KAJIAN VISUAL CELENGAN GERABAH DI DESA ARJAWINANGUN
KABUPATEN CIREBON
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Seni Rupa
Oleh
Sofyan Alamhudi
0607951
JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Kajian Visual Celengan Gerabah
di Desa Arjawinangun Kabupaten
Cirebon
Oleh
Sofyan Alamhudi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Sofyan Alamhudi 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
SOFYAN ALAMHUDI
KAJIAN VISUAL CELENGAN GERABAH DI DESA ARJAWINANGUN
KABUPATEN CIREBON
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
PEMBIMBING :
Pembimbing I
Drs. Yaya Sukaya, M.Pd
NIP. 195403031991031001
Pembimbing II
Drs. Yadi Rukmayadi, M.Pd
NIP. 196104011994031001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa
Bandi Sobandi, M.Pd
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
SOFYAN ALAMHUDI
KAJIAN VISUAL CELENGAN GERABAH DI DESA ARJAWINANGUN
KABUPATEN CIREBON
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Penguji 1
Dr. Tri Karyono, M.Sn.
NIP. 196611071994021001
Penguji 2
Drs. H. Nanang Ganda P. M.Sn.
196202071987031002
Penguji 3
Drs. Harry Sulastianto, M.Sn.
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon ABSTRAK
Sofyan Alamhudi, (0607951), KAJIAN VISUAL CELENGAN GERABAH DI DESA ARJAWINANGUN BLOK POSONG KABUPATEN CIREBON.
Kota Cirebon telah lama terkenal sebagai daerah penghasil batik. Selain batik, Kota Cirebon ternyata memiliki kekayaan tradisi lainnya yaitu kriya gerabah, tepatnya di Blok Posong (RW 08) Desa Arjawinangun Kabupaten Cirebon, telah lama menjadi tempat pembuatan kriya gerabah.
Sebagian besar penduduk Blok Posong bermata pencaharian sebagai kriyawan gerabah, salah satu produk unggulan kriya gerabah di Blok Posong adalah celengan. Beberapa hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah: 1. Kriya gerabah di Desa Arjawinangun telah ada sejak beberapa generasi, 2. Selain kriyawan, indutri kriya gerabah ternyata dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat, 3. Keanekaragaman bentuk dan warna celengan gerabah, 4. Untuk lebih memajukan kriya tradisional. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan penelitian ini adalah bagaimana proses pembuatan dan bentuk atau tampilan visual celengan gerabah di Desa Arjawinangun.
Dalam melakukan penelitian tentang “Kajian Visual Celengan Gerabah di Desa Arjawinangun Blok Posong, Kabupaten Cirebon”, penulis menggunakan teori-teori seputar, kriya, keramik/gerabah, celengan, visual dan Cirebon.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan menggunakan instrumen yaitu wawancara, pengamatan, dan penggunaan dokumen.
Proses pembuatan celengan gerabah harus melalui beberapa tahapan, yaitu: pemilihan bahan baku (tanah liat), pengolahan bahan, pembuatan (pembentukan), penjemuran, pembakaran, pewarnaan dan terakhir pemasaran. Teknik pembuatan celengan gerabah di Blok Posong sebagian besar menggunakan teknik cetak, kecuali untuk celengan berbentuk gong yang menggunakan teknik slab (meja putar). Bentuk-bentuk celengan tersebut, yaitu: 1. Bentuk gong, 2. Bentuk ayam jago, 3. Bentuk singa, 4. Bentuk ikan, dan 5. Bentuk Semar.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bentuk-bentuk celangan di Blok Posong Desa Arjawinangun Kab Cirebon dibuat menggunakan cetakan (teknik cetak) dan meja putar (teknik slab). Bentuk-bentuk celengan yang dibuat seputar binatang dan tokoh pewayangan (semar). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan, seputar kriya tradisional yang ada di Indonesia.
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon ABSTRACT
Sofyan Alamhudi, (0607951), VISUAL STUDIES PIGGY POTTERY VILLAGE
BLOCK ARJAWINANGUN POSONG DISTRICT CIREBON.
Cirebon city has long been renowned as a batik -producing areas. Besides batik Cirebon turned out to have other property that is craft pottery tradition, precisely in Block Posong (RW 08) Village Arjawinangun Cirebon, has long been a craft of making pottery.
Most of the residents of Block Posong kriyawan livelihood as pottery , one of the leading products in the pottery craft Posong Block is a piggy bank . Some of the background to this study are: 1. Kriya Arjawinangun pottery in the village has been around for generations, 2. Besides kriyawan, craft pottery industries it can provide jobs for the local community, 3. Diversity of shapes and colors of pottery piggy bank, 4. To further promote the traditional craft. Based on this background, the formulation of this research is how the process of making and shape or visual appearance of pottery in the village Arjawinangun piggy bank.
In doing research on "Visual Studies pottery piggy bank in the village Arjawinangun Block Posong, Cirebon", the author uses the theories surrounding, craft, ceramics/pottery, piggy bank, visual and Cirebon.
The method used is qualitative, using instruments that interview, observation, and use documents.
The process of making pottery piggy bank to go through several stages: the selection of raw material (clay ), materials processing, manufacture ( forming ), drying, burning, staining and finally marketing. The technique of making pottery piggy bank in Block Posong mostly using printing techniques, except for the gong-shaped piggy bank using the slab technique ( rotary table ). The piggy bank forms, namely: 1. Shape gong, 2. Shape rooster, 3. Shape lions, 4. Shape fish, and 5. Shape Semar.
The conclusion of this study is celangan forms in Block Posong Cirebon Regency Village Arjawinangun made using molds (printing technique) and turntable (slab technique). The forms piggy banks made about animals and puppet characters (Semar). This research is expected to contribute to science, about the
traditional craft in Indonesia.
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon DAFTAR ISI
E. Lokasi dan Objek Penelitian...
F. Sistematika Penulisan...
1. Sejarah Celengan di Jawa...
vii Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon
2. Perkembangan Celengan...
A. Celengan Gerabah di Desa Arjawinangun...
1. Sejarah...
2. Lokasi Penelitian...
a. Tempat Pengambilan Bahan Baku...
b. Tempat Pembuatan Celengan Gerabah...
c. Tempat Pemasaran Celengan Gerabah...
B. Proses Pembuatan Celengan Gerabah...
1. Bahan Baku dan Peralatan...
2. Teknik Pembentukan Celengan Gerabah...
viii Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon
C. Kajian Visual Celengan Gerabah...
1. Celengan Ayam...
2. Celengan Gong...
3. Celengan Ikan...
4. Celengan Semar...
5. Celengan Singa...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...
A. Kesimpulan...
B. Saran...
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISTILAH
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
82
83
88
92
97
102
107
107
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sejak zaman dahulu selalu melakukan banyak hal untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, dari kebutuhan pokok hingga kepuasan batin.
Banyak teori yang mengemukakan tentang kemampuan manusia dalam
memperbaiki kebutuhan hidup, antara lain seperti yang diungkapkan Palgunadi
(2007:44) bahwa manusia dikaruniai kemampuan akal untuk berpikir. Sejak
manusia hadir di muka bumi, kemampuan akalnya terus berkembang.
Kemampuan akal inilah yang memungkinkan manusia sebagai makhluk hidup
untuk dapat bertahan, berkembang, serta memperbaiki tingkat dan kualitas
kehidupannya. Berdasarkan pendapat tersebut, maka kemampuan terbesar
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya diperoleh dari akal pikiran yang
terus berkembang. Kemampuan tersebut kemudian diturunkan dari generasi ke
generasi, sehingga peradaban manusia terus berkembang semakin maju.
Dalam hidup, manusia akan terus memenuhi kebutuhannya. Palgunadi
(2007:44-46) menuturkan, bahwa sejak awal keberadaan manusia, ia akan selalu
berusaha melengkapi dan memperbaiki segalanya untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Masih berdasarkan pendapat Palgunadi, diperoleh keterangan bahwa
populasi manusia yang selalu bertambah turut serta melahirkan inovasi-inovasi
yang baru pula. Semua tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
bahkan di Indonesia sendiri banyak muncul karya-karya yang unik.
Keanekaragaman hasil karya-karya kebudayaan bangsa Indonesia diungkapkan
oleh Wibisana dalam Sunaryo (2009:1), ia menyebutkan bahwa masyarakat di
berbagai daerah banyak mengembangkan beraneka macam budaya.
Budaya-budaya tersebut kemudian terhimpun menjadi keBudaya-budayaan Nusantara. Dalam
bidang kesenian, setiap tempat mengembangkan sesuai dengan latar sosial-budaya
masing-masing sehingga terbentuklah kesenian daerah. Wibisana dalam Sunaryo
2
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menggunakan zat dan unsur seni suatu suku bangsa tertentu, sehingga warna dan
suasana etnik tampak dan terasa pada kehadirannya.
Merujuk pada pernyataan di atas, kriya yang terdapat di daerah-daerah
Nusantara pun memiliki kekhasan yang berbeda. Asal mula kriya berbahan tanah
liat bahkan ternyata sudah ada di Indonesia sejak zaman prasejarah, sesuai dengan
pendapat yang diutarakan Widayanto (1993:10) tentang kepingan tembikar kasar
dan sederhana yang ditemukan para arkeolog ketika menggali situs-situs
prasejarah di Kadenglembu, Banyuwangi (Jawa Timur), Klapadua, Bogor,
Serpong, Tangerang, di sekitar Danau Bandung (Jawa Barat), Kalumpang dan
Minanga Sipakka (Sulawesi). Berdasarkan pendapat tersebut, kriya dengan bahan
baku tanah liat memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia,
sangatlah wajar jika di beberapa daerah ditemukan beberapa industri kriya
keramik/gerabah.
Dilihat dari bentuknya, keramik tidak hanya mengejar penampilan saja
tetapi memiliki nilai-nilai filosofi. Berikut adalah pendapat dari Widayanto
(1993:10-11) yang menyebutkan tembikar atau gerabah merupakan lambang
hubungan antara manusia dan alam, beliau juga memaparkan benda budaya
tersebut menggabungkan unsur-unsur bumi, yaitu tanah, air, angin, dan api.
Widayanto (1993:11) memaparkan alasan yang menyebut tembikar atau
gerabah merupakan gabungan dari unsur-unsur bumi. Ini karena dalam proses
pembuatan kriya tersebut, tanah liat yang dibentuk masih dalam kondisi lembek
atau mengandung air. Setelah dibentuk, tanah liat tersebut kemudian dikeringkan
atau dapat juga dengan cara diangin-angin. Selanjutnya, tanah liat yang telah
dikeringkan tersebut dibakar dengan api dalam sebuah wadah pembakaran.
Satari dalam Widayanto (1993:12) berpendapat, semakin sederhana bentuk
ornamen suatu benda maka semakin mendalam arti simbolik yang terkandung
didalamnya. Ia memaparkan pula, benda-benda tersebut pada zaman prasejarah
sering kali dikaitkan dengan hal magis dan kepercayaan kepada nenek moyang
serta juga dianggap sebagai penolak kekuatan jahat.
Tembikar puntelah sejak lama berfungsi sebagai media ekspresi seni,
3
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menerangkan bahwa tembikar atau gerabah mungkin berawal dari
ketidaksengajaan, namun kemudian menjadi sebuah hiasan seperti tembikar atau
gerabah neolitik. Lambat laun berkembang dengan hiasan dan pola lainnya yang
secara teknis kini dinamakan teknik tera atau tekan (impressed), teknik gores
(incised), tusuk, cungkil (excised), tempel (applique) dan teknik cubit.
Seperti halnya tempat-tempat lain, di Indonesia juga terdapat berbagai
macam suku dan kebudayaan, Cirebon merupakan salah satunya. Pernyataan
Marsinah (2003:93) menyebutkan, Cirebon yang berada di wilayah perbatasan
antara jawa tengah yang berbudaya jawa dengan jawa barat yang berbudaya
sunda, serta mendapat pengaruh dari budaya luar seperti Cina dan Arab, tentulah
memiliki identitas budayanya sendiri.
Pernyataan Marsinah dikuatkan juga dalam blog Cirebon Punya (2009)
bahwa:
Cirebon berasal dari kata Caruban atau tempat pertemuan atau persimpangan jalan. Ada juga yang mengatakan nama itu berasal dari kata carub dalam bahasa Jawa yang berarti campuran. Ada pula kemungkinan terpengaruh bahasa Sunda yang berawalan Ci (berarti air atau aliran sungai) karena berada di muara sungai, kota ini pun lama kelamaan disebut Cirebon. Pendapat lain mengatakan Cirebon berasal dari kata yang bermakna sungai yang mengandung banyak udang (rebon berarti udang kecil).
Cirebon memiliki sentra industri kriya keramik, tepatnya di Desa
Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon, sebelah barat Kota Cirebon.
Secara administratif, Blok Posong terletak di RW 08 Desa Arjawinangun. Potensi
alam yang kaya akan sumber tanah liat menjadikan masyarakat daerah ini
berprofesi sebagai kriyawan gerabah atau keramik, walaupun ada beberapa
penduduknya yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri
tidak membuat industri ini surut dan tetap memiliki peminatnya tersendiri.
Problem besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah tingginya
pengangguran, pendapat tersebut diutarakan oleh Widjaya (2009:171).
Menurut data Badan Pusat Statistik dalam Widjaya (2009:171):
4
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Agustus 2007, pengangguran terbuka sejumlah 10,01 juta orang atau mengalami penurunan sekitar 8,2% dari 10,93 juta orang dibandingkan bulan Agustus 2006. Pada Agustus 2008, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,39% atau 9,39 juta orang dari total angkatan kerja, turun dibandingkan bulan Agustus tahun 2007 sebesar 9,11% atau 10,01 juta orang dari angkatan kerja.
Berdasarkan data di atas, Widjaya (2009:171) mengungkapkan bahwa
tingkat pengangguran yang dialami oleh bangsa Indonesia masih sangat tinggi,
sehingga yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah industri yang bisa
menyerap banyak tenaga kerja atau ia menyebutnya sebagai industri padat karya.
Beliau beralasan bahwa industri keramik bukan industri yang menggunakan
teknologi canggih, walaupun menggunakan mesin otomatis akan tetapi proses
produksi memerlukan keterlibatan tangan atau tenaga manusia.
Pergerakan perekonomian bangsa yang dilahirkan dari keberadaan industri
keramik memberikan sumbangsih terhadap pendapatan negara, pendapat tersebut
diungkapkan oleh Widjaya (2009:174). Ia pun menambahkan, produksi keramik
Indonesia sebesar 75% untuk konsumsi di dalam negeri dan 25% untuk tujuan
ekspor. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa industri keramik sangatlah
potensial jika di dukung dengan baik.
Selain sebagai penyedia lapangan pekerjaan, indutri keramik juga ternyata
turut berperan serta melestarikan tradisi budaya bangsa, hal ini senada dengan
pendapat yang diutarakan Widjoyo (2009:175), ia menyebutkan industri keramik
turut serta berpartisipasi dalam melestarikan nilai-nilai budaya bangsa.
Berdasarkan pengamatan langsung peneliti terhadap usaha kerajinan
gerabah di Desa Arjawinangun Blok Posong, terdapat beberapa jenis produk kriya
gerabah yang dihasilkan, seperti; kendi, tempayan, mainan anak-anak, celengan,
dan sebagainya. Proses pembuatan dilakukan dengan cara-cara sederhana, mulai
dari proses pengambilan bahan baku, pengolahan, pembuatan, pengeringan,
pembakaran, dan pewarnaannya.
Alasan peneliti memilih penelitian tentang celengan gerabah tersebut
adalah untuk mengangkat kriya tradisional di Desa Arjawinangun. Menurut
5
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
masyarakat setempat, kriya gerabah di Desa Arjawinangun telah ada sejak
beberapa generasi.
Berdasarkan keterangan dari pak Jumadi, bahan baku tanah liat yang
digunakan diperoleh dari tanah sawah. Proses pembuatan masih sangat sederhana
dengan menggunakan peralatan yang seadanya.
Bentuk-bentuk celengan gerabah di Desa Arjawinangun antara lain adalah
gong, ayam jago, singa, ikan, dan semar. Bentuk-bentuk celengan tersebut
dihasilkan dari proses pencetakan dengan mengunakan teknik cetak, namun untuk
celengan berbentuk gong menggunakan teknik putar.
Atas dasar kenyataan tersebut itulah serta untuk lebih memajukan lagi
tradisi budaya daerah agar tetap dapat bertahan, dengan ini mendorong keinginan
peneliti untuk mengkaji secara visual celengan gerabah di daaerah Posong untuk
dapat dituangkan ke dalam bentuk penelitian skripsi yang berjudul “Kajian Visual
Celengan Gerabah di Desa Arjawinangun Kabupaten Cirebon”.
B. Rumusan Masalah
Moleong (1988:92-93) berpendapat, penelitian jenis apapun tidak lain titik
tolaknya bersumber pada masalah. Tanpa masalah penelitian itu tidak dapat
dilaksanakan, lalu ia juga menyebutkan masalah dalam penelitian kualitatif
bertumpu pada suatu fokus. Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis
membuat rumusan masalah untuk memudahkan fokus penelitian yang akan
dilakukan, yaitu:
1. Bagaimana proses pembuatan celengan gerabah di Desa Arjawinangun?
2. Bagaimana bentuk dan makna celengan gerabah di Desa Arjawinangun?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui dan memahami proses pembuatan celengan gerabah yang
6
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Untuk mengetahui bentuk atau tampilan visual celengan gerabah yang ada di
Desa Arjawinangun.
D. Manfaat Penelitian
Dengan hasil penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat
untuk semua pihak, antara lain:
1. Bagi Penulis:
a. Menambah wawasan tentang kekayaan budaya lokal
b. Menambah semangat untuk terus melestarikan dan memajukan kerajinan khas
daerah setempat, khususnya celengan gerabah yang terdapat di Desa
Arjawinangun.
2. Bagi Pembaca Secara Umum:
a. Menambah rasa cinta terhadap budaya bangsa.
b. Mendorong generasi muda untuk mempelajari dan melestarikan kerajinan
daerah
c. Memperdalam apresiasi terhadap karya seni kria, khususnya kerajinan
tradisional.
d. Sebagai bahan rujukan atau referensi bagi keperluan-keperluan lain yang
relevan.
3. Bagi Instansi Pemerintah:
Mendorong pemerintah untuk dapat memberdayakan serta memajukan
Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM).
4. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Seni:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan tentang kerajianan tradisional Indonesia, khususnya celengan
7
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
E. Lokasi dan Objek Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menentukan lokasi dan objek
penelitian sebagai berikut:
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah di Desa Arjawinangun
Blok Posong Kabupaten Cirebon. Blok Posong sendiri merupakan pusat
pembuatan keramik di Desa Arjawinangun tersebut.
2. Objek Penelitian
Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Celengan Gerabah dan
lebih menitikberatkan pada kajian visual serta proses pembuatannya.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperjelas dalam pembahasan dan penyusunan penelitian ini,
maka peneliti membagi pokok pembahasan yang terdiri sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, lokasi dan objek penelitian.
2. BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan mengungkapkan landasan-landasan teori yang
digunakan dan menjadi acuan bagi peneliti dalam menyusun skripsi, serta
diuraikan pula mengenai pendapat-pendapat para ahli dan buku-buku yang relevan
8
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan metode atau tata cara yang peneliti tempuh
dalam melakukan penelitian guna mendapatkan hasil yang berhubungan dengan
permasalahan yang dikaji.
4. BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan seluruh hasil
penelitian yang diperoleh penulis. Didalamnya berisi tentang teknik pembuatan
dan bentuk celengan gerabah di desa arjawinangun kabupaten cirebon, serta
pemecahan masalah yang dikaji dalam skripsi.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian
mengenai teknik pembuatan dan bentuk celengan gerabah di Desa Arjawinangun
Kabupaten Cirebon, juga rekomendasi dari penulis berdasarkan data-data yang
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Penyusunan skripsi ini menggunakan paradigma penelitian kualitatif, adapun
definisi tentang paradigma itu sendiri menurut Bogdan dan Biklen (Moleong,
1988:49) adalah sebagai beikut: "Kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang
dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan
penelitian".
Pemaparan tentang definisi paradigma juga di ungkapkan oleh Moleong
(1988:49): "Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu
distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi
(perilaku yang di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu)".
Kemudian definisi dari penelitian di ungkapkan Moleong (1988:49), yaitu:
"Penelitian pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran
atau untuk lebih membenarkan kebenaran".
Menurut David Williams dalam Moleong (1988:5) penelitian kualitatif adalah
pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah,
dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Penulis buku
penelitian kualitatif lainnya Denzin dan Lincoln masih dalam Moleong (1988:5)
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
Sedangkan menurut Kirk dan Miller (1986:9) bahwa "Penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya". Definisi Penelitian tersebut mengacu pada pendapat Bogdan dan
50
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati". Kedua pernyataan tersebut dapat di baca di
buku karya Moleong (1988:4).
Hubungan penelitian kualitatif dengan fenomena budaya rupa yang
diungkapkan oleh Sachari (2004:20-21) bahwa:
Semakin populernya metode penelitian kualitatif dalam kajian-kajian yang menyangkut karya budaya dan permasalahan sosial, nyata merangsang tumbuhnya pengembangan metode untuk meneliti fenomena tersebut dengan berbagai pendekatan. Di kalangan mahasiswa yang mengkaji permasalahan budaya metode etnografi kerap dipergunakan sebagai suatu cara untuk meneliti. Berbeda dengan fenomena kebudayaan pada umumnya, fenomena budaya rupa memiliki ciri-ciri khas tersendiri yang unik.
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, maka dalam melakukan penelitian
diperlukan sebuah instrumen penelitian, ini berguna untuk mengumpulkan data.
Sebagaimana diungkapkan oleh Maleong (1988 : 19), bahwa: "Instrumen penelitian
merupakan alat pengumpulan data".
Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti terjun langsung di lapangan dengan
menggunakan teknik wawancara, pengamatan dan penggunaan dokumentasi. Peneliti
menempatkan diri sebagai instrumen penelitian itu sendiri.
Melalui observasi langsung di lapangan peneliti dapat melihat dan mengamati
langsung segala proses pembuatan celengen gerabah yang dibuat di Desa
Arjawinangun Blok Posong mulai dari pengolahan, pembentukan, pembakaran dan
pewarnaan tanah liat
Menurut Moleong (1988:168): "Kedudukan peneliti dalam penelitian
kualitatif cukup rumit, karena ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana
pengumpulan data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor
51
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data penelitian yang dibutuhkan, maka peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Penggunaan Dokumen
Menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong (1988:216-219), dokumen ialah
setiap bahan tertulis ataupun film. Dokumen terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Dokumen pribadi, yaitu catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang
tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya.
b. Dokumen resmi, yaitu catatan tertulis yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah,
lembaga masyarakat ataupun lembaga sosial, seperti: majalah, buletin, pernyataan
dan berita yang disiarkan oleh media massa.
Inti dari penjelasan Guba dan Lincoln dalam Moleong (1988:216-219),
dokumen adalah bahan-bahan yang memang sudah ada sebelumnya. Mereka (Guba
dan Lincoln) memaparkan tentang kegunaan dokumen, sebagai berikut:
1) Dokumen digunakan karena merupakan sumber yang stabil.
2) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.
3) Sesuai dengan penelitian kualitatif.
4) Hasil pengkajian akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas
pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data,
karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan, bahkan untuk meramal, ini di utarakan oleh Moleong (1988:217).
Dokumen yang digunakan peneliti adalah buku, makalah serta dari media
internet. Isi dokumen tersebut seputar tentang kriya, keramik, celengan, visual dan
Cirebon. Penggunaan dokumen digunakan untuk menjadi landasan ilmiah dalam
52
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Pengamatan
Alasan peneliti menggunakan teknik pengamatan, merujuk pada pendapat
Guba dan Lincoln dalam Moleong (1988:174) bahwa pengamatan didasarkan pada
pengalaman secara langsung di lapangan serta memungkinkan melihat, mengamati
kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Setelah pemaparan di atas mengenai alasan peneliti menggunakan teknik
pengamatan, maka selanjutnya adalah pembahasan tentang teknis pengamatan, yaitu
dengan pemeranserta sebagai pengamat. Ini merujuk pada pendapat Moleong
(1988:177), yaitu: "Peranan peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya
sebagai pemeranserta tetapi melakukan fungsi pengamatan. Ia sebagai anggota
pura-pura, jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya".
Berdasarkan pendapat Moleong di atas, maka cara-cara yang akan dilakukan
peneliti untuk melakukan pengamatan adalah sebagai berikut:
a. Mendatangi langsung serta mendokumentasikan tempat pengambilan bahan baku
di Perumnas BTN, Jln. Kebon Pring Desa Arjawinangun Kab Cirebon.
b. Mendatangi langsung serta mendokumentasikan tempat pembuatan celengan
gerabah di Blok Posong, RW 8 Desa Arjawinangun Kab Cirebon.
c. Mendokumentasikan serta mencatat fungsi peralatan yang digunakan untuk
pembuatan celengan gerabah.
d. Mendokumentasikan serta mencatat tahapan proses pembuatan celengan gerabah.
e. Berinteraksi dengan warga setempat, terkait sejarah dan latar belakang celengan
gerabah di Blok Posong Desa Arjawinangun Kab Cirebon.
Peneliti menggunakan kamera untuk pendokumentasian, serta buka catatan
untuk mencatat hasil yang didapatkan selama melakukan penelitian.
Pengamatan di dalam sebuah penelitian haruslah memiliki fokus tentang apa
yang akan diamati. Berdasarkan keterangan Moleong (1988:178) tentang fokus di
dalam sebuah pengamatan: "Fokus dalam pengamatan penelitian kualitatif pada
dasarnya sudah dirumuskan sejak studi itu dirancang dan merupakan satu unsur studi
53
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1) Bahan baku untuk pembuatan celengan gerabah.
2) Peralatan yang digunakan kriyawan setempat untuk membentuk celengan
gerabah.
3) Teknik apa saja yang digunakan kriyawan setempat untuk membentuk celengan
gerabah.
4) Proses pembentukan celengan gerabah.
5) Bentuk-bentuk celengan gerabah yang dihasilkan.
6) Peralatan yang digunakan untuk proses penjemuran celengan gerabah.
7) Tempat yang digunakan untuk penjemuran celengan gerabah.
8) Jenis tengku pembakaran celengan gerabah.
9) Bahan bakar yang digunakan untuk proses pembakaran.
10)Berapa lama waktu yang diperlukan selama proses pembakaran celengan gerabah
berlangsung.
11)Peralatan dan bahan yang digunakan untuk pewarnaan celengan gerabah.
12)Teknik pewarnaan celengan gerabah.
13)Warna-warna yang digunakan.
14)Tempat pemasaran celengan gerabah, yaitu di Pasar Arjawinangun, Kab Cirebon.
3. Wawancara
Pengertian wawancara jika merujuk pada pendapat Moleong (1988:186)
merupakan sebuah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Tujuan mengadakan suatu wawancara telah diungkapkan oleh Lincoln dan
Guba masih dalam Moleong (1988:186) yang menyebutkan tujuan mengadakan
wawancara antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.
Menurut Patton dalam Moleong (1988:187) salah satu cara melakukan
54
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Jenis wawancara tersebut menurut Moleong (1988:187) mengharuskan pewawancara
membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu
ditanyakan secara berurutan. Demikian pula penggunaan dan pemilihan kata-kata
untuk wawancara dalam hal tertentu tidak perlu dilakukan sebelumnya. Petunjuk
wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi
wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya
tercakup. Petunjuk itu mendasarkan diri atas anggapan bahwa ada jawaban yang
secara umum akan sama diberikan oleh para responden, tetapi yang jelas tidak ada
perangkat pertanyaan baku yang disiapkan terlebih dahulu. Pelaksanaan wawancara
dan pengurutan pertanyaaan disesuaikan dengan keadaan responden.
Peneliti membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan
namun tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi
petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar
pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup.
Untuk memperoleh hasil wawancara yang sesuai dengan tujuan penelitian,
maka peneliti membuat pokok-pokok pertanyaan sebagai berikut:
a. Bahan baku
Pokok pertanyaan yang bertujuan untuk mengatahui bahan baku yang digunakan
dalam pembuatan celengan gerabah.
b. Peralatan
Pokok pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui peralatan apa saja yang
digunakan untuk membuat celengan gerabah, beserta fungsinya masing-masing.
c. Proses Pembuatan
Pokok pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan celengan
gerabah.
d. Produk-Produk Celengan Gerabah
Pokok pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui tentang produk-produk
55
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
e. Kajian Visual
Pokok pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui tentang kajian visual yang
akan di kaji tersebut.
f. Pemasaran
Pokok pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana
pemasaran celengan gerabah tersebut.
Berikut adalah para terwawancara (interviewee), yaitu:
1) Nama : Ido R
Umur : 32 tahun
Alamat : Jalan Kebon Baru Arjawinangun
Pekerjaan : Wiraswasta
2) Nama : Agus
Umur : 32 tahun
Alamat : Arjawinangun
Pekerjaan : Pekerja kasar/kriyawan gerabah
3) Nama : Jumadi
Umur : 60 tahun
Alamat : Posong Kulon, RT/01 RW/08
Pekerjaan : Wiraswasta/pedagang celengan
4) Nama : Sutara
Umur : 60 tahun
Alamat : Posong Wetan, RT/01 RW/07
56
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C.Analisis Data
Pendapat Moleong (1988:247) tentang awal dari proses analisis data, yaitu
sebagai berikut:
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya.
Terkait pernyataannya di atas, Moleong (1988:247) memaparkannya dengan
lebih rinci:
1. Membaca, mempelajari dan menelaah data yang telah ada.
2. Mereduksi data dengan jalan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha
membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu
dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.
3. Menyusunnya ke dalam satuan-satuan
4. Pengkategorian, kategori-kategori itu dibuat sambil melakukan koding
5. Pemeriksaan keabsahan data
6. Penafsiran data menjadi teori substansif dengan menggunakan beberapa metode
tertentu.
Pendapat dari Bogdan dan Biklen dalam Moleong (1988:248) menyebutkan:
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menentukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Di lain pihak, analisis data kualitatif oleh Seiddel dalam Moleong (1988:248)
menyebutkan prosesnya sebagai berikut:
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar
sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
57
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat
temuan-temuan umum.
Selanjutnya menurut Jamie McDurry dalam Moleong (1988:248) tahapan
analisis data kualitatif sebagai berikut:
1) Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada di
dalam data.
2) Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal
dari data.
3) Menuliskan model yang ditemukan.
4) Koding yang telah dilakukan.
Dari definisi-definisi tersebut, telah dikemukakan proses dan penjelasan
tentang komponen-komponen yang perlu ada dalam suatu analisis data. Berikut
adalah tahapan analisis data yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:
a) Mencari dokumen, baik berupa buku, makalah, karya tulis ilmiah dan informasi
dari media internet yang berkaitan dengan penelitian sebagai landasan teori yang
akan digunakan.
b) Mengumpulkan data-data, baik berupa foto maupun tulisan yang telah diperoleh
dari dokumen, hasil pengamatan dan jawaban yang didapatkan dari wawancara.
c) Membuat klasifikasi data, yaitu:
(1) Klasifikasi pertama tentang proses pembuatan celengan gerabah, meliputi:
(a) Bahan Baku dan Peralatan
(b) Teknik Pembentukan Celengan Gerabah
(c) Penjemuran Celengan Gerabah
(d) Pembakaran Celengan Gerabah
(e) Pewarnaan Celengan Gerabah
(2) Klasifikasi kedua tentang kajian visual celengan gerabah, meliputi:
(a) Unsur Visual dan Makna Simbolis Celengan Ayam
58
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(c) Unsur Visual dan Makna Simbolis Celengan Ikan
(d) Unsur Visual dan Makna Simbolis Celengan Semar
(e) Unsur Visual dan Makna Simbolis Celengan Singa
Setelah tahapan analisis di atas telah dilakukan, selanjutnya adalah
memasukan data sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan dan mendeskripsikan
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperolah kesimpulan bahwa
Blok Posong Desa Arjawinangun Kab Cirebon merupakan daerah penghasil kriya
gerabah di cirebon Cirebon. Salah satu produk unggulan kriya gerabah yang
dihasilkan adalah celengan. Mengenai teknik pembuatan celengan tersebut, dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik cetak dan teknik putar.
Teknik putar dilakukan untuk membuat celengan gong, teknik ini
menggunakan meja putar sebagai alat bantu utama dalam proses pembuatan
celengan. Keterampilan tangan sangat diperlukan, agar benda yang dihasilkan
memiliki bentuk yang presisi. Sedangkan teknik cetak dilakukan untuk membuat
celengan ayam, ikan, semar dan singa, teknik ini menggunakan cetakan. Cetakan
disesuaikan dengan bentuk celengan yang akan dibuat.
Bentuk-bentuk celengan gerabah yang dihasilkan di Blok Posong Desa
Arjawinangun, Kabupaten Cirebon memiliki makna-makna tersendiri bagi
masyarakat setempat. Makna dari bentuk-bentuk celengan tersebut, antara lain:
Celengan ayam dibuat dengan menggunakan teknik cetak, merupakan
perwujudan dari binatang ayam. Ayam merupakan binatang yang tidak asing bagi
masyarakat indonesia pada umumnya. Bagi masyarakat Desa Arjawinangun,
ayam memiliki makna tentang semangat bekerja dan ketahanan pangan, ini
berdasarkan sifat ayam yang selalu berkokok pada pagi hari sehingga
mengingatkan warga untuk memulai aktifitas dari pagi hari serta daging dan telur
yang dapat dikonsumsi oleh manusia.
Celengan gong dibuat dengan menggunakan teknik putar. Gong
merupakan alam musik tradisional, dalam setiap pertunjukan musik tradisional,
Gong digunakan untuk mengatur ritme permainan. Bagi masyarakat Desa
Arjawingun, celengan gong memiliki makna peraturan atau tata cara, baik dalam
108
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Celengan ikan dibuat dengan menggunakan teknik cetak. Bagi masyarakat
cirebon ikan memiliki makna laut, karena daerah Cirebon terletak di pesisir laut
utara Provinsi Jawa Barat yang berbatasan dengan laut. Oleh karena itu, ikan tidak
bisa lepas dari kehhidupan masyarakat Cirebon.
Celengan semar dibuat dengan menggunakan teknik cetak, bentuk karakter
tersebut diambil dari salah satu tokoh pewayangan, yaitu Semar. Dalam
pewayangan, Semar diceritakan sebagai sosok orang tua yang berbadan gendut,
memiliki sifat bijaksana, penuh kasih sayang, pengasuh dan dihormati oleh tokoh
pewayangan yang lain. Oleh karena itu, bagi masyarakat Desa Arjawinangun
Cirebon, celengan semar memiliki makna kasih sayang, bijaksana, dan
bertanggung jawab.
Celengan singa dibuat dengan menggunakan teknik cetak. Celengan singa
diambil dari sosok binatang singa. Singa identik dengan raja hutan, binatang yang
paling berkuasa dan kuat diantara binatang yang lain. Bagi masyarakat Desa
Arjawinangun, celengan singa memiliki makna kekuasaan, kewibawaan dan
kekuatan.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian tentang "Kajian Visual Celengan Gerabah Di
Desa Arjawinangun Kabupaten Cirebon", Peneliti memperoleh data sehingga
dapat menarik kesimpulan seperti yang telah diuraikan di atas. Oleh karena itu,
Peneliti ingin memberikan saran kepada:
1. Bagi Pelaku/ Kriyawan
a. Para kriyawan gerabah untuk lebih mengutamakan pengembangan yang sesuai
dengan kebutuhan pasar.
b. Selalu inovatif dalam menghasilkan karya yang sesuai dengan perkembangan
109
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Mencari bentuk celengan gerabah yang lebih kreatif dan unik dengan
pertimbangan estetika.
2. Bagi Pembaca Secara Umum:
Bagi pembaca secara umum, peneliti menyarankan agar lebih apresiatif
terhadap kriya gerabah dan ikut berperan-serta dalam pelestarian pembuatan
gerabah yang merupakan warisan budaya bangsa.
3. Bagi Instansi Pemerintah:
a. Pemerintah harus secara rutin membina, mendidik dan memberikan pelatihan
kepada Usaha Kecil Menengah (UKM), untuk dapat berkembang dengan baik.
b. Pemerintah ikut serta dalam mempromosikan dan mensosialisasikan
produk-produk tradisional khususnya celengan gerabah agar dapat di ketahui oleh
masyarakat luas.
4. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Seni:
Gerabah mempunyai nilai kegunaan dan keindahan yang tinggi, oleh karena
itu perhatian serta dukungan dari para praktisi seni dan akademisi sangat
dibutuhkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan tentang seni budaya bangsa
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Bastomi, Suwadji. (2000). Seni Kriya Seni. Semarang: UNNES Press.
Budiyanto, Wahyu G. (2007). Keramik (Buku Petunjuk Praktis Kriya Keramik Sekolah Menengah Kejuruan). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dharsono dan Sunarmi. (2007). Estetika Seni Rupa Nusantara. Surakarta: ISI Press Surakarta.
Estetik, Aji Tresna. (2011). "Kriya Tempurung Kelapa (Suatu Analisis Teknik dan Bentuk Kerajinan Tempurung Kelapa Bapak Adang Sukma di Dusun Sawah Lega Desa Jati Mulya Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang)". (Skripsi). jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Guntur. (2005). Keramik Kasongan. Wonogiri:Bina Citra Pustaka.
Hartono, Anton J. (1993). Mengenal Keramik Modern. Yogyakarta: Andi Offset.
Ichsan, Nurdian. (2002). Membuat Keramik. Bandung: PT Kiblat Buku Utama
Moleong, Lexy J. (1988). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Palgunadi, Bram. (2007). Disain Produk (Disain, disainer dan proyek desain). Bandung: ITB
Razak, R. A. (1978). Industri Keramik. Jakarta: PN. Balai Pustaka.
Senia, Alin. (2011). "Kriya Keramik Oddgreen (Study Deskriptif Terhadap Karya Kriya Keramik Oddgreen, di Arcamanik, Bandung)". (Skripsi). Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Setiabudhi, Natas. (2011). Belajar Sendiri Membuat Keramik. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Sudjana, Tarja dkk. (2004). Pendidikan Seni Untuk SLTP Kelas III. Bandung: Grafindo Media Pratama
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon
Yudoseputro, Wiyoso. (1983). Seni Kerajinan Indonesia Untuk SMK. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumber Internet:
Aizat, Yuzry. (2012). Titik Hitam Hidup. [Online]. Tersedia: http://harubiruan.blogspot.com/2012/07/titik-hitam-hidup.html [4 Desember 2013].
Alfian, David Febri. (2013). Review Materi Menggambar Mesin (Konstruksi
Geometri). [Online]. Tersedia:
http://blog.ub.ac.id/davidfebrialfian/2013/03/05/review-materi-menggambar-mesinkonstruksi-geometri/ [5 Desember 2013].
Amalie, Siska. (2013). Kenapa Celengan Identik Dengan Babi ?. [Online]. Tersedia: http://bisnis.liputan6.com/read/653387/kenapa-celengan-identik-dengan-babi [6 November 2013].
Apa Kabar. (2012). Chauvet Cave: Lukisan Tertua Di dunia. [Online]. Tersedia: http://angkatigabelas.blogspot.com/2012/03/chauvet-cave-lukisan-tertua-di-dunia.html [14 September 2013].
Arjunanto, Tomy. (2010). Kasultanan Cirebon Kehilangan Jari Semar. [Online]. Tersedia: http://tomyarjunanto.wordpress.com/2010/03/04/kasultanan-cirebon-kehilangan-jari-semar/ [6 Februari 2014].
Chekgusempoi. (2012). Bentuk. [Online]. Tersedia:
http://chekgusempoi.wordpress.com/2012/05/20/bentuk/ [5 Oktober 2013].
Fakta Ilmiah. (2010) Otak Manusia Dapat Melihat Bentuk Dengan Menggunakan Suara. [Online]. Tersedia: http://www.faktailmiah.com/2010/10/21/otak-manusia-dapat-melihat-bentuk-dengan-menggunakan-suara.html [5 Oktober 2013].
Fauzi, Miftah. (2008). Representasi Kebudayaan Celengan Dari Celengan. [Online]. Tersedia: http://miftah-fauzi.blogspot.com/2008/11/representasi-kebudayaan-dari-celengan.html [13 September 2013].
Fortuna. (2010). Membuat garis putus-putus pada photoshop. [Online]. Tersedia:
http://fortuna83.blogspot.com/2010/04/membuat-garis-putus-putus-pada.html [14 September 2013].
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon
Google Maps. (2013). [Online]. Tersedia: https://maps.google.com/ [24 Desember].
Hakim, Zainal. (2012). Mengenal Istilah Warna. [Online]. Tersedia: http://www.zainalhakim.web.id/posting/mengenal-istilah-warna.html [10 Oktober 2013].
Ilmu Grafis. (2012). Membuat Lingkaran Spiral di Photoshop. [Online]. Tersedia: http://www.ilmugrafis.com/photoshop_dasar.php?page=membuat-lingkaran-spiral-di-photoshop [14 September 2013].
Irvana, Sindy. (2011). Bahan Alat dan Teknik. [Online]. Tersedia: http://sindyirvana.blogspot.com/ [12 Desember 2013].
Jackie's Blog. (2010). Seni Rupa. [Online]. Tersedia: http://semutngguyu.blogspot.com/2010/12/seni-rupa.html [4 desember 2013].
Keramik88. (2009). [Online]. Tersedia: http://keramik88.com/ [23 Desember 2013].
Mazgun. (2009). Klasifikasi Karya Seni Rupa. [Online]. Tersedia: http://senikriyaa.blogspot.com/ [19 Oktober 2013].
Putro, Aji Supojo. (2011). Peralatan Keramik. [Online]. Tersedia: http://alisupojoputro.blogspot.com/2011/04/peralatan-keramik.html [20 September 2013].
Rachman, Abdul. (2009). Proses Pembuatan Keramik [Online]. Tersedia: http://bangrahman.blogspot.com/2009/12/proses-keramik.html [4 Desember 2013].
Sekolah Maya. (2009). Keramik (Buku Petunjuk Praktis Kriya Keramik Sekolah
Menengah Kejuruan). [Online]. Tersedia:
Sofyan Alamhudi, 2014
Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon
Suanda, Endo. (2011). Singa Barong. [Online]. Tersedia:
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=890&lang=id [30 Maret 2014].
Yahya, Zakiyah. (2009). Kerajianan Keramik Di Cirebon. [Online]. Tersedia:
http://zakiyahyahya.blogspot.com/2009/01/kerajinan-keramik-di-cirebon.html?zx=4616dc59eb7a859 [7 juni 2013].