BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lansia adalah suatu proses menjadi lebih tua. Dengan bertambahnya umur,
fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan)
sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut (Budijanto, D.,
2013). Penyakit atau gangguan yang menonjol pada kelompok lansia adalah
gangguan pembuluh darah (dari hipertensi sampai stroke), gangguan metabolik
(diabetes mellitus), gangguan persendian (arthritis, encok dan terjatuh), gangguan
psikososial (kurang penyesuaian diri dan merasa tidak berfungsi lagi) (Bustan,
(2007) dalam Simanullang, P., Suska, F., & Asfriyati., 2011). Salah satu gangguan
kesehatan yang paling banyak dialami oleh lansia adalah pada sistem
kardiovaskuler (Teguh, 2009 dalam Astari., Dyah, P., & Adiatmika, P.G., 2012).
Oleh sebab itu, seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang (Kartinah &
Sudaryanto, A., 2008).
Tekanan darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi
merupakan pembunuh tersembunyi yang prevalensinya sangat tinggi dan
cenderung meningkat dimasa yang akan datang, juga karena tingkat keganasannya
yang tinggi menyebabkan kecacatan permanen dan kematian mendadak (Anwar,
2009). Jika hipertensi tidak terkendali, dalam jangka panjang akan berdampak
Supriyono, M., 2012). Seseorang dikatakan mengalami hipertensi apabila tekanan
darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg (Rachman, 2011).
Berdasarkan penelitian WHO-Comunity Study of the Elderly Central Java
menemukan bahwa hipertensi dan kardiovaskuler disease merupakan penyakit
kedua terbanyak yang diderita lansia setelah artritis, yaitu sebesar 15,2% dari
1203 sampel (Widyasari, D.F., & Candrasari, A., (2010)).
Penyakit hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
stroke dan tuberculosis yakni mencapai 6,7 % dari populasi kematian pada semua
umur di Indonesia (Muhlisin, A., & Laksono, R. A., 2011). Hipertensi menjadi
masalah pada lansia karena sering ditemukan dan menjadi faktor risiko stroke,
payah jantung, dan penyakit jantung koroner (Widyasari, D.F., & Candrasari, A.,
(2010)).
Data dari Dinas Kesehatan kabupaten Banyumas tahun 2012, di dapatkan
bahwa hipertensi termasuk dalam 10 besar penyakit yang tidak menular yang ada
di kabupaten Banyumas dengan jumlah 30.007 kasus dari total jumlah penduduk
sebesar 1.941.958 jiwa atau sekitar 1,54%.
Sutomo, B. (2009) menyebutkan bahwa ancaman hipertensi tidak boleh
dibiarkan begitu saja. Tekanan darah tinggi sangat berbahaya dan menakutkan,
karena memiliki banyak komplikasi apabila tidak dikontrol. Pada kenyataannya,
banyak hipertensi yang tidak diobati. Data WHO menyebutkan, dari setengah
penderita hipertensi yang diketahui hanya seperempat (25%) yang mendapatkan
Padahal, hipertensi menyebabkan rusaknya organ-organ tubuh seperti ginjal,
jantung, hati, mata hingga kelumpuhan organ-organ gerak.
Marliani, (2007) dalam Muhlisin, A., & Laksono, R.A. (2011)
mengemukakan bahwa kekambuhan penyakit hipertensi atau peningkatan darah
kembali disebabkan oleh beberapa hal yakni tidak kontrol secara teratur, tidak
menjalankan pola hidup sehat, seperti diet yang tepat, olahraga, berhenti merokok
mengurangi alkohol atau kafein, serta mengurangi stres, terutama pada orang yang
mempunyai faktor resiko hipertensi. Oleh sebab itu semua pasien hipertensi harus
melakukan perubahan pola hidup (therapeutic lifestylechanges), seperti
berolahraga teratur, menurunkan berat badan bagi yang kelebihan berat badan,
berhenti merokok, mengurangi asupan garam, dan lain-lain (Tedjasukmana, P.,
2012).
Penyakit hipertensi termasuk dalam 10 besar penyakit yang diderita oleh
penduduk terutama oleh lansia di wilayah kerja puskesmas I Baturraden pada
tahun 2012. Sementara pada tahun 2013 diperoleh data dari bulan Januari sampai
dengan Desember diperoleh data bahwa penyakit hipertensi termasuk dalam 10
besar penyakit yang diderita oleh penduduk lansia yang berusia antara 45 sampai
dengan 59 tahun yaitu sebesar 920 kasus dari total jumlah penduduk lansia yang
berusia 45 sampai dengan 59 tahun diwilayah kerja puskesmas 1 Baturraden
sebanyak 5087 atau sebesar 18,08%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penderita
hipertensi di wilayah puskesmas I Baturraden masih tinggi.
Berdasarkan data tersebut peneliti ingin mengetahui tentang tentang
Darah di Wilayah Kerja Puskesmas I Baturraden Kecamatan Baturraden
Kabupaten Banyumas”.
B. Rumusan Masalah
Hipertensi merupakan penyakit yang banyak diderita pada manusia
terutama pada lansia. Di wilayah kerja puskesmas I Baturraden pada tahun 2013,
penyakit hipertensi juga termasuk dalam 10 besar penyakit yang diderita
penduduk. Data yang diperoleh dari bulan Januari sampai dengan Desember
bahwa kasus hipertensi yang diderita oleh penduduk yaitu sebesar 920 kasus
(18,08%) pada pasien yang berusia antara 45 sampai dengan 59 tahun dari total
jumlah penduduk lansia yang berusia 45 sampai dengan 59 tahun diwilayah kerja
puskesmas 1 Baturraden sebanyak 5087. Oleh sebab itu pasien hipertensi harus
melakukan perubahan pola hidup (therapeutic lifestylechanges), seperti
berolahraga teratur, menurunkan berat badan bagi yang kelebihan berat badan,
berhenti merokok, mengurangi asupan garam, dan lain-lain.
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan Pola Hidup Sehat Lansia dengan
Hipertensi terhadap Status Tekanan Darah di Wilayah Kerja Puskesmas I
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola hidup sehat lansia dengan hipertensi
terhadap status tekanan darah di wilayah kerja puskesmas I Baturraden
kecamatan Baturraden kabupaten Banyumas.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden lansia dengan hipertensi
meliputi jenis kelamin dan umur di wilayah kerja puskesmas I Baturraden
b. Untuk mengetahui pola hidup sehat lansia dan status tekanan darah lansia
dengan hipertensi
c. Untuk mengetahui hubungan status berat badan lansia dengan hipertensi
terhadap status tekanan darah
d. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik lansia dengan hipertensi
terhadap status tekanan darah
e. Untuk mengetahui hubungan konsumsi garam lansia dengan hipertensi
terhadap status tekanan darah
f. Untuk mengetahui hubungan manajemen stres lansia dengan hipertensi
terhadap status tekanan darah.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
2. Bagi Responden
Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengetahun tentang
bagaimana pola hidup sehat lansia dengan hipertensi terhadap status tekanan
darah
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat memberikan wawasan masukan kepada pelayan kesehatan tentang
pola hidup sehat lansia dengan hipertensi terhadap status tekanan darah pada
penderita hipertensi
4. Bagi ilmu pengetahuan
Diharapkan hasil penelitian dapat berguna sebagai referensi bagi yang hendak
meneliti lebih lanjut mengenai pola hidup sehat lansia dengan hipertensi
terhadap status tekanan darah
E. Penelitian Terkait
1. Sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh Wijayanto, J., (2010) dengan
judul “Faktor Yang Menyebabkan Kekambuhan hipertensi Pada Lansia Di
Puskesmas Sumbang II Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas”.
Penelitian ini menggunakana metode penelitian deskriptif eksploratif,
pengambilan sampel secara Purposive Sampling, dengan memperoleh hasil
penelitian ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi garam
dengan kekambuhan penyakit hipertensi pada lansia di puskesmas Sumbang
II dengan nilai p = 0,023, kebiasaan merokok p = 0,001, kebiasaan tidur p
tidak ada hubungan yang signifikan antara berat badan dengan kekambuhan
penyakit hipertensi p = 0,282, kebiasaan minum kopi p = 0,005. Kebiasaaan
konsumsi garam merupakan variabel yang paling dominan pengaruhnya
dengan kekambuhan penyakit hipertensi p = 0,009.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Wijayanto, J., (2010) adalah dalam
penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif corelation dengan
menggunakan simple random sampling.
2. Penelitian terkait dengan penelitian ini telah dilakukan oleh Saputra, J.R.,
(2013) dengan judul hubungan antara dukungan sosial keluarga, pengetahuan
dan sikap dengan perilaku pengendalian tekanan darah pada penderita
hipertensi di wilayah kerja puskesmas I Banyumas kabupaten Banyumas
penelitiana ini menggunakan jenis penelitian deskriptik korelasi dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh pasien dengan hipertensi yang memeriksakan tekanan darahnya pada
puskesmas selama 3 bulan terakhir yaitu 131 orang. Teknik pengambilan
sampel menggunakan simple random sampling dengan jumlah sampel 57
orang. Hasil dan kesimpulan : ada hubungan antara dukungan sosial keluarga
dan sikap (p-value1= 0,026, p-value2 = 0,016 ) terhadap perilaku
pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas 1 Banyumas kabupaten Banyumas dan tidak ada hubungan antara
pengetahuan (p-value = 0,694) terhadap perilaku pengendalian tekanan darah
pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas 1 Banyumas kabupaten
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Saputra, J.R., (2013) adalah bahwa
penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif corelation dengan
menggunakan simple random sampling, dengan variabel yang akan diteliti adalah hubungan pola hidup sehat lansia dengan hipertensi terhadap status
tekanan darah di wilayah kerja puskesmas I Baturraden kecamatan Baturraden