• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah PAN Dan PAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah PAN Dan PAP"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Asesmen Pembelajaran

[Menggunakan PAN dan PAP dalam

Pemberian Nilai]

Dosen Pengasuh:

1. Esti Susiloningsih, M.Pd.

2.

Vina Amilia Suganda, M.Pd.

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sriwijaya

2016

Disusun oleh: TIM AHLI 2

1. Tina Dwi Lestari (06131181419013) 2. Venny Astriani (06131181419016) 3. M. Imam Santoso (06131181419021) 4. Rizqy Aafiyah Nafisa (06131281419036) 5. Sutrisno (06131281419075)

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Menggunakan PAN

dan PAP dalam Pemberian Nilai”Penulisan makalah ini merupakan salah satu

tugas yang diberikan dalam mata kuliah Asesmen Pembelajaran, Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Sriwijaya.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami Ibu Esti Sulistianingsih, M.Pd. dan Ibu Vina Amilia Suganda, M.Pd. yang telah memberikan tugas dan bimbingan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Indralaya, Oktober 2016

(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I...1 PENDAHULUAN...1 Acuan Penilaian...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...1 C. Tujuan Makalah...1 BAB II...3 PEMBAHASAN...3 Acuan Penilaian...3

A. Penilaian Acuan Patokan (PAP)...3

B. Penilaian Acuan Norma...5

C. Persamaan dan Perbedaan PAN dan PAP...7

D. Perbandingan PAP dan PAN...9

E. Kelebihan dan Kekurangan PAN dan PAP...10

F. Contoh Penerapan PAP dan PAN...11

BAB III...17 PENUTUP...17 A. Kesimpulan...17 DAFTAR PUSTAKA...18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

(4)

Dalam proses belajar mengajar pasti akan ada tahap evaluasi untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar tersebut. Evaluasi merupakan sarana untuk mengetahui keberhasilan suatu proses pendidikan, juga dapat dijadikan pedoman untuk menciptakan kurikulum-kurikulum baru. Dalam proses evaluasi ada istilah yang disebut penilaian. Secara umum, proses penilaian merupakan proses untuk mengolah data atau angka-angka dari skor menjadi beberapa kriteria tertentu yang meliputi baik-buruk, tinggi-rendah, sempurna-tidak sempurna, yang mana dari keseluruhan kriteria tersebut memiliki makna evaluatif.

Hasil dari penilaian dalam evaluasi pembelajaran tersebut tertuang dalam nilai. Nilai dapat berupa angka dan huruf. Nilai angka atau huruf umumnya merupakan hasil tes atau ujian yang diberikan guru kepada siswa setelah mereka mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Bagi para pendidik, masalah penilaian pendidikan adalah masalah yang selalu implisitdalam pekerjaan pendidikan, sehingga oleh karena itu sudah seharusnya menjadi salah satu bagian penting dalam kelengkapan keahlian seorang pendidik. Cara pendidik melakukan penilaian itu sangat bermacam-macam, ada yang berupa tes dan nontes.

Dalam pengolahan nilai, ada kriteria atau acuan tertentu, baik itu penilaian acuan patokan (PAP) atau penilaian acuan norma (PAN). Penilaian acuan patokan (PAP) merupakan penilaian yang diacukan pada tujuan instruksional yang harus dikuasai oleh siswa, sedangkan penilaian acuan norma (PAN) merupakan penilaian yang digunakan untuk menentukan derajat prestasi seorang siswa dibanding nilai rata-rata perkelasnya. Kedua jenis acuan penilaian tersebut akan dibahas lebih lanjut di makalah ini.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian Penilaian Acuan Patokan (PAP) ? 2. Apa pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) ? 3. Apa sajakah persamaan dan perbedaan PAN dan PAP ? 4. Bagaimanakah perbandingan antara PAP dan PAN ?

5. Apa kelebihan serta kekurangan dari Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN)?

6. Bagaimanakah contoh penerapan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN) ?

C. Tujuan pembahasan

(5)

2. Mengetahui pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) 3. Mengetahui persamaan dan perbedaan PAN dan PAP 4. Mengetahui perbandingan antara PAP dan PAN

5. Mengetahui kelebihan serta kekurangan dari Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN)

6. Mengetahui contoh penerapan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN)

BAB II PEMBAHASAN Acuan Penilaian

Di dalam setiap kegiatan belajar mengajar selalu dilakukan penilaian. Hasil penilaian disajikan dalam bentuk nilai angka atau huruf. Dalam hal ini, ada lembaga pendidikan yang menggunakan nilai angka dengan skala 0 sampai 100, dan ada pula yang menggunakan nilai angka itu dengan skala 0 sampai 10. Di

(6)

perguruan tinggi umumnya dipergunakan nilai huruf, yaitu A, B, C, D, dan E atau TL.

Nilai angka atau nilai huruf itu umumnya merupakan hasil tes atau ujian yang diberikan oleh guru atau dosen kepada para siswa atau mahasiswanya setelah mereka mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam buku laporan pendidikan (buku raport), surat tanda tamat belajar (STTB), ijazah atau daftar nilai lainnya.

Nilai-nilai yang dimasukkan ke dalam buku raport dan lain-lain itu merupakan hasil pengolahan dari skor mentah (raw-score) yang diperoleh dari pekerjaan siswa dalam tes, atau mungkin juga merupakan hasil pengolahan dari nilai-nilai sub sumatif, nilai tugas penyusunan makalah dan nilai ujian akhir semester.

Pengolahan nilai-nilai menjadi nilai akhir seorang siswa dapat dilakukan dengan mengacu kepada kriteria atau patokan tertentu. Dalam hal ini dikenal adanya dua patokan yang umum dipakai dalam penilaian itu, yaitu “penilaian acuan patokan” (criterion-referenced evaluation) dan “penilaian acuan norma” (norm-referenced evaluation).

A. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Suatu penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu kita mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya. Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan (mastery) siswa tentang materi pengajaran sesuai dengan tujuan (instruksional) yang telah ditetapkan.

Sebagai contoh misalnya: untuk dapat diterima sebagai calon tenaga pengajar di perguruan tinggi adalah IP minimal 3,00 dan setiap calon harus lulus tes potensi akademik yang diadakan oleh lembaga yang bersangkutan. Berdasarkan kriteria di atas siapapun calon yang tidak memenuhi persyaratan di atas maka dinyatakan gagal dalam tes atau tidak diterima sebagai calon tenaga pengajar.

Seperti uraian di atas tingkat kemampuan atau kelulusan seseorang ditentukan oleh tercapai tidaknya kriteria. Misalnya seseorang dikatakan telah menguasai satu pokok bahasan/ kompetensi bilamana ia telah menjawab dengan

(7)

benar 75% dari butir soal dalam pokok bahasan / kompetensi tersebut. Jawaban yang benar 75% atau lebih dinyatakan lulus, sedang jawaban yang kurang dari 75% dinyatakan belum berhasil dan harus mengulang kembali.

Muncul pertanyaan bahwa apakah siswa yang dapat menjawab benar 75% ke atas juga akan memperoleh nilai yang sama? Hal ini tergantung pada sistem penilaian yang digunakan. Jika hanya menggunakan kriteria lulus dan tidak lulus, berarti siswa yang menjawab benar 75% ke atas adalah lulus, demikian juga sebaliknya siswa yang menjawab benar kurang dari 75% tidak lulus. Apabila sistem penilaian yang digunakan menggunakan model A, B, C, D atau standar yang lain, kriteria ditetapkan berdasarkan rentangan skor atau skala interval.

Patokan yang digunakan dalam PAP bersifat mutlak, artinya kriteria itu bersifat tetap untuk jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua siswa. Penilaian dengan PAP ini sudah seharusnya digunakan dalam pelaksanaa tes formatif, agar ketercapaian kompetensi minimal 75% dapat diketahui.

Ciri-ciri Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Kelulusan seseorang ditentukan oleh satu patokan atau persyaratan tertentu, bukan ditentukan oleh ranking dalam kelompok tertentu;

Satu bentuk penilaian berbabsis kompetensi;

Digunakan dalam belajar tuntas, semua komponen standar/tujuan pembelajaran (learning objectives/outcomes)/tujuan instruksional dikuasai;

siswa/mahasiswa dinilai dengan kriteria yang telah ditentukan;

Seringkali dihubungkan dengan penguasaan pembelajaran, misalnya lulus-gagal dalam test tertentu;

Mengenali apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa/mahasiswa. Karakteristik Penilaian Acuan Patokan (PAP):

 dapat meningkatkan kualitas pengajaran

 tepat untuk penilaian sumatif

 kemungkinan terjadi tidak ada siswa yang lulus

 tidak perlu menghitung rata-rata Langkah-langkah :

1. Menentukan terlebih dahulu persentase minimal pengusaan materi

2. Menentukan nilai-nilai berdasarkan standar nilai (A, B, C, D, dan E) yang digunakan sesuai dengan prestasi yang dicapai masing-masing siswa. Contoh :

(8)

Misalkan persentase minimalnya adalah 60%. Berarti kalau jumlah soal seluruhnya 100 item, maka siswa harus mencapai minimal 60 item yang benar sedangkan siswa yang mencapai dibawah 60 dinyatakan dengan nilai E atau F. Nilai-nilai A, B, C, D ditentukan sesuai dengan prestasi yang dicapai oleh masing-masing siswa, sebagai berikut:

Pedoman Konversi Tabel Konversi (SMI = 100) 91% - 100%= A 91 – 100 = A

81% - 90% = B 81 – 90 = B 71% - 80% = C 71 – 80 = C 60% - 70% = D 60 – 70 = D < 60% = E < 60 = E

B. Penilaian Acuan Norma (PAN)

Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh siswa dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain dalam kelompok tersebut. Dengan kata lain PAN merupakan sistem penilaian yang didasarkan pada nilai sekelompok siswa dalam satu proses pembelajaran sesuai dengan tingkat penguasaan pada kelompok tersebut. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan skor pada kelompok itu.

Dalam hal ini “norma” berarti kapasistas atau prestasi kelompok, sedangkan “kelompok” adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut dapat kelompok siswa dalam satu kelas, sekolah, rayon, propinsi, dan lain-lain. PAN juga dapat dikatakan penilaian “apa adanya” dengan pengertian bahwa acuan pembandingnya semata-mata diambil dari kenyataan yang diperoleh (rata-rata dan simpangan baku) pada saat penilaian dilakukan dan tidak dikaitkan dengan hasil pengukuran lain.

Tujuan penilaian acuan norma adalah untuk membedakan peserta didik atas kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai dengan tertinggi. Secara ideal, pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu kelompok menggambarkan suatu kurva normal.

Dalam penerapan sistem PAN ada dua hal pokok yang harus ditetapkan yaitu: banyaknya siswa yang akan lulus dan penetapan batas lulus. Terdapat dua cara di dalam menentukan batas kelulusan antara lain: menetapkan terlebih dahulu jumlah yang diluluskan, misalnya 75% dari seluruh peserta tes, kemudian skor tiap siswa disusun dan diranking sehingga akan diketemukan skor terendah. Cara

(9)

kedua dengan menggunakan data statistik yang terdapat dalam kurva normal dengan menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku, sehingga akan diketemukan luas daerah kurva normal atau jumlah anak yang diluluskan.

Peringkat dan klasifikasi anak yang didasarkan pada penilaian acuan norma lebih banyak mendorong kompetisi daripada membangun semangat kerjasama. Lagi pula tidak menolong sebagian besar peserta didik yang mengalami kegagalan. Dengan kata lain, keberhasilan peserta didik hanya ditentukan oleh kelompoknya. Dalam Kurikulum pendidikan, prestasi peserta didik ditentukan oleh perbandingan antara pencapaian sebelum dan sesudah pembelajaran, serta kriteria penguasaan kompetensi yang ditentukan.

Misalnya seorang peserta Diklat mendapat skor 75 (hanya 75% dari tujuan instruksional yang dicapai) dapat diberi nilai 9 dalam penilaian acuan kelompok. Atau peserta Diklat yang hanya mendapat skor 35 dapat diberi nilai 6, sehingga dapat lulus dalam tingkat penguasaan 35%. Tetapi dapat terjadi bahwa Peserta Diklat yang mendapat skor 75 tidak berhasil lulus karena peserta-peserta lain dalam kelompoknya mendapat nilai diatas 75 (75% dari tujuan tercapai). Contoh lain, Jika nilai rata-rata kelompok/kelasnya rendah, misalnya skor 40 dari 100, maka siswa yang memperoleh nilai 45 sudah dikatakan baik atau lulus, sebab berada diatas rata-rata kelas. Padahal skor 45 dari skor maksimum skor 100 termasuk rendah.

Kelemahan sistem PAN dapat terlihat jelas bahwa tes apapun, dalam kelompok apapun, dengan kadar prestasi yang bagaimanapun pemberian nilai dengan model pendekan PAN selalu dapat dilakukan.

Oleh karena itu penggunaan model pendekatan ini dapat dilakukan dengan baik apabila memenuhi syarat antara lain:

 skor nilai terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai dengan pencaran kurva normal;

 jumlah yang dinilai minimal 50 orang atau lebih dari 100 orang dalam arti sampel yang digunakan besar.

Ciri-ciri Penilaian Acuan Norma (PAN)

 Tidak untuk menentukan kelulusan seseorang, tetapi untuk menentukan ranking siswa/mahasiswa dalam kelompok tertentu;

 Untuk memetakan perbandingan siswa/mahasiswa: Siswa/mahasiswa dinilai dan diberi ranking antara satu dengan lainnya;

(10)

 Menggaris bawahi perbedaan prestasi antarsiswa/mahasiswa;  Hanya mengandalkan nilai tunggal dan peringkat tunggal;

 Penilaian didasarkan pada distribusi skor (kurva bel) dengan menggunakan satu rumus.

C. Persamaan dan Perbedaan PAN dan PAP 1. Persamaan PAN dan PAP

a. Kedua pengukuran PAN dan PAP memerlukan adanya tujun evaluasi spesifik sebagai menentukan focus item yang diperlukan

b. Kedua pengukuran memerlukan sampel yang relevan, digunakan sebagai subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi

c. Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua pengukuran sama-sama memerlukan item-item yang disusun dalam suatu tes dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrument

d. Kedua pengukuran memerlukan persayartan pokok, yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas yaitu apakah item yang disusun mengukur apa yang hendak diukur, sedangkan realibilitas yaitu apakah item tes memiliki hasil keajegan atau konsistensi

e. Kedua pegukuran tersebut sama manfaatnya, yaitu alat pengumpul data siswa yang di evaluasi

2. Perbedaan PAN dan PAP:

a. PAN

1) Merupakan tes yang mencakup domain tugas pembelajaran dengan item pengukuran yang spesifik

2) Menekankan perbedaan antara individual siswa satu dengan siswa lainnya dalam kelomok atau kelas

3) Item-item memiliki tingkat kesulitan tinggi dan cenderung menghilangkan item yang memiliki tingkat kesulitan rendah

4) Lebih banyak digunakan, khususnya pada kelas yang memiliki kelompok-kelompok dengan pembedaan siswa pandai, diatas rerata, dibawah rerata dan bodoh.

5) Interpretasi evaluasi memerlukan adanya pengelompokan atas kelompok-kelompok tertentu secara jelas

b. PAP

1) Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada penentuan domain tugas belajar dengan tingkat kesulitan sejumlah item sesuai dengan tugas pembelajaran

(11)

2) Menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para siswa

3) Item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa menghilangkan item atau soal yag memiliki tingkat kesulitan rendah 4) Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas

pembelajaran dengan konsep atau penguasaan materi belajar (mastery

learnig)

5) Interpretasi memerlukan grup tertentu dengan memenuhi kriteria tertentu atau domain pencapaian belajar.

D.

Perbandingan PAP dan PAN No. Penilaian Acuan Patokan

(PAP)

Penilaian Acuan Normatif (PAN)

1. PAP digunakan untuk menentukan status setiap peserta terhadap tujuan yang direncanakan

PAN digunakan untuk menentukan status setiap peserta terhadap kemampuan peserta lain

2. Tidak memperdulikan

perbedaan individual Perbedaan individual mendapatpenekanan dalam PAN

3. Keragaman bukan menjadi faktor penentu dalam PAP, walaupun pada akhirnya tes-tes akan membedakan peserta yang telah menguasai dan belum menguasai

Pengembang PAN berupaya untuk menghasilkan tes-tes yang menghasilkan keragaman yang cukup berarti

4. PAP secara khusus menekankan pada ranah (kawasan) tertentu yang harus dipelajari peserta didik

PAN mengukur kompetensi umum peserta didik

(12)

No. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Penilaian Acuan Normatif (PAN)

5. Butir-butir soal ditulis berdasarkan

pengelompokkan, setiap kelompok terpusat pada tujuan tertentu

PAN menghasilkan penguasaan peserta didik secara umum dalam bidang pembelajaran tertentu

6. PAP memberikan indikator yang lebih meyakinkan bahwa tujuan telah tercapai

PAN memberikan hasil pengukuran yang meyakinkan terhadap penguasaan secara umum mengenai pembelajaran 7. PAP memiliki standar

penguasaan untuk semua peserta yaitu berhasil atau gagal

PAN memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius

8. PAP memberikan penjelasan tentang penguasaan kelompok terhadap satu atau sejumlah tujuan

PAN memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok

9. Mudah menentukan materi yang belum dikuasai peserta didik dan mudah memberikan bantuan untuk menguasainya

Sukar menentukan dan memberi bantuan materi yang belum dikuasai peserta didik

10 Baik PAP maupun PAN diperlukan dalam pengukuran, karena keputusan yang tepat untuk memilih alat ukur yang digunakan akan sangat menentukan, misal alat ukur untuk UN berbeda dengan alat ukur untuk UMPT

(13)

Kelebihan PAN :

1. Dapat digunakan untuk menetapkan nilai secara maksimal

2. Dapat membedakan kemampuan peserta didik yang pintar dan kurang pintar. membedakan kelompok atas dan bawah.

3. Fleksibel: dapat menyesuaikan dengan kondisi yang berbeda-beda 4. Mudah menilai karena tidak ada patokan

5. Dapat digunakan untuk menilai ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Kelebihan PAP :

1. Dapat membantu guru merancang program remidi 2. Tidak membutuhkan perhitungan statistic yang rumit 3. Dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

4. Nilainya bersifat tetap selama standar yang digunakan sama.

5. Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik atau untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum.

6. Banyak digunakan untuk kelas dengan materi pembelajaran berupa konsep.

7. Mudah menilai karena ada patokan

Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

1.

Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria dan standar;

2.

Beresiko mengembangkan daftar nama kriteria yang berlainan;

3.

Lebih menekankan hasil daripada proses;

4.

Peringkat dapat dinyatakan dengan tidak sebenarnya secara positif/negatif;

5.

Kadang akademisi kurang kompeten dan percaya diri untuk membuat penilaian profesional;

6.

Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan dari menilai berdasarkan referensi norma menjadi referensi kriteria;

7.

Pikiran bahwa hanya persentase kecil yang memperoleh ranking rendah, dan sebaliknya, pasti mereka yang di pendidikan tinggi yang memperoleh ranking tinggi;

(14)

Kekurangan Panilaian Acuan Norma (PAN)

1. Sedikit menyebutkan tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa/mahasiswa: apa yang mereka ketahui atau dapat mereka lakukan;

2. Sedikit menyebutkan kualitas pembelajaran;

3. Tidak fair karena peringkat siswa/mahasiswa tidak hanya tergantung pada tingkat prestasi, tetapi juga atas prestasi siswa/mahasiswa lain; 4. Tidak dapat diandalkan: siswa/mahasiswa yang gagal sekarang

mungkin dapat lulus pada tahun berikutnya;

5. Tidak fair, khususnya pada kelompok kecil. Referensi ini dapat menyebarkan peringkat, memperbesar-besarkan perbedaan dalam prestasi, dan menekan berbagai perbedaan;

6. Kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak diketahui para mahasiswa.

F. Contoh Penerapan PAP dan PAN 1. Contoh Penerapan PAP

Contoh 1:

Seorang guru merencanakan tes hasil belajar dalam bidang studi Bahasa Indonesia. Soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut terdiri atas 75 butir soal tes obyektif dan 1 butir soal tes uraian dengan rincian sbb :

Nomor

Butir Soal Bentuk Tes/Model Soal

Jumlah Butir

Soal

Bobot

Jawaban Betul Skor

01-10 Tes Obyektif bentuk True-False 10 1 10 11-20 Tes Obyektif bentuk Matching 10 1 10 21-30 Tes Obyektif bentuk Completion 10 1 10 31-40 Tes Obyektif bentuk MCI model

melengkapi lima pilihan 10 1 10 41-50 Tes Obyektif bentuk MCI model

melengkapi berganda

10 1 ½ 15

51-60 Tes Obyektif bentuk MCI model asosiasi dengan lima pilihan

10 1 ½ 15

61-70 Tes Obyektif bentuk MCI model analisis hubungan antarhal

10 2 20

(15)

analisis kasus

76 Tes Uraian 1 10 10

Skor Maksimum Ideal 120 Berdasarkan rincian butir-butir soal diatas tersebut dapat diketahui bahwa

Skor Maksimum Ideal (SMI) dari tes hasil belajar tersebut adalah = 120. Kemudian Skor-skor mentah hasil THB bidang studi Bahasa Indonesia yang dicapai oleh 20 orang siswa setelah diubah (dikonversi) menjadi nilai standar dengan menggunakan standar mutlak (penilaian beracuan kriterium).

Dengan menggunakan Rumus :

Nilai = Skor Mentah/Skor Maksimum Ideal X 100

No. Skor Mentah Nilai

1. 60 60/120 X 100 = 50 2. 40 40/120 X 100 = 33 3. 80 80/120 X 100 = 67 4. 30 30/120 X 100 = 25 5. 75 75/120 X 100 = 62 6. 52 52/120 X 100 = 43 7. 59 59/120 X 100 = 49 8. 71 71/120 X 100 = 59 9. 41 41/120 X 100 = 34 10. 58 58/120 X 100 = 48 11. 61 61/120 X 100 = 51 12. 56 56/120 X 100 = 47 13. 53 53/120 X 100 = 44 14. 63 63/120 X 100 = 52 15. 85 785/120 X 100 = 71 16. 54 54/120 X 100 = 45 17. 60 60/120 X 100 = 50 18. 49 49/120 X 100 = 41 19. 55 55/120 X 100 = 46 20. 43 43/120 X 100 = 36

Dari nilai-nilai yang telah diperoleh, maka jika diterjemahkan menjadi nilai huruf dengan patokan adalah :

Rentang Skor Nilai Nilai 80 s.d. 100 = A Nilai 70 s.d. 79 = B

(16)

Nilai 60 s.d. 69 = C Nilai 45 s.d. 59 = D

Nilai < 44 = E / Tidak lulus

Maka dari 20 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar tersebut tidak ada seorang pun yang mendapat nilai A, yang mendapat nilai B hanya 1 orang (5%), Nilai C dicapai oleh 2 orang siswa (10 %), Nilai D ada 10 orang siswa (50%) dan siswa yang tidak lulus pada tes bidang studi Bahasa Indonesia ini ada 7 orang siswa (35%).

2. Contoh Penerapan PAN Contoh 1:

1. Suatu kelompok peserta didik (siswa) terdiri dari 9 orang mendapat skor (nilai mentah):

50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30

Dari skor mentah ini dapat dibaca bahwa perolehan tertinggi adalah 50 dan perolehan terendah adalah 30. Dengan demikian nilai tertinggi diberikan terhadap skor tertinggi, misalnya 10. Secara proporsional skor di atas dapat diberi nilai 10, 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.

Cara lain ialah dengan menghitung persentase jawaban benar yang dijawab oleh setiap siswa. Kemudian kepada siswa yang memperoleh persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi. Jika skor (nilai mentah) di atas didapat dari 60 butir pertanyaan atau skor maksimalnya 60, maka (perhatikan tabel di bawah ini)!

Tabel. 1

Menghitung Nilai dari Skor (Nilai Mentah)

Nilai mentah 50 45 45 40 40 40 35 35 30 Persentase jawaban yang benar 83,3 75,0 75,0 66,7 66,7 66,7 58,5 58,5 50,0 Nilai (1-10) 10 9 9 8 8 8 7 7 6

(17)

Untuk mengubah persentase menjadi nilai (1-10) dengan cara bahwa persentase tertinggi diberi nilai 10, ini berarti bahwa 83,3% dihargai 10, maka 75,0% harganya adalah (75,0% / 83,3%) x 10 = 9,0.

Dapat juga dicari faktor pengali terlebih dahulu, yaitu:

83,3% adalah 10 atau (83,3/100) x n = 10 atau n = 12. Jadi faktor pengalinya adalah 12, sehingga 66,7% pada nilai (1-10) adalah 66,7% x 12 = 7,9 atau 8.

Contoh 2:

2. Sekelompok siswa terdiri dari 40 orang dalam satu ujian memperoleh nilai mentah sebagai berikut:

55 43 39 38 37 35 34 32

52 43 40 37 36 35 34 30 49 43 40 37 36 35 33 28 48 42 40 37 36 34 33 22 46 39 38 37 36 34 32 21

Penyebaran nilai mentah di atas dapat ditulis seperti tabel berikut:

Tabel. 2

Pengolahan Nilai Mentah Menjadi (1-10) No. Nilai Mentah Jumlah Siswa Jika 55 diberi 10 maka

Jika skor maks. 75 maka % yg

benar

Persentase diubah menjadi

(18)

1 2 3 4 5 6 1 55 1 10,0 73,3 10,0 2 52 1 9,5 69,3 9,5 3 49 1 9,0 65,3 9,0 4 48 1 8,7 64,0 8,7 5 46 1 8,4 61,3 8,4 6 43 3 7,8 57,3 7,8 7 42 1 7,6 56,0 7,6 8 40 3 7,3 53,3 7,3 9 39 2 7,1 52,0 7,1 10 38 2 6,9 50,7 6,9 11 37 5 6,7 49,3 6,7 12 36 4 6,5 48,0 6,5 13 35 3 6,4 46,7 6,4 14 34 4 6,2 45,3 6,2

(19)

15 33 2 6,0 44,9 6,0 16 32 2 5,8 42,7 5,8 17 30 1 5,5 40,0 5,5 18 28 1 5,1 37,3 5,1 19 22 1 4,0 29,3 4,0 20 21 1 3,8 28,0 3,8 Jumlah siswa: 40

Jika nilai mentah yang paling tinggi 55, diberi nilai 10 maka nilai untuk: 52 adalah (52/55) x 10 = 9,5.

Misalnya dalam ujian tersebut nilai maksimalnya 75, maka besar presentase dihitung sebagai berikut: (55/75) x 100% = 73,3%.

Nilai akhir yang dihitung berdasarkan perubahan nilai mentah menjadi nilai (1-10) atau nilai mentah menjadi persentase kemudian menjadi nilai (1-10) hasilnya sama, sebagaimana terlihat pada kolom 4 dan kolom 6 pada tabel 2 di atas.

Bilamana jumlah anggota kelompok tidak hanya satu kelas tetapi beberapa kelas sehingga banyaknya peserta didik (siswa) ratusan jumlahnya maka untuk memberi nilai kepada setiap anggota kelompok digunakan statistik sederhana dengan menentukan besarnya skor rata-rata kelompok dan simpangan baku kelompok. Jumlah anggota kelompok yang besar, distribusi (penyebaran) kemampuannya mulai dari yang paling pandai, pandai, sedang, kurang dan sangat kurang.

(20)

Dalam hal ini penyebaran kemampuan anggota kelompok biasanya digambarkan menurut kurva normal.

Menurut distribusi kurva normal kalau sekelompok peserta didik (siswa) yang memiliki skor rata-rata 60, maka jumlah siswa yang mendapat skor 60 ke atas adalah:

60 sampai dengan (60 + 1.SD) adalah 34,13%

(60 + 1.SD) sampai dengan (60 + 2.SD) adalah 13,59% (60 + 2.SD) sampai dengan (60 + 3.SD) adalah 2,14% Begitu pula siswa yang mendapat skor 60 ke bawah adalah: 60 sampai dengan (60 – 1.SD) adalah 34,13%

(60 – 1.SD) sampai dengan (60 – 2.SD) adalah 13,59% (60 – 2.SD) sampai dengan (60 – 3.SD) adalah 2,14%

Dengan kata lain jumlah siswa yang memperoleh skor antara (+ 1.SD sampai dengan – 1.SD) adalah 68,26%, yang memperoleh skor antara (+ 2.SD sampai dengan – 2.SD) adalah 95,44%.

Tabel. 3

Konversi Skor Mentah ke dalam Nilai (1-10)

Skor Mentah Nilai (1-10)

Contoh Skor Rata-rata +

2,25SD

10 Perhatikan tabel. 2, peserta dengan skor mentah 49 mendapat nilai: 37,4 + 6,8n = 49 ( n = besar penyimpangan antara + 2,25 sampai dengan – 2,25, maka didapat n = 1, 71.

Dengan demikian peserta dengan skor mentah 49 mendapat nilai 8,5.

BAB III PENUTUPAN A. Kesimpulan

1. Penilaian Acuan Patokan (PAP) mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya.

(21)

2. Patokan yang digunakan dalam PAP bersifat mutlak, artinya kriteria itu bersifat tetap untuk jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua siswa.

3. Karakteristik Penilaian Acuan Patokan (PAP):

 dapat meningkatkan kualitas pengajaran

 tepat untuk penilaian sumatif

 kemungkinan terjadi tidak ada siswa yang lulus

 tidak perlu menghitung rata-rata

4. Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh siswa dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain dalam kelompok tersebut.

5. Dalam penerapan sistem PAN ada dua hal pokok yang harus ditetapkan yaitu: banyaknya siswa yang akan lulus dan penetapan batas lulus.

6. Penggunaan model pendekatan PAN dapat dilakukan dengan baik apabila memenuhi syarat antara lain: a). skor nilai terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai dengan pencaran kurva normal; b). jumlah yang dinilai minimal 50 orang atau lebih dari 100 orang dalam arti sampel yang digunakan besar.

DAFTAR PUSTAKA

Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Oprasional, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012),

Sofyan, Ahmad. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006.

(22)

Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004.

http://digilib.unimed.ac.idpublicUNIMED-Journal-21462-pendidikan%20science %20vol%2027%20no%203%20sep%202003FV.%20Tjowanto.pdf Diakses pada 22 September 2015 pukul 23.44 WIB

http://file.upi.eduDirektoriFPMIPAJUR._PEND._FISIKA197812182001122-WINNY_LILIAWATI

PENILAIAN_ACUAN_(REFERENCE_EVALUATION)_

%5BCompatibility_Mode%5D.pdf Diakses pada 22 September 2015 pukul 22.34 WIB

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Prihastuti%20Ekawatiningsih,

%20S.Pd.,M.Pd./MATERI%20PAN-PAP.pdf Diakses pada 22 September

2015 pukul 23.40 WIB

Rahmadany Pohan.(2012).”PAN dan PAP dalam Evaluasi

Pembelajaran”.

http://rahmadanypohan.blogspot.co.id/2012/05/pan-pap-dalam-evaluasi-pembelajaran.html.

Zurriyati, Ezy. (2015). “jenis-jenis penilaian dalam assesment”. Dapat diakses di :

http://ezyzurriyati.blogspot.co.id/2015/02/jenis-jenis-penilaian-dalam-assesment.html. Diakses pada 19 Agustus 2016.

Puspa, Septiani. (2013). “Makalah Asesmen dan Evaluasi”. Dapat diakses di :

http://septianipuspa94.blogspot.co.id/2013/12/makalah-asesmen-dan-evaluasi.html. Diakes pada 19 Agustus 2016.

Setiawati, Hesti. (2012). “Pengertian Pengukuran Asesmen”. Dapat diakses di :

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan beberapa yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia, ternyata wasiat wajibah juga diberikan kepada ahli waris yang beragama non-muslim, yaitu terdapat pada

Equity REITs and REOCs are types of publicly traded real estate securities, whereas bank debt is an example of private debt.. Publicly traded equity real estate

[r]

tingkat suku bunga deposito adalah jumlah uang yang beredar (inflasi).. serta penetapan tingkat suku

Dalam suatu penelitian, untuk mencapai keberhasilan maka diperlukan alat ukur untuk mendapatkan data, seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:203) mengatakan

As the current research asks how institutional pressures are implicated in different features of taxi hailing apps available in the Finnish market, case study is a suitable

Komputasi FFT 2-titik merupakan satu operasi butterfly yang terdiri dari penjumlahan dan pengurangan antara dua variabel komplek kemudian perkalian antara hasil

Peningkatan produksi ini terjadi karena adanya peningkatan luas panen sebesar 81 hektar atau naik 4,16 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, dan