BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa. Masa
remaja ditandai dengan kematangan fisik, sosial, dan psikologis yangberhubungan
langsung dengan kepribadian, seksual, dan peran sosial remaja. Masa remaja juga
dapat dimulai sejak seseorang menunjukkan tanda-tanda pubertas dan berlanjut
hingga kematangan seksual. Perubahan hormon seksual di dalam tubuhnya ditandai
dengan kematangan seksual sehingga dorongan seksual yang timbul semakin meluap.
Pemahaman yang kurang tentang perilaku seksual pada masa remaja amat merugikan
bagi remaja sendiri termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami
perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial, dan seksual. Perkembangan
ini berlangsung mulai sekitar 12 tahun sampai 20 tahun (WHO, 2010).
Survei pada 24 negara di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa
perilaku seks remaja sudah dimulai sejak usia 15 tahun. Survei dilakukan kepada
33.943 di 24 negara yang dikerjakan oleh sebuah LSM Perancis tersebut,
menunjukkan 13,2 % remaja berperilaku seks aktif semenjak usia 15 tahun.
Sementara 82% lainnya, menggunakan alat kontrasepsi (Pahaji, 2008). Diperkuat dari
sebuah survei yang dilakukan oleh Youth Risk Behavior survei (YRBS) secara Nasional di Amerika Serikat pada tahun 2006 mendapati bahwa 47,8% pelajar yaang
duduk dikelas 9-12 telah melakukan hubungan seks pranikah, 35% SMA telah aktif
Kecenderungan perilaku seksual pra nikah di kalangan remaja dari 19.173
responden, 92% sudah berpacaran, dan pada saat berpacaran melakukan pagang –
pegang tangan, 82% berciuman, 62% melakukan petting, dan 10,2% sudah melakukan
hubungan seks bebas (BKKBN, 2010). Di perkuat dari suatu penelitian yang pernah
dilakukan BKKBN (Badan Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional) menyatakan
bahwa perilaku seksual remaja belakangan ini memang mencemaskan. Persentase
remaja laki-laki yang melakukan hubungan seksual adalah 34,9% dan perempuan
yang pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah sebesar 24%. Remaja di
Jakarta yang pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah ada sebanyak 42%
(BKKBN, 2008).
Berdasarkan laporan studi kasus yang dilakukan oleh Pusat Informasi dan
layanan Remaja (PILAR) Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa
Tengah pada tahun 2010 tercatat mitra 8.463 yang berkonsultasi melalui telepon, surat
dan tatap mata, kasus tertinggi terdapat juga pada hubungan seksual pranikah
berjumplah 863 jiwa, aborsi 687, kehamilan pranikah 483, PMS 452, memakai
kontrasepsi 347, masalah pacaran 778, masalah dengan keluarga 449, masalah
sekolah 344.
Khosidah A, (2010) mengatakan bahwa di sekolah X di cilacap terdapat 540
siswa pada bulan Desember 2009, dengan jumlah siswa masing–masing kelas X
sejumlah 278 siswa dan kelas XI sejumlah 262 siswa. Dalam dua tahun terakhir ini
ditemukan sejumlah 30% siswa terutama siswa laki–laki kedapatan menyimpan video
porno dalam handphone dan ada 35% siswa - siswi kedapatan berpegangan tangan.
Sejumlah faktor menjadi penyebab seperti pemahaman tentang seks di
kalangan remaja yang masih sangat minim. Kondisinya semakin mengkhawatirkan
yang memudahkan setiap orang mengakses konten negatif seperti pornografi. Hasil
penelitian yang dilakukan Soetjiningsih (2006) menunjukkan,makin baik hubungan
orang tua dengan anak remajanya, makin rendahperilaku seksual pranikah remaja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja paling
tinggi adalah hubungan antara orang tua dengan remaja, tekanan teman sebaya,
pemahaman tingkat agama(religiusitas), dan eksposur media pornografi.
Begitu pula dengan hasil penelitian Pangkalia (dalam Seotjiningsih, 2006)
menunjukan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku seks pada remaja
adalah hubungan orang tua remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahan tingkat
agama (religius) dan eksposur media pornografi memiliki pegaruh yang signifikan,
baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja.
Bahkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan
perilaku seksual remaja yang sedang berpacaran, dimana semakin tinggi religiusitas
maka perilaku seksual semakin rendah, dan sebaliknya (Idayanti, 2002). Menurut
Sarwono (1997), ada beberapa faktor yang dianggapberperan dalam munculnya
permasalahan seksual pada remaja, diantaranya perubahan – perubahan hormonal
yang dapat meningkat hasrat seksual remaja, penyebaran informasi yang salah
misalnya dari buku – buku dan VCD porno, rasa ingin tahu (ceriousity) yang sangat
besar, serta kurangnya kontrol orang tua terhadap anaknya da juga pengetahuan yang
dapat dari orang tua dikarenakan orang tua menggap hal tersebut tabu untuk
dibicarakan.
Banyaknya persoalan mengenai penyimpangan seks pada remaja berawal dari
pergaulan negatif. Bagi sebagian remaja, pergaulan atau gaul merupakan sebuah
diimbang idan dibentengi dengan citra diri. Hal itu akan mengakibatkan remaja
bergaul tanpa kendali, tanpa batasan norma, etika, hukum dan agama.
Kondisi itu akan merusak masa depan bangsa dan negara disamping masa
depan remaja itu sendiri. Apalagi suatu saat mereka akan berkeluarga dan harus
membina dan membangun rumah tangga agar mampu melahirkan generasi penerus
yang berkualitas (Sudarmi, 2008).
Di Indonesia yang mengatur tentang pelarangan seks bebas adalah UU Nomor
44 Tahun 2008 tentang pornografidan KUHP pasal 284. Walaupun pada
kenyataannya perangkat hukum tersebut masih rapuh karena belum bisa menindak
tegas para pelaku seks bebas. Pelaku seks bebas tidak bisa disebut melanggar UU
Pornografi bila perbuatan itu tidak dimaksudkan untuk konsumsi masyarakat. Juga
tidak bisa dikategorikan zina menurut KUHP, karena zina menurut KUHP merupakan
delik aduan, jadi mereka baru bisa dikatakan berzina bila ada yang mengadukan
(Detiknews, 2010).
Mayoritas remaja melakukan hubungan seksual pertama kali saat di bangku
SMA, yaitu pada usia antara 15-18 tahun. Perilaku seksual pranikah remaja adalah
segala tingkah laku seksual yang didorong oleh hasrat seksual lawan jenisnya, yang
dilakukan oleh remaja sebelum mereka menikah. Karakteristik remaja atau faktor
personal, keluarga dan faktor-faktor di luar keluarga seperti sekolah, dan media
sekitanya dapat untuk memprediksi aktivitas seksual remaja.
Berdasarkan hasil survae awal yang dilakukan pada siswa di sekolah X dari
mereka mengungkapkan pernah melakukan ciuman, meraba payudara, mengesekan
alat vital, oralsex bahkan sudah ada yang pernah berhubungan intim. Dengan tehnik random sampling, didapatkan disimpulkan 7 siswa dari 10 siswa pernah melakukan
memfokuskan pembahasan dengan judul hubungan pola asuh, teman sebaya, dan
media massa dengan perlikaku seksual pada siswa disekolah X Tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Begitu banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada kalangan
remaja seperti sumber informasi (media), semakin mudah orang untuk mendapatkan
informasi elektronik, begitu pula mudah orang mendapatkan film tentang perilaku
seks atau flim porno. Bahkan dikalangan siswa SMA juga banyak melakukan perilaku
seks karena faktor tersebut.
Oleh karena itu penulis tertarik dengan hubungan pola asuh, teman sebaya dan
media massa terhadap perilaku seksual pada siswa disekolah X tahun 2014.
C. Tujuan Penelitia
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola asuh, teman sebaya dan media terhadap
perilaku seksual siswa disekolah X tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pola asuh
b. Mengidentifikasi teman sebaya
c. Mengidentifikasi media massa
d. Mengidentifisi hubungan antara pola asuh, teman sebaya dan media massa
dengan perilaku seksual
e. Mengidentifikasi faktor yang paling dominan antara pola asuh, teman sebaya,
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Diharap hasil penelitian ini dapat meningkatkaan pengetahuan penilitian dan
pembaca tentang faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah pada
siswa disekolah X.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Orang Tua
Memberi pemahaman pada orang tua tentang pentingnya kontrol pada anak
terhadap pengaruh perilaku seks pranikah
b. Bagi Instansi terkait
Diharapkan dapat bermanfaat bagi dinas ksehatan, Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan, BKKBN, dan intansi terkait agar dapat memperbaiki kesehatan
reproduksi remaja dan penaggulangan perilaku seks pranikah di kalangan
remaja
c. Bagi intansi
Sebagai referensi untuk mengkaji lebih lnjut tengtang perkembangan dan
bahaya seks pranikah
d. Bagi peneliti
Sebagai media pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman tentang
pembelajaran dan meningkatkan pengetahuan dalam penelitian sehingga dapat
E. Penelitian Terkait
Pada penelitian sebelumnya terdapat penelitia yang mendukung penilitian ini
yaitu:
1. Ririn Darmasih (2009) tentang faktor yang mempengaruhi perilaku seks
pranikah pada remaja SMA di Surakarta. Penelitian ini merupakan
penelitianobservasional dengan rancangan crosssectional, yang dilengkapi pendekatan metode kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah
remaja yang berusia antara 15 – 18 tahun yang bersekolah SMA di Surakarta.
Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah Simple randomsampling.
Berdasarkan hasil penilitian inin dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
pengetahuan p=0,002 (p,0,05) dengan nilai koefisien (-0,129), pemahaman
tingkat agama p=0,022 (p<0,05) dengan nilai koefisien (-0,315), sumber
informasi p=0,002 (p<0,05) dengan nilai koefisien (0,201), dan peranan
keluarga p=0,000 (p<0,05) dengan nilai koefisien (-0,394). Sehingga ada
pengaruh pengetahuan, pemahan tingkat agama, sumber informasi dan
peranan keluarga terhadap perilaku seks pranikah pada remaja SMA di
Surakarta.
Persmaan dari penelitian tersebut sama – sama meneli tentang perilaku sek
pranikah. Adapun perbedaan dari penelitian tersebut yaitu pada metode
penelitian yaitu dengan kualitatif.
2. Anna Salisa (2010) tentang perilaku seks pranikah dikalangan remaja.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sumber data diperoleh melalui
dokumentasi dan wawancara akademik. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian menggunakan Indepth interview, observasi, dan dokumen.
fungsi keluaarga, hal ini memicu mereka untuk berperilaku bebas bahkan
melanggar norma sekalipun, karena merasa tidak ada yang peduli atau
mencegah hal tersebut. 2) Pengaruh media, hal tersebut menujukan bahwa
media sangat berpengaruh terhadap perilaku sek pranikah. 3) Rendahya
pendidika nilai – nilai agama, hal tersebut nampak dari pendapat dari
responden yang mengakui bahwa mereka masih belim memahami pemdidikan
agama yaang mereka peroleh selama ini.
Pesamaan dari penilitian trsebut sama – sama meneliti tentang perilaku seks
pranikah dengan metode kuantitatif. Adapun perbedaan dari peneliti tersebut
yaitu pada faktor yang diteliti.
3. Ika Nur Chaerani (2009) tentang faktor teman sebaya, keterpaparan media
dalam perilaku seksual pranikah remaja di SMA N 1 Baturaden dan SMA N 1
purwokerto denga hasil “sejumlah responden melakukan perilaku seksual
pranikah di SMA N 1 Baturaden 64,8% lebih banyak bila dibandingkan
responden SMA N 1 purwokerto yang hanya 28,8%.
Persmaan dari penelitian tersebut sama – sama meneliti tentang perilaku sek
pranikah dan perbedaandari penelitian tersebut yaitu pada metoe cress sectional, menbandingkan dua SMA.
4. Shella Widya Puspita (2010) meneliti tentang perilaku seksual, berdasarkan
hasil penelitiannya intensitas cinta subjek penelitian berada pada dalam
katagori sedangditunjukan pada maenhipotetik sebesar 75 berada pada
rentang sekor 67 – 82, sikap terhadap pornografi berada dalam rentang
katagori netral ditunjukan dengan maen sebesar 70,40 berada dalam rentang
sekor 70 - 86 dan perilaku seksualnya berada pada katagori rendah,
Pesamaan dari penilitian trsebut sama – sama meneliti tentang perilaku seks
pranikah dengan metode kuantitatif. Adapun perbedaan dari peneliti tersebut