• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Interaktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 40 Pekanbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Interaktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 40 Pekanbaru"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 Penerapan Model Pembelajaran Interaktif untuk Meningkatkan Hasil

Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 40 Pekanbaru

Metralita1, Neni Hermita2, Munjiatun3

Abstract

This research is based on dissatisfying result of the SAINS subject of the class VB of elementary SDN 40 pekanbaru. Caused by the lack of understanding and mastering toward the lesson. The subject in this research are 33 students of the class VB. The action taken by the writer is The Application of Interactive Learning Model. The aim of this research is to increase the study result of the class VB. The reflectoin teacher result in cycle I with average 70 with sufficient category. The reflectoin teacher result in cycle II with average 82,5 with good category. The reflectoin student result in cycle I with average 65 with sufficient category and cycle II with average 77,5 with good category From the study result, the beginning average is 69.54 which increase into 74.24 in the post test I, with additional 4.69 point. Then the average score of the Post Test I which is 74.24 becomes 80.60 with additional 6.36 point, so the total improvement of the beginning score from Post Test I and from Post Test I to Post Test II is 11.06 point. From the study result of the student in cycle I, it is shown that from 33 students only 20 students could pass the standard score (KKM) (60.60%) and in cycle II get improvement become 28 students (84.84%). It can be conclude that The Application of Interactive Learning Model can improve the study result of SAINS subject of the class VB of elementary SDN 40 Pekanbaru.

Keyword : Interactive Learning Model, Learning Result of the Sains

PENDAHULUAN

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) sekolah dasar merupakan pembelajaran yang meningkatkan pengetahuan anak untuk mencari tahu tentang alam dalam bentuk berbagai macam kegiatan nyata dengan alam disekitarnya. IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya masuk akal/logis, diterima oleh akal sehat. Obyektif artinya sesuai dengan obyeknya dan nyata, sesuai dengan kenyataan, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera (Samatowa, 2006:4-5).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan dengan guru IPA kelas V SDN 40 Pekanbaru pada tahun pelajaran 2011-2012, dalam kenyataannya pencapaian hasil belajar IPA masih sangat rendah. Hal ini dilihat dari data siswa pada materi sebelumnya yang dijadikan sebagai skor dasar belum

1

Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, 0805132457, metra.lita@yahoo.com

2

Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, nenihermita@rocketmail.com

3

(2)

2 mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Dengan hasil belajar yang rendah tersebut berdasarkan rata-rata skor dasar sebesar 69,54 maka pembelajaran belum berhasil. Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila 75% keseluruhan dari siswa mencapai nilai KKM. Nilai KKM yang ditentukan sebesar 75. Hal ini dapat dilihat yaitu hanya 16 siswa yang mencapai nilai KKM dari 33 siswa (48,48%). Siswa yang tidak mencapai KKM berjumlah 17 siswa (51, 51%). Berdasarkan rendahnya hasil belajar siswa yang masih rendah, maka perlu adanya perbaikan dalam cara mengajar. Tindakan yang akan dilakukan adalah Penerapan Model Interaktif. Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama “pendekatan pertanyaan anak”. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri menurut Faire & Cosgrove (dalam samatowa, 2006:61).

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :Apakah penerapan model interaktif dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 40 Pekanbaru”. Tujuan Penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan cara menerapkan model interaktif pada siswa kelas V SDN 40 Pekanbaru. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu, bagi siswa dengan penerapan model pembelajaran interaktif merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan daya pikir, kemampuan mengembangkan sikap berfikir yang logis dan kritis terhadap lingkungan, dapat meningkatkan keterampilan psikomotor siswa dan, dapat meningkatkan sikap ilmiah, dan meningkatkan hasil belajar IPA. Bagi guru yaitu sebagai gambaran dan masukan bagi guru bahwa model pembelajaran interaktif dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran sains, dan juga guru lebih inovatif dan kreatif dalam mengembangkan model pembelajaran. Bagi sekolah yaitu model pembelajaran interaktif dapat menjadi alternatif bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sains. Serta sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas keberhasilan pengajaran di sekolah terutama pada pembelajaran IPA. Bagi peneliti yaitu sapat dijadikan landasan bagi peneliti untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan penulis tentang pemilihan model pembelajaran dan memberikan jalan pemecahan terbaik yang dapat meningkatkan pembelajaran IPA, dan sejumlah pengalaman terutama dalam mengadakan suatu penelitian.

Hasil belajar IPA SD adalah segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa dalam bidang Sains sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran Sains. Hasil belajar IPA yang dimaksud adalah tingkat penguasaan kognitif siswa dalam memahami pembelajaran IPA yang dinyatakan dalam angka-angka atau skor setelah melaksanakan tes hasil belajar melalui model pembelajaran interaktif. Yaitu dengan membandingkan peningkatan hasil belajar dari skor dasar ke ulangan akhir siklus pertama dan dari ulangan akhir siklus dua (Bundu, 2006:19).

(3)

3 model pembelajaran interaktif dikenal dengan model pendekatan pertanyaan anak yang dirancang agar siswa mau bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri. Kemudian dari hasil belajar yang meningkat maka siswa akan mendapatkan pengetahuan yang lebih dari hal-hal yang telah dipelajarinya, ini diperkuat menurut Gestalt (dalam sardiman, 2011:30) bahwa karena belajar, berarti akan mendapatkan pengalaman dan pengalaman itu mempermudah munculnya insight (pengetahuan). Pada penerapan model pembelajaran interaktif, ada juga siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari, karena siswa tersebut berkemampuan rendah sehingga lambat untuk memahami materi yang disampaikan. Hal ini diperkuat menurut Djamarah (2005:12) bahwa interaksi edukatif/belajar mengajar, unsur guru dan anak didik harus aktif, tidak mungkin terjadi proses interaksi edukatif bila hanya satu unsur yang aktif. Aktif dalam arti sikap, mental, dan perbuatan. Kelemahan siswa yang meningkat ini diperkuat dalam Bundu (2006:17) bahwa perubahan tingkah laku yang dapat diamati sesudah mengikuti kegiatan belajar dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan menunjuk pada informasi yang tersimpan dalam pikiran, sedangkan keterampilan menunjuk pada aksi atau reaksi yang dilakukan seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Model pembelajaran interaktif dikenal dengan pendekatan pertanyaan anak yang dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri menurut Fair dan Cocgove (dalam Samatowa, 2006:61). Meskipun anak-anak mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus. Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar disatu pihak, dengan warga belajar (siswa, anak didik/ subjek belajar) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar dipihak lain. Interaksi antara pengajar dengan warga belajar, diharapkan merupakan proses motivasi. Maksudnya, bagaimana dalam proses interaksi itu pihak pengajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi kepada pihak warga belajar/ siswa, agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal (Sardiman, 2011:2).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berlokasi di SDN 40 Pekanbaru, sedangkan waktu penelitian dilaksanakan Bulan April sampai Mei 2012. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu, penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek di kelas, (Arikunto:2009:58). Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus dan dalam empat tahap, yaitu:

Perencanaan

(4)

4 siklus I dan siklus II adalah pesawat sederhana. Selain mempersiapkan silabus dan RPP peneliti juga mempersiapkan LKS, evaluasi, ulangan harian dan mempersiapkan lembar pengamatan yaitu observasi guru dan siswa.

Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan guru memotivasi siswa selama pembelajaran, siswa dikelompokkan dengan penerapan model interaktif.

Observasi

Kegiatan ini dilakukan bersama dalam melaksanakan tindakan kelas, kegiatan observasi/pengematan ini dilakukan oleh observer dengan menggunakan lembar pengamat/observasi yang sudah disiapkan.

Refleksi

Peneliti melihat, menggali dan mempertimbangkan hasil atau dampak pembelajaran tentang kelemahan dan kelebihan model pembelajaran yang dilakukan ini dan diperbaiki pada perencanaan berikutnya.

Teknik Pengumpulan Data

Adapun instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu: Tes hasil belajar berupa evaluasi dalam bentuk soal objektif setiap akhir pertemuan dan ulangan akhir siklus diberikan dalam bentuk objektif. Lembar observasi aktivitas guru yang digunakan untuk melihat aktivitas yang dilakukan oleh guru selama kegiatan belajar mengajar. Lembar observasi aktivitasnya siswa berupa lembar pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Teknik Analisis Data Hasil Belajar

Ketuntasan hasil belajar siswa dibandingkan dengan KKM untuk menentukan ketuntasan hasil belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(Purwanto, 2008:241) Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes tersebut

Tabel 1 Hasil Belajar Interval Kategori 85 – 100

75 – 84 65 – 74 < 65

Amat baik Baik Cukup Kurang

(5)

5 Ketuntasan Individu

Ketuntasan belajar siswa secara individu dapat dinyatakan tuntas apabila hasil belajar siswa lebih besar atau sama dengan nilai KKM yang telah ditentukan, maka siswa tersebut diakatakan tuntas, sedangkan jika hasil belajar siswa secara individu lebih kecil dari KKM yang ditentukan maka siswa tersebut dikatakan tidak tuntas.

Ketuntasan Klasikal

Ketuntasan klasikal tercapai apabila 75% (Mulyasa, 2010:183) dari seluruh siswa memperoleh nilai hasil belajar 75 maka kelas itu dikatakan tuntas. Rumus yang digunakan untuk memperoleh ketuntasan klasikal adalah:

(Purwanto dalam Syahrilfuddin dkk, 2011:82) Keterangan :

PK = Ketuntasan Klasikal ST = Jumlah siswa seluruhnya N = Jumlah siswa yang tuntas Analisis Aktivitas Guru dan Siswa

Aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar dibukukan pada observasi dengan rumus (syahrifuddin, dkk :82-83):

(KTSP, 2007:367 dalam Syahrilfuddin dkk, 2011:81)

Keterangan :

NR = Persentase rata-rata aktivitas (guru/siswa) JS = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan

SM = Skor maksimal yang didapat dari aktivitas guru/siswa Tabel 2 Aktivitas Guru dan Siswa

Interval Kategori

(Sumber: Depdiknas dalam Maryati, 2011:25) HASIL PENELITIAN DAN TINDAKAN

Pelaksanaan Tindakan

Adapun tindakan yang dilakukan pada penelitian ini adalah model pembelajaran interaktif untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN 40 Pekanbaru. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini mencakup dua prosedur yaitu:

Tahap Persiapan Siklus I

Pada tahap persiapan, peneliti telah mempersiapkan dan merancang perangkat pembelajaran serta instrumen pengumpulan data. Perangkat pembelajaran terdiri dari bahan ajar yang berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk 3 (tiga) kali pertemuan, lembar kerja siswa sebanyak 3 kali pertemuan, lembar soal latihan untuk tiga kali pertemuan, lembar observasi aktivitas guru sebanyak 3 kali pertemuan, lembar aktivitas siswa untuk 3 kali pertemuan, kisi-kisi soal ujian akhir siklus I, Soal ulangan akhir I , kunci jawaban

100% x SM

(6)

6 ujian akhir siklus I, serta menerapkan model pebelajaran interaktif dalam kegiatan pembelajaran.

Tahap Pelaksanaan

Penelitian dalam pelaksanaan proses pembelajaran ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Siklus pertama terdiri atas tiga kali pertemuan dan satu kali ujian akhir siklus (UAS I). Siklus kedua terdiri atas dua kali pertemuan dan satu kali ujian akhir siklus (UAS II).

Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 Pertemuan Pertama (Selasa, 10 April 2012)

Pada pertemuan pertama kegiatan proses pembelajaran berlangsung siswa yang hadir sebanyak 33 orang siswa. Materi pelajaran yang akan diajarkan adalah tentang pesawat sederhana jenis tuas/pengungkit golongan pertama, pelaksanaan tindakan kelas yang berpedoman pada RPP, LKS dan penerapan model pembelajaran interaktif dalam pembelajaran. Pada akhir pelajaran, guru membimbing siswa membuat kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari serta melaksanakan evaluasi. Pada saat pembelajaran berlangsung untuk setiap pertemuan observer mengisi lembar aktivitas guru dan lembar aktivitas siswa. Hasil setiap lembaran aktivitas siswa dan guru yang diperoleh digunakan untuk refleksi. Pada pertemuan pertama kegiatan proses pembelajaran berlangsung siswa yang hadir sebanyak 33 orang siswa. Materi pelajaran yang akan diajarkan adalah tentang pesawat sederhana jenis tuas/pengungkit golongan pertama, pelaksanaan tindakan kelas yang berpedoman pada RPP, LKS dan penerapan model pembelajaran interaktif dalam pembelajaran. Kemudian guru meminta siswa untuk membaca dan mempelajari tentang pesawat sederhana jenis tuas/ pengungkit golongan pertama dan membuat beberapa pertanyaan dari alat yang mereka bawa seperti palu, pemotong kuku, linggis, papan, paku, pisau. Pertanyaan tersebut seperti, 1) Untuk apakah semua alat ini? 2) Apa yang akan kita lakukan? 3) Bagaimana cara menggunakannya? 4) Seperti apa cara kerjanya? Guru memilih pertanyaan dari siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru menginstruksikan kelompok untuk melakukan percobaan, untuk menguji cara kerja pengungkit golongan pertama dan guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. Pada akhir pelajaran, guru membimbing siswa membuat kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari serta melaksanakan evaluasi. Dalam mengerjakan LK guru meminta siswa untuk membacakan langkah-langkah kegiatan percobaan yang ada di LKS tersebut. Dikarenakan siswa belum mengerti, kemudian guru menjelaskan satu-persatu langkah-langkah kegiatan percobaan. Pertemuan Kedua (Selasa, 24 April 2012)

(7)

7 percobaan dengan baik dan aktif. Tetapi terlihat pada kelompok 2 masih dalam keadaan bingung dalam melakukan percobaan, guru langsung membimbing kelompok tersebut.

Pertemuan Ketiga (Rabu, 25 April 2012)

Pada pertemuan ketiga kegiatan proses pembelajaran berlangsung siswa yang hadir sebanyak 33 orang siswa. Materi pelajaran yang akan diajarkan adalah tentang pesawat sederhana tuas/pengungkit golongan ketiga, pelaksanaan tindakan kelas yang berpedoman pada RPP, LKS dan penerapan model pembelajaran interaktif dalam pembelajaran. Kemudian guru meminta siswa untuk membaca dan mempelajari kembali tentang pesawat sederhana jenis tuas/ pengungkit golongan ketiga dan membuat pertanyaan dari alat yang mereka bawa seperti , 1) Untuk apakah semua alat ini? Kemudian karena sendok, pinset, hekter dan pasir sudah dipraktekkan dalam proses motivasi, maka siswa bertanya seperti 2) Untuk apa sapu ini? 3) Seperti apakah cara kerja tuas golongan ketiga pada sapu?. Guru mengarahkan dan membimbing pertanyaan siswa sekitar tuas/ pengungkit golongan ketiga yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pada akhir pelajaran, guru membimbing siswa membuat kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari serta melaksanakan evaluasi.

Pelaksanaan Ulangan Akhir Siklus I (Sabtu, 28 April 2012)

Pada pertemuan kegiatan ini guru mengadakan ujian akhir siklus pertama dengan jumlah siswa 33 orang siswa, yang dilaksanakan 1 kali pertemuan. Soal diberikan guru yang berbentuk objektif dan dibagikan pada tiap siswa. Siswa menjawab langsung pada soal ujian tersebut tampa menggunakan lembar jawaban yang lain. Hasil ujian akhir siklus I diperiksa berdasarkan kunci jawaban ujian akhir siklus I. Pada saat ujian akhir siklus I suasana kelas dalam keadaan aman dan tertib, tidak ada siswa yang berusaha ribut dan meminta jawaban kepada temannya. Setelah berakhir atau habisnya waktu ujian yang sudah disediakan untuk mengerjakan soal ujian, guru meminta siswa untuk mengumpulkan lembar soal ujian dengan tertib dan teratur. Berdasarkan hasil ujian akhir siklus I yang diperoleh dari siswa, dapat dilihat secara klasikal dan ketuntasan siswa pada siklus I diadakan refleksi untuk siklus berikutnya.

Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil catatan dari peneliti, pada pertemuan pertama (RPP1) masih banyak siswa yang belum memahami pembelajaran dengan model interaktif secara maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan: Hanya beberapa siswa yang berani bertanya, pertanyaan yang diajukan siswa sering kurang terfokus dari materi, siswa kurang aktif dalam diskusi kelompok dikarenakan belum dapat menerima siswa lain dalam kelompoknya, siswa yang malas atau lemah cenderung untuk menyalin hasil diskusi kelompok lain, siswa belum mampu dalam menyimpulkan materi pelajaran.

(8)

8 dalam menyimpulkan materi pelajaran. Setelah melihat hasil ujian akhir siklus siswa, ternyata masih banyak yang belum mencapai KKM. Berdasarkan masalah-masalah yang terjadi maka dilakukan perbaikan pada siklus II yaitu dengan cara: Membimbing kelompok belajar siswa lebih baik lagi, agar siswa lebih aktif dalam kelompoknya, mengatur waktu belajar lebih baik lagi, mengarahkan dan membimbing pertanyaan siswa agar terfokus pada materi.

Tahap Persiapan Siklus II

Pada tahap persiapan, peneliti telah mempersiapkan dan merancang perangkat pembelajaran serta instrumen pengumpulan data. Perangkat pembelajaran terdiri dari bahan ajar yang berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk 2 (tiga) kali pertemuan, lembar kerja siswa sebanyak 2 kali pertemua, lembar soal latihan untuk dua kali pertemuan, lembar observasi aktivitas guru sebanyak 2 kali pertemuan, lembar aktivitas siswa untuk 2 kali pertemuan, kisi-kisi soal ujian akhir siklus II, Soal ulangan akhir II, kunci jawaban ujian akhir siklus II, serta menerapkan model pebelajaran interaktif dalam kegiatan pembelajaran.

Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan Kelima (Jumat, 11 Mei 2012)

Pada pertemuan kelima kegiatan proses pembelajaran berlangsung siswa yang hadir sebanyak 33 orang siswa. Materi pelajaran yang akan diajarkan adalah tentang pesawat sederhana bidang miring, pelaksanaan tindakan kelas yang berpedoman pada RPP, LKS dan penerapan model pembelajaran interaktif dalam pembelajaran. Kemudian siswa membuat pertanyaan dari alat yang mereka bawa seperti 1) Untuk apakah alat-alat ini? 2) Seperti apa cara kerja bidang miring pada alat-alat ini? 3) Bagaimana caranya? 4) Mengapa sekrup termasuk bidang miring? Guru mengarahkan dan membimbing pertanyaan siswa sekitar bidang miring sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pada akhir pelajaran, guru membimbing siswa membuat kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari serta melaksanakan evaluasi.

Pertemuan Keenam ( Sabtu, 12 Mei 2012)

Pada pertemuan keenam kegiatan proses pembelajaran berlangsung siswa yang hadir sebanyak 33 orang siswa. Materi pelajaran yang akan diajarkan adalah tentang pesawat sederhana jenis katrol, pelaksanaan tindakan kelas yang berpedoman pada RPP, LKS dan penerapan model pembelajaran interaktif dalam pembelajaran. Kemudian siswa membuat pertanyaan dari alat yang mereka bawa seperti 1) Apakah kita akan menimba air? 2) Untuk apakah alat-alat ini? 3) Seperti apa cara kerjanya? 4) Apakah dengan menggunakan sisa gulungan pita bisa dijadikan katrol?. Guru mengarahkan dan membimbing serta memilih pertanyaan siswa sekitar katrol sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pada akhir pelajaran, guru membimbing siswa membuat kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari serta melaksanakan evaluasi.

Pelaksanaan Ulangan Akhir Siklus II (Kamis, 16 Mei 2012)

(9)

9 keadaan aman dan tertib, tidak ada siswa yang berusaha ribut dan meminta jawaban kepada temannya. Setelah berakhir atau habisnya waktu ujian yang sudah disediakan untuk mengerjakan soal ujian, guru meminta siswa untuk mengumpulkan lembar soal ujian dengan tertib dan teratur. Berdasarkan hasil ujian akhir siklus II yang diperoleh dari siswa, dapat dilihat dari ketuntasan individu dan klasikal. Dan ketuntasan siswa pada siklus II diadakan refleksi untuk siklus berikutnya.

Refleksi Siklus II

Selama penelitian berlangsung, untuk siklus kedua ini sudah berjalan dengan lancar dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Adapun hasil refleksi siklus II yang dilakukan dua kali pertemuan aktivitas guru dan siswa sudah dikategorikan baik dilihat dari pengamatan, sesuai dengan langkah-langkah yang sudah direncanakan. Sebagian besar siswa sudah terlihat aktif bertanya dan menyampaikan gagasannya walaupun belum semua siswa yang aktif, namun peneliti sudah merasa puas karena proses pembelajaran sudah sesuai dengan apa yang peneliti rencanakan. Hal ini disebabkan karena penerapan model pembelajaran interaktif tersebut dapat merangsang keingintahuan siswa terhadap materi, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Dari data yang peneliti peroleh pada siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model interaktif dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 40 Pekanbaru. Analisis Hasil Tindakan

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar siswa serta aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran, ketercapaian KKM hasil belajar IPA untuk setiap indikator setelah proses pembelajaran menerapkan model pembelajaran interaktif pada materi pokok pesawat sederhana. Hasil Belajar Siswa

Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Skor Dasar, Ulangan Akhir Siklus I dan Siklus II

Skor Dasar UAS I UAS II

69,54 74,24 80,60

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa dari rata-rata skor dasar sebesar 69,54 dikategorikan cukup tetapi setelah diterapkan model pembelajaran interaktif hasil belajar meningkat ke ujian akhir siklus (UAS) I dengan rata-rata menjadi 74,24 dan tetap dikategorikan cukup. Pada ujian akhir siklus (UAS) II hasil belajar kembali meningkat dengan rata-rata ujian akhir siklus (UAS) II menjadi 80,60 dikategorikan baik. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Aktivitas Guru dan Siswa

Aktivitas guru siklus I dan siklus II

Tabel 4. Analisis lembar pengamatan aktivitas guru siklus I dan II selama proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran interaktif

Aktivitas guru

Siklus Pertemuan Persentase Kategori

I 1 65% Cukup

2 70% Cukup

3 75% Baik

(10)

10

2 85% Amat baik

Dari tabel di atas terlihat bahwa aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama sebesar 60% dikategorikan cukup. Disini guru kurang menguasai kelas. Hal ini dapat dilihat ketika guru membagi kelompok kelas menjadi ribut dan tidak teratur, guru kurang mengundang siswa untuk mengajukan pertanyaan sehingga siswa kurang aktif. Guru tidak mengarahkan siswa dalam berdiskusi sehingga siswa tidak mampu menyimpulkan pelajaran. Pertemuan kedua aktivitas guru meningkat sebesar 70% tetap dikategorikan cukup. Pada pertemuan ini aktivitas guru sudah mulai membaik dari pertemuan pertama namun kekurangan guru pada pertemuan ini masih kurang menguasai kelas dan siswa berjalan-jalan ketika berdiskusi. Hal ini menyebabkan guru sulit untuk menfokuskan pertanyaan siswa dengan materi sehingga siswa kurang aktif dalam menyampaikan gagasan. Pertemuan ketiga aktivitas guru meningkat sebesar 75% dikategorikan baik. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang cukup berani dalam bertanya dan menyampaikan gagasan dan cukup aktif. Pada siklus II pertemuan pertama kembali meningkat sebesar 80% dikategorikan baik. Pada pertemuan pertama siklus II sudah ada peningkatan dibandingkan pertemuan sebelumnya pada siklus I. Guru tetap harus menguasai kelas dan menfokuskan pertanyaan siswa sesuai dengan materi sehingga siswa dapat lebih aktif dan dapat menyimpulkan pelajaran dengan baik. Dan pada pertemuan kedua siklus II mengalami peningkatan sebesar 85 % dikategorikan amat baik. Pada pertemuan ini proses pembelajaran sudah sesuai dengan yang direncanakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pada setiap pertemuan.

Aktivitas siswa siklus I dan siklus II

Tabel 5. Analisis lembar pengamatan aktivitas siswa siklus I dan II selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran interaktif

Aktivitas siswa

Siklus Pertemuan Persentase Kategori

I 1 60% Cukup

2 65% Cukup

3 70% Baik

II 1 75% Baik

2 80% Amat baik

(11)

11 bertanya hanya beberapa siswa yang bertanya. Pertemuan ketiga aktivitas siswa meningkat sebesar 70% dikategorikan baik. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang cukup berani dalam bertanya dan menyampaikan gagasan dalam berdiskusi sehingga siswa cukup aktif dan mulai mampu dalam menyimpulkan pelajaran. Pada siklus II pertemuan pertama aktivitas siswa kembali meningkat sebesar 75% dikategorikan baik. Pada pertemuan ini sudah ada peningkatan dibandingkan pertemuan sebelumnya disiklus I karena siswa sudah serius dan mengikuti proses belajar sesuai dengan yang direncanakan. Pada pertemuan kedua siklus II sebesar 80% dikategorikan amat baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pada setiap pertemuan.

Ketuntasan Hasil Belajar

Gambar 1 Ketuntasan Individu Ujian Akhir Siklus I dan II

Dari grafik di atas dapat dilihat pada siklus I secara klasikal yang tuntas dengan persentase sebesar 60,60% dengan ketuntasan individu sebanyak 20 siswa yang mencapai KKM dan tidak tuntas sebesar 39,39% sebanyak 13 siswa yang tidak mencapai KKM. Dan pada siklus II meningkat sebesar 84,84% dengan ketuntasan individu sebanyak 28 siswa yang mencapai KKM dan secara klasikal sudah dikatakan tuntas, sedangkan 15,15% siswa yang tidak mencapai KKM. Jika dilihat pada siklus I secara klasikal belum tuntas, sehingga perlu dilanjutkan pada siklus II karena dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat dua siklus, penelitian dilanjutkan untuk adanya peningkatan antara siklus.

Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dilihat berdasarkan perbandingan nilai ketuntasan belajar siswa dari skor dasar, ujian akhir siklus I dan II dengan menggunakan model pembelajaran interaktif pada kelas V SD Negeri 40 Pekanbaru dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

(12)

12 model pembelajaran interaktif ketuntasan klasikal tidak tuntas dimana hasil belajar siswa yang tuntas sebesar 48,49% dan tidak tuntas sebesar 51,51%. Hasil belajar tersebut cukup rendah sehingga diterapkan model pembelajaran interaktif dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Setelah diterapkan model pembelajaran interaktif dikelas V SD Negeri 40 Pekanbaru ternyata hasil belajar siswa meningkat. Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada UAS I adalah 60,60% siswa yang tuntas dan 39,4% siswa yang tidak tuntas. Hal ini membuktikan bahwa pada siklus I terjadi peningkatan dari skor dasar dan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 84,84% siswa yang tuntas dan 15,16% siswa yang tidak tuntas.

Pembahasan

Peningkatan hasil belajar

Dilihat dari peningkatan hasil belajar belajar dari skor dasar ke UAS I dan UAS II mengalami peningkatan dimana dari rata-rata skor dasar sebesar 69,54 dikategorikan cukup baik terjadi peningkatan pada UAS I menjadi 74,24 dikategorikan masih cukup baik. Terjadi peningkatan sebesar 4,69 poin ke UAS I, peningkatan ini dikarenakan diterapkannya model pembelajaran interaktif pada saat proses pembelajaran. Dan rata-rata UAS I sebesar 74,24 dikategorikan cukup baik meningkat pada UAS II menjadi 80,60 dikategorikan baik, terjadi peningkatan sebesar 6,36 poin. Peningkatan ini terjadi karena adanya refleksi setiap pertemuan dan UAS dan mulai terbiasanya anak-anak belajar dengan model pembelajaran interaktif. Sehingga total rata-rata peningkatan menjadi 11,06 poin. Peningkatan hasilnya belajar tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

0 2 4 6 8 10 12

Peningkatan SD-UAS I

Peningkatan UAS I-UAS II

Total Peningkatan 4,69

6,36

11,06

Gambar 3 Peningkatan hasil belajar Peningkatan Aktivitas Guru

Gambar 4 Persentase aktivitas guru siklus I dan II

(13)

13 penerapan model pembelajaran interaktif pada materi pokok pesawat sederhana. Pada siklus I pertemuan pertama sebesar 65% dikategorikan cukup. Pertemuan kedua sebesar 70% meningkat sebesar 5 poin namun masih dikategorikan cukup. Pada pertemuan ketiga sebesar 75% meningkat sebesar 5 poin dikategorikan baik. Dan pada pertemuan keempat sebesar 80% meningkat 5 poin dikategorikan baik dan pada pertemuan kelima sebesar 85% dan meningkat 5 poin dikategorikan amat baik.

Peningkatan Aktivitas Siswa

Gambar 5 Persentase aktivitas siswa siklus I dan siklus II

Dilihat dari grafik 5 perbandingan aktivitas siswa dalam 5 kali pertemuan yang secara umum terdapat peningkatan. Pada siklus I pertemuan pertama aktivitas siswa sebesar 60% meningkat sebesar 5 poin dikategorikan cukup dan pertemuan kedua sebesar 65% meningkat sebesar 5 poin dikategorikan cukup dan pertemuan ketiga 70% meningkat 5 poin dikategorikan baik. Pada pertemuan keempat sebesar 75% meningkat 5 poin dan pada pertemuan kelima sebesar 80% meningkat 5 poin dikategorikan amat baik.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data bahwa Penerapan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas V SD Negeri 40 Pekanbaru dapat disimpulkan yaitu hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran interaktif mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari persentase hasil belajar siswa yaitu dari skor dasar 69,54 meningkat menjadi 74,24 pada UAS I terjadi peningkatan sebesar 4,69 poin sedangkan rata-rata UAS I sebesar 74,24 meningkat menjadi 80,60 pada UAS II terjadi peningkatan sebesar 6,36 poin secara kesaeluruhan terjadi peningkatan 11,06 poin. Persentase aktivitas guru siklus I pertemuan pertama sebesar 65% dan pada pertemuan kedua sebesar 70% dan meningkat sebesar 5 poin dan pertemuan ketiga sebesar 75% meningkat sebesar 5 poin. Pada siklus II pertemuan pertama sebesar 80% dan pada pertemuan kedua 85% dan meningkat sebesar 5 poin. Persentase aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama sebesar 60% dan pertemuan kedua sebesar 65% meningkat menjadi 5 poin dan pertemuan ketiga 70% meningkat menjadi 5 poin. Pada siklus II pertemuan pertama sebesar 75% dan pertemuan kedua 85% meningkat menjadi 5 poin.

SARAN

(14)

14 terhadap lingkungan, dapat meningkatkan keterampilan psikomotor siswa dan, dapat meningkatkan sikap ilmiah, dan meningkatkan hasil belajar IPA. Bagi guru sebaiknya memanfaatkan model pembelajaran interaktif dalam proses belajar mengajar sebagai salah satu strategi pembelajaran IPA guna untuk meningkatkan hasil belajar siswa disekolah. Bagi sekolah sebagai bahan masukan untuk menigkatkan kualitas keberhasilan pengajaran disekolah sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan terutama pembelajaran IPA. Bagi peneliti yang ingin mengadakan penelitian dengan penerapan model pembelajaran interaktif agar sebelumnya mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan, sehingga diperoleh hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses Dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Haryanto. 2004. Sains Jilid V untuk Kelas V. Jakarta: Erlangga.

Maryati. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V SD Negeri 036 Sukajadi Pekanbaru. Skripsi. FKIP. Pekanbaru (tidak diterbitkan)

Muijs, Daniel, dkk. 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mulyasa, H, E. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Prowida, Dini. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. (Online), (http://bse.kemdiknas.go.id/index.php/buku/bukusd/kelas5/Ilmu/Pengeta huan/Alam)

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana.2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Syahrifuddin, dkk. 2011. Bahan Ajar Penelitian Tindakan Kelas. Pekanbaru: Universitas Riau

Gambar

Tabel 1 Hasil Belajar
Tabel 2 Aktivitas Guru dan Siswa
Gambar 1 Ketuntasan Individu Ujian Akhir Siklus I dan II
Gambar 3 Peningkatan hasil belajar
+2

Referensi

Dokumen terkait

Data yang disembunyikan harus dapat diekstrasi kembali seperti proses pada gambar 1 Karena tujuan steganografi adalah pesan rahasia yang tersembunyi, maka pesan rahasia

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Perilaku Ibu dalam Pemenuhan Gizi Seimbang pada Balita di Posyandu Mayang Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar”

[r]

Prinsip kerja alat penggiling biji kopi tipe flat burr mill ini, menggunakan dua besi berbentuk bulat ( flat burr ) yang terdapat gerigi disekelilingnya berukuran lebih kecil

Perbandingan Hasil Tes Kondisi Fisik dengan Ranking Prestasi ……….... Perbandingan Hasil Tes Anthropometrik dengan

Rata- rata Persentase Manfaat Hasil Pengetahuan “Mengolah Hidangan Berbahan Terigu (Pasta)” Sebagai Kesiapan Cook Helper Berkaitan Dengan Tahap Persiapan ……… 82

Meskipun begitu/ Fatah mengakui/ fatwa yang sebenarnya masih ditujukan untuk kalangan internalnya ini/ akan diberlakukan secara bertahap/ dan tidak harus berhenti