari-hari. Batik, tenun, ulos, rajutan merupakan
beberapa contoh hasil kerajinan dalam bidang kriya tekstil. Batik menjadi salah
satu produk kriya tekstil yang akan penuli sorot. Akhir-akhir ini banyak kelompok
masyarakat mulai dari kalangan muda, hingga yang sudah cukup senior, mengajak
masyarakat Indonesia untuk terus melestarikan budaya bangsa kita yang satu ini.
Pemerintah daerah mewajibkan memakai batik pada hari Jumat, bahkan
mengadakan pelatihan-pelatihan membatik bagi seluruh masyarakat awam,
sehingga dengan begitu, seluruh masyarakat Indonesia mampu membuat batik
dengan inovasi dan kreativitas sendiri, yang akan semakin memperkaya
2
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam kurikulum KTSP (dimulai pada tahun ajaran
2007/2008) pada pembelajaran seni rupa di sekolah, pelajaran membatik sudah
termasuk di dalamnya. Sasaran usia untuk pembuatan karya batik bagi pemula
dalamnya. Sasaran usia untuk pembuatan karya batik bagi pemula adalah usia
Sekolah Menengah Pertama (SMP), karena jika diterapkan di Sekolah Dasar
dirasa terlalu kompleks. Dari hasil survey yang penulis lakukan, diketahui bahwa
pembelajaran membatik di sekolah hanya mencakup satu jenis batik saja,
misalnya saja belajar membuat desain batik (dari mulai merengga sampai
pembuatan layout). Ada pula yang langsung mempraktekkannya secara langsung
hingga proses pewarnaan selesai. Beberapa sekolah ada yang hanya membuat
desain batiknya saja, lalu desain tersebut diterapkan dalam benda hias seperti di
atas payung, kipas, atau gerabah. Terlepas dari itu semua, yang menjadi inti
permasalahan dalam hal ini adalah bagaimana siswa dapat mengerti teknik
membatik yang diajarkan oleh guru tersebut, dan apakah siswa tersebut minat dan
menyenangi pembelajaran batik dengan cara yang lazim diajarkan di sekolah.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis selaku mahasiswa yang kuliah di
Departemen Pendidikan Seni Rupa, akan membuat buku ilustrasi berupa komik
media pembelajaran membatik bagi siswa SMP. Pembelajaran membatik melalui
media komik sepanjang pengamatan penulis di lapangan, belum pernah dibuat
sebelumnya, baik di lingkungan Departemen Pendidikan Seni Rupa maupun di
luar. Komik ini dapat menambah koleksi buku media pembelajaran membatik
dengan inovasi yang baru. Dilihat dari segi usia pun, rata-rata siswa usia SMP
sudah mulai banyak yang suka membaca komik. Oleh karena itu dirasa cocok
apabila komik dapat dikembangkan menjadi media pembelajaran di sekolah.
Komik ini berisi ilustrasi cara-cara membatik dengan menggunakan gambar dan
bahasa yang sederhana, sehingga diharapkan materi di dalamnya dapat ditangkap
dengan mudah oleh siswa. Dalam pemberian materi membatik di kelas,
kebanyakan para guru memaparkan materi dengan cara yang lazim dan monoton,
3
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikembangkan melalui media pembelajaran berupa komik, diharapkan pada saat
pemberian materi, siswa dapat lebih cepat mengerti tentang bagaimana cara
membuat batik.
Dari teori yang dikemukakan oleh Edgar Dale
(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_.DAN_TEK._.PENDIDIK
AN/196005081985031-TOTO_FATHONI/Media_Pembelajaran.pdf) 12 Februari
2015, 13:09 WIB) mengenai efektivitas media bergambar, dapat kita lihat bahwa
materi/bahan ajar akan lebih mudah ditangkap jika menggunakan media yang
berbentuk audio-visual daripada menggunakan lambang-lambang verbal. Dalam
ranah audio-visual, aspek-aspek yang ditangkap oleh mata akan disimpan lebih
lama di otak (terutama otak bagian kanan), sehingga pemaparan materi yang
disertai gambar (visual) hingga praktek secara langsung dapat lebih mudah
dipahami oleh siswa, terutama untuk usia kanak-kanak hingga remaja yang data
tangkapnya masih baik. Gaya gambar yang akan digunakan dalam komik ini
adalah gaya gambar semi-realis, sehingga gambar tidak terlalu rumit dan dapat
ditangkap langsung oleh siswa. Tentu saja hal ini dapat membantu dan
mempermudah proses pembelajaran, tanpa harus memberikan materi dengan
metode ceramah.
Selain itu, penulis melakukan studi terhadap buku pelajaran seni budaya yang
dipakai di Sekolah Menengah Pertama. Penulis menemukan bahwa buku pelajaran
untuk pembelajaran membatik lebih banyak menampilkan teks tanpa
menggunakan banyak gambar. Materi pengenalan batik pun kurang dijelaskan
secara jelas, mulai dari sejarah, cara pembuatan, alat dan bahan pembuatan batik,
dan lain-lain, sehingga guru mata pelajaran harus mencari cara sendiri untuk
mengajarkan materi batik tersebut.
Berdasarkan hasil observasi lapangan di atas, maka skripsi penciptaan ini
berjudul “Komik sebagai Media Pembelajaran Membatik untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama”.
4
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Fokus penciptaan ini diuraikan dalam tiga pertanyaan penciptaan:
1. Bagaimana konsep komik sebagai media pembelajaran membatik untuk siswa
sekolah menengah pertama.
2. Bagaimana proses pembuatan komik sebagai media pembelajaran membatik
untuk siswa sekolah menengah pertama.
3. Bagaimana hasil dan analisis pembuatan komik sebagai media pembelajaran
membatik untuk siswa sekolah menengah pertama.
C. Tujuan Penciptaan
Penciptaan ini bertujuan:
1. Menjelaskan proses perancangan komik sebagai media pembelajaran membatik
untuk siswa sekolah menengah pertama.
2. Menjelaskan tahapan pembuatan komik sebagai media pembelajaran membatik
untuk siswa sekolah menengah pertama.
3. Memvisualisasikan/mewujudkan karya komik sebagai media pembelajaran
membatik untuk siswa sekolah menengah pertama.
D. Manfaat Penciptaan
Manfaat Penciptaan
1. Manfaat bagi Pribadi:
Manfaat penciptaan komik ini secara pribadi adalah untuk mengembangkan
kemampuan dalam membuat karya ilustrasi, khususnya komik media
pembelajaran. Selain itu, dari hasil survey/penelitian yang dilakukan, penulis
akan lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh sasaran.
2. Manfaat bagi Jurusan Pendidikan Seni Rupa:
Hasil penciptaan diharapkan dapat menambah koleksi/referensi buku mengenai
5
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
buku yang ada di jurusan, alat-alat/buku sumber mengenai media pembelajaran
untuk siswa dirasa sangat kurang.
3. Manfaat Penciptaan bagi Sekolah:
Manfaat penciptaan ini secara nyata adalah untuk menambah media
pembelajaran yang lebih inovatif dan disukai oleh siswa, khususnya mengenai
pembelajaran membatik, sehingga guru dapat menggunakan komik ini sebagai
media belajar baru bagi siswa.
4. Manfaat bagi Ilustrator:
Manfaat penciptaan ini diharapkan dapat menambah koleksi buku ilustrasi
khususnya komik, juga dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk ilustrator
lainnya yang membuat karya yang sama.
E. Metode Penciptaan
Buku komik media pembelajaran membatik yang akan dibuat ini secara garis
besar akan membahas mengenai pengenalan batik dan teknik/cara membuat batik
tulis untuk siswa. Karena pembuatan batik mengenai teknik canting merupakan
teknik batik yang paling dasar dan harus dipahami oleh siswa. Untuk penambahan
materi mengenai cara-cara membuat batik lainnya, akan dipaparkan secara sekilas
di akhir cerita.
Alat dan bahan yang akan digunakan adalah kertas berukuran A4, pensil,
penghapus, penggaris, spidol (marker pen), alas gambar, laptop, graphic tablet
dan alat pindai (scanner). Pada tahap awal, penulis akan membuat sketsa
menggunakan pensil (penciling)pada kertas A4, setelah itu penulis akan membuat
garis kontur (outline) dengan menggunakan spidol hitam (marker pen). Setelah
tahap manual selesai, penulis memindai seluruh sketsa dengan alat pindai
(scanner) dilanjutkan dengan melakukan tahap pewarnaan (coloring) dan
pemberian teks secara digital menggunakan graphic tablet dan laptop. Tahap
6
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gaya gambar yang akan digunakan adalah gaya gambar semi-realistis dengan
pewarnaan sistem blok (blocking). Karena melihat karakter siswa dan usia sasaran
dirasa lebih menyukai warna-warna terang dan gambar yang tidak terlalu rumit.
F. Struktur Organisasi Skripsi
BAB 1 PENDAHULUAN berisi tentang latar belakang penciptaan, identifikasi masalah penciptaan, rumusan masalah penciptaan, tujuan penciptaan, manfaat
penciptaan, metode penciptaan dan sistematika penulisan.
BAB 2 LANDASAN PENCIPTAAN berisi tentang pengertian gambar ilustrasi, gaya gambar, pengertian komik, unsur-unsur komik, teori warna, pengertian batik
dan pengertian media pembelajaran.
BAB 3 METODE PENCIPTAAN berisi tentang metode dan tahap-tahap yang dilakukan dalam proses penciptaan komik, yaitu ide berkarya, analisis kebutuhan,
kontemplasi, stimulasi berkarya, pengolahan ide dan proses penciptaan. Proses
penciptaan meliputi pembuatan naskah, storyline, storyboard, pembuatan sketsa
pensil, pemberian garis kontur (outlining), pewarnaan dan pemberian teks.
BAB 4 DESKRIPSI KARYA berisi tentang pemaparan analisis komik berdasarkan teori yang terdapat dalam Bab II yaitu unsur-unsur komik, konsep
pewarnaan, materi batik dan warna tokoh.
7
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENCIPTAAN
A. Ide Berkarya
Media pembelajaran merupakan salah satu sarana penting yang menjadi
penunjang dari proses pembelajaran itu sendiri. Bermacam-macam media
pembelajaran telah berkembang di dunia pendidikan, mulai dari yang sederhana
sampai yang terbilang canggih, tergantung dari bahan ajar yang akan disampaikan.
Buku teks atau buku pelajaran merupakan media pembelajaran yang paling dasar.
Namun penulis melihat antusiasme siswa terhadap buku pelajaran dirasa kurang,
terlebih lagi jika isi dari buku tersebut cenderung lebih banyak teks. Penulis ingin
menerapkan unsur ilustrasi pada buku media pembelajaran membatik dalam bentuk
komik media pembelajaran, dengan sasaran siswa SMP. Karakter siswa yang
menginjak usia remaja, cenderung lebih senang membaca majalah atau komik
dibandingkan membaca buku pelajaran. Komik media pembelajaran tersebut dapat
menjadi inovasi baru di bidang pendidikan, khususnya pelajaran Seni
Budaya/Prakarya.
Pembelajaran membatik di sekolah merupakan salah satu pelajaran seni rupa
yang cukup berkembang. Siswa diajarkan mendesain motif batik, membuat pola,
mencanting, bahkan hingga proses pewarnaan. Dalam hal pemberian materi di awal,
berdasarkan hasil observasi penulis, guru cenderung menerangkan dengan cara
pembelajaran yang sama. Bisa dengan metode ceramah atau hanya menggunakan
media tayang/powerpoint. Penulis merasa jika siswa diberikan buku komik media
pembelajaran membatik tersebut, akan menjadi stimulus awal untuk siswa memahami
batik lebih lanjut, sehingga akan membantu guru dalam proses pembelajaran di
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membuat komik media pembelajaran. Untuk mempermudah proses pengerjaan komik
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 3.1
Alur Kerja Proses Pembuatan Karya (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
B. Analisis Kebutuhan
Media pembelajaran dapat dikatakan baik apabila informasi/isi dari media
tersebut dapat tersampaikan kepada sasaran. Sasaran dari komik media pembelajaran
ini adalah siswa SMP dengan rentang usia 12-15 tahun. Penulis berpendapat bahwa
pada rentang usia tersebut, siswa sudah dapat membaca cerita dan mempunyai
kemampuan analisis yang cukup baik. Komik media pembelajaran tersebut pun dapat
digunakan oleh siswa dengan rentang usia lebih tinggi ataupun seorang guru
sekalipun karena isi dari komik tersebut merupakan bahan ajar/materi pembelajaran
di sekolah yang harus dipahami siswa sekaligus guru.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, buku komik media pembelajaran ini
dapat digunakan dalam pelajaran Seni Budaya di SMP. Penggambaran dengan gaya
gambar yang cukup sederhana dan warna-warna cerah, dapat menambah stimulus
siswa untuk belajar.
Sebelum memasuki tahap pembuatan komik tersebut, penulis melakukan studi
lapangan mengenai buku pelajaran yang digunakan oleh sekolah, dalam hal ini
penulis melakukan observasi ke SMPN 29 Bandung. Setelah mengkaji buku pelajaran
yang dipakai di sekolah tersebut, penulis menemukan kekurangan yang cukup banyak
terlihat, mulai dari materi pengenalan batik yang terlalu singkat, tidak adanya
penjabaran tahapan pembuatan batik tulis/cap, kurang menampilkan gambar sehingga
siswa tidak dapat membayangkan apa yang ditulis dalam buku tersebut, dan kurang
menekankan manfaat dari kegiatan membatik.
Karena hal itulah, komik ini diharapkan dapat menjadi inovasi baru dan
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melihat peluang yang ada dari komik tersebut, karena komik media pembelajaran
membatik yang belum ada di pasaran.
C. Kontemplasi
Seniman atau pekerja seni sering melakukan kontemplasi sebelum membuat
suatu karya. Proses berkontemplasi tersebut bisa dilakukan di mana saja dan kapan
saja, bahkan sering memunculkan ide-ide baru yang dapat dijadikan bahan untuk
berkarya. Dalam proses penciptaan karya komik media pembelajaran tersebut, penulis
mencoba merenungkan dan mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan komik
tersebut seperti alur cerita, konflik yang muncul, gaya gambar, alat dan bahan, hingga
proses pewarnaan.
Penulis pun berpikir tentang bagaimana manfaat dari karya komik media
pembelajaran tersebut untuk jangka waktu yang panjang, sehingga tujuan dan
manfaat dari pembuatan komik tersebut dapat sampai dan terus berlanjut.
D. Stimulasi Berkarya
Stimulus dibutuhkan setiap orang dalam proses pembuatan suatu karya. Stimulus
juga dapat memunculkan ide kreatif dan daya kreativitas seseorang. Dalam proses
pembuatan karya komik media pembelajaran membatik ini, selain mencari sumber
tertulis mengenai semua hal yang berkaitan dengan materi/isi komik, penulis melihat
berbagai hal lainnya sebagai sumber pengetahuan. Hal tersebut misalnya saja
mengamati proses pembuatan batik, membaca, melihat tanggapan masyarakat
mengenai batik, hingga bertanya dan mengobrol perihal komik dengan siswa SMP,
sehingga penulis dapat mendapatkan hasil dan poin-poin yang dapat dijadikan
pertimbangan pada proses pembuatan karya.
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah mendapatkan gagasan/ide berkarya, tahapan selanjutnya adalah proses
pengolahan ide tersebut. Penulis mengolah semua data dan stimulus yang ada untuk
bisa menjadi karya komik tersebut. Pada tahap awal pembuatan karya, penulis
membuat storyboard, sketsa pensil (penciling) hingga garis kontur (outline) dengan
cara manual. Selanjutnya pada tahap pewarnaan, penulis menggunakan bantuan olah
digital menggunakan pen tablet.
F. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan komik media
pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Kertas A4 80gr
Gbr 3.1. Kertas A4 80 gram (Dokumentasi Pribadi)
Penulis menggunakan kertas A4 80 gram karena apabila digunakan untuk sketsa
tidak akan terlalu tipis dan cepat sobek.
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gbr. 3.2. Pensil Mekanik dan Isinya
(Dokumntasi Pribadi)
Penulis memilih menggunakan pensil mekanik dikarenakan diameter pensil yang
kecil (kurang lebih 0,5 mm) mempermudah proses pembuatan sketsa terutama bidang
yang cukup kecil. Penulis menggunakan isi pensil merk ‘Pilot’ dengan ketebalan 0,5
mm.
3. Penghapus
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penghapus yang digunakan adalah penghapus karet merk ‘Faber Castell’ karena
lebih lentur dan lebih bersih.
4. Spidol (Marker Pen)
Gbr. 3.4. Spidol Snowman (Dokumentasi Pribadi)
Spidol/Marker Pen yang dipilih oleh penulis adalah spidol ‘Snowman’ karena
ukuran spidol ini adalah yang paling sesuai ukurannya untuk pembuatan garis kontur.
Jika menggunakan drawing pen, hasilnya akan terlalu tipis.
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gbr. 3.5. Penggaris
(Dokumentasi Pribadi)
Penggaris yang digunakan oleh penulis adalah penggaris berukuran 20 cm,
karena ukurannya sesuai kebutuhan sehingga tidak menyulitkan dan lebih mudah
digunakan. Terutama untuk membuat garis di pinggir panel yang tidak begitu
panjang.
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gbr. 3.6. Alas Gambar
(Dokumentasi Pribadi)
Penulis menggunakan alas gambar untuk proses pembuatan sketsa pensil dan
pembuatan kontur (outline) karena alas gambar seperti ini bisa digunakan di mana
saja.
7. Alat Pemindai Canon LiDe 110
Gbr. 3.7. Scanner Canon LiDe 110
(Sumber: http://wwwpcmag.com/article2/0,2817,2379390,00.asp, yang diunduh pada Minggu, 11 Januari 2015, 22:08 WIB)
Alat pemindai ini digunakan oleh penulis untuk memindai sketsa yang sudah
diberi garis kontur sebelum memasuki tahap pewarnaan. Alat pindai dengan merk
‘Canon’ dirasa akan menghasilkan gambar dengan kualitas yang lebih baik.
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gbr. 3.8. Adobe Photoshop CS7
(Sumber: http://giocohacker.com/category/adobe-photoshop-cs7-torrent-download/ yang diunduh pada Minggu, 11 Januari 2015, 22:10 WIB)
Adobe Photoshop CS7 mempunyai spesfikasi yang cukup lengkap dengan hasil
yang baik. Penulis pun sudah terbiasa menggunakan ‘Photoshop CS7’ dibandingkan
dengan software yang lainnya.
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gbr. 3.9. Graphic Tablet Genius EasyPen i405X
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Untuk mempermudah proses pewarnaan komik tersebut, penulis menggunakan
‘Graphic Tablet Genius EasyPen i405X’ yang spesifikasinya dirasa cukup untuk
pembuatan komik ini.
10. Laptop
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penulis menggunakan ‘Laptop Toshiba Satellite A215-S4757’ dengan layar
15.4” yang cukup lebar, sehingga penulis lebih leluasa dalam mengerjakan karya.
Laptop ini mempunyai spesifikasi Windows Vista, 2048MB DDR2 SDRAM, 250GB
HDD, dan DVD Supermulti drive with Labelflash.
G. Proses Pembuatan Komik
1. Pembuatan Cerita
Dalam proses pembuatan cerita komik tersebut, penulis membuat cerita
sendiri/mengarang alur yang akan muncul, juga dalam hal menentukan
konflik-konflik pada cerita tersebut.
a. Tema
Komik media pembelajaran ini merupakan buku media pembelajaran membatik
yang diperuntukkan untuk siswa SMP sehingga secara garis besar, tema yang diambil
dari isi cerita komik tersebut adalah mengenai sejarah hingga proses pembuatan batik
tulis menggunakan canting. Pada beberapa bagian, penulis menyisipkan poin-poin
penting mengenai keutamaan batik sebagai warisan budaya Indonesia.
b. Plot Cerita
Penulis membagi bagian-bagian cerita dalam komik ini menjadi tiga bagian,
yaitu awal, tengah dan akhir.
Bagian awal, penulis menceritakan kebiasaan sehari-hari dari Banyu dan Jingga
(tokoh utama cerita) yang senang duduk di padang rumput setiap sore. Membicarakan
semua hal hingga mengulang pelajaran yang telah disampaikan guru di sekolah.
Kemudian pada hari sekolah, Bu Wanda menyampaikan materi pembelajaran batik
yang akan dimulai minggu depan, sehingga siswa diharapkan untuk membaca dan
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bersama, Jingga dan Banyu menemukan sebuah bandul yang merupakan kunci dari
lorong waktu. Mereka berdua terbawa putaran waktu bersama dengan ketiga orang
teman lainnya yaitu, Ajeng, Bisma dan Agung.
Bagian tengah, diceritakan bagaimana mereka berlima tinggal dan hidup di
zaman kerajaan, di mana rakyatnya membuat batik hanya untuk dipakai keluarga
kerajaan. Pada saat mereka tinggal di rumah Bu Ponah dan Pak Amir, mereka berlima
belajar banyak hal mengenai batik, mulai dari cara memegang canting, belajar
merengga, membuat motif, hingga proses pewarnaan menggunakan pewarna alam.
Penulis pun membuat konflik-konflik kecil pada beberapa bagian cerita.
Bagian akhir, mereka berlima mulai memahami arti dan makna dari batik itu
sendiri. Terutama pada Bisma, Ajeng dan Agung yang mulai berubah sikapnya
setelah belajar membatik pada Bu Ponah. Mereka menyadari bahwa batik mempunyai
nilai-nilai positif bahkan religius di dalamnya. Setelah hari ulang tahun Raja, di mana
semua rakyat memberikan hadiah terbaiknya, Agung menemukan bandul yang
membawa mereka kesana. Karena terlanjur diputar, mereka semua kembali ke masa
depan. Mereka pun dapat kembali bersekolah, namun banyak hal-hal yang berubah
dalam diri mereka. Tentunya berubah ke sikap yang lebih baik.
c. Latar Cerita (Setting)
Latar cerita dalam komik ini adalah di SMPN Harapan Bandung pada zaman
sekarang dan halaman belakang rumah Banyu. Kemudian ditambah dengan latar di
rumah Bu Ponah dan setting pada zaman kerajaan, di mana saat itu batik hanya
dipakai oleh keluarga kerajaan saja.
d. Data Komik
Komik ini berjudul “Mari Mengenal Batik” yang merupakan komik media
pembelajaran membatik untuk siswa SMP. Isi cerita dalam komik ini, dibuat sendiri
oleh penulis.
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1) Banyu (Tokoh Protagonis)
2) Jingga (Tokoh Protagonis)
3) Ajeng (Tokoh Antagonis)
4) Bisma (Tokoh Antagonis)
5) Agung (Tokoh Antagonis)
6) Bu Ponah (Tokoh Protagnis)
7) Pak Amir (Tokoh Protagonis)
8) Bu Wanda (Tokoh Protagonis)
9) Ibu Banyu (Tokoh Figuran)
10) Raja (Tokoh Figuran)
2. Membuat Storyline
Tahap awal setelah pembuatan cerita, penulis mulai membuat storyline. Di mana
pada storyline ini penulis dapat melihat dan merancang akan seberapa
banyak/halaman yang akan dibuat. Fungsi dari storyline ini adalah untuk
[image:31.612.107.535.410.664.2]mempermudah pada tahap selanjutnya.
Tabel 3.1
Storyline Komik Halaman 1-5
Halaman Narasi
1 Pemandangan sore hari itu sangat indah, berbalut senja yang memerah jingga di ujung sana. Banyu duduk menatap langit sore itu, sedangkan Jingga merebahkan badannya menghadap langit. Tulisan di buku catatan milik Jingga sudah penuh dengan ribuan cerita khayalan, mulai dari berpetualang di negeri awan, menjadi dua orang raksasa, bagaimana rasanya dapat terbang, dan masih banyak lagi. Kegiatan seperti ini sudah sangat sering dilakukan oleh dua orang sahabat tersebut sejak 8 tahun yang lalu.
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyenangkan bagi mereka adalah pelajaran Seni Budaya. Bagi mereka, pada saat belajar Seni Budaya, mereka bisa mengasah kreativitas mereka sesuka hati, bahkan terkadang Bu Wanda mengajak murid-muridnya untuk belajar di luar lingkungan sekolah. Suatu hari, Bu Wanda akan menyampaikan materi pelajaran selanjutnya.
2-3 “Minggu depan, kita akan belajar membatik. Ibu harap kalian cari
pengertian dan semua hal tentang batik di rumah..” kata Bu
Wanda.
“Jadi kita akan membuat batik, Bu ?” tanya Bisma di
pojok kelas.
“Iya, nanti ibu ajarkan bagaimana caranya membuat batik
tulis..”
“Pasti ribet banget !” celetuk Ajeng yang sedari tadi
memegang cermin.
“Ah sepertinya akan membosankan..” tambah Bisma.
Bu Wanda hanya tersenyum sabar menanggapi celetukan murid-muridnya, baginya itu hal yang menantang. Ia justru bersemangat untuk mengajarkan batik minggu depan.
4 Sepulang sekolah, Banyu dan Jingga kembali bertemu di tempat favorit mereka. Sambil membawa buku catatan khayalan itu, Jingga menepuk pundak Banyu.
“Hai ! Aku sudah mencari tahu apa itu Batik !” seru Jingga
penuh semangat.
“Oh ya ? Coba jelaskan..” pinta Banyu sambil
memandangi Jingga.
“Jadi, batik itu adalah kain bergambar atau bermotif yang
dibuat dengan cara menorehkan lilin panas untuk merintanginya menggunakan alat yang disebut canting.. Aw !”
5 “Jingga, lihat ini.. Sebuah kalung !” Banyu memperlihatkan kalung dengan bandul yang bisa diputar.
“Coba sini !” Jingga mengambil kalung tersebut dan
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Membuat Storyboard
Setelah tahap pembuatan storyline, penulis membuat storyboard yang akan
menjabarkan secara lebih detail mengenai sudut pandang, peralihan panel, juga dialog
antartokoh. Berikut ini adalah bentuk storyboard dari komik tersebut:
Tabel 3.2
Storyboard Komik Halaman 5
HALAMAN 5 Panel 1 :
Tiba-tiba sesuatu terjatuh diatas kepala Jingga.
Jingga: “Aww..!!!”
(sudut pandang ekstrim close up)
Peralihan : Aksi ke Aksi
Panel 2 : Jingga menoleh.
Jingga: “Siapa yang melempar ?!!”
( sudut pandang close up)
Peralihan : Aksi ke Aksi
Panel 3 :
Ternyata benda itu adalah sebuah kalung. Kemudian jingga memutar kalung tersebut dan tiba-tiba...
Jingga: “Hah ? Kalung siapa ini ? Kenapa tiba-tiba ada yang melempar?” ( sudut pandang normal )
Peralihan : Subyek ke Subyek
Panel 4 :
Semuanya tiba-tiba berputar sangat cepat. Seperti ada angin yang sangat kencang ! ( sudut pandang normal )
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gbr. 3.11. Gambar sketsa Komik halaman 5
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
4. Membuat Karakter Tokoh Verbal
Pada cerita dalam komik ini terdapat beberapa tokoh dengan karakter dan sifat
yang berbeda-beda yang akan menimbulkan konflik yang berbeda pula. Pemilihan
[image:34.612.229.437.111.414.2]karakter/watak pun disesuaikan dengan latar belakang tokoh. Berikut ini adalah
gambaran tokoh secara verbal:
Tabel 3.3
Karakter Tokoh Secara Verbal
Nama Karakter
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diajarkan untuk rajin belajar supaya jika kelak besar, ia akan menjadi laki-laki yang sukses. Di balik karakternya yang pendiam, ternyata Banyu selalu menjadi juara kelas dan mempunyai sikap yang bijak. Wajahnya yang lumayan tampan dengan rambut ikalnya, ia sering membuat guru-guru di sekolah gemas padanya. Jingga Jingga adalah sahabat Banyu sejak kecil, namun Jingga berasal dari
keluarga yang cukup kaya. Rumah mereka yang berdekatan, membuat Jingga sudah menganggap Banyu adalah saudaranya sendiri. Jingga adalah gadis cantik bermata bulat dengan rambut yang selalu diikat ke atas. Bagi teman-teman sekelasnya, Jingga tak gampang didekati. Ia hanya mau bercerita dan bermain bersama teman-teman dengan frekuensi otak yang sama dengannya. Namun bagi Banyu, Jingga adalah sahabatnya yang paling cerewet dan banyak berhayal ! Maka dari itu, Jingga sering membawa buku catatan kecil, untuk menuliskan semua imajinasinya.
Bisma Bisma merupakan anak dari keluarga yang kaya raya, ayahnya yang pengusaha tekstil sudah cukup terkenal di wilayahnya. Wajah Bisma yang cukup tampan, membuat banyak gadis yang menyukainya. Namun sayang sekali, Bisma sedikit sombong dan pilih-pilih teman. Dia juga tidak suka dengan anak-anak yang rajin dan pintar, baginya mereka hanya mencari muka saja. Dari fisiknya jelas sekali terlihat bahwa Bisma adalah anak keluarga kaya, tubuhnya yang tinggi, pakaiannya yang bagus dan gaya-nya yang selalu menarik, membuat dia merasa menjadi anak yang paling istimewa di sekolahnya.
Ajeng Hampir seluruh teman sekelasnya tak suka dengan sikap Ajeng yang terlalu cerewet dan selalu mengomentari teman. Padahal orang-orang tak pernah tahu bahwa Ajeng sedang mencari perhatian. Orang tuanya yang sibuk bekerja dan dia adalah anak semata wayang, membuat Ajeng menjadi kesepian. Namun ia melampiaskan kekesalannya itu dengan cara membuat jengkel teman-temannya. Wajahnya sangat cantik dengan rambut hitam panjang terurai, tubuhnya tinggi seperti model remaja masa kini. Namun sayangnya, ia tak mempunyai teman.
teman-Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
temannya tak suka padanya. Di Bandung, Agung hanya tinggal bersama kakaknya yang sudah bekerja, kedua orang tuanya sudah tiada sejak Agung masih kelas 3 SD. Karena itu Agung menjadi kurang perhatian dan berubah menjadi anak yang nakal. Gaya pakaiannya pun asal-asalan, sering terlambat, namun ternyata Agung diam-diam suka pada Ajeng.
Bu Ponah Bu Ponah adalah seorang wanita berumur 40 tahun, namun memiliki wajah yang sangat ramah. Gaya pakaiannya pun sangat kuno, namun masih layak dipakai olehnya. Bu Ponah tidak mempunyai anak, ia hanya tinggal berdua bersama suaminya yang bernama Pak Amir. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil di sudut perkampungan. Namun walaupun begitu, Bu Ponah sangat gigih dalam bekerja. Pekerjaan sehari-harinya adalah membuat batik untuk pakaian raja.
Pak Amir Pak Amir adalah suami Bu Ponah, namun umurnya sudah 4 tahun di atasnya. Tubuhnya yang kecil dan kurus membuat Pak Amir sering terlihat kelelahan. Ditambah pekerjaan sehari-hari yang menjadi kuli panggul di desa membuatnya harus menyiapkan tenaga yang banyak. Namun di balik itu semua, Pak Amir mempunyai jiwa penyayang yang sangat tinggi.
Bu Wanda Bu Wanda adalah guru pelajaran Seni Budaya di SMPN Harapan Bandung, sekolah yang cukup ketat dan disiplin. Ia mempunyai paras yang cantik ditambah dengan jilbabnya, sehingga murid-murid senang belajar bersamanya. Di balik senyumnya yang ramah dan sifatnya yang terkadang humoris, Bu Wanda juga cukup tegas untuk menghukum siswa yang kurang disiplin.
5. Mendesain Karakter Tokoh Secara Visual
Setelah pembuatan karakter secara verbal, penulis membuat visualisasi dari
seluruh tokoh yang ada pada komik tersebut. Dalam pembuatan tokoh tersebut,
penulis memperhatikan beberapa hal yang menjadi acuan dalam proses pembuatan
visual tokoh, misalnya saja bentuk wajah, alis, mata, hidung, bibir, postur tubuh, dan
warna pakaian. Hal tersebut akan menjabarkan karakter tokoh secara tidak langsung
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penulis menyesuaikan pemilihan karakter dengan bentuk fisiknya, agar secara kasat
mata para pembaca dapat melihat apakah karakter tersebut berwatak baik atau jahat,
dan sebagainya. Berikut ini adalah gambaran tokoh secara visual:
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gbr. 3.12. Gambar Karakter Tokoh Banyu
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gbr. 3.13. Gambar Karakter Tokoh Jingga
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gbr. 3.14. Gambar Karakter Tokoh Bisma
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gbr. 3.15. Gambar Karakter Tokoh Ajeng
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gbr. 3.16. Gambar Karakter Tokoh Agung
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6. Pembuatan Sketsa Pensil (Penciling)
Setelah tahap pembuatan cerita dan penggambaran tokoh, penulis mulai
membuat sketsa pensil pada kertas A4 sebagai tahap awal pembuatan komik tersebut.
Sketsa pensil ini merupakan gambaran awal yang nantinya akan membantu penulis
dalam pembuatan garis kontur (outline).
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7. Pembuatan Kontur (Outline)
Setelah tahapan pembuatan sketsa pensil, penulis mulai membuat garis kontur
dengan menggunakan media spidol (marker pen). Pembuatan kontur yang sedikit
tebal ini dirasa cocok untuk gaya gambar yang terdapat pada komik ini.
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8. Tahap Pewarnaan (Coloring)
Tahap pewarnaan (coloring) dilakukan setelah tahap pembuatan kontur selesai.
Setelah sketsa komik di-pindai dan menjadi data digital, penulis mulai memberi
warna pada komik tersebut dengan bantuan media Graphic Tablet Genius EasyPen
i405X. Referensi warna yang dipakai oleh penulis adalah skema warna pada Komik
“Tin Tin”, karena penulis merasa bahwa warna-warna yang cerah cenderung lebih diminati oleh anak-anak. Warna cerah diharapkan dapat menumbuhkan stimulus
untuk mempercepat proses pemahaman isi cerita tersebut.
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gbr. 3.20. Tahap Pemberian Warna pada Background Komik Halaman 5 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Komik “Mari Mengenal Batik” adalah sebuah karya ilustrasi yang dibuat dengan
tujuan sebagai media pembelajaran membatik untuk siswa Sekolah Menengah
Pertama. Komik ini berisikan tentang pengertian batik dan pengenalan alat dan bahan
dalam membuat batik, khususnya batik tulis. Sasaran komik ini adalah anak dengan
rentang usia 12-15 tahun, yang sudah memiliki kemampuan membaca dan berpikir
cukup baik.
Pada awalnya penulis bertujuan untuk membuat suatu karya ilustrasi berupa
komik media pembelajaran. Setelah melakukan survey di lapangan, komik media
pembelajaran dengan tema batik belum terdapat di pasaran, sehingga memperkuat
penulis untuk membuatnya. Komik media pembelajaran membatik tersebut
diharapkan dapat membantu siapapun terutama guru seni budaya di sekolah dalam
penyampaian materi batik kepada siswa, sehingga memunculkan inovasi baru
khususnya dalam bidang media pembelajaran di sekolah. Gaya semi-realistis yang
digabungkan dengan gaya manga, dipilih oleh penulis mengingat sasaran yang berada
pada rentang usia remaja awal. Dimana kemampuan otak mereka sudah dapat berfikir
cukup baik, namun dari segi visual, mereka tidak menyukai gambar yang terlalu
rumit/sulit dipahami.
Setelah melalui proses pencarian ide, menganalisis kebutuhan, berkontemplasi
dan stimulasi berkarya, penulis mulai melakukan proses pengolahan ide. Tahap awal
dalam proses pembuatan komik tersebut adalah pembuatan naskah, membuat
storyline, membuat storyboard, membuat tokoh secara verbal, membuat tokoh secara
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembuatan komik tersebut, penulis menggunakan dua tahap pembuatan yaitu dengan
tahap manual dan tahap digital. Tahap manual digunakan penulis untuk pengerjaan
sketsa pensil hingga pembuatan garis kontur (outline) menggunakan spidol (marker
pen). Sedangkan tahap digital, penulis menggunakan Graphic Tablet Genius EasyPen
i405X dengan bantuan program Adobe Photoshop CS7 untuk pewarnaan dan proses
pemberian teks. Setelah semua hal tersebut di atas selesai, penulis melakukan proses
pencetakan dan penjilidan komik.
Dalam proses pembuatan cerita, penulis juga menyisipkan beberapa konflik yang
akan mengangkat kelebihan dan keunikan batik itu sendiri sehingga siswa/anak yang
membaca akan mengerti bahwa banyak kelebihan dari batik. Konflik yang
dimunculkan adalah tipe konflik ringan. Selain itu juga penulis menyisipkan
pengetahuan lain mengenai batik, yang ditempatkan di antara percakapan antar tokoh.
Secara visual, penulis memperhatikan beberapa bagian unsur visual komik.
Dimulai dari gaya gambar yang mendekati manga, bertujuan agar sasaran pembaca
(khususnya siswa sekolah menengah pertama) dapat dengan mudah memahami isi
cerita, didukung dengan jumlah panel yang tidak terlalu banyak dalam setiap
halamannya. Pemilihan warna-warna yang dipakai pun sangat mempengaruhi hasil
dari komik tersebut. Penulis menggunakan warna yang hampir mirip dengan yang
digunakan Herge dalam komik “Tin Tin”, warna yang muncul relatif cerah dan tidak
terlalu banyak menggunakan gradasi. Pemberian warna dengan sistem blok
(blocking) juga mempengaruhi tampilan keseluruhan komik. Namun karena komik
tersebut cukup singkat, penulis menyisipkan karakter atau aspek psikologi warna
pada bagian visualisasi tokoh. Warna kulit dan warna pakaian menjadi salah satu
simbol dari karakter tokoh tersebut. Unsur-unsur komik lainnya seperti bunyi huruf,
garis gerak hingga jenis huruf (font) yang dipilih sangat disesuaikan dengan karakter
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Saran
Dalam pembuatan komik ini, penulis menyadari bahwa di dalamnya masih
terdapat banyak kekurangan. Penulis sudah merumuskan beberapa saran setelah
melewati beberapa kali proses bimbingan dalam pembuatan karya tersebut.
Mahasiswa Departemen Pendidikan Seni Rupa yang memilih membuat karya
ilustrasi, khususnya komik, harus lebih mengenal dan bertahan pada gaya gambarnya
masing-masing. Karena gaya gambar yang dirubah/tidak sesuai gaya gambar pribadi,
tentu harus melakukan proses penyesuaian lagi. Mahasiswa juga dituntut untuk selalu
rajin membaca buku, karena jika sudah banyak ilmu yang kita dapat, tentu akan
banyak referensi pula yang akan kita temukan.
Departemen Pendidikan Seni Rupa diharapkan untuk terus menggali potensi,
memberikan ilmu dan memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswanya.
Pengalaman baru bagi mahasiswa tentu akan menjadi pelajaran berharga yang belum
pernah mereka dapatkan sebelumnya, khususnya dalam bidang pembuatan karya
ilustrasi.
Guru Seni Budaya/Seni Rupa diharapkan untuk terus membuat inovasi mengenai
media pembelajaran agar dapat meningkatkan minat belajar siswa. Para guru dapat
membuat atau mengembangkan media yang telah ada, sebagai bentuk inovasi tersebut
khususnya dalam bentuk media cetak (cergam/komik).
Para ilustrator atau komikus di Indonesia harus mampu membuat gaya dan ciri
khasnya sendiri. Diharapkan dengan kemampuan yang ada, para ilustrator atau
komikus lainnya dapat mengamalkan atau mengaplikasikan ilmunya untuk kebaikan
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ching, F. (2002). Menggambar Suatu Proses Kreatif. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Darmaprawira, S. (2002). Warna. Bandung: Penerbit ITB.
Darmawan, H. (2012). How To Make Comic. Jakarta: Bentang Pustaka.
Lisbijanto, H. (2013). Batik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
McCloud, S. (2001). Understanding Comics, Memahami Komik (Penerjemah: Kinanti). Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).
Mifzal, A. (2012). Mengenal Ragam Batik Nusantara. Jogjakarta: JAVALITERA.
Nugraha dan Suhernawan. (2010). Seni Rupa Untuk SMP/Mts Kelas VII, VIII dan
IX. Jakarta: Pusat Perbukuan, Kementrian Pendidikan Nasional.
Ozawa, T. (1999). How To Draw Anime & Game Character Vol.1. Tokyo:
Nippan IPS CO., LTD.
Perard, V. (1995). Anatomy and Drawing. United States of America: Barnes & Noble, Inc.
Purnomo, E. dkk. (2013). Seni Budaya SMP/Mts Kelas VII. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Rohani, A. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: RINEKA CIPTA
Salam, S. (2010). Animasi Kartun. Jakarta: PT Indeks.
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sativa, O. (2010). Simple Drawing-Menggambar Tubuh. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Schodt, F.L. (1996). Dreamland Japan, Writings On Modern Manga. Berkeley: Stone Bridge Press.
Sujoko. (2001). Pengantar Seni Rupa. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Suriawijaya, C. (2014). Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Susanti, S. (2014). 100 Cara Mengenali Karakter Dia Berdasarkan Bentuk Wajah, Jari Kaki, Posisi Tahi Lalat, Tinggi Badan & Jenis dan Belahan Rambut. Jakarta: GRASINDO.
Tickle, N.R. (2003). Cara Cepat Membaca Wajah. ...: Phoenix Publishing Project.
Wardhani dan Panggabean. (2005). Tekstil. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.
______. (2009). Buku Saku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sumber Internet
---. (2012). Apa sih “Chibi” itu?. [Online]. Tersedia di:
http://www.pulsk.com/302590/Apa-sih-quotChibiquot-itu.html. Diakses Kamis, 19 Februari 2015 11:09 WIB.
Ancasmartest. (2010). Jenis-jenis Manga (Komik Jepang). [Online]. Tersedia di: http://www.kaskus.co.id/thread/513b6dfce474b4ff3e000002/jenid-jenis-manga-komik-jepang. Diakses Kamis, 12 Februari 2015 13:49 WIB.
Donigno, E. (2014). Edgar Donigno. [Online]. Tersedia di:
http://mewarnai.us/179169-edgar-donigno. Diakses Kamis, 12 Februari 2015, 22:07 WIB.
Elroy, A. (2011). Mengulas Komik Strip Asal Indonesia, Benny & Mice. [Online]. Tersedia di:
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gilbertson, A. (2009). Creative Tips #9: Which Font Is Best?. [Online]. Tersedia di: http://www.gngcreative.com/newsletters/nl9.html. Diakses Rabu, 4 Februari 2015, 11:49 WIB.
Hendra, P. (2014). Struktur dan Muatan Kurikulum KTSP. [Online]. Tersedia di:
http://www.hendraanisman.web.id/2014/01/struktur-dan-muatan-kurikulum-ktsp.html. Diakses Kamis, 5 Maret 2015, 23:55 WIB.
Hidayat, R. (2012). Teknik Praktis Membuat Gambar Manga. [Online]. Tersedia di: http://mediakita.com/hobi-kita/menggambar/28-hobi/530-teknik-praktis-membuat-gambar-manga. Diakses Kamis, 19 Februari 2015 11:37 WIB,
Kudo, S. (2013). Chibi..Chibi..Chibi…[Online]. Tersedia di:
http://m.thecrowdvoice.com/post/chibi-chibi-chibi-3576936.html. Diakses Kamis, 19 Februari 2015 11:48 WIB.
Kupo. (2012). Kobo-Chan (Komik dan Anime). [Online]. Tersedia di:
http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php/13890-Kobo-Chan-(komik-dan-anime). Diakses Selasa, 30 September 2014, 09:17 WIB.
Pramudha, P. (2011). Genre & Istilah Dalam Anime & Manga. [Online}. Tersedia do: http://furahasekai.com/2011/09/09/genre-istilah-dalam-anime-manga/. Diakses Kamis, 12 Februari 2015 13:52 WIB.
Vachzar. (2010). Typesetting Tutorial. [Online]. Tersedia di:
Wening Gilang Nawangi, 2014
Komik Sebagai Media Pembelajaran Membatik Untuk Siswa Sekolah Menengah Pertama
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
http://www.kaskus.co.id/thread/513b6dfce474b4ff3e000002/jenis-jenis-manga-komik-jepang Kamis 12 Februari 2015 13:49
http://furahasekai.com/2011/09/09/genre-istilah-dalam-anime-manga/ Kamis 12 Februari 2015 13:52
http://www.pulsk.com/302590/Apa-sih-quotChibiquot-itu.html Kamis, 19 Februari 2015 11:09 WIB
Wening Gilang Nawangi, 2014