• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADOPSI DAN DIFUSI TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT PETANI SWADAYA DI DESA SENAMA NENEK KECAMATAN TAPUNG. HULUKAMPAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ADOPSI DAN DIFUSI TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT PETANI SWADAYA DI DESA SENAMA NENEK KECAMATAN TAPUNG. HULUKAMPAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

A D O P S I D A N D I F U S I T E K N O L O G I B U D I D A Y A T A N A M A N K E L A P A S A W I T P E T A N I S W A D A Y A D I D E S A S E N A M A N E N E K K E C A M A T A N T A P U N G

. H U L U K A M P A R

Oleh: E r i S a y a m a r dan Arifudin

V Laboratorium Komunikasi dan Sosiologi Pertanian r- i ; aiii udin'V^yahoo.com

i cb'h:as i - i : ^ A B S T R A K

Penelitian i n i bertujuan untuk mengetahui bagaimana terjadinya proses adopsi teknologi budidaya kelapa sawit d i Kabupaten pada petani swadaya yang pemah menjadi petani plasma pada pola PIR dan difusi pada petani swadaya m u m i . Metode penelitian dilakukam dengan cara survey dengan pendekatan Parlisapalory Rural Apraisal (PRA)

melalui Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara mendalam kepada 15 orang petani ex plasma dan 15 orang petani swadaya m u m i yang dijadikan sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses terjadinya adopsi dimuJai dari melihat, tertarik, mengamati, mencoba dalam skala kecil dan mengadopsinya dalam skala yang lebih luas. Sedangkan terjadi proses difusi mempakan proses lanjutan dari adopsi, dimana setelah petani swada ex plasma menerapkannya, maka petani swadaya m u m i yang melihat peningkatan kesejahteraan petani ex plasma juga mengikutinya. Namun menurut petani, hasil budidaya petani swadaya tidak seoptimal hasil pada perkebunan plasma, akibat penyediaan bibit, pemupukan dan perawatan yang tidak optimal.

1. P E N D A H U L U A N M; : ^ : , ' ; - - t - , ; V - - . . . . ^ - . . i . ;

Perkebunan kelapa sawit mempakan sektor andalan selain migas d i Propinsi Riau yang mempakan yang terbesar d i Indonesia. Dari 11 Kabupaten/Kota di Riau, Kabupaten Kampar m e m i l i k i luas perkebunan yang terbesar. Berdasarkan data BPS tahun 2007, Kecamatan Tapung H u l u mempakan kecamatan dengan produksi sawit rakyat terbesar. Perkebunan rakyat terbesar d i Kecamatan Tapung H u l u terdapat di Desa

Senama Nenek yang j u g a mempakan ibukota Kecamatan Tapung H u l u . Terdapat 3 pola dalam perkebunan kelapa sawit rakyat: Perkebunan Inti Rakyat-Transmigrasi

(2)

(PIR-TRANS); perkebunan Kredit Koperasi Primer untuk Anggotanya ( K K P A ) ; dan perkebunan rakyat (Pola Swadaya). . . i

Budidaya tanaman sawit mulai dikenal masyarakat Desa Senama Nenek sejak PTPN V membuka perkebunan kelapa sawit dengan pola PIR-TRANS pada tahun 1986. Pada saat i t u mata pencaharian masyarakat pada umumnya masih sebagai peladang berpindah, mencari hasil hutan (seperti rotan, kayu balok), mencari ikan d i sungai, dan berbum. Setelah melihat keberhasilan masyarakat setempat yang mengikuti program PIR-TRANS pada tahun 90-an (20% areal hams dipemntukkan bagi warga setempat), maka masyarakat mulai membuka kebun kelapa sawit sendiri. Kepemilikan kebun sawit rata-rata berkisar 1 -5 Ha. Masyarakat umumnya belum membudidayakan tanaman sawit secara baik, misalnya dalam pemilihan bibit, jarak tanam, pemupukan, perawatan, dan panen. Sehingga kualitas Tandan Buah Segar (TBS) sawit rakyat relatif rendah, dan hal ini berdampak pada harga penjualan kepala sawit. (Sulaksono, 2009).

Sehamsnya pengalaman petani yang telah mengikuti pola P I R - T R A N S dapat diterapkan pada petani yang melakukan pola swadaya, karena sebagian besar petani yang pemah mengikuti pola P I R - T R A N S kembali ke Desa Senama Nenek dan menjadi petani swadaya. Selain faktor ekonomi, aspek sosial diduga kuat penyebab utama masyarakat tidak membudiyakein tanaman kelapa sawit dengan b a i k .

r

Selain petani swadaya yang pemah menjadi petani plasma, terdapat petani swadaya yang bam memulai budidaya tanaman kelapa sawit setelah melihat

(3)

kelapa sawit yang dilakukan petani P I R - T R A N S . Produktifitas perkebunan kelapa sawit yang mereka m i l i k i j u g a sangat rendah hanya 400-600 K g / Ha.

Teknologi budidaya tanaman kelapa sawit pada petani swadaya yang pemah menjadi petani plasma diadopsi dari perkebunan PTPN V yang selanjutnya teknologi tersebut terdifusi kepada petani swadaya yang tidak pemah menjadi petani plasma. Dari dua tipologi petani swadaya yang dikemukakan tersebut memunculkan pertanyaan "bagaimana proses adopsi teknologi budidaya tanaman kelapa sawit yang pemah menjadi petani plasma dan bagaimana proses difusi teknologi budidaya tanaman kelapa sawit pada petani swadaya yang tidak pemah menjadi petani plasma?". Secara teori proses/ tahapan adopsi dan difusi teknolgi menumt Rogers (1995) dalam Leeuwis (2009) adalah sebagai berikut. r* p.

(a) Tahap kesadaran {cru'areness), informasi yang masih bersifat umum, sasaran mulai sadar tentang inovasi. !"

(b) Tahap menaruh minat (interest), mengumpulkan dan mencari informasi dari berbagai sumber, keinginan untuk mengetahui lebih jauh sesuatu.

(c) tahap evaluasi (evaluation), mulai mempertimbangkan lebih lanjut apakah minatnya ditemskan atau tidak, penilaian terhadap b a i k ^ u m k atau manfaat inovasi yeng telah diketahui informasinya secara lebih lengkap

(d) tahap mencoba (trial), menerapkan dalam skala kecil, melakukan percobaan dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya.

(4)

(e) tahap adopsi {adoption), menerapkan di lahan dengan skala yang luas, menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan dan diamatinya sendiri.

Tahapan adopsi teknologi budidaya kelapa sawit dapat digambarkan skema kerangka pemikiran sebagai berikut berikut:

PETANI SWADAYA EX PLASMA ilNOVASi i t'JON rLA.SMA PVAMIA^I PENOIAKAN

ADOPSI

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran

Adapun tujuan dari penelitian i n i adalaha untuk mengetahui proses adopsi dan difusi teknologi budidaya kelapa sawit di Desa Senama Nenek.

(5)

purposive sampling terhadap petani kelapa sawit pola swadaya yang pemah menjadi petani plasma dan yang tidak pemah menjadi petani plasma yang tanaman kelapa sawitnya berumur tahun 8-15 tahun tahun dengan luas tanaman 2-5 H a (diasumsikan produksinya hampir sama). Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 orang. 15 petani swadaya yang pemah menjadi petani plasma dan 15 orang petani swadaya yang tidak pemah mejadi petani plasma. Data yang dikumpulkan bempa data primer dan data sekunder. Data sekunder diperolah dari Kantor Desa, Dinas Pertanian dan kantor penyuluhan. Sedangkan data primer diperoleh dengan wawancara semi terstmktur kepada responden dan melakukan Focus Group Description ( F G D ) pada kedua kelompok petani. Data yang terkumpul, ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Untuk menganalisis tujuan pertama dan kedua dengan cara deskriptif analitis.

3. H A S I L D A N P E M B A H A S A N

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses adopsi dan difusi teknologi budidaya sawit hampir sama dengan proses yang di kemukakan rogers (1995) dalam teori adopsi dan difusi inovasi. A k a n tetapi terdapat perbedaan dalam tahapan proses adopsi inovasi tersebut.

(6)

Proses Adopsi pada petani swadaya ex plasma

(7)

Skema kerangka pemikiran tersebut menggambarkan bahwa proses adopsi dan difusi teknologi budidaya kelapa sawit secara u m u m hampir sama dengan teori proses adopsi yang dijelaskan oleh Roger (1995), meskipun terdapat beberapa perbedaaan. Rogers (1983) dalam Leeuwis (2009) menyatakan bahwa adopsi depengamhi oleh sifat inovasi yang dirasakan yang disebabkan oleh keuntungan relatif, kesesuain dengan kondisi setempat, tidak terlalu m m i t untuk dilaksanakan, dapat diujicobakan, dan petani dapat melihat keberhasilan inovasi tersebut. : ; o; j

Tahapan proses adopsi tersebut melalui tahapan sbb: u

L Melihat (mengamati) |

Pada saat awal bmengikuti program PIR-Trans dari masyarakat tempatan, petani dilibatkan untuk mengenal cara-cara budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini meliputi pemilihan bibit, pemupukan, dan perawatan. Pada masa i n i petani belum mendapatkan kebun plasma.

2. Mendapatkan kebun plasma

Setelah mulai berbuah pasir, petani plasma mendapatkan perkebunan seluas 2 hektar/ kepala keluarga. Pada saat i n i petani mulai merasakan hasil yang cukup mengembirakan dari budidaya tanaman kelapa sawit. Bahkan pada tahun 1998, menumt responden, hasilnya mencapai puluhan j u t a mpiah.

3. Kesadaran

Setelah merasakan hasil bempa penghasilan yang cukup dan stabil setiap bulannya, petani sadar bahwa membudidayakan tanaman kelapa sawit mempakan usaha yang menjajanjikan. Sehingga memunculkan kesadaran untuk

(8)

mencobanya pada lahan lain, d i lahan yang masih mereka m i l i k i di Desa Senama Nenek.

4. Mencoba ,

Dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka m i l i k i , petani plasma mencoba berbudidaya tanaman kelapa sawit secara mandiri. Sebagian petani mencoba pada skala yang kecil (1-2 Ha), namun sebagian petani langsung mencoba pada skala yang cukup luas. Meskipun, pada umumnya hasil perkebunan secara swadaya tidak optimal, akibat penggunaan bibit yang tidak bagus. • ,

5. Penerapan (Adopsi)

Dengan mencoba secara mandiri, maka petani swadaya menerapkan budidaya kelapa sawit secara mandiri. Hampir seluruh petani yang pemah mencoba melanjutkan pada proses penerapan. Selanjutnya mereka menjual lahan kebun plasma pada perkebunan PIR-Trans, akibat tidak dapat mengontrolnya dan menfokuskan pada budidaya kelapa sawit yang mereka bangun secara swadaya. Sedangkan prosesn difusi yang meupakan proses lanjutan dari adopsi adalah,

1. Kesadaran

Kesadaran yang mencul pada petani swadaya, setelah melihat keberhasilan petani ex plasma, pada saat merekan masih mengikuti program PIR-Trans dan

(9)

2. Mencoba ^Ka

Berbeda dengan tahap mencoba yang dikemukakan oleh Rogers (1995), petani mencoba dengan keyakinan yang tinggi untuk menerapkannya.

3. Penerapan (adopsi)

Tingkat adopsi teknologi kelapa sawit sangat tinggi sekali, akibat banyaknya permintaan Tandan Buah Segar ( T B S ) kelapa sawit.

. '" • •• 4. K E S I M P U L A N D A N S A R A N

Dapat disimpulkan, bahwa proses terjadinya adopsi dimulai dari melihat, tertarik, mengamati, mencoba dalam skala kecil maupun besar untuk selanjutnya mengadopsinya dalam skala yang lebih luas. Sedangkan terjadi proses diflisi merupakan proses lanjutan dari adopsi, dimana setelah petani swada ex plasma menerapkannya, maka petani swadaya m u m i yang melihat peningkatan kesejahteraan petani ex plasma

juga mengikutinya. Namun menumt petani, hasil budidaya petani swadaya tidak seoptimal hasil pada perkebunan plasma, akibat penyediaan bibit, pemupukan dan perawatan yang tidak optimal.

Selanjutnya disarankan kepada pemangku kebijakan dapat memperhatikan proses adopsi yang terjadi pada petani: bahwa petani akan m e m i l i k i kesadaran terhadap usaha budidaya, j i k a sudah melihat contoh kerberhasilan pada petani lainnya. Namun pendampingan dan fasilitasi terhadap penyediaan bibit, pupuk yang berkualitas mempakan tanggimg jawab pemerintah.

(10)

5. D A F T A R P U S T A K A

Biro Pusat Statistik, 2007. Riau Dalam Angka. Penerbit Biro Pusat Statistik Provinsi Riau. Pekanbaru.

Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007. Road Map Kelapa Sawit. Departemen Pertanian. Jakarta.

Leuuwis, Cess, 2009. Komunikasi Untuk Inovasi Pedesaan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta

Sulaksono.B, Widjanarko. B , Arifudin, Kausar, 2009. Pemantauan Dampak Krisis Keuangan Global 2008/2009. Jumal Lembaga Penelitian Smeru. No.Ol/LF/2009. Jakarta

Gambar

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi yang sama juga terjadi pada saat pasang menuju surut (gambar 7), yaitu arus bergerak menjauhi pantai menuju mulut teluk, hanya saja yang membedakan adalah nilai

Berdasarkan hasil penelitian yang telah Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, kemampuan motorik halus melalui kegiatan menggunting kertas mengikuti

Perhitungan Menggunakan Metode Fuzzy Tahani Pada dasarnya tidak ada ketentuan khusus dalam menentukan suatu fungsi keanggotaan yang akan digunakan dalam

Hasan Sadikin Bandung penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang  pemeriksaan  Ankle joint  pada kasus trauma dan patah tulang terbuka yang akan disajikan dalam

1ulan Suhu  bulanan ,ndeks -enyinaran bulanan -erkiraan 0T " Faktor  Koreksi

Untuk menguji hipotesis yang diaju- kan dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data kuantitatif dengan menguna- kan metode analisis regresi berganda tiga prediktor

Berdasarkan paparan permasalahan penelitian dan pengkajian kepustakaan yang relevan serta pengumpulan data dengan instrumen yang telah melalui uji validitas, secara umum

Software Engineering Body of Knowledge Software Design Strategies and Methods. Software Design Quality Analysis and Evaluation Software