1. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan dedifinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan
dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi (Prawirohardjo, 2011; h 213). Kehamilan merupakan
waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum
memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan
kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. (Helen Varney, 2007;
h.501).
Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 pekan (minggu)
atau 10 bulan (lunar months). Kehamilan dibagi atas triwulan (trimester): I antara minggu 0 – 12, II antara minggu 12 – 28, dan
III antara minggu 28 – 40. (Rustam Mochtar, 2012; h.35).
Disimpulkan bahwa kehamilan adalah hasil konsepsi
kehamilan ( bertemunya sel sperma dan ovum ) yang
berimplantasi di dalam Rahim serta akan tumbuh dan
berkembang menjadi janin sampai lahir.
b. Proses kehamilan
Menurut Mochtar, 2012; h.16 proses permulaan kehamilan
pembuahan (konsepsi), nidasi (implantasi), plasenta dan mukosa
rahim.
Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan
(konsepsi). Pembuahan atau konsepsi sering disebut fertilisasi.
Fertilisasi adalah penyatuan sperma laki-laki dengan ovum
perempuan. Spermatozoa merupakan sel yang sangat kecil
dengan ekor yang panjang sehingga memungkinkan untuk
bergerak dalam media cair dan dapat mempertahankan
fertilisasinya selama 2 sampai 4 hari. Sel telur (ovum) akan hidup
maksimal 48 jam setelah ovulasi. Oleh karena itu agar fertilisasi
berhasil, senggama harus dilakukan dalam waktu 5 hari di sekitar
ovulasi (Hutahean, 2013, H, 57).
c. Perubahan Fisiologis Kehamilan
1) Saluran reproduksi
a) Uterus
Selama beberapa minggu pertama, uterus
mempertahankan bentuknya yang mirip buah pir, tetapi
seiring dengan kemajuan kehamilan, korpus dan fundus
mengambil bentuk lebih membulat, dan menjadi hampir
sferis pada 12 minggu. Kemudian organ ini mengalami peningkatan pesat dalam ukuran panjangnya daripada
lebarnya dan mengambil bentuk ovoid. Uterus yang terus membesar ini kemudian berkontak dengan dinding
superior, dan terus tumbuh sehingga akhirnya mencapai hati. (William, 2014; h.113).
Tabel 2.1 Ukuran tinggi fundus uteri menurut spiegelberg.
Umur kehamilan (minggu) Ukuran (cm)
22 -28 24 – 25
28 26,7
30 29,5 – 30
32 29,5 – 30
34 31
36 32
38 33
40 37,7
Sumber: Rustam Mochtar, 2012; h.41
Dengan mengetahui tinggi fundus uteri dapat menentukan taksiran berat badan janin dengan menggunakan rumus
Johnson – Tausak: BB = (mD-12) x 155. Keterangan: mD
adalah tinggi fundus uteri, BB adalah berat badan janin. (Rustam Mochtar, 2012; h.41).
Tabel 2.2 Hubungan tua kehamilan,besar uterus dan tinggi
fundus uteri
Akhir bulan Besar uterus Tinggi fundus uteri
1 Lebih besar dari
biasa
Belum teraba (palpasi)
2 Telur bebek Dibelakang simfisis
3 Telur angsa 1-2 jari diatas simfisis ,
4 Kepala bayi Pusat
5 Kepala dewasa 2-3 jari di bawah pusat
6 Kepala dewasa Kira-kira setinggi pusat
7 Kepala dewasa 2-3 jari diatas pusat ,
pertengahan pusat-
8 Kepala dewasa Prosesus xiphoideus
9 Kepala dewasa 3 jari di bawah px atau
sampai setinggi px
10 Kepala dewasa sama dengan
kehamilan 8 bulan
melebar kesamping
Sumber . Rustam Mochtar,2012; h.42
b) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi, serviks sudah mulai mengalami perlunakan dan sianosis mencolok. Terjadi karena peningaktan vaskularitas dan edema serviks
keseluruhan, disertai oleh hipertrofi dan hiperplasia
kelenjar serviks. (Straach, dkk 2005 dalam William, 2014; h.114).
c) Ovarium
Selama kehamilan, ovulasi berhenti dan
pematangan folikel– folikel baru ditunda. Biasanya hanya satu korpus luteum yang ditemukan pada wanita hamil (William, 2014; h.114).
Otot – otot tuba uterina hanya sedikit mengalami
hipertrofi selama kehamilan. Namun, epitel vulva tuba
menjadi agak mendatar (Batukan, dkk.,2007 dalam
William, 2014; h.115).
e) Vagina dan Perineum
Terjadi peningkatan vaskularitas dan hiperemia di kulit dan otot perineum dan vulva, disertai perlunakan jaringan ikat dibawahnya, menyebabkan warna vagina
menjadi keunguan (tanda Chadwick). Ketebalan vulva, melonggarnya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos sehingga terbentuk gambaran berpaku - paku halus.
Sekresi vagina meningkat berupa cairan putih agak kental.
pH berkisar 3,5 sampai 6. Disebabkan oleh peningkatan
produksi asam laktat dari glikogen di epirel vagina oleh kerja lactobacillus acidophilus (William, 2014; h.116). 2) Kulit
Meningkatnya aliran darah ke kulit selama kehamilan
berfungsi untuk mengeluarkan kelebihan panas yang
terbentuk karena meningkatnya metabolisme. Alur – alur
mengenainya akibat dari itu otot rektus terpisah di garis
tengah, menciptakan suatu diastasis rekti dengan derajat bervariasi. Hiperpigmentasi, garis tengah pada abdomenlinea alba atau linea nigra (hitam kecoklatan). Muncul bercak – bercak kecoklatan dengan berbagai ukuran di wajah dan leher
atau cloasma gravidarum. Pigmentasi di aerola dan kulit genital juga dapat bertambah. Perubahan – perubahan ini
akan menghilang atau berkurang setelah persalinan. (William,
2014; h.116).
3) Payudara
Pada minggu – minggu awal kehamilan sering merasakan
nyeri payudara. Setelah bulan kedua membesar dan
memperlihatkan vena – vena halus di bawah kulit. Puting
menjadi jauh lebih besar, bewarna lebih gelap dan lebih
tegak. Beberapa bulan pertama pemijatan puting akan
mengeluarkan cairan kuning kental kolostrum. Pada aerola
lebih lebar dan lebih gelap, tersebar sejumlah tonjolan kecil
kelenjar montgomery. Ukuran payudara yang berubah
membesar tidak berkaitan dengan volume air susu yang
dihasilkan (William, 2014; h.116).
4) Perubahan Metabolik
a) Penambahan berat badan
ekstravaskular. Hytten (1991) melaporkan bahwa penambahan berat badan selama kehamilan adalah
sekitar 12,5 kg (William, 2014; h.117).
b) Metabolisme air
c) Metabolisme protein
d) Metabolisme karbohidrat
e) Metabolisme lemak
f) Metabolisme elektrolit dan mineral (William, 2014; h.11
5) Perubahan Hematologis
Setelah 32 sampai 34 minggu kehamilan, hipervolemia
yang telah lama diketahui besarnya adalah 40 sampai 45% di
atas volume darah sebelum hamil. Mulai meningkat pada
trimester pertama minggu ke 12 (William, 2014; h.119).
6) Sistem kardiovaskular
Perubahan pada fungsi jantung mulai tampak selama 8
minggu pertama kehamilan (McLaughlin dan Roberts, 1999
dalam William, 2014. h.123). berkurangnya resistensi vaskular sistemik dan meningkatnya kecepatan jantung. Dalam posisi
terlentang, tekanan vena femoralis terus meningkat, dari sekitar 8 mmHg menjadi 24 mmHg menjelang aterm
membuktikan mengalami hambatan kecuali pada posisi
7) Saluran pernapasan
Diafragma terangkat sekitar 4 cm selama kehamilan. Pergerakkannya pun lebih besar dibandingkan tak hamil.
Jumlah oksigen yang diperlukan meningkat (William, 2014;
h.127).
8) Sistem kemih
Ukuran ginjal sedikit meningkat. Clearance kreatinin pada kehamilan rerata sekitar 30% lebih tinggi daripada nilai 100
sampai 115 ml/mnt pada wanita tak hamil (Lindheimer, dkk.,
2000 dalam William, 2014; h.129).
9) Saluran pencernaan
Lambung dan usus tergeser oleh uterus yang terus membesar. Pada wanita hamil tekanan intraesofagus
berkurang dan tekanan intralambung meningkat. Peristaltik esofagus menurun. (Ulmsten dan Sundstrom, 1978).
Gusi mengalami hiperemia dan melunak selama kehamilan dan dapat berdarah setelah trauma ringan. Haemoroid terjadi disebabkan konstipasi dan peningkatan tekanan di vena –
vena dibawah uterus yang membesar (William, 2014; h.131). d. Pertumbuhan dan perkembangan janin
Pertumbuhan dan perkembangan janin menurut Varney (2007,
hal. 504) yaitu :
Pertumbuhan dan perkembangan dimulai dengan fertilisasi
dan proses fusi pronekleus pada wanita dan pria
masing-masing dari ovum dan sperma. Proses fusi ini menghasilkan
sel tunggal yang disebut zigot. Segera setelah fertilisasi zigot yang dihasilkan mulai mengalami pembelahan sel mitosis,
yang disebut pembelahan.
(1) Minggu ke 3
Ditandai dengan mulainya morfogenesis, yakni
perkembangan bentuk tubuh (embrio).
(2) Minggu ke 4
Jantung mulai bedetak pasca fertilisasi (enam minggu
berdasarkan masa menstruasi terahir). Selama minggu ke
4 terjadi perkembangan lapisan longitudinal meliputi
lapisan kepala dan lapisan ekor yang mengubah embrio
dari bentuk yang lurus enjadi bentuk yang memiliki lekuk.
Pada ahir minggu ke 4, embrio diperkirakan memiliki
ambaran seperti kadal dan mempunyai bakal telinga
(lubang otis), lengan (bakal lengan), tungkai (bakal
tungkai), dan struktur leher dan wajah (empat lekuk brakial
pertam).
(3) Minggu ke 5
Perkembangan pesat pada otok menghasilkan
perkembangan kepala yang membesar dan membuatnya
lainnya. Perkembangan berlangsung dari kepala hingga
bokong dan tungkai berkembang, mata terbentuk bakal
lensa, cangkir optic dan pigmen retina.
(4) Minggu ke 6
Perkembangan pada minggu ini terbentuk mulut, hidung,
dan mata mulai terlihat.
(5) Minggu ke 7
Perkembangan janin pada minggu ini yaitu berkembang
lempeng kaki , kelopak mata dapat terlihat, usus halus
mengalami herniasi ke bagian belakang tali pusat yang
memiliki ruan untuk usus tersebut.
(6) Minggu ke 8
Periode ini menandai ahir dari periode embroik. Semua
struktur eksternal dan internal sudah terbentuk dan
mengalami perkembangan.
a) Trimester kedua dan ketiga
(1) Minggu ke 13-16
Kelopak mata mengalami fusi sedangkan kepala
berkembang lambat, sementara telinga bergerak ke
posisi yang lebih tinggi pada kepala dan dagu, kedua
lengan telah mencapai panjang sesungguhnya, kuku
jari tangan mulai berkembang, respon reflek sudah
kelamin mulai jelas terlihat, pada minggu ke 16 terjadi
perkembangan tulang.
(2) Minggu ke 17-20
Kaki telah mencapai panjang total, kuku jari kaki mulai
tumbuh, kelopak mata masih menyatu, pada ahir bulan
vernik caseosa mulai menutupi seluruh tubuh. Vernik
caseosa adalah campura sebum (sekresi dari kelenjar
sebasea) dan sel spitel permukaan yang tebal, suatu
substansi seperti keju yang melindungi kulit janin yang
rapuh. Detak jantung dapat terdengar dengan
menggunakan fetoskop.
(3) Minggu ke 21-24
Seluruh tubh janin dilapisi lanugo, yakni rambut halus
yang menurun, bakal gigi permanen telah muncul,
tangan mulai membentuk kepalan dan pegangan,
lemak coklat yang merupakan sumber energy, produksi
panas, dan pengaturan panas pada bayi baru lahir juga
mulai terbentuk.
(4) Mingg ke 25-28
Sufaktan mulai dihasilkan paru-paru pada usia 26
minggu, gerakan menghisap semakin kuat, mata mulai
(5) Minggu ke 29-32
Tubuh janin sudah berisi elemak,janin telah memiliki
kendali terhadap gerak pernafasan yan berirama dan
temperature tubuh, mata telah terbuka, reflek cahaya
terhadap pupil muncul.
(6) Minggu ke 33-36
Kulit mulai halus, tubuh menjadi semakin bulat, rambut
memanjang, kuku sudah sempurna, testis sebelh kiri
biasanya telah turun ke skrotum.
(7) Minggu ke 37-40
Pertumbuhan dan perkembanan janin telah mencapai
sempuna dengan dada dan kelenjar payudara
menonjol pada kedua jenis kelamin, kedua testis sudah
masuk ke skrotum, lanugo semakin menghilang
Tabel 2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
menurut Manuaba, 2010, hal. 89.
Usia kehamilan Panjang janin Ciri khas
4 minggu 7,5-10 mm Rudi menter : hidung telinga, dan mata
8 minggu 2,5 cm Kelapa fleksi kedada.
Hidung kuping dan jari terbentuk. 12 minggu 9 cm Kuping lebih jelas
Kelopak mata terbentuk dan Genetalia eksterna terbentuk
16 minggu 16-18 cm Genetal jelas terbentukKulit merah tipis
20 minggu 25 cm Kulit tebal dengan rambut lanugo Kelopak mata jelas, alis dan bulu
tampak
24 minggu 30 cm Berat badan 1000gram
Menyempurnakan janin
28 minggu 31 cm Bayi cukup bulan
Kulit berambut dengan baik Kulit kepala tumbuh baik
40 minggu 50-55 cm Pusat penulangan pada fibia proksimal
b) Perubahan Psikologis Kehamilan
Semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup
labil. Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya
kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi
mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan. Menjadi
sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan. Merasa
sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri dan pada
bayinya. Tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri dan
cenderung menuntut. (Varney,2007., h. 501).
Trimester pertama adalah periode penyesuaian atau
penerimaan terhadap kenyataan. 80% mengalami kekecewaan,
penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan. Waktu dimana
terjadi penurunan libido tapi tidak menentukan bahwa wanita
hamil tirmester pertama tidak ada hasrat hubungan seksual.
Trimester kedua merasa nyaman dan bebas dari segala
ketidaknyamanan. Lebih banyak bersosialisasi dengan wanita
hamil lainnya, sudah dapat menerima kehamilan, mempersiapkan
peran baru. Mengalami kemajuan untuk berhubungan seksual.
Hilang rasa menuntut kasih sayang namun mencari kasih sayang
dari orang terdekatnya. (Varney,2007., h. 502).
Trimester ketiga disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Wanita mulai menyadari bayi sebagai makhluk
terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran sang bayi.
Fokusnya hanya tentang kelahiran dan bayinya dengan rasa
waspada. Merasakan ketidaknyamanan fisik. (Varney,2007., h.
503).
c) Tanda – Tanda Kehamilan
1) Tanda kemungkinan kehamilan :
a. Amenorea (terlambat haid). Konsepsi dan Nidasi
menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan
ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir
dengan perhitungan rumus Naegle, dapat ditentukan perkiraan persalinan.
b. Mual dan muntah (emesis). Pengaruh esterogen dan
progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut
dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan
berkurang.
c. Ngidam. Yaitu menginginkan makanan tertentu.
d. Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbukan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.
e. Payudara tegang. Pengaruh esterogen-progesteron dan
somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara.
f. Sering miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
g. Konstipasi. Pengaruh progesteron dapat menghambat
peristaltik usus
h. Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisisanterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi,
dinding perut dan sekitar payudara.
i. Epulis
hipertofi papilla gingivalis.
j. Varises. Pengaruh esterogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah.
2) Tanda tidak pasti hamil :
b. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda
Chadwicks, piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan teraba
ballotement.
c. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif
3) Tanda pasti hamil :
a. Gerakan janin dalam rahim
b. Terlihat / teraba gerakan janin dan teraba bagian – bagian
janin
c. Adanya denyut jantung janin
(Manuaba, 2010; h.107-109).
d) Tanda Bahaya Kehamilan
Pada umumnya 80 – 90 % kehamilan akan berlangsung
normal dan hanya 10 – 12 % kehamilan disertai dengan
penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis.
1) Pendarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah
20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Disebabkan
oleh kelainan kromosom yang ditemui pada spermatozoa
ataupun ovum. Penyebab yang sama dan menimbulkan gejala perdarahan pada kehamilan muda dan ukuran pembesaran
solusio plasenta (40%) atau vasa previa (5%) dari keseluruhan kasus perdarahan antepartum.
2) Preeklampsia. Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai dengan paningkatan tekanan darah di
atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Gejala lainnya yaitu: hiperrefleksia (irritabilitas susunan saraf pusat), ssakit kepala atau cepalgia, gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, nyeri epigastrik, oliguria, tekanan darah naik,
sistolik (20-30 mmHg) dan diastolik (10-20 mmHg) diatas normal.
Proteinuria, edema menyeluruh.
3) Nyeri hebat di daerah abdominopelvikum. Bila terjadi pada kehamilan trimester dua atau ketiga dan disertai dengan riwayat
dan tanda – tanda seperti tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan, bagian – bagian janin sulit diraba, uterus tegang dan nyeri, janin mati di dalam rahim bisa jadi itu tanda dari solusio plasenta.
4) Dan gejala lain yang harus diwaspadai yaitu muntah berlebihan
yang berlangsung selama kehamilan, disuria, menggigil atau demam, ketuban pecah dini atau sebelum waktunya.
(Sarwono, 2010; h.281).
e) Keluhan – keluhan saat kehamilan
1) Nausea
sering terjadi pada siang atau sore hari atau bahkan
sepanjang hari (Varney, 2007; hal .536-537).
2) Ptialisme (Salivasi Berlebihan)
Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat disebabkan oleh peningkatan keasaman di dalam
mulut atau peningkatan asupan zat pati, yang
menstimulasi kelenjar saliva pada wanita yang rentan
mengalami sekresi berlebihan (Varney, 2007; h.537).
3) Keletihan
Keletihan dialami pada trimester pertama, namun
alasannya belum diketahui. Salah satu dugaan adalah
bahwa keletihan diakibatkan oleh penurunan drastis laju
metabolisme dasar pada awal kehamilan, tetapi alasan hal
ini terjadi masih belum jelas.Untungnya, keletihan
merupakan ketidaknyamanan yang terbatas dan biasanya
hilang pada akhir trimester pertama (Varney, 2007; h.537).
4) Nyeri punggung bagian atas (Nonpatologis)
Nyeri punggung bagian atas terjadi selama
trimester pertama akibat peningkatan ukuran payudara,
yang membuat payudara menjadi berat.Pembesaran ini
dapat mengakibatkan tarikan otot jika payudara tidak
disokong adekuat (Varney, 2007; h.538).Metode untuk
mengurangi nyeri ini ialah dengan menggunakan bra yang
mobilitas payudara, bra penyokong yang berukuran tepat
juga mengurangi ketidaknyamanan akibat nyeri tekan pada
payudara yang timbul karena pembesaran payudara
(Varney, 2007; h.538)
5) Leukorea
Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan konsistensi kental atau cair, yang dimulai
pada trimester pertama. Upaya untuk mengatasi leukorea
adalah dengan memperhatikan kebersihan tubuh pada
area tersebut dan mengganti panty berbahan katun dengan sering (Varney, 2007; h.538).
6) Peningkatan Frekuensi Berkemih
Frekuensi berkemih selama trimester pertama
terjadi akibat peningkatan berat pada fundus uterus.
Peningkatan berat pada fundus uterus ini membuat istmu
menjadi lunak (tanda hegar), menyebabkan antefleksi
pada uterus yang membesar. Hal ini menimbulkan tekanan
langsung pada kandung kemih. Frekuensi berkemih pada
trimester ketiga paling sering dialami oleh wanita
primigravida setelah lightening terjadi. Efek lightening adalah bagian presentasi akan menurun masuk kedalam
panggul dan menimbulkan tekanan langsunng pada
kandung kemih. Tekanan ini menyebabkan wanita merasa
7) Nyeri Ulu hati
Nyeri ulu hati, ketidaknyamanan yang mulai timbul
menjelang akhir trimester ke dua dan bertahan hingga
trimester ketiga adalah kata lain untuk regurgitasi atau
refluks isi lambung yang asam menuju esophagus bagian
bawah akibat peristaltis balikan. Isi lambung bersifat asam
karena sifat asam hidroklorida ini menyebabkan materi
tersebut membakar tenggorok dan teraba tidak enak
(Varney, 2007; h.538).
8) Flatulen
Peningkatan flatulen diduga akibat penurunan
mortilitas gastrointestinal. Hal ini kemungkinan merupakan
akibat efek peningkatan progesteron yang merelaksasi otot
halus dan akibat pergeseran serta tekanan pada usus
halus karena pembesaran uterus (Varney, 2007; h.539).
9) Konsipasi
Wanita yang sebelumnya tidak mengalami
konstipasi dapat memiliki masalah ini pada trimester kedua
atau ketiga.Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan
peristaltis yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus
besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesterone
10) Hemoroid
Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh karena itu, semua hemoroid sering didahului oleh
konstipasi.oleh karena itu, semua penyebab konstipsi
berpotensi menyebabkan hemoroid. progesterone juga menyebabkan hemoroid. Progesteron juga menyebabkan
relaksasi dinding vena dan usus besar (Varney, 2007;
h.539).
11) Kram Tungkai
Dasar fisiologis untuk kram kaki belum diketahui
dengan pasti.Selama beberapa tahun, kram kaki
diperkirakan disebabkan oleh gangguan asupan kalsium
atau asupan kalsium yang tidak adekuat atau
ketidakseimbangan rasio kalsium dan fosfor dalam tubuh.
Salah satu dugaaan lainnya adalah bahwa uterus yang
membesar memberi tekanan baik pada pembuluh darah
panggul, sehingga mengganggu sirkulasi, atau pada saraf
sementara saraf ini melewati foramen obturator dalam
perjalanan menuju ekstremitas bagian bawah (Varney,
2007; h.540).
12) Edema Dependen
Edema dependen pada kaki timbul akibat
gangguan sirkulasi vena dan peningkaatan tekanan vena
disebabkan oleh tekanan uterus yang membesar pada
vena-vena panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri
dan pada vena kava inferior saat ia berada dalam posisi
telentang. Pakaian ketat yang menghambat aliran balik
vena dari ekstremitas bagian bawah juga memperburuk
masalah (Varney, 2007; h.540).
13) Varises
Varises dapat diakibatkan oleh gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas
bagian bawah. Perubahan ini diakibatkan penekanan
uterus yang membesar pada vena panggul saat wanita
tersebut duduk atau berdiri dan penekanan pada vena
kava inferior saat ia berbaring. Pakaian yang ketat
menghambat aliran vena balik dari ekstremitas bagian
bawah, atau posisi berdiri yang lama memperberat
masalah tersebut (Varney, 2007; h.540).
14) Dispareunia
Perubahan fisiologis menjadi penyebab, seperti
kongesti vagina/panggul akibat gangguan sirkulasi yang
dikarenakan tekanan uterus yang membesar atau tekanan
bagian presentasi. Masalah-masalah fisik kemungkinan
disebabkan abdomen yang membesar atau dijumpai pada
penurunan ke dalam pelvis sejati (Varney, 2007;
h.540-541).
15) Nokturia
Aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat
wanita sedang berbaring pada posisi lateral rekumben
karena uterus tidak lagi menekan pembuluh darah panggul
dan vena kava inferior. Bila wanita berbaring dalam posisi
ini pada saat tidur dimalam hari, akibatnya adalah pola
diurnal kebalikan sehingga terjadi peningkatan keluaran
urine pada saat ini (Varney, 2007; h.541).
16) Insomnia
Insomnia, baik pada wanita yang mengandung maupun tidak, dapat disebabkan oleh sejumlah penyebab,
seperti kekhawatiran, kecemasan, terlalu gembira
menyambut suatu acara untuk keesokan hari.Wanita
hamil, bagaimanapun, memiliki tambahan alasan fisik
sebagai penyebab insomnia. Hal ini meliputi
ketidaknyamanan akibat uterus yang membesar,
ketidaknyamanan lain selama kehamilan, dan pergerakan
janin., terutama jika janin tersebut aktif (Varney, 2007;
h.541).
17) Nyeri pada Ligamentum Teres Uteri
ini memudahkan ligamentum latum untuk hipertrofi selama
kehamilan berlangsung dan, yang terpenting, meregang
seiring pembesaran uterus. Ligamentum teres uteri secara anatomis memiliki kemampuan memanjang saat terus
meninggi dan masuk ke dalam abdomen.Nyeri pada
ligamentum teres uteri diduga terjadi akibat peregangan dan kemungkinan akibat penekanan berat uterus yang
meningkat pesat pada ligament (Varney, 2007; h.541-542).
18) Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung bawah merupakan nyeri punggung
yang terjadi pada area lumbosacral. Nyeri punggung
bawah biasanya akan meningkat intensitasnya seiring
pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini merupakan
akibat pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan
postur tubuhnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan
oleh berat uterus yang membesar (Varney, 2007; h.542).
19) Hiperventilasi dan Sesak Nafas
Peningkatan jumlah progesteron selama kehamilan
di duga memengaruhi langsung pusat pernapasan untuk
menurunkan kadar karbondioksida dan meningkatkan
kadar oksigen. Peningkatan kadar oksigen
menguntungkan janin. Hiperventilasi akan menurunkan
kadar karbondioksida. Sesak nafas merupakan
ketiga.Selama periode ini, uterus telah mengalami
pembesaran hingga terjadi penekanan diafragma. Selain
itu, diafragma akan mengalami elevasi kurang lebih 4 cm
selama kehamilan (Varney, 2007; h.543).
20) Kesemuatan dan Baal pada Jari
Perubahan pada pusat gravitasi akibat uterus yang
membesar dan bertambah berat dapat menyebabkan
wanita mengambil postur dengan posisi bahu terlalu jauh
ke belakang dan kepalanya antefleksi sebagai upaya
menyeimbangkan berat bagian depannya dan lengkung
punggungnya. Postur ini diduga menyebabkan penekanan
pada saraf median dan ulnar lengan, yang akan
mengakibatkan kesemutan dan baal pada jari-jari (Varney,
2007; h.543).
21) Sindrom Hipotensi Telentang
Sindrom hipotensi telentang menyebabkan wanita
merasa seperti ingin pingsan dan ia menjadi tidak
sadarkan diri bila masalah tidak segera ditangani. Sindrom
hipotensi telentang terjadi saat wanita berbaring pada
posisi telentang (seperti saat sedang tidur atau berada
diatas meja pemeriksaan) karena berat total uterus yang
membesar berikut isinya menekan vena kava inferior dan
pembuluh darah lainnya pada sistem vena. Aliran vena
mengakibatkan jumlah darah yang mengisi jantung
berkurang dan kemudian akan menurunkan curah jantung.
Sindrom hipotensi telentang dapat segera diatasi dengan
meminta wanita tersebut berbaring ke samping atau duduk
(Varney, 2007; h.544).
f) asuhan Kebidanan pada Kehamilan
1) Mengunjungi berkala kepada ibu hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui
pemberian pelayanan antenatal sekurang - kurangnya
empat kali selama masa kehamilan, dengan distribusi
waktu minimal satu kali pada trimester pertama (usia
kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua
(usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua kali pada
trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai
persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan
untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau
janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan
penanganan dini komplikasi kehamilan. Pelayanan
antenatal yang dilakukan diupayakan memenuhi standar
kualitas, yaitu:
a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
b) Pengukuran tekanan darah;
c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);
e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian
imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi;
f) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan;
g) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin
(DJJ);
h) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi
interpersonal dan konseling, termasuk keluarga
berencana);
i) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes
hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan
pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya);
j) Tatalaksana kasus.
(Profil Kesehatan Indonesia, 2014; h.87).
2) Menilai kesejahteraan janin
Melakukan berbagai pemeriksaan yaitu:
pengukuran tinggi fundus uteri, gerakan janin, denyut jantung janin, ultrasonografi, besar janin, letak dan posisi
janin, dan penilaian luas panggul.
3) Edukasi kesehatan bagi ibu hamil
a) Nutrisi yang adekuat: setiap harinya adalah 2.500 kalori,
jumlah protein 85 gram, kalsium 1,5 gram, zat besi 30 mg,
dan asam folat 400 mikrogram.
b) Perawatan payudara: pengurutan secara hati – hati payudara
untuk mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus. Basuhan lembut setiap hari, pembersihan puting susu dengan gliserin dan alkohol dan sebaiknya gunakan
penopang payudara yang sesuai.
c) Perawatan gigi: dua kali pemeriksaan gigi selama masa
kehamilan, dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah
makan.
d) Kebersihan tubuh dan pakaian: gunakan pancuran atau
gayung pada saat mandi. Gunakan pakaian longgar, bersih
serta nyaman, hidari memakai sepatu ber hak tinggi, alas kaki
yang keras dan korset pada perut ibu.
e) Melakukan gerakan ringan dan istirahat yang cukup.
(Sarwono, 2010; h.284).
2. Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasi konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalu jalan lahir atau jalan lain dengan batuan atau
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan
progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta
(varney, hal. 672 ).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. (Sarwono, 2010; h. 100).
b. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1) Teori penurunan hormon: 1-2 minggu sebelum partus, mulai
terjadi penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron. 2) Teori plasenta menjadi tua: penuaan plasenta akan
menyebabkan turunnya kadar esterogen dan progesteron
sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut
akan menimbulkan kontraksi rahim.
3) Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan menegang menyebabkan iskemia otot – otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
4) Teori iritasi mekanik: di belakang serviks, terletak ganglion servikale (pleksus Frankenhauser). Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul
5) Induksi partus: gagang laminaria, amniotomi, tetesan
oksitosin.
Sedangkan faktor – faktor yang berperan dalam persalinan
adalah:
1) Kekuatan mendorong janin keluar (power)
a) His (kontraksi uterus)
b) Kontraksi otot-otot dinding perut
c) Kontraksi Diafragma
2) Faktor janin
3) Faktor jalan lahir
(Rostam Mochtar, 2012; h.70).
c. Tanda – Tanda Persalinan
1) Tanda-tanda permulaan persalinan yaitu:
a) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul, terutama pada
primigravida. Pada multipara hal tersebut tidak begitu
jelas.
b) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
c) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah
janin
d) Perasaan nyeri diperut dan di pinggang oleh adanya
e) serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya betambah, mungkin bercampur darah ( bloody show) (Roestam Mochtar, 2012;h.70).
2) Tanda-tanda inpartu
a) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering,
dan teratur
b) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karna
robekan-robekan kecil pada serviks
c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan (Roestam Mochtar, 2012;h.70).
d. Mekanisme persalinan
Kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan
his dan kekuatan mengejan, keadaan jalan lahir, dan janinnya
sendiri.Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat
dalam keadaan sinklintismus (arah sumbu kepala janin tegak
lurus dengan bidang pintu atas panggul). Akibat adanya tahanan
jaringan terhadap kepala yang menurun, menyebabkan kepala
menjadi fleksi di dalam rongga panggul.
Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis. Kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, maka kepala
mengadakan rotasi yang disebut putaran paksi dalam dengan
defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada setiap his vulva lebih membuka dan kepala janin semakin terlihat perineum menjadi semakin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum.Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengejan, berturut-turut
tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu terlahir. Setelah kepala lahir maka kepala melakukan rotasi yang disebut putaran
paksi luar untuk menyesuaikan kedudukan kepala dan punggung
bayi. (Sarwono, 2010; h.310).
Menurut Debbi Holmes mekanisme persalinan adalah :
a) Engagement
Kepala biasanya masuk kepanggul pada posisi transversal atau
pada beberapa posisi yang sedikit berbeda dari posisi ini
sehingga memanfaatkan diameter terluas panggul.
Engagement dikatakan terjadi ketika bagian terluas dari bagian presentasi janin berhasil masuk ke pintu atas panggul.Bilangan
perlima kepala janin yang dapat dipalpasi melalui abdomen
sering digunakan untuk menggambarkan apakah engagement
telah terjadi. Jika lebih dari dua perlima kepala janin dapat
dipalpasi melalui abdomen, kepala belum engaged.
(Holmes,2012; h 224).
b) Penurunan
Selama kala satu persalinan, kontraksi dan retraksi otot uterus
dipercepat dengan pecah ketuban dan upaya ibu untuk
mengejan.( Holmes, 2012; h 224).
c) Fleksi
Ketika kepala janin turun menuju rongga tengah panggul yang
lebih sempit, fleksi meningkat.(Debbi Holmes, 2012; h 224).
d) Rotasi Internal
Jika kepala fleksi dengan baik, oksikut akan menjadi titik utama
dan saat mencapai alur yang miring pada otot levator ani,
kepala akan didorong untuk berotasi secara anterior sehingga
sutura sagital ini terletak didiametet anterior-posterior pintu
bawah panggul (yaitu diameter terluas). Resistensi adalah
dinamika rotasi yang paling penting. Jika janin mencapai
engagement dalam posisi oksipitoposterior, rotasi internal dapat
terjadi dari posisi OP sampai posisi oksipitoanterior. Rotasi
internal yang lama ini, bersama dengan diameter presentasi
tengkorak janin yang lebih besar, menjelaskan peningkatan
durasi persalinan akibat kelainan posisi ini. Atau, posisi OP
dapat menetap sehingga mengakibatkan pelahiran “wajah
sampai pubis”. Lebih sering, posisi OP yang persisten dikaitkan
dengan ekstensi kepala janin yang akan meningkatkan
diameter presentasi tengkorak janin pada pintu bawah panggul.
Posisi ini dapat menyebabkan obstruksi persalinan dan
memerlukan pelahiran dengan alat bantu atau bahkan perlu
e) Ekstensi
Setelah rotasi internal selesai, oksiput berada dibawah simfisis
pubis dan beregma berada dekat batas bawah sakrum.
Jaringan lunak perinium masih memberikan resistensi, dan
dapat mengalami trauma dalam proses ini. Kepala yang fleksi
sempurna kini mengalami ekstensi, dengan oksiput keluar dari
bawah simfisis pubis dan mulai mendistensi vulva. Hal ini
dikenal dengan crowning kepala. Kepala mengalami ekstensi
lebih lanjut dan oksiput yang berada dibawah simfisis pubis
hampir bertindak sebagai titik tumpu ketika beregma, wajah,
dan dagu tampat secara berturut-turut pada lubang vagina
posterior dan badan perinium. Ekstensi dan gerakan ini
meminimalkan trauma jaringan lunak dengan menggunakan
diameter terkecil kepala janin untuk kelahiran. (Debbi Holmes,
2012; h 224).
f) Retitusi
Restitusi adalah lepasnya putaran kepala janin, yang terjadi
akibat rotasi internal. Resistusi adalah sedikit rotasi oksiput
melalui seperdelapan lingkaran. Saat kepala dilahirkan oksiput
secara langsung berada dibagian depan. Segera setelah
kepala keluar dari vulva, kepala mensejajarkan dirinya sendiri
dengan bahu, yang memasuki panggul dalam posisi oblig atau
g) Rotasi Eksternal
Agar dapat dilahirkan, bahu harus berotasi kebidang
anterior-posterior, diameter terluas pada pintu bawah panggul. Saat ini
terjadi oksiput berotasi melalui seperdelapan lingkaran lebih
lanjut keposisi transversal. Ini disebut rotasi eksternal. (Debbi
Holmes, 2012; h 224).
h) Pelahiran Bahu dan Tubuh Janin
Ketika restitusi dan rotasi eksternal terjadi, bahu akan berada
dalam bidang anterior-posterior. Bahu anterior berada dibawah
simfisis pubis dan lahir pertama kali, dan bahu posterior lahir
berikutnya. Meskipun proses ini dapat terjadi tanpa bantuan,
seringkali “traksi lateral” dilakukan dengan menarik kepala janin
secara perlahan kearah bawah untuk membantu melepaskan
bahu anterior dari bawah simfisis pubis. Normalnya sisa tubuh
janin lahir dengan mudah dengan bahu posterior dipandu
keatas, pada perinium dengan melakukan traksi kearah yang
berlawanan sehingga mengayun bayi ke abdomen ibu. (Debbi
Holmes, 2012; h 224).
e. Persalinan yang Berisiko (Tindakan Kolaborasi)
Kondisi dan komplikasi yang dibahas adalah yang paling umum
terjadi, dan pada kenyataannya dapat terjadi sebelum atau tanpa
1) Seksio sesaria sebelumnya.
Risiko untuk wanita mengalami ruptur uterus ketika berusaha menjalani persalinan melalui vagina setelah seksio sesaria sebelumnya, risiko meningkat jika persalinan diinduksi den gan zat selain prostaglandin.
Risiko untuk wanita yang mengalami seksio sesaria
berulang adalah cedera pada kandung kemih dan usus,
perdarahan, infeksi luka dan peningkatan masalah
pernapasan pada bayi baru lahir.
2) Persalinan / kelahiran prematur
Persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal minggu
gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37. Faktor resiko predisposisi:
a) Status sosial ekonomi rendah
b) Status nutrisi yang buruk
c) Riwayat persalinan atau kelahiran prematur
d) Satu atau lebih aborsi spontan pada trimester kedua e) Jarak yang pendek antar kehamilan
f) Kehamilan kembar
g) Penyalahgunaan zat (sigaret, alkohol, obat - obatan)
h) Asuhan pranatal yang tidak adekuat i) Anomali uterus
j) Ketuban pecah dini
l) Abrupsioplasenta atau plasenta previa
m) Kematian janin
n) Polihidramnion
3) Ketuban pecah dini
Didefinisikan sebagai pecah ketuban sebelum awitan
persalinan, tanpa memerhatikan usia gestasi. Sesuai dengan jam dari waktu pecah sampai awitan persalinan.
4) Amnionitis dan korioamnionitis
Amnionitis adalah inflamasi kantong amnion dan cairan
amnion. Korioamnionitis adalah inflamasi korion. Kondisi ini hampir selalu berdampingan. Paling sering terjadi akibat ketuban
pecah yang lama (lebih dari 24 jam), dengan atau tanpa
persalinan yang memanjang, pada pemeriksaan dalam atau
manipulasi vagina atau prosedur intrauteri yang berulang.
5) Prolaps tali pusat
Ada dua jenis prolaps tali pusat yaitu menumbung (frank): masuk kedalam serviks dan terkemuka (occult): berada disamping bagian presentasi, tetapi tidak masuk kedalam
serviks. Bahayanya adalah hipoksia janin. 6) Disporposi sefalopelvik
7) Disfungsiuterus
Diidentifikasi berdasarkan sedikitnya kemajuan pendataran
serviks atau dilatasi atau penurunan bagian presentasi janin. Disfungsi uterus dapat mencerminkan masalah biokimia pada wanita yang disebabkan, sebagai contoh, oleh stres, yang
mengakibatkan perubahan produksi endorfin dan
katekolamin, pada akhirnya akan mempengaruhi aktivitas
uterus.
8) Kelelahan ibu (distres maternal: ketoasidosis) (Varney, 2008; h.780).
f. Tahapan Persalinan (Kala)
1) Kala I waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm.
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir
bercampur darah (bloody
show) karena serviks mulai mebuka (dilatasi) dan mendatar
(effecement). Dibagi atas 2 fase:
a) Fase laten: pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pemb ukaan 3 cm, lamanya 7 – 8 jam.
b) Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas
3 subfase. Yaitu periode akselerasi berlangsung 2 jam,
pembukaan menjadi 4 cm, dilatasi maksimal selama 2
deselerasi berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
2) Kala II (kala pengeluaran janin), sewaktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin
keluar hingga lahir. Pada kala ini, his terkoordinasi, kuat,
cepat, dan lebih lama, kira – kira 2 – 3 menit sekali. Kepala
janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot – otot dasar panggul yang
melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan.
3) Kala III (kala pengeluaran uri) waktu untuk pelepasan dan
pengeluaran uri. Setelah bayi lahir, kontraksi rahim
beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri
setinggi pusat, berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his
pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5 – 10 menit,
seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
simfisis atau fundus uteri. Proses biasanya berlangsung 5 –
30 menit setelah lahir, pengeluaran darah kira – kira 100 –
200 cc.
4) Kala IV mulai dari lahirnya uri, selama 1 – 2 jam. Adalah kala
pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan uri lahir
pendarahan postpartum. Lamanya persalinan pada primi dan
multi sebagai berikut:
Tabel 2.4 Lamanya persalinan pada primi dan multi
Primi
Multi
Kala I 13 jam
7 jam
Kala II 1 jam
½ jam
Kala III ½ jam
¼ jam
Lama Persalinan 14 ½ jam 7 ¾ jam
Sumber: Roestam Mochtar, 2012; h.71. g. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal
Menurut APN (2008) langkah-langkah persalinan normal ada 58
langkah, sebagai berikut:
1) Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala dua,
seperti sebagai berikut:
a) Adanya keinginan untuk meneran.
b) Tekanan pada rektum dan vagina.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan
bayi baru lahir. Untuk sfiksia: tempat datar dank keras, 2 kain dan 1
handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
dari tubuh bayi.
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set.
3) Memakai celemek plastik.
4) Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5) Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam.
6) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik memakai sarung
tangan DTT dan steril.
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hai-hati dari
depan ke belakang, dengan menggunakan kapas atau kasa yang
sudah dibasahi air DTT.
a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama. Mengganti sarung tangan jika
terkontaminasi.
b) Membuang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia.
c) Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%)
8) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10) Memeriksa denyut jantung janin untuk memastikan DJJ setelah
kontrasksi dalam batas normal(120-160 x/menit).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu memposisikan diri dengan nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
a) Menunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada.
b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran secara benar
12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada
rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke
posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan
ibu merasa nyaman).
13) Melaksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.
b) Medkung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman.
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e) Mengajurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu.
f) Menganjurkan makan minum.
g) Menilai DJJ tiap kontraksi uterus selesai
h) Segera merujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit
(1 jam) meneran (multigravida)
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Meletakkan kain bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Setelah tampak kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan
defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.
20) Memeriksa kemungkinan lilitan tali pusat dan mengambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi dan meneruskan segera proses
kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong diantara dua klem tersebut
21) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, menempatkan kedua
tangan di masng-masing sisi muka bayi menganjurkan ibu untuk
meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis
dan kemudian dengan lembut gerakkan kearah atas dan kearah luar
untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menggeserkan tangan kearah
perineum ibu untuk menyangga kepala bayi. Lengan dan siku sebelah
bawah. Gunakan tagan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusuri tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata
25) Melakukan penilaian selintas. Bila bayi mengalami asfiksia lakukan
resusitasi.
26) Mengeringkan dan memposisikan tubuh bayi diatas perut ibu.
a) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan.
b) Mengganti handuk basah dengan handuk yang kering.
c) Memastikan bayi dalam kondisi mantap diatas perut ibu
27) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain
dalam uterus (hamil tunggal).
28) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan menyuntikkan oksitosin (agar
uterus berkontraksi baik).
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin 10 unit
(IM) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin)
30) Dengan menggunakan klem, menjepit tali pusat (2 menit setelah bayi
lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar bayi. Dari sisi luar klem penjepit,
dorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua
pada 2 cm distal dari klem pertama.
31) Memotong dan pengikatan tali pusat.
a) Dengan satu tangan, mengangkat tali pusat yang telah dijepit
kemudian lkukan pengguntingan, tali pusat (lindungi perut bayi)
b) Mengikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan kembali 1 benang ke sisi berlawanan dan
lalkukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci
c) Melepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
32) Mempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari putting susu ibu.
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas
(dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur
diatas. Jika uterus tidak berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros
jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat
(1). Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
(2). Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
(3). Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
(4). Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
(5). Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir
(6). Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta mnual
38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan
DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39) Segera setelah plassenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
diperlukan jika uterus tidaak berkontraksi setelah 15 detik melakukan
rangsangan taktil/masase.
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu mupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke
dalam kantung plastik atau tempat yang sudah disediakan.
41) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila leserasi menyebabkan perdarahan.
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43) Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit bayi-ibu (di dada ibu
paling sedikit 1 jam).
a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui
dini dalam waktu 30-60 menit. Bayi cukup menyusui dari 1
payudara
b) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu
44) Melakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1mg IM di paha kiri anterolateral setelah
jam kontak kulit ibu-bayi.
45) Memberikan suntikan imunisaasi Hepatitis B (setelah 1 jam
pemberian vitamin K1) di paha kanan anterolateral.
a) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewktu-waktu bisa
b) Letakkan kembali bayi pada dada bu bila bayi belum berhasil
menyusu di dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascpersalinan
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri
47) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
48) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama
jam kedua pascapersalinan.
a) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pascapersalinan
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50) Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernapas denga baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
52) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
53) Membersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering.
54) Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi makan dan minum.
55) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
57) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan tisu atau handuk yang bersih.
58) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda
vital dan asuhan kala IV.
3. Nifas
a. Pengertian Nifas
Periode pascapartum adalah masa dari kelairan plasenta
dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil.
puerperium disebut puerpera. Periode pemulihan pascapartum
berlangsung sekitar enam minggu. (Varney, 2008; h.958).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Sarwono, 2010; h.356).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan
kembali seperti prahamil. Lamanya masa nifas yaitu 6 – 8
minggu. (Roestam Mochtar, 2012; h.87).
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Mengetahui kebutuhan ibu dan bayi pada periode
pascaperslinan, mengenali komplikasi pascaperslinan pada ibu
dan pada bayi, melakukan upaya pencegahan infeksi yang
diperlukan serta menjelaskan dan melaksanakan ASI eksklusif,
konseling HIV /AIDS dan kontrasepsi, prosedur imunisasi.(
Prawirohardjo, 2010, hal. 356 )
c. Perubahan Fisiologis Nifas
1) Uterus reorganisasi dan mengeluarkan desidua /
endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta
perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lokia. Menyusui akan mempercepat proses
Pertumbuhan endometrium ini membuat pembuluh darah yang mengalami pembekuan pada tempat perlekatan
tersebut rapuh sehingga meluruh dan dikeluarkan dalam
bentuk lokia. (Varney, 2008; h.959).
Tabel 2.5 Tinggi fundus uteri, berat uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi fundus uteri
Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat
1000 gram
Uri lahir 2 jari dibawah pusat
750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis
500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis
350 gram
6 minggu Bertambah kecil
50 gram
8 minggu
Sebesar normal 30 gram
Sumber: Roestam Mochtar, 2012; h.87.
2) Lokia adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama puerperium. Karena perubahan warnanya, ada lokia rubra (mengandung darah dan jaringan
desidua), serosa (warnanya lebih pucat dari rubra), alba
(merah muda, kuning atau putih).
3) Vagina dan Perineum, segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema
dan memar, dan celah pada introitus. Setelah satu hingga
dua hari pertama pascapartum, tonus otot vagina kembali, celah tidak lagi lebar / edema dan dinding vagina lunak.
4) Payudara. Laktasi dimulai pada semua wanita dengan
kongesti payudara selama beberapa hari pertama
pascapartum karena tubuhnya mempersiapkan untuk memberikan nutrisi kepada bayi. Wanita yang menyusui
berespons terhadap menstimulus bayi yang disusui akan
terus melepaskan hormon dan stimulasi alveoli yang memproduksi susu.
5) Tanda – tanda vital.
a) Tekanan darah mengalami peningkatan sementara tekanan
darah sistolik dan diastolik, kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari.
b) Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum.
c) Nadi meningkat selama persalinan akhir, kembali normal
setelah beberapa jam pertama pascapartum.
d) Pernapasan normal selama jam pertama pascapartum. Napas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi
adanya kondisi – kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi
asama dan embolus paru. 6) Perubahan fisik lain.
1. Sistem renal yang meregang dan dilatasi selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu keempat
2. Penurunan berat badan rata – rata 12 pon (4,5 kg) pada
waktu melahirkan.
3. Perubahan gastrointestinal, wanita akan merasa lapar mulai satu atau dua jam setelah melahirkan. Konstipasi
kemungkinan terjadi masalah pada puerperium awal karena kurangnya makanan padat dan menahan defekasi.
4. Dinding abdomen. Striae gravidarum tidak dapat dihilangkan secara sempurna, tetapi dapat berubah
menjadi garis putih keperakan yang halus setelah periode
beberapa bulan. Dinding abdomen lunak setelah pelahiran karena dinding ini meregang selama kehamilan.
7) Perubahan hematologi. Hemoglobin, hematokrit, dan hitung
eritrosit sangat bervariasi dalam puerperium awal sebagai akibat fluktuasi volume darah, volume plasma, dan kadar volume sel darah merah. Kadar ini dipengaruhi oleh status
hidrasi wanita saat itu, volume cairan yang ia dapat selama
persalinan, dan reduksi volume darah total normal wanita dari
penigkatan kadar volume darah selama kehamilan. Faktor ini
menyebabkan kehilangan darah sedikitnya dua hingga empat
hari pascapartum (Varney, 2008; h.958). d. Fase psikologis ibu masa nifas
a) Fase Taking In
Yaitu fase ketergantungan ibu yang berlangsung
kepada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap
lingkungannya. Adaptasi terhadap ketidaknyamanan yang
dialami antara lain rasa mulas, nyeri pada luka jahitan,
kurang tidur dan kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan
ialah istirahat yang cukup, komunikasi yang baik dan
asupan nutrisi.
Gangguan-gangguan psikologi yang dialami ibu nifas pada
fase taking In adalah:
(1) kekecewaan pada bayinya
(2) ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang
dialami
(3) rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
(4) kritikan suami atau keluarga tentang perawatan
bayinya.
b) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Ibu selalu merasa khawatir akan
ketidakmpuannya dan tanggung jawab merawat anak.
Perasaan ibu menjadi sensitif sehingga mudah
tersinggung. Pada periode ini, ibu sangat membutuhkan
dukungan dari orang lain, terutama keluarganya dan bidan
(petugas kesehatan). Periode taking hold dianggap masa
perpindahan dari keadaan ketrgantungan menjadi keadaan