• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR………... iii

DAFTAR ISI………... v

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR ………... Viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah………... 4

C. Batasan Masalah……… 4

D. Tujuan Penelitian ………. E. Manfaat Penelitian... 5 5 BAB II SUNGAI CIKAPUNDUNG, BIOASSESSMENT, PARAMETER KIMIAWI FISIK AIR, MAKROZOOBENTOS, INDEKS KESERAGAMAN SHANNON-WIENER, dan ANALISIS KLUSTER A. Profil DAS Cikapundung ………..………... 6

B. Bioassesment... 9

C. Parameter Kimiawi Fisik Air ...……….……. 9

D. Makrozoobenthos...………..…………... 15

E. Indeks Keseragaman Shannon-Wiener...……..…... F. Analisis Kluster...…………... 17 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………. 21

(2)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Lokasi Penelitian ..………. 21

D. Alat dan Bahan………... 22

E. Waktu Penelitian……… 22

F. Langkah Penelitian……….……… 22

G. Analisis Data……….. 31

H. Alur penelitian……… 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………..………. 34

1. Penelitian Pendahuluan………... 34

2. Deskripsi Umum Stasiun Pencuplikan……… 35

3. Profil Hidrologi Badan Air………..…… 47

4. Faktor Kimiawi dan Fisik Air………. 48

5. Profil Sedimen...………... 52

6. Profil Umum Makrobenthos Yang Tercuplik……..……… 7. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener... 8. Pengelompokan Sungai Cikapundung Dengan Program Analisis Kluster MVSP 3.22 ... 54 57 57 B. Pembahasan……… 63

1. Faktor Kimiawi Fisik Air Sungai Cikapundung…………... 63

2. Analisis Kluster Sungai Cikapundung Berbasis Data Makrobenthos...……… 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….……… 68

B. Saran………... 69

DAFTAR PUSTAKA……… 70

LAMPIRAN - LAMPIRAN………. 74

(3)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

(4)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif analitik.

Jenis penelitian ini merupakan suatu penelitian yang memerlukan suatu survei

untuk menjelaskan suatu pola variasi di lingkungan alami secara akurat

(Morrison, 1993).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua benthos, air, dan

sedimen yang tercuplik saat pencuplikan di aliran utama DAS

Cikapundung

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua benthos, air, dan

sedimen yang tercuplik dari stasiun pencuplikan di 9 titik pencuplikan

DAS Cikapundung.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu di lapangan dan di laboratorium.

Pencuplikan benthos dan air serta pengukuran faktor abiotik dilaksanakan di

sembilan stasiun pencuplikan di sepanjang DAS Cikapundung. Sembilan stasiun

tersebut terletak di kawasan Gunung Bukit Tunggul, Kampung Cikapundung,

Cipanjalu, Babakan Gentong, Maribaya, Babakan Siliwang, Banceuy, jalan

Soekarno-Hatta, dan Dayeuh Kolot. Analisis faktor kimiawi air dilaksanakan di

Laboratorium Kimia Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air,

(5)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan di Laboratorium Ekologi Lingkungan, Jurusan Pendidikan biologi,

FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia.

D. Alat dan Bahan

Penelitian ini membutuhkan alat dan bahan untuk menunjang agar

penelitian berlangsung dengan baik. Alat dan Bahan yang dibutuhkan terdapat

dalam lampiran 1.

E. Waktu Penelitian

Penelitian diawali dengan dilakukan penelitian pendahuluan berupa

observasi lapangan pada tanggal 31 September 2013 untuk penentuan lokasi

stasiun pencuplikan. Pencuplikan benthos dan sampel air dilaksanakan di

sembilan stasiun pencuplikan yang telah ditentukan. Alasan pengambilan sampel

pada musim kemarau adalah karena tidak adanya degradasi bahan pencemar oleh

pelarut (air hujan) sehingga data yang diperoleh lebih akurat (Bahri et al, 2003).

Alokasi waktu yang digunakan mulai dari persiapan, penelitian pendahuluan

hingga penelitian sekitar 3 bulan yang dilakukan selama bulan Oktober hingga

Desember 2013.

F. Langkah Penelitian

Langkah penelitian meliputi tiga tahap, yaitu : persiapan, penelitian

pendahuluan dan pelaksanaan penelitian. Rincian dari langkah penelitian tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

Tahap persiapan meliputi persiapan alat dan bahan. Persiapan alat

dan bahan dilakukan dengan menyediakan semua peralatan dan bahan yang

diperlukan untuk penunjang penelitian seperti yang tercantum dalam daftar

(6)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Penelitian Pendahuluan

Tahap ini meliputi survey langsung lokasi penelitian dan

penetapan stasiun pengambilan sampel secara purposive, yaitu pengambilan

sampel dilakukan pada lokasi yang dianggap penting dan mewakili suatu

fungsi lahan tertentu di sepanjang DAS Cikapundung. Pengamatan diawali di

bagian hulu (Gunung Bukit Tunggul) hingga hilir (Dayeuh Kolot) dengan 13

calon stasiun pencuplikan seperti yang terlihat dari Tabel 3.1. Saat penelitian

pendahuluan ini berlangsung, dilakukan pengamatan terhadap rona

lingkungan disekitar lokasi pencuplikan yang meliputi vegetasi dominan, tata

(7)

Maharani Asih, 2014

[image:7.842.62.802.86.493.2]

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1. Daftar calon titik pencuplikan DAS Cikapundung

No Lokasi

Alamat Administrasi / ( Nama Desa )

*searah arus*

Lingkungan sekitar sungai / ( Fungsi lahan )

*searah arus*

Kanan Kiri Kanan Kiri

1. Sungai Cikapundung, Gunung Bukit Tunggul

Desa Suntenjaya,

Kecamatan Lembang,

Kabupaten Bandung Barat

Desa Panjalu, Kecamatan

Cilengkrang, Kabupaten Bandung Hutan atau kebun/perkebunan Hutan atau kebun/perkebunan

2. Sungai Cikapundung, setelah kampung Cikapundung

Desa Suntenjaya,

Kecamatan Lembang,

Kabupaten Bandung Barat

Desa Suntenjaya,

Kecamatan Lembang,

Kabupaten Bandung

Barat

Permukiman penduduk

dan peternakan sapi

perah tradisional,

tegalan/ladang

kebun/perkebunan

3.

Sungai Cikapundung, setelah

bertemu dengan sungai Cisarua

daerah Kosambi

Desa Cibodas, Kecamatan

Lembang, Bandung Barat

Desa Mekarmanik, Kecamatan cimenyan, Kab. Bandung Permukiman penduduk dan tegalan/ladang Hutan atau kebun/perkebunan 4.

Sungai Cikapundung, setelah

bergabung dengan sungai

Cisarua

Desa Cibodas, Kecamatan

Lembang, Bandung Barat

Desa Ciburial,

Kecamatan Cibeunying

Kaler, Kabupaten

Bandung

Permukiman penduduk,

kebun budidaya dan

persawahan tadah hujan

Hutan atau

(8)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.

Sungai Cikapundung,

Kp Babakan Gentong

Desa Langensari,

kecamatan Lembang,

kabupaten Bandung Barat

Desa Cibodas,

Kecamatan Lembang,

Bandung Barat

Permukiman penduduk,

kebun budidaya dan

persawahan tadah hujan

Hutan atau

kebun/perkebunan

6. Sungai Cikapundung, Maribaya

Desa Cikondang,

kecamatan Lembang,

kabupaten Bandung Barat

Desa Lamajang,

kecamatan Cibeunying

kaler, Kota Bandung,

Hutan atau

kebun/perkebunan

Hutan atau

kebun/perkebunan

7. Sungai Cikapundung, Pakar

Kelurahan Ciumbuleuit,

kecamatan Cidadap, kota

Bandung

Desa Ciburial, kecamatan

Cibeunying kaler, Kota

Bandung

Hutan atau

kebun/perkebunan

Hutan atau

kebun/perkebunan

8. Sungai Cikapundung, Babakan siliwangi

Kelurahan Hegarmanah,

kecamatan Cidadap, kota

Bandung

Kelurahan Dago,

kecamatan Coblong, kota

Bandung

Permukiman Permukiman

9. Sungai Cikapundung, Babakan Ciamis

Kelurahan Bbk Ciamis,

Kecamatan Sumur

Bandung

Kelurahan Bbk Ciamis,

Kecamatan Sumur

Bandung

Permukiman Permukiman

10.

Sungai Cikapundung, Melong Kelurahan Pungkur, Kec. Regol, kota Bandung

Kelurahan Cikawao,

Kecamatan Lengkong,

Kota Bandung

(9)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11. Sungai Cikapundung, Banceuy

Kelurahan Braga,

Kec. Sumur Bandung

Kelurahan Braga,

Kec. Sumur Bandung

Permukiman/pertokoan Permukiman/pertokoan

12. Sungai Cikapundung, By Pass Jl Soekarno-Hatta

Kelurahan Pasirluyu,

Kecamatan Regol, Kota

Bandung

(depam gedung PPGL)

Kelurahan Cijagra,

Kecamatan Lengkong,

Kota Bandung

Permukiman Permukiman

13.

Sungai Cikapundung sebelum

bertemu dengan Sungai

Citarum (Babakan dengki)

Desa Dayeuh Kolot,

Kecamatan Dayeuh Kolot,

kota Bandung

Desa Bojong soang,

Kecamatan Bojong

Soang, Kota Bandung

(10)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di sembilan stasiun pencuplikan

yang telah ditentukan (Tabel 3.2) dengan tiga kali pengulangan dengan

urutan titik pencuplikan mulai dari arah hulu hingga ke hilir. Penentuan

lokasi penelitian didasarkan atas tata guna lahan, rona lingkungan dan

[image:10.595.156.492.280.679.2]

kemudahan akses dalam mencapai lokasi penelitian.

Tabel 3.2. Lokasi Sembilan Stasiun Pencuplikan di DAS Cikapundung

No. Lokasi Administrasi

Titik 1 Gunung Bukit Tunggul

(jembatan kuning)

Ds Sutenjaya Lembang

Titik 2 Kampung Cikapundung

(sasak beureum)

Kp Cikapundung Lembang

Titik 3 Daerah Kosambi-Cisarua Ds Cibodas Lembang

Titik 4 Babakan Gentong/

Cibodas-Lembang

Ds Langensari Lembang

Titik 5 Maribaya Ds Cikondang Lembang

Titik 6 Babakan

Siliwangi-Bandung

Kel. Hegarmanah Bandung

Titik 7 Banceuy-Bandung Kel. Braga Bandung

Titik 8 Jl.Soekarno-Hatta –

Bandung

Kel. Pasirluyu Bandung

Titik 9 Dayeuh Kolot, sebelum

bertemu Sungai Citarum

Ds Dayeuhkolot BAndung

(11)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Faktor Hidrologi Badan Air

Pengukuran faktor hidrologi badan air yang dilakukan meliputi

pengukuran kecepatan arus (V), lebar sungai, kedalaman sungai, dan debit air

(Q). Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan. Pengukuran

kecepatan arus dengan cara menghitung waktu tempuh sebuah gabus melewati

jarak x meter. Pengukuran lebar sungai dengan menggunakan meteran.

Pengukuran kedalaman sungai dengan menggunakan tongkat berskala.

Pengukuran debit air dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

Keterangan :

Q = debit air (m3/s)

A = luas penampang (m2)

V = kecepatan arus (m/s)

(Effendi, 2003)

b) Parameter Fisik dan Kimiawi Air

Pengukuran parameter fisik dan kimiawi air dilakukan di dua tempat,

yaitu pengukuran langsung di titik pencuplikan dan analisis yang dilakukan di

laboratorium.

1) Pengukuran di Lapangan

Pengukuran parameter fisik-kimiawi air yang dilakukan langsung di

lapangan (in situ) meliputi unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat seperti

suhu, konduktivitas, pH dan DO. Pengukuran semua parameter dilakukan

sebanyak tiga kali pengulangan. Cara pengukuran parameter-parameter tersebut

adalah sebagai berikut:

(12)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Parameter suhu di ukur langsung dengan menggunakan thermometer air

raksa.

b. Konduktivitas diukur langsung dengan menggunakan konduktivitimeter.

c. Dissolved Oxygen atau oksigen terlarut diukur dengan titrasi Winkler

Method. Sample air sebanyak 250 ml diambil dengan botol sampel

kemudian ditutup rapat, kemudian diberi 1 ml MnSO4.4H2O, lalu 1 ml

larutan alkaline iodide, larutan dicampur dengan membolak-balikan

botol. Setelah itu dibiarkan hingga terbentuk endapan 1/3 botol sampel.

Endapan dilarutkan dengan menambahkan 1 ml H2SO4 pekat lalu

dicampur dengan membolak-balikan botol. Sebanyak 50 ml larutan

sampel dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Kemudian larutan

dititrasi menggunakan larutan Na-tiosulfat (Na2S2O3.5H2O) 0.0125 N

sampai berwarna kuning pucat, kemudian ditambahkan 3 tetes larutan

kanji 1 % sampai larutan berwarna biru. Titrasi dilanjutkan dengan

menggunakan larutan Na-tiosulfat 0.0125 N sampai warna biru hilang.

Banyaknya larutan Na-tiosulfat 0.0125 N yang digunakan dicatat (Titrasi

Winkler - Michael, 1984).

2) Pencuplikan di Laboratorium

Pencuplikan sampel air untuk analisis kimiawi di laboratorium dilakukan

dengan menggunakan wadah berupa jerigen plastik. Sampel air yang dicuplik

kemudian dibawa untuk dianalisis di Laboratorium Lingkungan Perairan

PUSAIR, Departemen Pekerjaan Umum Bandung. Analisis kimiawi air yang

dilakukan di laboratorium meliputi analisis kadar ammonium (NH4), nitrat

(NO3), ortofosfat, dan BOD yang sesuai dengan metode SNI (Standar Nasional

Indonesia).

a. Pengukuran BOD dilakukan dengan cara menyaring 100 mL air,

(13)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aquadest sampai 375 mL. Air dimasukkan kedalam dua botol Winkler.

Kadar oksigen botol pertama ditentukan pada waktu itu juga.

b. Pengukuran kadar ammonium dalam air dilakukan dengan mengambil 25

mL sampel air yang telah disaring, kemudian ditambahkan 1 mL garam

Signette dan 0,5 mL larutan Nessler. Larutan dibiarkan selama 10 menit.

Kadar ammonium diukur dengan spektrofotometer dengan panjang

gelombang 125 mu.

c. Kadar nitrat diukur dengan cara mengambil 25 mL sampel air yang telah

disaring kemudian ditambahkan sulfonilic acid, kemudian dikocok dan

dibiarkan selama 5 menit. Setelah itu ditambahkan 0,5 mL larutan

naftilamine dan 0,5 mL larutan Na-Asetat 27,5%. Dibiarkan selama 15

menit kemudian kadar nitrat dalam sampel diukur dengan menggunakan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 543 mu.

d. Pengukuran kadar ortofosfat dilakukan dengan mengambil 25 mL sampel

air yang telah disaring kemudian ditambahkan 0,25 mL reduktor SnCl2

dan 1,0 mL larutan ammonium molibdat kemudian dibiarkan sampai 10

menit. Kadar ortofosfat dalam sampel diukur dengan spektrofotometer

dengan panjang gelombang 650 mu.

c) Sampel Benthos

1) Pencuplikan sampel

Pencuplikan sampel Benthos dilakukan dengan menggunakan

surbernet yang sesuai dengan SNI yaitu terbuat dari benang nilon yang

ditenun dan memiliki ukuran mata jaring 0.595 mm dalam keadaan

terbuka, panjang jala 69 cm dan ukuran permukaan depan 30.5 cm x

30.5 cm.

Metode yang digunakan dalam pencuplikan adalah metode

traveling kick-net (Bode R. W. et al,1990; Sudarso, 2007; Bahri, 2006).

(14)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

15 menit dengan panjang daerah pengambilan sampel kurang lebih 10

meter dengan pencuplikan sebanyak tiga kali ulangan (Sudarso, 2007;

Bahri, 2006).

Cara pengambilan sampel dengan metode ini dengan cara

meletakkan mulut jala surber melawan arus air. Sedimen yang terletak di

depan jala ditendang dengan menggunakan kaki agar masuk ke dalam jala

(Michael, 1984). Sampel Benthos dan sedimen yang tercuplik dimasukkan

ke dalam kantung plastik yang telah diberi label nama lokasi dan tanggal

pencuplikan kemudian diberi formalin 40%

2) Sortir dan Identifikasi Benthos

Penyortiran benthos dari sampel yang diambil dilakukan secara

manual dengan cara mengayak substrat dengan menggunakan saringan

berukuran pori 0.5 mm dan memisahkan semua jenis Benthos yang

ditemukan dari substratnya (Bispo. P. C. et al, 2006). Jenis Benthos yang

sama kemudian dipisahkan dan dimasukkan kedalam botol polyethylene

(Michael, 1984) yang telah diberi label sesuai dengan kode lokasi dan di

isi alkohol 70%. Sampel kemudian diidentifikasi sampai taksa terendah

yang mungkin teridentifikasi di bawah mikroskop stereo (Duran, 2006)

dengan pembesaran sampai 20 kali (Bahri, 2006). Pengidentifikasian

sampel Hydropsyche dengan menggunakan buku identifikasi Meritt dan

Cummins (1996), Edmonson (1959), dan Ingram et al (1997).

G. Analisis Data

Untuk mengetahui ordinasi dan klasifikasi DAS Cikapundung

berdasarkan data biologi, dilakukan perhitungan benthos secara kuantitatif dan

kualitatif yang ditampilkan dalam bentuk tabulasi dan grafik. Hasil data yang

(15)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mengetahui kriteria keanekaragaman species benthos di tiap titik

pengamatan, dilakukan penghitungan Indeks Shannon-Wiener yang merupakan

indeks yang biasa digunakan di seluruh dunia. Indeks ini digunakan untuk

menghitung diversitas biotik ekosistem akuatik dan terestrial. Rumus indeks

tersebut adalah :

Keterangan :

H = indeks diversitas spesies

S = jumlah spesies

pi = proporsi total sampel pada spesies ke i

[image:15.595.105.517.443.588.2]

Dari perhitungan indeks keanekaragaman, hasilnya lalu dibandingkan dengan

tabel kriteria untuk menentukan kualitas airnya (Tabel 3.3).

Tabel 3.3. Kategori pencemaran Indeks Shannon-Wiener

Sumber : (Lee, 1978, dalam Zimmerman, MC., 1993)

Hubungan tiap ordo dari hasil klasifikasi benthos dengan habitat dasar

ekosistem sungai dapat dijelaskan dengan analisa nodul. Analisa nodul adalah

penggabungan kelompok habitat dasar dengan kelompok ordo dengan hasil pi

pada perhitungan Shannon-Wiener yang dikalikan dengan masing-masing ordo

[image:15.595.106.520.445.587.2]
(16)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada kelompok habitat tertentu apabila kelompok order tersebut memiliki tingkat

kekonstanan yang tinggi (Cij = 1), adapun kelompok order dikategorikan

memiliki tingkat kekonstanan rendah apabila Cij < 0,5. Nilai fidelitas (Fij)

merupakan nilai preferensi kelompok ordo terhadap kelompok habitat yang

didapat dari nilai Cij masing-masing ordo yang dihubungkan dengan nilai Cij

pada kelompok habitat (kluster).

H. Alur Penelitian

Seminar Proposal STUDI PUSTAKA

[image:16.595.79.540.280.835.2]

Penyusunan Proposal

Gambaran Lokasi Penelitian

Survei Menentukan Lokasi Sampling

Pelaksanaan Penelitian

Sampling air

dan sedimen

Sampling

Makrozoobenthos

Uji Parameter fisik-kimiawi

Sortir, Identifikasi, penghitungan kelimpahan benthos

Pengolahan data

Penyusunan laporan

(17)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pengukuran Kimiawi-Fisik Air menunjukkan secara umum bahwa

kualitas air DAS Cikapundung dari Titik satu ke Titik sembilan semakin

tercemar. Hal tersebut terlihat dari peningkatan nilai BOD dari titik satu

sebesar 0,08 mg/l hingga ke titik sembilan dengan nilai 36 mg/l. Nilai BOD

ini berbanding terbalik dengan penurunan nilai DO dari titik satu dengan

nilai 7,4 mg/l hingga ke titik sembilan sebesar 0,82 mg/l.

Keanekaragaman jenis dan kelimpahan makrobenthos yang dihitung

dengan Indeks Shannon-Wiener menunjukkan keaneakaragaman sedang di

hampir semua titik pencuplikan, kecuali pada titik enam dan delapan yang

masuk ke dalam kategori rendah. Semua ordo makrobenthos yang tercuplik

di tiap titik pencuplikan menggambarkan kondisi lingkungan di perairan

tersebut.

Pengaruh berbagai tingkat pencemaran terhadap kluster dan klasifikasi

makrobenthos di DAS Cikapundung menjadikan tiap kluster memiliki

kriteria tertentu yang memisahkan anggotanya dari kluster lainnya. Kluster

lima merupakan kluster yang isinya beranggotakan lokasi dengan kriteria

pencemaran yang belum terlalu berat. Kluster satu berisi lokasi dua yang

dikategorikan tercemar ringan dengan nilai spesifik tertentu. Sedangkan

kluster dua, tiga, dan empat adalah kluster yang sudah cukup tercemar

hingga tercemar berat.

Klasifikasi Makrobenthos di sembilan titik pencuplikan yang diolah

dengan Program MVSP 3.22 Metode Indeks Kesamaan Sorensen (So)

membagi DAS Cikapundung menjadi lima kluster. Kluster pertama

ditempati oleh titik pencuplikan dua, kluster dua ditempati oleh titik

(18)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

empat ditempati titik pencuplikan delapan dan tujuh, dan yang terakhir,

kluster lima ditempati oleh titik pencuplikan empat, lima, tiga, dan satu.

Pemotongan titik kluster pada dendogram dilakukan berdasarkan rata-rata

dari indeks sorensen (skala 0,7829).

B. Saran

Untuk selanjutnya diharapkan dilakukan penelitian yang sama

secara berkala pada tempat dan waktu yang berbeda untuk melihat

perubahan kondisi lingkungan perairan yang terjadi, serta untuk menguji

(19)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

APHA. (1992). Standart Methods for the Examination of Water and Waste Water. 18th edition. Washington.

Ardi. (2002). Pemanfaatan Makrozoobenthos sebagai Indikator Kualitas Perairan Pesisir. Tugas Mata Kuliah Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana (S3),

Institut Pertanian Bogor [Online]. Tersedia:

http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/04212/ardi.htm. [19 Oktober 2009].

Bahri, S., Hidayat., dan Priadie, B. (2003). Analisis Kualitas Air Sungai secara Cepat Menggunakan Makrozoobenthos : Studi Kasus Sungai Cikapundung. Prosiding Kolokium Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air. Bandung.

Bahri, S. (2007). “Prediksi Tingkat Pencemaran Air Sungai Menggunakan Indeks Kimia-Fisika dan Metrik Bentik Makroinvertebrata”. Makalah dalam Diskusi Ilmiah Terbatas. Bandung: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat.

Barbour, et al. (1999). Rapid Bioassesment Protocols For Use In Streams ang Wadeable Rivers : Periphyton, Bentic Macroinvertebrate and Fish. 2nd Edition. EPA 841-B-99-022, U.S. EPA, Office of Water. Washington, D.C.

Bispo, P. C, Oliveira, L. G., Bini, L. M., dan Sousa, K. G. (2006). “Ephemeroptera, Plecoptera, and Trichoptera Assemblages from Riffles in Mountain Streama of Central Brazil: Environmental Factors Influencing The Distribution and Abundance of Immatures”. Braz. J. Biol. 66 (2B): 611-622.

Departemen Pekerjaan Umum. (2005). Data Tahunan Debit Sungai (Hydrology Year Book). Bandung : PUSAIR.

Effendi, H. (2003).Telaah kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius Press.

Harry. (2007). Keracunan Nitrit-Nitrat [Online]. Tersedia :

http://klikharry.files.wordpress.com/2007/02/keracunan-nitrit-nitrat.doc. [29 januari 2010].

(20)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Herlianty, S. (2009). Komunitas Makrobentos Sungai Cikapundung di Aliran Pembuangan Limbah Peternakan Sapi Perah. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Krebs, C. J. 1985. Ecology: The Experimental Analysis of Distributions and Abundance. Ed. New York: Harper and Row Publishers. 654 p.

Livingstone, D. M. 1991. The diel Oxygen Cycle In Three Subalphine Swiss Streams. Arch. Hydrobiol. 120:457-479.

Mason, J, 1981. Biology of Freshwater Pollutions. Logman. London. 215 p.

Ministry of Water Resources and Irrigation. (2003). National Water Quality Monitoring Component 1000, Cairo – Egypt : National Water Research Center.[Online]. Tersedia: www.nwrc-egypt.org [3 November 2009]

Mellanby, H. (1963). Animal in Freshwater (A Guide to Freshwater Invertebratae). London: Methuen & Co. Ltd.

Meyer, J. R (2001). Department of Ecology. NC State University. [Online]. Tersedia:http://www.cals.ncsu.edu./course/ent45/compendium/caddis~.html . [21 Oktober 2009]

Merrit, R. W dan Cummins. (1996). An Introduction to The Aquatic Insect of Norr America. 3rd edition. Iowa: Kendall/ Hunt Publishing Company.

Michael, P. (1984). Ecologycal Methods for Field and Laboratory Investigation. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.

Morisson, D. A. (1993). An Introduction to Experimental Design. Sidney : University of Tecnology.

Mundahl, N. D dan Kraft, K. J. (1988). “Abundance and growth of three species of aquatic insects exposed to sueface-release hydropower flows”. J. N. Am. Benthol. Soc. Vol. 7 (2):100-108.

Odum E. P. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

(21)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pennak, R. W. (1978). Freshwater of The United states of America. Colorado: John Wiley & Sons. Inc.

Rahayu, S. S. (2009). Pengukuran BOD dan COD. [Online]. Tersedia: http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/instrumentasi-dan-pengukuran/pengukuran-ph/. [27 januari 2010].

Sudarso, Y. (2007). Pengembangan Sistem Bioassessment pada Sungai. Puslit. Limnologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Edisi Keenam. Bandung. PT. Tarsito Bandung.

Surtikanti, H. et al. (2002). “Water and Sediment Quality of Cikapundung River

Based on Land Used”. Jurnal Seminar Ilmiah. Salatiga (in Press).

Surtikanti, H. (2004). Populasi Planaria di lokasi Bukit Tunggul dan Maribaya, Bandung Utara. Jurnal Matematika dan Sains, Vol. 9 No. 3. hal 259-262.

Swingle, H. S. 1968. Standarization of Chemical Analysis for Water and Pond Muds. FAO Fish rep., Vol 3.

Suwondo, H. et al. (2004). Kualitas Biologi Perairan Sungai Senapelan, Sago dan Sail di Kota Pekanbaru Berdasarkan Bioindikator Plankton dan Bentos”. Jurnal Biogenesis, Vol. 1(1): 15-20.

Tn A. (2009). Pemkot Bandung Gelar”Gerakan Cikapundung Bersih” Bandung. Pelita. [Online]. Tersedia: http://www.pelita.or.id/baca.php?id=22515. [21 oktober 2009].

Tn B. (2006). Gerakan Cikapundung Bersih Melalui Revitalisasi Sungai Cikapundung. [Online]. Tersedia: http://www.bplhdjbar.go.id. [21 oktober 2009].

Tn E. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tontowi. (1993). Penggunaan Indeks Kimia-Fisika Untuk Menilai Kualitas Air Citarum. Puslitbang Pengairan. Bandung.

(22)

Maharani Asih, 2014

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Vannote, R. L., B. W. Sweeney. 1980. A Conceptual Model for Evaluating The Effect of Natural and Modified Thermal Regimes and Aquatic Insect Communities. Am. Nat. 115: 667-695.

Widiastuti, E. 1983. Kualitas Air Cakung Ditinjau Dari Kelimpahan Hewan Makrobentos. Fakultas Pasca sarjana IPB. Bogor.

Widyorini, N. 1995. Dampak Ekomorfologis Pencemaran terhadap Makrobentos di Perairan Estuarin Kabupaten Batang. Lembaga penelitian Undip Semarang.

Yovitner. 2005. Aplikasi (Fawl Indeks) dan Biota dalam Klasifikasi Pencemaran (Kasus Perairan Teluk Jakarta). Program Pasca Sarjana/S3 IPB. Bogor.

Yuningsih. 2007. Keracunan Nitrat-Nitrit dan Upaya Pencegahannya. Jurnal

Litbang Pertanian, 26 (4):155.

Gambar

Tabel 3.1. Daftar calon titik pencuplikan DAS Cikapundung
Tabel 3.2. Lokasi Sembilan Stasiun Pencuplikan di DAS Cikapundung
tabel kriteria untuk menentukan kualitas airnya (Tabel 3.3).
Gambaran Lokasi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

PROSEDUR PELAYANAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN DAERAH ANGKUTAN KOTA BINJAI (PD. ANGKUTAN KOTA BINJAI).. DITINJAU DARI HUKUM

Perilaku konsumen merupakan hal yang harus diperhatikan oleh seorang penjual,dengan mengetahui perilaku konsumen yang sangat beragam dari perilaku konsumen tersebut maka penjual

2014.Pengaruh suhu awal terhadap infektivitas Spodoptera litura Nuclearpolyhedrosisvirus(SlNPV) JTM 97C untuk mengendalikan CrocidolomiabinotalisZell.(Lepidoptera:Pyralidae)

Kelompok Kerja Jasa Konsultansi Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Lamandau telah menetapkan peringkat teknis untuk Pekerjaan Master Plan dan DED Civic Center

erdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis mengenai hubungan religiusitas dan kesepian pada lansia PWRI Cabang Koperindag Sumbar, maka dapat diambil

Tujuan yang ingin dicapai dari pemasyarakatan/sosialisasi wawasan nusantara melalui metode ini adalah terjalinnya pemahaman tentang wawasan nusantara akan membatasi

Parsudi Suparlan selanjutnya menjelaskan metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode etnografi, yaitu yang menekankan metode observasi partisipasi untuk

Sebagai kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian yang menyelenggarakan pendidikan kebangsaan , demokrasi, HAM, multicultural, dan kewarganegaraan kepada mahasiswa guna