• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai salah satu lembaga. 3. Memelihara keselamatan Negara terhadap gangguan dari dalam.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai salah satu lembaga. 3. Memelihara keselamatan Negara terhadap gangguan dari dalam."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai salah satu lembaga penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan dalam melaksanakan tugas dan fungsi nya juga harus berdasarkan legitimasi hukum yang berlaku. Dimana fungsi utama dari polisi adalah menegakkan hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum. Sehingga dapat dikatakan bahwa tugas polisi adalah melakukan pencegahan terhadap kejahatan dan memberikan perlindungan kepada masyarakat.1

Polisi adalah hukum yang hidup. Melalui polisi janji-janji dan tujuan-tujuan hukum untuk mengamankan serta melindungi masyarakat menjadi kenyataan. Perincian tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia, misalnya membuktikan hal tersebut, diantaranya yaitu:

1.

Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum

2. Memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat, termasuk memberi perlindungan dan pertolongan.

3. Memelihara keselamatan Negara terhadap gangguan dari dalam.

4. Mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit masyarakat.

1Mahmud Mulyadi, Kepolisian dalam sistem peradilan pidana, USU press,

(2)

5. Mengusahakan ketaatan warga Negara dan masyarakat terhadap peraturanperaturan Negara.

Perincian tugas-tugas polisi sebagaimana yang tertera diatas, mencapai dan memelihara ketertiban merupakan tugas pokok yang harus dilakukan oleh polisi. Persoalan mulai timbul pada saat dipertanyakan dengan cara bagaimanakah tujuan tersebut hendak dicapai. Ternyata pekerjaan kepolisian tersebut hanya boleh dijalankan dengan mengikuti dan mematuhi berbagai pembatasan tertentu. Salah satu dari pembatasan-pembatasan tersebut adalah hukum. Polisi ditugasi untuk menciptakan dan memelihara ketertiban dalam kerangka hukum yang berlaku.2 Disepakati atau tidak sebenarnya polisi adalah pekerja sosial berseragam, tidak dapat disangkal bahwa mereka menyediakan sesuatu yang dalam arti luas dapat disebut sebagai pelayanan sosial bagi masyarakat yang menjadi tanggung jawab mereka. Jelas, hanya sebagian kecil dari kerja rutin aparat kepolisian harus mengarah Kepolisian dalam Undang-undang No. 2 tahun 2002 merupakan sebagai alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Kepolisian dalam undang-undang tersebut juga disebutkan mempunyai tujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat,

2Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum suatu tinjauan sosiologis, Genta

(3)

serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Disepakati atau tidak sebenarnya polisi adalah pekerja sosial berseragam, tidak dapat disangkal bahwa mereka menyediakan sesuatu yang dalam arti luas dapat disebut sebagai pelayanan sosial bagi masyarakat yang menjadi tanggung jawab mereka. Jelas, hanya sebagian kecil dari kerja rutin aparat kepolisian harus mengarah kepada mencegah, menjawab, dan menangani kejahatan. Sebenarnya jasa yang mereka berikan, entah berkaitan dengan kejahatan atau tidak, merupakan suatu bentuk layanan jasa sosial. Namun lebih jauh, dalam konteks kerja kepolisian, polisi harus berurusan dengan sederet pemberi jasa lainnya yang luas, mulai dari biro layanan keluarga dan anak-anak hingga dinas pekerjaan umum yang menyangkut pengumpulan sampah dan kondisi jalan. Bukan hal yang aneh jika tiba-tiba polisi harus menengahi penculikan anak, menangani pertikaian suami-istri, perkelahian antar tetangga, dan kasus-kasus depresi serta bunuh diri yang kondusif bagi kerjasama yang lebih besar dengan biro jasa sosial. Diantara kegiatan mereka, aparat kepolisian harus tiba-tiba berurusan dengan pemberi jasa lain, atau dalam beberapa kasus, berhadapan dengan masalah pencegahan kejahtan yang barangkali lebih beresiko, misalnya yang menyangkut orang-orang jompo atau manula atau pemabuk, keduanya memerlukan kepekaan yang berbeda antara calon korban dan calon pelanggar.3

Polisi pada hakekatnya dihadapkan kepada suatu situasi konflik dan polisi bertugas untuk mengambil keputusan. Apabila pada akhirnya polisi bertindak,

3Robert R. Friedmann, Kegiatan Polisi dalam pembinaan keamanan dan

ketertiban masyarakat perbandingan perspektif dan prospeknya, PT. Cipta Manunggal, Jakarta, 1998, halaman 83-84

(4)

maka pada saat tersebut polisi telah melakukan suatu yang menguntungkan atau melindungi salah satu pihak dalam konflik, tetap dengan melawan, mengalahkan “merugikan” pihak yang lain, tetapi sulit juga untuk mengharapkan, polisi selalu akan mempertimbangkan dengan masak-masak segala segi etis dan moral. Untuk itu, maka polisi tidak hanya harus berbuat sebagai seorang polisi, melainkan juga seorang filosof.4 Aparat kepolisian juga berwenang melakukan Penahanan,yang merupakan salah satu bentuk perampasan kemerdekaan bergerak seseorang, sehingga penahanan merupakan suatu kewenangan penyidik yang sangat bertentangan dengan hak asasi manusia. 5

Dalam ilmu komunikasi dikenal sejumlah saluran komunikasi, yaitu bagaimana orang berkomunikasi untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Upaya manusia untuk menyampaikan pesan ini secara garis besar terbagi atas dua, yaitu komunikasi tanpa media yaitu secara langsung (tatap muka) dan komunikasi dengan media. Komunikasi dengan media dapat dibagi menjadi dua yaitu, komunikasi dengan media elektronik dan komunikasi dengan media cetak. Komunikasi dengan media cetak atau pers adalah surat kabar, majalah sedangkan komunikasi dengan media elektronik adalah radio, televisi, film dan lain-lain.

Seiring perkembangan zaman, media elektronik pun berkembang. Muncul internet sebagai salah satu saluran informasi bagi khalayak. Peneliti melihat tingginya intensitas menggunakan media internet sebagai suatu kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat dipisahkan. Hampir semua hal yang dilakukan bergantung pada media internet mulai dari berkomunikasi dengan orang lain menggunakan

4Satjipto Rahardjo, Op.Cit. halaman 113-117 5Mahmud Mulyadi, Op.cit, halaman 20

(5)

media social, menyaksikan tayangan televisi bukan lagi dengan media televise melainkan menggunakan internet sebagai layanan streaming, kemudian ebook

sebagai fasilitas membaca buku via internet. Tidak hanya itu, internet juga sudah masuk dalam metode pembelajaran dalam dunia pendidikan dengan adanya system belajar online atau elearning. Dengan demikian, kini internet sangat dekat

dengan kehidupan manusia.

Media sosial yang di gunakan, seperti facebook, youtube, twitter, dan lainnya.

Hal ini pun yang di gunakan oleh polisi. Polisi mengunggah video kegiatan mereka melalui internet, kegiatan yang lucu, heroik, sedih, bahagia, hingga

meneganggkan. Pada desember 2011, ada seorang polisi yang mengunggah videonya bernyanyi india dan menyebarkannya melalui youtube.6 Video tersebut

menjadi viral di masyarakat. Bukan hanya itu, pada november 2016, muncul video polisi yang menggunakan lagu PPAP dengan gerakan mengajak masyarakat untuk tertib berlalulintas. Pada desember 2016, ada kisah seorang polisi yang dengan sabar menghadapi seorang pelanggar yang tidak terima ditilang karena merasa tidak bersalah. Penggunaan media sosial ini sama halnya dengan apa yang ada di program 86 di Net.Tv, polisi melakukan kegiatan kegiatan positif yang memang sudah menjadi tugas seorang polisi yang baik dan benar. Khalayak menganggap ada sebuah pencitraan yang dilakukan oleh polisi dalam program 86 tersebut yang menjadi alasan peneliti memilih program 86 sebagai objek penelitian karena dalam program tersebut memunculkan unsur pencitraan polisi.

6

(6)

Program 86 (Delapan Enam) adalah program reality show yang diproduksi

secara kerjasama antara NET. dan Kepolisian Negara Republik Indonesia mengenai keseharian beberapa anggota polisi. Nama program ini sendiri berasal dari kode sandi POLRI yang berarti dimengerti atau roger that dalam bahasa Inggris. Dalam program ini, pemirsa akan diajak bersama

melihat keseharian beberapa anggota polisi yang memacu adrenalin, mulai dari menertibkan pelanggar lalu lintas, penggerebekan, hingga pengungkapan sindikat narkoba. Namun selain soal tugas mereka, akan dibahas juga sisi humanis dari seorang polisi yang tentunya merupakan seorang manusia biasa juga, terutama pengaturan prioritas tugas yang menuntut kesiagaan setiap saat dengan keluarga yang menunggu di rumah. Diharapkan dari program ini, pemirsa dapat menghargai kerja polisi dalam menertibkan lingkungan dengan menaati hukum yang berlaku tanpa ditegur dahulu.7

Dari uraian tersebut yang melatar belakangi peneliti untuk memilih penggunaan Interpretasi khalayak terhadap program sebagai objek penelitian dan pada penelitian ini penulis memilih program 86. Karena setiap individu yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, sehingga mempengaruhi cara mereka menerima pesan dan memaknainya. Atas dasar itulah peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai pemaknaan sebuah pesan yang terkandung dalam program 86 dengan mengambil tempat mahasiswa broadcasting Universitas Mercu Buana angkatan 2013 sebagaimana mereka adalah seorang yang nanti akan bergelut di bidang pertelevisian. Dan pengambilan Pencitraan polisi dalam penelitian karena bukan sedikit penonton yang merakan adanya ketidak benaran kegiatan yang

7

(7)

dilakukan oleh polisi dalam program 86 ini, dan banyak mengatakan hal ini sebagai pencitraan. Polisi pun merupakan bagian yang cukup berperan penting terhadap keberlangsungan masyarakat, sehingga pada saat program ini tayang di NET. TV, dianggap keluar batas dari polisi pada umumnya.

1.2.Fokus Penelitian

Audience theory atau teori tentang khalayak sendiri yaitu suatu teori yang mencoba menjelaskan bagaimana seorang khalayak menerima, membaca dan merespon sebuah teks. Terkait dengan ini, disebutkan bahwa para analis media telah mengembangkan beberapa model-model efek media. Model pertama yaitu The Hypodermic Needle Model, kemudian disusul oleh model Two-Step Flow,Uses & Gratifications dan Reception Theory. The Hypodermic Needle Model, dibuat pada tahun 1920-an. Teori inilah yang pertama kali mencoba menjelaskan bagaimana khalayak massa “might react to mass media”. Teori ini menunjukkan bahwa, sebagai penonton, kita dimanipulasi oleh media itu sendiri, dan bahwa perilaku kita dan pemikiran kita mungkin dengan mudahnya diubah oleh pembuat media.8

Jenis khalayak terbagi menjadi dua, yaitu khlayak aktif dan pasif. Khalayak aktif adalah khalayak yang memiliki keputusan aktif mengenai bagaimana menggunakan media, berlandas pada teori pengaruh minimal seperi uses and gratification theorys, sedangkan khalayak pasif merupakan khalayak yang dengan

8 http://www.mediaknowall.com/gcse/keyconceptsgcse/keycon.php?pageID=audience , tanggal

(8)

mudah dipengaruhi dari arus langsung media, tertuju pada teori pengaruh kuat seperti teori peluru (bullet theory).9

Dengan demikian, fokus penelitian ini akan melihat pada sudut pandang khalayak dalam yaitu mahasiswa broadcasting Universitas Mercu Buana angkatan 2014 terhadap tayangan program 86 di NET TV. Apapun pemaknaan mahasiswa terhadap program 86, itulah fokus penelitian ini karena peneliti hanya

memfokuskan pada subjek yang memaknai pesan dari konten pencitraan.

1.3. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah bagaimana mahasiswa yang dalam hal ini khalayak mengiterpretasikan pencitraan polisi dalam program 86 di NET. TV.

1.4.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan mahasiswa broadcasting universitas Mercu Buana sebagai mahasiswa yang nantinya bergelut di dunia pertelevisian pada tayangan program 86 di NET TV dan bagaimana mahasiswa dapat menerjemahkan pemaknaan tersebut ke dalam kehidupan sehari-harinya.

1.5.Manfaat penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah untuk dunia pendidikan tentunya sebagai proses akademis dari sebuah sistem pendidikan

9

(9)

Indonesia. Dalam rangka memenuhi kewajiban dan haknya sebagai tahapan akdemis manfaat dari penelitian ini berguna untuk menunjang proses belajar dan juga penerapan pada kehidupan sehari-hari yang relevan dengan fenomena nyata yang ada di lingkungan khalayak itu sendiri. Pada dasarnya manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua macam diantaranya sebagai berikut.

1.5.1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu komunikasi, dan memberikan sumbangan pemikiran kepada peneliti lain khususnya tentang studi resepsi khalayak.

1.5.2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini juga bermanfaat sebagai berikut:

1. Manfaat penelitian ini untuk penulis adalah sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menempuh gelar sarjana komunikasi. 2. Penelitian ini dapat menjadi media bagi khalayak untuk

menyampaikan pendapatnya tentang apa yang diangkat oleh penulis saat ini.

3. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, informasi bagi masyarakat penikmat film, dalam menanggapi dan memaknai isi program.

4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pembuat program reality show 86, dan khususnya bagi tim kreatif dan produksi NET sebagai pembuat program 86, dan sebagai

(10)

stasiun yang pertamakali menayangkan program mengenai sudut pandang kepolisian indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak, yang berarti ada hubungan antara kehilangan hubungan dengan teman-teman atau keluarga dengan kualitas hidup

Rahasia Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Rahasia Negara adalah bahan keterangan dan benda-benda yang berkaitan dengan keselamatan negara yang tidak dapat atau

global. OECD telah memainkan peranan yang signifikan dengan meluncurkan Action Plan on BEPS. Gayung pun bersambut karena negara-negara anggota Forum G-20 mendukung penuh

Tak ada kesempatan lagi bagi si Cambuk Setan dan Iblis Pedang Perak untuk mengejar, karena lesatan Rangga begitu cepat Sehingga dalam waktu sekejap mata saja, Pendekar Rajawali

Manajemen produksi merupakan salah satu bagian dari manajemen perusahaan yang fungsi utamanya adalah menyelenggarakan semua kegiatan untuk memproses bahan baku

Input data, yaitu: data Sumber PLN, Trafo, Saluran, dan beban yang diperoleh dari sistem yang terkait dengan catu daya Kawasan GI PUSPIPTEK dalam hal ini menggunakan catu

Bab II berisi tentang landasan teori dan konsep-konsep yang akan digunakan dan dibutuhkan dalam menunjang penelitian. Penjelasan mengenai teori dan konsep lebih jauh lagi

Sedangkan pendekatan penelitian ini, ialah bersifat deskriptif-analitis. Yaitu, peneliti mendeskripsikan data yang diperoleh dari objek penelitian secara objektif dan apa adanya,