• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERFORMA FORMULA COCKCROFT-GAULT, MDRD DAN CKD-EPI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERFORMA FORMULA COCKCROFT-GAULT, MDRD DAN CKD-EPI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMA FORMULA COCKCROFT-GAULT,

MDRD DAN CKD-EPI

Penelitian Stase

Karya Ilmiah Kimia

Diajukan oleh:

Yunika Puspa Dewi

11/326437/PKU/12910

KEPADA

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA 2014

(2)

PERFORMA FORMULA COCKCROFT-GAULT, MDRD DAN CKD-EPI

Penelitian Stase Karya Ilmiah Kimia

Dipresentasikan pada tanggal : 27 November 2014

Oleh :

Yunika Puspa Dewi 11/326437/PKU/12910

Pembimbing

Prof. dr. Budi Mulyono, MM, SpPK-K NIP.19521226 197903 1 003

Mengetahui,

Kepala Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM

Ketua Program Studi Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM

Prof. dr. Budi Mulyono, MM, SpPK-K NIP.19521226 197903 1 003

dr.Umi S Intansari,MKes, Sp.PK-K NIP. 197001101997022001

(3)

PERFORMA FORMULA COCKCROFT-GAULT, MDRD DAN CKD-EPI

Yunika Puspa Dewi, Budi Mulyono

Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Intisari

Latar Belakang: Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah indeks terbaik untuk menilai fungsi ginjal dan biasanya dinilai dengan Creatinine clearance test (CCT). Keterbatasan CCT telah mengilhami para peneliti mengembangkan formula sederhana untuk memperkirakan LFG, dengan Cockcroft-Gault (C-G), the modification of diet in renal disease (MDRD) dan yang terbaru, Chronic Kidney Disease Epidemiology Collaboration (CKD-EPI) paling banyak digunakan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa formula ini dengan mencari hubungan antara CCT dan formula estimasi LFG (eLFG) oleh C-G, MDRD, dan CKD-EPI.

Metode: Penelitian ini merupakan studi retrospektif observasional. Data dikumpulkan dari sistem informasi laboratorium dan rekam medis dari Juni-Desember 2013. Kesesuaian antar eLFG dan CCT dianalisa dengan uji korelasi Spearman, regresi linier dan Bland-Altman. Uji beda laju eLFG, bias, presisi, dan akurasi antara CCT dan formula eLFG dianalisa menggunakan uji friedman.

Hasil: Total sampel 44 dengan 63.6% laki-laki dan median CCT 7,5 ml / menit per 1,73 m2 (,09-152,2) ml/menit per 1.73m2. Bias terkecil adalah CKD-EPI (P <0,01). Akurasi tertinggi adalah MDRD, meskipun tidak secara signifikan berbeda dari C-G dan CKD-EPI (p = 0,692). Formula MDRD, C-G dan CKD-EPI berhubungan secara signifikan dengan CCT, dengan korelasi sedikit lebih kuat pada CKD-EPI (r = 0.616, 0.601 dan 0.621 berturut-turut).

Kesimpulan: Formula C-G, MDRD dan CKD-EPI dapat menjadi alternatif untuk CCT dalam menilai LFG, sehingga mengurangi kebutuhan untuk CCT yang rumit dan mahal. Performa ketiga formula hampir sama akan tetapi MDRD memiliki akurasi yang sedikit lebih besar daripada C-G dan CKD-EPI.

(4)

Performance of the Cockcroft-Gault, MDRD, and New CKD-EPI Formulas

Yunika Puspa Dewi, Budi Mulyono

Department of Clinical Pathology, Faculty of Medicine, University of Gadjah Mada Yogyakarta

Abstract

Background: Glomerular filtration rate (GFR) is the best index of renal function and is frequently assessed by corrected creatinine clearance Test (CCT). The limitations of CCT have inspired researchers to derive easy formulas to estimate GFR, with Cockcroft-Gault (C-G), the modification of diet in renal disease (MDRD) dan the newest one, Chronic Kidney Disease Epidemiology Collaboration (CKD-EPI) being the most widely used.

This study aimed to evaluate the performance of these equations by finding the relation between CCT and formula to estimate GFR (eGFR) by C-G, MDRD, and CKD-EPI equations.

Methods: This was a retrospective, observational, cross-sectional study. Data were collected from laboratory information system and medical record from June – December 2013. The correlation between eGFR and CCT was tested with Spearman, linear regression and bland-altman analysis. Glomerular filtration rate measurement, bias, precision, and accuracies between CCT and formulas were analyzed using friedman test.

Results: Total samples were 44, 63.6% was male, with median CCT 7.5 ml/min per 1.73 m2 (0.09 – 152.2) ml/min per 1.73m2. The smallest bias was for CKD-EPI (P<0.01). MDRD had highest accuracy, although wasn’t significantly differ from C-G and CKD-EPI (p=0.692). The eGFR MDRD, eGFR C-G and eGFR CKD-EPI significantly correlated with CCT, with a slightly stronger correlation with eGFR CKD-EPI (r = 0.616, 0.601 and 0.621, respectively).

Conclusion: Formulas of C-G, MDRD and CKD-EPI can be an alternative to the CCT for assessing GFR, thus avoiding the need for the cumbersome and expensive GFR test. All of the formulas have almost the same performance although MDRD formula had a little bit greater accuracy than the C-G and CKD-EPI equation.

(5)

PENDAHULUAN

Laju Filtrasi glomerulus Glomerular (LFG) adalah volume plasma yang dapat dibersihkan secara sempurna terhadap senyawa tertentu oleh ginjal dalam satu unit waktu1. LFG secara luas diterima sebagai indeks terbaik untuk menilai fungsi ginjal. LFG menggunakan klirens kemih atau plasma dari penanda filtrasi eksogen dianggap sebagai standar emas untuk menilai fungsi ginjal tapi tidak tersedia secara rutin karena kompleksitas protokol pengukuran. Sebaliknya klinisi biasanya bergantung pada kreatinin endogen, akan tetapi pengambilan sampel urin 24 jam dianggap sulit dan rentan akan kesalahan. Estimasi LFG (eLFG) berdasarkan kreatinin serum kini banyak dilaporkan oleh laboratorium klinis dan dianggap sebagai pemeriksaan lini pertama dari fungsi ginjal. eLFG yang akurat penting untuk mendeteksi dan menentukan tingkat keparahan penyakit ginjal kronik (PGK), menentukan dosis obat, dan menentukan tingkat risiko2,3.

Tabel1. Kondisi klinis dimana pengukuran LFG penting3

Sekarang Perubahan

Diagnosis Deteksi Gagal Ginjal Kronis (GGK) Deteksi Cedera Ginjal Akut (CGA) Evaluasi donor ginjal Deteksi progresi GGK

Prognosis Risiko komplikasi CKD Risiko gagal ginjal Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh darah (PJP)

Risiko mortalitas

Terapi Dosis dan monitoring obat Terapi AKI

Monitoring toksisitas obat

Isu seputar bagaimana dan mengapa LFG diperkirakan saat ini sangat diperdebatkan4. Formula eLFG sangat sensitif terhadap karakteristik populasi dari mana formula ini dibuat. Karakteristik ini dapat menghambat generalisasi dan menimbulkan masalah pada penerapan klinis pada tingkat individu4.

Kreatinin serum adalah penanda endogen paling terkenal yang digunakan untuk memperkirakan LFG. Meskipun kegunaannya telah diakui sejak awal abad ke-20, kreatinin serum memiliki keterbatasan baik secara fisiologis maupun analitis. Secara fisiologis, dua keterbatasan utama menggunakan serum kreatinin untuk memperkirakan LFG adalah variasi dalam sekresi tubular kreatinin dan ketergantungan ekskresi kreatinin serum pada massa otot1. Dari sudut pandang analitis, keterbatasannya adalah metode pengukuran konsentrasi kreatinin serum yang berbeda, yaitu kolorimetrik Jaffe dan metode enzimatik, memiliki presisi analitis yang berbeda. Karena keterbatasan serum kreatinin sebagai penanda untuk LFG, lebih baik menggunakan kreatinin serum sebagai bagian dari formula LFG sehingga memungkinkan dilalukan koreksi tertentu (misalnya, dengan menggunakan kovariat 'usia'

(6)

untuk memperhitungkan massa otot atau penggunaan koefisien terkoreksi untuk memperhitungkan IDMS traceability). Selain itu, karena hubungan antara kreatinin serum dan LFG tidak linear tetapi eksponensial, peningkatan kreatinin serum dari 53 umol/l menjadi 106 umol/l akan setara dengan peningkatan kreatinin serum dari 177 umol/l sampai 354 umol/l dalam persentase penurunan LFG. Hubungan eksponensial ini penting dan mungkin terlewatkan jika kreatinin serum saja yang diperiksa4,1.

Menghitung CCT menyingkirkan beberapa masalah dalam menggunakan kadar kreatinin serum sebagai penanda LFG, akan tetapi juga menimbulkan masalah baru. Variasi produksi kreatinin karena perbedaan masa otot yang mempengaruhi konsentrasi kreatinin serum seharusnya tidak mempengaruhi bersihan kreatinin. Eliminasi kreatinin ekstra-ginjal seharusnya memiliki pengaruh kecil. Akan tetapi, reabilitas CCT sangat dipengaruhi oleh sekresi tubular kreatinin dan oleh ketidakmampuan kebanyakan pasien untuk secara akurat mengumpulkan sampel urin. Sekresi tubular kreatinin akan meng-overestimates LFG.

Overestimated ini berkurang apabila kreatinin serum dan urin keduanya diukur dengan metode Jaffe. Selain itu suhu tinggi dan pH urin yang rendah meningkatkan konversi kreatin menjadi kreatinin dalam urin. Karena sekresi tubular kreatinin adalah keterbatasan utama dalam CCT, beberapa peneliti mencoba untuk meningkatkan akurasi CCT dengan memblokir sekresi kreatinin tubular dengan obat seperti trimetroprim, simetidin (H-2 antagonis reseptor) dan salisilat. simetidin5. Obat ini dapat meningkatkan kreatinin serum dan menurunkan bersihan kreatinin. Ketika kadar serum kreatinin sangat tinggi, kreatinin akan diekskresikan ke dalam usus dan mengalami metabolisme ekstra-ginjal oleh organisme usus6.

Formula untuk memperkirakan LFG berdasarkan kreatinin pertama kali mungkin diusulkan oleh Effersoe pada tahun 1957. Beberapa formula lain yang diusulkan setelahnya tetapi dua formula yang paling populer sampai dengan tahun 2009 adalah formula Cockcroft-Gault (CG) diusulkan oleh Cockcroft dan Cockcroft-Gault pada tahun 1976 dan the Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) diusulkan oleh Levey dkk. pada tahun 19994.

(7)

Tabel2. Perbandingan metodologi dalam pengembangan 3 formula yang paling banyak digunakan4.

CG MDRD CKD-EPI

Tahun publikasi 1976 1999 2009

Besar sampel 249 1628 5504

Metode referensi Creatinine Clearence Iothalamate Iothalamate

Mean ± SD GFR 73±37 mL/min 40±21 mL/min/1.73m2 68±40 mL/min/1.73m2

Persentase wanita 4 40 43

Persentase kaukasia 100 88 63

Mean ± SD umur NA 51±13 47±15

Mean ± SD BMI NA 27±4 28±6

1. Formula Cockcroft–Gault (CG)

Formula Cockcroft-Gault dikembangkan dari penelitian kohort pada 249 pasien rawat inap. Salah satu keuntungan utama dari formula ini adalah secara matematika sederhana. Formula Cockcroft-Gault memiliki beberapa kelemahan, sebagai berikut: memperkirakan bersihan kreatinin 24 jam, bukan LFG; subyek penelitian hanya orang Kaukasia dan hanya 4% yang perempuan; serum kreatinin diukur dengan akurat tetapi bukan dengan metode standar; dan kovariat 'berat badan' yang terintegrasi dalam formula merupakan sumber potensial inakurasi pada individu dengan indeks massa tubuh (IMT) yang abnormal. Beberapa peneliti memperbaiki hasil Cockcroft-Gault dengan penyesuaian luas permukaan tubuh (LPS), meskipun penyesuaian ini tidak direkomendasikan oleh Cockcroft dan Gault4. Formula ini secara sistematik overestimates LFG pada individu yang obese atau edema. Lebih lagi, formula ini tidak memperhitungan eliminasi ekstra renal dan inakurasi pada pengukuran kreatinin5.

2. Formula MDRD

Pada tahun 1999, Levey dkk. mengusulkan formula berbasis kreatinin baru, yaitu formula MDRD. Formula ini dimaksudkan untuk memperkirakan LFG 'yang sebenarnya' diukur dengan klearens urin iothalamat dan diindeks dengan LPS. Formula ini dikembangkan dalam penelitian kohort di Amerika dari 1.628 pasien dengan GGK (dengan rata-rata LFG 40 ± 21 ml/menit/1,73 m²), 40% di antaranya adalah perempuan dan 12% di antaranya orang Afrika Amerika. Formula MDRD kemudian diadaptasi untuk kemudian digunakan dengan nilai kreatinin serum IDMS yang dapat dilacak. Hasil pengamatan bahwa formula MDRD secara sistematis

underestimated LFG untuk LFG yang tinggi (>60 ml/menit/1,73m²) sudah dapat diduga. Pada tingkat populasi, underestimated sistematis ini menyebabkan

(8)

overestimated prevalensi GGK tahap 3 (didefinisikan sebagai LFG estimasi [eLFG] <60 ml/menit/1,73m²) pada populasi umum7. Keterbatasan yang lain dari formula ini terkait dengan pengukuran kreatinin serum, yang dilakukan dengan menggunakan metode Jaffe4.

3. Formula CKD-EPI kreatinin

Konsorsium CKD-EPI mengusulkan formula baru berdasarkan kreatinin serum, formula CKD-EPI kreatinin. Konsorsium ini mengolah data dari 26 penelitian kohort yang berbeda, termasuk penelitian kohort MDRD, dimana LFG diukur dengan metode referensi dan konsentrasi kreatinin serum diukur dengan metode IDMS yang dapat dilacak4,8. Formula ini dikembangkan dari populasi yang lebih majemuk sehingga diharapkan mempunayi bias yang lebih rendah dibandingkan MDRD7.

Keterbatasan formula ini perlu diperhatikan, yaitu:

 Akurasi

Akurasi eLFG sekitar plus atau minus 30%. Oleh karena itu, eLFG 60mL/min/1.73m2 mungkin mempresentasikan nilai yang sebenarnya antara 42 dan 78mL/min. walaupun tidak ideal, eLFG mempunyai akurasi yang lebih tinggi dibandingkan metode berdasarkan kreatinin yang lain9.

 Etnis

Massa otot dan sekresi tubular kreatinin berpotensi sangat berbeda pada etnis yang berbeda. Validitas koefisien etnis yang saat ini sudah diakui adalah untuk etnis Afrika Amerika dengan GGK, tapi sejumlah peneliti telah mempertanyakan validitas dari koefisien ini pada orang sehat. Yang penting, koefisien etnis Afrika Amerika tidak mungkin berlaku pada populasi kulit hitam lainnya di Afrika, Eropa, Karibia atau Australia. Situasi ini bahkan lebih kompleks dan membingungkan pada populasi Asia. Apakah perbedaan ini benar-benar mencerminkan perbedaan etnis atau hanya karena perbedaan metodologi antar penelitian (misalnya, perbedaan dalam mengukur LFG dan kreatinin serum) tidak jelas. Saat ini, kebutuhan koreksi spesifik untuk populasi Asia masih dipertanyakan4.

 Pengukuran kreatinin

Potential pitfalls adalah pra-analitik dan pengganggu pada metode yang digunakan , misalnya konsumsi daging dan obat-obatan tertentu sepeti sefalosporin9.

(9)

 Perubahan akut

Penurunan fungsi ginjal yang cepat mungkin underestimated oleh eLFG. Hal ini karena kreatinin serum membutuhkan waktu untuk terakumulasi setelah penurunan mendadak pada LFG9.

 Geriatri

Sampai sekarang, penelitian yang baik tentang populasi ini masih sedikit, sehingga beberapa peneliti masih merekomendasikan formula Cockcroft–Gault untuk populasi ini 4

TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah menilai performa tes fungsi ginjal antara formula oleh Cockcroft-Gault, MDRD, dan CKD-EPI dengan Creatinin Clearence test (CCT).

METODE

Ini adalah penelitian retrospektif observasional. Data pemeriksaan CCT diambil dari sistem informasi laboratorium RSUP dr. Sardjito Juli – Desember 2013. Data klinis dikumpulkan dari catatan medis.

Pengukuran eLFG

 CCT = (kreatinin urin/kreatinin serum) x (volume urin(24jam)/1440) x (1.75/LPS) mL/min/1.75m2

 Formula Cockcroft-Gault = (140-umur) X BB/kreatinin serum X 72 (X 0.85 jika wanita).

 Formula MDRD = 175 X kreatinin serum-1.154 X umur-0.203 (X 0.742 jika wanita)

 Formula CKD-EPI = 141 X min(kreatinin serum/k,1)α X max(kreatinin serum/k,1)-1.209 X 0.993umur (X 1.018 jika wanita), dimana k=0.7 jika wanita dan 0.9 jika laki, α adalah -0.329 untuk wanita dan -0.411 untuk laki-laki).

Analisis statistik

Data dipresentasikan dalam mean dan SD bila data terdistribusi normal. Bila tidak terdistribusi normal, data dipresentasikan dalam median (minimal-maksimal). Hubungan

(10)

antar formula dengan CCT diuji menggunakan uji korelasi pearson bila data terdistribusi normal atau uji korelasi spearman bila tidak memenuhi persyaratan parametrik dan analisa regeresi linear. Kesesuaian antara formula dengan CCT diuji menggunakan Bland-altman.

Bias, presisi, dan akurasi yang direkomendasikan dihitung untuk menilai performa formula. Bias, ekspresi kesalahan sistematik dalam eLFG adalah median atau mean dari beda antara formula dengan CCT2 (formula-CCT). Presisi, ekspresi variasi acak atau sebaran dari formula disekitar CCT, adalah SD dari beda antara formula dan CCT10. Untuk melihat formula terbaik, kami menggunakan akurasi, karena akurasi merupakan kombinasi bias dan presisi. Akurasi didapatkan dari perhitungan persentase pasien yang mempunyai nilai formula dalam batas 30% CCT (P30). Perhitungan P30 ini pertama kali dilaporkan sebagai perhitungan akurasi dari penelitian formula MDRD dan direkomendasikan oleh National Kidney Foundation Disease Outcomes Quality Initiative di pedoman GGK-nya2. Uji beda bias, presisi dan akurasi antar formula menggunakan uji friedman (non parametrik), bila terdapat perbedaan bermakna dilanjutkan dengan analisis post hoc menggunakan uji wilcoxon.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari total 56 data pemeriksaan CCT, 12 data dieksklusi karena data klinis tidak lengkap sehingga didapatkan total 44 data. Karakteristik subyek dapat dilihat pada tabel3.

Tabel3. karakteristik subyek penelitian (44) Karakteristik Laki-laki 28 (63.6%) Usia (thn) 52.84 ± 15.83 IMT (kg/m2) 22.4 (16.53 – 37.89) LPT (m2) 1.62±0.17 TB (cm) 161.50±7.29 BB (kg) 59 (40 – 97) Crea (mg/dl) 3.99 (0.69 – 44) CCT (ml/min per 1.73 m2) 7.5 (0.09 – 152.2)

Dari table 3 terlihat bahwa rasio laki dan perempuan hampir sama dengan laki-laki berjumlah 28 (63.6%). Rata-rata usia adalah 52.84±15.83 tahun dengan median CCT 7.5 (0.09-152.2) ml/min/1.73m2.

(11)

Mean CCT dan MDRD M ea n b ia s

Mean CCT dan CKD-EPI

M ea n b ia s M ea n b ia s Mean CCT dan CG

Gambar1. Kesesuaian CCT dengan MDRD, CKD-EPI dan C-G

Dari gambar1 terlihat MDRD, CKD-EPI dan C-G berkorelasi sedang terhadap CCT dengan r = 0.616, 0.621 dan 0.601 (p 0.0) berturut-turut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Al-osali dkk, 2014 yaitu MDRD dan C-G berkorelasi sedang terhadap CCT dengan r = 0.701 dan 0.605 (P<0.001)11 y = 0.8648x + 1.9101 r = 0.616 (p 0.0) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 50 100 150 CCT MDRD y = 0.7447x + 6.8496 r = 0.621 (p 0.0) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 50 100 150 CCT CKD-EPI y = 0.8814x + 0.6334 r = 0.601 (p 0.0) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 50 100 150 CCT Cockcroft-Gault

(12)

Tabel 4. Perbandingan CCT dengan MDRD, CKD-EPI dan C-G MDRD CKD-EPI C-G P Median (min-maks) 12.58 (0.96-114.57) 6.71 (0.17 – 139.89) 13.29 (1.61 – 120.22) 0.0 Bias 6.25 -4.78 10.4 0.001 Presisi 20.04 21.11 20.28 Akurasi dalam 30% 32.6 26.1 30.4 0.692

Median perhitungan MDRD, CKD-EPI dan C-G adalah 12.58, 6.71 dan 13.29 berturut-turut. Terdapat perbedaan bermakna antara MDRD, CKD-EPI dan C-G (p=0.0), khususnya antara CKD-EPI dengan MDRD (p=0.0) dan CKD-EPI dengan C-G (p=0.03). Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agaba dkk, 2009 yang menyatakan bahwa perhitungan eLFG menggunakan C-G dan MDRD tidak terdapat perbedaan yang bermakna 12.

Bias MDRD, CKD-EPI dan C-G adalah 6.25, -4.78 dan 10.4 berturut-turut. Bias tertinggi pada CG dan terkecil pada CKD-EPI. Terdapat perbedaan bermakna antara mean bias MDRD, CKD-EPI dan C-G (p=0.001), khususnya antara CKD-EPI dengan C-G (p=0.03). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Michels dkk, 2010, mean bias terkecil pada MDRD. MDRD mempunyai akurasi tertinggi dibandingkan dengan CKD-EPI dan C-G, walaupun tidak berbeda secara signifikan10.

Performa MDRD lebih baik karena mempunyai akurasi yang lebih besar dan presisi yang lebih kecil dibandingkan kedua formula yang lain. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada populasi Asia Selatan dimana CKD-EPI lebih baik dibandingkan MDRD karena mempunyai akurasi yang lebih besar dan presisi yang lebih kecil.13

(13)

Tabel 5. Perbandingan bias, presisi dan akurasi pada subgroup

Parameter Bias Presisi P30

MDRD CKD-EPI C-G MDRD CKD-EPI C-G MDRD CKD-EPI C-G

CCT ≤29 -6.1 2.1 7.8 18.8 19.5 18.2 18 16 16 30-59 8.6 -13.9 -7.8 14.1 15.6 20.8 9 5 7 60-89 0.9 7.2 -14.5 42.1 60.4 22.7 0 0 2 ≥90 29.6 -9.9 -25 11.3 3.3 9.8 5 5 5 JK L -5.9 3.4 6.5 22.3 23.4 21.6 18 14 16 P 6.2 -9.1 -4.6 13.7 13.8 15.9 14 11 14 Usia ≤39 5.1 -2.3 -0.6 27.2 19.9 32.2 7 7 7 40-59 -3.6 -0.3 4.4 22.1 23.6 19.8 16 9 16 ≥60 -1.1 -2.0 0.5 11.5 17.9 13.6 9 9 7 IMT <18.5 -11.6 9.2 5.7 27.8 31.1 23.4 2 7 5 18.5-24.9 2.8 -3.8 -2.4 17.3 18.2 15.6 20 16 20 25-29.9 -9.2 3.9 14.2 25.1 23.6 32.8 5 0 0 ≥30 2.6 -10.3 16.9 11.4 12.6 12.4 5 2 5

Bias antara CCT dan C-G semakin meningkat dengan semakin besarnya CCT. Presisi terbesar ada pada subgroup 60-89 ml/min/m2. Bias terbesar pada MDRD dan C-G pada subgroup >90 ml/min/m2 dimana MDRD underestimated CCT sedangkan C-G overestimated

CCT. Presisi terbesar pada subgroup 60-89 ml/min/m2 pada semua formula. Akurasi terbesar adalah MDRD pada subgroup <29 ml/min/m2 sedangkan pada LFG yang tinggi akurasi ketiga formula sama baiknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Levey dkk dimana performa CKD-EPI lebih baik dibandingkan MDRD (p<0.001), khususnya pada LFG tinggi: bias lebih kecil, presisi lebih baik, dan akurasi lebih besar14.

Semua formula menggunakan umur dalam perhitungannya akan tetapi dengan model matematika yang berbeda-beda. Formula CG memprediksi penurunan LFG secara linear dengan umur, sedangkan MDRD memprediksi penurunan LFG terhadap umur lebih ringan15. Suatu penelitian yang membandingkan CKD-EPI dengan MDRD khususnya hubungannya dengan umur menemukan bahwa CKD-EPI memberikan LFG yang lebih tinggi khususnya pada grup 18-59 tahun. Akan tetapi, ada umur >70 tahun terdapat perbedaan yang sangat kecil diantara kedua formula dan pada kelompok lanjut usia, CKD-EPI mungkin meningkatkan prevalensi GGK7. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini dimana akurasi MDRD dan CKD-EPI mempunyai akurasi yang lebih baik dibandingkan C-G.

Penelitian oleh Drion dkk pada populasi DM dengan overweight dan obesitas menyakan bahwa C-G mempunyai akurasi paling besar dibandingkan MDRD dan CKD-EPI16. Berbeda dengan hasil penelitian ini dimana MDRD mempunyai akurasi terbesar pada subgroup IMT ≥25.

(14)

Gambar 2. Perbandingan bias dan presisi pada subgroup.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder selama 6 bulan. Kelemahan penelitian ini adalah jumlah data yang hanya sedikit, kemungkinan perhitungan yang kurang tepat dikarenakan ketidakakuratan data BB dan TB, dan penggunaan CCT sebagai baku emas. Peneliti berharap penelitian ini dapat dilanjutkan dengan jumlah sampel yang lebih besar, dilakukan pengukuran BB dan TB secara langsung dan menggunakan pembanding baku emas sehingga hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan pemilihan formula yang digunakan pada untuk pelaporan eLFG bila ada permintaan pemeriksaan kreatinin serum. Sebagai bahan pertimbangan pemilihan formula yang akan digunakan perlu mengetahui bagaimana formula tersebut dikembangkan dan bahwa formula ini dikembangkan pada keadaan yang steady state.

KESIMPULAN

Formula C-G, MDRD dan CKD-EPI dapat menjadi alternatif untuk CCT dalam menilai LFG, sehingga mengurangi kebutuhan untuk CCT yang rumit dan mahal. Performa ketiga formula hampir sama akan tetapi MDRD memiliki akurasi yang sedikit lebih besar

(15)

daripada C-G dan CKD-EPI. Sebagai bahan pertimbangan pemilihan formula yang akan digunakan perlu mengetahui bagaimana formula tersebut dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Jahan N, Ferdousi S. Cystatin C -a Promising Marker of Glomerular Filtration Rate. Bangladesh J Med Biochem. 2013;6(1):26–30.

2. Earley A, Miskulin D, Lamb EJ, Levey AS, Uhlig K. Estimating Equations for Glomerular Filtration Rate in the Era of Creatinine Standardization. Annal of Internal Medicine. 2012;156:785–95.

3. Stevens L a, Levey AS. Measured GFR as a confirmatory test for estimated GFR. Journal of the American Society of Nephrology : JASN [Internet]. 2009 Nov [cited

2014 Oct 1];20(11):2305–13. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19833901

4. Delanaye P, Mariat C. The applicability of eGFR equations to different populations. Nat, Rev Nephrol [Internet]. Nature Publishing Group; 2013;9(9):513–22. Available from: http://dx.doi.org/10.1038/nrneph.2013.143

5. Israni AK, Kasiske BL. Laboratory Assessment of Kidney Disease : Glomerular Filtration Rate, Urinalysis, and Proteinuria. Brenner & Rector’s The Kidney [Internet]. Ninth Edit. Elsevier; p. 868–96. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/B978-1-4160-6193-9.10025-9

6. Mcilroy D, Sladen RN. Renal Physiology, Pathophysiology, and Pharmacology. Miller’s Anesthesia, 2-Volume Set [Internet]. Eighth Edi. Elsevier Inc.; p. 545–588.e7. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-7020-5283-5.00023-0

7. Carter JL, Stevens PE, Irving JE, Lamb EJ. Estimating glomerular filtration rate: comparison of the CKD-EPI and MDRD equations in a large UK cohort with particular emphasis on the effect of age. Q J Med [Internet]. 2011 Oct [cited 2014 Nov 18];104(10):839–47. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21652537

8. KDIGO Board. KDIGO 2012 clinical practice guideline for the evaluation and management of chronic kidney disease [Internet]. Kidney international. 2013. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23989362

9. Mathew T, Jones G. Interpretation of the eGFR. Common Sense Pathology. 2007;(July).

10. Michels WM, Grootendorst DC, Verduijn M, Elliott EG, Dekker FW, Krediet RT. Performance of the Cockcroft-Gault, MDRD, New CKD-EPI Formulas in Relation to GFR , Age , and Body Size. Clin J Am Soc Nephrol. 2010;5:1003–9.

11. Al-osali ME, Al-qassabi SS, Al-harthi SM. Assessment of Glomerular Filtration Rates by Cockcroft-Gault and Modification of Diet in Renal Disease Equation in a Cohort of Omani Patients. Sultan Qaboos University Med J. 2014;14(February):72–9.

(16)

12. Agaba EI, Wigwe CM, Agaba PA, Tzamaloukas AH. Performance of the Cockcroft-Gault and MDRD equations in adult Nigerians with chronic kidney disease. Int Urol Nephrol. 2009;41:635–42.

13. Jessani S, Levey AS, Bux R, Inker L a, Islam M, Chaturvedi N, et al. Estimation of GFR in South Asians: a study from the general population in Pakistan. American journal of kidney diseases [Internet]. 2014 Jan [cited 2014 Nov 26];63(1):49–58. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24074822

14. Levey AS, Stevens LA, Frcp C, Schmid CH, Zhang YL, Iii AFC, et al. A new Equation to Estimate Glomerular Filtration Rate. Ann Intern Med. 2009;150(9):604– 12.

15. Flamant M, Haymann JP, Letavernier E, Clerici C, Boffa JJ, Vrtovsnik F. GFR Estimation Using the Cockcroft-Gault , MDRD Study , and CKD-EPI Equations in the Elderly. AM J Kidney Dis [Internet]. Elsevier Inc.; 2012;60(5):847–9. Available from: http://dx.doi.org/10.1053/j.ajkd.2012.08.001

16. Drion I, Joosten H, Santing L, Logtenberg SJJ, Groenier KH, Lieverse AG, et al. The Cockcroft-Gault: a better predictor of renal function in an overweight and obese diabetic population. The European Journal of Obesity [Internet]. 2011 Jan [cited 2014 Nov 25];4(5):393–9. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22166760

Gambar

Tabel 5. Perbandingan bias, presisi dan akurasi pada subgroup
Gambar 2. Perbandingan bias dan presisi pada subgroup.

Referensi

Dokumen terkait