• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profile Permohonan Sengketa Hasil Pilkada di Mahkamah Konstitusi Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profile Permohonan Sengketa Hasil Pilkada di Mahkamah Konstitusi Tahun 2017"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 | P a g e

Profile Permohonan Sengketa Hasil Pilkada di Mahkamah

Konstitusi Tahun 2017

Pemilihan kepala daerah serentak (Pilkada Serentak) pada tahun 2017 merupakan proses pilkada serentak yang kedua pasca terselesaikannya proses pilkada serentak pada tahun 2015. Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyelengarakan pilkada serentak pada 101 daerah baik daerah tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota pada tahun 2017, adapun sebarannya sebagai berikut:

Diagram 1. Sebaran Daerah Pada Pilkada 2017

Penyelenggaraan Pilkada Serentak 2017 telah memasuki tahap akhir, yakni penetapan hasil pemilihan, dengan demikian tahap berikut tinggal pelantikan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Namun, bagi daerah yang masih tidak dapat menerima penetapan hasil itu dapat mengajukan perselisihan hasil pilkada di Mahkamah Konstitusi. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota telah memberikan ruang bagi peserta pilkada 2017 mengajukan Perselisihan Hasil kepada Mahkamah Konstitusi dengan beberapa persyaratan seperti terkait lama waktu pengajuan permohoanan sengketa Pilkada dan ambang batas suara sengketa hasil Pilkada.

Dari 101 daerah yang menyelenggarakan pilkada secara serentak pada tahun 2017, hingga tanggal 1 Maret 2017 terdapat 48 permohonan yang terdaftar di Mahkamah Konstitusi. Adapun rincian sebaran daerah pengjuan permohonan sengketa sebagai berikut:

76 18 7 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Kabupaten Kota Provinsi

Sebaran Daerah Pada Pilkada 2017

(2)

2 | P a g e

Diagram 2. Sebaran Daerah Permohonan berdasarkan Tingkat Daerah

Berdasarkan diagram di atas, dijelaskan jumlah daerah tingkat provinsi yang mengajukan permohonan PHPU-D ke Mahkamah Konstitusi adalah 4 provinsi dari total 7 provinsi yang menyelenggarakan pilkada. Jika diprosentasi kan jumlah ini lebih dari 57%. Sementara untuk jumlah kabupaten yang mengajukan Permohonan PHPU-D adalah 36 kabupaten dari total 76 kabupaten yang ikut berkontestasi atau setara dengan 47%. Dan tingkat kota yang mengajukan adalah 8 kota dari total jumlah 18 kota, setara dengan 44%. Jika dihitung keseluruhan daerah yang mengajukan maka setara 47% .

Secara kuantitas jika dibandingkan dengan daerah yang mengajukan permohonan sengketa hasil pada Pilkada Serentak tahun 2015 lalu adalah 132 atau setara 52%, jumlah tahun ini menurun dari segi persentase keseluruhan. Pada 2015 yang mengajukan 6 Provinsi dari 8 Provinsi, 115 Kabupaten dari 221 Kabupaten dan 11 Kota dari 25 Kota yang ikut dalam Pilkada serentak pertama.

Tabel 1. Sebaran Daerah yang Mengajukan Sengketa Pilkada

No Daerah Bersengketa Provinsi No Daerah Bersengketa Provinsi No Daerah Bersengketa Provinsi

1 Kab. Takalar Sulawesi

Selatan 17

Kota Tasikmalaya

Jawa

Barat 33 Prov Banten

Prov Banten 2 Kab. Bengkulu Tengah

Bengkulu 18 Kab. Aceh

Timur Aceh 34 Kab. Maybrat Papua Barat 3 Kab. Gayo Lues Aceh 19 Kab. Aceh Utara Aceh 35 Kab. Buton Tengah Sulawesi Tenggara Kab, 36 Kota, 8 Prov, 4

(3)

3 | P a g e

4 Kab. Dogiyai Papua 20 Kab. Pidie Aceh 36 Kab. Pati Jawa

Tengah 5 Kota Kendari Sulawesi

Tenggara 21

Kab. Aceh

Singkil Aceh 37 Kota. Batu

Jawa Timur 6 Kota Salatiga Jawa

Tengah 22 Kab. Sorong

Papua Barat 38 Kab. Maluku Tenggara Barat Maluku 7 Kab. Bombana Sulawesi Tenggara 23 Kab. Lanny Jaya Papua 39 Kab. Tolikara Papua 8 Kab. Pulau Morotai Maluku Utara 24 Kab. Buton Selatan Sulawesi

Tenggara 40 Kab. Bireuen Aceh 9 Kab. Jepara Jawa

Tengah 25 Kota Langsa Aceh 41

Kab. Maluku

Tegah Maluku

10 Kab. Nagan

Raya Aceh 26 Kota Sorong

Papua Barat 42 Prov Gorontalo Prov Gorontalo

11 Kab. Tebo Jambi 27 Kab. Buru Maluku 43 Prov Aceh Prov Aceh

12 Kab. Sarmi Papua 28 Kab. Aceh

Barat Daya Aceh 44

Kab. Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah 13 Kab. Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara 29 Kota Payakumbuh Sumatera

Barat 45 Kab. Buol

Sulawesi Tengah 14 Kota Yogyakarta Yogyakart a 30 Kab. Halmahera Tengah Maluku Utara 46 Prov Sulawesi Barat Prov Sulawesi Barat 15 Kab.

Sarolangun Jambi 31 Kab. Mappi Papua 47

Kab. Puncak

Jaya Papua

16 Kab. Sarmi Papua 32

Kab. Maluku Tenggara

Barat

Maluku 48 Kab. Sarmi Papua

Meskipun permohonan yang diajukan kepada Mahkamah Konstitusi sebanyak 48 Permohonan, namun jika dilihat berdasarkan daerahnya, hanya terdapat 45 daerah yang mengajukan permohonan sengketa Pilkada 2017. Hal tersebut dikarenakan, masing-masing daerah diajukan lebih dari satu kali oleh pasangan calon yang berbeda. Misalnya, Maluku Tenggara Barat diajukan dua kali dan Kabupaten Sarmi diajukan tiga kali oleh pasangan calon yang berbeda. Adapun 4 daerah Provinsi yang mengajukan adalah Provinsi Banten, Gorontalo, Aceh, dan Sulawesi Barat.

(4)

4 | P a g e

Berdasarkan data di atas, kabupaten dan kota di Propinsi Aceh dan Papua, merupakan daerah yang paling banyak mengajukan sengketa ke Mahkamah Konstitusi. Adapun sebarannya sebagai berikut:

Tabel 2. Sebaran Daeran yang Mengajukan Sengketa Pilkada

Provinsi Jumlah Kab/Kota Bersengketa Provinsi Jumlah Kab/Kota Bersengketa

Aceh 9 Maluku Utara 2

Papua 6 Jawa Barat 1

Sulawesi Tenggara 4 Sumatera Barat 1

Maluku 3 Sulawesi Utara 1

Papua Barat 3 Sulawesi Selatan 1

Jawa Tengah 3 Yogyakarta 1

Sulawesi Tengah 2 Bengkulu 1

Jambi 2 Jawa Timur 1

Provinsi Aceh dan Provinsi Papua menjadi Provinsi yang jumlah Kabupaten/Kota-nya paling banyak mengajukan permohonan sengketa. Hal ini dikarenakan, dua provinsi ini memang miliki daerah yang cukup banyak menyelenggarakan Pilkada serentak 2017. Propinsi Aceh, menyelenggarakan pilkada di 20 Kabupaten/Kota dari jumlah 23 Kabupaten/kota yang ada. Sementara papua diikuti oleh 11 Kabupaten/Kota dari 29 Kabupaten/Kota.

Terkait legal standing Pemohon, yang dapat mengajukan permohonan sengketa adalah Pasangan Calon. Namun khusus daerah yang dengan calon tunggal, yang dapat mengajukan permohonan adalah pasangan calon atau pemantau yang telah teregistrasi di KPU. Mengenai hal ini, ada 3 permohonan sengketa yang berasal dari daerah penyelenggara pilkada calon tunggal. Ketiga daerah ini adalah Kota Sorong, Kab. Pati, dan Kab. Maluku Tengah. Pemohon dari ketiga daerah ini bukanlah pasangan calon, melainkan pemantau pemilu atau pemilih di daerah setempat. Menariknya, ada juga permohonan yang diajukan oleh pemantau atau pemilih, meskipun daerah tersebut tidak diikuti oleh calon tunggal. Ada 3 daerah yang diajukan bukan oleh pasangan calon yakni Kab. Aceh Barat Daya dan Kab. Buton Tengah serta Kab. Sarmi.

(5)

5 | P a g e

Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, ada beberapa hal terkait syarat formil yang perlu menjadi perhatian. Kedua hal itu terkait ketentuan waktu pengajuan dan ambang batas suara pengajuan sengketa.

1. Ketentuan Waktu Pengajuan

Ketentuan mengenai waktu pengajuan permohonan sengketa hasil ke Mahkamah Konstitusi di atur dalam Pasal 5 ayat (1) Peraturan Mahakamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Perselisihan Hasil Gubernur, Bupati, dan Walikota. Dimana permohonan diajukan paling lambat 3 hari kerja sejak diumumkan penetapan oleh KPU daerah. Artinya, pengajuan permohonan dihitung sejak hari ditetapkannya hasil pilkada.

Berdasarkan 48 Permohonan yang diajukan, para pemohon mengajukan dengan waktu yang variatif bahkan terdapat permohonan yang melampaui waktu, kualifikasi tersebut dapat dilihat dalam table berikut:

Tabel 3. Lama waktu pengajuan sejak pengumuman hasil oleh KPUD Lama pengajuan (Hari) Jumlah Permohonan 2 Hari 9 3 Hari 22 4 Hari 9 5 Hari 5 6 Hari 2 Tak diketahui 1 Grand Total 48

Berdasarkan table diatas, jika melihat batasan waktu yang telah ditentukan hanya terdapat 31 daerah yang masuk dalam ketentuan formil mengajukan permohonan. Namun yang perlu menjadi perhatian disini adalah ketidaksepahaman dalam cara hitung dalam menentukan batas hari permohonan pengajuan ke Mahkamah Konstitusi, sehingga menimbulkan multitafsir. Lalu terkait dengan adanya satu permohonan yang tidak diketahui jarak lama pengajuan gugatan ke Mahkamah Konstitusi yakni Kab. Puncak Jaya, hal tersebut dikarenakan hasil pleno rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU Puncak Jaya belum terakses dalam website KPU RI maupun portal berita terkait.

(6)

6 | P a g e

2. Ketentuan Ambang Batas Selisih Suara

Dalam mengajukan permohonan sengketa hasil Pilkada ke Mahakamah Konstitusi terdapat syarat mengenai ambang batas (selisih dalam persen) pengajuan perselisihan perolehan suara berdasarkan selisih suara berkisar antara 0,5% hingga 2% (dua persen) dari total suara sah hasil penghitungan suara tahap akhir sesuai jumlah penduduk dalam wilayah daerah tersebut1 yang ditetapkan oleh KPU Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota.

Berdasarkan jumlah permohonan sengketa Pilkada tahun 2017 yang masuk ke Mahkamah Konstitusi sampai dengan tanggal 1 Maret 2016, berjumlah 48 permohonan. Namun jika dilihat berdasarkan daerah yang memenuhi ambang batas hanya terdapat 7 daerah saja yang memenuhi syarat tersebut, yang terdiri dari 4 Kabupaten, 2 Kota dan 1 Provinsi.

Tabel 4. Daerah yang memenuhi syarat persentase ambang suara

No Daerah yang

bersengketa Keterangan

1 Kab. Takalar Memenuhi Syarat

2 Kab. Gayo Lues Memenuhi Syarat

3 Kota Salatiga Memenuhi Syarat

4 Kab. Bombana Memenuhi Syarat

5 Kota Yogyakarta Memenuhi Syarat

6 Kab. Maybrat Memenuhi Syarat

7 Prov Sulawesi Barat Memenuhi Syarat

Tabel 5. Daerah yang Memenuhi dan Tidak Memenuhi Syarat Waktu dan Ambang Batas

No Daerah yang bersengketa Pemohon Lama Hari Sejak Ditetapkan KPU jumlah penduduk Presentase Selisih Pengajuan selisih suara (persen) Ambang Selisih Suara selisih suara Pemenang dgn Pemohon Status 1 Kab. Takalar Burhannuddin B dan Natsir Ibrahim 2 Hari 283,764 1,5% 1.16% 2.613 2.023 Memenuhi

1 Lihat Pasal 158 ayat (1) dan ayat (2) UU Nomor 10 Tahun 2016 (UU Pilkada) serta Pasal 7 ayat (1) dan (2) PMK

Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota

(7)

7 | P a g e 2 Kab. Bengkulu Tengah M. Sabri dan Naspian 2 Hari 106.017 2% 14.60% 1.158 8.461 Tidak Memenuhi 3 Kab. Gayo Lues Abdul Rasad dan Rajab Marwan 3 Hari 98,785 2% 1.43% 1.094 784 Memenuhi 4 Kab. Dogiyai Markus Waine dan Angkian 3 Hari 167,664 2% 7.21% 2.534 9.146 Tidak Memenuhi 5 Kota Kendari Abdul Rasak dan Haris Andi 3 Hari 347,476 1.5% 4.13% 2.269 6.250 Tidak Memenuhi 6 Kota Salatiga Agus Rudianto dan Dance Ishak 3 Hari 183,815 2% 0.94% 2.102 992 Memenuhi 7 Kab. Bombana Kasra Jaru

dan Man Arfa 2 Hari 164,809 2% 1.56% 1.614 1.264 Memenuhi

8 Kab. Pulau Morotai

Ali Sangaji

dan Yuoce 3 Hari 59,102 2% 15.25% 766 5.848

Tidak Memenuhi

9 Kab. Jepara Subroto dan

Nur Yahman 3 Hari 1,188,289 0.5% 2.49% 3.120 15..578

Tidak Memenuhi 10 Kab. Nagan Raya Keumangan dan Said Junaidi 3 Hari 155,070 2% 9.18% 1.934 8.882 Tidak Memenuhi

11 Kab. Tebo Hamdi dan

Harmain 3 Hari 321,641 1.5% 10.77% 2.463 17.700 Tidak Memenuhi 12 Kab. Sarmi Albertus Suripno dan Adrian Roi 2 Hari 36,797 2% 9.49% 405 1.924 Tidak Memenuhi 13 Kab. Kepulauan Sangihe Hironimus Rompas dan Fransiscus Silangen 2 Hari 129,584 2% 10.82% 1.692 9.162 Tidak Memenuhi 14 Kota Yogyakarta Imam P dan Achamad Fadli 2 Hari 391.360 1.5% 0.59% 2.992 1.187 Memenuhi 15 Kab. Sarolangun Muhammad Madel dan Musharsyah 4 Hari 278.222 1.5% 11.51% 1.986 15.253 Tidak Memenuhi

(8)

8 | P a g e 16 Kab. Sarmi Demianus Kyeuw-Kyeuw dan Musriadi 2 Hari 36,797 2% 20,02% 405 4.059 Tidak Memenuhi 17 Kota Tasikmalaya Dede Sudrajat dan Asep Hidayat 4 Hari 657,477 1% 2.65% 3.792 10.077 Tidak Memenuhi 18 Kab. Aceh Timur Ridwan Abubakar dan Abdul Rani 3 Hari 402,976 1.5% 2.49% 2.728 4.530 Tidak Memenuhi 19 Kab. Aceh Utara Fakhrurrazi dan Mukhtar Daud 3 Hari 529.751 1% 6.39% 2.600 16.636 Tidak Memenuhi 20 Kab. Pidie Sarjani Abdullah dan M. Iriawan 3 Hari 443,718 1.5% 2.34% 2.993 4.673 Tidak Memenuhi 21 Kab. Aceh Singkil Safriadi dan Sariman 3 Hari 107.921 2% 4.37% 1.209 2.648 Tidak Memenuhi 22 Kab. Sorong Zeth Kadakolo dan Ibrahim Pokko 3 Hari 73,642 2% 21.38% 1.112 11.898 Tidak Memenuhi 23 Kab. Lanny Jaya Briyur Wenda dan Paulus Kogoya 2 Hari 161,077 2% 30.60% 2.258 34.566 Tidak Memenuhi 24 Kab. Buton Selatan Muhammad Faizal dan Wa Ode Hasniwati 3 Hari 97,670 2% 3.84% 800 1.538 Tidak Memenuhi 25 Kota Langsa Fazlun Hasan dan Syahyuzar 4 Hari 131,641 2% 21.21% 1.395 14.796 Tidak Memenuhi 26 Kota Sorong Amos Lukas Watori dan Noorjannah 3 Hari 381,101 2% 56.79% 1.910 54.251 Tidak Memenuhi 27 Kab. Buru Bakir Lumbessy dan Amrullah Madani 4 Hari 124,022 2% 17.91% 1.413 12.622 Tidak Memenuhi

(9)

9 | P a g e 28 Kab. Aceh Barat Daya Said Syamsul dan Nafis Amanaf 4 Hari 121,268 29 Kota Payakumbuh Suwandel Muchtar dan Fitrial Bachri 4 Hari 125,690 2% 6.59% 1.143 3.772 Tidak Memenuhi 30 Kab. Halmahera Tengah Muttiara T. Yasin dan Kabir Kahar 3 Hari 47.079 2% 3.87% 582 1.128 Tidak Memenuhi 31 Kab. Mappi Aminadab Jumame dan Stefanus Yermogoin 3 Hari 89.800 2% 12.02% 930 5.598 Tidak Memenuhi 32 Kab. Maluku Tenggara Barat Petrus P Werembinan dan Jusuf Siletty 6 Hari 110,425 2% 15.37% 1.109 8.531 Tidak Memenuhi 33 Prov Banten Rano Karno dan Embay Mulya S 2 Hari 11,955,24 3 1% 1.89% 47.325 89.890 Tidak Memenuhi 34 Kab. Maybrat Karel Murafer dan Yance Way 3 Hari 45.000 2% 0.33% 576 96 Memenuhi 35 Kab. Buton Tengah Kisman M Talib 4 Hari

36 Kab. Pati Sutiyo dkk 4 Hari 1,207,309 0.5% 49.73% 3.437 341.913 Tidak Memenuhi

37 Kota. Batu Rudi dan

Sudjono 4 Hari 200,039 2% 23.71% 2.322 27.526 Tidak Memenuhi 38 Kab. Maluku Tenggara Barat Dharma Oratmangun dan Markus Faraknimela 5 Hari 110,425 2% 3.83% 1.109 2.130 Tidak Memenuhi

39 Kab. Tolikara John Tabo 3 Hari 248,412 2% 18.32% 4.324 39.620 Tidak Memenuhi 40 Kab. Bireuen Yusuf Abdul W dan Purnama Setia Budi 5 Hari 435,300 1.5% 6.15% 3.193 13.106 Tidak Memenuhi

(10)

10 | P a g e 41 Kab. Maluku Tegah Alter Sopacua dan Aswar Rahim 5 Hari 368,290 1.5% 41.58% 3.135 86.921 Tidak Memenuhi 42 Prov Gorontalo Hana Hasanah dan Tonny S 3 Hari 1.133.237 2% 24.81% 12.876 159.701 Tidak Memenuhi 43 Prov Aceh Muzakir Manaf dan TA Khalid 3 Hari 5.096.248 1.5% 5.47% 36.222 132.283 Tidak Memenuhi 44 Kab. Banggai Kepulauan Irianto Malinggong 6 Hari 164.251 2% 6.45% 1.356 4.376 Tidak Memenuhi 45 Kab. Buol Syamsudin Koloi dan Nurseha 5 Hari 142.585 2% 4.76% 1.549 3.694 Tidak Memenuhi 46 Prov Sulawesi Barat Suhardi Duka dan Kalima Katta 3 Hari 1.258.090 2% 0.75% 12.630 4.753 Memenuhi 47 Kab. Puncak Jaya Yusuf Wonda dan Kirensius Telenggen

48 Kab. Sarmi Mesak

Manibor 5 Hari

Kedua ketentuan tersebut menjadi syarat formil dalam mengajukan permohonan sengketa Pilkada ke Mahkamah Konstitusi, padahal terdapat beberapa daerah yang selisih suaranya melebihi sedikit dari ketentuan ambang batas suara tersebut sehingga tidak dapat diterima. Kecenderungan yang terjadi hal tersebut dijadikan acuan untuk melakukan pelanggaran yang massif agar menghasilkan selisih suara yang melebihi ambang batas suara di daerah tersebut

Hal ini kemudian dapat menjadi perhatian lebih oleh Mahkamah dalam melakukan sidang pemeriksaan pendahuluan agar tidak hanya memeriksa terkait syarat formilnya saja, melainkan kelengkapan dan kejelasan materi permohonan yang diajukan oleh para pemohon.

Gambar

Diagram 1. Sebaran Daerah Pada Pilkada 2017
Tabel 1. Sebaran Daerah yang Mengajukan Sengketa Pilkada
Tabel 2. Sebaran Daeran yang Mengajukan Sengketa Pilkada
Tabel 3. Lama waktu pengajuan sejak pengumuman hasil oleh KPUD  Lama pengajuan  (Hari)  Jumlah  Permohonan  2 Hari  9  3 Hari  22  4 Hari  9  5 Hari  5  6 Hari  2  Tak diketahui  1  Grand Total  48
+2

Referensi

Dokumen terkait

Alasan diajukannya perselisihan hasil Pilkada Kabupaten Dairi adalah keberatan Pemohon terhadap hasil penghitungan suara Pilkada yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan

Bahkan penyelesaian sengketa pilkada di MK adalah urgen sebab MK merupakan lembaga yang dibentuk untuk memberikan perlindungan konstitusional terhadap warga

Dalam hal ini mengajukan permohonan kepada Mahkamah Konstitusi perihal perselisihan Penetapan Perolehan Suara Hasil Peitiilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Buton

Bahwa berdasarkan uraian di atas maka Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan perselisihan perolehan suara hasil

Dalam hal ini mengajukan Permohonan kepada Mahkamah Konstitusi perihal Perselisihan Penetapan Perolehan Suara Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019,

Berdasarkan permasalahan di atas, terhadap banyaknya sengeketa pilkada / perselisihan pilkada yang menyebabkan pilkada adalah seringkali dijadikan argumentasi pemohon dalam sengketa

Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 2.000.000 dua juta sampai dengan 6.000.000 enam juta, pengajuan perselisihan perolehan suara dilakukan jika terdapat perbedaan paling banyak

Dasar kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam pengambilan kembali kewenangannya untuk penyelesaian sengketa Pilkada secara permanen yaitu bahwa Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu