• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II IMPLIKASI PERUBAHAN STATUS BULOG DARI LPND MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II IMPLIKASI PERUBAHAN STATUS BULOG DARI LPND MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

IMPLIKASI PERUBAHAN STATUS BULOG

DARI LPND MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM)

A. Lembaga BULOG sebelum Perum

Campur tangan pemerintah dalam komoditas beras diawali sejak Maret 1933 yaitu di zaman pemerintahan Belanda. Saat itu, untuk pertama kalinya pemerintah Belanda mengatur kebijakan perberasan, yaitu dengan menghapus impor beras secara bebas dan membatasi impor melalui sistem lisensi. Latar belakang ikut campurnya pemerintah Belanda dalam perberasan waktu itu adalah karena terjadinya fluktuasi harga beras yang cukup tajam (tahun 1919/1920) dan sempat merosot tajam pada tahun 1930, sehingga petani mengalami kesulitan untuk membayar pajak. Menjelang pecahnya Perang Dunia II, pemerintah Belanda memandang perlu untuk secara resmi dan permanen mendirikan suatu lembaga pangan.66

Pembentukan suatu Badan yang menangani bahan pangan pokok pada zaman pemerintahan kolonial Belanda dengan dibentuknya Yayasan Bahan Pangan atau Voeding Middelen Fonds (VMF) pada tanggal 25 April 1939, di bawah pembinaan Departemen Ekonomi. Yayasan ini diberi tugas mengadakan pengadaan, penjualan dan penyediaan bahan pangan. Selama masa pendudukan Jepang VMF dibubarkan dan diganti Badan baru bernama Sangyobu-Nanyo Kohatsu Kaisa yang bertugas melakukan pembelian padi dari petani dengan harga yang sangat rendah. Pada awal kemerdekaan (1945 s/d 1950) didirikanlah dua organisasi untuk menangani penyediaan dan distribusi pangan yaitu dalam wilayah Republik Indonesia terdapat

66

(2)

Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR) yang kemudian menjadi Kementerian Penyediaan Makanan Rakyat. Sedang dalam wilayah pendudukan Belanda dihidupkan kembali Voeding Middelen Fonds (VMF).

Lembaga pangan ini banyak mengalami perubahan nama maupun fungsi. Secara ringkas, perkembangannya sebagai berikut:

a. Tahun 1939 didirikan VMF yang tugasnya membeli, menjual dan mengadakan persediaan bahan makanan.

b. Tahun 1942-1945 (zaman pendudukan Jepang) VMF dibekukan dan diganti dengan "Sangyobu Nanyo Kohatsu Kaisha".

c. Tahun 1945-1950, terdapat 2 organisasi, yaitu: Di Daerah RI: Didirikan Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR) dan pada Tahun 1947/48 dibentuk Kementrian Persediaan Makanan Rakyat sedang di daerah yang diduduki Belanda: VMF dihidupkan kembali dengan tugas seperti yang telah dijalankan di tahun 1939. sedang

d. Tahun 1950 dibentuk Yayasan Bahan Makanan (BAMA) (1950-1952) yang tugasnya yaitu membeli, menjual dan mengadakan persediaan pangan.

e. Tahun 1952 fungsi dari Yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM) (1952-1958) ini lebih banyak berhubungan dengan masalah distribusi/pemerataan pangan. Dalam periode ini mulailah dilaksanakan kebijaksanaan dan usaha stabilisasi harga beras melalui injeksi di pasaran.

f. Tahun 1958 selain YUBM yang ditugaskan untuk impor didirikan pula YBPP (Yayasan Badan Pembelian Padi) (1958-1964) yang dibentuk di daerah-daerah

(3)

dan bertugas untuk membeli padi. Dengan meningkatnya harga beras dan terjadinya tekanan-tekanan dari golongan penerima pendapatan tetap, maka pemerintah pada periode ini meninggalkan prinsip stabilisasi melalui mekanisme pasar dan beroientasi pada distribusi fisik.

g. Tahun 1964 YUBM dan YBPP dilebur menjadi BPUP (Badan Pelaksana Urusan Pangan) (1964-1966). Tugas badan ini mengurus persediaan bahan pangan di seluruh Indonesia.

h. Tahun 1966 BPUP dilebur menjadi Kolognas (Komando Logistik Nasional) (1966-1967). Tugas Kolognas adalah mengendalikan operasional bahan-bahan pokok kebutuhan hidup. Kebijaksanaan dan tindakan yang diambil untuk menanggulangi kekurangan stok waktu itu adalah mencari beras luar negeri. i. Tahun 1967 KOLOGNAS dibubarkan, diganti dengan BULOG (Badan Urusan

Logistik) (1967-1969) yang dibentuk dengan KEPPRES No. 114/KEP, 1967. Berdasarkan KEPPRES RI No. 272/1967, BULOG dinyatakan sebagai "Single Purchasing Agency" dan Bank Indonesia ditunjuk sebagai Single Financing Agency (Inpres No. 1/1968).

j. Pada tanggal 22 Januari 1969 (Reorganisasi BULOG) berdasarkan KEPPRES 11/1969, struktur organisasi BULOG diubah. Tugas BULOG yaitu membantu Pemerintah untuk menstabilkan harga pangan khususnya 9 bahan pokok. Tahun 1969 mulailah dibangun beberapa konsep dasar kebijaksanaan pangan yang erat kaitannya dengan pola pembangunan ekonomi nasional antara lain : konsep floor

(4)

dan ceiling price; konsep bufferstock; dan sistem serta tatacara pengadaan, pengangkutan, penyimpanan dan penyaluran.67

Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, status hukum BULOG adalah sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) berdasarkan Keppres RI No. 39 tahun 1978, dengan tugas membantu persediaan dalam rangka menjaga kestabilan harga bagi kepentingan petani maupun konsumen sesuai kebijaksanaan umum Pemerintah.

Penyempurnaan organisasi terus dilakukan. Melalui Keppres RI No. 50/1995 BULOG ditugaskan mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras, gula, tepung terigu, kedelai, pakan, dan bahan pangan lainnya. Namun, seiring dengan perkembangan ekonomi global, tugas pokok BULOG dipersempit melalui Keppres No. 45 / 1997 tanggal 1 Nopember 1997 yaitu hanya mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras dan gula. Selang beberapa bulan, sesuai LOI tanggal 15 Januari 1998, BULOG hanya memonopoli beras saja. Liberalisasi beras mulai dilaksanakan sesuai Keppres RI no. 19/1998 tanggal 21 Januari 1998 dan tugas pokok BULOG hanya mengelola beras saja. Tugas pokok BULOG diperbaharui kembali melalui Keppres no. 29/2000 tanggal 26 Pebruari 2000 yaitu melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi, pengendalian harga beras dan usaha jasa logistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas tersebut tidak berjalan lama karena mulai 23 Nopember 2000 keluar Keppres No. 166/2000 dimana tugas pokoknya

67

(5)

melaksanakan tugas pemerintah bidang manajemen logistik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.68

Keppres No. 103/2001 tanggal 13 September 2001 mengatur kembali tugas dan fungsi BULOG. Tugasnya melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan kedudukan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Sejak pendiriannya sampai terjadi perubahan kelembagaan menjadi Perum pada tahun 2003, BULOG dapat diingat sebagai institusi atau lembaga dengan ciri atau image sebagai berikut :

1) Kuatnya Intervensi Kekuasaan dan Politik

Kehadiran BULOG sebagai sebuah lembaga stabilisasi harga pangan memiliki arti khusus dan strategis dalam menunjang keberhasilan Pemerintah pada masa orde baru. Kehadirannya adalah bagian dari komitmen politik Orba terhadap terciptanya stabilitas ekonomi. Keluarnya Keppres RI No.11/1969 membuat struktur BULOG harus menyesuaikan diri terhadap misi barunya, yakni dari penunjang peningkatan produksi pangan menjadi buffer stock dan distribusi untuk golongan anggaran. Perubahan struktur BULOG dengan berbagai tugas dan fungsi inilah yang secara perlahan mendekatkannya dengan lingkar kekuasaan, dimana salah satu prioritas tugasnya adalah menjadi lembaga fund rising bagi

68

(6)

pemegang kekuasaan.69 Dalam konteks pemegang kekuasaan, bukan hanya merujuk kepada Pemerintah berkuasa tetapi juga kepada partai politik yang dominan pada rezim Orde Baru.

Keterkaitan langsung dengan Presiden, membuat lembaga dan seluruh aktivitasnya sangat bergantung kepada kebijakan dari Presiden atau Pemerintah Orde Baru. Ini akhirnya memunculkan dependensi lembaga dan mudah dimanipulasi menjadi sebuah lembaga bagi pemegang kekuasaan. Mencermati keistimewaan BULOG ini, terlihat bahwa keberadaannya memang secara sengaja dan sistematis dirancang dengan sifat dan tujuan ganda, yakni sebagai instrumen kebijakan pangan, sekaligus menjadi instrument kekuasaan sebagai aspek pendukung financial.70 Contohnya adalah penggunaan dana non-budjeter dalam jumlah besar oleh rezim Orba yang diperuntukkan bagi aktivitas yang tak ada hubungannya dengan kegiatan BULOG, seperti mendirikan Pusat Kanker Rumah Sakit Harapan Kita, Museum Purnabhakti Pertiwi dan lain sebagainya.71

2) BULOG sebagai STE (State Trading Enterprises)

Pembentukan suatu STE oleh suatu negara, baik dalam bentuk State-owned Enterprise (BUMN), perusahaan swasta atau dalam bentuk lainnya dilakukan melalui pemberian hak istimewa oleh Pemerintah untuk orang atau

69

Fachry Ali, dkk. “Beras, Koperasi dan Politik Orde Baru” ; dalam Kumpulan Makalah “Bustanil Arifin 70 Tahun”, (Jakarta : Penerbit Pustaka Sinar Harapan 1996), hal 134

70

Didik J. Rahbini. “BULOG: Catatan Ekonomi Politik”. Dalam Didik J. Rahbini. “BULOG: Catatan Ekonomi Politik”. Dalam Kompas. 04/11/2001.

71

Penyataan Mantan Kepala BULOG Widjarnarko Puspoyo. Dalam Majalah Tempo, 22/09/2002. hal 102

(7)

badan hukum tertentu menurut GATT Pasal XVII. Sejak tanggal 6 Desember 1993 Pemerintah melalui Perwakilan Tetap RI di Jenewa telah melakukan notifikasi BULOG pada Sekretariat GATT sehingga BULOG memperoleh status sebagai sole importer atau sole exporter yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk melaksanakan monopoli impor/ekspor terhadap komoditas-komoditas pertanian tertentusesuai dengan penggarisan kebijakan pangan oleh Pemerintah.

Segala persyaratan Pasal II ayat (4) jo. Pasal XVII GATT mengenai STE telah dipenuhi oleh BULOG. Dengan demikian, BULOG memperoleh pengakuan dunia internasional untuk dapat tetap melaksanakan kegiatannya dalam rangka melaksanakan kegiatannya dalam rangka melaksanakan tugas pokok Pemerintah dalam bidang pangan. Dengan notifikasi status BULOG sebagai suatu STE, maka hanya BULOG lah yang boleh melaksanakan impor atau ekspor yang menyangkut komoditas beras, tepung terigu, gandum, kedele, gula pasir dan karung goni tanpa harus terikat secara mutlak engan ketentuan tarifikasi.

Meskipun memegang monopoli impor/ekspor untuk komoditas tertentu, kegiatan operasional BULOG harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh GATT terhadap STE yaitu: (i) harus memberi perlakuan yang sama terhadap seluruh mitra dagang (non diskriminasi); (ii) kegiatan impor/ekspor harus dilaksanakan sesuai dengan pertimbangan komersial yang meliputi harga, kualitas, ketersediaan, biaya transpor, dan lain-lain (commercial considerations); (iii) efek monopoli terhadap harga domestik tidak boleh melebihi schedules of commitmens; dan (iv) kegiatannya harus transparan sehingga senantiasa dapat

(8)

diikuti dan dievaluasi oleh Komite Kerja WTO dan mitra dagang lainnya. Kegiatan BULOG harus memenuhi keempat syarat tarsebut diatas.

Dalam kaitan tersebut, BULOG harus tetap menjaga agar perbedaan harga dalam negeri dan luar negeri tidak lebih dari tingkat tarif telah diikat (bound) di GATT. Dengan kata lain untuk komoditas beras, harga beras di dalam negeri tidak boleh melebihi 160% harga beras di luar negeri.

3) Kurangnya Akuntabilitas saat LPND

Di awal berdirinya pada 10 Mei 1967, lembaga tersebut sebagai penyedia dan pendistribusi pangan bagi rakyat. Dengan kewenangan lebih luas plus stabilisasi harga, menetapkan pemasok, dan menjaga ketahanan pangan, BULOG akhirnya menjadi mesin uang. Posisinya sebagai lembaga yang langsung di bawah presiden menjadikan BULOG bisa menikmati dana nonbujeter di luar anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Itu yang menyebabkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sulit menjamah BULOG. Wakil Presiden (Wapres) M. Jusuf Kalla yang pernah menjabat kepala BULOG selama enam bulan sebelum dipecat Presiden Abdurrahman Wahid menyebut jabatan kepala (direktur utama) BULOG sebagai hot seat alias kursi panas.72

Adanya keinginan luas yang menghendaki agar BULOG terbebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan pengaruh dari partai politik tertentu,

72

(9)

sehingga BULOG mampu menjadi lembaga yang efisien, efektif, transparan dan mampu melayani kepentingan publik secara memuaskan.

Lembaga Pemerintah Non Departemen dalam Pemerintahan Negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut LPND adalah lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden. LPND berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. LPND mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.73

BULOG saat LPND merupakan sebuah lembaga yang diciptakan khusus, baik dari bentuk usaha, jenis usaha dan pelaporan keuangannya. Kedudukannya adalah sebagai sebuah lembaga pemerintah strategis yang sifatnya “otonom” dan berada di luar pengawasan departemen. Secara administratif BULOG berada di bawah koordinasi Sekretariat Negara sejak tahun 1973, tetapi dalam prakteknya, KaBULOG bertanggung jawab langsung kepada Presiden.74 Hak istimewa BULOG ini mengakibatkannya mempunyai suatu kewenangan khusus sehingga tidak tersentuh oleh peraturan pemerintah, dan terus terjadi hingga keluarnya Keppres No.103/2001. Jadi, BULOG menikmati masa istimewanya selama 28 tahun. Pada dasarnya, posisi istimewa BULOG disebabkan oleh tugas dan fungsinya yang penting, yakni menguasai hajat hidup rakyat banyak.

B. Perubahan Kelembagaan BULOG Menjadi Perum

73

Pasal 1 ayat (1) dan (2), Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2005

74

(10)

Penataan kelembagaan merupakan kebutuhan dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Penataan kelembagaan harus dipahami sebagai salah satu upaya kebijakan untuk membentuk sebuah sistem yang efektif dan efisien (effective and efficient); rasional sesuai kebutuhan dan kemampuan (rational to needs of and local capacity); adanya koordinasi (coordination), integrasi (integration), sinkronisasi (synchronization) dan Simplifikasi (simplification); serta adanya komunikasi kelembagaan.75

Sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 timbul tekanan yang sangat kuat agar peran pemerintah dipangkas secara drastis sehingga semua kepentingan nasional termasuk pangan harus diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Konsekuensi logis yang harus diterima dari tekanan tersebut adalah BULOG harus berubah secara total. Dorongan untuk melakukan perubahan datangnya tidak hanya dari luar negeri, namun juga dari dalam negeri.76

1) Alasan Perubahan :

Isyarat tentang perlunya perubahan bermula dari kesepakatan dengan IMF, saran dari hasil audit konsultan BULOG, pembebasan perdagangan beras internasional serta penghapusan kredit KLBI untuk BULOG. Area perubahan

75

http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNADQ535.pdf , “Kajian Akademis Organisasi Pengelolaan Keuangan Daerah” Diakses Tanggal 15 Juni 2010.

76

DoriskaAgustomi, “Kedaulatan Pangan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian”

(11)

tersebut mencakup bidang operasional, pembiayaan, administrasi dan manajemen.77

a. Eksternal

Dalam perjalanannya, BULOG mengalami berbagai proses transformasi, semisal kelembagaan, dengan pembatasan kewenangan berkaitan dengan kegiatan operasional dan pengelolaan komoditi (hanya beras). Transformasi BULOG paling signifikan adalah akibat dari tekanan IMF dan World Bank pada era liberalisasi, yang berakibat tereduksinya peran BULOG secara signifikan dalam menunjang keberhasilan subsistem distribusi pangan. BULOG mempunyai beban untuk menjalankan fungsi komersial, ditengah fungsi sosial menjaga stabilisasi harga pangan.78

Perubahan ekonomi global yang mengarah pada liberalisasi pasar, khususnya dengan adanya WTO yang mengharuskan penghapusan non-tariff barrier seperti monopoli menjadi tariff barrier serta pembukaan pasar dalam negeri. Dalam LoI yang ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan IMF pada tahun 1998, secara khusus ditekankan perlunya perubahan status hukum BULOG agar menjadi lembaga akuntabel. Perubahan ekonomi global yang mengarah pada liberalisasi pasar mengakibatkan perlunya perubahan status hukum BULOG agar menjadi lembaga yang lebih efisien, transparan dan akuntabel.

b. Internal

77

http://www.BULOG.go.id/profil/sejarah.html. Diakses pada tanggal 20 Mei 2010

78

DoriskaAgustomi, “Kedaulatan Pangan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian”

(12)

Perubahan Pemerintah Indonesia melalui Pemilu 1999 dan tuntutan masyarakat akan reformasi, mengharuskan BULOG sebagai salah satu lembaga yang bertanggung jawab di bidang ketahanan pangan nasional melakukan perubahan paradigma dan menempatkan diri pada suatu tatanan yang tepat. Terwujudnya alam demokrasi yang egaliter, penegakan supremasi hukum, transparansi, bebas KKN dan pemerintahan yang profesional dan bersih (professional and clean government), merupakan perubahan yang diharapkan dapat membawa kepada kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.79

Manajemen logistik Pangan yang awalnya merupakan pendekatan militer, berangsur-angsur berubah menjadi logistik pangan yang mempertimbangkan efisiensi dan biaya. Mula-mula sebagai lembaga logistik LPND yang rancu sehingga bentuk lembaga perlu dikoreksi. Kerancuan itu meliputi BULOG sebagai LPND tidak seharusnya mendapat fasilitas kredit bank (KLBI), dan berbeda dalam pertanggungjawaban keuangan, serta struktur organisasi. Sampai 1995, pegawai BULOG diperlakukan sebagai pegawai swasta, karena tidak dibiayai oleh APBN. Pada 1993, waktu Kepala BULOG dirangkap oleh Menteri Negara Urusan Pangan, tanggung jawab BULOG diperluas yaitu sebagai koordinator pembangunan pangan dan peningkatan mutu gizi. Sejak krisis moneter 1997, peran dan tugas BULOG berubah secara drastis, seiring dengan komitmen Pemerintah dengan IMF yang tertuang dalam berbagai LOI. Di era reformasi yang dimulai sejak 1998, terjadi begitu banyak perubahan lingkungan strategis baik yang datangnya dari dalam negeri, maupun dari luar negeri serta

79

(13)

tuntutan publik sehingga mendorong BULOG harus berubah secara menyeluruh.80

Secara umum alasan perubahan dari sisi internal adalah :

a. Perubahan kebijakan pangan pemerintah dan pemangkasan tugas dan fungsi BULOG sehingga hanya diperbolehkan menangani komoditas beras, penghapusan monopoli impor seperti yang tertuang dalam beberapa Keppres dan SK Menperindag sejak tahun 1998. Keppres RI terakhir tentang BULOG, yakni Keppres RI No. 103 tahun 2001 menegaskan bahwa BULOG harus beralih status menjadi BUMN selambat-lambatnya Mei 2003.

b. Berlakunya beberapa UU baru, khususnya UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli, dan UU No. 22 Tahun 2000 tentang Otonomi Daerah yang membatasi kewenangan Pemerintah Pusat dan dihapusnya instansi vertikal.

c. Masyarakat luas menghendaki agar BULOG terbebas dari unsur-unsur yang bertentangan dengan tuntutan reformasi, bebas dari KKN dan bebas dari pengaruh partai politik tertentu, sehingga BULOG mampu menjadi lembaga yang efisien, efektif, transparan dan mampu melayani kepentingan publik secara memuaskan.81

80

Ibid

81

Irfa Nurina Jati, “Strategi Peningkatan Kinerja Karyawan Melalui Pelatihan dan Pengembangan di Perum BULOG Divre Jateng” Http://digilib.unnes.ac.id/ Skripsi, diakses pada tanggal 02 Agustus 2010

(14)

Sehubungan dengan adanya tuntutan untuk melakukan perubahan, BULOG telah melakukan berbagai kajian-kajian baik oleh intern BULOG maupun pihak ekstern seperti :

a. Tim intern BULOG pada tahun 1998 telah mengkaji ulang peran BULOG sekarang dan perubahan lembaganya di masa mendatang. Hal ini dilanjutkan dengan kegiatan sarasehan pada bulan Januari 2000 yang melibatkan BULOG dan Dolog selindo dalam rangka menetapkan arahan untuk penyesuaian tugas dan fungsi yang kemudian disebut sebagai "Paradigma Baru BULOG".

b. Kajian ahli dari Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1999 yang menganalisa berbagai bentuk badan hukum yang dapat dipilih oleh BULOG, yakni LPND seperti sekarang, atau berubah menjadi Persero, Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Perjan atau Perum. Hasil kajian tersebut menyarankan agar BULOG memilih Perum sebagai bentuk badan hukum untuk menjalankan dua fungsi bersamaan, yaitu fungsi publik dan komersial.

c. Kajian auditor internasional Arthur Andersen pada tahun 1999 yang telah mengaudit tingkat efisiensi operasional BULOG. Secara khusus, BULOG disarankan agar menyempurnakan struktur organisasi, dan memperbaiki kebijakan internal, sistim, proses dan pengawasan sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan memperkecil terjadinya KKN di masa mendatang. d. Kajian bersama dengan Bernas Malaysia pada tahun 2000 untuk melihat

berbagai perubahan yang dilakukan oleh Malaysia dan merancang kemungkinan penerapannya di Indonesia.

(15)

e. Kajian konsultan internasional Price Waterhouse Coopers (PWC) pada tahun 2001 yang telah menyusun perencanaan korporasi termasuk perumusan visi dan misi serta strategi BULOG, menganalisa core business dan tahapan transformasi lembaga BULOG untuk berubah menjadi lembaga Perum.

f. Dukungan politik yang cukup kuat dari anggota DPR RI, khususnya Komisi III dalam berbagai hearing antara BULOG dengan Komisi III DPR RI selama periode 2000-2002. 82

Berdasarkan hasil kajian, ketentuan dan dukungan politik DPR RI, disimpulkan bahwa status hukum yang paling sesuai bagi BULOG adalah PERUM (Perusahaan Umum).

2) Sasaran Perubahan yang Hendak Dicapai

Perubahan organisasi adalah suatu tindakan menyusun kembali komponen-komponen organisasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi. Mengingat begitu pentingnya perubahan dalam lingkungan yang bergerak cepat sudah saatnya organisasi tidak menunda perubahan, penundaan berarti akan menghadapkan organisasi pada proses kemunduran. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua perubahan yang terjadi akan menimbulkan kondisi

82

(16)

yang lebih baik, sehingga perlu diupayakan agar perubahan tersebut diarahkan kearah yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi yang sebelumnya.83

Berubahnya menjadi Perum, BULOG tetap dapat melaksanakan tugas publik yang dibebankan oleh pemerintah terutama dalam pengamanan harga dasar pembelian gabah, pendistribusian beras untuk masyarakat miskin yang rawan pangan, pemupukan stok nasional untuk berbagai keperluan publik menghadapi keadaan darurat dan kepentingan publik lainnya dalam upaya mengendalikan gejolak harga. Di samping itu, BULOG dapat memberikan kontribusi operasionalnya kepada masyarakat sebagai salah satu pelaku ekonomi dengan melaksanakan fungsi usaha yang tidak bertentangan dengan hukum dan kaidah transparansi. Dengan kondisi ini gerak lembaga BULOG akan lebih fleksibel dan hasil dari aktivitas usahanya sebagian dapat digunakan untuk mendukung tugas publik, mengingat semakin terbatasnya dana pemerintah di masa mendatang. Dengan kondisi tersebut diharapkan perubahan status BULOG menjadi Perum dapat lebih menambah manfaat kepada masyarakat luas.84

Secara umum sasaran perubahan Lembaga BULOG menjadi Perusahaan Umum terutama adalah:

Pertama; tetap dapat melaksanakan tugas publik yang dibebankan.

83

Irawaty A. Kahar, “Konsep Kepemimpinan dalam Perubahan Organisasi (Organizational Change) pada Perpustakaan Perguruan Tinggi”. (Jurnal Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.4, No.1, Juni 2008) Hal. 22

84

(17)

Kedua; dapat juga melaksanakan fungsi bisnis yang tidak bertentangan dengan hukum dan kaidah transparansi. Ruang gerak lembaga akan lebih fleksibel, misalnya, dengan merancang berbagai kerjasama operasional (joint venture)/penyertaan modal dalam badan usaha lain.

Ketiga; hasil dari aktivitas bisnis sebagiannya dapat mendukung tugas publik. Hal ini tentu akan berdampak positif terhadap dana Pemerintah, mengingat semakin terbatasnya dana Pemerintah di masa mendatang, sehingga lembaga baru ini dapat berperan untuk membantu dan meringankan beban Pemerintah. Keempat; di samping itu, BULOG dapat memberikan kontribusi operasionalnya kepada masyarakat sebagai salah satu pelaku ekonomi dengan melaksanakan fungsi usaha yang tidak bertentangan dengan hukum dan kaedah transparansi. Dengan kondisi ini gerak lembaga BULOG akan lebih fleksibel dan hasil dari aktivitas usaha sebagian dapat digunakan untuk mendukung tugas publik. Kelima; reward and punishment (penghargaan dan hukuman) akan lebih mudah diterapkan, sehingga akan menumbuhkembangkan insentif buat pegawai untuk bekerja secara professional.

Keenam; optimalisasi pemanfaatan semua aset yang kini dikuasai termasuk di dalamnya SDM. Sejak 1998 pemanfaatan aset dan SDM menjadi kurang optimal (idle capacity), karena terkendala oleh berbagai peraturan operasional dan pendanaan yang melekat di LPND.85

85

Mustafa Abubakar, “ Kebijakan Pangan, Peran Perum BULOG dan Kesejahteraan Petani” Disampaikan sebagai Orasi Ilmiah dalam Dies Natalis ke-44 Institut Pertanian Bogor 2007.

(18)

Lembaga ini bila dikelola dengan baik, dan memiliki manajemen yang baik pula maka kedepan nanti lembaga ini dapat menjaga ketahanan pangan nasional,dan juga menjadi salah satu pengekspor besar tidak hanya beras tapi juga berbagai komoditi lainnya yang merupakan produk asli dalam negeri. Berbanding lurus dengan hal tersebut BULOG juga akan menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar bagi kas negara karena posisinya sebagai salah satu eksportir besar pada 2020 nanti. Bila semua hal tersebut dapat diwujudkan, maka bukan impian lagi bahwa bangsa ini, akan menjadi sebuah bangsa yang rakyatnya makmur, dan sejahtera. Sehingga target pada 2020 BULOG akan terlahir menjadi sebuah lembaga yang memiliki image baru yaitu yang professional, akuntabel, kompeten, bersih dan menjadi acuan sebagai contoh yang patut ditiru oleh lembaga-lembaga lainnya.

3) GCG (Good Coorporate Governance)

Secara ringkas, reformasi BUMN mengharapkan adanya pelaksanaan governance pemerintahan yang baik (Good Public Governance - GPG), sekaligus governance perusahaan yang baik (Good Corporate Goverance - GCG). Kedua prinsip harus diterapkan bersama-sama, mengingat BUMN selain menjadi entitas korporasi, sekaligus juga institusi publik yang secara teknis sangat ditentukan oleh birokrasi dan perangkat politik lainnya, seperti parlemen dan bahkan partai politik. Kerelaan instrumen birokrasi dan partai politik melepaskan BUMN sebagai entitas yang murni bisnis membutuhkan penerapan GPG.86

86

Mas Achmad Daniri, “Reformasi Kelembagaan dan Penerapan Governance pada BUMN” Makalah Ilmiah, Unika Atmadjaya, Jakarta 2009.

(19)

Secara hukum, BUMN yang berbentuk PT dengan sendirinya juga harus tunduk pada UU No.40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas (UU PT). Di sana sudah diatur tentang prinsip-prinsip good corporate governance (GCG). Namun, bagi perusahaan yang berbentuk Perum, maka UU PT tidak sepenuhnya bisa diacu, karena mereka memiliki tugas tambahan melayani kepentingan masyarakat. Meskipun begitu, pinsip-prinsip GCG sebagaimana tertuang dalam UU PT tetap relevan untuk diterapkan. Dengan kata lain, dalam rangka membangun “Good Governance”, BUMN bisa mengacu pada prinsip-prinsip yang sama dengan sektor swasta. Persoalan berikutnya adalah membangun sistem, struktur dan kultur yang sebanding (compatible) dengan sektor swasta, dalam rangka mencapai kinerja dan daya saing yang memadai.87

Penerapan protokol Good Governance diharapkan mampu mendukung usaha keterbukaan dan ketersediaan informasi yang pada gilirannya akan mendukung pengambilan keputusan yang beorientasi pada efisiensi biaya, produktifitas dan penciptaan nilai (value creation). Dengan begitu, apapun pilihan kebijakan yang akan ditempuh, akan memberi nilai tambah yang berarti, dan bukan justru memunculkan masalah baru. Governance yang baik merupakan sebuah prasyarat kelembagaan, terhadap pilihan kebijakan apapun yang akan diambil.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002, GCG merupakan suatu proses dan struktur yang digunakan oleh

87

(20)

organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Corporate Governance merupakan suatu hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi perusahaan yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya, resiko secara lebih efisien dan efektif dan pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham maupun stakeholder lainnya.

C. Implikasi Perubahan Kelembagaan BULOG

1) Implikasi Terhadap Organisasi

Dalam rangka pengelolaan usaha logistik pangan pokok nasional secara mandiri, baik yang bersifat pelayanan masyarakat maupun bersifat komersial, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2003 yang berlaku sejak tanggal 20 Januari 2003, didirikan Perusahaan Umum (PERUM) BULOG dan untuk selanjutnya LPND BULOG dinyatakan bubar dan bahwa dengan pendirian Perusahaan Umum (PERUM) BULOG tersebut, membawa implikasi terhadap perubahan organ serta status dan hak kepegawaian Pegawai Negeri Sipil LPND BULOG.88

88

Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2003 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2003 tentang Pendirian Perusahaan Umum BULOG.

(21)

Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2003 sesuai Pasal 1 ayat (1) yang mengubah Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2003 tentang Pendirian Perum BULOG, Pasal 70 ayat (1), ayat (3) dan ayat (4), sehingga Pasal 70 berbunyi, dengan dibubarkannya LPND BULOG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, status dan hak kepegawaian Pegawai Negeri Sipil LPND BULOG diselesaikan dengan mengacu pada ketentuan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun janda/duda dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian karena Penyederhanaan Organisasi, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pegawai Negeri Sipil LPND BULOG yang pada tanggal 31 Desember 2003 telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta memilih bekerja pada Perusahaan, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada tanggal 1 Januari 2004 dengan hak pensiun bagi yang memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun dan tanpa hak pensiun bagi yang belum memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun;

b. Pegawai Negeri Sipil LPND BULOG yang pada tanggal 31 Desember 2003 belum mencapai usia 50 (lima puluh) tahun dan memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun serta memilih bekerja pada Perusahaan, diperbantukan pada Perusahaan sampai usia 50 (lima puluh) tahun untuk kemudian diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun;

(22)

c. Pegawai Negeri Sipil LPND BULOG yang pada tanggal 31 Desember 2003 belum mencapai usia 50 (lima puluh) tahun dan belum memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun serta memilih bekerja pada Perusahaan, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil tanpa hak pensiun.

Pegawai Negeri Sipil LPND BULOG yang berdasarkan ketentuan ayat (1) huruf a dan huruf c, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil tanpa hak pensiun, masa kerjanya sebagai Pegawai Negeri Sipil akan diperhitungkan oleh Perusahaan sebagai masa kerja pensiun pada saat yang bersangkutan memenuhi syarat pensiun berdasarkan Peraturan Perusahaan.

Pegawai Negeri Sipil LPND BULOG yang memilih tetap sebagai Pegawai Negeri Sipil dan tidak bekerja pada perusahaan dialihkan menjadi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Kepegawaian Negara untuk kemudian disalurkan ke instansi yang memerlukan. Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan dalam rangka penyelesaian status kepegawaian ditetapkan oleh Badan Kepegawaian Negara dan Direksi Perusahaan, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai lingkup bidang tugasnya masing-masing.

Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2003 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 7 tentang Pendirian Perum BULOG juga mengubah Pasal 71, sehingga Pasal 71 berbunyi sebagai berikut : Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan berlaku di lingkungan LPND BULOG, tetap berlaku sampai ditetapkan peraturan penggantinya. Perikatan-perikatan hukum yang telah

(23)

disepakati sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini tetap mengikat sampai berakhirnya masa atau dibatalkannya perikatan tersebut. Perbuatan-perbuatan hukum Kepala LPND BULOG yang dilakukan sebelum diangkatnya Direksi Perusahaan berlaku sebagai perbuatan hukum Direksi Perusahaan, kecuali perbuatan hukum yang dilakukan dalam rangka pembinaan Pegawai Negeri Sipil LPND BULOG.

Perbuatan-perbuatan hukum Direksi Perusahaan yang dilakukan berdasarkan peraturan-peraturan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), guna melakukan pembinaan Pegawai Negeri Sipil LPND BULOG selama masa transisi pengalihan Pegawai Negeri Sipil LPND BULOG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70, berlaku sebagai perbuatan hukum Kepala LPND BULOG. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan ke Perusahaan ditangani oleh Badan Kepegawaian Negara.

2) Implikasi terhadap Kebijakan Perberasan

Mencermati pasang surut Bulog seperti melihat naik turunnya kekuatan politik di tanah air, saat kekuatan politik sentralistik, Bulog sangat powerfull. Bulog diberi kewenangan yang sangat besar, apalagi sewaktu Bulog berbentuk LPND (Lembaga Pemerintah Non Departemen), semua kebutuhan bahan pokok yang kita kenal dengan sembako pengelolaannya diserahkan kepada Bulog. Bulog sangat leluasa memainkan peran menjaga stabilitas harga sembako. Di penghujung kejatuhan Presiden Soeharto, saat krisis ekonomi 1998, Presiden Soeharto menandatangani Letter of Intent (LoI atau nota kesepakatan) dengan

(24)

lembaga keuangan IMF. IMF mengevaluasi peran BULOG yang monopolistik mengatur bahan kebutuhan pokok dan hanya tinggal beras saja. Sejak itu BULOG mengalami masa-masa penurunannya hingga terjadinya perubahan status LPND menjadi perusahaan umum (perum) pada 2003. Memasuki era reformasi, muncul istilah BULOG bukan lagi badan yang mengurusi logistik, tetapi badan urusan perberasan.89

Pemerintah Kolonial Belanda selalu menginginkan harga buruh yang murah bagi investasi pertaniannya di Nusantara. Karena itu, harga dasar pangan dan beras selalu ditekan rendah, karena harga beras sangat penting bagi konsumsi keluarga, sehingga perlu membuat harga dasar pangan utama tersebut rendah sepanjang waktu. President Sukarno menjiplak kebijakan yang sama dengan motivasi dukungan politik. Sukarno ingin memproteksikan kekuasaannya dengan cara mengambil hati pegawai negeri sipil dan militer dengan cara proteksi pendapatan melalui beras sebagai komponen gaji bulanan. Tujuannya yakni rezim yang belia memerlukan kesetiaan dan dukungan politik. Masa pemerintahan Suharto selama 32 tahun secara telak menjiplak hal yang sama. Bisa dibayangkan dukungan beras untuk memberi makan 4.6 juta PNS dan 0.5 juta militer akan berdampak pada hasil voting dalam pemilu. Kondisi menjadi lebih buruk ketika beras dibaptis menjadi barometer ekonomi pembangunan tapi pada saat yang sama berfungsi sebagai alat politik. Kelahiran Badan Urusan Logistik tahun 1967 sejak awal diproyeksikan untuk menjaga ketahanan pangan Indonesia melalui dua mekanisme stabilisasi harga beras dan pengadaan bulanan untuk PNS dan militer. Bulog berfungsi sebagai pengotrol harga

89

Muhammad Fauzi, “Transformasi Bulog Untuk Siapa”http://www.mediaindonesia.com, diakses tanggal 02 Juni 2010.

(25)

beras dengan cara mematok harga beras domestik secara signifikan lebih tinggi dari

harga beras dunia Hal ini masih menjadi kebijakan saat Presiden Megawati.90

Mulai 1998, semua pangan termasuk beras tentunya, dideklarasikan pasar bebas. Peran BULOG dibatasi dan dipersempit perannya. Malah pada 1999, perannya sebagai STE (State Trading Enterprise) dicabut. Pada 2002, BULOG memperoleh lagi haknya sebagai STE, setelah dinotifikasi di WTO akhir 2002 . Sejumlah previlage buat BULOG dihapus, seperti subsidi kredit, dana luar budget (off-budget) dan akses terhadap nilai tukar yang bersubsidi. Sejak itu, impor pangan yang dikelola BULOG selama ini seperti gula, beras, gandum, kedelai dibebaskan tata niaganya. Itu tentu tidak lepas dari berbagai komitmen pemerintah yang disepakati dengan pihak IMF. IMF mengikat pemerintah dengan LOI (letter of intend). LOI itu dirancang oleh IMF di kantor pusat di Washington. Pemerintah tidak punya kekuatan untuk merubah apalagi mengatakan tidak, pemerintah diharuskan untuk menandatangani kesepakatan itu. Setelah LOI disetujui, maka pemerintah harus mengeluarkan keputusan menteri, peraturan pemerintah atau keputusan lain, sehingga kuat dasar hukumnya. Inti dari LOI itu adalah liberalisasi perdagangan, privatisasi BUMN, penghapusan subsidi, dan pendisiplinan defisit APBN.91. Padahal di negara AS sendiri banyak hal yang terkait dengan privatisasi dan liberalisasi tidak sepenuhnya dilaksanakan. Contohnya, LOI yang dikeluarkan tgl 11 September 1998. Isinya antara lain :

90

Jonatan Lassa, “Politik Keyahanan Pangan Indonesia 1995 – 2005”

http://www.zef.de/module/register/media, diakses tangga 25 Juni 2010.

91

Lihat analisis Stiglitz (2002) tentang cara kerja mereka sebagai aliran neo-liberal, dan Blustein (2001) merekam perilaku IMF di negara berkembang. Juga kritik Stiglitz (2003) terhadap pemerintah AS yang memaksa kehendaknya melalui Bank Dunia atau IMF

(26)

”also, for the first time in thirty years, we will allow private traders to import rice”. Kemudian, pemerintah mengeluarkan SK Mendag no.439 tentang bea masuk, tertanggal 22 September 1998. Isi SK itu adalah impor beras dibebaskan, dengan bea masuk 0 persen.92

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen disebutkan bahwa Lembaga Pemerintah Non Departemen dalam Pemerintahan Negara Republik Indonesia yang disebut LPND adalah lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.93

Perubahan status kelembagaan menjadi Perum membawa konsekuensi bagi BULOG untuk kehilangan berbagai otoritas dalam kemampuannya melaksanakan stabilisasi harga dan pengelolaan berbagai komoditi yang dianggap strategis oleh pemerintah. BULOG juga harus kehilangan fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sebagai sumber pendanaan kegiatan operasionalnya, kehilangan pasar tetap seperti PNS, TNI dan hilangnya hak monopoli import beras dan bahan pangan penting seperti gandum, kedele, gula.94

92

M. Husein Sawit, “Usulan Kebijakan Beras dari Bank Dunia Kebijakan yang Keliru”, http://pse.litbang.deptan.go.id, Diakses pada tanggal 29 Mei 2010.

93

Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen.

94

Wiwid ardhianto, “ Memposisikan BULOG Sebagai Garda Terdepan Ketahanan Pangan”. http://www BULOG.co.id. diakses pada tanggal 02 Juni 2010

(27)

Transformasi kelembagaan BULOG berkaitan dengan manajemen dan kebijakan pangan, perubahan kelembagaan ini berpengaruh terhadap kinerja subsistem distribusi dalam sistem ketahanan pangan. Pembatasan komoditas yang dikelola BULOG hanya pada beras saja menjadikan tidak adanya jaminan dan pengaturan harga produk pangan yang wajar dari pemerintah bagi seluruh lapisan masyarakat untuk komoditi strategis non beras. Hal ini sudah terbukti dengan kenaikan harga yang tidak wajar pada komoditi strategis non beras seperti kedelai dan minyak goreng serta komoditi biji-bijian secara umum.95

Dengan aturan dan kondisi yang ada sekarang meninggalkan persoalan yang rumit yang berkaitan dengan manajemen dan kebijakan pangan. Apabila dikaitkan pembahasan ini dengan ketahanan pangan di Indonesia, maka perubahan kelembagaan ini berpengaruh terhadap kinerja subsistem distribusi dalam sistem ketahanan pangan Indonesia. Pembatasan fungsi dan peran BULOG tersebut juga memiliki implikasi pada aspek teknis distribusi pangan terutama belum adanya lembaga lain seperti BULOG yang memiliki infrastruktur, prasarana distribusi darat laut dan antar pulau yang mampu menjangkau seluruh wilayah konsumen. Hal ini menciptakan sebuah kondisi tidak merata dan memadainya infrastruktur pengumpulan, penyimpanan dan pendistribusian yang berorientasi bagi kepentingan publik untuk komoditi strategis non beras. Lemahnya subsistem distribusi ini membawa konsekuensi pada fluktuasi harga beberapa komoditi strategis yang mengikuti mekanisme pasar dan kemudian

95

(28)

seringkali diikuti kelangkaan komoditi pada waktu-waktu tertentu sehingga menyulitkan sebagian besar masyarakat Indonesia.96

Secara umum implikasi perubahan Bulog dari LPND menjadi Perum baik dari segi Kebijakan Pangan maupun Penyesuaian Tugas dan Fungsi Bulog seperti dilihat dibawah ini :97

96

Hermanto Siregar, “Masalah Kerawanan Pangan dan Upaya Penanggulangannya.” http://www.brighten.or.id/index.php. diakses pada tanggal 03 Juni 2010.

97

Http://dologdiy.tripod.com/index. “Bulog dengan Paradigma Baru”, diakses pada tanggal 15 Juli 2010.

Paradigma Lama Saat LPND Paradigma Baru Era PERUM

a. Di Bidang Politik K e K ek D o m i K ek ua sa Pusat yg. mengatur segala-galanya melalui

pengaturan penganggaran

Otonomi daerah lebih ditonjolkan (diatur dalam UU No.22/99 dan UU No.25/99). b. Di Bidang Ekonomi P e n P e l B.I. sebagai bank sentral juga berfungsi sbg. Pendukung pembangunan nasional (a.l. memberikan kredit program KLBI).

Status B.I. diubah menjadi independen dengan hanya mengurus moneter saja (tidak memberikan KLBI lagi).

Bulog diberi tugas khusus menjaga stabilisasi harga pangan/beras, juga diberi kewenangan khusus.

LoI IMF membatasi tugas Bulog, mencabut monopoli impor beberapa komoditi termasuk beras.

(29)

G e n e Ta rg et gr

Proteksi petani/produknya melalui non tariff barier, melalui pentataniagaan impor dan pemasarannya di dalam negeri.

Proteksi melalui tariff barier menuju free trade (secara bertahap tarif diturunkan) Subsidi melalui pembedaan harga jual beras

kepada golongan anggaran dan harga pasar (operasi pasar) atau antar komoditi.

Subsidi hanya diperbolehkan melalui APBN

d. Tugas dan Fungsi Bulog & Implikasinya S t a b i l i s a s M e m an ta pk an ke ta ha I m p o r Im po r be ra s Sumber pembiayaan dari kredit KLBI,

Bulog dapat menarik kredit setelah mendapat persetujuan Menteri Ke-uangan. Antara penarik kredit dan penjualan tidak terkait.

Sumber pembiayaan dari anggaran pe-merintah dan kredit komersial, Bulog harus memperhitungkan cash flow.

Bulog diberi kewenangan untuk mengelola komoditi non beras: gula, terigu, kedele dll. dgn. jalan monopoli impor dan pengaturan tataniaga dalam negeri. Kerugian pada komoditi beras dapat dikompensasikan dgn. Keun-tungan pada komoditi lain.

Kewenangan khusus dicabut, tetapi tidak dilarang mengelola komoditi non beras tetapi tidak ada fasilitas khusus.

Dengan sistem operasi buffer stock jumlah pengadaan dalam negeri sulit diprediksi (fluktuatif). Akibatnya suatu saat over stock

sehingga menimbulkan beban biaya penyimpanan, kerusakan, susut dsb.

Dengan merubah sistem beroperasi yang berorientasi pada target quantity pengadaan pada musim panen di daerah sentra produksi padi, diharap-kan dapat mengangkat harga di atas harga C&F + tariff.

Karena hasil pembelian sulit diprediksi untuk stabilisasi harga memerlukan stok penyangga (iron stock) yang besar.

Harga pembelian Bulog disesuaikan dengan rencana kebutuhan, keada-an panen dan harga internasional dengan mengurangi stok penyangga seminimal mungkin.

(30)

Stok cadangan pangan masyarakat kurang terbina, bahkan beberapa lum-bung pangan masyarakat desa hilang eksistensinya.

Pembinaan stok cadangan pangan masyarakat disinergikan dan diting-katkan dalam rangka meningditing-katkan ketahanan pangan.

Motto Bulog: "We prepare for the

worst and we hope for the best",

ber-implikasikan pada operasi at all cost.

Bulog beroperasi at least cost dengan orientasi membantu memantapkan ketahanan pangan.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Peranan Lembaga Bantuan Hukum dalam Penanganan Kasus Pelanggaran HAM Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan

Karena kesibukan mereka masing- masing, ditambah dengan hampir tidak pernah mendengarkan siaran radio serta ketidaktahuan atas acara tersebut sehingga acara Kopi Anda yang

Dalam pemodelan Rasch, dengan menggunakan prinsip probabilitas penyekoran pada setiap item dilakukan dengan membandingkan jumlah respon terhadap skor dengan peluang

Karena tidak ada formulasi baku, maka beberapa butir penting dalam “Pedoman Peliputan Lingkungan” dan “Petunjuk Penulisan Laporan Lingkungan Hidup” yang dihasilkan oleh

Kegiatan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Berdasarkan penjelasan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4, maka dapat dikatakan bahwa di antara ke dua variabel bebas tersebut yang mempunyai pengaruh dominan

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan integrasi pemasaran pariwisata adalah mengintegrasikan pemasaran internal, pemasaran eksternal dan pihak- pihak yang

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan positif yang signifikan antara self-efficacy dengan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi