• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan pembelajaran kooperatif model JIGSAW pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan untuk meningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan pembelajaran kooperatif model JIGSAW pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan untuk meningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta."

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

x ABSTRAK

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw pada Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII B SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Alexander Tetuko. 2014. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Permasalahan yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta yaitu motivasi dan hasil belajar yang rendah. Hal ini disebabkan oleh faktor penggunaan metode pembelajaran yang monoton dan kurang menarik bagi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model Jigsaw pada materi pelajaran Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.

Penelitian tindakan kelas dilakukan selama dua siklus pembelajaran. Setiap siklus dalam penelitian ini melalui tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pengamatan, serta refleksi yang merupakan model dari Khemmis dan Mc. Taggart. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Data hasil belajar dikumpulkan dengan metode tes tertulis, sedangkan motivasi belajar diperoleh dari hasil kuisioner dan observasi. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari rata-rata nilai 73,68 dengan ketuntasan klasikal 74 % menjadi 83,15 dengan ketuntasan 89 %. Motivasi belajar siswa juga sangat tinggi yaitu 81%. Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta pada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.

Kata Kunci : motivasi belajar, hasil belajar, materi pencemaran dan kerusakan

(2)

xi ABSTRACT

Application of Cooperative Learning Type Jigsaw used in the Material Pollution and Environmental Damage to Improve Motivation and Learning Outcome of VII B Students of Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Junior High School Yogyakarta. Alexander Tetuko. 2014. Thesis. Biology Education Study Programme, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

Problems derived from observations and interviews with Science teacher at Junior High School of Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta, that is lowness of the motivation and learning outcomes. This problem was caused by the use of learning methods that monotony and lack of interest to students. This research was aimed to improve motivation and learning outcome for the VIIB of Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Junior High School Yogyakarta by applying cooperative learning type Jigsaw for teaching Pollution and Environmental Damage.

This classroom action research was done in two learning cycles. Every cycle in this research was consisted of planning, acting and observing, and also reflecting. This model was adopted from Khemmis and Mc. Taggart. The subjects of this research were the students of VIIB in Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Junior High School Yogyakarta. The data of students motivation were obtained from questionnaire and observation, while the data of learning outcome were collected through written test. All data was analyzed by descriptive quantitative analyzed method.

The result showed that learning outcomes had increased from 73,68 with classical completeness of 74 % to 83,15 with classical completeness of 89 %. The learning motivation also high that is 81 %. It was concluded that application of cooperative learning type Jigsaw could improve motivation and learning outcome for the VIIB of Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Junior High School Yogyakarta in pollution and environmental damage subject learning.

Key words : learning motivation, learning outcomes, pollution and environmental

(3)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA MATERI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIB SMP TAMAN DEWASA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Alexander Tetuko NIM : 101434030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

You’ll Never walk aloNe

(Liverpool Anthem)

Kupersembahkan karyaku ini untuk :

1. Bapak, Ibu, dan adikku yang terkasih

2. Teman-teman P. Biologi angkatan 2010.

(7)
(8)
(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw pada Materi

Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan untuk Meningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta” ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini banyak memperoleh dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Johanes Eka Priyatna, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan FKIP dan Bapak Dr. Marcellinus Andi Rudhito, S.Pd selaku Ketua Jurusan JPMIPA Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

3. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For, Sc selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.

(10)

viii

5. Dosen dan Staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

6. Drs. Budi Angkoso selaku kepala sekolah SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Ir. Sri Yudi Astuti selaku guru mata pelajaran Biologi kelas VII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta atas segala dukungan selama proses penelitian.

8. Siswa kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 yang telah belajar bersama dalam penerapan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw.

9. Bapak dan Ibu Tercinta, Bapak Bernardinus Subagyo dan Ibu Caroline Widhiastuti yang selalu mendukung dan mendoakan penulis, serta memberikan kasih sayangnya yang tiada akhir.

10.Adik tersayang Paskalis Gentur Nugroho yang selalu mendoakan penulis selama menyelesaikan penelitian.

11.Keluarga Mas Alex yang selama ini telah mendorong dan membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

12.Keluarga Besar Yusup Ukarawarsita dan Robertus Pringgosaputro yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis.

(11)
(12)

x ABSTRAK

Penerapan Pembelajaran Koopertif Model Jigsaw pada Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII B SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta.Alexander Tetuko. 2014.Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Permasalahan yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta yaitu motivasi dan hasil belajar yang rendah. Hal ini disebabkan oleh faktor penggunaan metode pembelajaran yang monoton dan kurang menarik bagi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model Jigsaw pada materi pelajaran Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.

Penelitian tindakan kelas dilakukan selama dua siklus pembelajaran. Setiap siklus dalam penelitian ini melalui tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pengamatan, serta refleksi yang merupakan model dari Khemmis dan Mc. Taggart. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Data hasil belajar dikumpulkan dengan metode tes tertulis, sedangkan motivasi belajar diperoleh dari hasil kuisioner dan observasi. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari rata-rata nilai 73,68 dengan ketuntasan klasikal 74 % menjadi 83,15 dengan ketuntasan 89 %. Motivasi belajar siswa juga sangat tinggi yaitu 81%. Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta pada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.

Kata Kunci : motivasi belajar, hasil belajar, materi pencemaran dan kerusakan

(13)

xi ABSTRACT

Application of Cooperative Learning Type Jigsaw used in the Material Pollution and Environmental Damage to Improve Motivation and Learning Outcome of VII B Students of Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Junior High School Yogyakarta. Alexander Tetuko. 2014. Thesis.Biology Education Study Programme, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

Problems derived from observations and interviews with Science teacher at Junior High School of Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta, that is lowness of the motivation and learning outcomes. This problem was caused by the use of learning methods that monotony and lack of interest to students. This research was aimed to improve motivation and learning outcome for the VIIB of Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Junior High School Yogyakarta by applying cooperative learning type Jigsawfor teaching Pollution and Environmental Damage.

This classroom action research was done in two learning cycles. Every cycle in this research was consisted of planning, acting and observing, and also reflecting. This model was adopted from Khemmis and Mc. Taggart. The subjects of this research were the students of VIIB in Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Junior High School Yogyakarta. The data of students motivation were obtained from questionnaire and observation, while the data of learning outcome were collected through written test. All data was analyzed by descriptive quantitative analyzed method.

The result showed that learning outcomes had increased from 73,68with classical completeness of74 % to 83,15with classical completeness of89 %. The learning motivation also high that is 81 %.It was concluded that application of cooperative learning type Jigsawcould improve motivation and learning outcome for the VIIB of Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Junior High School Yogyakarta inpollution and environmental damage subject learning.

Keywords :learning motivation, learning outcomes, pollution and environmental

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN …….. ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PUBLIKASI ILMIAH ... vi A. Belajar dan Pembelajaran ... 6

B. Pembelajaran Pencemaran Lingkungan ... ... 7

C. Motivasi Belajar ... 8

D. Hasil Belajar ... 11

E. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ... 16

F. Penelitian yang Relevan ... 20

G. Kerangka Berpikir ... 21

(15)

xiii BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Desain Penelitian ... 23

C. Setting Penelitian ... 24

D. Rancangan Penelitian... 24

E. Variabel Penelitian... 30

F. Instrumen Penelitian ... 31

4. Ketercapaian Penelitian ... 41

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Penerapan Metode Pembelajaran Jigsaw ... 42

a. Siklus I ... 42

b. Siklus II ... 50

B. Pembahasan 1. Hasil Analisis Motivasi Belajar ... 55

2. Hasil Analisis Hasil Belajar ... 60

3. Faktor Pendukung Penerapan Model Jigsaw ... 63

4. Faktor Penghambat Penerapan Model Jigsaw ... 64

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variabel Penelitian ... 30

Tabel 3.2 Cara Pengumpulan Data ... 33

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuisioner ... 35

Tabel 3.4 Skoring item kuisioner ... 38

Tabel 3.5 Format analisis Hasil Kuisioner ... 38

Tabel 3.6 Skoring observasi ... 40

Tabel 3.7 Ketercapaian penelitian ... 41

Tabel 4.1 Hasil analisis kemampuan awal siswa (Pretest) ... 45

Tabel 4.2 Hasil belajar siswa aspek kognitif siklus I ... 48

Tabel 4.3 Hasil observasi proses pembelajaran siklus I ... 49

Tabel 4.4 Hasil belajar siswa aspek kognitif siklus II ... 53

Tabel 4.5 Hasil observasi proses pembelajaran siklus II ... 54

Tabel 4.6 Prosentase hasil kuesioner siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw ... 56

Tabel 4.7 Perbandingan hasil observasi proses pembelajaran siswa kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 58

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Alur Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan

McTaggart ... 24

Gambar 2. Proses mengerjakan Pretest ... 44

Gambar 3. Proses Diskusi Kelompok siklus I ... 46

Gambar 4. Presentasi Kelompok ... 47

Gambar 5. Proses Mengerjakan Post Test Siklus I ... 47

Gambar 6. Diskusi dalam Kelompok Ahli Siklus II ... 52

Gambar 7. Proses Mengerjakan Post Test Siklus II ... 53

Gambar 8. Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Kelompok Diskusi dari Siklus I ke Siklus II ... 59

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 70

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 71

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa ... 82

Lampiran 4. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Post Test Siklus I dan II ... 102

Lampiran 5. Soal Pretest dan Post Test Siklus I dan II ... 103

Lampiran 6. Kunci jawaban soal tes (Pretest dan Post test siklus I dan II) ... 110

Lampiran 7. Lembar Observasi ... 113

Lampiran 8. Lembar Kuisioner ... 114

Lampiran 9. Hasil Pretest Siswa ... 116

Lampiran 10. Analisis Kemampuan Awal Siswa ... 119

Lampiran 11. Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Siklus I ... 121

Lampiran 12. Analisis Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Siklus I ... 123

Lampiran 13. Hasil Belajar Siswa Aspek Konitif Siklus II ... 124

Lampiran 14. Analisis Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Siklus II ... 126

Lampiran 15 . Hasil Kuisioner Siswa ... 127

Lampiran 16. Analisis Kuisioner Siswa ... 129

Lampiran 17. Hasil Observasi Siswa Sklus I dan II ... 133

Lampiran 18. Analisis Observasi Siswa Siklus I dan II ... 137

Lampiran 19. Hasil LKS siklus I dan II ... 138

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan salah satu materi dalam pembelajaran biologi. Pembelajaran ini didasarkan pada Standar Kompetensi 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem dengan Kompetensi Dasar 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pembelajaran pencemaran dan kerusakan lingkungan memiliki tujuan agar siswa dapat terlibat dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan yang terjadi di sekitar lingkungan. Pengetahuan tentang pencemaran dan kerusakan lingkungan sangat penting untuk siswa karena dalam kehidupan sehari-hari, siswa merasakan secara langsung dampak dari pencemaran lingkungan.

(20)

masih menggunakan metode ceramah dan siswa tidak dilibatkan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru menginginkan agar semua materi tersampaikan tepat waktu.

Selain itu, berdasarkan observasi langsung terhadap proses pembelajaran siswa di kelas VIIB, ditemukan beberapa kelemahan yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Kelemahan yang ditemukan antara lain kurangnya motivasi siswa karena kegiatan pembelajaran yang cenderung monoton. Ini dilihat dari kondisi beberapa siswa yang cenderung malas-malasan dan mengantuk. Pembelajaran yang kurang menarik juga membuat beberapa siswa terlihat bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga mereka sibuk berbicara dengan siswa lainnya.

Kesenjangan kemampuan kognitif siswa juga menjadi kelemahan dalam kegiatan pembelajaran. Ini dikarenakan guru lebih terfokus pada materi yang disampaikan, sehingga tidak terlalu memperhatikan hasil belajar yang diperoleh siswa. Situasi ini membuat kesenjangan kemampuan kognitif antar siswa semakin besar. Apalagi materi Biologi tentang pencemaran dan kerusakan lingkungan perlu pendekatan yang berbeda. Salah satunya dengan menganalisis bersama dalam kelompok tentang pencemaran dan kerusakan lingkungan yang terjadi di lingkungan sekitar.

(21)

ditingkatkan. Salah satu model yang dapat diterapkan untuk mengembangkan hasil dan motivasi belajar adalah dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikarenakan model ini dapat membuat siswa lebih aktif sehingga pelajaran yang telah dipelajari menjadi lebih bermakna. Selain itu, Jigsaw juga menggabungkan konsep pengajaran pada teman sekelompok atau teman sebaya, sehingga dapat meminimalisir kesenjangan tingkat kemampuan kognitif antar siswa. Dengan demikian siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dapat membantu temannya yang memiliki kemampuan kurang, dan sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan akademik kurang dapat belajar dari teman yang memiliki kemampuan akademik tinggi.

Berdasarkan permasalahan ini, maka penelitian ini menggunakan pembelajaran kooperatif model Jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Selanjutnya penelitian ini diberi judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw pada Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan

(22)

B. Rumusan Masalah

Apakah penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Biologi pada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan siswa kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta ?

C. Batasan Masalah

1. Motivasi belajar siswa yang berupa perhatian siswa, keaktifan siswa, kesungguhan siswa dalam melaksanakan diskusi, tanggung jawab dalam melaksanakan diskusi, kepuasan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

2. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada aspek kognitif dan aspek afektif. Hasil belajar siswa pada aspek kognitif diukur melalui test, sedangkan hasil belajar siswa pada aspek afektif diukur melalui kuisioner yang diisi siswa.

3. Materi pelajaran yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan dengan Standar Kompetensi: 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem dan Kompetensi Dasar: 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan 4. Obyek penelitian ini adalah motivasi belajar, hasil belajar dan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

(23)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan pada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi Peneliti

a. Mengembangkan dan mengaplikasikan teori yang telah diterima selama belajar di kampus.

b. Meningkatkan pemahaman dan pengalaman di dunia pendidikan yang sesungguhnya.

2. Bagi Guru dan Sekolah

a. Memotivasi guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif. b. Memberikan alternatif bagi guru dalam melakukan pemilihan

metode pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa.

3. Bagi Siswa

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa. b. Meningkatkan hasil belajar.

(24)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian belajar

Pengertian belajar sebagaimana terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) adalah suatu upaya yang dilakukan manusia dengan jalan berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dalam hal lain belajar juga merupakan salah satu bentuk kebutuhan manusia dalam mempertahankan hidup. Menurut Mulyati (2005) belajar dapat diartikan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan. Menurut Slameto dalam Syaiful Bahri Djamarah (2011) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(25)

2. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik, dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Sanjaya (2011) pembelajaran diartikan sebagai usaha siswa dalam mempelajari pembelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Proses pembelajaran yang dilakukan tidak terjadi tanpa perlakuan guru yang berbeda hanya pada peranannya saja.

Kedua pernyataan tersebut merujuk pada satu hal yaitu proses belajar merupakan kegiatan yang secara sadar dilakukan dan disengaja. Kegiatan tersebut dilakukan oleh faktor luar (guru dan lingkungan) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar yang terjadi pada siswa.

B. Pembelajaran Pencemaran Lingkungan

Pembelajaran pencemaran lingkungan adalah pembelajaran mengenai pengertian, ciri-ciri dan cara mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan Standar Kompetensi 7 yakni memahami saling ketergantungan dalam ekosistem. Kompetensi dasar yang digunakan dalam melakukan pembelajaran ini adalah 7.4 mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

(26)

untuk mengatasinya. 2) Menjelaskan pengaruh pencemaran air, udara dan tanah akibat dari aktivitas manusia dan upaya untuk mengatasinya. 3) Memberikan contoh konkrit cara penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Asrori (2009) yang dimaksud motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang, secara disadari atau tidak disadari, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Selain itu motivasi juga dapat diartikan sebagai usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai. Menurut Sanjaya (2010) motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Arden dalam Sanjaya (2010) juga menyatakan bahwa perilaku yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan sangat tergantung pada motive yang dimiliki.

(27)

2. Macam-Macam Motivasi

Motivasi menurut Santrock (2009) dibedakan menjadi dua yaitu motivasi ekstrinsik dan intrisik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi hal itu sendiri (sebuah tujuan itu sendiri). Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi dalam melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011) yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.

Selain motivasi intrinsik terdapat juga motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik.

(28)

penyeleksi perbuatan. Syaiful Bahri Djamarah (2011) menjelaskan tiga fungsi motivasi dalam belajar sebagai berikut :

1. motivasi sebagai pendorong perbuatan

Anak didik awalnya tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang ingin dicari dan diketahui baru ada minat untuk belajar. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam aktivitas belajar.

2. motivasi sebagai penggerak perbuatan

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian berubah dalam bentuk gerakan psikofisik. Di sini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar.

3. motivasi sebagai pengarah perbuatan

(29)

itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Pada proses pembelajaran siswa tidak selalu memiliki motivasi dari dalam diri mereka. Oemar Hamalik dalam Sanjaya (2010) menyatakan bahwa munculnya motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :

a. tingkat kesadaran siswa terhadap kebutuhan yang mendorong tingkah laku dan kesadaran akan tujuan belajar yang hendak dicapai b. sikap guru terhadap kelas, yaitu perhatian dan tindakan guru untuk

mengarahkan munculnya motivasi intrinsik maupun ekstrinsik c. pengaruh kelompok siswa, pengaruh kelompok siswa yang terlalu

kuat maka motivasinya cenderung ke arah ekstrinsik

d. suasana kelas, yaitu kondisi pembelajaran yang diarahkan untuk memunculkan motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik.

D. Hasil Belajar

(30)

Hasil belajar yang diungkapkan oleh Widyoko (2009) merupakan perubahan pada diri siswa yang dihasilkan dari proses pembelajaran bersama guru. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang bersifat non fisik seperti sikap, pengetahuan dan kecakapan.

Menurut Bloom (1956) hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut merupakan dasar yang digunakan oleh departemen pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Penjelasan rinci mengenai ketiga ranah tersebut menurut Winkel (2009) yaitu: 1. Ranah kognitif meliputi aspek-aspek intelektual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau nalar. Ranah kognitif terdiri dari : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Penjelasannya sebagai berikut :

a. pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan

b. pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari

c. penerapan (application), mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/problem yang konkret dan baru

(31)

e. sintesis (synthesis), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru

f. evaluasi (evaluation), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkarkan kriteria tertentu.

2. Ranah afektif meliputi aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Ranah afektif terdiri dari : penerimaan, partisipasi, penilaian penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. Penjelasannya sebagai berikut :

a. penerimaan (receiving), mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu b. partisipasi (responding), mencakup kerelaan untuk memperhatikan

secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan

c. penilaian penentuan sikap (valuing), mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu

d. organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan

e. pembentukan pola hidup (characterization by a value or value

complex), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai

(32)

menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.

3. Ranah psikomotor meliputi aspek-aspek ketrampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot serta fungsi psikis. Ranah psikomotor terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas. Penjelasannya sebagai berikut :

a. persepsi (perception), mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan

b. kesiapan (set), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan

c. gerakan terbimbing (guided response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan

(33)

e. gerakan kompleks (complex response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien

f. penyesuaian pola gerakan (adjustment), mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran

g. kreativitas (creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

Pencapaian hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Syah (2008) memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu sebagai berikut :

1. Faktor internal

Faktor internal berasal dari dalam diri sendiri. Faktor internal terdiri dari dua aspek yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis.

a. Aspek fisiologis merupakan keadaan/kondisi jasmani yang memadai dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.

(34)

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar diri siswa menyangkut kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal meliputi lingkungan belajar, orang tua, guru, kondisi pembelajaran, sarana dan prasarana sekolah, kurikulum yang ditetapkan sekolah dan kondisi sosial siswa.

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Metode pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam tercapainya hasil belajar siswa. Penerapan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan materi ajar akan memberikan dampak positif bagi tercapainya hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) dapat menumbuhkan kesadaran bahwa para siswa perlu belajar

untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka untuk mencapai hasil belajar yang maksimal (Slavin, 2005). Tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan bermanfaat. Selain itu dapat meningkatkan prestasi belajar juga memiliki akibat positif lain yang dapat mengembangkan hubungan kerjasama antara anggota kelompok, membantu teman yang lemah dalam akademik dan meningkatkan harga diri (Slavin, 2005).

(35)

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertangggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Tujuan dari model ini adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif dan penguasaan materi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam model Jigsaw antara lain :

listening (mendengarkan), siswa aktif mendengarkan dalam materi

(36)

speaking-student (berkata), melatih siswa bertanggungjawab menerima pengetahuan dari kelompok baru dan menyampaikannya kepada orang baru dari kelompok aslinya

 kerjasama setiap anggota dari tiap kelompok bertanggungjawab untuk sukses dari yang lain dalam kelompok

 refleksi pemikiran dengan berhasil melengkapi, menyelesaikan kegiatan dalam kelompok yang asli, harus ada pemikiran reflektif yang menerangkan tentang yang dipelajari dalam kelompok asli. Menurut Johson (1989) dalam Lie (2002) bahwa suasana belajar kooperatif tipe Jigsaw menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologi yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh persaingan. Selain itu, bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki beberapa keunggulan antara lain :

1. mengembangkan hubungan yang positif diantara siswa yang memiliki kemampuan berbeda ;

2. menerapkan bimbingan sesama teman ; 3. rasa harga diri siswa lebih tinggi ; 4. memperbaiki kehadiran ;

5. menerima terhadap perbedaan individu lebih besar ; 6. pemahaman materi lebih mendalam ;

(37)

Ardiyanto (2013) pemberian pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw akan mendorong siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga menghilangkan kejenuhan atau kebosanan seperti ketika pengajaran pada pembelajaran konvensional yang hanya berpusat pada guru. Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini juga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan nilai prestasi belajar.

Menurut Diah Widyatun (2012), model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu :

1. mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya

2. pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat

3. model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.

Namun dalam penerapannya model pembelajaran Jigsaw juga memiliki beberapa kelemahan antara lain :

1. siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung mengontrol jalannya diskusi

(38)

3. siswa yang cerdas cenderung merasa bosan

4. siswa yang tidak terbiasa berkompetensi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.

Dalam meminimalkan kelemahan model pembelajaran Jigsaw dapat dilakukan beberapa usaha antara lain :

1. guru harus menekankan agar anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan

2. guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat apabila tidak mengerti 3. guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang

menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.

F. Penelitian yang Relevan

Haryana (2012) dalam penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw pada Materi Perubahan

(39)

lingkungan dari rata-rata 65,71 pada kondisi awal menjadi 77,14 pada siklus I dan meningkat menjadi 80 pada siklus II.

G. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan proses yang dialami oleh individu untuk memperoleh ilmu atau pengetahuan. Proses ini dibuat dalam suatu kegiatan yang biasa disebut pembelajaran. Metode pembelajaran sangat berpengaruh pada tercapainya proses pembelajaran. Metode klasikal masih sering digunakan oleh guru karena tidak membutuhkan persiapan yang banyak. Namun siswa sering kali merasa bosan karena metode ini kurang menarik. Apabila kegiatan ini terus berlanjut akan memunculkan dampak yang kurang baik seperti aktivitas belajar yang menurun, motivasi belajar siswa semakin rendah, sehingga dapat menurunkan hasil belajar.

(40)

Model pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama dan saling membantu antar siswa. Model ini sangat menguntungkan karena mampu membantu siswa maupun guru dalam proses belajar dan mampu mendorong motivasi belajar siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa.

Peningkatan motivasi dan hasil belajar telah dibuktikan oleh Haryana pada penelitiannya di kelas XC SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta. Penerapan metode pembelajaran Jigsaw diharapkan dapat berdampak pada motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

H. Hipotesa

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka diperoleh hipotesis dari penelitian ini yaitu: “Penerapan pembelajaran kooperatif metode Jigsaw pada

(41)

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian ini digunakan agar penelitian yang dilakukan dapat mencapai kebenaran sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang aktual yang dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Taniredja dkk, 2010).

B. Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan model Stephen Kemmis dan Robbin McTaggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Kemmis dan McTaggart menjadikan satu kesatuan komponen

acting (tindakan) dan observing (pengamatan). Model Kemmis dan

(42)

Gambar 1. Diagram Alur Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan McTaggart

C. Setting Penelitian

a. Lokasi Penelitian : SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta b. Waktu Penelitian : Bulan Mei-Juni 2014

c. Objek Penelitian : motivasi dan hasil belajar pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan

d. Subjek Penelitian : siswa kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan pada semester II (genap) tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 28 orang.

D. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini direncanakan dengan dua siklus yang tiap-tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dengan beberapa tahapan yaitu : tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Rincian kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

Planning

Acting &

Observing

Reflecting

Planning

Reflecting

Acting &

Observing

Siklus I

(43)

a. Pra Tindakan

1. Identifikasi masalah, langkah ini diawali dengan menganalisis hasil belajar murid berdasarkan hasil ulangan harian pada materi.

2. Observasi, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kegiatan belajar biologi di kelas VII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan.

3. Analisis studi pustaka sesuai dengan permasalahan dan judul penelitian.

4. Menyelesaikan rancangan penelitian dengan bimbingan dosen, hingga memperoleh persetujuan untuk melakukan penelitian dari dosen yang bersangkutan.

5. Persiapan instrumen belajar, yang meliputi silabus, RPP, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan media pembelajaran.

6. Persiapan instrumen penelitian, yang meliputi soal pretest dan post

test, lembar observasi, dan lembar kuesioner.

7. Permintaan izin untuk melakukan penelitian kepada Sekretariat Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

(44)

b. Pelaksanaan Tindakan (2 siklus) 1. Siklus I

a) Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa persiapan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Jigsaw yaitu : 1) Peneliti mempersiapkan media yang akan digunakan untuk

proses pembelajaran

2) Menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tentang materi ajar pencemaran dan kerusakan lingkungan 3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai instrumen

pembelajaran

4) Menyusun instrumen pengumpulan data. b) Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap ini, pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat, kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Guru memberikan pretest untuk mengukur kemampuan awal siswa

2) Guru melakukan apersepsi dengan menyajikan materi biologi yang sudah dipelajari sebelumnya

3) Guru menyampaikan materi pembelajaran dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan model

(45)

4) Guru membagi siswa ke dalam kelompok, satu kelompok terdiri dari 4 orang. Kelompok ini disebut kelompok asal 5) Guru membagikan LKS kepada siswa, dan siswa mengerjakan

LKS sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan

6) Setiap siswa mendapatkan 1 soal untuk dikerjakan, kemudian membentuk kelompok ahli dimana siswa dari berbagai kelompok yang memiliki soal sama bergabung dan mendiskusikan jawaban dari soal tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli

7) Siswa kembali ke kelompok asal dan mempresentasikan di dalam kelompok asal hasil jawabannya

8) Guru memberikan klasifikasi hasil diskusi

9) Pada akhir siklus I, guru memberikan post test kepada siswa.

c) Observasi (Observation)

(46)

d) Refleksi (Reflection)

Tahap ini dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh selama proses belajar mengajar, hasil tes, dan hasil lembar observasi, kemudian diidentifikasi kelemahan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung dan apa saja yang belum dapat dicapai pada siklus I. Hasil refleksi dirumuskan kembali antara guru dengan peneliti untuk tindak lanjut pada siklus berikutnya yaitu siklus II.

2. Siklusi II

a) Perencanaan (Planning)

1) Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan hasil dan refleksi pada siklus I.

2) Menyiapkan seluruh instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

b) Pelaksanaan (Acting)

1) Guru melakukan apersepsi dengan menyajikan materi biologi yang sudah dipelajari sebelumnya.

2) Siswa diberi motivasi untuk merangsang minat dan sikapnya dalam pembelajaran.

3) Guru memberikan materi pembelajaran dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

(47)

5) Guru membagikan LKS kepada siswa dan siswa mengerjakan LKS sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan.

6) Setiap siswa mendapatkan 1 soal untuk dikerjakan, kemudian membentuk kelompok ahli dimana siswa dari berbagai kelompok yang memiliki soal sama bergabung dan mendiskusikan jawaban dari soal tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli.

7) Siswa kembali ke kelompok asal dan mempresentasikan di dalam kelompok asal hasil jawabannya.

8) Guru memberikan klarifikasi atas semua jawaban siswa.

9) Pada akhir siklus II, guru memberikan post test dan membagikan lembar kuesioner reflektif untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa selama mengikuti pelajaran.

c) Observasi (Observation)

(48)

d) Refleksi (Reflection)

Pada tahap ini, akan ditarik kesimpulan mengenai kegiatan yang dilakukan selama dua siklus apakah penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa memperoleh keberhasilan atau tidak. Hasil refleksi akan dilihat berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, pelaksanaan kegiatan pembelajaran selama siklus I dan II, lembar kuisioner yang telah diisi siswa serta hasil observasi yang diperoleh dari kedua siklus. Diharapkan pada siklus II, motivasi dan hasil belajar siswa lebih meningkat dibandingkan pada siklus I.

E. Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas : model pembelajaran kooperatif Jigsaw

Variabel terikat : motivasi dan hasil belajar siswa dalam materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Variabel Aspek Target/Indikator

Motivasi Afektif

75 % dari seluruh jumlah siswa memiliki motivasi belajar dalam kategori yang baik

Hasil Belajar Kognitif

(49)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. Bagian-bagian dalam kedua instrumen tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan antara lain : a. Silabus (lampiran 1)

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP siklus I dan II) (lampiran

2)

c. Lembar Kerja Siswa (LKS siklus I dan II) (lampiran 3). 2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data antara lain : a. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Post Test Siklus I dan II (lampiran 4) b. Soal Pretest dan Post Test Siklus I dan II (lampiran 5)

c. Kunci Jawaban Soal Pretest dan Post Test Siklus I dan II (lampiran 6)

d. Lembar Observasi (lampiran 7) e. Lembar Kuisioner (lampiran 8).

G. Validitas Instrumen

(50)

menjelaskan bahwa validitas instrumen perlu dilihat dari tiga kriteria, yaitu

appropriatness, meaningfulness, dan usefulness. Appropriatness

menunjukkan kelayakan dari tes sebagai suatu instrumen. Meaningfulness menunjukkan kemampuan instrumen dalam memberikan keseimbangan soal soal pengukurannya berdasar setiap tingkat kepentingan dari setiap fenomena.

Usefulness menunjukkan sensitif tidaknya instrumen dalam menangkap

fenomena perilaku dan tingkat ketelitian yang ditunjukkan dalam membuat kesimpulan.

Dalam penelitian ini, validitas instrumen dilakukan dengan mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada pihak ahli, yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran Biologi di SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta.

H. Analisis Data 1. Data

(51)

siswa sehingga dapat dianalisis adanya peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar siswa.

2. Cara Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka digunakan beberapa metode pengumpulan data yang terdapat pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Cara Pengumpulan Data

Jenis data Alat pengambilan

data Subjek Sumber data

Hasil belajar Tes tertulis Siswa Siswa

Motivasi belajar

Lembar Kuisioner Siswa Siswa Lembar Observasi Observer Siswa

a. Tes

Tes digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar (aspek kognitif) dari proses belajar dengan menggunakan model Jigsaw. Tes yang digunakan adalah pretest dan post test. Kedua tes ini akan memberikan data yang dapat dibandingkan sehingga dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar. b. Kuisioner

(52)
(53)

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuisioner

Variabel Indikator Pernyataan Jumlah

(54)

menjadi sumber analisis nilai afektif siswa. Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap tanggapan siswa yang diajar dengan model Jigsaw. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh mahasiswa sebagai observer. Indikator yang digunakan dalam observasi adalah sebagai berikut :

1. motivasi belajar siswa ;

2. perhatian siswa dalam pembelajaran ; 3. keaktifan siswa dalam berdiskusi ;

4. kesungguhan dalam melaksanakan diskusi ; 5. tanggung jawab dalam kelompok diskusi ; 6. kepuasan terhadap hasil belajar.

3. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskripsi kuantitatif. Hal ini dipilih karena analisis ini berkaitan dengan proses belajar yang terjadi mencakup guru, siswa, metode dan kondisi pembelajaran. Analisis ini memberikan gambaran mengenai hal baik yang dapat digali dari pembelajaran dan kekurangan yang dapat dijadikan sebagaik bahan evaluasi. Hasil dari analisa ini akan menjadi informasi untuk menentukan langkah dalam siklus berikutnya.

(55)

a. Test

Hasil test yang akan dianalisis yaitu hasil pretest dan post test pada tiap siklus. Hal yang dilakukan antara lain :

1) Penentuan skor

Skor yang diberikan untuk soal pretest dan post test sesuai ditampilkan dalam rubrik penilaian.

2) Penentuan nilai

Hasil dari penskoran yang diperoleh siswa akan diberikan nilai dengan rentang nilai antara 0-100, dengan menggunakan cara sebagai berikut :

Skor =

x 100

3) Ketercapaian ketuntasan

Pencapaian ketuntasan belajar didasari dari nilai KKM yang dibanding dengan nilai post test pada masing-masing siklus. Jika nilai siswa mencapai KKM (68) atau lebih maka siswa dinyatakan tuntas. Namun jika nilai siswa dibawah 68 maka siswa tersebut belum tuntas. Ketuntasan klasikal ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Ketuntasan klasikal = ∑

∑ x 100%

Rata-rata kelas dihitung sebagai berikut :

Rata-rata kelas =

(56)

b. Kuisioner

Kuisioner yang telah diisi oleh siswa dianalisis dengan tahapan sebagai berikut :

1) Menentukan skor

Tiap item dalam kuisioner yang diberikan kepada siswa dihitung jumlah skornya dengan cara sebagai berikut :

Tabel 3.4 Skoring Item Kuisioner

Alternatif jawaban

Setelah seluruh item diberikan skor kemudian skor dijumlahkan sehingga diperoleh skor masing-masing siswa atau dengan bantuan tabel sebagai berikut :

Tabel 3.5 Format Analisis Hasil Kuisioner

Pernyataan Kode Siswa

(57)

Data diseleksi untuk mengetahui data yang dapat diolah dan tidak dapat diolah. Data yang tidak dapat diolah dibuang dan data yang dapat diolah dibuat prosentasenya. Untuk membuat prosentase dapat dihitung dengan cara berikut :

Prosentase = ∑

∑ x 100%

2) Mengkategorikan tingkat motivasi

Kategori motivasi siswa dapat dilihat dengan pertimbangan sebagai berikut :

81% - 100% : Sangat tinggi (ST) 61% - 80% : Tinggi (T)

41% - 60% : Cukup (C) 21% - 40% : Kurang (K)

0% - 20% : Sangat kurang (SK)

Jika prosentase siswa sudah dikategorikan, selanjutnya dihitung prosentase kelas untuk mengetahui tingkat rata-rata motivasi seluruh siswa dalam kelas dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Prosentase kelas=

(58)

c. Observasi

Untuk melihat kesimpulan dari hasil observasi maka digunakan skala. Skala ini digunakan untuk membantu menilai hal yang diamati di lapangan sehingga dapat ditarik kesimpulan dari kegiatan yang terjadi. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut :

1) Penentuan skor tiap item

Hasil observasi yang telah diisi di dalam lembar observasi kemudian dihitung skornya dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 3.6 Skoring Observasi

No Aspek Penilaian

Skor

Tinggi Sedang Rendah

1. Siswa merasa nyaman mengikuti pembelajaran

3 2 1

2. Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru

3 2 1

3. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dengan

menggunakan berbagai sumber

3 2 1

4. Siswa saling berdiskusi dalam mengerjakan LKS

6 Siswa saling membantu dalam berdiskusi

3 2 1

7 Siswa puas dengan hasil kerja kelompok

3 2 1

(59)

kemudian skor seluruh item dijumlahkan untuk mengetahui skor kelompok.

2) Menghitung prosentase kelas

Skor dari masing-masing observer kemudian dijumlahkan dan diubah menjadi bentuk prosentase kelas.

Prosentase kelas =

x 100%

4. Ketercapaian penelitian

Ketercapaian penelitian ini diukur dari dua aspek yaitu aspek kognitif yang berupa hasil belajar dan aspek afektif berupa motivasi belajar siswa. Peningkatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7 Ketercapaian Penelitian

Aspek Sumber data Ketercapaian

Hasil belajar Hasil pretest dan post test

75 % siswa memiliki nilai di atas KKM (68)

Motivasi belajar

Rata-rata prosentase kuisioner dan hasil observasi

(60)

42 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Penerapan Metode Pembelajaran Jigsaw

Penelitian ini dilakukan di SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Penelitian tindakan berlangsung selama 2 siklus. Berikut hasil pada masing-masing siklus :

a. Siklus I 1) Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan perencanaan kegiatan dan bahan yang akan digunakan saat penelitian. Persiapan yang dilakukan antara lain :

a) Mempersiapkan instrumen penelitian yang meliputi :

 Kisi-kisi, soal, kunci jawaban dan panduan skoring untuk pretest

 Kisi-kisi, soal, kunci jawaban dan panduan skoring untuk post test

(61)

b) Mempersiapkan instrumen pembelajaran yang meliputi :  Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP yang

digunakan memuat panduan dalam pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.  Silabus sebagai dasar untuk membuat RPP.

 Mempersiapkan media pembelajaran yang meliputi lembar kerja siswa dan bahan pengajaran.

c) Melakukan koordinasi dengan pihak sekolah sebagai tempat yang akan digunakan untuk penelitian.

2) Pelaksanaan Pembelajaran

(62)

lingkungan dan kerusakan hutan. Selain itu juga agar membuat siswa lebih tertarik dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat dengan menggunakan metode Jigsaw. Pelaksanaan proses pembelajarannya adalah sebagai berikut : a) Kegiatan awal pembelajaran

 Mengkondisikan kelas dan siswa untuk memulai pembelajaran

 Menyampaikan salam pembuka

 Mengabsen siswa kelas VII B, untuk mengetahui jumlah siswa yang hadir dan tidak saat proses pembelajaran

 Apersepsi, menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan

 Pre-test, untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi yang akan diajarkan.

(63)

Hasil dari pretest yang diberikan di awal pembelajaran diperoleh nilai sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kemampuan Awal Siswa (Pretest)

No. Jenis Data yang Diamati Hasil yang Diperoleh

*)Hasil pretest secara lengkap terdapat di Lampiran 9 dan 10 Berdasarkan hasil pretest tabel 4.1, hanya 7 siswa yang mencapai target KKM, artinya lebih dari sebagian siswa di kelas VII B memperoleh nilai ≤ 68. Nilai tertinggi diperoleh 1 siswa

dengan jumlah nilai 90, sedangkan nilai terendah juga diperoleh 1 siswa dengan jumlah nilai 50. Rata-rata nilai kelas yang diperoleh dari hasil pretest ini adalah 67,63. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya hasil belajar siswa pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

b) Kegiatan inti pembelajaran

(64)

 Pertemuan I

Pembelajaran diawali dengan membagi kelompok siswa. Kelompok pertama disebut sebagai kelompok asal. Kemudian dalam kelompok diberikan lembar kerja siswa. Setiap siswa bertanggung jawab atas satu soal. Setelah mendapatkan soal, setiap siswa berkumpul dengan kelompok baru yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli siswa mengerjakan soal yang sama. Pada pertemuan ini lebih fokus pada diskusi kelompok ahli dan penjelasan dalam kelompok asal.

Gambar 3. Proses Diskusi Kelompok

 Pertemuan II

(65)

dalam berpendapat dan memberikan klarifikasi atas jawaban siswa yang masih kurang tepat.

Gambar 4. Presentasi Kelompok

c) Kegiatan akhir pembelajaran

Pada tahap akhir, guru memberikan post test siklus I untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan dengan menggunakan metode Jigsaw.

(66)

Hasil post test pada siklus ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Siklus I

No. Jenis Data yang Diamati Hasil yang Diperoleh

1. Nilai tertinggi 100

2. Nilai terendah 30

3. Jumlah siswa yang tuntas belajar (>68) 14 4. Jumlah siswa yang belum tuntas belajar

(<68)

5

5. Rata-rata Nilai 73,68

6. Ketuntasan Klasikal 74 %

*)hasil belajar secara lengkap terdapat di Lampiran 11 dan 12

Dari tabel 4.2 diperoleh bahwa siswa yang tuntas pada proses pembelajaran siklus I sebesar 74 %, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 30. Rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 73,68. Ini belum sesuai harapan atau indikator yang ditargetkan peneliti. Maka dari itu masih perlu perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran siklus II.

3) Observasi

(67)

Tabel 4.3 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus I

No. Kelompok Prosentase Skor Kategori

1. I 83,3 % Sangat tinggi

2. II 80,95 % Tinggi

3. III 85,71 % Sangat tinggi

4. IV 80,95 % Tinggi

Prosentase Kelas 82,73 % Sangat

Tinggi

4) Refleksi

Refleksi dilaksanakan setelah pelaksanaan siklus I berakhir. Hasil refleksi digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki dan mengembangkan pada siklus II. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pada siklus I adalah peningkatan hasil belajar dari pretest dengan post test I. Sedangkan kekurangannya adalah proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw belum berlangsung sesuai harapan. Masih ada beberapa siswa yang tidak mau bergabung dengan kelompok. Selain itu ada beberapa siswa yang masih ramai dan berbicara dengan teman sendiri. Pada saat kegiatan penutup ada satu kegiatan yang belum terlaksana yaitu ketika peneliti mengajak siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran yang telah diberikan.

(68)

Pada siklus I ini ketuntasan klasikal yang diperoleh dalam kelas adalah 74%. Pada siklus II dilakukan perubahan tindakan dalam proses pembelajaran. Guru mengatur kembali kelompok sesuai dengan kemauan siswa dalam berdiskusi dan juga memberikan penegasan dalam aturan diskusi sehingga dalam proses diskusi dapat berjalan dengan lancar. Guru juga lebih mengoptimalkan dalam menjelaskan materi pelajaran yang kurang jelas. Maka dari itu diharapkan pada siklus II hasil dan motivasi belajar yang diperoleh siswa dapat sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

b. Siklus II 1) Perencanaan

Perencanaan siklus II dilakukan berdasarkan hasil refleksi siklus I dan menyiapkan instrumen yang akan digunakan. Berikut instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan siklus II :

a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b) Lembar Kerja Siswa (LKS)

c) Lembar Kuesioner d) Lembar Observasi

2) Pelaksanaan Pembelajaran

(69)

diharapkan. Siklus II dilaksanakan dalam dua pertemuan (4 jam pelajaran) pada hari Kamis dan Jumat tanggal 29 dan 30 Mei. Waktu yang digunakan adalah jam ke-5 dan jam ke-6 pukul 09.55-11.15 WIB (80 menit). Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam ruang kelas dengan jumlah siswa yang hadir adalah 20 dan 24 orang. Namun data yang digunakan dalam penelitian ini hanya berjumlah 19 orang. Pelaksanaan proses pembelajarannya adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan awal pembelajaran

 Mengkondisikan kelas dan siswa untuk memulai pembelajaran

 Menyampaikan salam pembuka

 Mengabsen siswa kelas VII B, untuk mengetahui jumlah siswa yang hadir dan tidak saat proses pembelajaran

 Apersepsi, menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan

b) Kegiatan inti pembelajaran  Pertemuan I

(70)

memfokuskan pada diskusi kelompok ahli dan penjelasan dalam kelompok asal.

Gambar 6. Diskusi dalam Kelompok Ahli

 Pertemuan II

Pada pertemuan II guru memilih secara acak kelompok untuk maju ke depan mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok lain menanggapi jawaban dan memberikan pertanyaan jika masih kurang paham. Setelah siswa selesai mepresentasikan hasil diskusinya, guru memberikan klarifikasi dan penjelasan lebih lanjut tentang materi yang kurang jelas.

c) Kegiatan akhir pembelajaran

(71)

Gambar 7. Mengerjakan Post Test Siklus II

Hasil post test pada siklus II ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Siklus II No. Jenis Data yang Diamati Hasil yang

Diperoleh

1. Nilai tertinggi 100

2. Nilai terendah 50

3. Jumlah siswa yang tuntas belajar (>68) 17 4. Jumlah siswa yang belum tuntas belajar

(<68)

2

5. Rata-rata Nilai 83,15

6. Ketuntasan Klasikal 89 %

(72)

3) Observasi

Instrumen observasi yang digunakan pada siklus II sama dengan siklus I. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran diamati dengan panduan lembar observasi. Pengamatan dilakukan oleh rekan peneliti untuk melihat motivasi siswa yang muncul. Hasil observasi dapat dilhat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Hasil observasi proses pembelajaran siklus II

No. Kelompok Prosentase Skor Kategori

1. I 92,85 % Sangat Tinggi

2. II 90,47 % Sangat Tinggi

3. III 90,47 % Sangat Tinggi

4. IV 92,85 % Sangat Tinggi

Prosentase Kelas 91,6 % Sangat Tinggi

4) Refleksi

Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II, siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 17 siswa atau 89%. Selain itu peningkatan juga terjadi pada aspek afektif dilihat dari hasil observasi yang telah dilakukan. pada siklus II prosentase kelas mencapai 91,6. Sedangkan pada motivasi belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran yang diambil berdasarkan hasil kuisioner memiliki tingkatan yang sangat tinggi yaitu 81% .

(73)

mengikuti proses diskusi. Siswa lebih bertanggung jawab satu sama lain dan saling membantu dalam proses diskusi.

Secara umum aktivitas belajar siswa pada siklus II menunjukkan kecenderungan yang positif. Interaksi antara guru dengan siswa lebih baik. Siswa juga lebih antusias dalam mengikuti diskusi kelompok. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa sangat tertarik dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

B. Pembahasan

1. Hasil Analisis Motivasi Belajar

Motivasi belajar yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Model pembelajaran Jigsaw terbukti efektif meningkatkan motivasi belajar siswa.

Gambar

Gambar 2.   Proses mengerjakan Pretest .......................................................
Gambar 1. Diagram Alur Model Penelitian Tindakan Kelas  Kemmis dan McTaggart
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Tabel 3.2 Cara Pengumpulan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel keluaran dari proses yaitu intensitas cahaya yang dihasilkan lampu akan berbaur dengan cahaya dari sumber luar menghasilkan iluminasi ruang Selanjutnya iluminasi ruang

Makalah ini menyajikan implementasi MikroTik Router untuk mengatur lalu lintas data Internet serta melakukan pemfilteran beberapa aplikasi yang dapat menganggu

Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak

Tamis- Lemonda (2013) yang bertajuk ‘Reciprocal influences between maternal language and children’s language and cognitive development in low- income families’. Namun

Jawab: kendala pasti ada, meskipun guru-guru terbilang tua, namun dalam mengajar dan menyampaikan materi menurut saya sudah baik, karena guru-guru juga mau

Cambridge IGCSE (9–1) First Language English offers candidates the opportunity to respond knowledgeably to a rich array of reading passages.. Candidates will use some of these

Sistem penggajian karyawan staff dan karyawan harian dilakukan dengan cara ((presensi karyawan/per hari x gaji karyawan/per hari) – potongan..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembentukan kepribadian siswa dapat dilakukan melalui pembiasaan membaca asmaul husna dan surat yasin secara terus- menerus. Dengan