• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Tugas Pokok dan Fungsi Satpol PP

Perjalanan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Mojokerto diawali sebagai sub bagian pada Bagian Pemerintahan Setwilda, kemudian bergeser menjadi sub bagian dari Bagian Ketertiban Setwilda. Dengan bergulirnya era otonomi daerah yang ditandai dengan perubahan Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah dari Undang Nomor 5 Tahun 1974 menuju Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, terjadi pergeseran kedudukan Satuan Polisi Pamong Praja menjadi Aparat Daerah.

Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Mojokerto Dibentuk melalui peraturan daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Mojokerto dan Peraturan Bupati Mojokerto Nomor 29 Tahun 2012 Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Mojokerto, Bahwa Satuan Polisi Pamong Praja Dipimpin oleh seorang Kepala Satuan Polisi Pamong Praja yang memiliki tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di

(2)

43

bidang penyelenggaraan ketertiban umum, ketentraman masyarakat, perlindungan masyarakat dan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati.

Dasar hokum pembentukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Mojokerto terdiri dari :

1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur ;

2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja ;

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2005 tentang Pedoman Prosedur Tetap Operasional Satuan Polisi Pamong Praja ;

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2005 tentang Pedoman Pakaian Dinas, Perlengkapan dan Peralatan Satuan Polisi Pamong Praja;

6. Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 10 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Mojokerto.

4.1.2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Satpol PP Kabupaten Mojokerto 1. Visi Satpol PP Kabupaten Mojokerto

Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta kebutuhan organisasi di masa depan. Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan.

(3)

44

Visi Satpol PP Kabupaten Mojokerto adalah : “Terwujudnya Satuan Polisi Pamong Praja Yang Berwibawa dan Simpatik Guna Ketertiban dan Ketentraman Masyarakat Melalui Penegakan Peraturan Daerah”.

2. Misi Satpol PP Kabupaten Mojokerto

Pada dasarnya misi merupakan alasan mendasar eksistensi suatu organisasi. Pernyataan misi organisasi, terutama di tingkat unit bisnis menentukan batas dan maksud aktivitas bisnis perusahaan. Berdasar pada pengertian tersebut, maka misi dari Satpol PP Kabupaten Mojokerto terdiri dari :

a. Menjadikan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai aparat daerah yang tangguh dalam menjaga ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan peraturan daerah;

b. Menjadikan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai pusat penggemblengan dan pengembangan Sumber Daya Manusia yang berkualitas;

c. Menjadikan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai aparat yang mampu mengatasi permasalahan di masyarakat secara tepat akurat berdasarkan peraturan yang berlaku;

d. Mewujudkan Karanganyar yang tentram dan tertib. 3. Tujuan dan Sasaran

Tujuan merupakan misi sasaran yang ingin dicapai oleh suatu organisasi di masa yang akan datang dan manajer bertugas mengarahkan jalannya organisasi untuk mencapai tujuan tersebut.

(4)

45

a. Tujuan :

1) Meningkatkan kesiapan tugas anggota Satpol. PP demi percepatan pencapaian tujuan yang mengarah pada terwujudnya ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah;

2) Meningkatkan kinerja SDM Satpol dalam penyelenggaraan tramtibum melalui peningkatan kualitas pembinaan;

3) Meningkatkan kelancaran tugas melalui ketersediaan perlengkapan kerja yang baik.

b. Sasaran :

1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan Satpol. PP dalam rangka peningkatan ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah;

2) Meningkatkan kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) Satpol PP dalam penyelenggaraan tramtibum melalui peningkatan kualitas pembinaan; 3) Meningkatkan kelancaran tugas melalui ketersediaan perlengkapan

kerja yang baik.

4.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi Satpol PP

Tugas Pokok dan Fungsi dari Kantor Satpol Pamong Praja sesuai dengan Keputusan Bupati Mojokerto Nomor : 220 Tahun 2001 tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan Struktural Pada Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Mojokerto, yaitu :

(5)

46

1. Kepala Kantor.

Untuk menyelenggarakan tugas pokoknya, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang ketentraman, ketertiban umum dan pembinaan Polisi Pamong penyidikan ,penindakan dan penegakan Peraturan Daerah;

b. Pelayanan dan penunjang dalam penyelenggaraan pemerintahan Daerah di bidang ketentraman, ketertiban umum dan pembinaan Polisi Pamong Praja, penyidikan, penindakan dan penegakan Peraturan Daerah;

c. Pengkoordinasian penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang ketentraman, ketertiban umum dan pembinaan Polisi Pamong Praja, penyidikan, penindakan dan penegakan Peraturan Daerah;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

2. Sub Bagian Tata Usaha

Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok membantu Kepala Kantor memberikan pelayanan administrasi ,perlengkapan, rumah tangga, kepegawaian dan keuangan dilingkungan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja. Untuk menyelenggarakan tugas pokoknya tersebut Sub Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi :

a. Perencanaan dan pelaksanaan pelayanan ketatausahaan.

b. Pengelolaan administrasi kepegawaian, perlengkapan dan keuangan; c. Pengendalian, evaluasi dan pelaporan.

(6)

47

3. Seksi Ketertiban Umum dan Pembinaan Polisi Pamong Praja

Kepala Seksi Ketertiban Umum dan Pembinaan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas pokok membantu pelaksanaan tugas Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja dibidang Ketertiban Umum dan Pembinaan Polisi Pamong Praja.

Untuk menyelenggarakan tugas pokoknya tersebut, Seksi Ketertiban Umum dan Pembinaan Polisi Pamong Praja mempunyai fungsi :

a. Perencanaan Program/kegiatan ketertiban umum dan pembinaan polisi pamong praja.

b. Pelaksanaan kegiatan ketertiban umum dan pembinaan Polisi Pamong Praja;

c. Pengendalian program kegiatan, evaluasi dan pelaporan. 4. Seksi Penyidikan dan Penindakan

Kepala Seksi Penyidikan dan Penindakan mempunyai tugas pokok membantu pelaksanaan tugas Kepala Kantor dibidang Penyidikan dan Penindakan dalam rangka penegakan Peraturan Daerah. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Seksi Penyidikan dan Penindakan mempunyai fungsi :

a. Perencanaan dan penyusunan program kegiatan penyidikan dan penindakan;

b. Pelaksanaan penyidikan dan penindakan; c. Pengendalian program, evaluasi dan pelaporan.

(7)

48

Bagan struktur organisasi Satpol PP Kabupaten Mojokerto dapat dilihat dalam lampiran 7.

4.2. Analisis Hasil Penelitian 4.2.1. Diskripsi Responden

Diskripsi responden adalah merupakan ciri khas secara garis besar yang dimiliki oleh responden penelitian yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, karateristik responden yang akan disajikan dalam bentuk tabel ini adalah berdasar atas usia responden, tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Dari jumlah populasi yang dipilih, maka ditetapkan sebanyak 56 orang responden, dimana distribusi responden tersebut seperti tersaji dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasar Jenis Kelamin

No. Usia Frekuensi Prosentase

1 2 Laki-laki Perempuan 53 3 94,64% 5,36% Jumlah 56 100%

Sumber : Data Primer (diolah Mei 2014)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwasanya dari 56 responden yang dijadikan sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, diperoleh hasil bahwa responden berjenis kelamin laki-laki sebesar 94,64% dan responden berjenis perempuan sebesar 5,36%. Selanjutnya distribusi frekuensi responden berdasar usia, penulis sajikan dalam tabel berikut ini :

(8)

49

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasar Usia

No. Usia Frekuensi Prosentase

1 2 3 4 5 < 30 tahun 31 – 35 tahun 36 – 40 tahun 41 – 45 tahun 46 tahun keatas 2 6 22 19 7 3,57% 10,71% 39,29% 33,93% 12,50% Jumlah 56 100%

Sumber : Data Primer (diolah Mei 2014)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwasanya dari 56 responden yang dijadikan sampel penelitian berdasarkan usia yakni sebesar 3,57% berusia < 30 tahun, sebesar 10,71% berusia antara 31 – 35 tahun, sebesar 39,29% berusia antara 36 – 40 tahun, sedangkan sebesar 33,93% berusia antara 41 – 45 tahun dan yang berusia 46 tahun ke atas sebesar 12,50%. Berikut ini akan disajikan data karakteristik responden berdasar tingkat pendidikan, data tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasar Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Prosentase

1 2 3 SMP SMU PT 6 42 8 10,71% 75% 14,29% Jumlah 56 100%

Sumber : Data Primer (diolah Mei 2014)

Karakteristik responden yang tersaji dalam tabel di atas menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMP sebesar 10,71%, responden dengan tingkat pendidikan SMU sebesar 75% dan sisanya sebesar 14,29% dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi.

(9)

50

4.2.2. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya. atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya instrumen tersebut. Sisi lain yang penting adalah kecermatan pengukuran. yaitu kecermatan dalam mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada variabel yang diukurnya. Pengukuran validitas pada instrumen ini dilakukan dengan korelasi product moment antara skor butir dengan skor skalanya. Koefisien korelasi dapat dianggap memuaskan jika melebihi 0.30. (Azwar : 2008 : 153).

Hasil pengukuran validitas instrument penelitian diperoleh hasil r hitung (Pearson Corelation) seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.4

Nilai Uji Validitas Instrumen Penelitian

Variabel Indikator Variabel Pearson

Corelation Gaya Kepemimpinan (X1) 1. Perilaku direktif 2. Perilaku konsultatif 3. Perilaku partisipatif 4. Perilaku delegatif 0.699 0.707 0.799 0.782 Komunikasi intern (X2) 1. Komunikasi ke bawah 2. Komunikasi ke atas 3. Komunikasi horisontal 0.759 0.857 0.769 Efektivitas kerja (Y) 1. Produktivitas 2. Efisiensi 3. Kepuasan kerja 4. Prestasi kerja 0.746 0.664 0.691 0.724 Sumber : Lampiran 3 (Diolah Mei 2014)

(10)

51

Berdasar tabel 4.4 di atas. menunjukkan bahwa nilai r hitung (koefisien korelasi) lebih besar dari 0.30 dan nilai p value (signifikansi) lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian bahwa instrument penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel dapat dikatakan valid.

4.2.3. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan bilamana suatu alat ukur dipakai dua kali atau lebih. maka untuk mengukur gejala yang sama akan menghasilkan pengukuran yang diperoleh relatif konsisten. dengan kata lain reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama.

Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi. yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya. Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Pada penelitian ini digunakan uji

reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach. Jika koefisien Cranbach alpha

sebesar 0.6 atau lebih. maka instrument penelitian tersebut dapat dikatakan reliable

(Hadi. 2009). Hasil pengukuran uji reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.5

Nilai Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No. Variabel Penelitian Nilai Alpha

Cronbach 1 2 3 Gaya Kepemimpinan (X1) Komunikasi intern (X2) Efektivitas kerja (Y)

0,731 0,707 0,726 Sumber : Lampiran 4 (Diolah Mei 2014)

(11)

52

Berdasar tabel di atas nilai Alpha Cronbach dari masing-masing variabel lebih dari 0.6 sehingga dapat dikatakan bahwa semua item-item dalam kuesioner penelitian tersebut adalah reliable (andal).

4.2.4. Diskripsi Frekuensi Skor Indikator Variabel Penelitian

Diksiripsi frekuensi skor indikator variabel penelitian merupakan analisis diskripsi tentang jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang disajikan dalam kuesioner sebagai indikator pengukuran variabel penelitian. Untuk mengetahui baik tidaknya kondisi varibel penelitian. dengan didasarkan pada nilai rata-rata mean yang kemudian di lakukan standarisasi pengkategorian dengan mengacu pada indikator rentang pengukuran nilai yang dikemukakan oleh Nadsir (2002). apabila nilai rata-rata berada pada rentang nilai :

Tabel 4.6

Rentang Interval Dari Skala Kategori

Nilai Kategori Interval

1 Tidak Baik 1 < x < 1.8 2 Kurang Baik 1.8 < x < 2.6 3 Cukup Baik 2.6 < x < 3.4 4 Baik 3.4 < x < 4.2 5 Sangat Baik 4.2 < x < 5 Sumber : Nasir, (2002 : 27)

Adapun hasil distribusi frekuensi skor indikator variabel penelitian seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini :

1. Distribusi Frekuensi Skor Indikator Gaya Kepemimpinan (X1)

Gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang digunakan oleh seorang dalam menjalankan kepemimpinannya. Untuk mengukur indikator

(12)

53

Gaya Kepemimpinan disampaikan 4 (empat) pernyataan dan setelah didistribusikan berdasar alternatif jawaban responden diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.7

Deskripsi Indikator Variabel Gaya Kepemimpinan (X1) Indikator Variabel Skor Indikator Skor Mean a b c d e 5 4 3 2 1 1. Perilaku direktif 2. Perilaku konsultatif 3. Perilaku partisipatif 4. Perilaku delegatif - - 1 1 5 10 15 14 20 27 15 16 30 18 25 24 1 1 - 1 56 56 56 56 2.5179 2.8214 2.8571 2.8214 Jumlah 2 44 78 97 3 224 11,0178 Prosentase 0,89 19,64 34,82 43,30 1,33 100 - Rata-rata Mean 2,7544

Sumber : Lampiran 5 (Diolah Mei 2014)

Hasil distribusi dalam tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa dari 56 orang responden yang memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan sebagai indikator pengukuran variabel Gaya Kepemimpinan didapat bahwa untuk responden yang memilih alternatif jawaban (a) terdapat sebesar 0,89%. responden dengan alternatif jawaban (b) terdapat sebesar 19,64%, kemudian untuk alternatif jawaban (c) adalah sebesar 34,82% dan responden yang memilih alternatif jawaban (d) terdapat sebesar 43,30% sedangkan alternative jawaban (e) sebesar 1,33%. Nilai rata-rata mean variabel Gaya Kepemimpinan yang didapat adalah sebesar 2,75. Indikasi nilai rata-rata mean tersebut berada di interval antara 2,6 < x < 3,4 yang termasuk dalam kategori cukup baik. Dengan demikian bahwa Gaya Kepemimpinan di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto termasuk dalam kategori cukup tinggi.

(13)

54

2. Distribusi Frekuensi Skor Indikator Komunikasi intern (X2)

Komunikasi intern adalah suatu proses penyampaian pesan-pesan yang berlangsung antar anggota organisasi. Dapat berlangsung antara pimpinan dengan bawahan, pimpinan dengan pimpinan, maupun bawahan dengan bawahan. Untuk mengetahui tanggapan responden tentang komunikasi intern yang diberikan oleh organisasi. kepada 56 orang responden terdapat 3 (tiga) pernyataan dan diperoleh distribusi frekuensi skor indikator variabel seperti dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.8

Deskripsi Indikator Variabel Komunikasi intern (X2) Indikator Variabel Skor Indikator ∑ Skor Mean a b c d e 5 4 3 2 1 1. Komunikasi ke bawah 2. Komunikasi ke atas 3. Komunikasi horisontal - - - 18 20 15 29 18 17 9 17 24 - 1 - 56 56 56 3.1607 3.0179 2.8393 Jumlah - 53 64 50 1 168 9,0179 Prosentase - 31,55 38,10 29,76 0,59 100 - Rata-rata Mean 3,0059

Sumber : Lampiran 5 (Diolah Mei 2014)

Hasil distribusi dalam tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa dari 56 orang responden yang memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan sebagai indikator pengukuran variabel komunikasi intern didapat bahwa untuk responden yang memilih alternatif jawaban (b) terdapat sebesar 31,55%, kemudian untuk alternatif jawaban (c) adalah sebesar 38,10% dan responden yang memilih alternatif jawaban (d) terdapat sebesar 29,76% dan untuk alternative jawaban (e) yaitu sebesar 0,59%. Nilai rata-rata mean variabel Gaya Kepemimpinan yang didapat adalah sebesar 3,00. Indikasi nilai rata-rata mean

(14)

55

tersebut berada di interval antara 2,6 < x < 3,4 yang termasuk dalam kategori cukup baik. Dengan demikian bahwa komunikasi intern di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto termasuk dalam kategori cukup tinggi.

3. Distribusi Frekuensi Skor Indikator Efektivitas kerja (Y)

Efektivitas kerja adalah suatu efek atau akibat yang dikehendaki dan sejumlah rangkaian aktivitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan olah pegawai untuk mancapai tujuan. Sesuai dengan indikator pengukuran variabel efektivitas kerja di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto. maka kepada 45 orang responden disampaikan sebanyak 4 (empat) pernyataan dan setelahd irekapitulasi skor jawaban yang diberikan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.9

Deskripsi Indikator Variabel Efektivitas kerja (Y) Indikator Variabel Skor Indikator ∑ Skor Mean a b c d e 5 4 3 2 1 1. Produktivitas 2. Efisiensi 3. Kepuasan kerja 4. Prestasi kerja - - - - 23 14 17 21 24 26 28 25 8 15 11 10 1 1 - - 56 56 56 56 3.2321 2.9464 3.1071 3.1964 Jumlah - 75 103 44 2 224 12,482 Prosentase - 33,48 45,98 19,64 0,89 100 - Rata-rata Mean 3,1205

Sumber : Lampiran 5 (Diolah Mei 2014)

Hasil distribusi dalam tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa dari 56 orang responden yang memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan sebagai indikator pengukuran variabel efektifitas kerja di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto didapat hasil

(15)

56

distrbusi frekuensi skor bahwa untuk responden yang memilih alternatif jawaban (a) terdapat 0%. responden dengan alternatif jawaban (b) terdapat sebesar 33,48%, kemudian untuk alternatif jawaban (c) adalah sebesar 45,98%, responden yang memilih alternatif jawaban (d) terdapat sebesar 19,64% dan responden yang memilih alternatif jawaban (e) terdapat sebesar 0,89%. Nilai rata-rata mean variabel efektifitas kerja yang didapat adalah sebesar 3,12. Indikasi nilai rata-rata mean tersebut berada di interval antara 2.6 < x < 3.4 yang termasuk dalam kategori cukup baik. Dengan demikian bahwa efektivitas kerja di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto termasuk dalam kategori cukup tinggi.

4.2.5. Analisis Regresi Linier Berganda

Sesuai dengan konsep dan pendekatan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh variabel bebas dan variabel terikat melalui pengujian hipotesis dilakukan uji analisis regresi linier berganda. Dengan demikian untuk mengetahui pengaruh variabel Gaya Kepemimpinan (X1) dan komunikasi intern (X2) terhadap efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto serta untuk menguji dan membuktikan kebenaran atas hipotesis penelitian yang diajukan, maka hal tersebut dapat diketahui dengan cara melakukan penganalisaan data dengan analisis regresi linier berganda..

(16)

57

Berdasar hasil analisis data dengan shofwere SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for Windows Version 17.01, maka diperoleh suatu hasil seperti tersaji dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.10

Tabulasi Nilai Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Model Unstandardize

d Coefficien B

Standardized

Coefficien Beta Nilai t

Signifikansi α (konstanta) β1 β2 6,591 0,504 0,438 - 0,518 0,439 - 3,676 3,269 - 0,000 0,002 Koefisien Determinasi (R Square) : 0,717 F hitung : 12,833 Adjusted R square : 0,729 Sig. : 0,000 Sumber : Lampiran 6 (Diolah Mei 2014)

Model Summary .828a .686 .673 .49611 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), KOMUNIKASI INTERN (X2), GAYA KEPEMIMPINAN (X1) a. ANOV Ab 1.058 2 .529 12.150 .000a 12.799 52 .246 13.857 54 Regres sion Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), KOMUNIKAS I INTERN (X2), GAY A KE PE MIMPINA N (X1) a.

Dependent Variable: EFEKTIVITAS KERJA (Y) b.

(17)

58

Sesuai dengan model analisis yang digunakan, yaitu regresi linier berganda, maka dapat dilakukan analisis dengan rumus umum :

Y = α + β1.X1 + β2.X2 + e

= 6,591 + 0,504.X1 + 0,438.X2

Nilai-nilai koefisien regresi linier berganda dari persamaan di atas dapat diuraikan pengertian sebagai berikut :

1. α (konstanta) = 6,591, hal tersebut menunjukkan bahwa jika nilai dari Gaya Kepemimpinan (X1), dan komunikasi intern (X2), mengalami kenaikan atau penurunan sebesar 6,591, maka efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto juga akan mengalami kenaikan atau penurunan nilai sebesar 6,591, yang berarti tidak ada perubahan efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto tanpa adanya variabel Gaya Kepemimpinan (X1), dan komunikasi intern (X2).

2. β1 = 0,504, hal tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan nilai Gaya Kepemimpinan (X1) sebesar satu satuan dengan anggapan variabel-variabel

Coeffi cientsa 15.055 2.392 6.294 .000 .698 .118 .670 5.917 .000 .351 .112 .339 3.132 .003 (Const ant) GA YA KE PE MIMPINA N (X1) KOMUNIK ASI INTERN (X2) Model 1 B St d. E rror Unstandardized Coeffic ient s Beta St andardiz ed Coeffic ient s t Sig.

Dependent Variable: E FEK TIVITAS KE RJA (Y) a.

(18)

59

yang lain dalam kondisi tetap, akan mengakibatkan perubahan dengan arah yang sama terhadap nilai efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto sebesar 0,504 atau untuk setiap peningkatan nilai Gaya Kepemimpinan (X1) sebesar satu satuan, maka nilai efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto juga akan mengalami kenaikan sebesar 0,504. Begitu pula sebaliknya, bahwa setiap penurunan nilai Gaya Kepemimpinan (X1) sebesar satu satuan akan menurunkan nilai efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto sebesar 0,504.

3. Β2 = 0,438, hal tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan nilai variabel komunikasi intern (X2) sebesar satu satuan dengan anggapan variabel-variabel yang lain dalam kondisi tetap, akan mengakibatkan perubahan dengan arah yang sama terhadap nilai efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto sebesar 0,438 atau untuk setiap peningkatan nilai variabel komunikasi intern (X2) sebesar satu satuan, maka nilai Efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto juga akan mengalami kenaikan sebesar 0,438. Begitu pula sebaliknya, bahwa setiap penurunan nilai variabel komunikasi intern (X2) sebesar satu satuan akan menurunkan nilai efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto sebesar 0,438.

(19)

60

3.2.5. Nilai Koefisien Determinasi (R square)

Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dari Gaya Kepemimpinan (X1), dan komunikasi intern (X2), terhadap efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto dapat diketahui pada nilai R-squared yakni sebesar 0,717. Hasil tersebut mempunyai pengertian bahwa Gaya Kepemimpinan (X1), dan komunikasi intern (X2), mampu menjelaskan perubahan tingkat pada efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto sebesar 0,717 atau 71,7%. Sedangkan sisanya sebesar 28,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa Gaya Kepemimpinan (X1), dan komunikasi intern (X2), mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto.

3.2.6. Pengujian Hipotesis

Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan baik bersama-sama maupun secara persial antara Gaya Kepemimpinan (X1), dan komunikasi intern (X2), terhadap efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto dibuktikan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Berikut hasil dan uraian dari pengujian hipotesis penelitian ini.

(20)

61

1. Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Uji t (uji partial) iniadalah untuk mengetahui berpengaruh (signifikan) atau tidak dari masing-masing variabel bebas, yaitu Gaya Kepemimpinan (X1), dan komunikasi intern (X2) terhadap Efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto. Untuk menguji hipotesis pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat menggunakan t test, dengan didasarkan perbandingan antara nilai probabilitas (p) atau nilai signifikansi dengan alpha (0,05), yaitu :

a. Jika nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel dan nilai signifikansi dari t hitung lebih kecil dari nilai α (p < 0,05) maka hipotesis diterima, berarti ada pengaruh signifikan antara variabel bebas secara parsial terhdap variabel terikat.

b. Jika nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel dan nilai signifikansi dari t hitung lebih besar dari nilai α (p > 0,05) maka hipotesis ditolak, berarti tidak ada pengaruh signifikan antara variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

Dengan mengambil taraf signifikan sebesar 5% (uji dua arah), maka nilai t tabel t 0,05.45-2-1 = 53 dengan demikian diperoleh nilai t tabel yaitu sebesar 1,6820

Dengan ketentuan yang penerimaan dan penolakan pengujian hipotesis secara parsial, maka berdasar hasil nilai t hitung yang terdapat dalam tabel 4.10, maka diperoleh hasil hipotesis sebagai berikut :

(21)

62

a. Pengaruh Secara Parsia Variabel gaya kepemimpinan (X1) terhadap Efektivitas kerja (Y)

Koefisien nilai untumk variabel gaya kepemimpinan (X1) diperoleh nilai t hitung sebesar 3,676 dengan demikian bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (3,676 > 1,6820) sedangkan nili signifikansi t hitung sebesar 0,000 dengan demikian bahwa nilai signifikansi t hitung variabel gaya kepemimpinan (X1) lebih kecil dari nilai alpha (0,000 < 0,05). Dengan demikian menunjukkan bahwa secara parsial variabel gaya kepemimpinan (X1) berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto.

b. Pengaruh Secara Parsia Variabel komunikasi intern (X2) terhadap Efektivitas kerja (Y)

Koefisien nilai untumk variabel komunikasi intern (X2), diperoleh nilai t hitung sebesar 3,269 dengan demikian nilai t hitung variabel komunikasi intern (X2) lebih besar dari nilai t tabel (3,269 > 1,6820) dan nilai signifikansi t hitung sebesar 0,002 dengan demikian bahwa nilai signifikansi t hitung variabel komunikasi intern (X2) lebih kecil dari nilai alpha (0,002 < 0,05). Dengan demikian menunjukkan bahwa secara parsial variabel komunikasi intern (X2) berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto.

(22)

63

Dengan demikian bahwa hipotesis yang mengatakan bahwa variabelgaya kepemimpinan (X1), dan komunikasi intern (X2), secara parsial berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto dapat dibuktikan kebenarannya.

2. Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Untuk membuktikan pengaruh secara simultan gaya kepemimpinan (X1), dan komunikasi intern (X2), terhadap efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto. Langkah-langkah pengujian tersebut adalah :

1. Jika nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel (F hitung > F tabel) dan nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α (sig. < 0,05), maka hipotesis diterima, berarti ada pengaruh signifikan antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.

2. Jika nilai F hitung lebih kecil dari nilai F tabel (F hitung < F tabel) dan nilai signifikansi lebih besar dari nilai α (sig. > 0,05), maka hipotesis ditolak, berarti tidak ada pengaruh signifikan antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.

Dari hasil perhitungan diperoleh Uji F (Fhitung) sebesar 12,833 kemudian nilai signifikansi yang didapat adalah sebesar 0,001. Sedangkan nilai F tabel dengan levelsignificant(α) sebesar 5% dengan k = 2 dan df = n-k-1 = 45-2-1 = 42,

pada tabel F diperoleh nilai sebesar 3,2199. Nilai signifikansi yang didapat setelah dikonsultasikan dengan derajat kebebasan yang digunakan yaitu sebesar 0,05

(23)

64

ternyata nilai signifikan lebih kecil dari nilai derajat kebebasan tersebut (0,001 < 0,05) dan nilai F hitungnya lebih besar dari nilai F tabel (12,833 > 3,2199). Berdasar pengujian tersebut diatas maka hipotesis yang diajukan dapat diterima, artinya Gaya Kepemimpinan (X1), dan komunikasi intern (X2), berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas kerja (Y) di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto.

3.3. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasar hasil tersebut maka responden merasa cukup setuju dengan indikator pengukuran variabel Gaya Kepemimpinan di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto. Sedangkan hasil koefisien regresi untuk variabel gaya kepemimpinan terhadap efektivitas kerja pada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto sebesar 0,504. Besarnya nilai koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan bahwa pengaruh variabel Gaya Kepemimpinan pegawai terhadap efektivitas kerja di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto ada pengaruh positif, yang artinya setiap terjadi kenaikan satu unit skor Gaya Kepemimpinan, maka akan diikuti dengan meningkatnya efektivitas kerja di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto sebesar 0,504 pada konstanta 6,591. Sedangkan hasil koefisien regresi untuk variabel komunikasi intern terhadap efektivitas kerja di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto sebesar 0,438. Besarnya nilai koefisien regresi

(24)

65

yang bertanda positif menunjukkan bahwa pengaruh variabel komunikasi intern terhadap efektivitas kerja di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto ada pengaruh positif, yang artinya setiap terjadi kenaikan satu unit skor komunikasi intern, maka akan diikuti dengan meningkatnya efektivitas kerja di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto sebesar 0,438 pada konstanta 6,591.

Hasil analisis tentang seberapa besar pengaruh Gaya Kepemimpinan (X1), dan komunikasi intern (X2), terhadap efektivitas kerja (Y) di di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto ditunjukkan melalui uji R-squared pada analisis koefisien determinasi berganda. Hasil nilai R-squared yang didapat adalah sebesar 0,717. Hasil tersebut menunjkkan bahwa Gaya Kepemimpinan (X1), dan komunikasi intern (X2), mampu menjelaskan perubahan tingkat pada efektivitas kerja (Y) di di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto sebesar 0,717 atau 71,7%. Sedangkan sisanya sebesar 28,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan (X1), dan komunikasi intern (X2), mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan efektivitas kerja (Y) di di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto.

Sementara hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa nilai untuk Uji F (Fhitung) sebesar 12,833 kemudian

(25)

66

nilai signifikansi yang didapat adalah sebesar 0,000. Sedangkan nilai F tabel dengan level significant (α) sebesar 5%, pada tabel F diperoleh nilai sebesar

3,2199. Nilai signifikansi yang didapat setelah dikonsultasikan dengan derajat kebebasan yang digunakan yaitu sebesar 0,05 ternyata nilai signifikan lebih kecil dari nilai derajat kebebasan tersebut (0,000 < 0,05) dan nilai F hitungnya lebih besar dari nilai F tabel (12,833 > 3,2199). Hasil pengujian hipotesis tersebut dapat diketahui bahwa gaya kepemimpinan (X1), dan komunikasi intern (X2), berpengaruh signifikan terhadap efektivitas kerja (Y) di di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto. Dengan demikian bahwa peningkatan atau penurunan efektivitas kerja di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto dapat dipengaruhi oleh faktor gaya kepemimpinan dan faktor terjadinya komunikasi intern.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian diatas, perlu diuji kesesuaian teori tersebut dengan kenyataan di lapangan dan khususnya apakah konseling kelompok pendekatan REBT dengan tehnik

Model yang dikembangkan adalah pengaruh perubahan harga bahan makanan antara lain perubahan harga beras, daging ayam, cabe rawit dan tanaman sayur sebagai

Perkembangan Teknologi Informasi di dunia pendidikan khususnya pendidikan dasar atau sekolah dasar ternyata tidak diiringi dengan kemampuan guru dalam memanfaatkan

Abstrak. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan PPL mahasiswa pada Fakultas Teknik,

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan ( Chi Square ) di dapatkan nilai p= 0,001 sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa kerja (Ha) diterima yang berarti

Kedua, jarak dari jalan dan intensitas cahaya tidak berpengaruh terhadap sebaran jumlah individu tumbuhan asing invasif Clidemia hirta di Taman Hutan Raya Bung

Dari beberapa uraian diatas penulis ingin meneliti beberapa pertemuan antara pasangan Spanyol Carolina Marin dan Cina Li Xuerui dengan cara menganalisis

Berdasarkan data Tabel 1, menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja pada kegiatan usahatani kentang dan kubis yang dilakukan oleh petani binaan lebih