• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanian di Indonesia sangat rendah karena minimnya perhatian pemerintah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanian di Indonesia sangat rendah karena minimnya perhatian pemerintah"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kondisi Eksisting Penyuluh Pertanian

Menurut Pusat Bina Penyuluhan Departemen Kehutanan (2005), kinerja penyuluh pertanian di Indonesia sangat rendah karena minimnya perhatian pemerintah terhadap kebutuhan penyuluh, seperti tidak diberikan dana operasional penyuluh, status penyuluh pertanian belum ditetapkan, insentif dan penghargaan tidak diberikan, pembinaan karir (penetapan angka kredit) tidak terurus, penyusunan program penyuluhan tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan, sarana dan prasarana penyuluh belum memadai, kelembagaan penyuluh pertanian banyak yang dibubarkan, perekrutan penyuluh jarang dilakukan dan banyak penyuluh pertanian yang berumur tua. Pada sisi lain tidak ada upaya untuk pengangkatan dan penggantian tenaga penyuluh yang telah pensiun.

Terdapat terdapat 61.124 penyuluh yang dibagi menjadi 27.476 penyuluh PNS, 20.479 THL (Tenaga Harian Lepas ) - TB (Tenaga Bantu) dan 13.169 penyuluh swadaya di Indonesia. Untuk Provinsi Sumatera Utara terdapat 3.056 orang penyuluh. Di Kabupaten Karo sendiri terdapat 126 orang penyuluh, 33 penyuluh PNS dan 93 orang THL- TB. Jumlah penyuluh di Kabupaten Karo terbilang sangat kurang melihat jumlah desa di Kabupaten Karo yang mencapai 255 desa. (Statistik Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, 2014)

(2)

Kredibilitas tenaga penyuluh dimata masyarakat tani di Sumatera Utara khususnya, sudah semakin menurun terutama 10 tahun terakhir. Untuk mencapai keberhasilan penyuluhan perlu peningkatan kualitas, profesionalisme, motivasi dan etos kerja tenaga penyuluh. Apalagi masih banyak tenaga penyuluh yang berstatus honorer, menyebabkan penyebaran tenaga penyuluh kurang proporsional dan perlu diprioritaskan untuk mengisi formasi PNS ( Inel, 2013).

Menurut Dandan (2009), tantangan yang dihadapi oleh para penyuluh pertanian saat ini cukup berat dan kompleks, minimal ada tiga tantangan utama yang harus dihadapi dan sekaligus untuk diatasi oleh para penyuluh diantaranya :

1. Perkembangan teknologi pertanian dan teknologi informasi 2. Perkembangan politik pembangunan pertanian

3. Perkembangan tata perekonomian dunia yang mengarah kepada perdagangan bebas.

2.1.2 Fungsi dan Peran Penyuluh Pertanian

Menurut Kartosapoetra (1994) penyuluh pertanian memiliki fungsi memberikan jalan kepada para petani untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya, fungsi penyuluh demikian menimbulkan dan merangsang kesadaran para petani agar dengan kemauan sendiri dapat memenuhi kebutuhannya.Fungsi penyuluhan yang lainnya adalah sebagai penyampai, pengusaha dan penyesuai program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh para petani dan disamping itu agar program-program masyarakat petani yang lahir karena tekad baik para petani untuk mensukseskan atau partisipasinya dalam tujuan pembangunan dapat di perhatikan oleh pemerintah. Fungsi penyuluhan yang terakhir yaitu fungsi pemberi pendidikan dan bimbingan yang kontinyu yang artinya penyuluh tidak

(3)

akan berhenti karena yang dikehendakinya adalah keadaan pertanian yang berkembang, lebih baik dan lebih maju sesuai dengan perkembangan zaman.

Secara keseluruhan fungsi-fungsi dalam penyuluhan pertanian dirakit melalui peran fasilitator, stabilisator dan koordinator oleh fungsi pengaturan yang didukung oleh fungsi penelitian didalam pembangunan pertanian yang bersifat nasional maupun regional. Fungsi-fungsi tersebut dalam sistem (kebersamaan dan ketergantungan) untuk meningkatkan kualitas hidup fungsi pelaku utama yang sejajar dengan kemajuan profesi lain, yaitu suatu kualilifikasi kemandirian petani dalam pertanian yang berkelanjutan (Jarmie, 1994).

Sebagai landasan dalam melaksanakan tugas, penyuluh memiliki tugas pokok dan fungsi pokok (UU No.16 Tahun 2006).Tugas pokok adalah melakukan kegiatan persiapan penyuluhan pertanian, pelaksanaan penyuluhan pertanian, evaluasi dan pelaporan serta pengembangan penyuluhan pertanian.Fungsi penyuluh pertanian adalah:

1. Memfasilitasi proses pembelajaran petani

2. Mengupayakan kemudahan akses petani ke sumber informasi, teknologi dan sumberdaya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya.

3. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan petani.

4. Membantu petani dalam menumbuh kembangkan organisasinya menjadi organisasi yang maju.

Menurut Departemen Pertanian (2000), pendekatan utama dalam penyuluhan pertanian sampai saat ini masih menggunakan kelompok tani dalam kegiatan

(4)

penyuluhan. Penumbuhan dan pengembangan kelompok tani (poktan) dilakukan melalui pemberdayaan petani untuk merubah pola pikir petani agar mau meningkatkan usahataninya dan meningkatkan kemampuan poktan dalam melaksanakan fungsinya.Pemberdayaan petani dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan dengan pendekatan kelompok.Kegiatan penyuluhan melalui pendekatan kelompok dimaksudkan untuk mendorong terbentuknya kelembagaan petani yang mampu membangun sinergi antar petani dan antar poktan dalam rangka mencapai efisiensi usaha.Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan kemampuan poktan dilakukan pembinaan dan pendampingan oleh penyuluh pertanian, dengan melaksanakan penilaian klasifikasi kemampuan poktan secara berkelanjutan yang disesuaikan dengan kondisi perkembangannya.

Penyuluhan berperan dalam peningkatan pengetahuan petani akan teknologi maupun informasi-informasi pertanian yang baru gunna meningkatkan kesejahteraan petani beserta keluarganya. Peran penyuluhan dalam memberikan pengetahuan kepada petani dapat berfungsi sebagai proses penyebarluasan informasi kepada petani, sebagai proses penerangan atau memberikan penjelasan, sebagai proses perubahan perilaku petani (sikap, pengetahuan, dan keterampilan), dan sebagai proses pendidikan. Penyuluhan dilakukan dengan tujan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman yang dibudidayakan petani serta dapat mensejahterakan petani (Saadah dkk., 2011).

Peran penyuluh dalam pengembangan kapasitas managerial dan teknis kelompok tani menurut Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (2014), diarahkan pada :

(5)

1. Merencanakan kegiatan, diantaranya adalah : a) merencanakan kegiatan belajar poktan b) rencana pertemuan/ musyawarah poktan c) rencana pemanfaatan sumber daya d) rencana definitif kelompok ( RDK )

e) rencana definitif kebutuhan kelompok ( RDKK) 2. Mengorganisasikan kegiatan :

a) Menumbuhkembagkan kedisipilnan kelompok b) Mengembangkan aturan tertulis kelompok 3. Melaksanakan kegiatan :

a) Melaksanakan proses pembelajaran

b) Melaksanakan kerjasama penyediaan jasa pertanian c) Pelestarian lingkungan

d) Menerapkan kedisiplinan kelompok e) Melaksanakan pembagian tugas kelompok

f) Melaksanakan dan menaati kesepakatan kelompok g) Melaksanakan pencatatan kegiatan kelompok h) Realisasi RDK dan RDKK

i) Melaksanakan kegiatan usaha tani bersama

j) Melaksanakan dan mempertahankan kesinambungan produktivitas 4. Melakukan pengendalian dan pelaporan kegiatan :

a) Mengevaluasi kegiatan perencanaan b) Mengevaluasi kinerja organisasi

(6)

2.1.3 Kebijakan Pemerintah dalam Upaya Revitalisasi Penyuluhan

Permasalahan pokok yang dihadapi selama ini adalah rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga penyuluh. Untuk memperkuat tenaga penyuluhan, pemerintah merencanakan satu desa satu penyuluh untuk seluruh desa di Indonesia. Selain itu, Departemen Pertanian juga berupaya memperbaiki dan memfungsikan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), menyediakan kendaraan dinas untuk transportasi penyuluh, serta membenahi metode dan sistem penyuluhan yang selama ini lebih banyak berorientasi pada peningkatan produksi kepada penyuluhan yang berorientasi kepada agribisnis dan peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya.

Program pendidikan dan pelatihan penyuluhan yang dicanangkan oleh Departemen Pertanian (Renstra Kementan Tahun 2015- 2019) adalah pemantapan sistem penyuluhan pertanian, pemantapan pendidikan menengah pertanian, revitalisasi pendidikan pertanian serta pengembangan standardisasi dan sertifikasi profesi SDM pertanian, pemantapan sistem pelatihan pertanian, dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya badan penyuluhan dan pengembangan SDM pertanian.

Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis diantaranya adalah : 1. Pembinaan hukum dan pengelolaan informasi publik bidang pertanian 2. Pengembangan kerjasama luar negeri untuk bidang pangan dan pertanian

dalam kerangka bilateral, regional dan multilateral

3. Pengelolaan keuangan, perlengkapan, dan kearsipan kementerian pertanian 4. Peningkatan kualitas kelembagaan, ketatalaksanaan dan kepegawaian 5. Koordinasi dan pembinaan perencanaan kementerian pertanian

(7)

6. Pengembangan perstatistikan dan sistem informasi pertanian

7. Penyelenggaraan ketatausahaan kementerian pertanian, kerumahtanggaan dan pelaksanaan hubungan masyarakat di bidang pertanian

8. Perlindungan varietas tanaman dan perizinan pertanian

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri Sipil (PNS), Penyuluh Pertanian Swadaya dan/atau Penyuluh Pertanian Swasta. Hal ini juga sebagai indikasi bahwa keterbatasan pemerintah dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan pertanian memerlukan mitra kerja yang memadai sesuai azas-azas dalam pasal 2 Undang-Undang tersebut. Pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian khususnya bagi Penyuluh Pertanian Swadaya dan Penyuluh Pertanian Swasta selama ini dirasakan belum memiliki arah yang jelas, juga belum didayagunakan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha.

Salah satu kebijakan dalam upaya revitalisassi penyuluhan pertanian, tertuang dalam Peraturan Bupati Katingan Nomor 6l Tahun 2014, tentang Kebijakan dan Strategi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Katingan meliputi :

1. Memacu pengembangan kelembagaan penyuluhan pemerintah daerah, kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha yang saling bersinergi dan terpadu di Kabupaten, Kecamatan dan Desa/Kelurahan;

2. Pengutamaan prinsip kemitraan dalam pengembangal kelembagaan penyuluhan pemerintah daerah dan kelembagaan pelaku usaha, dan Pertanian, Perikanan Kehutanan;

(8)

3. Peningkatan fungsi dan peran kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan serta masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan penyuluhan secara partisipatif yang dapat menjamin terlaksananya pembangunan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang berkelanjutan;

4. Fasilitasi kemandirian dan profesionalitas penyuluh melalui pengembangan kompetensi profesi, lembaga sertifikasi profesi dan asosiasi profesi;

5. Fasilitasi peningkatan peran dan fungsi penyuluh swasta dan penyuluh swadaya untuk memenuhi kebutuhan penyuluh baik penytiluh pertanian, penyuluh perikanan dan penyuluh kehutanan melalui pemantapan pembinaan dan pengawasan;

6. Pengutamaan kegiatan beroirientasi peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian melalui keterpaduan sistem agribisnis hulu-hilir, teknologi tepat guna dan sistem informasi berbasis teknologi informasi;

Revitalisasi yang arti harfiahnya ‘menghidupkan kembali’ maknanya bukan hanya sekedar mengadakan/mengaktifkan kembali yang sebelumnya pernah ada.Tetapi menyempurnakan struktur, memperbaiki mekanisme kerja, adaptasi dengan perubahan yang baru, meningkatkan semangat dan komitmen yang tinggi.(Dandan, 2009).

Revitalisasi Penyuluhan Pertanian juga dikatakan sebagai upaya mendudukkan, memerankan,memfungsikan dan menata kembali penyuluhan pertanian agar terwujud satu kesatuan pengertian, satu kesatuan korps dan satu kesatuan arah serta kebijakan ( Badan Pengembangan SDM Pertanian Departemen Pertanian, 2009 ).

(9)

Sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K ( Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan), pemerintah berkewajiban menyelenggarakan penyuluhan di bidang pertanian, perikanan dan kehutanan secara sekaligus. Pemerintah Pusat melalui kegiatan PRP (Pencanangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan) mendukung penyelenggaraan penyuluhan di provinsi dan kabupaten/kota melalui dana dekonsentrasi sejak tahun 2005. Upaya tersebut perlu disinergikan dengan program-program pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di provinsi dan kabupaten/kota serta dukungan pembiayaan yang memadai dari APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota.

2.1.4. Pengembangan Kelompok Tani

Menurut Badan Informasi Penyuluhan Pertanian (2001) berdasarkan kemampuannya kelompok tani dibagi ke dalam empat kelas dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kelompok Tani Pemula, memiliki ciri- ciri antara lain: a) Kontak tani masih belum aktif

b) Taraf pembentukan kelompok tani masih awal c) Pimpinan formal aktif

d) Kegiatan kelompok bersifat informatif 2. Kelompok Tani Lanjutan

a) Kelompok tani menyelenggarakan demplot dan gerakan-gerakan terbatas

b) Kegiatan kelompok dalam perencanaan (meskipun terbatas) c) Pimpinan formal aktif

(10)

d) Kontak tani mampu memimpin gerakan kerjasama usahatani sehamparan

3. Kelompok Tani Madya

a) Kelompok tani melenggarakan kerjasama usahatani sehamparan b) Pimpinan formal kurang menonjol

c) Kontak tani dan kelompok tani bertindak sebagai pimpinan kerjasama d) Usahatani sehamparan

e) Berlatih mengembangkan program sendiri 4. Kelompok Tani Utama

a) Meningkatkan hubungan dengan KUD

b) Perencanaan program tahunan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan

c) Program usahatani terpadu

d) Program disesuaikan dengan KUD

e) Pemupukan modal dan kepemilikan atau penggunaan benda modal (Badan Informasi Penyuluhan Pertanian, 2001)

Penilaian kemampuan kelompoktani dirumuskan dan disusun dengan pendekatan aspek manajemen dan aspek kepemimpinan yang meliputi: (a) perencanaan, (b) pengorganisasian, (c) pelaksanaan, (d) pengendalian dan pelaporan, (e) penguasaan teknik kelompoktani dari fungsi-fungsi kelompoktani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka indikator penilaian kinerja kelompok tani dapat dilihat dalam Tabel 2.

(11)

Indikator Kemampuan Kelompok Tani Nilai Maksimal Indikator 1. Kemampuan merencanakan kegiatan 200

2. Kemampuan mengorganisasikan 100

3. Kemampuan melaksanakan kegiatan 400

4. Kemampuan mengendalikan dan melaporkan 150 5. Kemampuan mengembankan kepemimpinan

kelompok tani

150

Jumlah 1.000

Sumber: Badan Penyuluhan dan Pengembagan SDM Pertanian 2011

Merujuk atas indikator penilaian kinerja kelompok berdasarkan tingkat kemampuan kelompok tani pada Tabel 2, maka klasifikasi kelompok tani berdasarkan kemampuannya dapat ditentukan pada Tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi Kelompok Tani Berdasarkan Kemampuan

Klasifikasi Jumlah Nilai

Pemula 250

Lanjut 251 – 500

Madya 501 – 750

Utama 751 – 1.000

Sumber: Badan Penyuluhan dan Pengembagan SDM Pertanian 2011

Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat diukur tingkat kelas setiap kelompok tani, yang mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kemampuan suatu kelompok tani disuatu daerah, sehingga dapat menetapkan kelas kelompok tersebut 2. Bagi pembina/penyuluh berguna untuk mengambil langkah-langkah dan

tindakan yang tepat dalam pembinaan dan pengembangan kelompok tani. 3. Pengukuran tingkat kemampuan kelompok tani bermanfaat bagi proses

(12)

2.2 Landasan Teori

2.2.1. Peran Penyuluh Pertanian

Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2002), yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran. Peran juga didefinisikan sebagai suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan.Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan. Dalam kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang dinamakan peran.

(Miftah Thoha, 1997).

Menurut Suhardiyono (1992), seorang penyuluh membantu para petani didalam usaha mereka meningkatkan produksi dan mutu produksinya guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu para penyuluh memiliki peran antara lain sebagai pembimbing, organisator dan dinamisator, pelatih teknisi, dan jembatan petani dengan lembaga penelitian dibidang pertanian sebagai berikut:

1. Penyuluh Sebagai Pembimbing Petani

Seorang penyuluh adalah pembimbing dan guru bagi petani dalam pendidikan non formal, penyuluh memiliki gagasan yang tinggi untuk mengatasi hambatan dalam pembangunan pertanian yang berasal dari petani maupun keluarganya.Seorangpenyuluh harus mengenal baik sistem usahatani, bersimpati terhadap kehidupan petani serta pengambilan keputusan yang dilakukan petani baik secara teori maupun praktek.

(13)

Penyuluh harus mampu memberikan praktek demontrasi tentang suatu cara atau metode budidaya suatu tanaman, membantupetani menempatkan atau menggunakan sarana produksi pertanian dan peralatan yang sesuai. Penyuluh harus mampu memberikan bimbingan kepada petani tentang sumber dana kredit yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha tani mereka dan mengikuti perkembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan petani yang berasal dari instansi-instansi terkait.

2. Penyuluh Sebagai Organisator dan Dinamisator

Dalam penyelenggaraan kegiatan penyuluhan para penyuluh lapangan tidak mungkin mampu untuk melakukan kunjungan ke masing-masing petani sehingga petani harus diajak untuk membentuk suatu kelompok-kelompok tani dan mengembangkan menjadi suatu lembaga ekonomi dan sosial yang memiliki peran dalam mengembangkan masyarakat sekitarnya. Dalam pembentukan dan pengembangan kelompok tani, penyuluh sebagai dinamisator dan organisator petani.

3. Penyuluh Sebagai Teknisi

Seorang penyuluh harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan teknis yang baik karena pada suatu saat akan diminta petani memberikan saran maupun demonstrasi kegiatan usahatani yang bersifat teknis. Tanpa adanya pengetahuan dan ketrampilan teknis yang baik maka akan sulit untuk memberikan pelayanan jasa konsultan yang diminta petani.

4. Penyuluh Sebagai Media Penghubung Antara Lembaga Penelitian dengan Petani

(14)

Penyuluh bertugas menyampaikan hasil temuan lembaga penelitian kepada petani.Sebaliknya, petani berkewajiban melaporkan pelaksanaan penerapan hasil temuan lembaga penelitian yang dianjurkan tersebut sebagai penghubung, selanjutnya penyuluh menyampaikan hasil penerapan teknologi yang dilakukan oleh petani kepada lembaga penelitian yang terkait sebagai bahan referensi lebih lanjut.

Menurut Suhardiyono (1992), para penyuluh memiliki peran antara lain sebagai organisator dan dinamisator serta pelatih teknisi. Sebagai organisator dan dinamisator, para penyuluh lapangan harus mengajak petani untuk membentuk suatu kelompok-kelompok tani dan mengembangkan menjadi suatu lembaga ekonomi dan sosial yang memiliki peran dalam mengembangkan masyarakat sekitarnya. Sebagai teknisi, seorang penyuluh harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan teknis yang baik karena pada suatu saat akan diminta petani memberikan saran maupun demonstrasi kegiatan usahatani yang bersifat teknis. Tanpa adanya pengetahuan dan keterampilan teknis yang baik maka akan sulit untuk memberikan pelayanan jasa konsultan yang diminta petani.

2.2.2. Teori Sikap

Perkembangan kelompok tani dipengraruhi oleh sikap anggota kelompok tani terhadap peran penyuluh pertanian.Sikap yang dimiliki seseorang memberikan corak pada perilaku atau tindakan orang yang bersangkutan (Walgito, 2006). Krech dan Crutchfield dalam Walgito (2006), mengatakan bahwa perilaku seseorang akan diwarnai atau dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan. Para ahli psikologi sosial memberikan pengertian tentang sikap yang sedikit berbeda-beda namun pada dasarnya semuanya bertujuan untuk

(15)

mengetahui prilaku seseorang.Walgito (2006) mendefinisikan sikap adalah suatu organisasi yang mengandung pendapat, pengetahuan, perasaan, keyakinan tentang sesuatu yang sifatnya relatif konstan pada perasaan tertentu dan memberikan dasar untuk berperilaku.

Menurut E. B. Harlock (Istiwidayanti dan Soejarwo, 1991) , perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Pada hakikatnya pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras, pengetahuan, keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan-kemampuan, sebagai bekal atas prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan, mengembangkan diri ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal serta pribadi mandiri

(Iskandar Wiryokusumo, 2011).

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu.Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa objek. Sikap diarahkan kepada benda- benda, orang, peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain- lain (Soetarno 1994).Morgan (dalam Dhambea, 2010) merumuskan bahwa sikap sebagai tendensi untuk memberikan reaksi yang positif (menguntungkan) atau reaksi yang negatif (tidak menguntungkan) terhadap orang-orang, obyek atau situasi tertentu.Dalam hal ini, Sarlito (2009) menjelaskan bahwa dalam sikap positif, kecenderungan tindakan

(16)

adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.Sedangkan dalam sikap negatif, kecenderungan tindakan adalah untuk menjauhi, menghindari, membenci, atau tidak menyukai obyek tertentu.Sikap juga didefinisikan sebagai reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Soekidjo Notoatmojo, 1997).

Pendapat di atas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Marvin dan Jack (dalam Uno, 2012) bahwa sikap seperti halnya motivasi, bukanlah tingkah laku tetapi mendorong timbulnya tingkah laku.Lebih lanjut Marvin dan Jack menjelaskan ada 4 kategori umum tingkah laku yang mungkin disebabkan oleh sikap, yaitu pendekatan positif (positive approach), pendekatan negatif (negative approach), penghindaran positif (positive avoidance), dan penghindaran negative (negative avoidance).Pendekatan positif terjadi bila seseorang menyenangi obyek sikap yang bersangkutan, sedangkan pendekatan negatif terjadi bila seseorang tidak menyenangi obyek tersebut dan bertindak negatif terhadapnya.Misalnya, masa bodoh, merusak, mengabaikan, menyerang, dan sebagainya.Sedangkan penghindaran negatif terjadi bila seseorang menjauhi obyek dengan rasa benci, takut, atau menolaknya mentah-mentah. Penghindaran positif bila seseorang menjauhi suatu obyek atau situasi tertentu dengan cara yang baik-baik

2.3 Kerangka Pemikiran

Penyuluh pertanian adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan pertanian. Dimana penyuluhan pertanian diartikan sebagai proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk

(17)

meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Salah satu tugas penyuluh pertanian adalah menumbuhkan kelompok tani/gapoktan dari aspek kualitas dan kuantitas serta meningkatkan kelas kelompok tani. Dalam mengembangkan kelompok tani berdasarkan kelasnya tersebut, penyuluh pertanian memiliki peran sebagai pembimbing petani, organisator dan dinamisator, teknisi, dan sebagai media penghubung antara lembaga penelitian dengan petani.Peran- peran penyuluh tersebut mempengaruhi aspek- aspek managerial dan teknis yang harus dipenuhi oleh kelompok tani itu sendiri. Aspek- aspek sepertiperencanaan kegiatan, pengorganisasian kegiatan, pelaksanakan kegiatan dan pengembangan kapasitas teknis usaha tani, serta pengendalian dan pelaporan kegiatan. Sikap anggota kelompok tani terhadap peran PPL merupakan salah satu faktor pengembangan kelompok tani.Sikap anggota kelompok tani menjadi landasan tingkat adospsi anggota kelompok tani terhadap inovasi yang disuluhkan peyuluh.Dalam pelaksanaan peran- peran penyuluhan tersebut, dapat ditemui hambatan- hambatan baik di dalam kelompok tani itu sendiri maupun hambatan yang dihadapi penyuluh dalam melaksanakan perannya untuk mengembagkan kelompok tani. Dengan mengetahui hambatan yang dihadapi penyuluh, diharapakan adanya langkah antisipasi di masa depan sebagai upaya peningkatan kelas kelompok tani di daerah penelitian.

(18)

Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

: Menyatakan Pengaruh

Gambar 1 : Kerangka Penelitian

Sikap Petani Peran Penyuluh Hambatan Penyuluh

PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI 1. Perencanaan Kegiatan

2. Pengorganisasian Kegiatan 3. Pelaksanaan Kegiatan

(19)

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Peran penyuluh pertanian “tinggi” dalam pengembangan kapasitas managerial dan teknis kelompok tani.

2. Sikap anggota kelompok tani “negatif” terhadap peran penyuluh pertanian dalam pengembangan kelompok tani di daerah penelitian

Gambar

Tabel 3. Klasifikasi Kelompok Tani Berdasarkan Kemampuan
Gambar 1 : Kerangka Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

plasmid dari bakteri yang resisten dapat ditransfer ke bakteri lain yang masih. sensitif sehingga bakteri itu akan menujukan resistensi terhadap obat

Hubungan seksual antara seorang pria dan seorang wanita yang tidak menikah, atau antara orang- orang dengan sesama jenis, melanggar salah satu hukum terpenting dari Bapa kita di

(10) Fasal 8 (1) dan (8) di dalam undang-undang ini berkenaan korum dan penangguhan Mesyuarat Agung Tahunan Persatuan boleh digunakan untuk Mesyuarat Agung Khas tetapi dengan

j. Menugaskan kepada setiap Anggota Majelis Syura untuk mengadakan kunjungan kerja perseorangan ataupun bersama-sama di daerah pemilihannya atau daerah yang ditentukan. Dalam

Desain file merupakan perancangan basis data yang akan menampung data entri sehingga dapat dibaca dari program yang telah dirancang, adapun desain file kamus Bahasa Jepang

Keselamatan nyawa ibu hamil, bersalin dan nifas sangat dipengaruhi oleh Keselamatan nyawa ibu hamil, bersalin dan nifas sangat dipengaruhi oleh aksesnya setiap saat

Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data langsung dari sumbernya baik mengenai pandangan atau pendapat maupun fenomena yang dilihat dirasakan dan dialami

Hasil analisis kesesuaian wisata pantai untuk kategori rekreasi di wilayah pesisir Pantai Panjang Kota Bengkulu dengan mempertimbangkan semua parameter yang